• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan dalam sistem lakrimal terutama produksi dan komposisi air mata.

Perubahan kualitas dan kuantitas air mata akan menyebabkan keluhan-keluhan yang dikenal sebagai sindrom mata kering.

panas , krepitasi (fraktur pada orbita). Perkusi: hampir tidak pernah dilakukan. Auskultasi: aneurisma arterio-venosa.

Warna rambut bisa hitam atau putih tergantung usia atau adanya penyakit. Pada sindrom Vogt-Koyanagi terjadi hal-hal berikut: poliosis, yaitu depigmentasi rambut yang berbatas tegas yang menyertai kondisi patologis; vitiligo,yaitu depigmentasi dengan pinggir hiperpigmentasi; dan iridosiklitis, ketulian, blefaroptosis, blefarospasme.

Bentuk kelopak mata: simetris atau tidak. Pasangan kelopak mata Pasangan tepi kelopak mata. Gerakan kelopak mata: ritmis, kira-kira 8-10x/menit. Kelainan kulit kelopak mata. Bulu mata.

Kelainan Kongenital Kelopak Mata dan Sistem Lakrimal

Koloboma palpebra, yaitu hilangnya sebagian kulit mata atau adneksa mata akibat kegagalan menyelesaikan pertumbuhan.

Merupakan kelainan congenital adnexa (bagian tambahan) mata, meliputi palpebra, glandula lacrimalis, dan bagian umbai mata lainnya.

Epikantus, ada lipatan kulit di lateral atau medial. Epikantus adalah lipatan kulit vertical pada sisi hidung, kadang-kadang menutupi kantus sebelah dalam. Lipatan ini dapat sebagai cirri normal pada orang-orang dari ras tertentu dan kadang-kadang merupakan anomali bawaan pada orang lain.

Gambar 2.3. Ektropion

Entropion dan ektropion. Entropion yaitu penggulungan margo palpebra ke arah dalam, sedangkan ektropion adalah penggulungan ke arah luar. Entropion dapat terjadi karena sikatrik yang timbul di dalam kelopak mata, misalnya akibat penyakit mata trakoma.

Karena tarikan ini margo palpebra arahnya jadi ke dalam, akibatnya bulu mata menusuk-nusuk kornea. Pada orang awam sering bulu mata yang masuk itu malah dicabut, akibatnya bulu mata yang tumbuh lebih kaku. Komplikasi bisa ringan sampai berat (kebutaan).

Terapinya harus dikoreksi dengan operasi.

Blefarokalasis, yaitu adanya lipatan kulit yang sejajar dengan margo palpebra/ relaksasi kulit kelopak mata akibat atrofi jaringan interselular. Sering pada orang tua atau pada orang yang tonus ototnya sudah berkurang. Epiblefaron, anomali pertumbuhan yang lipatan horizontal kulitnya terentang melewati margo palpebra sehingga menekan bulu mata ke arah kelopak mata. Ankiloblefaron (tidak adanya celah palpebra karena ada perlekatan margo palpebra superior et inferior) dan Blefarofimosis (celah palpebra kecil). Ptosis, yaitu turunnya (jatuhnya) kelopak mata atas. DISTIKHIASIS, yaitu adanya baris bulu mata yang ganda pada satu kelopak mata, satu atau keduanya menekuk ke arah bola mata.

Gangguan Gerakan Kelopak Mata

Kelopak mata yang tidak dapat membuka mata bisa disebabkan beberapa hal sebagai berikut. Paresis/paralisis m.

levator palpebra seperti pada blefaroptosis. Celah mata yang sukar

dibuka secara aktif terjadi pada blefarospasme (spasme otot orbikular karena radang kornea, iris dan badan siliar). Orang sering merasa silau apabila mengalami keratitis (radang kornea). Di kornea ada saraf sensoris N V sehingga rasa nyeri pada kornea akibat peradangan diinterpretasikan sebagai rasa silau pada mata.

Kelopak mata yang tidak dapat menutup mata atau lagoftalmus bisa disebabkan penonjolan bola mata. Hal ini bisa disebabkan ukuran bola mata yang memang besar atau adanya desakan dari dalam. Sebab-sebab lain di antaranya paralisis otot orbikular, hipertonus m. Mulleri, sikatrik kelopak mata, dan bola mata yang menonjol sehingga penutupan palpebra terhambat.

Secara normal, saat mata melihat ke bawah (bola mata bergerak ke bawah) otomatis akan diikuti oleh turunnya kelopak mata. Pada tanda Stellwag (pada morbus Basedow) ini, terjadi keterlambatan turunnya kelopak mata. Abnormalitas lainnya antara lain niktitasio (gerakan mengedip yang abnormal), akibat blefarospasme, dan tic facialis.

Radang Kelopak Mata

Peradangan kelopak mata mencakup di antaranya blefaritis, hordeolum, kalazion, dan herpes zoster oftalmikus.

Blefaritis

Blefaritis adalah suatu peradangan subakut atau menahun tepi kelopak mata. Terdapat 2 bentuk blefaritis yaitu blefaritis seboroik (blefaritis skuamosa) dan blefaritis ulseratif (blefaritis stafilokokal).

Blefaritis seboroik

Blefaritis seboroik merupakan peradangan kelenjar kulit di daerah bulu mata, sering pada orang yang kulitnya berminyak, penyebabnya biasanya kelainan metabolik atau jamur. Ada hubungannya dengan penyakit kulit karena jamur, contohnya ketombe pada kepala. Blefaritis seboroik dapat merupa-kan bagian dermatitis seboroik.Secara klinis ditemukan sisik halus, putih, penebalan kelopak mata disertai madarosis (hilangnya bulu mata), dibawah sisik kulit hiperemi, tidak berulserasi. Pengobatan dengan membersihkan sisik, salep salisil 1% dan merkuri amoniak dengan vehikulum minyak. Salep ini tidak boleh masuk kedalam mata. Yang terpenting adalah hidup bersih dan perbaiki higiene. Penyulit yang bisa terjadi adalah keratitis dan konjungtivitis.

Blefaritis ulserativa

Penyebab utamanya diduga adalah stafilokokus. Secara klinis terdapat keropeng kekuningan merekat bulu mata menjadi satu. Bila keropeng dibuang akan terjadi ulkus kecil mudah berdarah. Ulkus ini kalau sembuh dapat menyebabkan sikatriks. Pengobatannya dengan salep sulfasetamid, gentamisin, basitrasin. Bila tidak diobati dengan baik ulkus bisa meluas merusak akar rambut sehingga bulu mata rontok. Ia juga bias menyebabkan konjungtivitis menahun.

Selain itu dapat menyebabkan trikiasis karena terbentuk sikatrix pada palpebra.

Hordeolum

Merupakan peradangan supuratif kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum eksternum), kelenjar Meibom (hordeolum internum).

Hordeolum internum dapat terjadi dari kalazion yang mengalami infeksi. Penyebabnya adalah Staphylococcus spp (histopatologi sesuai abses). Gambaran klinis keadan ini diuraikan seperti berikut ini. Secara subyektif, pasien mengeluh rasa mengganjal dan rasa sakit. Permukaan bengkak, dalam beberapa hari bengkak terlokalisir. Pemeriksaan obyektif mengungkap adanya benjolan merah, didekat pangkal bulu mata, nyeri bila ditekan (abses kecil).

Pengobatannya dengan antibiotika dan insisi bila ada fluktuasi.

Perbaikan higiene bisa mencegah kekambuhan. Penyulit yang bisa terjadi antara lain selulitis. Hal ini (jarang) terjadi karena hordeolumnya sering dipegang-pegang pakai tangan, kemudian terjadi infeksi.

Kalazion

Merupakan peradangan lipogranuloma menahun kelenjar Meibom. Penyebab tidak diketahui, diduga karena gangguan sekresi yang menyebabkan sumbatan. Faktor tambahan pada kelainan ini antara lain sumbatan mekanis (akibat pembedahan), infeksi bakteri yang ringan, dan blefaritis. Gambaran klinis keadan ini diuraikan seperti berikut ini. Secara subyektif pasien melaporkan peradangan ringan, dan apabila benjolan berukuran cukup besar maka bola mata dapat tertekan (dengan manifestasi gangguan refraksi).

Pemeriksaan obyektif mengungkap adanya edema dan teraba benjolan keras. Pengelolaannya dengan aplikasi kompres hangat, pengurutan ke arah muara kelenjar, insisi dan kuretase (bila perlu).

Herpes Zoster Oftalmikus

Herpes Zoster Oftalmikus (HZO) diawali dengan infeksi VHZ (Herpes Zoster Virus) yang mengenai ganglion Gasseri (saraf

trigeminus). Kebanyakan terjadi pada orang tua di atas 50 th, gizi buruk, dan gangguan sistem imun (AIDS). Kelainan bersifat unilateral dibatasi tegas oleh garis tengah. Apabila terdapat pada puncak hidung, maka menunjukkan cabang nasosiliaris saraf mata sudah terkena (tanda Hutchinson), ini menunjukkan bahwa penyulit intraokular segera timbul. Secara klinis, pasien bisa melaporkan bahwa pada permulaan infeksi terdapat rasa nyeri pada kulit, lesu dan seperti gejala influenza pada umumnya. Pemeriksaan obyektif bisa mengungkap adanya vesikel pada kulit yang disarafi saraf mata, pustula, parut, edema palpebra, konjungtiva merah, kornea keruh.

Pengelolaan HZO yang terpenting adalah dengan memperbaiki keadaan umum, gizi, dan istirahat. Pengobatan biasanya hanya bersifat simtomatik, yang paling umum adalah dengan pemberian Acyclovir 800 mg 5 kali sehari selama 5 hari. Steroid lokal dapat menolong, dan penggunaan sistemik pada yang keadaan umumnya baik dapat mengurangi neuralgia. Namun demikian bila keadaan umumnya jelek, penggunaan steroid sistemik berbahaya. Globulin imun dapat diberikan pada anak-anak dan penderita dengan infeksi luas. Penyulitnya antara lain keratitis, uveitis dan kemudian glaukoma sekunder. Pada keadaan yang berat dapat terjadi perforasi kornea, diikuti ftisis bulbi. Selain itu dapat terjadi oftalmoplegia, ptosis, serta neuritis optika.

Gambar 2.4. Herpes

Zoster Oftalmikus

Dalam dokumen Dokumen referensi: Daftar Isi (Halaman 45-50)