• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENAMBAHAN KONSENTRASI BAKTERI Lactobacillus plantarum DAN WAKTU PERENDAMAN PADA PROSES PEMBUATAN TEMPE PROBIOTIK JURNAL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENAMBAHAN KONSENTRASI BAKTERI Lactobacillus plantarum DAN WAKTU PERENDAMAN PADA PROSES PEMBUATAN TEMPE PROBIOTIK JURNAL SKRIPSI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMBAHAN KONSENTRASI BAKTERI Lactobacillus plantarum

DAN WAKTU PERENDAMAN PADA PROSES PEMBUATAN TEMPE

PROBIOTIK

JURNAL SKRIPSI

Oleh:

ATIKA RIZKY INDARWATI

0511033004-103

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

1

PENAMBAHAN KONSENTRASI BAKTERI Latobacillus plantarum DAN WAKTU PERENDAMAN PADA PROSES PEMBUATAN TEMPE PROBIOTIK

Oleh :

Atika Rizky Indarwati 1); Sri Kumalaningsih 2); Wignyanto 2)

1)

Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP-UB

2)

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP-UB Abstrak

Tempe merupakan salah satu produk fermentasi tradisional yang cukup terkenal dan merupakan sumber protein nabati yang sangat potensial bagi penduduk khususnya Indonesia. Pada pembuatan tempe selama ini identik dengan keberadaan bakteri kontaminan yang menyebabkan penyakit. Kondisi ini yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian terhadap pembuatan tempe probiotik yang tidak mengandung bakteri kontaminan yang bersifat patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi waktu perendaman dan penambahan konsentrasi Lactobacillus plantarum yang terbaik pada proses perendaman kedelai untuk menghasilkan tempe probiotik yang rendah kontaminan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 faktor dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Faktor pertama yaitu konsentrasi bakteri Lactobacillus

plantarum (107, 108, dan 109 CFU/ml) sedangkan faktor kedua yaitu waktu perendaman

(3,6, dan 9 jam). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai dengan Maret 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan konsentrasi bakteri

Lactobacillus plantarum109 CFU/ml dan waktu perendaman 9 jam menghasilkan total

Bakteri Asam Laktat 2,99.107 CFU/ml dan tidak mempunyai bakteri kontaminan (E.coli) dan produk yang dihasilkan merupakan tempe probiotik yang mempunyai 3,2.106 CFU/ml Bakteri Asam Laktat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan kombinasi waktu perendaman 9 jam dan penambahan konsentrasi Lactobacillus plantarum 109 CFU/ml pada proses perendaman kedelai yang tidak mengandung bakteri E. coli, demikian juga tempe probiotik yang menghasilkan yang tidak mengandung bakteri kontaminan (E. coli).

Pendahuluan

Tempe

merupakan

salah

satu produk fermentasi tradisional

yang cukup terkenal dan merupakan

sumber protein nabati yang sangat

potensial bagi penduduk khususnya

Indonesia.

Hal

ini

disebabkan

karena kedelai sebagai bahan baku

tempe telah banyak dikonsumsi oleh

negara berkembang dan selain itu

karena harganya yang relatif murah

tetapi nilai gizinya hampir seimbang

dengan sumber protein hewani

seperti daging sapi, susu sapi, dan

telur ayam (Koswara, 1995).

Selama ini faktor yang paling

sering

diperhatikan

dalam

pembuatan

tempe

adalah

pertumbuhan kapang karena tempe

identik dengan tumbuhnya kapang

pada

kedelai.

Kapang

yang

digunakan di Indonesia umumnya

ditumbuhkan pada daun waru atau

dalam bentu tepung, meskipun kini

telah

ada

yang

diproduksi

menggunakan

inokulum

murni

(LIPI). Inokulum tempe tradisional

banyak yang terkontaminasi oleh

bakteri baik pada saat pembuatan

ataupun saat pemasaran.

Keberadaan

bakteri

kontaminan pada inokulum akan

mengurangi kualitas tempe karena

ikut tumbuh bahkan dapat pula

menyebabkan penyakit, sehingga

pada

pembuatan

tempe

perlu

didahului

dengan

proses

perendaman. Perendaman selain

memperlunak

biji

kedelai

dan

menambah beratnya dan mencegah

(3)

2

perkembangan

bakteri

patogen.

Selama perendaman akan tumbuh

bakteri-bakteri asam laktat. Salah

satu contohnya adalah Lactobacillus

plantarum

yang

mampu

menghambat

pertumbuhan

Salmonella infantis, Enterobacter

aerogenes, Escherichia coli dan

Listeria

monocytogenes.

Lactobacillus plantarum merupakan

mikroorganisme

thermophillic,

tumbuh optimum pada suhu 55 dan

65°C. Bakteri asam laktat (BAL) juga

menghasilkan

bacteriocin

yang

mampu menghambat bakteri

Gram-positif

seperti

Staphylococcus

aureus,

Bacillus

cereus

dan

Clostridia. Jumlah BAL pada bahan

baku (kedelai) kurang dari 200

CFU/g dan jumlah bakteri aerob

mencapai sekitar 5.10

6

per gram dan

setelah

perendaman

selama

semalam maka jumlah BAL pada air

rendaman akan meningkat menjadi

8.10

6

hingga

9.10

6

gram/liter.

Tingginya BAL menjadikan pH biji

kedelai turun sehingga memberikan

kondisi yang baik bagi pertumbuhan

jamur.

Penggunaan

BAL

yang

diinokulasikan pada perendaman

atau disertakan pada inokulum

jamur

akan

dapat

mengurangi

pertumbuhan

bakteri

patogen

(Anonymous, 2009).

Pada penelitian ini, akan

dilakukan penambahan konsentrasi

Bakteri Lactobacillus plantarum dan

waktu perendaman pada pembuatan

tempe

probiotik

menggunakan

Rancangan

Acak

Kelompok.

Dengan

menggunakan

cara

tersebut,

diharapkan

didapatkan

konsentrasi

bakteri

Lactobacillus

plantarum dan waktu perendaman

yang terbaik sehingga diperoleh

hasil tempe probiotik yang tidak

mengandung bakteri patogen.

Diharapkan hasil penelitian

ini dapat memberikan informasi dan

bahan pertimbangan bagi pendirian

serta

pengembangan

industri

pengolahan tempe dalam skala

industri menengah yang bebas

kontamianan.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian

dilakukan

di

Laboratorium Bioindustri, Jurusan

Teknologi

Industri

Pertanian,

Fakultas

Teknologi

Pertanian,

Universitas Brawijaya. Pengolahan

data di Laboratorium Komputasi dan

Analisis Sistem, Jurusan Teknologi

Industri

Pertanian,

Fakultas

Teknologi

Pertanian,

Universitas

Brawijaya. Penelitian dilakukan

mulai bulan Juni 2009 sampai

dengan Maret 2010.

Alat dan Bahan

Alat-alat

yang

digunakan

untuk pembuatan tempe probiotik

antara lain tampah, ember, rak,

cetakan,

keranjang,

pengaduk,

dandang,

kompor,

dan

plastik

pembungkus.

Alat-alat

yang

digunakan untuk analisa antara lain

mikroskop,

timbangan

digital,

tabung reaksi, erlenmeyer, cawan

Petri,

pipet

Apendof,

pipet,

inkubator,

pH

meter,

autoklaf,

kulkas, jarum ose, penetrometer

serta alat-alat untuk pembuatan

tempe (baskom, plastik dan rak

fermentasi).

Bahan

yang

digunakan

dalam pembuatan tempe adalah

kedelai lokal (kedelai Grobogan) dan

usar

tempe

merek

RAPRIMA.

Inokulasi

Bakteri

Asam

Laktat

menggunakan spesies Lactobacillus

plantarum FNCC 0027 dengan

(4)

3

Batasan Masalah

Dalam penelitian ini ditetapkan

beberapa batasan masalah antara

lain :

1.

Kedelai yang digunakan adalah

kedelai Grobogan untuk semua

perlakuan.

2. Air

yang

digunakan

pada

perlakuan

perendaman

menggunakan

air

sumur

di

Malang.

3. Usar tempe yang digunakan

merupakan usar dengan jumlah

dan merek yang sama.

4. Bakteri

Asam

Laktat

yang

digunakan

dalam

proses

perendaman

adalah

Lactobacillus plantarum.

5. Uji

analisis

tempe

probiotik

terfokus

pada

dua

analisis

perlakuan, yaitu analisis pada

proses

perendaman

(jumlah

bakteri kontaminan yaitu E. Coli

dan jumlah BAL) dan pada hasil

akhir (jumlah bakteri kontaminan

yaitu E. coli dan total BAL).

Metode Penelitian

Metode

penelitian

yang

digunakan

adalah

metode

eksperimental dengan rancangan

percobaan

Rancangan

Acak

Kelompok

(RAK)

masing-masing

faktor yaitu faktor A dan faktor B

yang terdiri dari 3 level,

masing-masing perlakuan diulang sebanyak

tiga kali (Gaspersz, 1992).

Kombinasi perlakuan seperti pada

Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Hasil kombinasi perlakuan

dari 2 faktor

Konsentrasi bakteri Lactobacillus plantarum (A) Waktu perendaman (B) 1 2 3

1 A1B1 A1B2 A1B3

2 A2B1 A2B2 A2B3

3 A3B1 A3B2 A3B3

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian

ini

dilakukan

dalam dua yaitu tahap penentuan

kondisi

optimal

dari

perlakuan

perendaman menggunakan Bakteri

Asam

Laktat

(Lactobacillus

plantarum) dan waktu perendaman.

Analisis

yang

digunakan

pada

proses perendaman menggunakan

Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus

plantarum) meliputi total bakteri

kontaminan (E. coli) dan total

probiotik (BAL) air rendaman. Hasil

terbaik dari proses perendaman

menggunakan Bakteri Asam Laktat

(Lactobacillus plantarum) dan waktu

perendaman akan di aplikasikan

pada tahap kedua yaitu pembuatan

tempe yang kemudian dilakukan

analisa

lanjutan

terhadap

total

Bakteri Asam Laktat (BAL) dan total

kontaminan (E. coli).

Metode Analisa Data

Analisa dilakukan terhadap

air rendaman menggunakan Bakteri

Asam

Laktat

(Lactobacillus

plantarum)

dan

tempe

yang

dihasilkan, dengan analisis tersebut

maka akan dihasilkan hasil yang

terbaik pada proses perendaman

dan waktu perendaman sehingga

akan diaplikasikan pada pembuatan

tempe

probiotik.

Analisa

yang

dilakukan terhadap air rendaman

menggunakan Bakteri Asam Laktat

(Lactobacillus plantarum) meliputi

total BAL (Lay, 1994) dan total

bakteri

kontaminan

(E.

coli)

(Anonymous, 2000). Perhitungan

dilakukan

dengan

menggunakan

SPC (Standar Plate Count) (Fardiaz,

1993).

Analisis

yang

dilakukan

terhadap tempe antara lain total

bakteri kontaminan yaitu E. coli dan

total BAL.

(5)

4

Data hasil penelitian yaitu

Jumlah Bakteri Asam Laktat dan

E.coli

dianalisa

dengan

menggunakan Uji Signifikansi untuk

menarik kesimpulan dan mengetahui

pengaruh antar perlakuan untuk

mengetahui perlakuan mana yang

menyebabkan perbedaan tersebut.

Pemilihan Perlakuan Terbaik

Pemilihan perlakuan terbaik

didasarkan total Bakteri Asam Laktat

dan jumlah kontaminan (E.coli) dari

setiap perlakuan. Berdasarkan Uji

Signifikansi

karena

hasil

Uji

Signifikansi

akan

diketahui

kombinasi perlakuan mana yang

terbaik (Hanafiah, 1991). Setelah

pemilihan perlakuan terbaik maka

kombinasi perlakuan tersebut akan

diaplikasikan

pada

pembuatan

tempe probiotik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Total Bakteri Asam Laktat (BAL)

Berdasarkan data penelitian

yang diperoleh pada Tabel 2, bahwa

nilai total Bakteri Asam Laktat

rata-rata yang tertingi sebesar 2,99.10

7

CFU/ml

pada

penambahan

konsentrasi

bakteri

Lactobacillus

plantarum sebesar 10

9

CFU/ml

dengan kombinasi waktu 9 jam,

sedangkan nilai total Bakteri Asam

Laktat rata-rata terendah sebesar

8,50.10

5

CFU/ml pada kombinasi

perlakuan

10

7

CFU/ml

untuk

penambahan

konsentrasi

bakteri

Lactobacillus plantarum dan 3 jam

waktu perendaman. Tingginya total

Bakteri Asam Laktat ini dikarenakan

penambahan bakteri Lactobacillus

plantarum pada proses perendaman

kedelai.

Semakin

banyak

penambahan konsentrasi Bakteri

Asam Laktat dalam perendaman

kedelai maka jumlah Bakeri Asam

Laktat semakin meningkat pula. Hal

ini dikarenakan terdapat akumulasi

Tabel 2. Rerata Total Bakteri Asam

Laktat (BAL)

I (Penamba han Konsentra si Bakteri Asam Laktat) W (Waktu Perenda man) Rerata (CFU/ml) Not asi 107 CFU/ml 3 jam 8,50.105 a 6 jam 9,14.105 a 9 jam 1,51.106 b 108 CFU/ml 3 jam 6,44.106 c 6 jam 7,84.106 d 9 jam 2,17.107 e 109 CFU/ml 3 jam 2,19.107 e 6 jam 2,91.107 f 9 jam 2,99.107 g

Keterangan : Adanya notasi yang beda menunjukkan adanya beda nyata

jumlah antara Bakteri Asam Laktat

yang ditambahkan dengan Bakteri

Asam Laktat yang terdapat pada

kedelai

pada

saat

proses

perendaman

karena

setelah

perendaman maka jumlah Bakteri

Asam Laktat pada air rendaman

akan

meningkat.

Pertumbuhan

Bakteri Asam Laktat yang baik

ditandai oleh bau masam dan

berbusa pada permukaan kedelai

(Anonymous, 2009).

Hal

tersebut

dikarenakan

semakin

banyak

pertumbuhan

Bakteri Asam Laktat pada proses

perendaman

kedelai

akan

menurunkan pH larutan sehingga

bakteri kontaminan khususnya E.

coli akan berkurang atau bahkan

mati karena E. coli tidak dapat

tumbuh

pada

kondisi

asam,

sedangkan Bakteri Asam Laktat dan

Lactobacillus

plantarum

memiliki

ketahanan terhadap kondisi stress

seperti pH asam, liafilisasi, suhu,

dan etanol (Anonymous, 2008).

(6)

5

Setelah

didapatkan

data

statistik maka dari data tersebut

digunakan untuk mencari pengaruh

dari masing-masing faktor terhadap

respon

yang

diinginkan,

untuk

mencari pengaruh dari konsentrasi

Lactobacillus

plantarum,

waktu

perendaman serta kombinasi antara

konsentrasi Lactobacillus plantarum

dan waktu perendaman. Selanjutnya

untuk menghasilkan Uji Signifikasi

perlu

dilihat

interaksi

antara

perlakuan konsentrasi Lactobacillus

plantarum dan waktu perendaman.

Hasil nilai signifikansi (0.000) < 0,05

yang berarti bahwa interaksi antara

konsentrasi Lactobacillus plantarum

dan

waktu

perendaman

berpengaruh

nyata

terhadap

banyaknya

pertumbuhan

bakteri

Bakteri Asam Laktat pada tingkat

kesalahan sebesar 5%.

Notasi pada Uji Signifikansi

digunakan

untuk

mengetahui

pengaruh dari masing-masing faktor,

jika notasinya berbeda maka faktor

tersebut

dikatakan

berpengaruh

nyata (Hanafiah, 1991). Hal tersebut

dikarenakan tinginya Bakteri Asam

Laktat disebabkab oleh beberapa

faktor, antara lain adanya substrat

yang ada pada media sehingga

bakteri tersebut dapat berkembang

biak menjadi lebih banyak. Faktor

lain yang mungkin yaitu faktor

lingkungan,

pH,

serta

suhu

(Anonymous, 2008).

Gambar 1 merupakan grafik

dari pertumbuhan Bakteri Asam

Laktat,

semakin

banyak

penambahan

konsentrasi

bakteri

Lactobacillus plantarum maka akan

meningkatkan total Bakteri Asam

Laktat

(BAL)

pula.

Hal

ini

dikarenakan

terdapat

akumulasi

jumlah antara Bakteri Asam Laktat

yang ditambahkan dengan Bakteri

Asam Laktat yang terdapat pada

kedelai pada

Gambar

1.

Grafik

Hubungan

Interaksi

dengan

Pertumbuhan

Bakteri Asam Laktat

saat proses perendaman karena

setelah perendaman maka jumlah

Bakteri Asam Laktat pada air

rendaman

akan

meningkat.

Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat

yang baik ditandai oleh bau masam

dan busa pada permukaan kedelai.

Jumlah Kontaminan (E. coli)

Berdasarkan data penelitian

yang diperoleh terdapat pada Tabel

3, dapat diketahui bahwa nilai total

E.coli rata-rata yang tertingi sebesar

16,3.10

1

CFU/ml pada penambahan

konsentrasi

bakteri

Lactobacillus

plantarum sebesar 10

7

CFU/ml

dengan kombinasi waktu 3 jam,

sedangkan

pada

kombinasi

perlakuan

penambahan

konsentrasi

bakteri

Lactobacillus

plantarum 10

9

CFU/ml dan 9 jam

waktu perendaman menghasilkan

nilai total E.coli yang diharapkan

yaitu 0 atau tidak ada bakteri E. coli

yang tumbuh. Selama perendaman

akan tumbuh bakteri-bakteri asam

laktat. Salah satu contohnya adalah

Lactobacillus

plantarum

yang

mampu menghambat pertumbuhan

Salmonella infantis, Enterobacter

aerogenes, Escherichia coli dan

Listeria monocytogenes.

(7)

6

Tabel 3. Rerata Jumlah Kontaminan

(E.coli)

I (Penamba han Konsentra si Bakteri Asam Laktat) W (Waktu Perenda man) Rerata (CFU/m l) Nota si 107 CFU/ml 3 jam 16,3.101 A 6 jam 14,7.101 B 9 jam 13,5.101 C 108 CFU/ml 3 jam 12,8.101 D 6 jam 10,7.101 E 9 jam 8,13.101 F 109 CFU/ml 3 jam 5,03.101 G 6 jam 1,83.101 H 9 jam 0 I

Keterangan : Adanya notasi yang beda menunjukkan adanya beda nyata

Penggunaan

BAL

yang

diinokulasikan pada perendaman

akan

dapat

mengurangi

pertumbuhan

bakteri

patogen

(Anonymous, 2009).

Hal ini menunjukkan semakin

banyak penambahan konsentrasi

bakteri

Lactobacillus

plantarum

maka akan menurunkan pH air

rendaman sehingga total E. coli

lebih rendah. Menurut Herman dan

Karmini (1996), pengasaman terjadi

karena

pertumbuhan

bakteri

penghasil asam laktat yang disebut

Lactobacillus

sp.

Perendaman

kedelai

dengan

cara

inokulasi

Lactobacillus plantarum disamping

dapat mencegah kontaminan, juga

mampu

menurunkan

pH

air

rendaman

karena

dapat

menghasilkan

asam

laktat.

Tingginya BAL menjadikan pH biji

kedelai turun sehingga memberikan

kondisi yang baik bagi pertumbuhan

jamur. Selama proses perendaman

pH kedelai akan turun mencapai

4,5-5,3 (Oktaviani, 2000). Keasaman pH

rendah merupakan substansi yang

bersifat

toksik

bagi

bakteri

kontaminan, dengan menghasilkan

pH rendah disekelilingnya sehingga

memungkinkan beberapa kegiatan

metabolik dapat berjalan secara

efektif (Ashenafi and Bushe, 1991).

Keasaman

sebelum

proses

perendaman merupakan salah satu

faktor penting untuk membunuh E.

coli.

Gambar 2, merupakan grafik

pertumbuhan Bakteri E.coli, semakin

banyak penambahan konsentrasi

bakteri

Lactobacillus

plantarum

maka akan menurunkan pH air

rendaman sehingga total E. coli

lebih rendah. Perendaman kedelai

dengan cara inokulasi Lactobacillus

plantarum

disamping

dapat

mencegah kontaminan, juga mampu

menurunkan pH air rendaman

Interaksi 10^9 dengan 9 jam 10^9 dengan 6 jam 10^9 dengan 3 jam 10^8 dengan 9 jam 10^8 dengan 6 jam 10^8 dengan 3 jam 10^7 dengan 9 jam 10^7 dengan 6 jam 10^7 dengan 3 jam R a ta -r a ta E .c o li 150.00 100.00 50.00 0.00

Estimated Marginal Means of E.coli

Gambar

2.

Grafik

Hubungan

Interaksi

dengan

Pertumbuhan

E.coli

karena dapat menghasilkan asam

laktat. Tingginya BAL menjadikan

pH biji kedelai turun sehingga

memberikan kondisi yang baik bagi

pertumbuhan jamur. Selama proses

perendaman pH kedelai akan turun

mencapai 4,5-5,3 (Oktaviani, 2000).

Perlakuan Terbaik

Perlakuan

terbaik

pada

penelitian ini dapat dilihat dari hasil

Uji Signifikansi karena dari hasil Uji

Signifikansi didapatkan kombinasi

perlakuan terbaik (Hanafiah, 1991).

Tujuan dari kombinasi perlakuan

(8)

7

terbaik

ini

adalah

untuk

mendapatkan total Bakteri Asam

Laktat dan total E. coli pada proses

perendaman

pembuatan

tempe

probiotik dalam batas pengaruh

penambahan

konsentrasi

Lactobacillus plantarum dan waktu

perendaman.

Pada pertumbuhan Bakteri Asam

Laktat yang terbaikl yaitu dengan

fungsi maksimasi artinya waktu

dimana pertumbuhan Bakteri Asam

Laktat tinggi, sedangkan bakteri

E.coli mempunyai fungsi minimasi.

Dari Uji signifikansi dapat dilihat

bahwa

perlakuan

terbaik

pada

pertumbuhan Bakteri Asam Laktat

terdapat

pada

penambahan

konsentrasi Lactobacillus plantarum

10

9

CFU/ml dengan kombinasi waktu

9 jam yang menghasilkan Bakteri

Asam Laktat sebesar 3.10

7

CFU/ml.

Untuk

perlakuan

terbaik

pertumbuhan Bakteri E.coli terdapat

pada

penambahan

konsentrasi

Lactobacillus plantarum 10

9

CFU/ml

dengan

kombinasi

waktu

perendaman 9 jam dengan tidak

terdapatnya bakteri E.coli pada

perlakuan ini dan keadaan seperti ini

yang diharapakan dalam penelitian

ini. Setelah didapatkan kombinasi

perlakuan

terbaik,

selanjutnya

dilakukan pembuatan produk berupa

tempe

probiotik

dan

dilakukan

analisis meliputi total BAL dan

jumlah bakteri kontaminan yaitu

E.coli.

1. Total Bakteri Asam Laktat (BAL)

Pada penelitian ini, total BAL

merupakan

faktor

yang

sangat

penting pada pembuatan tempe

probiotik

karena

syarat

pada

pembuatan produk probiotik didalam

produk tersebut minimal terdapat

Bakteri Asam Laktat sebanyak 10

6

-10

8

CFU/ml (Suryono, 2003). Selain

itu keberadaan Bakteri Asam Laktat

dapat

menurunkan

pH

larutan

sehingga

dapat

mengurangi

kontaminasi,

oleh

sebab

itu

penelitian

ini

menggunakan

kombinasi konsentrasi penambahan

bakteri Lactobacillus plantarum dan

kombinasi

waktu

perendaman

sehingga menghasilkan total Bakteri

Asam Laktat yang maksimum dan

nilai minimum untuk E. coli.

Dari hasil perlakuan terbaik yang

didapatkan,

yaitu

konsentrasi

penambahan Bakteri Lactoacillus

plantarum sebesar 10

9

CFU/ml

dengan

kombinasi

waktu

perendaman selama 9 jam diperoleh

produk akhir berupa tempe probiotik

dengan total Bakteri Asam Laktat

sebesar 3,2.10

6

CFU/ml.

Total

Bakteri

Asam

Laktat

merupakan komponen yang sangat

penting yang dapat mempengaruhi

kualitas produk berbasis probiotik.

Produk dapat dikatakan probiotik

apabila syarat produk tersebut dapat

dipenuhi yaitu terdapat 10

6

-10

8

CFU/ml Bakteri Asam Laktat. Total

Bakteri Asam Laktat (BAL) pada

produk

yang

dihasilkan

dari

penelitian

ini

sebesar

3,2.10

6

CFU/ml sehingga produk ini layak

untuk dikatakan sebagai produk

probiotik.

2. Jumlah Bakteri Kontaminan (E.

coli)

Pada penelitian ini, jumlah

bakteri

kontaminan

yaitu

E.coli

merupakan

faktor

yang

sangat

penting pada pembuatan tempe

probiotik karena diharapkan dalam

produk yang dihasilkan mempunyai

jumlah bakteri kontaminan yaitu E.

coli yang rendah bahkan mencapai

0. Syarat mutu tempe menurut (SNI,

1998), yaitu tempe mempunyai

kandungan

kontaminan

E.

coli

kurang dari 10 AMP/gram. Faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan

bakteri kontaminan (E. coli) adalah

pertumbuhan Bakteri Asam Laktat

(9)

8

(BAL), semakin tinggi pertumbuhan

Bakteri Asam Laktat maka akan

menurunkan

pH

perendaman

sehingga pada kondisi tersebut

bakteri kontaminan khususnya E.

coli tidak akan tumbuh dengan baik

karena pada kondisi asam bakteri

kontaminan ini tidak dapat hidup

dengan baik bahkan mati (Collins,

1999).

Menurut

Ray

(2004),

penggunaan asam laktat dengan

konsentrasi sebesar 1-2 % pada pH

5 atau lebih dalam makanan,

mampu menghambat pertumbuhan

bakteri positif dan gram negatif.

Pada pH di bawah 5, asam laktat

yang

dihasilkan

efektif

dalam

mematikan jumlah populasi bakteri

gram negatif.

Dari hasil perlakuan terbaik yang

didapatkan,

yaitu

konsentrasi

penambahan Bakteri Lactoacillus

plantarum sebesar 10

9

CFU/mL

dengan

kombinasi

waktu

perendaman selama 9 jam diperoleh

produk akhir berupa tempe probiotik

dengan

tidak

adanya

bakteri

kontaminan (E. coli) didalamnya.

Jumlah

bakteri

kontaminan

khususnya

E.

coli

merupakan

komponen

yang

penting

pada

pembuatan semua jenis produk,

terutama pada penelitian ini yaitu

pembuatan tempe probiotik karena

diharapkan

pada

produk

ini

mempunyai

total

Bakteri

Asam

Laktat yang memenuhi standar

tempe

probiotik

dan

tidak

mempunyai bakteri kontamian (E.

coli).

Pada

kondisi

asam

bakteri

kontaminan ini tidak dapat hidup

dengan baik bahkan mati (Collins,

1999).

Menurut

Ray

(2004),

penggunaan asam laktat dengan

konsentrasi sebesar 1-2 % pada pH

5 atau lebih dalam makanan,

mampu menghambat pertumbuhan

bakteri positif dan gram negatif.

Pada pH di bawah 5, asam laktat

yang

dihasilkan

efektif

dalam

mematikan jumlah populasi bakteri

gram negatif.

Dari hasil yang didapatkan, yaitu

konsentrasi penambahan Bakteri

Lactoacillus plantarum sebesar 10

9

CFU/mL dengan kombinasi waktu

perendaman selama 9 jam diperoleh

produk akhir berupa tempe probiotik

dengan

tidak

adanya

bakteri

kontaminan (E. coli) didalamnya.

Jumlah

bakteri

kontaminan

khususnya

E.

coli

merupakan

komponen

yang

penting

pada

pembuatan semua jenis produk,

terutama pada penelitian ini yaitu

pembuatan tempe probiotik karena

diharapkan

pada

produk

ini

mempunyai

total

Bakteri

Asam

Laktat yang memenuhi standar

tempe

probiotik

dan

tidak

mempunyai bakteri kontamian (E.

coli).

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan

dari penelitian ini adalah dengan

kombinasi waktu perendaman 9 jam

dan

penambahan

konsentrasi

Lactobacillus plantarum 10

9

CFU/ml

pada proses perendaman kedelai

yang tidak mengandung bakteri E.

coli, demikian juga tempe probiotik

yang

menghasilkan

yang

tidak

mengandung bakteri kontaminan (E.

coli).

Saran

Perlu dilakukan penelitian

lanjutan

mengenai

pembuatan

tempe probiotik dengan kombinasi

perlakuan waktu perendaman yang

jarak perlakuannya lebih banyak

untuk mengetahui fase hidup Bakteri

Asam Laktat dan E.coli serta

(10)

9

tanggapan masyarakat mengenai

produk ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2000. Instruksi Kerja

Uji

Mikrobiologi.

Laboratorium Uji Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi

Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta

_________. 2008. Lactobacillus

plantarum.

http://216.239.61.132/transl

ate_c?hl=id&langpair=en%

7Cid&u=http://www.ebi.ac.

uk/2can/genomes/bacteria/L

actobacillus_plantarum.html

&prev=/translate_s%3Fhl%

3Did%26q%3DLactobacillu

s%2Bplantarum%26tq%3D

Lactobacillus%2Bplantarum

%26sl%3Did%26tl%3Den

&usg=ALkJrhjwzO4FYh4o

4TZMQZJWd9VCIECfpg

.

Tanggal akses 19 Maret

2009

_________.

2009.

Kontaminasi

pada

Tempe.

http://permimalang.wordpres

s.com/page/3/.

Tanggal

akses 20 Oktober 2009

Ashenafi, M and M. Busse. 1991.

Growth

Potential

of

Salmonella

Infantis

and

Ecsherciacoli

in

Fermenting Tempeh Made

From Horsebean, Pea and

Chickpea

and

Their

Inhibition by Lactobacillus

plantarum. Journal of The

Science

of

Food

and

Agriculture. 55:607-615

Collins. 1999. Microbiology For

Fourth Edition. Mc Graw Hill

Company. New York

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi

Pengolahan Pangan. PAU

dan Gizi IPB. Pustaka Utara.

Jakarta

Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis

Dalam

Penelitian

Percobaan.

Tarsito.

Bandung

Hanafiah, Ali. K. 1991. Rancangan

Percobaan

Teori

dan

Aplikasi. Edisi Ketiga. PT

Raja

Grafindo

Persada.

Jakarta

Hermana,

M.

Karmini.

1996.

Pengembangan Teknologi

Pembuatan Tempe dalam

Bunga Tempe, Sapuan dan

Noer Sutrisno (Ed). Yayasan

Tempe Indonesia. Jakarta

Lay,

B.W.

1994.

Analisis

Mikrobiologi

di

Laboratorium.

PT.

Raja

Grafindo Persada. Jakarta

Oktaviani,

N.

2000.

Pengaruh

Macam Varietas Kedelai

terhadap

Mutu

Tempe

Selama Penyimpanan Suhu

Beku

(Kajian

Sifat

Fisiokimia

dan

Organoleptik).

Skripsi

Jurusan

Teknologi

Hasil

Pertanian.

Fakultas

Teknologi

Pertanian.

Universitas

Brawijaya.

Malang

Ray B. 2004. Fundamental Food

Microbiology, Third Edition.

(11)

10

Standar Nasional Indonesia, 1998.

Tempe

Kedelai.

Badan

Standardisasi Nasional

Suryono.

2003.

Produk

Pengolahan

Susu

Fermentasi

Tradisional

yang Berpotensi Sebagai

Pangan

Probiotik.

http://www.rutyct.topcities.co

m/pps702_1304/suryono.htm

. Tanggal diakses 13 Mei

2010

Referensi

Dokumen terkait

Bersama ini penulis memohon kesediaan Bapak / Ibu untuk memberikan informasinya, karena tanpa bantuan Bapak / Ibu, saya tidak mungkin dapat menyelesaikan

Mendasari Berita Acara Lelang Gagal Nomor : 04.03-L/Pokja I/ULP ARU/VI/2016 Tanggal 6 Juni 2016 untuk :. Maka Bersama ini dinyatakan bahwa Lelang dinyatakan Gagal karena tidak

[r]

All in One System , sedangkan dalam bahasa Arab disebut Nizâmul Wahdah ., MAN Model Bojonegoro, MAN 2 Madiun dan MAN 3 Malang sama-sama menggunakan materi dari

Pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen dapat diketahui dengan menggunakan uji t. Hasil yang diperoleh menunjukkan

[r]

Subyek merasa puas dengan membantu orang lain, dan dirinya dapat dukungan dari keluarga (IN); Subyek merasa puas memiliki gaji yang cukup dan memiliki teman kerja yang baik (JL);

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen semu ( Quasi Eksperimen ). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa