• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATKAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI

KELAS X SMA NEGERI 11 BANDUNG

Oleh:

DR. H. YUDHA M. SAPUTRA, M.ED.

TITIN SUWARTINI, K.Z., S.Pd

DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG

SMAN 11 BANDUNG

Jalan Kembar Baru No 23, Tlp 0225201102 Bandung 40253

Jawa Barat

(2)

PENINGKATKAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA VOLI MELALUI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI DI KELAS X

SMA NEGERI 11 BANDUNG

Dr. H. Yudha M. Saputra, M.Ed. Titin Suwartini, KZ.

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa persoalan mendasar yang berkaitan dengan masih rendahnya keterampilan bermain bola voli para siswa kelas X SMAN 11 Bandung. Para siswa sering melakukan aktivitas pembelajaran permainan bola dengan langsung praktek di lapangan tanpa menggunakan metode yang tepat selama proses bimbingan dari para guru pendidikan jasmani, sehingga kurang berdampak terhadap peningkatan hasil belajarnya. Pembelajaran bola voli sering dianggap sulit dan membuat tangan para siswa menjadi sakit, karena guru mengajarkannya tidak dengan pendekatan pembelajaran yang tepat. Peningkatan keterampilan bermain bola menjadi target yang ingin dicapai dalam penelitian ini melalui penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif. Dengan penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif inilah, keterampilan bermain bola voli siswa kelas X SMAN 11 Bandung secara perlahan tapi pasti dapat meningkat. Berkaitan dengan isu sentral tersebut, penulis mencoba untuk mengidentifikasi secara khusus yaitu penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan keterampilan bermain bola voli siswa kelas X SMAN 11 Bandung. Secara teoritis, untuk meningkatkan keterampilan bermain bola voli seseorang dapat melakukannya melalui penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif selama proses belajarannya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian tindakatan kelas (PTK). Penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklarifikasikan penyelidikan dengan teknik observasi dan tes. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 40 siswa kelas X SMAN 11 Bandung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kesimpulan secara umum dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Penguasaan keterampilan bermain bola voli seperti passing atas, passing bawah dan smash sangat diperlukan bagi para siswa untuk dapat bermain bola voli secara baik. Tanpa penguasaan keterampilan yang memadai, permainan akan tidak menarik. (2) Pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dengan pokok bahasan permainan bola voli pada siswa kelas X SMAN 11 Bandung telah memperlihatkan dampak yang signifikan terhadap kemajuan siswa terutama keterampilan bermain bola baik pada siswa laki-laki maupun perempuan. Kata kunci: Keterampilan, Pendekatan pembelajaran kooperatif, Passing atas dan bawah

Pendahuluan

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 pembelajaran pendidikan jasmani di SMA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dan keterampilan

(3)

dalam berbagai kecabangan olahraga, seperti bola voli. Untuk dapat bermain bola voli secara baik diperlukan penguasaan berbagai macam teknik bermain bola voli. Dukungan teknik yang baik dapat digunakan dalam meraih prestasi di berbagai kejuaraan bola voli, baik regional, nasional maupun internasional. Tujuan tersebut mengungkapkan bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani di SMA adalah siswa mampu bermain bola voli dengan teknik yang baik, sehingga menghasilkan prestasi dalam berbagai turnamen. Prestasi yang diraih siswa dapat mengangkat citra sekolah dalam pembinaan keolahragaan dan bisa memberi kontribusi dalam menyiapkan atlet bola voli pelajar. Pembelajaran keterampilan bola voli dalam pendidikan jasmani merupakan suatu keterampilan yang harus dikuasai siswa khususnya siswa kelas X SMAN 11 Bandung. Pada awal semester ganjil tahun ajaran 2007-2008, para guru pendidikan jasmani di SMAN 11 Bandung menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk teknik bermain bola voli yang mengacu pada tiga ranah, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Kondisi yang ada saat ini di lapangan memperlihatkan sebagai berikut: (1) Kognitif sebesar 65, (2) Afektif memperoleh nilai B, dan (3) Psikomotor sebesar 70. KKM ini diperoleh berdasarkan tingkat kompleksitas,

inteks siswa dan daya dukung sarana prasarana, namun demikian temuan di lapangan ada

kecenderungan proses pembelajaran belum berjalan efektif. Berdasarkan hasil temuan diperoleh data bahwa hasil belajar siswa pada semester ganjil adalah 55% siswa kelas X-2 yaitu: 22 siswa dari 40 siswa yang kurang memenuhi standar KKM yang diharapkan dan hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 12 orang atau hanya 30% saja yang sudah memenuhi standar KKM yang sudah memenuhi KKM. Efektivitas pembelajaran pendidikan jasmani di SMA tercermin dalam keterlibatan siswa selama dan setelah pembelajaran itu berakhir. Esensi dari mata pelajaran pendidikan jasmani adalah siswa harus dapat menikmati pengalaman dan memilih untuk melanjutkan keterlibatannya dalam aktivitas tersebut di luar jam pelajaran. Termasuk didalamnya pokok bahasan permainan bola voli yang menuntut keterampilan tinggi dalam melakukannya. Sebagai salah satu permainan yang memiliki kompleksitas tinggi, permainan bola voli di kelas X SMAN 11 Bandung cukup diminati, namun penguasaan keterampilannya cukup sulit. Upaya meningkatkan keterampilan bermain bola voli pada siswa di SMAN 11 Bandung harus dipersiapkan dan mendapatkan pembinaan secara sungguh-sungguh yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Disinilah perlunya penerapan sebuah pendekatan yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran, agar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam bermain bola volinya. Dalam pelaksanaan pembelajaran bola voli di sekolah kelas X adalah bahwa para siswa umumnya masih ada rasa takut dan sakit manakala bola menyentuh tangannya atau bagian tubuh lainnya. Untuk membiasakan dengan pantulan bola ditangan perlu upaya guru untuk menanamkan keberanian kepada para siswa, sehingga tidak lagi merasa takut dan sakit dengan bola voli. Dengan kedudukan guru dalam proses belajar mengajar di SLTA memiliki posisi sentral, maka harus ada langkah-langkah inovasi dalam pembelajarannya terutama dalam hal penggunaan metode pembelajaran. Dengan segenap potensinya, setiap guru pendidikan jasmani perlu mengetahui, memahami, dan menghayati prinsip-prinsip penggunaan metode yang inovatif dalam pembelajaran. Lebih dari itu, keterampilan dan kiat penerapan prinsip-prinsip Proses Belajar Mengajar (PBM) itu sangat menentukan pencapaian efektivitas pengajaran pendidikan jasmani termasuk keterampilan belajar siswa dalam permainan bola voli. Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, maka hal ini merupakan masalah besar yang perlu penanganan dan pengelolaan, serta solusi profesional demi tercapainya peningkatan dan kemajuan pendidikan. Demikian juga dengan guru, sebagai pendidik di sekolahnya, maka guru pendidikan jasmani harus memiliki pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran yang lebih inovatif seperti pembelajaran kooperatif

(4)

dalam mengajarkan mata pelajaran pendidikan jasmani, seperti untuk pokok bahasan permainan bola voli. Dalam hal penggunaan pembelajaran kooperatif ini suasana belajar kooperatif dapat menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan dan memisah-misahkan anak. Jadi, pembelajaran kooperatif dapat menjadi alternatif dalam mengatasi persoalan mata pelajaran pendidikan jasmani untuk pokok bahasan permainan bola voli pada siswa SMAN 11 Bandung. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka sangatlah tepat jika penulis membahasnya dalam penelitian yang berjudul: Meningkatkan keterampilan bermain bola voli melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran pendidikan jasmani di kelas X SMA Negeri 11 Bandung.

Metode Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) pembelajaran bola voli dilaksanakan melalui metode demonstrasi dan ceramah di lapangan. Hal ini dilakukan karena keterbatasan alat-alat berupa bola dan lapangan serta waktu pembelajaran di kelas X SMA Negeri 11 Bandung yang lebih singkat. Dalam rencana dan prosedur penelitian dibagi pada setiap tahapan digambarkan peranan dan intensitas kegiatan, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan. PTK atau penelitian kaji tindak merupakan bagian dari penelitian kelas yang dilakukan oleh pengajar. Jenis penelitian ini memiliki tujuan untuk menemukan solusi permasalahan proses belajar mengajar, diantaranya untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa, inovasi Proses Belajar Mengajar (PBM) dan mengembangkan pemahaman serta keahlian melaksanakan PBM. Penelitian berikut ini berupaya untuk mengkaji dan merefleksi pelaksanaan penggunaan pembelajaran kooperatif dalam pokok bahasan permainan bola voli dalam lingkup pembelajaran pendidikan jasmani di SMA.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pernyataan masalah dalam penelitian ini adalah: “Meningkatkan keterampilan bermain bola voli melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran pendidikan jasmani di kelas X-SMAN 11 Bandung.” Berkenaan dengan hal tersebut, maka pertanyaan masalah secara umum adalah: Bagaimana upaya meningkatkan keterampilan bermain bola voli melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran pendidikan jasmani di kelas X-SMAN 11 Bandung? Selanjutnya masalah penelitian secara khusus, penulis rumuskan dalam sub-sub pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana cara meningkatkan keterampilan bermain bola voli pada siswa kelas X-SMAN 11 Bandung melalui pembelajaran kooperatif?

2. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar dan keterlibatan siswa agar dampak pembelajaran kooperatif pada pengajaran bola voli pada siswa kelas X di SMAN 11 Bandung?

(5)

Mengacu pada kedua penyebab itu, setelah didiskusikan dengan beberapa orang guru pendidikan jasmani dan pakar dari perguruan tinggi bahwa yang paling mungkin menjadi penyebab adalah metode pembelajaran pendidikan jasmani tidak menarik.

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan baru mengenai upaya meningkatkan keterampilan bermain bola voli melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran pendidikan jasmani di kelas X-SMAN 11 Bandung.Temuan tersebut dapat dijadikan landasan dalam upaya mengembangkan pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih efektif dan efisien. Hasil seperti ini sangat diperlukan oleh para guru dalam membantu memberikan kejelasan mengenai efektivitas dalam mengajarkan pendidikan jasmani di SMAN 11 Bandung. Pemberdayaan pendidikan jasmani secara optimal diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan khusus adalah untuk menggali informasi mengenai berbagai hal yang terkait dengan upaya meningkatkan keterampilan bermain bola voli melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran pendidikan jasmani di kelas X-SMAN 11 Bandung.Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas X-2 SMAN 11 Bandung dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. (2) Untuk mengetahui kesungguhan siswa dalam menyiapkan giliran melakukan passing dan memberikan alasan hasil dari pembelajaran kooperatif. (3) Untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi passing yang dipelajari dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. (4) Untuk meningkatkan kreativitas belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 11 Bandung. (5) Untuk mengembangkan pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 11 Bandung.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan gambaran umum di atas dapat diperoleh informasi berkenaan dengan upaya meningkatkan keterampilan bermain bola voli melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran pendidikan jasmani di kelas X-SMAN 11 Bandung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan pembinaan dan pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani di SMAN 11 Bandung.

1. Bagi guru penelitian ini bermanfaat untuk mengkaji subtansi batang tubuh pedagogi dan kurikulum pendidikan jasmani, khususnya metode pengajaran yang bersifat umum, terutama tentang inovasi metode pengajaran yang diperlukan dalam mengajarkan pendidikan jasmani di SMAN 11 Bandung. Demikian pula halnya kompetensi harus tumbuh dan berkembang dalam diri guru sebagai bekal membangun siswa bangsa yang lebih berbudaya.

2. Bagi siswa dilihat dari aspek perkembangan fisik dan psikis, hasil penelitian ini merupakan bahan bagi pengembangan kognitif, apektif, dan psikomotorik karena siswa dapat lebih aktif dalam PBM. Selain itu juga dapat terbentuk sikap kerjasama antar siswa dengan pengalaman langsung selama pelaksanaan pembelajaran dalam pembelajaran bola voli.

(6)

Pembahasan

Setiap siswa yang memiliki gangguan dalam melakukan teknik dasar permainan bola voli menjadi sesuatu yang unik. Gangguan melakukan teknik dasar dapat diklasifikasikan menurut tipe permasalahan yang dihadapinya. Hal ini tidak untuk menunjukkan bahwa semua siswa yang terganggu kemampuannya terlihat dari perilakunya, tetapi siswa tersebut sering memperlihatkan satu jenis perilaku atau bahkan kombinasi dari berbagai perilaku. Tabel berikut ini mendeskripsikan karakter gangguan gerak pada siswa.

Membahas pengertian dan batasan pembelajaran permainan bola voli sudah barang tentu perlu diawali dengan mendiskusikan pengertian pembelajaran secara umum, baru setelah itu membicarakan pengertian yang lebih spesifik, yaitu menyangkut pengertian pembelajaran permainan bola voli. Sedangkan pembelajaran kooperatif akan senantiasa mendapatkan penjelasan secara komprehensif, termasuk kemampuan teknik dasar dalam hubungannya dengan keterampilan bermain bola voli.

Pembelajaran pada hakikatnya selalu terintegrasi dengan kehidupan manusia, demikian juga binatang. Peristiwa pembelajaran yang dialami baik oleh manusia maupun binatang pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam arti kata bahwa tanpa pembelajaran baik manusia maupun binatang, maka kelangsungan hidupnya bisa terancam. Para ahli menyimpulkan bahwa, kemampuan belajar satu kali percobaan (one trial learning) pada binatang merupakan pelengkap dari instingnya agar binatang tersebut dapat mempertahankan kehidupannya. Demikian pula halnya dengan manusia, agar mereka dapat terus mempertahankan hidupnya, maka mereka dituntut untuk senantiasa belajar dan belajar.

Bila ditelusuri secara lebih mendalam mengenai seluk beluk pembelajaran, tentu saja tidak semudah menyebutkannya. Usaha untuk memberikan pengertian dan batasan mengenai pembelajaran perlu dilakukan secara hati-hati, karena di dalam beberapa literatur yang mengupas tentang teori pembelajaran dijelaskan bahwa terdapat dua aliran yang selalu tarik menarik, yaitu pertama yang berorientasi pada perilaku, dan yang kedua yang berorientasi pada pengetahuan. Di samping itu, suatu pemaparan mengenai pembelajaran yang lengkap senantiasa harus dan selalu dilengkapi dengan penjelasan mengenai variabel-variabel yang ada di dalamnya.

Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak bercirikan tanda-tanda yang disebabkan oleh pengaruh yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan atau pengaruh obat-obatan. Ketika membaca definisi ini kita dapat menyimpulkan bahwa perilaku sebagai indikator perubahan yang diakibatkan oleh pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut di atas yang berbeda aliran, dapat kita rumuskan tiga hal pokok, yaitu (1) jangka atau durasi dari perubahan yang diakibatkan oleh pembelajaran berlangsung dalam waktu yang lama, (2) tempat terjadinya perubahan tersebut dalam isi dan struktur pengetahuan berada di dalam memori atau perilaku pempembelajaran, dan (3) penyebab perubahan tersebut adalah faktor pengalaman pembelajaran.

Agus dan Amung (1998:5) memaparkan bahwa, “Pembelajaran tersebut di atas lebih menekankan pada perubahan-perubahan yang terjadi sebagai hasil dari suatu proses pembelajaran, yaitu berada di dalam pengetahuan dan atau perilaku individu.” Tidak ada yang menjelaskan, manakah yang lebih dominan di antara kedua komponen tersebut di

(7)

atas. Para ahli psikologi percaya bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan mental internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Pada umumnya mereka lebih berminat untuk menjawab atau minimal mengerti proses yang terjadi “di dalam” seperti dalam kegiatan-kegiatan berpikir, mengingat, mencipta, serta memecahkan masalah.

Dari uraian di atas semakin jelaslah bagi kita bahwa pendekatan kooperatif lebih memandang proses pembelajaran sebagai hasil dari usaha kita untuk lebih mengerti dunia, dengan menggunakan seluruh perlengkapan mental untuk keperluan kita. Cara berpikir tentang situasi-situasi, dengan memanfaatkan pengetahuan, harapan, dan perasaan, akan mempengaruhi bagaimana dan apa yang dipelajari. Selanjutnya perbedaan pandangan yang mencolok antara berbagai pendekatan pembelajaran dapat dijelaskan bahwa perubahan perilaku yang sengaja dipelajari, sehingga terjadi perubahan dalam konstelasi perilakunya. Dalam pembelajaran kooperatif ini, pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari, sehingga perubahan dalam hal pengetahuan dan keterampilan sekaligus juga akan mengubah perilaku.

Dalam pembelajaran permainan, Schmidt (1988:10) membaginya kedalam tiga tahapan utama, yaitu: (1) Tahap Verbal Kognitif, artinya tahap pembelajaran keterampilan melalui uraian lisan atau penjelasan dengan maksud agar anak memahami keterampilan yang akan dilakukannya. (2) Tahap Assosiatif, artinya pada tahap ini perkembangan ini sedang memasuki masa pemahaman dari keterampilan yang sedang dipelajarinya. Dan (3) Tahap Otomatisasi, artinya pada tahap ini para siswa kelas X SMAN 11 Bandung sudah dapat melakukan gerakan bermain bola voli dengan benar dan baik atau spontan.

Perkembangan kemampuan memang dapat berkembang tanpa dilatih. Kemampuan tersebut berkembang misalnya, karena pengaruh kematangan dan pertumbuhan. Perubahan kemampuan semacam ini tentu akan meningkatkan keterampilan, walaupun hanya sampai pada batas minimal. Contoh sederhana kasus ini adalah keterampilan bermain bola voli. Siapapun siswa yang normal pasti akan menguasai keterampilan bermain bola voli apabila diberikan latihan dengan pendektan yang tepat. Namun perlu dipertanyakan sampai dimanakah tingkat keterampilan ini bisa berkembang jika dilatih secara khusus.

Agar perubahan yang terjadi dalam penampilan dianggap sebagai hasil belajar, perubahan tersebut harus melekat. Ini perlu ditekankan, sebab hanya berpedoman pada perubahan yang terlihat dalam penampilan bisa menyesatkan. Banyak perubahan dalam penampilan terjadi oleh sebab lain yang sifatnya hanya sementara, seperti oleh kelelahan, obat-obatan, atau kondisi lingkungan. Perubahan dalam diri siswa yang bersifat sementara secara umum dapat diibaratkan sebagai air. Air akan mendidih jika dipanaskan, sehingga bentuknya pada saat itu berubah dari bentuk semula. Akan tetapi ketika air itu dingin kembali, wujudnya akan kembali berubah menjadi air yang tenang. Ketika dilihat, tidak ada ciri apapun yang bisa menandai bahwa air itu pernah berubah. Pengibaratan ini sama seperti seorang siswa yang berubah penampilannya secara kebetulan, sehingga ketika saat lain penampilannya diamati, sudah tidak berbekas lagi.

Siswa yang berubah penampilannya sebagai hasil dari latihan, diibaratkan sebagai telur. Telur akan matang jika direbus. Telur yang sudah matang, wujudnya sudah berubah total dari keadaannya semula . Dan perubahan itu tetap melekat walaupun telor itu didinginkan kembali. Artinya, telor itu sudah berubah dari telor mentah menjadi telor matang. Ini mempersyaratkan bahwa siswa yang belajar sebaiknya mengikuti perumpamaan telor diatas. Proses belajar akan mengubahnya menjadi siswa yang benar-benar baru. Luarnya tetap sama, tetapi kemampuannya sudah berubah. Kemampuan siswa itu akan bersifat menetap. Perubahan kemampuan itu akan menjadi ciri dari siswa bersangkutan yang akan berguna ketika suatu waktu dibutuhkan. Kemampuan yang baru

(8)

itu akan terbawa kemanapun siswa yang bersangkutan berpindah tempat, dalam kondisi apapun ia berada, kemampuan tetap melekat. Adalah penting untuk meyakini bahwa faktor latihanlah yang akan mempengaruhi penampilannya.

Perubahan keterampilan siswa kelas X SMAN 11 Bandung karena faktor latihan yang diberikan dengan pendekatan kooperatif, jelas semuanya itu bisa dikatakan sebagai hasil belajar. Dikatakan perubahan itu terjadi harus melibatkan adanya latihan atau pemberian pengalaman tertentu. Pemberian latihan yang sistematis dan terprogram secara baik memerlukan kehadiran sebuah pendekatan yang tepat. Pembelajaran kooperatif pada siswa kelas X SMAN 11 Bandung ini menjadi upaya konkrit dalam memfasilitasi peningkatan keterampilan bermain bola voli pada siswa kelas X SMAN 11 Bandung secara optimal.

Guru pendidikan jasmani SMAN 11 Bandung harus mampu memberikan layanan yang dirancang untuk pembelajaran kolektif guna memenuhi kebutuhan setiap siswa. Tahapan penting dalam proses pembelajaran tersebut meliputi: (1) mengidentifikasi kebutuhan setiap siswa, (2) mengembangkan tujuan pembelajaran yang sesuai, dan (3) memberikan aktivitas pengulangan.

Guru pendidikan jasmani SMAN 11 Bandung menghabiskan waktu dan upaya dalam mengidentifikasi pembelajaran bola voli yang tidak efisien.. Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif bagi guru pendidikan jasmani SMAN 11 Bandung dapat membangun keterampilan siswa dalam permainan bola volinya serta memperbaiki perilaku kearah yang lebih baik di masa datang. Fokus dari pendekatan ini tertuju pada aspek positif dari kemampuan siswa SMAN 11 Bandung.

Ciri-ciri siswa SMAN 11 Bandung dapat secara cepat dan tepat dinilai melalui observasi yang sistematis. Validasi dari teknik penilaian ini sangat bergantung pada hasil observasi yang dilakukan oleh penilai. Penilaian dan observasi yang yang tepat mengenai kemampuan bermain bola voli siswa merupakan pengetahuan yang harus dimiliki guru sebagai observer. Dengan demikian hasilnya akan lebih valid dan reliable. Berbagai tingkat perkembangan dan keterampilan bermain bola voli siswa SMAN 11 Bandung harus menjadi kriteria utama dalam menentukan penilaian. Maka dari itu, standar penilaian itu harus terkait dengan perkembangan siswa SMAN 11 Bandung.

Kriteria peningkatan keterampilan siswa yang sudah solid dapat juga digunakan untuk menentukan tujuan pembelajaran bagi siswa SMAN 11 Bandung. Dalam daftar kriteria ini, tingkat kemampuan yang dimiliki siswa menjadi tujuan pokok yang harus ditetapkan dalam pembelajaran kooperatif. Tujuan tersebut akan menjadi fokus utama dalam pembelajaran permainan bola voli.

Guru pendidikan jasmani SMAN 11 Bandung yang memahami aktivitas yang tepat bagi para siswanya dapat membantu meningkatkan keteampilan bola voli tersebut. Pendekatan kooperatif yang digunakan dalam pembelajaran bola voli di kelas X SMAN 11 Bandung. Analisis ini merupakan proses perbaikan dari keterampilan yang tidak efisien menjadi lebih efisien. Contoh, keterampilan bola voli siswa SMAN 11 Bandung saat belajar bola voli. Oleh karena keterampilan bola voli memiliki tingkat kesulitan yang rendah, maka pembelajaran melalui metode kooperatif bagi siswa kelas X SMAN 11 Bandung cukup memadai untuk memperbaiki pola bermain bola voli. Untuk dapat menerapkan teknik pembelajaran kooperatif secara tepat, maka guru pendidikan jasmani SMAN 11 Bandung harus menetapkan tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran bola voli tersebut.

(9)

Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini memaparkan mengenai upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan bola voli siswa kelas X-SMAN 11 Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani melalui ”Cooperative Learning”. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka diperoleh temuan-temuan penelitian yang telah menjawab pertanyaan penelitian yang diutarakan pada rumusan masalah serta telah membuktikan beberapa hasil penelitian.

Pada akhirnya dapat diperoleh beberapa kesimpulan hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterampilan bermain bola voli pada siswa kelas X-SMAN 11 Bandung. Peningkatan keterampilan yang diperlihatkan para siswa kelas X-SMAN 11 Bandung ini tiada lain sebagai implikasi pembelajaran kooperatif yang diterapkan oleh guru pendidikan jasmani saat PBM. Penguasaan keterampilan bermain bola voli seperti passing atas, passing bawah dan smash sangat diperlukan bagi para siswa untuk dapat bermain bola voli secara baik. Tanpa penguasaan keterampilan yang memadai, permainan akan tidak menarik. (2)Pengembangan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran pendidikan jasmani di SMAN 11 Bandung. Pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dengan pokok bahasan permainan bola voli pada siswa kelas X SMAN 11 Bandung telah memperlihatkan dampak yang signifikan terhadap kemajuan siswa terutama keterampilan bermain bola baik pada siswa laki-laki maupun perempuan. Peningkatan ini dapat terlihat dari perubahan hasil tes awal dengan tes akhir yang memperlihatkan adanya kemajuan dalam hal keterampilan bermain bola volinya.

Berdasarkan kesimpulan temuan hasil penelitian tersebut mengilhami berbagai cara tentang perlunya upaya peningkatan kualitas keterampilan dalam bermain bola voli di kelas X SMAN 11 Bandung. Atas dasar hal tersebut, maka diajukan beberapa saran-saran sebagai berikut: (1) Perlu upaya guru pendidikan jasmani untuk menggunakan pendekatan kooperatif sebagai salah satu alternative dalam meningkatkan keterampilan bermain bola voli di tingkat sekoleh menengah. (2) Pendekatan kooperatif dapat digunakan sebagai variasi metode dalam pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya permainan bola voli. (3) Pembinaan terhadap siswa sekolah menengah harus terus ditingkatkan agar kinerja siswa dalam pembelajaran jasmani lebih baik dan memberi dampak terhadap peningkatan keterampilan yang dibutuhkan dalam meningkatkan prestasi keolahragaan. (4) Fasilitas pembelajaran yang menjadi salah satu variabel yang perlu memperoleh perhatian, karena tanpa fasilitas pembelajaran yang memadai sangat kecil kemungkinan kualitas pembelajaran dapat dicapai. Oleh karena itu, sekolah sangat perlu memperhatikan fasilitas pembelajaran ini paling sedikit penuhi dulu tersedianya fasilitas pembelajaran minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan PBM pendidikan jasmani di SMAN 11 Bandung.

Daftar Pustaka

Anita Lie, 2002, Coorperative Learning, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Arikunto, Suharsimi. Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

PT. Bumi Aksara.

Asim, (2000), Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani, Jurnal ISDEK Olahraga Volume 2 No. 2 Mei 2002, hal. 124-128.

Dedi Supriadi dan Fasli Jalal, 2001, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Kerjasama Depdiknas, Bapenas, dan Adicita Karya Nusa.

(10)

Enco Mulyasa, (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hamijaya, ES., dan Rusyan, (1992), Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Jakarta: Nine Karya.

Jacobs, George, dkk. 1995. Learning Cooperative Learning via Cooperative Learning: A Sourcebook of Lesson Plans for Teacher Education on Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO RELC.

Johnson, David dan Johnson, Roger. 1989. Cooperative and Competition: Theory and Research. Edina, MN: Interaction Book Company.

Johnson, David dan Johnson, Roger. 1994. Leading the Cooperative School.Edina, MN: Interaction Book Company.

Johnson, David,. Johnson, Roger, dan Karl Smith. 1991. Active Learning: Cooperation in the College Classroom. Edina, MN: Interaction Book Company.

Kagan, Spencer. 1992. Cooperative Learning. San Juan Capistrano: Kagan Cooperative Learning.

Lavay W.B., French R., dan Henderson L.H., (1997). Positive Behavior Management Strategies for Physical Educators, Human Kinetics.

Metzler, M.W. 2000. Instructional Models for Physical Education. USA: Allyn and Bacon. Mosston, M., & Ashworth, S. (1994). Teaching Physical Education, Edisi ke-4. USA:

Macmillan College Publishing Company, Inc.

Nichols, B., (1994), Moving and Learning: The Elementary School Physical Education Experience, Edisi ke 3, Mosby-Year Book, Inc.

Rong, X. Song. 2001. The Application of Cooperative Learning in Aerobic Exercice Class in University. Hong Kong: Glory Printing & Productions Co., Ltd.

Rose Idin dan Nicholl JM., 1997, Accelerated Learning for The 21st Century, London: Judy Piatkus.

Rusli Lutan. (1999). Krisis Global Pendidikan Jasmani (Reinterpretasi Hasil Kongres World Summit on Physical Education dan Kesan Tentang Keolahragaan Jerman). Makalah. Lokakarya KBK, Jurusan Pendidikan Olahraga, FPOK-UPI.

Schmidt, R., 1988, Motor Control and Learning: A Behavioral Emphasis, Edisi ke-2, Champaign, Illinois: Human Kinetics Publishers, Inc.

Siedentop, D. (1990). Introduction to Physical Education, Fitness, and Sport. California: Mayfield Publishing Company.

Slavin, E. Robert. 1995. Cooperative Learning.: Theory, Research, and Practice. Edisi ke-2. Allyn & Bacon. USA

Toto Subroto, 2002, Pembelajaran Bola Voli, Jakarta: Dikdasmen-Depdiknas.

Yudha MS dan Amung M., 2000, Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak, Jakarta: Dikdasmen-Depdiknas.

Yudha MS dan Husdarta, 2000, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Dikdasmen-Depdiknas.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Kerjasama PPS UPI dengan PT. Remaja Rosdakarya.

Biodata Singkat

Penulis adalah guru pendidikan jasmani pada Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Bandung (SMA Negeri 11 Bandung)

Referensi

Dokumen terkait

Analisa yang akan di kaji meliputi proses instalasi qmail lalu percobaan perbandingan ketiga mail server tersebut, dengan lima aspek yaitu reliabilitas,

Lingkungan sosial, yang terdiri dari orang-orang baik individual maupun kelompok yang berada di sekitar manusia Dalam pengertiannya, lingkungan terjadi karena adanya timbal

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Mengacu pada presisi dan reliabilitas desain jaring, maka didapatkan desain jaring optimasi sebagai desain jaring yang optimal dari segi presisi, reliabilitas, dan

Penulis mengambil rujukan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya, penulis sendiri belum menemukan penelitian skripsi lebih mengenai pecandu narkoba di

Arsitek wajib menghindari pertentangan atau perbeda- an kepentingan dengan me- nolak suatu penugasan dan memberi penjelasan secara terbuka kepada pengguna jasa, semua pertentangan

Berdasarkan uraian tersebut telah dilakukan penelitian mengenai bioaktivitas dari ekstrak daun prasman akan tetapi belum ada laporan penelitian yang mengemukakan tentang

Dalam penelitian ini manajemen objek dan daya tarik wisata ziarah dalam operasionalnya tidak semata-mata profit yang ingin dicapai melainkan sebagai syi’ar Islam yang