• Tidak ada hasil yang ditemukan

pembahasan analisis kadar ctm ekstraksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pembahasan analisis kadar ctm ekstraksi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Percobaan kali ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui kadar serta metode sederhana Percobaan kali ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui kadar serta metode sederhana dan cepat dalam menganalisis obat CTM. Metode

dan cepat dalam menganalisis obat CTM. Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometriyang digunakan adalah metode spektrofotometri UV seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia IV. Dalam bidang farmasi, pemeriksaan mutu UV seperti yang tertera pada Farmakope Indonesia IV. Dalam bidang farmasi, pemeriksaan mutu obat mutlak diperlukan agar obat dapat sampai pada titik tangkapnya dengan kadar yang tepat obat mutlak diperlukan agar obat dapat sampai pada titik tangkapnya dengan kadar yang tepat sehingga dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki. Bila kadar obat tersebut tidak sehingga dapat memberikan efek terapi yang dikehendaki. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak dikonsumsi.

dikonsumsi.

Sampel yang akan dianalisis kadarnya pada percobaan kali ini adalah CTM. Monografi dari Sampel yang akan dianalisis kadarnya pada percobaan kali ini adalah CTM. Monografi dari CTM adalah sebagai berikut :

CTM adalah sebagai berikut :

2-[P-Kloro-a-[2-(dimetilamino)etil] piridina maleat (1:1)[113-92-8] 2-[P-Kloro-a-[2-(dimetilamino)etil] piridina maleat (1:1)[113-92-8]

Chlorpheniramine Maleat mengandung tidak kurang 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% Chlorpheniramine Maleat mengandung tidak kurang 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C

C1616HH1919CINCIN22CC44HH44OO44, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan., dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian

Pemerian : : Serbuk Serbuk hablur hablur putih, putih, tidak tidak berbau, berbau, larut larut dalam dalam etanol etanol dan dan kloroform, kloroform, sukarsukar larut dalam etanol dan kloroform, sukar larut dalam eter dan d

larut dalam etanol dan kloroform, sukar larut dalam eter dan d alam benzen.alam benzen.

Baku

Baku pembanding pembanding : : Chlorpheniramine Chlorpheniramine Maleate Maleate BPFI; BPFI; pengeringan pengeringan pada pada suhu suhu 10510500C selama 3C selama 3  jam sebelum digunakan.

 jam sebelum digunakan.

Identifikasi

Identifikasi : : Pada Pada sejumlah sejumlah tertentu tertentu serbuk serbuk tablet tablet dalam dalam tabung tabung reaksi, reaksi, dandan ditambahkan beberapa tetes pDAB HCl terjadi warna biru lemah.

ditambahkan beberapa tetes pDAB HCl terjadi warna biru lemah.

(Anonim,1995). (Anonim,1995).

CTM merupakan antihistamin H

CTM merupakan antihistamin H11  turunan alkilamin yang digunakan pada alergi rhinitis  turunan alkilamin yang digunakan pada alergi rhinitis musiman, alergi konjungtivitas karena inhalasi alergen dan makanan, alergi kulit ringan musiman, alergi konjungtivitas karena inhalasi alergen dan makanan, alergi kulit ringan manifestasi dari urtikaria dan angiodema. CTM mempunyai efek sedatif dan dapat menganggu manifestasi dari urtikaria dan angiodema. CTM mempunyai efek sedatif dan dapat menganggu

(2)

kewaspadaan saat melakukan pekerjaan yang berbahaya.

kewaspadaan saat melakukan pekerjaan yang berbahaya. CTM merupakan salah satu antihistaminCTM merupakan salah satu antihistamin H

H11 (AH(AH11) yang mampu mengusir histamin secara kompetitif dari reseptornya (reseptor H) yang mampu mengusir histamin secara kompetitif dari reseptornya (reseptor H11) dan) dan dengan demikian mampu meniadakan kerja histamin. CTM memiliki indeks

dengan demikian mampu meniadakan kerja histamin. CTM memiliki indeks terapetikterapetik (batas(batas keamanan) cukup besar dengan

keamanan) cukup besar dengan efek samping efek samping dandan toksisitas toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlurelatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui mekanisme aksi dari CTM sehingga dap

diketahui mekanisme aksi dari CTM sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin dalam tubuhat menimbulkan efek antihistamin dalam tubuh manusia. (Mutscher,1991).

manusia. (Mutscher,1991).

CTM dapat ditetapkan kadarnya melalui titrasi bebas air dan spektrofotometri UV. Dalam CTM dapat ditetapkan kadarnya melalui titrasi bebas air dan spektrofotometri UV. Dalam  penetapan

 penetapan kadar kadar CTM CTM ini ini dilakukan dilakukan dengan dengan metode metode spektrofotometri spektrofotometri UV UV karena karena lebih lebih mudah,mudah, lebih cepat dan lebih terbiasa mengunakan metode tersebut daripada dengan titrasi bebas air. lebih cepat dan lebih terbiasa mengunakan metode tersebut daripada dengan titrasi bebas air. Spektrofotometri UV menggunakan prinsip hukum Lambert-beer. Sinar yang diserap sebanding Spektrofotometri UV menggunakan prinsip hukum Lambert-beer. Sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi CTM yang diukur. CTM mempunyai kromofor pada cincin piridin, cincin dengan konsentrasi CTM yang diukur. CTM mempunyai kromofor pada cincin piridin, cincin  benzena,

 benzena, dan dan ikatan ikatan rangkap rangkap terkonjugasi terkonjugasi pada pada maleat maleat dan dan juga juga mempunyai mempunyai gugus gugus auksokromauksokrom  pada Cl yang terikat langsung di cincin benzena.

 pada Cl yang terikat langsung di cincin benzena.

Dalam melakukan analisis kadar CTM dalam tablet CTM sebelumnya dilakukan uji Dalam melakukan analisis kadar CTM dalam tablet CTM sebelumnya dilakukan uji keseragaman bobot tablet terlebih dahulu dengan langkah yang telah dijelaskan sebelumnya. Uji keseragaman bobot tablet terlebih dahulu dengan langkah yang telah dijelaskan sebelumnya. Uji keseragaman bobot tablet ini bertujuan untuk mengetahui apakah bobot tablet seragam atau tidak, keseragaman bobot tablet ini bertujuan untuk mengetahui apakah bobot tablet seragam atau tidak, dengan adanya keseragaman bobot tablet, maka diharapkan bahwa efek terapi yang diberikan pun dengan adanya keseragaman bobot tablet, maka diharapkan bahwa efek terapi yang diberikan pun akan sama atau seragam. Didapatkan hasil bahwa rata- rata bobot dari 20 tablet CTM yang akan sama atau seragam. Didapatkan hasil bahwa rata- rata bobot dari 20 tablet CTM yang ditimbang adalah 185,2 mg, dengan nilai SD sebesar 2,25 sehingga didapat nilai CV sebesar ditimbang adalah 185,2 mg, dengan nilai SD sebesar 2,25 sehingga didapat nilai CV sebesar 1.215%. Penimbangan keseragaman bobot tablet dapat disebut presisi jika nilai CV kurang dari 1.215%. Penimbangan keseragaman bobot tablet dapat disebut presisi jika nilai CV kurang dari 5%, dari hasil percobaan didapatkan

5%, dari hasil percobaan didapatkan nilai CV kurang dari 5% itu nilai CV kurang dari 5% itu berarti sudah presisi.berarti sudah presisi.

Kemudian dilihat keseragamannya menurut aturan keseragaman bobot tablet menurut Kemudian dilihat keseragamannya menurut aturan keseragaman bobot tablet menurut Farmakope Indonesia III. Bobot tablet CTM yang didapat adalah 185,2 mg sehingga itu berarti Farmakope Indonesia III. Bobot tablet CTM yang didapat adalah 185,2 mg sehingga itu berarti ketentuan yang harus dipenuhi adalah tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang 7,5% dari ketentuan yang harus dipenuhi adalah tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang 7,5% dari  bobot

 bobot rata- rata- rata rata yaitu yaitu sebesar sebesar 13,89 13,89 mg mg dan dan tidak tidak boleh boleh ada ada satu satu tablet tablet pun pun yang yang bobotnyabobotnya menyimpang 15% dari bobot rata- rata yaitu sebesar 27,78 mg. Didapatkan hasil bahwa tidak ada menyimpang 15% dari bobot rata- rata yaitu sebesar 27,78 mg. Didapatkan hasil bahwa tidak ada satu tablet pun yang menyimpang 7,5% dari bobot rata- rata, semua tablet berada dalam rentang satu tablet pun yang menyimpang 7,5% dari bobot rata- rata, semua tablet berada dalam rentang 171,31 mg ≤ x ≤

171,31 mg ≤ x ≤ 199,09 mg, juga tidak ada satu ta199,09 mg, juga tidak ada satu tablet pun yang menyimpang 15% dari bobot ratablet pun yang menyimpang 15% dari bobot rata--rata, semua

rata, semua tablet berada dalam tablet berada dalam rentang rentang 157,42157,42 mg ≤ x ≤ 212,98mg ≤ x ≤ 212,98 mg. mg. Kedua, dilakukan pembuatan HCl 37%, dilakukan perhitungan: Kedua, dilakukan pembuatan HCl 37%, dilakukan perhitungan:  N

(3)

V V11 x N x N11 = V = V22 x N x N22 500 ml x 0,1 = V 500 ml x 0,1 = V22x 12,06x 12,06 V V22 = 4,146 = 4,146

Ketiga, dilakukan pembuatan NaOH 0,1 N maka dilakukan perhitungan : Ketiga, dilakukan pembuatan NaOH 0,1 N maka dilakukan perhitungan :  N =  N =  ()  () × () × () 0,1 = 0,1 =  40×0,05 40×0,05 0,2 = g 0,2 = g

Jadi harus mengambil NaOH sebanyak 0,2 g dan ditambahkan

Jadi harus mengambil NaOH sebanyak 0,2 g dan ditambahkan aguades hingga 50 ml (0,05 L)aguades hingga 50 ml (0,05 L) Langkah selanjutnya adalah pembuatan larutan baku CTM. Larutan baku dibuat dengan Langkah selanjutnya adalah pembuatan larutan baku CTM. Larutan baku dibuat dengan menimbang seksama CTM baku tunggal sebanyak 20 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu menimbang seksama CTM baku tunggal sebanyak 20 mg, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL. Selanjutnya dilarutkan dengan HCl 0,1 N baku tadi sampai tanda tera pada labu takar 100 mL. Selanjutnya dilarutkan dengan HCl 0,1 N baku tadi sampai tanda tera pada labu takar. Digojog homogen hingga mendapat larutan yang jernih, pastikan semua serbuk CTM takar. Digojog homogen hingga mendapat larutan yang jernih, pastikan semua serbuk CTM terlarut sempurna di dalam larutan HCl 0,1 N. Setelah itu, disiapkan labu takar berukuran 10 mL terlarut sempurna di dalam larutan HCl 0,1 N. Setelah itu, disiapkan labu takar berukuran 10 mL sebanyak 7 buah untuk dilakukan pengenceran dengan hasil akhir CTM yang memiliki berbagai sebanyak 7 buah untuk dilakukan pengenceran dengan hasil akhir CTM yang memiliki berbagai konsentrasi yang telah ditentukan. Secara berturut

konsentrasi yang telah ditentukan. Secara berturut –  –  turut larutan awal CTM tadi diambil sebanyak turut larutan awal CTM tadi diambil sebanyak 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 ml.

4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 ml.

Setelah larutan seri kadar siap, dilakukan scanning panjang gelombang untuk menentukan Setelah larutan seri kadar siap, dilakukan scanning panjang gelombang untuk menentukan  berapa panjan

 berapa panjang gelombang gelombang yang g yang akan akan kita gunakan kita gunakan dan memastikan dan memastikan serapan UV serapan UV maksimal olehmaksimal oleh larutan seri kadar tersebut. Karena dimungkinkan terjadi perubahan nilai panjang gelombang larutan seri kadar tersebut. Karena dimungkinkan terjadi perubahan nilai panjang gelombang akibat perbedaan perlakuan selama preparasi larutan seri kadar. Pada proses ini dilakukan scanning akibat perbedaan perlakuan selama preparasi larutan seri kadar. Pada proses ini dilakukan scanning  panjang gelombang

 panjang gelombang dengan menggunakan dengan menggunakan larutan serlarutan seri kadar i kadar yang yang paling kecil. paling kecil. Scanning dilakukanScanning dilakukan  pada panjan

 pada panjang gelombang gelombang 200 g 200 sampai 400 sampai 400 nm. Hal nm. Hal ini diharapkan ini diharapkan pada kpada kadar terkecadar terkecil pun il pun masihmasih dapat menyerap sinar UV secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Hasil yang diperoleh dapat menyerap sinar UV secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Hasil yang diperoleh absorbansi maksimal pada panjang

absorbansi maksimal pada panjang gelombang 265 nmgelombang 265 nm. Hasil absorbansi larutan bakunya secara. Hasil absorbansi larutan bakunya secara  berurutan adalah 0,214; 0,301; 0,344; 0,398

 berurutan adalah 0,214; 0,301; 0,344; 0,398; 0,452; 0,483; 0,529.; 0,452; 0,483; 0,529.

Setelah itu dilakukan analisis

Setelah itu dilakukan analisis kadar CTM dengan cara kadar CTM dengan cara ekstraksi yaitu dengan menimbangekstraksi yaitu dengan menimbang CTM sebanyak 0,1854 gram lalu

CTM sebanyak 0,1854 gram lalu CTM dilarutkan pada HCl 0,1 N. CTM yCTM dilarutkan pada HCl 0,1 N. CTM yang bersifat basa ketikaang bersifat basa ketika ditambah asam akan membentuk garam, lalu ditambahkan dengan pelarut organik yaitu heksana ditambah asam akan membentuk garam, lalu ditambahkan dengan pelarut organik yaitu heksana dalam corong pi

dalam corong pisah. sah. Heksana yang bersifHeksana yang bersifat non polar at non polar maka penambahan heksana dimaksudkanmaka penambahan heksana dimaksudkan untuk memisahkan garam CTM-HCl dari eksipien-eksipien tablet CTM yang non polar. Campuran untuk memisahkan garam CTM-HCl dari eksipien-eksipien tablet CTM yang non polar. Campuran

(4)

dari dua fase pelarut kemudian diekstraksi dengan cara digojog dengan corong pisah. Karena dari dua fase pelarut kemudian diekstraksi dengan cara digojog dengan corong pisah. Karena reaksi ini menghasilkan gas, maka selama penggojogan, kran corong pisah harus dibuka sewaktu reaksi ini menghasilkan gas, maka selama penggojogan, kran corong pisah harus dibuka sewaktu --waktu agar corong tidak meledak. Corong ini kemudian d

waktu agar corong tidak meledak. Corong ini kemudian d idiamkan agar pemisahan antara dua faseidiamkan agar pemisahan antara dua fase  berlangsung dan akan terbentuk 2 fase

 berlangsung dan akan terbentuk 2 fase yaitu fase air asam yang berada di bawah dan fase organikyaitu fase air asam yang berada di bawah dan fase organik atau heksana yang ada di bagian atas. Dipisahkan air asam yang mengandung CTM-HCl dan atau heksana yang ada di bagian atas. Dipisahkan air asam yang mengandung CTM-HCl dan heksana yang mengandung eksipien tablet.

heksana yang mengandung eksipien tablet.

Fase air asam yang terkumpul dimasukkan dalam corong pisah, lalu ditambahkan NaOH Fase air asam yang terkumpul dimasukkan dalam corong pisah, lalu ditambahkan NaOH untuk memunculkan kembali CTM dari bentuk terionkan ke bentuk basanya lagi. Kemudian untuk memunculkan kembali CTM dari bentuk terionkan ke bentuk basanya lagi. Kemudian ditambahkan heksana dan diekstrasi sehingga akan terbentuk fase organik (heksana) dan fase air ditambahkan heksana dan diekstrasi sehingga akan terbentuk fase organik (heksana) dan fase air (NaOH). CTM pada langkah ini bersifat basa, sehingga CTM tidak larut dalam air basa dan akan (NaOH). CTM pada langkah ini bersifat basa, sehingga CTM tidak larut dalam air basa dan akan terdapat pada fase heksana. Fase heksana dikumpulkan, selanjutnya dilakukan ekstraksi kembali terdapat pada fase heksana. Fase heksana dikumpulkan, selanjutnya dilakukan ekstraksi kembali CTM dalam heksana menggunakan HCl, CTM akan

CTM dalam heksana menggunakan HCl, CTM akan berubah menjadi garam dan larut dalam HCl.berubah menjadi garam dan larut dalam HCl. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali agar

Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali agar tidak ada CTM yang tersisa dalam heksana.tidak ada CTM yang tersisa dalam heksana. CTM dalamCTM dalam

HCl kemudian diencerkan 10 kal

HCl kemudian diencerkan 10 kali, kemudian dibaca absorbansinya pada spektrofotometer UVi, kemudian dibaca absorbansinya pada spektrofotometer UV dengan panjang gelombang

dengan panjang gelombang 264 nm264 nm. Seharusnya, ekstraksi dilakukan dengan replikasi sebanyak 3. Seharusnya, ekstraksi dilakukan dengan replikasi sebanyak 3 kali sehingga akan diperoleh 4 data sampel. N

kali sehingga akan diperoleh 4 data sampel. Namun, pada praktikum ini hanya amun, pada praktikum ini hanya dilakukan ekstraksidilakukan ekstraksi 1 data sampel dikarenakan karna hanya memahami langkah-langkah ekstraksi dalam melakukan 1 data sampel dikarenakan karna hanya memahami langkah-langkah ekstraksi dalam melakukan analisis kadar CTM dengan ekstraksi ini juga tidak dilakukan tahap-tahap pencucian karna hanya analisis kadar CTM dengan ekstraksi ini juga tidak dilakukan tahap-tahap pencucian karna hanya memahami langkah-langkah ekstraksi saja, dan membandingkan harga absorbansi.

memahami langkah-langkah ekstraksi saja, dan membandingkan harga absorbansi.

Dari hasil pengukuran, diperoleh absorbansi sampel

Dari hasil pengukuran, diperoleh absorbansi sampel sebesar 0,270.sebesar 0,270. Absorbansi yangAbsorbansi yang diperoleh berada di antara 0,2

diperoleh berada di antara 0,2  –  –   0,8 sehingga tidak lagi diperlukan pengenceran. Untuk  0,8 sehingga tidak lagi diperlukan pengenceran. Untuk mendapatkan kadar regresi sampel, maka nilai absorbansi tersebut dimasukkan ke dalam mendapatkan kadar regresi sampel, maka nilai absorbansi tersebut dimasukkan ke dalam  persamaan kur

 persamaan kurva baku va baku yang tyang telah didapatkan elah didapatkan sebelumnya dan sebelumnya dan diperoleh hasil diperoleh hasil sebesar sebesar adalah 0,214;adalah 0,214; 0,301; 0,

0,301; 0,344; 0,398; 0,452; 0,483;344; 0,398; 0,452; 0,483;0,529. Dikarenakan terdapat faktor pengenceran sebesar 10 kali0,529. Dikarenakan terdapat faktor pengenceran sebesar 10 kali maka masing-masing kadar regresi sampel dikalikan dengan faktor pengenceran dan diperoleh maka masing-masing kadar regresi sampel dikalikan dengan faktor pengenceran dan diperoleh hasil

hasil sebesar 0,270.sebesar 0,270.Sedangkan kadar CTM Sedangkan kadar CTM dalam tablet untuk setiap sampel berturut-turut sebesardalam tablet untuk setiap sampel berturut-turut sebesar 1,86138 mg/tablet. Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket dan 1,86138 mg/tablet. Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket dan  persyaratan

 persyaratan Farmakope Farmakope Indonesia Indonesia IV. IV. Pada Pada etiket, etiket, tertera tertera keterangan keterangan bahwa bahwa kadar kadar CTM CTM dalamdalam tablet sebesar 4 mg dan Farmakope Indonesia IV menyatakan bahwa tablet klorfeniramin maleat tablet sebesar 4 mg dan Farmakope Indonesia IV menyatakan bahwa tablet klorfeniramin maleat mengandung klorfeniramin maleat tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari mengandung klorfeniramin maleat tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari

(5)

 jumlah yang tertera pada etiket. Sehingga

 jumlah yang tertera pada etiket. Sehingga jika jumlah yang tertera pada etiket sebesar 4 jika jumlah yang tertera pada etiket sebesar 4 mg makamg maka kandungan klorfeniramin maleat yang memenuhi syarat sebesar

kandungan klorfeniramin maleat yang memenuhi syarat sebesar 3,72 mg ≤ x ≤ 4,28 mg3,72 mg ≤ x ≤ 4,28 mg. Hal ini. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh tahap pencucian yang tidak dilakukan karna dalam tahap kemungkinan dapat disebabkan oleh tahap pencucian yang tidak dilakukan karna dalam tahap  pencucian

 pencucian dapat dapat berfungsi berfungsi untuk untuk mengambil mengambil sisa sisa CTM CTM yang yang tertinggal tertinggal saat saat ekstraksi ekstraksi pada pada tiaptiap  pelarut.

Referensi

Dokumen terkait

VARSE memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tablet piridoksin mengandung piridoksin hidroklorida dengan kadar 97,59 %, tidak kurang dari 95,00

Monografi sismvastatin tablet tidak terdapat pada Farmakope Indonesia edisi IV, tetapi pada USP 32 tahun 2009 penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet ditentukan

Hal ini menunjukkan bahwa sediaan tablet bernama dagang yang dianalisis memenuhi persyaratan kadar yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV (1995) yaitu mengandung

Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar Metformin HCl adalah 95, 87 %, hasil ini memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Indonesia Edisi IV, yakni tablet Metformin HCl mengandung

Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar Metformin HCl adalah 95, 87 %, hasil ini memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Indonesia Edisi IV, yakni tablet Metformin HCl mengandung

Plant Medan apakah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV (1995), sehingga dengan kadar yang tepat tablet dapat memberikan efek terapi yang

Sehingga diperoleh kadar sebesar 97,29% dan telah sesuai dengan standar Farmakope Indonesia bahwa kandungan yang terdapat pada tablet antalgin yang mengandung metampiron, tidak

Kadar sampel 1 sebelum masa simpan dilakukan ialah 100,45 mg sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket, sedangkan kadar ibuprofen pada sampel 2 ialah 97,17 mg dimana