• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah organisasi Islam yang ada di Indonesia cukup memiliki peran penting dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah organisasi Islam yang ada di Indonesia cukup memiliki peran penting dalam"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di negeri yang berpenduduk muslim terbesar didunia, keberadaan Muhammadiyah sebagai salah organisasi Islam yang ada di Indonesia cukup memiliki peran penting dalam proses pembentukan negara kesatuan Indonesia. Dalam proses perjalanannya, Muhammadiyah mengedepankan ajaran Muhammad SAW. Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Dimana orang-orang yang terlibat didalamnya memiliki komitmen yang tinggi dan dedikasi yang besar untuk selalu menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.

Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Sejak pendiriannya pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta, Muhammadiyah berkembang begitu pesat, selain adanya kaderisasi yang mumpuni, organisasi ini ikut serta dalam membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Dengan adanya system organisasi yang jelas dan kuat maka pada tahun 1938, organisasi Muhammadiyah telah berkembang secara menyeluruh ke penjuru nusantara.

Kelahiran Muhammadiyah secara teologis memang melekat dan memiliki inspirasi pada Islam, namun secara sosiologis sekaligus memiliki konteks dengan keadaan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Kyai Dahlan melalui

▸ Baca selengkapnya: dalam setiap karya ada dua aktivitas yang penting dipahami yaitu

(2)

Muhammadiyah telah mempelopori kehadiran Islam yang otentik (murni) dan berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan. Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran yang asli yakni Al-Qur‘an dan Sunnah Nabi yang sahih, tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia dari serba ketertinggalan menuju pada dunia kemajuan. Fenomena baru yang juga tampak menonjol dari kehadiran Muhammadiyah ialah, bahwa gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi.

Di samping keberadaan nilai-nilai teologis dan sosiologis yang ada di Muhammadiyah, eksistensi organisasi ini juga tidak terlepas dari peran sentral komitmen para kader-kadernya. Pengikut Muhammadiyah memiliki rasa komitmen yang rendah terhadap organisasinya. Dalam pengamatan peneliti beberapa kader Muhammadiyah kurang mampu mengedepankan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan sesuai dengan yang diharapkan oleh kelompok. Sesuai yang dikemukakan oleh ketua Pemuda Muhammadiyah (PW) se-Jawa Tengah dalam Suara Muhammadiyah “kaderisasi menjadi tantangan paling serius yang dihadapi Muhammadiyah kedepan. Ini disebabkan karena factor globalisasi yang menuntut persaingan sumberdaya manusia secara ketat, sehingga Muhammadiyah pun membutuhkan kader-kader berkualitas yang memiliki daya saing dengan orang lain”. Melihat fenomena komitmen berorganisasi dan dedikasinya para kader Muhammadiyah ini, maka peneliti mencoba merunutkan kondisi ini dalam perspektif psikologi. Konformitas sosial adalah salah satu kajian yang tepat untuk menelaah lebih jauh mengenai komitmen individual yang terlibat di dalam kelompok Muhammadiyah. Konformitas sosial lebih

(3)

menekankan pada aspek bagaimana sekumpulan orang yang memiliki perasaan, pikiran dan tujuan hidup yang sama dapat berkumpul menjadi satu dan melakukan harapan kelompok tanpa adanya paksaan tertentu. Dalam hal ini adalah bagaimana kader-kader Muhammadiyah mampu membangun nilai-nilai Islam di Indonesia agar dapat diakomodir dalam satu organisasi Islam yang kemudian ikut serta dalam menciptakan pembangunan Negara Indonesia. Demikian juga dengan kader IMM UMP yang semestinya mampu menjaga dan membangun nilai-nilai Islam agar tetap terjaga.

Dari beberapa organisasi otonom (ortom) yang ada di Muhammadiyah peneliti lebih memfokuskan pada kader IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) ialah organisasi mahasiswa Islam di Indonesia yang memiliki hubungan struktural dengan organisasi Muhammadiyah dengan kedudukan sebagai organisasi otonom. Memiliki tujuan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. IMM didirikan di Yogyakarta pada tangal 14 Maret 1964, bertepatan dengan tanggal 29 Syawwal 1384 H. Dibandingkan dengan organisasi otonom lainya di Muhammadiyah seperti Nasyiatul `Aisyiyah (NA), Pemuda Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) , IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) paling akhir terbentuk. IMM mempunyai tujuan hampir sama dengan ortom-ortom lain yang ada di Muhammadiyah yaitu menjadi suatu gerakan Tajdid yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-sunnah. Keberadaan IMM di perguruan tinggi Muhammadiyah telah diatur secara jelas dalam qoidah pada bab 10 pasal 39 ayat 3: "Organisasi Mahasiswa yang ada di dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah Senat Mahasiswa dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

(4)

Kelahiran IMM dan keberadaannya hingga sekarang cukup sarat dengan sejarah yang melatarbelakangi, mewarnai, dan sekaligus dijalaninya. Dalam konteks kehidupan umat dan bangsa, dinamika gerakan Muhammadiyah dan organisasi otonomnya, serta kehidupan organisasi-organisasi mahasiswa yang sudah ada, bisa dikatakan IMM memiliki sejarahnya sendiri yang unik. Hal ini karena sejarah kelahiran IMM tidak luput dari beragam penilaian dan pengakuan yang berbeda dan tidak jarang ada yang menyudutkannya dari pihak-pihak tertentu. Pandangan yang tidak apresiatif terhadap IMM ini berkaitan dengan aktivitas dan keterlibatan IMM dalam pergolakan sejarah bangsa Indonesia pada pertengahan tahun 1960-an, serta menyangkut keberadaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada waktu itu.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan bagian dari organisasi otonom. Muhammadiyah dengan basis anggota yang relatif homogen. Mahasiswa sebagai wahana kaderisasi, IMM diharapkan dapat menghasilkan komunitas kader-kader yang memiliki kualitas intelektual, kapasitas moral dan peran sosial yang memadai.Yang dimaksud kader IMM adalah mereka yang sudah mengikuti DAD (Da’arul Arqom Dasar). Dari hasil wawancara pada tanggal 15 April 2010 diperoleh data bahwa di Universitas Muhammadiyah Purwokerto terdapat 289 kader IMM yang terbagi menjadi koordinator komisariat (Korkom) dan korkom ini mengkoordinir enam komisariat, meliputi komisariat Fakultus Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Agama Islam (FAI), Psikologi, Farmasi, Ekonomi dan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes). Berikut data jumlah kader tiap komisariatnya adalah sebagai berikut :

(5)

Tabel 1

Jumlah kader IMM di Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Sumber : wawancara dengan ketua IMM UMP

Secara mendasar, keberadaan manusia sebagai makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri, sudah pasti membutuhkan keberadaan orang lain untuk melangsungkan kehidupan. Tercermin dari kehidupan bermasyarakat yang tercipta sejak dahulu, yaitu membentuk kelompok dan membagi tugas di dalam kelompok tersebut adalah cikal bakal kehidupan bermasyarakat yang sedemikian kompleks saat ini. Dari kelompok-kelompok masyarakat yang ada, sebagai manusia yang tergabung di dalamnya timbul perasaan-perasaan untuk menegaskan diri bahwa kita adalah bagian dari kelompok tertentu atau perasaan tidak ingin berbeda dari yang lain. Terkadang, dari perasaan tersebut, timbullah tingkah laku yang disebut dengan konformitas sosial.

Berawal dari esensi manusia sebagai makhluk sosial inilah kader-kader Muhammadiyah tetap memegang teguh ajaran yang mendasari visi, misi dan tujuan pendirian organisasi ini. Terbukti, meskipun tahun demi tahun berganti organisasi ini tetap mampu berdiri mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu organisasi Islam yang ikut serta membentuk tatanan sosial kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Komitmen dan

Komisariat Jumlah Kader FKIP 96 FAI 53 Psikologi 12 Farmasi 18 Ekonomi 47 Fikes 63 Jumlah 289

(6)

dedikasi yang total menjadi cerminan penting dalam konformitas sosial yang tidak terikat oleh batasan ruang dan waktu.

Amstrong (1991) menyatakan bahwa pengertian komitmen mempunyai tiga area perasaan atau perilaku terkait dengan organisasinya : (1). Kepercayaan, pada area ini seseorang melakukan penerimaan bahwa organisasi tempat bekerja atau tujuan-tujuan organisasi didalamnya merupakan sebuah nilai yang diyakini kenenarannya. (2). Keinginan untuk bekerja atau berusaha didalam organisasi sebagai kontrak hidupnya. Pada konteks ini orang akan memberikan waktu, kesempatan dan kegiatan pribadinya untuk bekerja diorganisasi atau dikorbankan keorganisasi tanpa mengharapkan imbalan personal. (3). Keinginan untuk bertahan dan menjadi bagian dari organisasi. Jadi pengertian komitmen lebih dari sekedar menjadi anggota saja, tetapi lebih dari itu orang akan bersedia mengusahakan pada derajat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi, demi memperlancar tujuan organisasi.

Sedangkan Porter dan Smith (dalam Steers, 1985) mendefinisikan komitmen pada organisasi sebagai sifat hubungan seorang individu dengan organisasi yang memungkinkan seseorang yang mempunyai komitmen yang tinggi memperlihatkan: (1). Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan. (2). Kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi tersebut. (3). Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan tujuan organisasi.

Berdasarkan definisi-definisi diatas terlihat adanya suatu kesamaan yaitu bahwa komitmen dalam organisasi ditandai dengan bentuk loyalitas dan identifikasi diri terhadap organisasi. Komitmen pada organisasi tidak hanya menyangkut kesetiaan individu pada organisasi yang bersifat positif tetapi juga melibatkan hubungan yang aktif dengan

(7)

organisasi, dimana individu bersedia atas kemauan sendiri untuk memberikan segala sesuatu yang ada pada dirinya guna membantu meralisasikan tujuan kelangsungan organisasi.

Beberapa situasi harus memicu orang untuk berkompromi atau menyesuaikan, sedangkan beberapa situasi yang lain tidak perlu. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa konformitas itu sangat penting khususnya jika sebuah kelompok memiliki tiga orang atau lebih dan bersifat kohesif serta memiliki status yang tinggi. Ada dua kemungkinan individu melakukan konformitas, (a). normative influence, yaitu orang berkonformitas yang didasarkan pada kehendak atau keinginan seseorang untuk memenuhi harapan-harapan orang lain. Hal ini sering dilakukan agar yang melakukan tersebut bisa diterima orang lain. (b). informational influence yaitu konformitas merupakan hasil dari adanya bukti tentang realita yang diberikan orang lain. Kecenderungan seseorang untuk lebih berkonformitas ketika merespon kemauan publik yang merefleksikan normative influence. Sedangkan kecenderungan untuk lebih berkonformitas pada pengambilan keputusan tugas merefleksikan informational influence.

Dalam salah satu literatur diungkapkan bahwa: “Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi kemahasiswaan yang berbasis nilai-nilai islam tentunya terus melakukan pengembangan bagi para kadernya. Dalam pengembangan intelektualnya, IMM memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan pergulatan pemikiran dari organisasi lainnya. Dimana pengembangan inteketualnya tidak hanya mengedepankan aspek kognitif semata. Teman-teman IMM sering menyebut mereka sebagai Intelektual Profetik. Apa itu inteltual profetik? Intelektual profetik merupakan sosok inteketual yang bersadar pada nilai-nilai kenabian atau profetik”. Kabid Hikmah IMM cabang Banyumas, dan peneliti Hattanomic

(8)

Insatitute, pegiat KSIK dalam : http://imm-stain.blogspot.com/2008/02/ikatan-mahasiswa-muhammadiyah-sebagai.html)

Dari pembahasan diatas dapat dipahami bahwa tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan jaman dapat memberikan influence yang sangat beragam, seperti degradasi komitmen atau loyalitas individu dalam memegang teguh nilai-nilai yang dianutnya. Di satu sisi, setiap individu harus memiliki rasa tenggang rasa yang tinggi dalam menyikapi kondisi sosial yang ada meskipun terkadang hal itu berbenturan dengan nilai-nilai yang dianutnya.

Berdasarkan hasil study pendahuluan dengan wawancara pada ketua IMM UMP pada tanggal 15 April 2010 didapat permasalahan konkrit yang terjadi di IMM ada empat hal yaitu:

1. Sulitnya regenerasi pengkaderan IMM sebagai salah satu basis kader Muhammadiyah, antipati mahasiswa UMP untuk aktif atau bergabung dengan IMM masih rendah. Karena dimata mahasiswa UMP sendiri IMM dianggap organisasi yang menjenuhkan dan tidak menarik, dimana para kader belum menemukan jati dirinya selama berorganisasi IMM sebagai contoh setiap ada kegiatan para kadernya masih menyamakan perilaku kelompok IMM, melakukan segala sesuatu masih karena keterpaksaan dan tidak adanya komitmen yang kuat (hasil wawancara dengan beberapa kader IMM di Fakultas Psikologi). Secara konkrit gejala yang nampak dari pengamatan penulis di lapangan adalah jumlah peningkatan kader IMM pada tahun 2008 hanya 264 dan tahun 2009 hanya 289, dari sini bisa dilihat betapa sulitnya regenrasi kader, tidak ada peningkatan yang cukup berarti. Padahal pentingnya regenerasi kaderisasi IMM ini merupakan bagian dari program jangka panjang IMM yang dicetuskan dalam periode Muktamar XII IMM yaitu : Bidang Kaderisasi diarahkan pada penguatan tiga

(9)

kompetensi dasar kader IMM (aqidah, intelektual, dan humanitas) yang secara dinamis mampu menempatkan diri sebagai agen pelaku perubahan sosial bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

2. Semakin terkikisnya semangat dakwah Kader IMM yang notabenenya merupakan kader Muhammadiyah seharusnya dapat selalu menjaga semangat dalam mengoptimalkan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam masyarakat multikultural yang sesuai dengan tuntunan rasul; Secara konkrit gejala yang nampak dalam hal ini adalah kurangnya kegiatan keorganisasian yang sifatnya dakwah yang diadakan oleh IMM, tercatat selama tahun 2009 hanya ada kegiatan yang kurang dari 5 buah jenis kegiatan yang sifatnya dakwah. Baik dakwah secara langsung melalui forum dakwah atau dakwah secara langsung yang sifatnya mencerminkan aplikasi dari nilai-nilai IMM. Beberapa kader mengungkapkan bahwa motivasi mengikuti organisasi IMM hanya ikut-ikutan teman atau ajakan teman karena perasaan tidak enak bukan atas kesadaran dari diri (hasil wawancara dengan beberapa kader IMM Fakultas Psikologi).

3. Semakin berkurangnya kesadaran anggota IMM untuk membangun kembali dan meningkatkan komitmen perjuangan para kader Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan masa depan umat Islam dalam kehidupan yang kompetitif. Kemudahan berbagai hal yang didapat dari globalisasi membuat setiap individu bisa terlena dengan nilai-nilai utama yang dipahaminya semenjak dahulu. Bukan tidak mungkin globalisasi zaman bisa membuat umat melenceng dari ajaran Rasullah SAW. Padahal jika mengacu kembali pada:

“Tiadalah Kami mengutus seorang Rasul pun dari sebelum engkau (Muhammad) kecuali selalu Kami wahyukan kepadanya: bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Kami, maka menghambalah kamu sekalian kepada-Ku.” (Q.S. Al-Anbiya’: 25)

(10)

Dapat dipahami dari ayat tersebut bahwa Islam adalah agama Allah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Dan diajarkan kepada manusia untuk memperoleh kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Karena itu, berjuang menegakkan agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar benarnya merupakan jihad fi sabilillah dan menjadi jati diri keimanan seseorang. Maka disinilah tingkat loyalitas terhadap kepercayaan dan keyakinan dari nilai-nilai dan tujuan organisasi akan dipertaruhkan. Secara konkrit gelaja yang tampak dalam hal ini adalah kurang aktifnya kader IMM untuk mengapresiasikan diri dalam isu-siu keagamaan secara nasional.

4. Masalah pendanaaan, hal ini berkaitan langsung dengan bagaimana upaya IMM untuk menunjukkan kepada khalayak umum mahasiswa UMP, bahwa IMM merupakan organisasi yang aktif dalam kegiatan-kegiatannya. Terkadang masalah pendanaan menjadi sumber kesulitan IMM untuk melakukan kegiatan-kegiatannya. (hasil wawancara dengan ketua IMM). Masalah pendanaan ini juga menjadi aspek yang fundamental, dimana pendanaan yang baik akan berimplikasi kepada sosialisasi kepribadian, cita-cita hidup, dan visi-misi Muhammadiyah di kalangan umat Islam dan kader Muhammadiyah khususnya seperti mahasiswa IMM ; permasalahan pendanaan ini juga memberikan kontribusi bagi warga Muhammadiyah dalam memecahkan permasalahan umat Islam yang kompleks; dan memperluas horizon pemikiran kader dan pimpinan Muhammadiyah dalam menghadapi akselerasi zaman pada era global ini. Secara konkrit gejala yang terlihat dalam hal ini adalah kurangnya kegiatan IMM karena terbentur dari pengadaan dana.

Keempat kondisi tersebutlah yang akhirnya dapat mempengaruhi loyalitas anggota IMM dalam menghadapi perkembangan zaman yang dinamsi. Bukan tidak mungkin, apalagi

(11)

suatu komitmen tidak dapat dipegang tinggi oleh setiap kader IMM, maka nilai-nilai yang dipegang oleh IMM (merupakan implementasi dari Muhammdiyah itu sendiri) bisa lebur oleh kondisi sosial. Dalam pemahaman penulis, komitmen harus dapat berjalan lebih tinggi dengan penyesuaian lingkungan bukan berjalan selaras. Apabila selaras maka bukan tidak mungkin setiap komitmen yang dipegang oleh kader bisa lebur dan “terlena” oleh degradasi zaman.

Secara teoritis konformitas sosial sangat penting dalam dinamika sosial dan organisasi. Konformitas sosial dapat menjadi landasan filosofis dan fungsional yang sangat mapan apabila diterapkan dengan tepat dan menyeluruh. Tentunya penerapan konformitas sosial harus penuh dengan nilai-nilai toleransi dan “legowo” yang baik dengan kehidupan masyarakat. Tetapi bukan karena “legowonya” maka konformitas sosial yang ada justru semakin buram dengan difusi sosial yang menghilangkan identitas atau karakteristik dasar. Konformitas sosial akan sangat menjadi penting apabila dihadapkan dengan keanekaragaman latar belakang masyarakat. Tetapi konformitas sosial juga bisa menjadi dua mata pisau yang riskan apabila pelaku adapatasi sosial tidak terlebih dahulu memiliki komitmen yang kuat dan komprehensif dalam memegang teguh tujuannya. Apakah konformitas sosial akan menjadi efektif apabila didukung oleh komitmen yang kuat dari setiap individu yang terlibat didalamnya, karena komitmenlah yang mencerminkan karakteristik, identitas dan nilai-nilai yang dianut.

Dari beberapa masalah yang ada yang dapat ditarik kesimpulan bahwa para kader IMM memiliki kesadaran yang rendah dalam pengkaderan, dimana para kader belum menemukan jati dirinya selama berorganisasi IMM sebagai contoh setiap ada kegiatan para kadernya masih menyamakan perilaku kelompok IMM, melakukan segala sesuatu masih

(12)

karena keterpaksaan dan tidak adanya komitmen yang kuat. Beberapa kader mengungkapkan bahwa motivasi mengikuti organisasi IMM hanya ikut-ikutan teman atau ajakan teman karena perasaan tidak enak bukan atas kesadaran dari diri (hasil wawancara dengan beberapa kader IMM Fakultas Psikologi). Pengkaderan ini bukan hanya sebatas memperbanyak anggota tetapi juga mengedepankan kompetensi, komitmen dan penerapan nilai-nilai yang komprehensif pada setiap kadernya. Selain itu sulitnya biaya dalam pengolahan kegiatan menjadi salah satu pemicu rendahnya komitmen dalam pengkaderan IMM, tetapi menurut penulis biaya pun seharusnya tidak perlu menjadi masalah, karena dengan keterbatasan biaya akan tercipta pola pemikiran dan sikap yang mandiri dan swasembada karya. Tetapi semuanya pun harus berjalan secara selaras, membentuk kader IMM yang “fasih” akan nilai-nilai Muhammadiyah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk menjadikannya sebuah penelitian dengan judul ”Hubungan Antara Konformitas Sosial dengan Komitmen Organisasi pada Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Universitas Muhammadiyah Purwokerto”.

B. Perumusan Masalah

Dari permasalahan di atas maka dapat perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

“Apakah ada hubungan antara konformitas sosial dengan komitmen organisasi pada kader IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) di Universitas Muhammadiyah Purwokerto?”

(13)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konformitas sosial dengan komitmen organisasi pada kader IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) di Universitas Muhammadiyah Purwokerto?”

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah unutk menambah khazanah pengetahuan baru dalam bidang Psikologi, khususnya Psikologi Sosial dan Psikologi Industri.

2. Manfaat praktis

a. Agar para kader IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) di Universitas Muhammadiyah Purwokerto mampu meningkatkan kualitas para kader Muhammadiyah demi kemajuan bersama.

b. Khususnya bagi para kader IMM di Universitas Muhammadiyah Purwokerto diharapkan lebih berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh IMM (Ikatan Muhammadiyah Purwokerto) supaya tercipta generasi-generasi baru dalam kader IMM yang berkualitas.

Referensi

Dokumen terkait

Kristal tunggal yang didapatkan adalah kristal tunggal PCA bentuk 1 yang dikonfirmasi menggunakan PXRD dan difraktogram yang dihasilkan memiliki puncak pada 2θ yang sama

Selain itu ukuran kristal yang diperoleh dari kelima sampel TiO2 yang berskala nanometer, memiliki luas permukaan yang lebih luas yang dapat menampung dye lebih

Selain manipulasi baseline pada tahapan prapemrosesan juga terdapat metode seleksi ciri yang berfungsi untuk memilih data yang akan dimasukkan dalam pengenalan

Sistem tubuh yang memiliki peran dalam eliminasi fekal adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus, usus besar, rektum dan anus (Hidayat, 2006)..

Peran fungsi aktivasi pada jaringan saraf tiruan adalah untuk mengaktifkan keluaran dari jaringan dan menentukan apakah sinyal dari input neuron akan diteruskan ke

40 Konsep dasar pemeriksaan pendapatan daerah Analisis objek pemeriksaan pendapatan daerah Desain prosedur pemeriksaan. Teknik dan metodologi pemeriksaan

a) dengan membagikan kuisioner pada 100 responden yg berisi 14 pernyataan mengenai kualitas pelayanan, secara keseluruh menghasilkan nilai 72,06% termasuk kedalam

Ada keterbatasan visual yang menentukan maksimum jarak dari area panggung yang mana jika jarak maksimun tersebut dilampaui maka penonton tidak bisa mengapresiasi