ARTIKEL PENELITIAN ARTIKEL PENELITIAN
Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel
Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Pada Karyawan Toko KueSyndrome (CTS) Pada Karyawan Toko Kue Amanda Brownies Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi Selatan
Amanda Brownies Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi Selatan Mohamad Hisyamuddin Bin Abd. Kadir
Mohamad Hisyamuddin Bin Abd. Kadir
Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas,
Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, FakultasFakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Kedokteran Universitas Hasanuddin
ABSTRAK ABSTRAK
Latar belakang : Latar belakang :
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yang Carpal Tunnel Syndrome (CTS) yang dikenal juga sebagai Tardy Median Nerve dikenal juga sebagai Tardy Median Nerve Palsy adalah kumpulan gejala dan tanda Palsy adalah kumpulan gejala dan tanda akibat penekanan N. Medianus di akibat penekanan N. Medianus di rongga/terowongan carpal. Sering terjadi rongga/terowongan carpal. Sering terjadi pada usia
pada usia antara 30 antara 30 dan 60 dan 60 tahun; wanita tahun; wanita 55 kali lebih sering terkena dibandingkan kali lebih sering terkena dibandingkan laki-laki.
laki.1,21,2 Tujuan utama dari penelitian iniTujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara adalah untuk mengukur hubungan antara faktor-faktor kerja fisik, kegiatan tangan faktor-faktor kerja fisik, kegiatan tangan berulang
berulang berkepanjangan berkepanjangan dengan dengan tenagatenaga kuat serta gerakan fleksi-ekstensi berulang kuat serta gerakan fleksi-ekstensi berulang pergelangan
pergelangan tangan tangan dan dan memperhitungkanmemperhitungkan faktor individu serta faktor organisasi faktor individu serta faktor organisasi psikososial/kerja
psikososial/kerja seperti seperti keteganganketegangan pekerjaan.
pekerjaan. Metode :
Metode : Penelitian ini menggunakanPenelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
pendekatan cross sectional cross sectional melalui proses melalui proses walk through survey
walk through survey. Pemilihan tempat. Pemilihan tempat kerja atau industri didasarkan atas 2 kerja atau industri didasarkan atas 2 kriteria yaitu terdapat pekerja yang kriteria yaitu terdapat pekerja yang menggunakan tangan secara menggunakan tangan secara berulang-ulang dalam waktu yang lama atau ulang dalam waktu yang lama atau
pekerjaan
pekerjaan yang membutuhkan yang membutuhkan cengkramancengkraman tangan yang kuat. Sampel dalam penelitian tangan yang kuat. Sampel dalam penelitian ini adalah para karyawan Toko Kue ini adalah para karyawan Toko Kue Amanda Brownies Makassar. Cara survey Amanda Brownies Makassar. Cara survey yang dilakukan adalah dengan yang dilakukan adalah dengan menggunakan
menggunakan Walk Through Survey.Walk Through Survey. Hasil :
Hasil : Pada penelitian ini diambil sampel Pada penelitian ini diambil sampel dari karyawan di Toko Kue Amanda dari karyawan di Toko Kue Amanda Brownies Jalan Perintis Kemerdekaan, Brownies Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar. Responden tersebut bekerja Makassar. Responden tersebut bekerja pada
pada bagian bagian kasir kasir dengan dengan pekerjaan pekerjaan yangyang manual, menggunakan alat dan mesin. Dari manual, menggunakan alat dan mesin. Dari rencana waktu yang telah ditetapkan, rencana waktu yang telah ditetapkan, terkumpul data yang didapatkan dari
terkumpul data yang didapatkan dari checkcheck list
list yang dibuat. Dari hasil yang dibuat. Dari hasil check list check list diperoleh 1 karyawan perempuan yang diperoleh 1 karyawan perempuan yang berusia
berusia 28 28 tahun tahun dan dan telah telah bekerja bekerja sebagaisebagai karyawan pada industri ini selama 4 tahun. karyawan pada industri ini selama 4 tahun. Keluhan kesemutan di telapak tangan yang Keluhan kesemutan di telapak tangan yang dialami kurang lebih 1 tahun dan dialami kurang lebih 1 tahun dan memburuk 3 bulan terakhir ini. Selain itu, memburuk 3 bulan terakhir ini. Selain itu, pasien
pasien juga juga mengeluh mengeluh nyeri nyeri yang yang kadangkadang menjalar pada lengan bawah. Keluhan menjalar pada lengan bawah. Keluhan pasien
pasien ini ini dirasakan dirasakan memberat memberat sewaktusewaktu pasien
menggunakan mesin kasir dan membaik pada saat pasien beristirahat.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan nadi 88 kali/menit, pernapasan 16 kali/menit, tekanan darah 110/70mmHg, temperatur 36,9oC. Pada pemeriksaan Tinel test dan phalen test pada pergelangan tangan kanan didapatkan hasil (+). Pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Faktor yang dominan berpengaruh dalam CTS dihubungkan
dengan karyawan di Amanda Brownies bagian kasir dimana saat bekerja terdapat gerakan fleksi-ekstensi articulatio radio-carpalis dextra yang berulang, dalam jangka waktu lama yang terhitungkan jangka waktu bekerjanya per hari adalah
kurang lebih 8 jam.
Kesimpulan: Beberapa faktor risiko berkontribusi pada terjadinya CTS. Dalam populasi umum, faktor individu memiliki peran yang signifikan. Hal ini dikaitkan dengan usia, jenis kelamin, obesitas dan kondisi medis sebelumnya, seperti diabetes; faktor-faktor ini mudah untuk mengukur. Pada beberapa individu yang bekerja, sering terpapar oleh berbagai
faktor berbahaya selama proses bekerja. Kata Kunci : Carpal Tunnel Syndrome, Kasir, Amanda brownies, walk through survey
. LATAR BELAKANG
CTS (Carpal Tunnel Syndrome) atau sindroma terowongan karpal (STK) adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus di pergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah distribusi nervus medianus3,4.
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan saraf medianus dalam terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang paling sering,bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari, parestesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan dan atrofi otot thenar 5,6,7. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar atrophy8.
Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari pergelangan tangan di mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang kerasa dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinaculum(transverse carpal
ligament dan palmar carpal ligament ) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut3,9,10. Setiap perubahan mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus10.
American Society for Surgery of the Hand mendefinisikan CTS terjadi karena peningkatan tekanan pada nervus medianus terjepit di pergelangan tangan. Gejalanyan mati rasa, kesemutan, dan nyeri di tangan, lengan dan jari3. Kebanyakan kasus CTS adalah ringan dan hilang sensiri, misalkan pada wanita hamil setelah melahirkan. CTS dapat menimbulkan kecacatan pada pekerja karena selain menyebabkan rasa nyeri, dapat pula membatasi fungsi-fungsi pergelangan tangan dan tangan sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan sehari-hari11. Pada kasus berat jika tidak diobati maka otot-otot ibu jari dapat mengalami atrofi dan gangguan sensorik pada jari bisa menetap11 .Beberapa penelitian tentang CTS banyak dilakukan menyusul adanya factor-faktor penyebab terjadinya CTS di lingkungan kerja misalkan pekerjaan yang sering menggunakan pergelangan tangan yang dianggap sebagai salah satu factor resiko terjadinya CTS7.
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motoric hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (singling) pada jari dan setengah sisi radial jari sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus9,10, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenal seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala lainnya dalah nyeri di tangan yang juga irasakan lebih berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau dengan meletakkan tanggannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila enderita lebih banyak
mengistirahatkan tangannya5,10,12.
Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang terampil misalnya saat memungut benda- benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot tenar dan otot-otot lainnya yang diinnervasi oleh nervus medianus10.
National Health Interview study (NIHS) memperkirakan bahwa prevalensi CTS yang dilaporkan sendiri diantara
populasi dewasa adalah sebesar 1.55 (2.6 juta). CTS lebih sering mengenai wanita daripada pria dengan usia berkisar 25-64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40-60 tahun10. Prevalensi CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0.6% untuk laki-laki. CTS adalah jenis neuropati jebakan yang paling sering ditemui. Sindrom tersebut uniateral pada 42% kasus (29% kanan, 13% kiri) dan 58% bilateral5.
Di Indonesia, prevalensi CTS karena faktor pekerjaan masih belum diketahui dengan pasti14. Prevalensi dari populasi umum sektar 3.8%. penelitian yang dilakukan oleh silverstein (1987) pada 625 pekerja di 7 kawasan industri mengevaluasi faktor-faktor pekerjaan yang bisa mempengaruhi terjadinya CTS, ternyata ada enam faktor pekerjaan yang menyebabkan berkembangnya CTS yaitu gerakan pergelangan/jari tangan yang berulang, kontraksiyang kuat pada tendon, gerakan pergelangan tangan yang menekuk ke bawah (fleksi) atau menekuk ke atas (ekstensi), gerakan tangan saat bekerja (gerakan mnjepit), tekanan mekanik pada saraf medianus. Sedangkan penelitian yang dilakukan Armstrong (2008) di kawasan industri kerja ada empat sebagai faktor kontrol dari perkembangan CTS yaitu jenis kelamin, usia, index masa tubuh (IMT) dan
penyakit penyerta. CTS merupakan hasil dari kombinasi kondisi kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang dapat meningkatkan tekanan pada nervus medianus saat melewati terowongan karpal13.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara faktor-faktor kerja fisik, kegiatan tangan berulang berkepanjangan dengan tenaga kuat serta gerakan fleksi-ekstensi berulang pergelangan tangan dan memperhitungkan faktor individu serta faktor organisasi psikososial/kerja seperti ketegangan pekerjaan.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional melalui proses walk through survey.
Pemilihan tempat kerja atau industri didasarkan atas 2 kriteria yaitu terdapat pekerja yang menggunakan tangan secara berulang-ulang dalam waktu yang lama atau pekerjaan yang membutuhkan cengkraman tangan yang kuat.
Sampel dalam penelitian ini adalah para karyawan di Amanda Brownies Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar. Karyawan yang dimaksud adalah karyawan yang sudah bekerja setidaknya 3 bulan pada bidang pekerjaan yang
memiliki aktivitas penggunaan tangan berulang-ulang atau mencengkram dengan kuat walaupun distribusi sampel penelitian berdasarkan jenis karyawanan yang dilakukan didapatkan hasil 2 karyawan dari 5 karyawan (yang diperiksa) yang mengalami CTS akan tetapi, penelitian pada studi cross sectional terdapat beberapa kelemahan yaitu kurangnya jumlah kasus yang didapatkan, berat-ringannya kasus yang sulit ditentukan karena keterbatasan sarana pemeriksaan dan kurangnya waktu yang didapatkan untuk melanjutkan survey. Selain itu, penelitian dengan studi ini tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insiden, maupun prognosis penyakit.
Setiap peserta studi menjalani penilaian eksposur dari pekerjaan termasuk observasi langsung dan rekaman foto dari tugas-tugas pekerjaan, melakukan anamnesis kepada pasien yang, pemeriksaan fisik pada tungkai atas, dan pengujian konduksi saraf medianus dan
saraf ulnaris di pergelangan tangan.
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey antara lain alat tulis menulis berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey dilakukan, kamera digital berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan dan lingkungan di Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar. Kuesioner berfungsi sebagai alat untuk
mendapatkan data primer mengenai survey yang dilakukan.
Cara survey yang dilakukan adalah dengan menggunakan Walk Through Survey: Walk Through survey adalah survei untuk mendapatkan informasi yang relatif sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif singkat sehingga diperlukan upaya pengumpulan data untuk kepentingan penilaian secara umum dan analisa sederhana. Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul, merupakan sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap karyawan.
Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian memberikan monitoring survey untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai risk assessment .
Survey dilakukan di Amanda Brownies Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar. Jadwal survey selama 5 hari, yaitu: No Tanggal Kegiatan 1. 13 Nov 2017 - Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina - Pengarahan kegiatan - Pembuatan proposal
2. 14 Nov 2017 - Walk through survey 3. 15 Nov 2017 -Pembuatan laporanwalk through survey - Pembuatan status okupasi 4. 16 Nov 2017 - Pembuatan artikel status okupasi - Presentasi walk through survey - Presentasi status okupasi HASIL
Pada penelitian ini diambil sampel dari karyawan di Amanda Brownies Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, dari perhitungan sampel didapatkan sampel sebanyak 1 karyawan (total jumlah karyawan yang diwawancarai).
Responden tersebut merupakan bagian Kasir. Dari rencana waktu yang telah ditetapkan, terkumpul data yang didapatkan dari check list yang dibuat. Dari hasil check list diperoleh 1 karyawan perempuan yang berusia 28 tahun dan telah bekerja sebagai karyawan pada industri ini selama 4 tahun. Keluhan kesemutan di telapak tangan yang dialami kurang lebih 1 tahun dan memburuk 3 bulan terakhir ini. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri yang kadang menjalar pada lengan bawah.
Keluhan pasien ini dirasakan memberat sewaktu pasien melakukan gerakan berulang menggunakan mesin kasir secara terus-menerus dan membaik pada saat pasien beristirahat. Pada pemeriksaan fisis didapatkan nadi 88 kali/menit, pernapasan 16kali/menit, tekanan darah 110/70mmHg, temperatur 36,7oC. Pada pemeriksaan Tinel test dan phalen test pada pergelangan tangan kanan didapatkan hasil (+). Pemeriksaan lainnya dalam batas normal.
Faktor yang dominan berpengaruh dalam CTS dihubungkan dengan karyawan Master Car Wash bagian mencuci mobil dimana saat bekerja terdapat gerakan fleksi-ekstensi articulatio radio-carpalis dextra yang berulang, dalam jangka waktu lama, dengan waktu bekerja kurang lebih 8 jam dan waktu istirahat 1 jam.
Berdasarkan hasil penelitian yang berdasar pada Hazard yaitu faktor ergonomis, dari 2 orang yang mengalami CTS , orang tersebut yang bekerja dengan posisi dan teknik yang sama (100%).
Selain itu, dari hasil anamnesis dan peninjauan langsung dengan menggunakan survey untuk mendapatkan gangguan musculoskeletal dengan survey BRIEF TM ( Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors). Hasil menunjukkan bahwa terdapat faktor ergonomik yang dapat menyebabkan pasien mendapatkan gangguan muskuloskeletal. Hasil dengan
risiko tinggi adalah pada pergelangan tangan kanan.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa pencahayaan pada tempatnya bekerja cukup memadai. Sumber cahaya berasal dari cahaya lampu.
DISKUSI
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah salah satu jenis cumulative trauma disorders (CTD) yang disebabkan terjebaknya nervus medianus dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan dengan gejala nyeri, kebas, dan kesemutan pada jari-jari dan tangan di daerah persarafan nervus medianus14 .
Penelitian prospektif ini telah mengidentifikasi kejadian CTS terhadap hubungan dengan tuntutan pekerjaan fisik berupa penggunaan tangan secara dominan dan waktu kerja. Risiko CTS meningkat dengan peningkatan jumlah waktu yang dihabiskan dengan tenaga serta kegiatan yang berulang secara terus-menerus. Hasil ini dan hasil sebelumnya dari analisis cross-sectional kami menunjukkan kegiatan ekstensi-fleksi pada pergelangan tangan yang berulang pada tangan dominan dapat menjadi faktor risiko eksposur pekerjaan utama untuk CTS. Penurunan jumlah waktu yang dihabiskan dengan tugas pekerjaan serta menggunakan kedua tangan dapat mengurangi terjadinya CTS.
Obesitas juga meningkatkan risiko CTS dalam penelitian ini seperti pada analisis kami sebelumnya cross-sectional. Penurunan obesitas juga dapat mengurangi risiko CTS.16
Hasil dari penelitian ini layak untuk menyarankan bahwa beberapa pekerjaan dalam penelitian ini yang memiliki tuntutan fisik yang tinggi juga mungkin telah menawarkan kontrol, misalnya, ketika mereka bisa mengambil istirahat dan kecepatan dalam bekerja diatur, dan bahwa faktor-faktor organisasi dapat berkontribusi untuk risiko CTS. Meskipun ketegangan pekerjaan telah sering dilaporkan terkait dengan gangguan ekstremitas muskuloskeletal atas pada umumnya. Klaus Giersiepen et al melaporkan hubungan antara CTS dan tuntutan pekerjaan psikologis dalam data deskriptif pada pekerja di German saling berkaitan dalam hal angka kejadian penyakit ini.16 Dina Lusiana Setyowati yang melakukan penelitian mengenai CTS terhadap mengupas bawang juga menyatakan bahwa gerakan berulang pada tangan dan pergelangan tangan merupakan aktivitas kerja berulang yang melibatkan gerakan tangan atau pergelangan tangan atau jari- jari seperti tangan mencengkeram atau pergelangan tangan fleksi dan ekstensi, deviasi ulnar dan radial, dan suspinasi dan pronasi.15
Penelitian ini tentunya tidak terlepas dari keterbatasan, adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah checklist yang dibuat hanya menentukan hubungan penyakit akibat kerja, tapi tidak dapat menentukan insidens, berat ringannya penyakit dan prognosis penyakit. Demikian pula untuk survey yang menilai faktor psikososial akibat kerja, diagnosisnya hanya bersifat subjektif, tidak dapat diketahui kapan stressor muncul. Keterbatasan lainnya adalah tidak dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap seluruh responden, karena keterbatasan sarana pemeriksaan, dan keterbatasaan waktu penelitian. Untuk menganalisis faktor terjadinya kasus penyakit atau keluhan lain perlu diketahui riwayat penyakit terdahulu dan riwayat pekerjaan di tempat lain yang mungkin berhubungan dengan keluhan yang
dirasakan sekarang.
Selain itu checklist yang hanya terfokus pada faktor penyebab penyakit akibat kerja, tidak memenuhi semua poin- poin yang diperlukan untuk mendiagnosis penyakit dari keluhan yang dirasakan. Perlu penelitian yang lebih mendalam dan pemeriksaan yang lebih lengkap untuk dapat menilai secara keseluruhan penyebab dari keluhan yang dirasakan oleh pekerja.
KESIMPULAN
Beberapa faktor risiko berkontribusi pada terjadinya CTS. Dalam populasi umum, faktor individu memiliki peran yang signifikan. Hal ini dikaitkan dengan usia, jenis kelamin, obesitas dan kondisi medis sebelumnya, seperti diabetes; faktor-faktor ini mudah untuk mengukur. Namun, studi populasi umum tidak mengambil parameter tersebut.
Pada beberapa individu yang bekerja, sering terpapar oleh berbagai faktor berbahaya selama proses bekerja. Faktor tersebut antara lain berupa faktor fisik, kimia, ergonomik, psikososial. Dari perspektif ini, CTS terkait karyawanan akibat agen ergonomik menjadi perhatian karena memerlukan perawatan perlakuan khusus
Kondisi ini dihubungkan dengan karyawan Amanda Brownies bagian mencuci mobil dimana saat bekerja terdapat gerakan fleksi-ekstensi articulatio radio-carpalis dextra yang berulang, dalam jangka waktu lama, dengan waktu bekerja 8 jam dan waktu istirahat 1 jam. Rutinitas karyawan tersebut dapat memicu terjadinya CTS.
SARAN
Bagi direktur maupun manajer agar dapat memperhatikan jadwal dari karyawan agar memberikan waktu kerja dan istirahat yang seimbang sehingga pergelangan tangan yang bergerak
ekstensi-fleksi berulang dapat beristirahat dan mengurang risiko penyakit ini. Dan bagi karyawan agar dapat mempelajari teknik peregangan tangan agar tidak membebani terowongan karpal untuk mencegah terjadinya CTS serta tidak hanya menggunakan tangan dominan saja dalam melakukan pekerjannya.
REFERENSI :
1. Wright II PE. Carpal Tunnel and Ulnar Tunnel Syndromes and Stenosing Tenosynovitis in : Crenshaw AH, ed. Campbell’s Operative Orthopaedics, Vol 5,8th. St Louis : Mosby Year Book Inc,; 1992 : 335-45
2. Apley AG, Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 7th ed, Oxford :
Butterworth – Heinemann Ltd; 1993 : 306-7
3. Viera, 2003. Management of Carpal Tunnel Syndrome, American Academy of Family Physicians ; 68 (2) : 265-272. 4. Sidharta,Priguna. 2004. Neurologi
Dasar Klinis. Dian Rakyat. Jakarta. 5. Aroori Somaiah, Spence Roy AJ,
2008. Carpal Tunnel Syndrome, Ulster Med J ; 77 (1) 6-17
6. Susanto, TS. 2004. Kisi-Kisi Neurologi revised 2004. Jakarta :
Penerbit FK UI
7. Kao SY, 2003. Carpal Tunnel Syndrome as Occupational
Disease, J Am Broard Fam Pract ; 84;85-103
8. DeJong, R.N . 1992. The
Neurologic Examination 5th ed. Revised by A.F . Haerer.
Philadelphia. J.B. Lippincott 9. Barnardo Jonathan, 2004. Carpal
Tunnel Syndrome in Hands On Practical advise on management of
rheumatic Disease, June No 3: 1-3 10. Davis Larry E, Molly K.King,
Jessica L. Schultz,2005 . Carpal Tunnel Syndrome in Fundamentals of Neurologic Disease, Demos Medical Publishing New York; 61-63
11. Tana, Lusyanawati. 2004. Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen di Jakarta. Puslitbang Pemberantasan Penyakit Vol. 32 , no 2.2004. P: 73-82
12. Rambe, Akli S. 2004. Sindroma Terowongan Karpal, Bagian Neurologi FK USU.
http://library.usu.ac.id 13. Armstrong BS, Dale MA,
Franzblau A, Evanoff BA, 2008. Risk Factor for Carpal Tunnel
Syndrome and Median Neuropathy in a Working Population. JOEM;50 (12) : 1355-1364
14. Tanaka S, Deanna K W, Seligman PJ. Prevalence and
Work- Relatedness of Self Reported Carpal Tunnel Syndrome Among U.S. Workers: Analysis of The Occupational Health Supplement Data of 1988 National Health Interview Survey. Am J Ind Med,
1995; 27:451-4170.
15. Kurniawan, bina, siswi jayanti, yuliani. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di
Desa Karangcengis, Purbalingga. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol.3/No.1/Januari 2008. Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Diponegoro
16. Newington, Lisa, E clare harris and Karen walker-bone. Carpal Tunnel Syndrome and Work. Clin Rheumatol; 29(3): 440-453; 2015. Europe PMC Funders Group.