• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Lakrimal

Dalam dokumen Dokumen referensi: Daftar Isi (Halaman 74-82)

Air mata berfungsi untuk membasahi kornea dan konjungtiva.

Air mata merupakan cairan netral atau agak alkalis (pH ± 7, ada referensi yang menyebutkan pH 7,35). Refleks sekresi air mata dapat berupa sekresi dasar dan sekresi terkait stimulasi.

Sekresi dasar adalah refleks sekresi saat kita mengedipkan mata. Mata mengedip 10 – 15 kali per menit. Pada saat itul air mata diproduksi dan diratakan oleh palpebra. Sekresi dasar ini dimediasi oleh N. facialis (N VII). Sekresi lain disebabkan oleh stimulasi kornea dan konjungtiva (tear break up dan dry spot). Ini berada di bawah kendali sistem parasimpatik. Stimulasi ini tejadi ketika terdapat benda asing (corpus alienum) pada mata. Ketika mata dimasuki

benda asing, akan terasa nyeri. Serabut saraf sensoris yang menginervasi adalah nervus trigeminus.

Sistem lakrimasi adalah sistem pembasahan mata, mulai dari diproduksinya air mata sampai ke pembuangannya. Sistem lakrimal terdiri atas system sekretorik dan system ekskresi.

Sistem sekretorik meliputi beberapa unsur berikut. Pertama adalah kelenjar lakrimal utama. Kelenjar lakrimal utama meproduksi 95% dari total air mata. Kelenjar ini terletak di fossa glandulae lacrimalis os temporal, di lateral atas mata. Kedua adalah kelenjar lakrimal tambahan, yaitu kelenjar Krause dan Wolfring), yang memproduksi 5% dari total air mata. Kedua kelenjar ini terletak di konjungtiva, terutama di fornix superior. Kelenjar ini identik dengan glandula lakrimal tetapi tidak mempunyai sistem duktus. Kelenjar inilah yang bertanggung jawab untuk sekresi air mata ketika tidur.

Keitga adalah kelenjar Meibom, yang terletak pada tarsus di bawah konjungtiva palpebra di bagian profunda. Keempat adalah kelenjar Zeis, yang terletak di batas depan kelopak. Kelenjar ini merupakan modifikasi glandula sebasea berukuran kecil yang bermuara pada folikel rambut di dasar bulu mata. Dan yang terakhir adalah kelenjar Moll, yang terletak di batas depan kelopak. Kelenjar ini merupakan modifikasi dari glandula sudorifera (kelenjar keringat) bermuara dekat dasar bulu mata. Kelenjar Meibom, Zeis, dan Moll adalah pembentuk komponen lipid pada komposisi air mata. Selain itu terdapat pula sel goblet, kelenjar Manz, dan kripte Henle. Ketiganya terletak di konjungtiva dan menghasilkan musin pada komposisi air mata.

Sistem ekskresi akan diuraikan sebagai berikut. Setelah air mata diproduksi, mata akan berkedip dan palpebra meratakan air mata ke seluruh bagian anterior mata. Pada saat mata berkedip, sakus lakrimalis akan tergencet dan menimbulkan tekanan positif di dalamnya. Pada waktu mata dibuka, dengan adanya tekanan berubah jadi negati dan tekanan negatif ini, air mata terserap melalui punctum lacrimal kemudian berjalan ke kanalikuli superior dan inferior.

Gambar 2.13. Struktur sistem lakrimalis

Selanjutnya air mata terkumpul di sakus lakrimalis, turun melalui duktus nasolakrimalis yang bermuara di rongga hidung, tepatnya di meatus nasi inferior. Inilah yang menyebabkan air mata kita tidak menetes keluar ke pipi. Air mata juga tidak keluar melalui hidung karena setelah sampai rongga hidung, air mata mengalir ke nasofaring kemudian ke esofagus dan lambung. Selain itu udara panas dalam hidung juga mempercepat proses penguapan.

Gambar 2.14. Tahap-tahap penyaluran airmata

Gambar di atas ini mengilustrasikan tahap-tahap penyaluran airmata dari permukaan mata ke duktus nasolakrimalis.

Lapisan Air Mata

Air mata terdiri 3 lapis. Lapisan superfisial tersusun atas lapisan lipid yang dihasilkan kelenjar Meibom. Fungsinya untuk menghambat penguapan lapisan air mata, meningkatkan tekanan permukaan, dan melumasi kelopak mata. Lapisan tengah bersifat seperti air, dan dihasilkan kelenjar lakrimal utama dan kelenjar lakrimal tambahan, merupakan lapisan yang paling tebal. Lapisan ini berfungsi memberi oksigen pada permukaan epitel kornea,

mengandung zat antibakteri berupa laktoferin, lisozim, dan betalisin, membentuk permukaan optis yang halus, serta membersihkan debris. Lapisan dalam merupakan lapisan musin yang dihasilkan sel goblet, kripte Henle dan kelenjar Manz. Lapisan ini mengubah permukaan kornea dari hidrofobik menjadi hidrofilik.

Permukaan kornea itu tidak halus sehingga lapisan air sukar menempel pada kornea. Dengan adanya musin akan membuat permukaan kornea halus sehingga lapisan air dapat menempel.

Gambar 2.15. Lapisan-lapisan airmata

Terdapat tiga faktor untuk pelapisan ulang air mata pada kornea. Yang pertama adalah refleks mengejap atau mengedip.

Kalau refleks mengejap jelek, maka kualitas air mata juga jelek.

Misalnya terjadi pada gangguan N. facialis dan pada penderita penyakit Grave. Yang kedua adalah harmonisasi permukaan mata luar dan kelopak mata, dan yang ketiga adalah adanya epitel yang normal.

Pemeriksaan Sistem Lakrimalis

Pemeriksaan kelenjar air mata perlu memperhatikan perubahan warna, perubahan bentuk dan sifat perubahan tersebut.

Normalnya, kelenjar air mata tidak terlihat dan tidak menonjol.

Produksi air mata diperiksa dengan uji Schirmer. Cara melakukan uji

Schirmer adalah dengan menyisipkan kertas saring di fornix inferior mata kanan dan kiri. Kemudian ditunggu selama 5 menit. Secara normal, produksi air mata minimal 10 mm dari pangkal kertas saring basah oleh air mata. Kalau lebih cepat berarti hipersekresi dan jika lebih lama berarti hiposekresi.

Pemeriksaan sistem ekskresi air mata mencakup beberapa hal. Pertama kedudukan pungtum lakrimale mesti diamati.

Normalnya kedua pungtum mengadap ke dalam (ke arah bola mata) sehingga saat mata mengedip, air mata akan masuk melalui pungtum lalu ke kanalikuli. Pungtum ini akan tampak saat palpebra dieversi/ditarik keluar. Pada orang tua, karena otot-otot palpebra sudah tidak elastis lagi, pungtum lakrimale sering malah mengarah keluar. Sakus lakrimale dilihat apakah ada perubahan kulit atau pembengkakan. Pembengkakan sering terjadi akibat sumbatan duktus nasolakrimalis. Radang sakus lakrimalis disebut dakriosistisis. Pemeriksaan lain mencakup uji regurgitasi, uji Schirmer, pompa Anel, sondase dan foto Rontgen.

Tes Regurgitasi

Pada tes Regurgitasi, sakus lakrimalis ditekan. Tes regurgitasi positif jika ada cairan yang mengalir kembali melalui punctum. Ini menunjukkan air mata tertimbun di dalam saccus, kadang menyebabkan infeksi sehingga cairan yang keluar berupa pus.

Pompa Anel

Jarum yang tumpul (bisa lurus atau bengkok) dimasukkan melalui pungtum lakrimal (biasanya yang inferior dulu) ke dalam sakus lakrimal, kemudian larutan garam fisiologis/NaCl disemprotkan. Sebagian air mata ada yang tertelan. Tes Anel (+), bila terasa asin di tenggorokan. Tes Anel (-), bila tidak terasa asin, berarti ada kelainan dalam saluran tersebut.

Gambar 2.16. Tes Regurgitasi

Bila cairan keluar lagi dari pungtum lakrimal superior berarti ada obstruksi di duktrus nasolakrimalis. Kalau cairan keluar kembali melalui pungtum lakrimal inferior, berarti obstruksi terdapat di ujung nasal kanalikuli inferior. Selanjutnya, coba lakukan tes Anel melalui pungtum lakrimale superior.

Sondase

Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah obstruksi yang terjadi permanen atau tidak. Kalau tidak permanen (misalnya jendalan masa yang lunak), kawat sonde bisa menembus dan saluran kembali normal. Sedangkan pada obstruksi yang permanen, kawat sonde tidak dapat menembusnya.

Kelainan Pada Sistem Lakrimal

Defisiensi Air Mata

Defisiensi air mata bisa disebabkan beberapa hal, salah satu penyebabnya adalah atrofi dan fibrosis jaringan lakrimal karena infiltrasi sel mononuklear akibat sindrom Sjögren maupun keratokonjungtivitis sika. Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan yang ditandai oleh hiperemia konjungtiva, defisiensi air mata, penebalan epitel kornea, gatal, dan rasa terbakar pada mata, dan ketajaman penglihatan sering menurun. Sering juga disebut mata kering (dry eye).

Sebab-sebab lain defisiensi air mata di antaranya (i) Kerusakan atau destruksi jaringan lakrimal oleh inflamasi granulomatosa, inflamasi kronis atau lesi neoplastik. (ii) Kelenjar lakrimal tidak ada, bisa kongenital atau akuisita. Pada kondisi ini

palpebra pasien harus menutup agar tidak terjadi kekeringan mata karena tidak ada produksi air mata. (iii) Duktus sekretorius tersumbat. Misalnya terjadi setelah sindrom Stevens-Johnson. Pada sindrom ini seluruh kulit dan mucosa pasien melepuh (timbul bula- bula), tak terkecuali mukosa mata. Lesi ini bisa sampai mengenai duktus sekretorius. Apabila duktus ini rusak, bisa mengakibatkan sikatrik dan lalu tersumbat. (iv) Lesi neurogenik. (v) Disfungsi kelenjar Meibom. Kelenjar Meibom menghasilkan lipid. Sudah disebutkan di depan bahwa salah satu fungsi lapisan lipid adalah mencegah penguapan lapisan air mata. Kalau produksi lipid menurun berarti air mata mudah menguap.

Defisiensi Musin

Defisiensi ini terjadi karena kerusakan sel goblet, yang disebabkan oleh hipovitaminosis A atau sikatriks konjungtiva.

Pengeluaran Air Mata Berlebihan

Ada dua bentuk yang mesti dibedakan, yaitu lakrimasi dan epifora. Lakrimasi merupakan refleks hipersekresi (produksi berlebihan tetapi ekskresi normal), misal saat ada corpus alienum, atau juga stimulasi emosi (sedih, bahagia). Hiperlakrimasi adalah produksi air mata berlebihan, mata jadi nrocos, sedangkan dikatakan epifora apabila air mata sudah menetes ke pipi. Epifora obstruktif terjadi bila sekresi air mata normal tapi proses pembuangannya terganggu akibat adanya sumbatan.

Radang sistem lakrimal Dakrioadenitis

Pada anak-anak sering karena komplikasi penyakit sistemik, sedangkan dewasa karena trauma. Pada keadaaan akut terjadi pembengkakan kelenjar lakrimal di temporal atas dan menyebabkan rasa sakit. Dakriodenitis kronis biasanya terjadi bilateral.

Dakriosistitis

Biasanya terjadi unilateral, sering karena sumbatan duktus nasolakrimalis. Tanda: epifora, ada eksudat, dan uji regurgitasi (+).

Keadaan akut menimbulkan rasa sakit, bengkak, merah, dan nyeri tekan. Penyebabnya: Staphylococcus aureus. Pada anak kecil dakriosistisis akut sering disebabkan Haemophillus influenzae.

Keadaan kronis kadang-kadang sampai terjadi perforasi di kulit.

Penyebabnya: Streptococcus pneumoniae. Penyebab lain dakriosistisis kronik adalah Candida albicans (jarang).

Sindrom mata kering (Dry eye syndrome)

Sindrom mata kering biasany adiakibatkan oleh kekurangan produksi air mata maupun penguapan air mata yang berlebihan.

Sindrom ini dijumpai pada 10 – 15% orang dewasa. Ketika terjadi penguapan berlebihan, lapisan film air mata menjadi relatif kurang stabil sehingga fungsi air mata untuk membasahi permukaan mata menjadi kurang optimal. Sindrom mata kering diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya menjadi mata kering karena kekurangan air mata dan karena penguapan yang berlebihan.

Keluhan pasien dengan sindrom mata kering dapat berupa rasa terbakar, kering, fotofobia, dan pandangan kabur. Gejala-gejala tersebut cenderung memburuk menjelang sore hari setelah mata terpapar dalam jangka waktu lama, atau ketika mata terpapar pada lingkungan yang ekstrim. Gejala yang timbul juga akan memburuk apabila terpapar pada kondisi kelembaban rendah dan pada ruangan ber-AC.

Temuan klinis dapat bervariasi mulai dari ringan dengan iritasi permukaan mata sangat sedikit hingga berat yang disertai dengan iritasi yang sering mengancam kebutaan. Pada stadium lanjut, kornea akan mengalami kalsifikasi terutama apabila berkaitan dengan beberapa pengobatan topikal misalnya pengobatan antiglaukoma, dan keratinisasi kornea dan konjungtiva.

Tanda-tanda yang sering dijumpai antara lain adalah dilatasi pembuluh darah konjungtiva bulbi, permukaan kornea yang tidak rata, dan adanya peningkatan debris pada air mata. Filamen dan plak mukus tampak pada kondisi mata kering yang berat. Filamen menunjukkan adanya sel-sel epitel diluar mukus yang melekat pada permukaan kornea. Adanya keratopati filamen akan menimbulkan sensasi nyeri karena filamen-filamen tersebut melekat sangat erat pada permukaan epitel kornea yang kaya inervasi saraf. Penipisan pada tepi maupun parasentral dapat juga terjadi pada kondisi mata kering yang labih parah.

Penatalaksanaan sindrom mata kering sangat tergantung dari tingkat keparahan. Pada kasus-kasus yang ringan, hanya diperlukan air mata buatan, diberikan sebanyak 4 kali sehari. Selain itu kompres hangat, pijat kelopak mata, dan pemakaian salep pelumas saat tidur juga dapat membantu mengatasi mata kering

yang ringan. Pada kasus dengan tingkat keparahan sedang, air mata buatan diberikan mulai 4 kali sehari hingga setiap jam. Selain pemakaian salep pelumas saat tidur, dianjurkan untuk menutup saluran pembuangan air mata sebelah bawah dengan penutup yang dapat dilepas. Kasus sindrom air mata berat membutuhkan semua penatalaksanaan kasus ringan-sedang ditambah dengan tarsorapi, lensa kontak, dan pengaturan kelembaban ruangan.

Dalam dokumen Dokumen referensi: Daftar Isi (Halaman 74-82)