INFORMASI MENGENAI PELUNCURAN BUKU
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Prof Dr. Ir. H. Hadi S. Alikodra, dilahirkan di Cirebon, 5 Februari 1949. Setelah lulus SMA, beliau melanjutkan studinya di Fakultas Kehutanan IPB dan lulus tahun 1974. Mengikuti program Pasca Sarjana IPB dalam bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, beliau lulus program magister sain tahun 1978, dan program doktor tahun 1983. Sejak tahun 1974 hingga sekarang, beliau bekerja sebagai staf pengajar Fakultas Kehutanan IPB dan diangkat menjadi Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pelestarian Alam dan Pembinaan Margasatwa pada tahun 1998. Pada 1982-1985, beliau menjabat sebagai Ketua Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan pada 1990-2000 memangku berbagai jabatan sebagai tenaga perbantuan di Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pada 2000-2002, beliau diangkat sebagai Senior Advisor untuk proyek lingkungan hidup kerjasama antara Kementrian Lingkungan Hidup dengan Pemerintah Jerman, dan pada 2003 hingga 2005 menjadi Deputi Leader untuk programMCRMP-Kementrian Kelautan dan Perikanan. Sejak tahun 2006 sampai sekarang, beiau bergabung dengan WWF-Indonesia, antara lain sebagai Senior Advisor. Di samping itu beliau pernah menjadi ketua Yayasan Mangrove Indonesia periode 1997-2005 dan Ketua Yayasan Badak Sumatera periode 2000-2006.
Judul Buku
:
Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Pendekatan Ecosophy bagi Penyelamatan Bumi
Penulis
: Hadi S.Alikodra
Penerbit
: Gadjah Mada University Press
Penyunting
: Efransjah & Dudung Darusman
Halaman
: 428
SINOPSIS
Pendekatan Ecosophy Bagi Penyelamatan Bumi
Permasalahan SDA dan lingkungan hidup sangat terkait dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk. Pada tahun 1987 jumlah penduduk dunia baru tercatat lima miliar (Korten, 1990), terus tumbuh dengan pesatnya hingga menjadi tujuh miliar pada tahun 2011, dan diproyeksikan pada tahun 2050 nanti akan mencapai 10,5 miliar (Kunzig, 2011). Populasi penduduk Indonesia juga termasuk tinggi, tahun 2007 telah mencapai angka 235 juta dari 60 juta pada tahun 1945 (Sastrapradja dan Widjaja, 2010). Jumlah penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan ekonominya yang pesat memerlukan lahan, permukiman, dan energi, sehingga telah membawa konsekwensi yang serius bagi cadangan sumberdaya alam (SDA) dan kelestarian lingkungan hidup.
Untuk mendukung kehidupan secara layak, manusia melakukan eksploitasi SDA, yang pada umumnya tanpa mempertimbangkan daya dukung lingkungannya. Mereka tidak berpikir adanya sifat keterbatasan SDA, sehingga berakibat buruk terhadap keberlanjutan SDA dan lingkungannya.
Buku setebal 428 halaman ini isinya dibagi menjadi empat bagian, yaitu: bagian 1 membahas ruang lingkup permasalahan konservasi SDA dan lingkungan; bagian 2 membahas pengelolaan SDA berbasis ekosistem; bagian 3 membahas konservasi SDA dan Lingkungan; dan bagian 4 membahas pengembangan kapasitas institusi. Setiap bagian terdiri dari beberapa bab, sehingga secara keseluruhan buku ini terdiri dari 21 bab, yang satu sama lain sangat erat kaitannya.
Pendekatan tiga dimensi intelektual, spiritual, dan emosional – atau yang dikenal sebagai pendekatan ecosophy -- sangat kental dibahas pada keempat bagian buku ini. Sesuai dengan latar belakang dan keahlian penulis yaitu di bidang konservasi keanekaragaman hayati (kehati) dan pengalamannya dalam menyusun kebijakan pengelolaan lingkungan hidup, muatan yang dibahas dalam buku ini lebih menitik beratkan pada aspek konservasi sumberdaya hayati yang dikaitkan dengan kelestarian lingkungan hidup. Konservasi SDA adalah pengelolaan SDA yang bijaksana, memadukan kepentingan ekonomi dan ekologi secara berimbang.Kegiatannya meliputi perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan yang menjamin kelestariannya. Melalui konservasi SDA diharapkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup juga dapat ditekan sekecil mungkin.
Pengelolaan berarti mengerjakan sesuatu secara bertanggung jawab untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sehingga ukuran-ukurannya harus jelas dan terukur, yaitu tidak merusak cadangan SDA, mampu meningkatkan sosial-ekonomi masyarakat, dan dapat meningkatkan pendapan asli daerah (PAD). Seringkali para pengelola SDA banyak yang tidak bertanggung jawab terhadap perlindungan lingkungannya, yaitu dicirikan dengan orientasinya yang hanya ditujukan pada keuntungan ekonomi sesaat, bukan keuntungan ekologi dan ekonomi jangka panjang.
Dalam rangka mengelola SDA secara optimal seringkali para pengelola mengalami frustasi, ketika masyarakat umum menuntut mereka mengelola SDA secara profesional. Masyarakat umum yang dipelopori oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang konservasi alam dan lingkungan hidup telah banyak melakukan kontrol ataupun pengawasan terhadap kinerja pengelolaan SDA yang berdampak negatif terhadap lingkungannya.
Bagi pengelolaan SDA secara bertanggung jawab, Pemerintah Indonesia telah menetapkan departemen-departemen yang bertanggung jawab dalam urusan energi dan sumberdaya mineral (ESDM), sumberdaya pertanian, sumberdaya kehutanan, dan sumberdaya perikanan, yaitu masing-masing Kementerian ESDM, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, dan Kementerian Perikanan dan Kelautan. Di samping Kementerian Lingkungan Hidup yang diberi tanggung jawab untuk mengamankan kegiatan pembangunan dari segi lingkungan hidup.
Keempat SDA strategis yang dikawal oleh masing-masing kementerian tersebut merupakan tulang punggung pembangunan dan ekonomi negara. Kemampuan dan kapasitas masing-masing kementerian yang masih banyak keterbatasan telah banyak menyebabkan tidak termonitor dan terselesaikannya masalah kerusakan SDA dan lingkungan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya. Permasalahan tersebut mestinya dapat diatasi jika masing-masing sektor pembangunan dapat bekerja secara optimal dan terintegrasi atas dasar pendekatan ekonomi dan ekologi secara seimbang, yaitu dengan cara meningkatkan tata kelola kepemerintahan (governance) terhadap perlindungan lingkungan hidup.
Sesuai dengan permasalahannya, maka buku ini menyarankan sebaiknya arah kebijakan pemerintah ke depan di bidang pengelolaan SDA adalah: (1) mengembangkan pengelolaan SDA terbarukan, dengan mempertimbangkan kemampuan tumbuhnya; dan (2) menerapkan prinsip 4 R (use, cycle, Re-covery dan Re-cuperation).
Tingkat pertumbuhan manusia dan pola pembangunan yang ada, serta adanya penyimpangan iklim akibat pemanasan global telah mengancam keberadaan SDA di muka bumi ini. Bumi kita semakin kritis untuk menopang kualitas kehidupan manusia secara berkelanjutan, yang berjumlah sekitar tujuh miliar orang. Negara-negara di dunia sejak tahun 1972 telah berikhtiar untuk menyelamatkan SDA dan lingkungannya agar dapat mendukung kehidupan manusia yang berkualitas melalui kebijakan pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan tergantung pada pemeliharaan tehadap bumi ini. Apabila kesuburan dan produktivitasnya tidak dipelihara maka masa depan umat manusia terancam. Karena itulah Strategi Konservasi Dunia menekankan pada tiga tujuan utama, yaitu: (1) perlindungan proses-proses ekologi dan sistem-sistem penyokong kehidupan; (2) perlindungan keanekaragaman genetik; dan (3) pemanfatan spesies atau ekosistem secara lestari (IUCN, UNEP, WWF, 1991). Pemerintah Indonesia menyambut Strategi Konservasi Dunia ini dengan mendeklarasikannya dalam dokumen Rancang Tindak Bali pada tahun 1982 bersamaan dengan penyelanggaran Kongres Taman Nasional se-dunia ke-3 di Bali
Ecosophy
Masalah sumber daya alam dan lingkungan hidup telah berkembang menjadi krisis lingkungan global yang berdampak serius terhadap keberlanjutan kehidupan manusia dan pembangunan. Sebagai reaksi terhadap krisis ini, sejak memasuki abad ke-20 telah tumbuh dan berkembang pergerakan lingkungan, yang dilandasi dengan pendekatan ecosophy dimana filosofi penyelamatan bumi memasukkan dimensi ekologi dan dimensi spiritual. Filsafat ecosophy atau deep ecology ini diperkenalkan pertama kalinya pada 1972 oleh Arne Naess, filsuf dari Norwegia.
Intisari isi buku ini adalah mengangkat tiga dimensi ecoshopy, suatu pendekatan yang mengintegrasikan dimensi intelektual, dimensi spiritual, dan dimensi emosional. Dimensi intelektual berarti, umat manusia diminta secara terus menerus mempelajari, meneliti, memahami dan menghargai alam lingkungannya. Dimensi spiritual berarti mempercayai bahwa SDA diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya karena berfungsi untuk mendukung kehidupan manusia, dan dimensi emosional bermakna dalam membentuk manusia beretika dan bermoral bagi terjaminnya kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi.
Komentar Pembaca
Prof. Dr. Emil Salim, Guru Besar UI: “Tulisan Prof. Hadi S. Alikodra yang dituangkan dalam bukunya berjudul Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: pendekatan ecoshopy bagi penyelamatan bumi merupakan karya penting, karena mampu memberikan inspirasi dan menyadarkan siapa saja yang peduli terhadap kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan bumi yang semakin meningkat. Buku ini perlu dibaca sebagai bahan rujukan bagi upaya nyata umat manusia untuk melindungi dan melestarikan ekosistem bumi”.
Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, MSc, Rektor IPB: “Buku karya Prof. Hadi S.Alikodra ini sangat tepat untuk dijadikan referensi bagi para birokrat, mahasiswa, aktifis LSM, pengusaha dan masyarakat luas. Setelah membaca buku ini, kita terpanggil untuk melakukan koreksi etika pembangunan juga ternyata membawa persoalan ikutan berupa ancaman terhadap kelestarian lingkungan hidup yang seharusnya kita jaga. Buku yang ditulis dengan pendekatan ecoshopy (filosofi ekologi) ini sungguh menggugah kita untuk segera melakukan tindakan nyata untuk menyelamatkan lingkungan hidup bagi generasi yang akan datang”
Prof. Azyumardi Azra, MA, MPhi, PhD, Guru Besar Sejarah; Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta: “Buku Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan tulisan Prof. Hadi S. Alikodra adalah karya komprehensif dan tepat waktu tentang subyek amat penting dan strategis ini. Ketika kian banyak masyarakat internasional dan Indonesia sendiri yang cemas terhadap konservasi dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Karya ini menawarkan tidak hanya konsep dan wacana, tetapi sekaligus juga kerangka aplikasi konservasi sumberdaya alam dan lingkungan. Karena itu tidak ragu lagi, karya ini adalah buku wajib setiap mereka yang peduli masa depan sumberdaya alam, lingkungan, peradaban dan kemanusiaan.
Arief T. Surowidjojo, Ketua Badan Pengawas Yayasan WWF-Indonesia : “Mewariskan pengetahuan dan pengalaman berharga ke generasi berikut dalam bentuk buku merupakan hal bijak yang bisa dilakukan oleh seorang intelektual seperti Prof. Hadi S. Alikodra. Tetapi mewariskan pengetahuan dan pengalaman yang tepat waktu kepada generasi berikut untuk menyelamatkan bumi dan lingkungan hidup kita adalah sebaik-baiknya amal ibadah seorang umat dan warga dunia yang punya perhatian untuk keselamatan bumi dan kehidupan di dalamnya dimasa mendatang”.
Nadine Zamira, Miss Indonesia Earth 2009: “Buku ini mengajak kita untuk percaya bahwa upaya melestarikan lingkungan tanpa diikuti dengan basis etika dan moral konservasi tidak akan optimal dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan secara keseluruhan. Pendekatan ini harus diaplikasikan pelaku konservasi maupun dalam cara mengkomunikasikan pesan-pesan dan isu lingkungan kepada khalayak umum agar mereka tergerak untuk bertindak”.
Informasi lebih lanjut untuk mendapatkan buku ini, kontak WWF Indonesia (attn Nefa Firman) 021 7829461 ext 523/506 Email : Support-wwf@wwf.or.id