• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1. Geografis

Kabupaten Wakatobi merupakan kabupaten baru yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2003, yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Buton.

Kabupaten Wakatobi terletak dikepulauan Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian Selatan garis khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan diantara 5.000-6.250 Lintang Selatan (sepanjang ± 160 km) dan membentang dari Barat ke Timur diantara 123.340-124,640 Bujur Timur (sepanjang ± 120 km).

(2)
(3)
(4)

Secara administratif batas wilayah kawasan kabupaten Wakatobi adalah sebagai berikut :

a. Batas sebelah Utara : Kabupaten Buton dan Muna b. Batas sebelah Selatan : Laut Flores

c. Batas sebelah Barat : Kabupaten Buton d. Batas sebelah Timur : Laut Banda

Posisi Geostrategis, Kabupaten Wakatobi terletak pada posisi sangat strategis karena: (1) Perairan laut Kabupaten Wakatobi dilalui oleh jalur pelayaran kawasan Timur dan Barat Indonesia; (2) Ditinjau dari sisi bioregion, letak geografis Kabupaten Wakatobi sangat penting karena berada pada kawasan yang sangat potensial yakni diapit oleh Laut Banda dan Laut Flores yang memiliki potensi sumberdaya keragamanhayati kelautan dan perikanan yang cukup besar; dan (3) Kabupaten Wakatobi berada pada Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Center) yang meliputi 6 (enam) negara, yakni Indonesia, Malaysia, Philipines, Papua New Guine, Solomon Island, dan Timor Leste. Posisi Kabupaten Wakatobi pada Pusat Segi Tiga Karang Dunia, disajikan pada Gambar……

Gambar 2.3. Posisi Wakatobi Dalam Pusat Segi Tiga Karang Dunia

Kabupaten Wakatobi merupakan gugusan kepulauan yang berjumlah 39 pulau, terdiri atas 4 (empat) pulau besar, yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko (WAKATOBI). Keempat pulau tersebut mudah terjangkau baik dalam region Provinsi Sulawesi Tenggara, regional Kawasan Timur Indonesia, nasional maupun internasional. Di Pulau Wangi-Wangi terdapat Bandara Udara Matahora, Pelabuhan Laut Nasional Panggulu Belo, dan jalur angkutan ferry ASDP

(5)

Kamaru-Wanci, dan di Pulau Tomia tersedia Bandara Udara Maranggo moda transportasi khusus untuk wisatawan dari Bali Indonesia dan Singapura.

Transportasi laut antar pulau Kabupaten Wakatobi cukup lancar. Akses dari ibukota kabupaten (Wangi-Wangi) ke Pulau Kaledupa dan Binongko tersedia setiap hari dengan armada kapal cepat (speed boat). Satu-satunya wilayah pulau kecil yang relatif sulit dijangkau namun telah berpenghuni ialah Pulau Runduma, termasuk ke dalam administratif Kecamatan Tomia, terletak di bagian timur Pulau Tomia tepat di tengah Laut Banda

2.1.2. Administrasi

Luas wilayah Kabupaten Wakatobi adalah sekitar 19.200 km², terdiri dari daratan seluas ± 823 km² atau hanya sebesar 3,00 persen dan luas perairan (laut) ± 18.377 km2 atau sebesar 97,00 persen dari luas Kabupaten Wakatobi. Atas dasar kondisi tersebut, maka potensi sektor perikanan dan kelautan serta sektor pariwisata berbasis wisata laut/bahari menjadi sektor andalan daerah Kabupaten Wakatobi.

Kabupaten Wakatobi terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan, yaitu Kecamatan Wangi-Wangi, Wangi-Wangi Selatan, Kaledupa, Kaledupa Selatan, Tomia, Tomia Timur, Binongko dan Kecamatan Togo Binongko. Wilayah kecamatan terluas adalah kecamatan Wangi-Wangi dengan luas 241 km² atau 29,40 persen yang sekaligus merupakan wilayah ibu kota kabupaten. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Kaledupa, yaitu seluas 45,50 km² atau 5,53 persen dari total luas wilayah daratan Kabupaten Wakatobi. Luas Wilayah Kebupaten Wakatobi menurut kecamatan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 2.1.

Luas Wilayah Kabupaten Wakatobi Menurut Kecamatan

No. Kecamatan Luas Daratan (km²) Persentase (%)

1. Wangi-Wangi 241,98 29,40

2. Wangi-Wangi

Selatan 206,02 25,03

3. Kaledupa 45,50 5,53

(6)

5. Tomia 47.10 5,72

6. Tomia Timur 67,90 8,25

7. Binongko 93,10 11,31

8. Togo Binongko 62,90 7,64

Luas Total Darat 823,00 3,00

Luas Laut 18.377,00 97,00

Total 19.200,00 100,00

Sumber: Kabupaten Wakatobi Dalam Angka, 2012

2.1.3 Topografi

Topografi wilayah daratan Kabupaten Wakatobi sebagian besar atau sekitar 40 persen adalah landai dengan ketinggian sekitar 3-20 m di atas permukaan air laut (dpl). Topografi landai terutama terdapat dibagian selatan Pulau Wangi-Wangi, bagian utara dan selatan Pulau Kaledupa, bagian barat dan timur Pulau Tomia, serta wilayah bagian selatan Pulau Binongko. Sedangkan bentuk topografi perbukitan, berada di tengah-tengah pulau dengan ketinggian berkisar antara 20-350 m dpl.

Selain bentangan pulau-pulau kecil, relief dan topografi, di Wakatobi juga membentang Gunung Tindoi di Pulau Wangi-Wangi, Gunung Pangilia di Pulau Kaledupa, Gunung Patua di Pulau Tomia dan Gunung Watiu’a di Pulau Binongko. Pada puncak gunung di empat pulau besar tersebut, terdapat situs peninggalan sejarah berupa benteng dan makam yang sangat erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Wakatobi maupun sejarah perkembangan kejayaan Kesultanan Buton, Tidore, dan Ternate. Situs sejarah dimaksud ialah Benteng Liya, Benteng Tindoi, Benteng Patu’a, dan Benteng Suosuo serta peninggalan benda-benda purbakala lainnya. Kesemuanya merupakan aset daerah yang sangat berharga, terutama dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai obyek wisata budaya, baik nasional maupun internasional.

(7)

Secara umum tidak terdapat sungai yang mengalir sepanjang tahun di Kabupaten Wakatobi. Sumber mata air di Kabupaten Wakatobi umumnya berasal dari air tanah (ground water) dari wilayah perbukitan dan gua-gua karst yang oleh penduduk setempat disebut “Tofa/Loba/Lia”. Dari sumber mata air tersebut, air dialirkan ke rumah penduduk dengan menggunakan pipa. Sebagian dari sumber air tanah dari perbukitan dan gua-gua karst tersebut

tidak layak minum sehinggga hanya bisa digunakan untuk mandi, cuci dan kakus (MCK). Sumber air minum lainnya ialah air sumur tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Adapun data sumber air beserta kapasitas produksi air dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sumber Air dan Kapasitas Produksi Air Kabupaten Wakatobi Tahun 2009

N 0

Sumber Air Pulau Kapasitas Air (Liter/detik)

Daerah Pelayanan 1 Wa Gehe-Gehe Wangi-Wangi 15 Wanci dan Mandati

2 Te'e Bete Wangi-Wangi 10 Numana dan Mola

3 Longa Wangi-Wangi 5 Longa

Sub Total 30

4 Te'e Liya Wangi-Wangi 5 Liya

5 Hu'u Wangi-Wangi 10 Bandara, Matahora dan

Melai One

6 Kampa (Kapota) Wangi-Wangi 5 Kampa

7 Betambawi (Kapota)

Wangi-Wangi 5 Kollowowa

Sub Total 25

8 Lenteaoge Kaledupa 5 Lenteaoge

9 Palea Kaledupa 15 Ambeua dan sekitarnya

Sub Total 20

10 He'ulu

(Kahianga)

Tomia 10 Tomia dan sekitarnya

Sub Total 10

11 Popalia Binongko 10 Binongko dan

sekitarnya

Sub Total 10

Total 95

Sumber: Dinas PU Pertambangan dan Energi Kabupaten Wakatobi.

Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti DAS Posalu, Banduha-nduha, dan Waginopo di Kecamatan Wangi-Wangi mempunyai peranan penting pada ketersediaan air tanah. Dalam konteks ini, peranan vegetasi terutama hutan

(8)

sangat penting dalam konservasi air tanah. Permukaan air terutama pada gua-gua karst dan sumur penduduk banyak dipengaruhi oleh naik turunnya muka air laut, memberikan indikasi tentang pentingnya perlindungan daerah pantai dari pengaruh abrasi.

Peta geologi Lembar Kepulauan Tukang Besi Sulawesi Tenggara skala 1 : 25.000 tahun 1994, menunjukkan secara umum formasi geologi batuan daratan Kepulauan Wakatobi dikelompokkan kedalam formasi geologi Qpl dengan jenis bahan induk batu gamping jenis koral. Jenis tanah yang tersebar pada beberapa tempat di empat pulau Kabupaten Wakatobi ialah jenis organisol, alluvial, grumosol, mediteran, latosol, serta didominasi oleh podsolik. Formasi geologi batuan daratan dengan bahan induk batu gamping jenis koral dan dominasi tanah podsolik, secara umum mengindikasikan kesuburan tanah yang rendah akibat pH dan bahan organik rendah. Terkait hal tersebut, pemerintah daerah akan mencanangkan program pertanian terpadu yang berbasis ekologi (integrated

ecofarming). 2.1.2 Demografi

2.1.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi tahun 2012 adalah 94.846 jiwa. Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yakni di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan berjumlah 25.032 jiwa. Dengan distribusi penduduk mencapai 26,4% dari seluruh penduduk di Kabupaten Wakatobi.

Tabel …..Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kab. Wakatobi

Kecamatan Luas (Ha) Jumlah Penduduk

Tahun 2012 Kepadatan Penduduk Binongko 9.310 8.543 0,92 Togo Binongko 6.290 4.798 0,76 Tomia 4.710 7.037 1,5 Tomia Timur 6.790 8.609 1,27 Kaledupa 4.550 10.179 2,23 Kaledupa Selatan 5.850 6.779 1,16

(9)

Wangi-Wangi 24.198 23.869 0,98

Wangi-Wangi Selatan 20.602 25.032 1,22

Jumlah 82.300 94.846 1,15

Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi 2012

2.1.2.2 Perkembangan dan Proyeksi Jumlah Penduduk

Perkiraan jumlah penduduk ini penting dalam suatu perencanaan, karena kependudukan merupakan salah satu penentu dalam mengkondisikan perkembangan suatu wilayah baik dari segi fisik maupun non fisik. Dengan mengetahui perkembangan suatu penduduk di suatu wilayah maka akan dapat diketahui prediksi dari kebutuhan akan fasilitas dan utilitas penunjang serta perkiraan kebutuhan ruangnya. Dengan mengetahui prediksi akan kebutuhan fasilitas, utilitas dan ruangnya maka akan relatif lebih mudah untuk memberikan arahan perkembangan sehingga akan didapat keteraturan secara fisik dan non fisik.

Untuk menentukan proyeksi jumlah penduduk diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :

Rumus Rasio Pertumbuhan Penduduk: r = Pt n -1

Po

Rumus Proyeksi Penduduk: PP = r x Pt

Keterangan :

r= rasio pertumbuhan; PP=Pertumbuhan Penduduk Pt =Jumlah penduduk tahun n; n = Tahun Berjalan

(10)

Tabel……. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk saat ini dan Proyeksi 5 Tahun

Sumber :Hasil Pengolahan Data Kabupaten Wakatobi dalam angka 2011 , BPS

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK (Asumsi 1 KK = 4 Jiwa) Tingkat Pertumbuhan

Tahun Tahun Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Binongko 9.339 8.385 8.543 8.704 8.868 9.035 9.205 2.180 1.959 1.994 2.176 2.217 2.259 2.301 (10,22) 1,88 1,88 1,88 1,88 1,88 1,85 Togo Binongko 5.289 4.701 4.798 4.897 4.998 5.101 5.206 1.195 1.074 1.097 1.224 1.250 1.275 1.302 (11,12) 2,06 2,06 2,06 2,06 2,06 2,02 Tomia 7.687 6.907 7.037 7.169 7.303 7.440 7.580 1.949 1.751 1.787 1.792 1.826 1.860 1.895 (10,15) 1,88 1,88 1,87 1,88 1,88 1,85 Tomia Timur 9.385 8.460 8.609 8.761 8.916 9.074 9.235 2.421 2.175 2.218 2.190 2.229 2.269 2.309 (9,86) 1,76 1,77 1,77 1,77 1,77 1,74 Kaledupa 11.119 9.999 10.179 10.362 10.548 10.737 10.929 2.806 2.521 2.572 2.591 2.637 2.684 2.732 (10,07) 1,8 1,8 1,8 1,79 1,78 1,76 Kaledupa Selatan 7.378 6.644 6.779 6.913 7.050 7.190 7.333 1.984 1.784 1.921 1.728 1.763 1.798 1.833 (9,95) 2,03 1,98 1,98 1,99 1,99 1,95 Wangi-Wangi 25.974 23.362 23.869 24.387 24.916 25.456 26.008 6.033 5.420 5.222 6.097 6.229 6.364 6.502 (10,06) 2,17 2,17 2,17 2,17 2,17 2,12 Wangi-Wangi Selatan 27.252 24.537 25.032 25.537 26.052 26.577 27.113 6.043 5.430 5.543 6.384 6.513 6.644 6.778 (9,96) 2,02 2,02 2,02 2,02 2,02 1,98 Jumlah 103.423 92.995 94,846 96.730 98.651 100.610 102.609 24.611 22.114 22.354 24.183 24.663 25.153 25.652 (81) 16 16 16 16 16 15

(11)

1.1.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah

Belanja modal sanitasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wakatobi, terdapat pada tabel berikut: Tabel ……Rekapitulasi Realisasi APBD tahun 2009 - 2013

No Realiasai Anggaran TAHUN Ratarata

Pertumbuhan 2009 2010 2011 2012 2013 A. Pendapatan (a.1+a.2+a3) 348.130.993.768 284.653.977.513 387.305.861.758 415.190.578.794 482.495.683.175 1.680.724.618.552 a.1 Pandapatan Asli Daerah (PAD)

12.011.618.000 12.881.471.745 14.670.772.131 13.292.871.904 19.082.344.500 56.673.202.680 a.1.1 pajak Daerah

1.777.600.000 2.147.453.745 2.369.559.152 1.969.659.125 2.086.486.500 8.681.569.322 a.1.2 Retribusi Daerah

2.734.018.000 3.396.018.000 1.403.618.000 1.503.618.000 2.789.408.000 9.595.153.600 a.1.3

Hasil Pengolahan Kekayaan

Daerah yang di Pisahkan

102.000.000 5.611.594.979 5.651.594.779 9.500.000.000 13.265.189.758 a.1.4

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 7.500.000.000 7.236.000.000 5.286.000.000 4.168.000.000 4.706.450.000 25.131.290.000 a.2 Dana Perimbangan (Transfer)

277.233.251.070 265.915.451.070 321.607.707.970 369.977.641.215 434.744.273.000 1.447.691.723.469 a.2.1 Dana Bagi Hasil

20.981.193.070 24.608.593.070 19.436.295.010 16.449.396.215 19.606.285.000 84.296.807.909 a.2.2 Dana Alokasi Umum

203.249.058.000 209.835.658.000 271.440.812.960 308.676.985.000 353.873.348.000 1.184.476.615.560 a.2.3 Dana Alokasi Khusu

53.003.000.000 31.471.200.000 30.730.600.000 44.851.260.000 61.264.640.000 178.918.300.000 a.3

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 58.886.124.698 5.857.054.698 51.027.381.657 31.920.065.675 28.669.065.675 176.359.692.403 a.3.1 Hibah 35.000.000 35.000.000

a.3.2 Dana Darurat

-

a.3.3

Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./Kota

2.866.710.698 2.866.710.698 3.383.037.657 3.059.065.675 3.059.065.675 15.234.590.403

(12)

a.3.4

Dana Penyesuaian dan dana otonomi khusu 52.744.070.000 44.689.000.000 23.465.000.000 23.485.000.000 144.383.070.000 a.3.5

Bantuan Keuangan dari privinsi/pemerintah daerah lainnya 3.275.344.000 2.955.344.000 2.955.344.000 5.396.000.000 2.125.000.000 16.707.032.000 B Belanja (b1+b2) 297.927.629.380 256.472.693.076 211.416.994.322 241.177.907.824 285.470.206.890 1.292.465.431.492 b.1 Belanja Tidak Langsung

113.993.138.905 121.583.086.155 177.863.867.436 187.505.027.544 209.503.855.732 810.448.975.772 b.1.1 Belanja Pegawai 95.967.707.405 106.822.386.155 150.903.447.436 173.749.134.229 188.227.157.417 715.669.832.642 b.1.2 Bunga - b.1.3 Subsidi 5.500.000.000 4.000.000.000 3.000.000.000 4.000.000.000 4.000.000.000 20.500.000.000 b.1.4 Hibah 2.167.231.500 3.650.000.000 14.850.000.000 250.725.000 4.751.000.000 25.668.956.500 b.1.5 Bantuan Sosial 4.360.000.000 300.000.000 980.000.000 1.518.500.000 2.640.000.000 9.798.500.000

b.1.6 Belanja Bagi Hasil

- b.1.7 Bantuan Keuangan 5.648.200.000 6.310.700.000 7.630.420.000 7.686.668.315 8.174.148.315 35.450.136.630 b.1.8 Belanja Tidak Terduga

350.000.000 500.000.000 500.000.000 300.000.000 1.711.550.000 3.361.550.000 b.2 Belanja Langusng - b.2.1 Belanja Pegawai 24.573.964.500 25.261.185.100 26.693.182.300 23.205.640.215 29.055.707.458 128.789.679.573 b.2.2 Belanja Barang dan Jasa

102.680.123.109 95.627.340.224 81.987.781.122 90.056.198.099 110.248.558.121 480.600.000.675 b.2.3 Belanja Modal 170.673.541.771 135.584.167.752 102.736.030.900 127.916.069.510 146.165.941.311 683.075.751.244 c Pembiayaan Surplus/Defisit Anggaran 50.203.364.388 28.181.284.437 175.888.867.436 174.012.670.970 197.025.476.285 388.259.187.060

(13)

Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Kab. Wakatobi 2013

Pada kurun waktu 2009-2013 APBD Kabupaten Wakatobi mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Struktur pendapatan Kabupaten Wakatobi sekitar 86,13 % bersumber dari dana perimbangan, sedangkan selebihnya sekitar 13,87 % berasal dari lain-lain pendapatan yang sah dan dari pendapatan asli daerah. Dari struktur pendapatan tersebut dapat diketahui bahwa pembangunan di Kabupaten Wakatobi masih sangat tergantung dari dana perimbangan.

Table. 2.7 Rekapitulasi Belanja Sanitasi SKPD Kab. Wakatobi Tahun 2009 s/d 2013

No SUB SEKTOR TAHUN Rata2 Pertumbuhan

2009 2010 2011 2012 2013 1 Air Limbah 100.000.000 130.112.500 119.575.000 55.000.000 404.687.500 2 Sampah 565.975.500 330.400.000 376.650.000 774.985.000 401.800.000 2.449.810.500 3 Drainase 591.327.950 100.000.000 340.000.000 2.447.975.000 375.074.500 3.854.377.450 4 PHBS 61.909.000 24.500.000 75.000.000 161.409.000 5 Belanja Sanitasi (1+2+3...n) 1.157.303.450 530.400.000 908.671.500 3.367.035.000 906.874.500 6.870.284.450 6 Total Belanja APBD 297.927.629.380 256.472.693.076 211.416.994.322 241.177.907.824 285.470.206.890 1.292.465.431.492 7

Proporsi Belanja Modal Sanitasi

Terhadap Total Belanja APBD (%) 0,39 0,21 0,43 1,40 0,32 0,53

(14)

2.1.4. TATA RUANG WILAYAH

2.1.4.1. Tujuan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Tujuan Penataan Ruang

Mengacu pada UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3, maka tujuan penataan ruang adalah untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Tujuan pengembangan dan fungsi Wilayah Kabupaten Wakatobi pada masa mendatang pada dasarnya mengacu pada potensi dan permasalahan yang ada serta tujuan pengembangan wilayah sesuai dengan kebijakan pengembangan wilayah pada tata ruang

Propinsi Sulawesi Tenggara maupun kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi yang telah dirumuskan. Atas dasar tersebut rumusan tujuan penataan ruang Kabupaten Wakatobi adalah sebagai berikut :

 Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

 Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alamdan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;

 Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

 Terwujudnya pelayanan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas, dalam jumlah yang layak, berkesinambungan dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat;  Terwujudnya keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang darat, ruang laut,

dan ruang udara, termasuk ruang di bawah permukaan tanah dan di bawah permukaan air harus mempertimbangkan kondisi wilayah sebagai Taman Nasional LautWakatobi dan daya dukung sumber daya alam serta daya tamping lingkungan secara berkelanjutan;

 Terwujudnya penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan di Kabupaten Wakatobi;

 Terwujudnya kerangka kerja pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan membangun kerjasama internasional dalam berbagai program pembangunan wilayah; dan

(15)

Dengan memperhatikan visi pembangunan Kabupaten Wakatobi Tahun 2006 - 2011, yaitu “Terwujudnya Surga Nyata Bawah Laut di Jantung Segitiga Karang Dunia”, maka tujuan penataan ruang Kabupaten Wakatobi adalah sebagai berikut :

“Mewujudkan tatanan ruang wilayah Kabupaten dalam rangka optimalisasi potensi sumber daya alam berbasis kelautanperikanan dan pariwisata secara berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing kabupaten dengan tetap mempertimbangkan daya dukung, daya tampung, karakteristik fisik wilayah dan kelestarian sumberdaya alam”. Tujuan tersebut mengandung nilai-nilai atau makna sebagai berikut : Mewujudkan Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi Sebagai Kawasan Pariwisata dan Perikanan-Kelautan, menunjukkan bahwa pengembangan wilayah Kabupaten Wakatobi akan berorientasi pada leading sektor atau sektor unggulannya yaitu pariwisata dan perikanan-kelautan.

Meningkatkan daya saing Kabupaten, menunjukkan arti yang bermakna kesejahteraan dan kemakmuran secara ekonomi dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Terdapat beberapa pertimbangan (Pokok-pokok pertimbangan) dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Wakatobi (pengembangan wilayah kepulauan) :

1. Sistem keruangan (spatial system) dan tipologi, perlu memperhatikan secara proporsional konfigurasi ruang daerah kepulauan, karena setiap tipologi pada dasarnya menuntut kebijaksanaan pengembangan tersendiri.

2. Daya dukung wilayah, penataan ruang kepulauan perlu memperhatikan secara bijaksana ekosistem daerah kepulauan, dan kelestarian daya dukungnya.

3. Pendayagunaan potensi sumber daya kelautan, (marine resource based development) dengan tetap memperhatikan keselarasan pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh masing-masing sektor.

4. Struktur tata ruang, perlu diidentifikasi sistem pusat permukiman dan "titik-titik tumbuh" di daerah kepulauan yg berfungsi sebagai pusat pelayanan dan industri pengolahan, serta pusat pemasaran yang dapat mengefisienkan proses produksi, koleksi dan distribusi barang serta efisiensi dan efektifitas dalam investasi prasarana. 5. Pengembangan prasarana wilayah, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi fisik geografis daerah. Pengembangan prasarana transportasi darat dilakukan untuk

(16)

mendukung interaksi intra wilayah (daratan) kepulauan, dan pengembangan transportasi laut untuk mendukung interaksi antar wilayah.

6. Kawasan sektor strategis/prioritas, guna mengurangi disparitas dan meningkatkan keselarasan pertumbuhan antarwilayah, perlu diidentifikasi kawasan dan sektor strategis, serta prioritas pengembangan sektor.

7. Alokasi pemanfaatan ruang, penetapan kawasan lindung di daerah kepulauan memperhatikan ekosistem dan daya dukung daerah. Alokasi kawasan budidaya memperhatikan tujuan mendayagunakan SDA kelautan secara optimal. Kawasan budidaya non kelautan diperhatikan, terutama pada pulaupulau yang penduduknya tidak dapat memanfaatkan sumberdaya kelautan sepanjang tahun.

8. Pemenuhan kebutuhan dasar, perlu digiatkan (pendidikan, kesehatan, dan sebagainya) yang mendesak dan perlu ditempuh dalam jangka pendek, jangka panjang, pengembangan sektorsektot produktif (budidaya) tetap harus ditempuh secara terencana.

9. Dalam jangka panjang peran serta swasta, mampu merangsang peningkatan kuantitas dan kualitas SDM, terutama pada pulau-pulau yang kekurangan penduduk dan kualitas penduduk relatif rendah.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Wakatobi terjabarkan sebagai berikut :

1. Pengembangan kegiatan utama berbasis kelautan-perikanan dan pariwisata serta pemanfaatan ruang secara optimal pada setiap kawasan budidaya lainnya. Strategi :

a. menetapkan zona-zona dengan fungsi-fungsi utamanya pada setiap kawasan budidaya;

b. meningkatkan nilai tambah hasil-hasil produksi kawasan melalui pengembangan pariwisata, agrobisnis, kelautanperikanan baik secara intensifikasi maupun ektensifikasi;

c. meningkatkan perlindungan terhadap sumber-sumber air dan sumber plasma nutfah serta melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup;

(17)

d. mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan keunikan rona alam dan keaslian fisik sumber daya alam dan lingkungan hidup;

e. mengurangi perizinan pemanfaatan ruang yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik pemanfaatan ruang;

f. mengendalikan, mengarahkan, memantau, dan menegakan hukum di kawasan lindung;

g. mengembangkan kebijakan pengembangan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan yang berkesinambungan yang didasarkan pada karakteristik pesisir dan pulau-pulau kecil; dan

h. pengembangan fungsi-fungsi kawasan budidaya lainnya.

2. Pengembangan prasarana dan sarana guna mendukung kegiatan utama berbasis kelautan-perikanan dan pariwisata serta pengembangan prasarana dan sarana guna mendukung setiap kawasan budidaya lainnya. Strategi :

a. meningkatkan penyebaran prasarana dan sarana pada setiap kawasan pariwisata, agrobinis, kelautan-perikanan yang didasarkan pada karakteristik pesisir dan pulau-pulau kecil;

b. mengembangkan akses prasarana dan sarana pada setiap kawasan pariwisata, agrobinis dan kelautan-perikanan untuk mendukung pengembangan pelayanan jasa kemaritiman dan pariwisata bahari, pengembangan perikanan rakyat (artisanal fishery) dan pengembangan marikultur (marine culture);

c. meningkatkan aksesibilitas antar kota di dalam kawasan dan ke tujuan-tujuan pemasaran melalui keterpaduan pengembangan sistem transportasi antar moda untuk mendukung jaringan distribusi dan pemasaran dari dan keluar Kabupaten yang efisien dan efektif;

d. meningkatkan fungsi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana pada setiap kawasan budidaya untuk mendukung pengembangan kegiatan kelautan-perikanan dan pariwisata yang handal dan menghasilkan komoditas yang berdaya saing tinggi; e. mengembangkan sistem informasi tata ruang berbasis digital spasial yang mudah

(18)

f. optimalisasi pengembangan sistem kelautan-perikanan dan pariwisata, untuk tujuan pelestarian sumberdaya, pendidikan dan penelitian, peningkatan produksi dengan mengembangkan sistem pengelolaan yang terintegrasi dan berkelanjutan.

3. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten. Strategi :

a. menetapkan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp); b. menetapkan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan beberapa

kecamatan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK);

c. menetapkan kawasan perkotaan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang berfungsi untuk mendukung PPK dengan melayani kegiatan beberapa kecamatan yang lebih kecil; meningkatkan interkoneksi antara kawasan perkotaan baik kota yang diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) dan pusat-pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL) maupun pusat-pusat kawasan strategis sebagai pusat-pusat-pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten;

d. mengembangkan akses pada pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensial dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting; dan f. meningkatkan akses terhadap kota-kota pantai, sentra pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perikanan.

4. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana dan sarana serta jaringan pelayanan sosial ekonomi. Strategi :

a. mengembangkan jalan kolektor primer dari Wangi-Wangi menuju Bandara Matahora dan dari Usuku - Lapter Maranggo – Onemai;

b. mengembangkan jaringan transportasi darat; yaitu jalan local primer sebagai bagian dari jalan lingkar pulau (yaitu; pulau Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko) yang menghubungkan antar kecamatan di dalam satu pulau;

c. membangun dan meningkatkan ruas jalan lokal primer (yang termasuk dalam jalan lingkar pulau) antara Wanci - Liya (Pulau Wangi-Wangi), Ambeua - Sandi (Pulau Kaledupa), Waha - Usuku (Pulau Tomia) Rukuwa - Popalia (Pulau Binongko);

(19)

d. membangun jaringan jalan lokal sekunder yang menghubungkan pusat Kota Wangi-Wangi, kawasan permukiman dan sentra-sentra produksi dengan wilayah pengembangan;

e. mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi; f. meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energy secara optimal serta

mewujudkan keterpaduan system penyediaan tenaga listrik; dan

g. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air.

5. Perlindungan terhadap kawasan lindung laut. Strategi :

a. mendukung penetapan kawasan Taman Nasional Wakatobi;

b. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi wilayah; dan

c. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan mangrove dan terumbu karang sebagai ekosistem esensial pada kawasan pesisir dan laut untuk menjamin terus berlangsungnya reproduksi biota laut.

6. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Strategi :

a. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;

b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan, sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan budidaya terbangun; dan

(20)
(21)
(22)

2.1.4.2. Tujuan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Potensi Bencana Alam

Bencana alam menjadi salah satu perhatian serius dalam penataan ruang. Daerah atau kawasan yang nantinya diidentifikasi berpotensi terjadinya bencana alam agar diarahkan menjadi kawasan lindung atau kawasan budidaya bersyarat. Pengenalan akan kemungkinan bencana alam sangat diperlukan dalam perencanaan suatu wilayah, sehingga bencana alam yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda dapat dihindari atau diminimalisir.

A. Gelombang Pasang Air Laut (Tsunami)

Kabupaten Wakatobi sebagai wilayah kepulauan memiliki potensi bencana alam terutama bencana alam terkait wilayahnya yang sebagian besar merupakan laut dan pesisir. Potensi bencana gelombang air laut (tsunami) atau gelombang besar dimungkinkan terjadi jika adanya gempa besar akibat patahan di bawah laut dengan kedalaman yang disyaratkan terjadinya gelombang laut besar/tsunami. Hal ini juga terkait dengan kerentanan wilayah Indonesia yang merupakan ring of fire, wilayah yang dikelilingi jalur gunung api. Posisi wilayah Kabupaten Wakatobi secara langsung tidak berada jalur patahan akan tetapi berpotensi terkena limpahan/rembesan gelombang besar dari wilayah lain disekitar wilayah Kabupaten Wakatobi.

B. Erosi

Wilayah daratan Kabupaten Wakatobi mempunyai ketinggian umumnya di bawah 500 meter dari permukaan laut (mdpl). Daerah yang paling tinggi tersebut masuk kategori perbukitan, karena suatu ketinggian disebut gunung hanya ditujukan untuk daerah yang memiliki ketinggian di atas 500 mdpl. Selain hal tersebut sebagian besar perbukitan terdiri dari formasi batu karang. Berdasarkan fakta tersebut maka untuk potensi rawan bencana longsor dan erosi relatif rendah.

C. Rawan Bencana Geologi

Rawan bencana geologi karena umunya wilayah pulau-pulau utama di Kabupaten Wakatobi dominan struktur batuan gamping yang berada pada elevasi ketinggian yang cukup beragam. Potensi rawan runtuhan batuan (rawan geologi) karena di beberapa lokasi terutama di bagian tengah pulau seperti di Pulau Wangi-Wangi, Tomia dan Binongko dimana struktur batuan gamping yang merupakan strukutr batuan utama pembentuk daratan pulau, tersebar pada semua wilayah, terutama pada daerah perbukitan, posisi sebaran batuan pada daerah dataran tinggi tersebut jika tidak diantisipasi, cukup

(23)

memberikan dampak berupa reruntuhan batuan yang akan membahayakan wilayah sekitarnya. Saat ini peristiwa longsoran batuan masih relatif kecil.

D. Banjir

Potensi bencana banjir setempat biasa terjadi pada saat musim penghujan dengan curah hujan relatif tinggi dan aliran air permukaan (run off) tinggi. Banjir yang terjadi umumnya bersifat setempat dan sementara serta dampaknya relatif tidak besar. Genangan wilayah banjir umumnya terjadi terutama pada lokasi/ kawasan perkotaan yang system drainase perkotaanya belum optimal seperti yang sering terjadi di Ibukota Kabupaten (Wanci/Wangi-wangi). Sehingga perlu adanya langkah antisipasi dengan perbaikan sistem drainase perkotaan.

E. Pemanasan Global (Global Warming)

Isue pemanasan global (global warming) terkait dengan peningkatan temperatur rata -rata permukaan bumi dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan dampak pada mencairnya es di kutub Utara dan Selatan bumi sehingga terjadilah kenaikan muka laut (sea level rise). Pemanasan global diyakini disebabkan oleh berbagai macam aktivitas manusia. Hasil pembakaran jenis ini antara lain gas karbondioksida (CO2) yang dalam skala global berjumlah miliaran ton setiap tahun disemburkan ke atmosfir bumi. Akibatnya, sinar matahari yang tiba di permukaan bumi tak leluasa dipancarkan kembali ke ruang angkasa. Panas tersebut terperangkap dekat permukaan bumi, menghasilkan gejala seperti di rumah kaca yang digunakan untuk menyemaikan tanaman (efek rumah kaca). Peningkatan gas-gas rumah kaca di atmosfer secara terus menerus akan meningkatkan suhu di bumi. Dampak awal yang dapat dikenali akibat peningkatan gas rumah kaca adalah perubahan iklim. Akibat yang merugikan dari perubahan iklim adalah perubahan terhadap lingkungan fisik dan biota. Dampaknya, terjadi kerusakan terhadap komposisi ketahanan atau produktivitas ekosistem alam. Proses perubahan iklim terjadinya peningkatan suhu permukaan bumi yang diikuti naiknya suhu permukaan laut, perubahan curah hujan, perubahan frekuensi dan intensitas badai, dan naiknya tinggi permukaan laut akibat mencairnya es di kutub. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan terhadap berbagai sektor antara lain industry pertanian, perikanan, pariwisata, terjadinya krisis air bersih dan meningkatnya penyakit tertentu. Diperkirakan dampak perubahan iklim diantaranya naiknya permukaan laut, krisis air bersih di perkotaan, rusaknya infrastruktur wilayah pantai, menurunnya produktivitas pertanian, meningkatnya wabah berbagai macam penyakit dan lainnya.

(24)

Secara umum, kenaikan muka air laut merupakan dampak dari pemanasan global (global warming) yang melanda seluruh belahan bumi ini. Pemanasan global pada dasarnya merupakan suatu perubahan fenomena iklim global yaitu dengan peningkatan temperatur rata –rata permukaan bumi dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan IPCC (International Panel On Climate Change) bahwa rata - rata suhu permukaan global meningkat 0,3 - 0,6 sejak akhir abad 19 dan sampai tahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4 - 5,80 (Dahuri,2002). Menurut Mustain (2002) pemanasan global tersebut disebabkan oleh adanya efek rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon di atmosfer bumi.

Naiknya suhu permukaan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan bumi sehingga terjadilah kenaikan muka laut (Sea Level Rise). Diperkirakan dari tahun 1999-2100 mendatang kenaikan muka air laut sekitar 1,4-5,8 m (IPCC dalam Dahuri, 2002).

Penyebab Kenaikan Muka Air Laut

Penyebab kenaikan muka laut antara lain disebabkan oleh perubahan iklim dan land subsidence. Perubahan iklim yang dimaksud disini adalah pemanasan global (global warming). Pemanasan global berpengaruh terhadap cyclone, perubahan suhu udara, dan kenaikan muka laut tentunya. Peningkatan suhu udara akan mempercepat melelehnya es di kutub yang akan menambah volume air di lautan.

Dampak Kenaikan Muka Air Laut

Kenaikan muka air laut secara global tentu saja akan banyak pengaruhnya di seluruh wilayah pesisir baik di Indonesia maupun di dunia. Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim tentu saja akan mengalami dampak yang luar biasa besarnya, tergantung kepada seberapa besar kenaikan tersebut. Berikut ini beberapa butir dampak yang mungkin terjadi akibat kenaikan muka laut :

 Berkurangnya luas tanah dataran sebagai akibat dari invasi air laut terhadap daratan. Hal ini akibat kenaikan muka laut rata-rata, dan sebagian besar dijumpai pada daerah yang mempunyai elevasi topografi rendah, seperti di sebagian wilayah Kabupaten Wakatobi;

 Invasi air laut ke daratan menyebabkan terjadinya abrasi sepanjang tepi pantai. Abrasi juga saat ini melanda sebagian besar pantai di wilayah Kabupaten Wakatobi;  Banyak terumbu karang di pantai yang menjadi tenggelam lebih dalam di bawah

(25)

 Ekosistem yang dapat terpengaruh langsung akibat dampak dari global warming adalah terumbu karang, dimana terutama pada daerah pulaupulau kecil yang terancam keberadaannya akibat kenaikan muka laut;

 Invasi muka laut ke arah daratan akan memperpendek aliran sungai dan mengakibatkan gradien sungai menjadi lebih besar, karena sungai menjadi lebih pendek, hal tersebut akan mengakibatkan sedimentasi yang besar di muara sungai masing-masing;

 Secara keseluruhan kenaikan muka air laut sebagai akibat dari pemanasan global akan mengakibatkan perubahan terhadap peta daratan dunia serta kondisi geologi dan hidrogeologi wilayah pantai dan terancamnya keberadaan pulau-pulau kecil. Dari hasil studi dan kajian tentang perubahan iklim (Kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2008, Dehidros 2009, DKP 2009.), terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam memantau kondisi saat ini yang terjadi dan mempersiapkan berbagai langkah antisipasi (mitigasi) terhadap dampak yang akan timbul khususnya di wilayah Kabupaten Wakatobi yang notabene merupakan kawasan kepulauan.

Kenaikan muka air laut adalah salah satu fenomena perubahan iklim, yang berhubungan dengan bagaimana kenaikan muka air laut global mempengaruhi suatu bagian dari garis pantai. Kenaikan muka air laut relatif diukur tanpa memperhatikan perubahan vertikal dari permukaan tanah seperti penurunan (subsidence) dan penaikan (up lift) muka tanah. Hasil model memperlihatkan bahwa laju kenaikan muka air laut

rata-rata di pesisir dan perairan Indonesia khususnya wilayah Kabupaten Wakatobi hasil pemodelan menunjukan bahwa laju kenaikan muka air laut pesisir dan perairan Kepulauan Wakatobi mengalami kenaikan berkisar antara 0.75-0.76 cm/tahun yang masuk dalam kategori tinggi, sehingga perlu adanya langkah-langkah antisipasi dalam arahan perencanaan pola ruang.

(26)
(27)

2.1.5. SOSIAL BUDAYA

Pemerintah Kabupaten Wakatobi telah berupaya maksimal dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan di bidang pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari terpenuhinya sarana pendidikan di masing-masing pulau, Pulau Wangi-wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan pulau binongko. Tabel berikut, fasilitas pendidikan tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Wakatobi.

Sumber : BPS Kab. Wakatobi Tahun 2012

Sumber data jumlah penduduk miskin Kabupaten Wakatobi diambil dari data Kecamatan se Kabupaten Wakatobi. Sumber data kemiskinan lainnya hanya menyajikan data penduduk miskin tingkat rekapan Kecamatan dan tingkat kabupaten, sehingga sumber data tersebut tidak dapat digunakan pada penyusunan buku putih sanitasi Kabupaten Wakatobi.

Tabel……Kemiskinan Kabupaten Wakatobi menurut kecamatan

KECAMATAN

JUMLAH SARANA PENDIDIKAN

UMUM AGAMA

KB TK SD SLTP SMA SMK MI MTs MA

Kec. Binongko 0 8 13 3 3 0 0 1 1

Kec. Togo Binongko 0 4 7 2 1 0 0 0 0

Kec. Tomia 11 10 10 4 1 0 0 1 0

Kec. Tomia Timur 9 11 13 5 1 0 0 0 0

Kec. Kaledupa 16 16 13 5 1 1 0 1 0

Kec. Kaledupa Selatan 13 9 10 5 2 0 0 0 0

Kec. Wangi-Wangi 10 12 22 8 2 2 0 1 0

Kec. Wangi-Wangi Selatan

16 10 22 7 4 0 1 0 1

(28)

Nama Kecamatan

Jumlah keluarga miskin

(KK)

Kec. Binongko 767

Kec. Togo Binongko 1.389

Kec. Tomia 1.101

Kec. Tomia Timur 1.582

Kec. Kaledupa 742

Kec. Kaledupa Selatan 727

Kec. Wangi-Wangi 1344

Kec. Wangi-Wangi Selatan 1605 Sumber : Kecamatan se Kab. Wakatobi 2013

Persentase penduduk Kabupaten Wakatobi yang terus meningkat dari tahun ke tahun menghasilkan kepadatan bangunan dan hunian yang semakin tinggi pula.Tingkat kepadatan permukiman tersebut akan menimbulkan kerawanan kesehatan. Adapun tingkat kepadatan perumahan permukiman di Kabupaten Wakatobi dapat di lihat dari tabel di bawah ini.

No Kecamatan

Jumlah Bangunan Rumah Tempat Tinggal Keterangan Tempat Tinggal Campuran*) Jumlah

1. Wang-Wangi 5.936 314 6.250 *) Adalah Bangunan

Tempat Tinggal dan sebagian ruangannya digunakan untuk tempat usaha, seperti Toko, Kios dan lain-lain. 2. Wangi-Wangi Selatan 5.744 455 6.199 3. Kaledupa 2.106 103 2.209 4. Kaledupa Selatan 1.829 106 1.935 5. Tomia 1.758 100 1.858 6. Tomia Timur 2.568 138 2.706 7. Binongko 2.148 136 2.284 8. Togo Binongko 1.132 75 1.207 Jumlah 23.221 1.427 24.648

(29)

2.1.6. KELEMBAGAAN DAN PEMERINTAH DAERAH Peraturan daerah kabupaten wakatobi

Nomor : 23 tahun 2010 Tanggal : 24 november 2010

Tentang : Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabuapten Wakatobi

(30)

BAGIAN ADMINISTRASI PEMERINTA HAN UMUM BAGIAN ADMINISTRASI KESEJATERA AN RAKYAT BAGIAN ADMINISTRASI KEMASYARA KATAN BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGU NAN BAGIAN ADMINISTRASI SUMBER DAYA ALAM BAGIAN ADMINISTRASI PEREKONO MIAN BAGIAN HUKUM DAN PERUNDAN G UNDANGAN BAGIAN ADMINISTRASI TATALAKSA NA DAN KEPEGAWAI BAGIAN UMUM DAN RUMAH TANGGA SUB BAGIAN PERANGKAT DAERAH SUB BAGIAN PELAYANAN BANTUAN SOSIAL SUB BAGIAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK SUB BAGIAN PERENCANAAN PROGRAM, PENANAMA N MODAL SUB BAGIAN PERTANIAN, PETERNAKA N, PERKEBUNA SUB BAGIAN PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANG AN SUB BAGIAN TATA HUKUM DAN PERUNDAN G SUB BAGIAN KELEMBAGAAN DAN ANALISIS JABATAN SUB BAGIAN UMUM KEUANGAN DAN PERJALANA SUB BAGIAN OTONOMI DAERA DAN HUBUNGAN ANTAR SUB BAGIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAA N, KESEHATAN SUB BAGIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA SUB BAGIAN PENGENDALIAN DAN EVAPOR SUB BAGIAN PERTAMBANGAN DAN ENERGI DAN LINGKUNGA SUB BAGIAN KOPERASI DAN UMKM SUB BAGIAN BANTUAN HUKUM SUB BAGIAN KETATALAKSANA AN DAN PENGOLAHA N DATA SUB BAGIAN HUMAS, PROTOKOLE R SANDI TELEKOMUN SUB BAGIAN PENGEMBANGAN WILAYA DAN KERJA SAMA SUB BAGIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUA N KB DAN AGAMA SUB BAGIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKA T SUB BAGIAN KERJASAMA DAN BANTUAN PEMBANGU NAN SUB BAGIAN PARIWISATA KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BAGIAN PENGEMBANGAN BUMD SUB BAGIAN DOKUMENTASI DAN PERPUSTAK AAN SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN RUMAH TANGGA PERLENGKA PAN PERPUSTAK ASISTEN PEMERINTAHAN DAN

KESEJAHTERAAN RAKYAT

ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN

ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN BUPATI

WAKIL BUPATI

SEKRETARIS DAERAH

STAF AHLI. BIDANG HUKUM DAN

POLITIK

STAF AHLI. BIDANG KEMASYARAKATA

N PEMERINTAAN DAN SDM

STAF AHLI. BIDANG PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN DAN

KEUANGAN KELOMPOK JABATAN

(31)

Satuan Kerja Pemerintahan Daerah (SKPD) yang memiiki keterkaitan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) langsung atau tidak langsung dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Wakatobi :

Dari struktur di atas dapat dijabarkan tentang bidang-bidang yang memiliki keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung :

1. Dinas Perkerjaan Umum dan Pertamben  Bidang Cipta Karya

 Seksi Cipta Karya

 Seksi Perumahan, Penyehatan Lingkungan dan Air Bersih 2. Dinas Kesehatan

 Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat

 Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Promosi Kesehatan 3. Badan Perencanaan Pembangunan dan PM

 Bidang Pengembangan Wilayah

 Sub. Bidang Penataan Ruang, Sarana dan Prasarana Wilayah

 Sub. Bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi

4. Dinas Tata Ruang KP3K

 Bidang Kebersihan dan Pertamanan  Seksi Kebersihan

5. Badan Lingkungan Hidup

 Bidang Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan

 Sub. Bidang Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaaran Air, Tanah, Lahan dan Udara

 Sub. Bidang Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaran Pesisir dan Laut 6. Badan KB, Pemberdayaan Masyarakat dan PMD

7. Dinas Perhubungan dan Kominfo

 Bidang Informasi dan Kominikasi  Seksi Pos dan Telekomunikasi  Seksi Penyiaran dan Periklanan 8. Dinas PPKAD Dinas Pekerjaan Umum dan Pertamben Dinas Kesehatan Badan Perencanaan Pembangunan dan PM Dinas Tata Ruang KP3K BUPATI Dinas PPKAD Badan Lingkungan Hidup Badan KB, Pmberdayaan Masyarakat dan PMD Dinas Perhubungan dan Kominfo

Gambar

Gambar 2.3. Posisi Wakatobi Dalam Pusat Segi Tiga Karang Dunia
Tabel 2.  Sumber  Air dan  Kapasitas  Produksi  Air  Kabupaten  Wakatobi  Tahun  2009

Referensi

Dokumen terkait

Taman Nasional Kepulauan Seribu mempunyai sumber daya alam yang khas yaitu keindahan alam laut dengan ekosistem karang yang unik seperti terumbu karang, ikan

Masuknya pertambangan di kawasan ini membawa pula perubahan ekologis yang cukup signifikan pada ekosistem pesisir (mangrove dan terumbu karang). Perubahan ekologis adalah

Pada Liputan6.com, kanal Global merupakan salah satu bagian khusus untuk membahas segala sesuatu yang ada di dunia, seperti membahas mengenai.. Redaktur Pelaksana Global

Kecamatan Tanjung Karang Pusat merupakan salah satu Kabupaten di Kota Bandarlampung dengan luas wilayah 4.05 km2.. Berbatasan dengan Kecamatan Kedaton di

Sasaran dari dimensi smart economy didalam masterplan Smart City Kota Bandar Lampung yaitu mewujudkan ekosistem yang mendukung aktifitas ekonomi masyarakat yang selaras

4/1982, antara lain mengharuskan membuat Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum pembangunan pabrik dan melaksanakan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan

a) Dalam ekosistem hutan mangrove terjadi mekanisme hubungan antara ekosistem mangrove dengan jenis-jenis ekosistem lainnya seperti padang lamun dan terumbu karang.. b)

Sebaran kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Bangli terutama terdapat pada kawasan yang memiliki kemiringan tanah di atas 40% yang sebarannya terutama terdapat pada di