• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen referensi: Daftar Isi

N/A
N/A
Billaa Caca

Academic year: 2023

Membagikan "Dokumen referensi: Daftar Isi"

Copied!
375
0
0

Teks penuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kekuasaan-Nya buku ini dapat terselesaikan. Kami selaku ketua bagian IP Mata FKUGM sangat bangga dan gembira karena penyusunan buku ini merupakan harapan kami yang telah terwujud.

ANATOMI MATA DAN FISIOLOGI PENGLIHATAN

Pendahuluan

Bola Mata

Sekali lagi jika kita memandang bola mata sebagai bola (bumi), maka mata mempunyai dua kutub, anterior dan posterior. Jika kedua kutub tersebut dihubungkan dengan garis yang mengikuti kelengkungan bola mata, maka garis mana pun disebut meridian.

Dinding Bola Mata

Bagian retina yang mengandung sel epitel pigmen yang terbentang dari ora serrata hingga tepi posterior pupil disebut pars seca retina, yang berarti bagian 'buta', dan ini harus dibedakan dengan 'titik buta'. Kerusakan pada reseptor hijau disebut juga deuteranopia (buta warna hijau), sedangkan kelemahan pada reseptor hijau disebut deuteranomali.

Ruang dan Isi Bola Mata

Pembentukan lensa manusia dimulai pada tahap awal embriogenesis, kira-kira setelah usia kehamilan 25 hari. Setelah 27 hari kehamilan, sel kuboid menebal dan berubah menjadi sel kolumnar yang disebut pelat lensa.

Vaskularisasi Bola Mata

Begitu pula jika terjadi ablasi retina, maka kebutaan juga akan terjadi karena sel fotoreseptor tidak menerima darah koriokapiler, meskipun lapisan otak tetap menerima aliran darah dari retina sentral yang utuh. Hampir semua darah dari uvea anterior dan posterior mengalir melalui vena vorteks (biasanya 4, kadang 6).

Innervasi Bola Mata

Untuk retina terdapat vena retina sentral dengan cabang-cabangnya sesuai dengan arteri retina sentral.

Orbita

Adneksa

Lapisan epitel superfisial mengandung sel goblet yang menghasilkan musin, lapisan air mata terdalam. Lapisan air mata adalah lapisan tipis yang menutupi permukaan kornea, konjungtiva, dan konjungtiva bulbar.

Otot-Otot Ekstraokular

Jadi, air mata melembutkan atau menghaluskan permukaan kornea sehingga membantu proses cahaya masuk ke bola mata. Air mata juga mempertahankan kelembapan sehingga sel-sel epitel kornea dan epitel konjungtiva tetap sehat.

Lintasan Visual

PALPEBRA, KONJUNGTIVA, KORNEA, SKLERA, DAN SISTEM

Di negara tropis seperti Indonesia, infeksi kornea masih menempati peringkat tertinggi diantara infeksi mata pada umumnya, bahkan masih menjadi salah satu penyebab utama kebutaan. Kelainan degeneratif pada konjungtiva, khususnya pterigium, masih menjadi salah satu penyakit terpenting di klinik mata di negara tropis.

Palpebra

Blepharochalasis, yaitu adanya lipatan kulit sejajar dengan batas palpebra/relaksasi kulit kelopak mata akibat atrofi jaringan antar sel. Epiblepharon, kelainan pertumbuhan di mana lipatan kulit horizontal melampaui batas palpebra, menekan bulu mata ke arah kelopak mata.

Konjungtiva

Peradangan pada konjungtiva memiliki gejala utama antara lain rasa seperti ada benda asing yang masuk, nyeri di sekitar mata, bengkak, dan gatal. Gambaran klinisnya meliputi hiperakut, keluarnya cairan bernanah, dapat terjadi kemosis dan membran atau pseudomembran.

Kornea

Kelengkungan kornea lebih lurus pada kornea datar, sedangkan pada phthisis bulbi kelengkungan kornea sedikit lebih dalam. Pada phthisis bulbi, kornea menyusut akibat ulkus kornea luas yang berlubang atau bekas luka akibat luka tembus pada kornea.

Sklera

Kebanyakan pasien skleritis merasakan nyeri dan semakin parah pada malam hari hingga terkadang terbangun dari tidur. Oleh karena itu, pemberian kortikosteroid topikal terkadang dapat mengurangi peradangan pada kasus skleritis anterior dan nodular ringan, namun pada prinsipnya harus dilakukan secara sistemik.

Sistem Lakrimal

Kedua adalah kelenjar lakrimal aksesori yaitu kelenjar Krause dan Wolfring), yang menghasilkan 5% dari total air mata. Sindrom mata kering biasanya disebabkan oleh kurangnya produksi air mata atau penguapan air mata yang berlebihan.

UVEITIS

Namun, istilah uveitis sekarang digunakan untuk menggambarkan berbagai bentuk peradangan intraokular tidak hanya pada uvea tetapi juga struktur di sekitarnya, baik karena infeksi, trauma, neoplasma, atau proses autoimun.

Klasifikasi

Pada toksoplasmosis dengan gejala sedang, lesi dapat sembuh secara spontan dalam waktu 3 minggu hingga 6 bulan. Kortikosteroid topikal (prednisolon asetat 1% 4 kali sehari) dan sikloplegia (siklopentolat 1% – 2% 3 kali sehari) biasanya diberikan pada kasus toksoplasmosis dengan uveitis anterior, sedangkan pada kasus toksoplasmosis dengan vitritis parah dan lesi saraf optik yang ditandai dengan mengancam kebutaan, obat antiprotozoa harus diberikan.

Manifestasi Klinis

Akibat peningkatan tekanan pembuluh darah, terjadi transudasi ke bilik mata depan, sehingga penderita merasa penglihatannya kabur. Batasan antara retina sehat dan meradang sulit dibedakan. iv) Vaskulitis, merupakan peradangan pada pembuluh darah retina.

Komplikasi Uveitis

Uveitis Terkait Artritis

Arthralgia atau arthritis mungkin tidak ada (tidak ada) atau minimal, uveitis sangat jarang atau hampir tidak ada. Tidak ada manifestasi sistemik, namun uveitis sering terjadi, terutama pada anak-anak dengan penyakit awal, dimana terdapat ANA (Antinuclear Antibody), HLA-DW5 dan HLA-DPw2(+).

Uveitis Pada Penyakit Sistemik NonInfeksius

Penyakit Adamantiades-Behçet adalah kelainan multisistem idiopatik yang biasanya terjadi pada pria muda dari Mediterania timur dan Jepang. Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (VKH) adalah kelainan multisistem idiopatik, biasanya terjadi pada individu kulit berwarna dan terjadi secara bilateral.

Terapi

Ada 2 jenis metode ini, yaitu: (i) injeksi sub-Tenon anterior, yang digunakan untuk uveitis anterior yang parah atau resisten; dan (ii) injeksi sub-Tenon posterior, yang digunakan untuk uveitis intermedia atau sebagai alternatif terapi sistemik pada uveitis posterior. Oftalmia simpatik merupakan indikasi relatif penggunaan kemoterapi karena umumnya dapat dikontrol dengan terapi steroid yang adekuat.

Endoftalmitis

LENSA MATA DAN KATARAK

Saat ini fisiologi, biokimia dan proses yang berhubungan dengan lensa mata telah menjadi topik penelitian yang sangat menarik dan menantang bagi para ahli mata di seluruh dunia. Prevalensi kelainan lensa dan kemajuan pengobatan kelainan lensa merupakan faktor yang menjadikan pembahasan lensa sebagai topik penting dalam ilmu kesehatan mata secara umum.

Abnormalitas Bentuk Lensa

Lenticonus adalah suatu kondisi lensa dimana terdapat distorsi berbentuk kerucut pada permukaan anterior atau posterior lensa. Seperti lenticonus, lentiglobus posterior juga lebih umum terjadi dibandingkan lentiglobus anterior dan sering dikaitkan dengan opasitas kutub posterior.

Ektopia Lentis

Kejadiannya unilateral dan biasanya sporadis, namun bisa juga bilateral pada kelainan keluarga dan sindrom Lowe. Jadi, pada pasien dengan sindrom ini, lensa dapat bergeser ke depan dan menyebabkan glaukoma sekunder, atau meluncur ke belakang dan menyebabkan hipermetropia +10 D.

Katarak

Dalam keadaan ini kadar air dalam lensa mencapai nilai tertingginya dan akibatnya kapsul lensa meregang. Fakta penting mengenai kondisi ini adalah 33% kasus bersifat idiopatik dan dapat bersifat unilateral maupun bilateral.

Maturitas Katarak

Dermatitis atopik adalah kondisi kulit kronis yang ditandai dengan rasa gatal, kemerahan, dan kambuh, sering kali dikaitkan dengan peningkatan kadar imunoglobulin E (IgE) dan riwayat alergi atau asma lainnya.

Evaluasi Katarak

Tatalaksana Katarak

Pemeriksaan slit-lamp dilakukan untuk mengetahui kondisi konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris dan lensa itu sendiri. Pemeriksaan lain yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan biometrik yang dilakukan untuk menghitung kekuatan lensa yang ditanam.

Tindakan Bedah Pada Katarak

RETINA

Pengantar

Pemeriksaan Retina

Untuk memeriksa makula secara lebih spesifik secara non visual, dapat dilakukan pemeriksaan grid Amsler. Ini adalah cara yang sangat sederhana untuk mendeteksi kelainan pada retina (makula) dan juga untuk mendiagnosis lesi saraf optik ringan.

Kelainan Retina

GLAUKOMA

Oleh karena itu, kunci terapi glaukoma adalah deteksi dini dan pencegahan agar tidak bertambah parah.

Patogenesis Glaukoma

Volume cairan berair sebenarnya menentukan TIO. Jika produksinya berlebihan atau drainasenya terganggu maka TIO akan meningkat. Pada pemberian atropin sulfat penyebab midriasis, iris menutup sudut bilik mata depan sehingga aliran cairan aqueous terganggu.

Glaukoma Primer

Glaukoma dibedakan menjadi glaukoma sudut terbuka primer, glaukoma sudut tertutup primer, glaukoma sudut terbuka sekunder, glaukoma sudut tertutup sekunder, dan glaukoma kongenital. Glaukoma sudut terbuka primer biasanya bilateral, perjalanan penyakitnya progresif sangat lambat, sifatnya tenang dan seringkali tidak menimbulkan keluhan sehingga menyulitkan penegakan diagnosis pada tahap awal.

Glaukoma Sekunder

Puing-puing protein dan sel-sel inflamasi yang tersangkut di celah trabekuler menyebabkan terhambatnya drainase aqueous humor. Pada glaukoma ini, aliran aqueous humor tidak lancar karena trabekulum tertutup oleh iris karena alasan yang jelas.

Glaukoma Kongenital

Tanda dan gejala yang terjadi mirip dengan glaukoma sudut tertutup primer, biasanya disertai nyeri, mata merah, dan lain-lain. Pada kasus glaukoma sekunder, penderita memiliki bola mata yang besar (buphthalmos) sejak lahir, hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan mata saat masih dalam kandungan dan tekanan pada batas luar mata anak yang masih fleksibel.

Macam Pemeriksaan Glaukoma

Selain itu, dapat dilakukan trabekulektomi, yaitu pembentukan fistula antara COA dan ruang subkonjungtiva dengan cara operasi pengangkatan sebagian jaringan trabekuler, untuk memperlancar drainase aqueous humor pada glaukoma. Gonioskopi dilakukan untuk memeriksa saluran drainase, yaitu dengan memeriksa sudut bilik mata depan (COA) menggunakan lensa kontak khusus.

Terapi Glaukoma

REFRAKSI

Semua zat bias ini bening, mempunyai permukaan masing-masing, mempunyai kelengkungan dan indeks bias yang berbeda-beda, dan melekat satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan yang daya bias totalnya bukan merupakan penjumlahan masing-masing komponen. Mata yang memiliki bilik (n=1,33) memiliki indeks bias yang sama dengan kornea, sehingga cahaya mudah melewati kornea.

Refraksi pada mata

Mata Skematik Tereduksi Gullstrand

Visus dan Kartu Snellen

Jika Anda dapat melihat maka penglihatan Anda 1/∞, tetapi jika Anda tidak dapat melihat apa pun, maka penglihatan Anda nol atau Anda buta. Visi 1/60 juga disebut FC=1 atau CF1; ketajaman penglihatan 1/300 disebut juga HM=1; ketajaman penglihatan 1/∞ disebut juga LP; dan Vision 0 disebut juga NLP (FC: Finger Counting; CF: Finger Counting; HM: Hand Movement atau Arm Movement; LP: Light Perception; dan NLP: No Light Perception).

Ametropia

Akomodasi

Mata merupakan alat pengumpul cahaya sehingga cahaya difokuskan di depan retina, di retina, atau di belakang retina (secara virtual). Sinar sejajar yang masuk ke mata hipermetropia akan dipantulkan menyebar sehingga titik potongnya berada di belakang retina.

Hiperopia

Koreksi S+1.00 D merupakan koreksi hiperopia fakultatif, sedangkan koreksi S+1.50 D merupakan koreksi hiperopia fakultatif dan absolut; Yang kedua juga disebut hiperopia nyata. Dalam kasus strabismus konvergen atau asthenopia berat, koreksi hiperopia total harus diberikan dan kacamata dipakai terus menerus.

Miopia

Dengan miopia tinggi (>6D) Anda perlu membaca pada jarak yang sangat pendek (PR cm; dan punctum proximum bahkan lebih dekat lagi, tergantung pada amplitudo akomodasi). Dengan miopia tinggi, penglihatan jarak jauh mungkin mendapat sedikit pengurangan koreksi penuh (2/3 dari koreksi penuh) untuk mengurangi efek prisma lensa tebal.

Astigmatisma

Koreksi dilakukan dengan kombinasi lensa sferis negatif dan silinder negatif (lensa silinder negatif untuk menjauhkan fokus dari retina menjadi satu dengan fokus lebih dekat ke retina, setelah itu kedua titik fokus yang menyatu dikembalikan ke retina. mengungsi retina dengan bola negatif). Koreksi dilakukan dengan kombinasi lensa sferis negatif dan lensa silinder positif, dengan pemahaman bahwa kekuatan lensa silinder lebih besar dibandingkan dengan kekuatan lensa sferis.

Status Refraksi

Bisa juga dipadukan dengan lensa sferis positif dan lensa silinder negatif, asalkan kekuatan lensa sferis lebih besar dari pada lensa silinder. Atau dengan kombinasi lensa sferis positif dan lensa silinder negatif, dimana kekuatan lensa silinder lebih besar dibandingkan lensa sferis.

Presbiopia

Jika salah satu meridian utama bersifat emetropik dan meridian lainnya hipermetropik, maka meridian yang satu terfokus pada retina dan meridian lainnya berada di belakang retina. Penderita miopia 3 dioptri tidak memerlukan akomodasi, dan penderita miopia lebih dari 3 dioptri tidak memerlukan akomodasi bahkan perlu ditambah lensa sferis negatif sehingga menyisakan miopia 3 dioptri.

Anisometropia

Aniseikonia

Afakia

BEDAH REFRAKTIF

Gangguan refraksi dapat ditangani dengan menggunakan alat bantu koreksi refraksi berupa kacamata atau lensa kontak.

Sejarah Perkembangan Bedah Refraktif

Teknik ini menggunakan mikrokeratome yang ditingkatkan (mikrokeratome BKS), satu set pewarna dan dudukan penghisap. Teknik ini merupakan kombinasi bedah refraktif kornea pipih dan fotoablasi laser excimer kornea di bawah penutup kornea.

Keratektomi Fotorefraktif

Untuk mencegahnya, diameter ablasi dibuat minimal 6 mm, karena retina dapat beradaptasi dengan zona ablasi sebesar tersebut. Seiler dkk menyatakan pada tahun 1994 bahwa komplikasi PRK jarang terjadi kecuali koreksinya lebih besar dari -6,00 D.

Keratomileusis Dengan Laser In Situ

NEURO-OFTALMOLOGI

Banyak penyakit saraf yang memiliki gejala pada mata dan didiagnosis berdasarkan gejala dan tanda pada mata. Saraf optik (cabang pertama dari saraf trigeminal) dan saraf wajah masing-masing merupakan saraf sensorik mata dan saraf yang mempersarafi otot orbicularis oculi.

Anatomi dan Fisiologi Lintasan Visual

Kanal optik kanan dibentuk oleh serabut saraf dari retina temporal pada mata kanan dan retina hidung pada mata kiri, dan sebaliknya untuk bagian optik kiri. Kanalis optikus kanan meneruskan rangsangan dari lapang pandang kiri dan kanalis optik kiri ke lapang pandang kanan.

Patologi Lintasan Visual

Saat serabut meninggalkan korpus genikulatum lateral, terjadi rotasi terbalik sehingga serabut yang berhubungan dengan retina superior akan ditempatkan di bagian atas radiasi optik dan korteks calcarine; dan yang berhubungan dengan retina inferior akan ditemukan di bagian bawah radiasi optik dan korteks calcarine. Radiasi optik bergerak mundur; Berkas atas melewati lobus parietal dan berkas inferior melewati lobus temporal dan mengelilingi kornu inferior dan posterior ventrikel lateral dan kemudian berakhir di korteks visual.

Gejala Umum Kelainan Lintasan Visual

Penting juga untuk diingat bahwa jalur penglihatan berjalan tegak lurus dengan jalannya saluran kortikospinal (piramida) dan berpotongan di tempat-tempat tertentu. Selain itu, gejala saluran piramidal juga mungkin muncul, karena saluran ini secara anatomis berpotongan tegak lurus dengan jalur penglihatan.

Pemeriksaan Kelainan Lintasan Visual

Pemeriksaan lapang pandang dengan tes konfrontasi Pemeriksaan lain yang juga sangat penting untuk dilakukan adalah sebagai berikut. Pemeriksaan lapang pandang dengan perimetri Kelebihan perimetri kinetik adalah: (i) perimetri kinetik relatif cepat; (ii) penting dalam menentukan batas sesar yang curam; (iii) dengan melihat isopter kita dapat dengan mudah mengevaluasi hasil perimetri; (iv) efektif untuk mengukur kesalahan bidang pandang dan kedalaman; dan (v) dapat dengan cepat menentukan lokasi lesi neurologis.

Anomali Diskus Optikus

Diskus optikus sangat rentan terhadap kompresi yang menyebabkan gangguan pembuluh darah, dan glaukoma paling sering terjadi bersamaan dengan gangguan neuroophthalmological. Saluran postchiasmatic (saluran optik, badan genikulatum lateral, dan saluran genikulolokalkarin) sangat rentan terhadap penyakit pembuluh darah dan tumor.

Kelainan Papil

Referensi

Dokumen terkait

5.2.11 Analisis statistik hasil positif dan negatif pemeriksaan IgM anti S.typhi menggunkan kit ICT dan ELISA