LAPORAN KASUS I
MIOPIA ASTIGMATISMA OD et OS
Oleh:
Aldy Valentino Maehca Rendak H1A 007 001
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
BAB I PENDAHULUAN
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada retina (macula lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur. Pada mata normal, kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak di biaskan tepat pada makula lutea, tetapi dapat di depan atau dibelakang makula.
Dikenal istilah emetropia yang berarti tidak adanya kelainan refraksi dan ametropia yang berarti adanya kelainan refraksi seperti miopia, hipermetropia, astigmat, dan presbiopia.
Astigmatisma adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan pada satu titik. Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti telur, makin lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tersebut. Dan umumnya setiap orang memiliki astigmat yang ringan.
BAB II LAPORAN KASUS 1. Identitas Pasien
Nama : Tn.“I”
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Pegawai Swasta (Asisten Apoteker)
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : Kekalik, Kec. Sekarbela, Kota Mataram Nomor Rekam Medis : 15-67-59
Tanggal Pemeriksaan : 16 Januari 2013
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Penglihatan kedua mata kabur saat melihat jauh.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUP NTB dengan keluhan penglihatan kedua mata kabur saat melihat jauh yang dirasakan memberat sejak satu minggu terakhir. Pasien tidak mengeluhkan pandangan kabur jika melihat jarak dekat. Pasien tidak mengeluhkan padangan kabur jika melihat pada sore hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada daerah mata kanan disertai dengan nyeri kepala sebelah kanan jika pasien kelelahan setelah berkativitas sejak sekitar satu bulan terakhir. Pasien tidak mengeluhkan mual dan muntah.
C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit mata
Pasien mengaku dua tahun terakhir menggunakan kacamata karena pandangan kedua mata pasien kabur. Pasien menggunakan kacamata dengan lensa silinder untuk mata kanan dan lensa -1.00 untuk mata
kiri. Pasien jarang menggunakan kacamata tersebut, karena pasien sering mengeluhkan kepala pusing jika menggunakan kacamata tersebut. Pasien belum pernah mengganti kacamatanya tersebut. Pasien menyangkal riwayat adanya trauma pada mata.
Riwayat penyakit sistemik
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis dan tekanan darah tinggi.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien dan tidak riwayat penggunaan kacamata pada keluarga pasien.
E. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat.
F. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan penglihatan kabur pada kedua mata yang dideritanya sekarang.
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6 B. Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
C. Status Lokalis
No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri
1. Visus Sine Correctio 6/9 6/15
Pin hole 6/9 6/9
Cum correctio (-1.00 DC x 90) 6/6 (-1.50 DC x 145) 6/6
2. Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia
3. Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
4. Palpebra Superior Edema (-) (-) Hiperemi (-) (-) Pseudoptosis (-) (-) Entropion (-) (-) Ektropion (-) (-) 5. Palpebra Inferior Edema (-) (-) Hiperemi (-) (-) Entropion (-) (-) Ektropion (-) (-) 6. Fissura palpebra + 10 mm + 10 mm 7. Konjungtiva Palpebra Superior Hiperemi (-) (-) Sikatrik (-) (-) 8. Konjungtiva Palpebra Inferior Hiperemi (-) (-) Sikatrik (-) (-) 9. Konjungtiva Bulbi Injeksi Konjungtiva (-) (-) Injeksi Siliar (-) (-)
Massa (-) (-)
Edema (-) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan licin Licin
Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
11. Bilik Mata Depan
Kedalaman Dalam Dalam
Hifema (-) (-)
12. Iris Warna Coklat Coklat
Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular
13. Pupil Bentuk Bulat Bulat
Refleks cahaya langsung (+) (+) Refleks cahaya tidak langsung (+) (+)
14. Lensa Kejernihan Jernih Jernih
Iris Shadow (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Dislokasi (-) (-)
15. TIO Palpasi Kesan normal Kesan normal
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
Subjective
a. Penglihatan kedua mata pasien kabur jika melihat jauh.
b. Nyeri pada daerah mata kanan disertai dengan nyeri kepala sebelah kanan jika pasien kelelahan setelah berkativitas sejak sekitar satu bulan terakhir. c. Riwayat menggunakan kacamata karena pandangan kedua mata pasien
kabur sejak dua tahun terakhir dengan dengan lensa silinder untuk mata kanan dan lensa sferis -1.00 untuk mata kiri, namun jarang digunakan tersebut, karena sering mengeluhkan kepala pusing jika menggunakan kacamata tersebut.
Objective
Dari hasil pemeriksaan visus pasien pasien ditemukan bahwa
Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri
Visus Sine Correctio 6/9 6/15
Pin hole 6/9 6/9
Cum correctio (-1.00 DC x 90) 6/6 (-1.50 DC x 145) 6/6
2. Analisa Kasus
Berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis pasien telah memiliki riwayat penggunaan kacamata sejak sekitar dua tahun tahun yang lalu. Berdasarkan riwayat penggunaan kacamata ini dapat diperkirakan bahwa pasien kemungkinan mengalami gangguan refraksi mata. Gangguan refraksi ini dipertegas juga dengan adanya perbaikan visus pasien pada mata kiri, yang semula 6/15 menjadi 6/9 ketika dikoreksi dengan menggunakan pinhole, selain itu gangguan reraksi juga didukung dengan tidak adanya temuan yang menunjukkan gangguan pada bilik mata depan dan lensa. Kelainan refraksi
atau ametropia merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning (macula lutea), tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang fokus. Hal ini menyebabkan cahaya tidak dibiaskan sebagaimana mestinya sehingga gambaran yang terbentuk pada retina dan dipersepsikan oleh otak terlihat kabur. Hal inilah yang kemungkinan menyebabkan pandangan kedua mata pasien menjadi kabur. Gangguan refraksi atau ametropia yang dialami pasien dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisme. Berdasarkan riwayat penggunaan kacamata koreksi yang dimiliki pasien, yaitu lensa silinder untuk mata kanan dan lensa sferis -1.00 maka dapat diperkirakan bahwa pasien kemungkinan mengalami gangguan refraksi terutama miopia atau astigmatisme. Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila dekat sedangkan melihat jauh kabur atau pasien adalah rabun jauh, hal ini sama seperti yang dikeluhkan pasien dimana pasien mengalami gangguan ketika melihat jauh. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kaca mata sferis negatif, sama seperti yang dipergunakan oleh pasien untuk mata kiri pasien. Pada pasien ditemukan penggunaan kacamata silinder pada mata kanan, penggunaan kacamata ini adalah untuk menatalaksanai kondisi gangguan refraksi astigmatisma, sehingga kemungkinan besar pasien mengalami astigmatisma. Pada pasien dari hasil pemeriksaan visus koreksi dengan kacamata, didapatkan bahwa dengan pemberian kacamata silinder -1.00 D x 090 untuk mata kanan dan dengan pemberian kacamata silinder -1.50 D x 145 untuk mata kiri dapat mengembalikan visus kedua mata pasien menjadi 6/6. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, dapat disimpulkan pada akhirnya bahwa pasien mengalami
astigmatisma tipe miopia, karena paien menggunakan kacamata koreksi
dengan kaca silinder konkaf (silinder negatif).
Pada pasien dengan astigmatisma biasanya ditemukan manifestasi klinis berupa:
1. Pengelihatan kabur atau terjadi distorsi
2. Pengelihatan mendua atau berbayang - bayang
4. Nyeri pada mata
Pada pasien ditemukan adanya pandangan kabur saat melihat jauh namun tidak mengalami gangguan ketika melihat jarak dekat. Selain itu pasien juga mengeluhkan sering merasa nyeri kepala pada bagian kanan dan mata kanan jika kelelahan beraktivitas. Nyeri pada mata disebabkan karena proses akomodasi berlebihan pada mata. Gangguan refraksi pada mata pasien menyebabkan pasien harus melakukan akomodasi kuat, karena dengan proses akomodasi ini akan membatu pembiasan lensa mata dengan proses pencembungan lensa mata sehingga memungkinkan pasien untuk melihat dengan lebih baik. Akomodasi untuk membantu penglihatan ini dibantu oleh kinerja dari otot siliaris pada mata. Pada saat proses akomodasi otot siliaris akan mengalami kontraksi. Pada gangguan refraksi atau ketika pandangan mata menjadi kabur, diperlukan akomodasi yang kuat, dan jika seseorang melakukan aktivitas yang membutuhkan daya penglihatan kuat seperti menggunakan komputer waktu lama dengan kondisi mengalami gangguan refraksi, maka otot siliaris akan dipaksa untuk berkontraksi dalam waktu yang lama untuk mendukung akomodasi, sehingga otot siliaris akan mengalami fatigue ketika sudah mencapai ambang batas pemakaian. Kelelahan atau respon nyeri yang dialami oleh otot siliaris ini juga akan merangsang terjadinya refleks nyeri kepala pada pasien, namun mekanisme secara pastinya belum diketahui. Sedangkan untuk rasa pusing yang sering dialami pasien ketika menggunakan kacamata koreksi yang telah dimiliki oleh pasien sebelumnya, kemungkinan dikarenakan ketidakcocokan kacamata koreksi dengan derajat astigmatisma pasien sehingga menyebabkan tetap diperlukannya refleks akomodasi berlebihan oleh pasien ketika melihat walaupun telah menggunakan kacamata, sehingga pasien tetap merasa pusing meski telah menggunakan kacamata.
3. Assessment
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat pada pasien mengarahkan pada miopia astigmatisma od et os.
4. Planning Tatalaksana
Pasien ditatalaksanai dengan pemberian kacamata silinder -1.00 D x 090 untuk mata kanan dan dengan pemberian kacamata silinder -1.50 D x 145 untuk mata kiri, dimana telah diukur dan dapat mengembalikan visus kedua mata pasien menjadi 6/6.
5. KIE
- Pasien diberikan informasi bahwa pasien harus melakukan tes penglihatan untuk menilai kondisi penglihatan mata setiap 2 tahun sekali.
- Pasien harus diberi informasi untuk selalu menjaga agar mata mendapatkan istirahat yang cukup. Jika melakukan suatu aktivitas yang mengaharuskan mata melakukan fokus secara kuat (seperti mengemudi, membaca atau melakukan aktivitas yang dilakukan dengan posisi mata dekat dengan objek), maka mata harus diistirahatkan dari aktivitas setiap sekitar 30-60 menit.
6. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam) Prognosis pengelihatan pasien bonam.
Prognosis nyawa (ad vitam) Prognosis nyawa pasien bonam.
BAB IV
RINGKASAN AKHIR
Pasien seorang laki-laki, usia 30 Tahun, datang dengan keluhan pengelihatan kedua mata kabur jika melihat jauh sejak seminggu yang lalu. Selain itu pasien mengeluhkan nyeri pada daerah mata kanan disertai dengan nyeri kepala sebelah kanan jika pasien kelelahan setelah berkativitas sejak sekitar satu bulan terakhir. Pasien memiliki riwayat menggunakan kacamata karena pandangan kedua mata pasien kabur sejak dua tahun terakhir dengan dengan lensa silinder untuk mata kanan dan lensa sferis -1.00 untuk mata kiri, namun jarang digunakan tersebut, karena sering mengeluhkan kepala pusing jika menggunakan kacamata tersebut.
Pada pemeriksaan status lokalis mata pasien, visus naturalis OD 6/9 dan visus naturalis OS 6/15. Visus OD pasien dengan pinhole 6/9 dan visus OS dengan pinhole adalah 6/9. Visus OD pasien dengan koreksi kacamata silinder -1.00 D x 090 adalah 6/6 dan visus OS pasien dengan koreksi kacamata silinder -1.50 D x 145 adalah 6/6. Pasien di diagnosis dengan miopia astigmatisma od et os. Pasien ditatalaksanai dengan pemberian kacamata silinder -1.00 D x 090 untuk mata kanan dan dengan pemberian kacamata silinder -1.50 D x 145 untuk mata kiri, dimana telah diukur dan dapat mengembalikan visus kedua mata pasien menjadi 6/6. Prognosis ad functionum pasien adalah bonam dan prognosis ad vitam pasien adalah bonam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Perdami.2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum & Mahasiswa Kedokteran, Perdami
3. Riordan, Paul dkk. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Jakarta; EGC
4. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American
Academy of opthalmology. 2004.
5. Gerhand K.Lang. Basic Ophtalmology. 2nd Edition. Germany : Theime.