• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK MULA BAWAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK MULA BAWAH"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK MULA BAWAH SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN BERMAIN

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI VI BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh :

ENGGAR EKO PRASETYO NIM K 4607037

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juli 2012

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK MULA BAWAH SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN BERMAIN

PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI VI BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

Oleh :

ENGGAR EKO PRASETYO K 4607037

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juli 2012

(4)

commit to user

(5)

commit to user

(6)

commit to user

vi ABSTRAK

Enggar Eko Prasetyo. UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK MULA BAWAH SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI VI BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar sepak mula bawah sepak takraw melalui pendekatan bermain pada siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012 berjumlah 36 orang yang terdiri atas 19 siswa putra dan 17 siswa putri. Teknik pengumpulan data dengan tes dan non tes/observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar sepak mula bawah sepak takraw siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012. Dari hasil analisis yang diperoleh peningkatan yang signifikan dari siklus I dan siklus II. Hasil belajar sepak mula bawah sepak takraw pada siklus I dalam kategori tuntas adalah 61,12% atau 22 siswa sedangkan 14 siswa atau 38,88% dalam kategori belum tuntas. Pada siklus II terjadi peningkatan persentase hasil belajar siswa dalam kategori tuntas sebesar 77.78% atau sejumlah 28 siswa sedangkan 8 siswa atau 22,22% dalam kategori belum tuntas.

Simpulan penelitian ini adalah penerapan metode pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar sepak mula bawah sepak takraw siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012.

(7)

commit to user

vii MOTTO

 Jalani semua dengan apa adanya, biarkan waktu bicara bawa takdirnya. (Tony Q)

 Segala yang indah belum tentu baik,tetapi segala yang baik pasti indah. (AN)

 Saat kita SUKSES semua orang menjadi TEMAN, tapi saat GAGAL baru kita bisa menemukan siapa SAHABAT SEJATI. (Al Capone)

 Masa lalu mempunyai arti penting untuk masa depan, tetapi kita tidak bisa hidup dalam masa lalu yang selalu membayangi. (Penulis)

 Hidup itu tentang sebuah pilihan, tinggal bagaimana kita mengambil pilihan tersebut untuk kita jadikan pilihan yang terbaik untuk masa depan kita. (Penulis)

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

 Bapak Sulardi dan Ibu Sugiarti tersayang terima kasih atas do’a, kerja

keras, pengorbanan dan kasih sayangnya. Semuanya membuat saya bangga memiliki kalian.

 Adik-adikku tercinta, Tiara Dyah Ayu Ambarwati dan Aji Bagas Putra Pamungkas.

 TRELNA, terima kasih telah menjadi bagian dari masa laluku.

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. H Sunardi, M. Kes., sebagai pembimbing I dan bapak Pomo

Warih Adi, S.Pd., M.Or selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Kepala SD Negeri VI Baturetno, yang telah memberikan kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian.

6. Ibu Tinuk Suprihatin, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani SD Negeri VI Baturetno, yang telah membimbing dan bantuan dalam penelitian.

7. Para siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Juli 2012 Penulis

(10)

commit to user x DAFTAR ISI Halaman JUDUL ... i PERNYATAAN... ii PENGAJUAN ... iii PERSETUJUAN ... iv PENGESAHAN ... v ABSTRAK ... vi MOTTO... vii PERSEMBAHAN ... viii KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 6

1. Belajar dan Pembelajaran ... 6

a. Pengertian Balajar dan Pembelajaran ... 6

b. Hakekat Pembelajaran ... 7

c. Prinsip–Prinsip Pembelajaran ... 10

(11)

commit to user

xi

2. Pendidikan Jasmani ... 11

a. Pengertian Pendidikan Jasmani... 11

b. Hakekat Pendidikan Jasmani... 12

c. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani... 14

3. Permainan Sepak Takraw... 14

a. Sarana dan Prasarana... 15

b. Teknik-teknik Dasar Sepak Takraw... 17

4. Sepak Mula (servis) ... 19

a. Pengertian Sepak Mula ... 19

5. Pendekatan Bermain... 21

a. Pengertian Pendekatan Bermain ... 21

b. Permainan... 22

c. Pembelajaran Sepak Mula dan Sepak Sila Melalui Pendekatan Bermain ... 23

B. Kerangka Berfikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

B. Subjek Penelitian ... 28

C. Sumber Data ... 28

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data... 28

E. Uji Validitas Data ... 29

F. Analisis Data ... 30

G. Indikator Kinerja Penelitian... 30

H. Prosedur Penelitian ... 31

1. Rancangan Siklus I... 33

a. Tahap Perencanaan ... 33

b. Tahap Pelaksanaan... 33

(12)

commit to user

xii

d. Tahap Evaluasi... 34

2. Rancangan Siklus II... 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Deskripsi Pratindakan ... 35

B. Deskripsi Hasil Tiap Tindakan Tiap Siklus ... 37

1. Siklus I ... 37

a. Tahap Perencanaan ... 37

b. Tahap Pelaksanaan ... 38

c. Tahap Pengamatan Tindakan I... 41

d. Tahap Refleksi Tindakan I ... 45

2. Siklus II ... 47

a. Tahap Perencanaan ... 47

b. Tahap Pelaksanaan ... 47

c. Tahap Pengamatan Tindakan II ... 50

d. Tahap Refleksi Tindakan II... 53

C. Perbandingan Hasil Penelitian Pembahasan ... 54

D. Pembahasan... 56

BAB V. SIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN... 57

A. Simpulan ... 57

B. Implikasi ... 57

C. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian... 27 2. Teknik Pengolahan Data Penelitian ... 29 3. Prosentase Target Capaian ... 30 4. Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Sepak Takraw Sebelum

Mendapatkan Tindakan Dengan Penerapan Pembelajaran

Pendekatan Bermain ... 36 5. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Akhir Siklus I... 44 6. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Akhir Siklus II ... 52 7. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Siswa ... 55

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Lapangan Sepak Takraw ... 16

2 Ilustrasi Meminta Bola ... 20

3 Ilustrasi Saat Melakukan Sepak Mula Bawah... 20

4 Kerangka Pemikiran... 26

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran

1. Petunjuk Pelaksanaan Tes Keterampilan Sepak Mula. ... 62 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I. ... 63 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 72 4. Daftar Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Wonogiri Tahun

Pelajaran 2011/2012... 80 5. Penilaian Tes Keterampilan Psikomotor Sepak Mula Bawah Pra

Siklus Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran

2011/2012. ... 81 6. Penilaian Produk/ Prestasi Teknik Dasar Sepak Mula Bawah Pra

Siklus Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran

2011/2012. ... 82 7. Penilaian Afektif Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Pra Siklus Siswa

Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012. ... 83 8. Penilaian Kognitif Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Pra Siklus

Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran

2011/2012... 84 9. Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Pra Siklus

Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran

2011/2012... 86 10. Penilaian Tes Keterampilan Psikomotor Sepak Mula Bawah Siklus I

Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran

2011/2012... 88 11. Penilaian Produk/ Prestasi Teknik Dasar Sepak Mula Bawah Siklus

I Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran

(16)

commit to user

xvi

12. Penilaian Afektif Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Siklus I Siswa

Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 90

13. Penilaian Kognitif Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Siklus I Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 91

14. Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Siklus I Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012... 93

15. Penilaian Tes Keterampilan Psikomotor Sepak Mula Bawah Siklus II Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012... ... 95

16. Penilaian Produk/ Prestasi Teknik Dasar Sepak Mula Bawah Siklus II Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012... 96

17. Penilaian Afektif Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Siklus II Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 97

18. Penilaian Kognitif Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Siklus II Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012... 98

19. Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Siklus II Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012... 100

20. Keterangan Penilaian... ... 102

21. Soal–Soal... ... 107

(17)

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan pelajaran lainnya. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu pendidikan jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual. Pendidikan jasmani diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), bahkan di Perguruan Tinggi. Adapun ruang lingkup materi pendidikan jasmani meliputi berbagai macam cabang olahraga. Berdasarkan jenisnya materi pendidikan jasmani dibedakan menjadi dua kelompok yaitu materi pokok dan materi pilihan. Di dalam materi pokok terdapat beberapa nomor cabang olahraga yang wajib diajarkan yang meliputi permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas dan kesehatan. Sedangkan materi pilihan pendidikan jasmani sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diikuti sesuai dengan kemampuan, situasi, dan kondisi sekolah masing-masing.

Sepak takraw merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dikembangkan di lingkungan sekolah seperti SD, SMP, SMA atau SMK, maupun Perguruan Tinggi. Namun tidak setiap sekolah mengembangkan permainan sepak takraw. Hal ini disebabkan beberapa alasan, di antaranya sepak takraw kurang membudaya jika dibandingkan dengan olahraga yang lain, seperti sepak bola, bola

(18)

commit to user

voli maupun bola basket. Di sisi lain biasanya sekolah tidak memiliki area untuk membuat lapangan permainan sepak takraw, sehingga mengutamakan area atau cabang olahraga yang wajib diajarkan dalam pendidikan jasmani seperti sepak bola, bola voli, maupun bola basket.

Untuk dapat bermain sepak takraw dengan baik seseorang dituntut untuk mempunyai keterampilan serta kemampuan yang baik. Kemampuan yang dimaksud disini adalah teknik-teknik dasar untuk bermain sepak takraw. Tanpa adanya penguasaan teknik-teknik dasar permainan sepak takraw tidak bisa dimainkan dengan baik. Adapun teknik-teknik dasar sepak takraw menurut Sulaiman (2008: 15) antara lain : (1) sepakan (menyepak), (2) memaha, (3) mendada, (4) membahu, (5) heading, (6) smesh, dan (7) block.

Teknik sepakan (menyepak) merupakan teknik utama dari yang paling banyak digunakan dalam permainan sepak takraw, karena memang cabang olahraga ini paling dominan menggunakan bagian kaki. Teknik sepakan pada permainan sepak takraw menurut Sulaiman (2008: 15) melipui : (1) sepak mula/ servis, (2) sepak sila, (3) sepak kura/ kuda, (4) sepak cungkil, (5) sepak simpuh, (6) sepak tapak. Dalam hal ini teknik sepak mula bawah yang dijadikan prioritas dalam penelitian ini.

Dalam proses pembelajaran sepak mula bawah pada siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno belum mendapatkan hasil belajar yang optimal, apabila dicermati selama ini proses kegiatan belajar telah berjalan cukup baik, namun siswa terlihat bosan dengan proses pembelajaran tersebut yang bisa dibilang monoton, sehingga hasil belajar sepak mula bawah masih belum optimal seperti yang diharapkan.

Upaya meningkatan hasil belajar sepak mula bawah dibutuhkan pendekatan yang tepat agar prestasi dapat tercapai. Karena penelitian ini akan dilakukan untuk siswa Sekolah Dasar, maka salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah pendekatan bermain. Seperti dijelaskan oleh Djumidar, “Dunia anak lebih dekat dengan situasi permainan dari pada yang serius, di dalam pembelajaran disajikan banyak

(19)

variasi-commit to user

variasi supaya tidak mudah jenuh sebab siswa kerap kali juga cepat bosan

melaksanakan kegiatannya”(2007: 11).

Pendekatan bermain adalah salah satu cara belajar yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui bentuk permainan. Dalam pendekatan bermain siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan kemampuannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan cara bermain diharapkan siswa dapat memiliki kreativitas dan inisiatif untuk memecahkan masalah yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui bermain dikembangkan juga unsur kompetitif, sehingga siswa saling berlomba menunjukkan kemampuannya.

Melihat permasalahan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab munculnya permasalahan dalam kaitannya dengan hasil belajar sepak mula bawah adalah perlu adanya penggunaan media pembelajaran yang berbeda, bervariasi, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta pendekatan yang efektif bagi siswa namun dalam penyajiannya di setiap proses belajar mengajar dengan tidak lupa selalu melibatkan siswa agar berperan aktif, yang mana pada akhirnya diharapkan dapat memacu meningkatkan hasil belajar sepak mula dan sepak sila.

Salah satu upaya untuk peningkatan hasil belajar tersebut, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan pendekatan bermain dalam rangka untuk meningkatkan hasil belajar sepak mula bawah. Pendekatan bermain ini dipilih sebagai salah satu alternatif variasi pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa Sekolah Dasar.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) pada siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno dengan

judul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Sepak Takraw

Melalui Pendekatan Bermain Pada Siswa Kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Diharapkan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang peneliti lakukan dapat memberikan jalan keluar dari masalah yang selama ini dihadapi oleh para guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di SD Negeri VI

(20)

commit to user

Baturetno dalam pembelajaran sepak mula bawah, serta mampu memperbaiki proses pembelajaran pendidikan jasmani yang pada akhirnya mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang olahraga pada umumnya, di bidang penguasaan sepak mula bawah sepak takraw pada khususnya

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar sepak mula bawah sepak takraw pada siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

Untuk meningkatkan hasil belajar sepak mula bawah sepak takraw melalui pendekatan bermain pada siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu:

1. Bagi guru pendidikan jasmani SD Negeri VI Baturetno

Melalui PTK ini guru pendidikan jasmani dapat menerapkan metode/variasi pembelajaran yang menyenangkan, khususnya untuk meningkatkan minat dan partisipasi atlet dalam mengikuti serangkaian proses pembelajaran.

2. Bagi siswa kelas IV SD VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012

Dapat meningkatkan hasil belajar sepak mula dan sepak sila serta menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan serta meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran.

(21)

commit to user 3. Bagi SD Negeri VI Baturetno

Sebagai bahan masukan, saran, dan informasi serta dapat dijadikan pertimbangan terhadap sekolah, instansi, lembaga pendidikan, untuk mengembangkan model pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

(22)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan sebuah proses dari yang belum bisa menjadi bisa dari yang belum tahu menjadi lebih tahu, sehingga adanya pengalaman

dalam proses belajar. Pribadi (2009: 6) menyatakan “Belajar adalah suatu

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar mendapatkan kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. “Intinya pada proses

belajar dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi pribadi. Sehingga akan terjadi perubahan dalam hal pola piker dan tindakan karena pengalaman yang dimilikinya.

Pembelajaran berasal dari kata learning. Pembelajaran dimaknai proses, cara, perbuatan mempelajari sesuatu. Guru tidak hanya menyampaikan materi dan siswa sebagai penerima materi, akan tetapi guru

mengorganisir lingkungan belajar sehingga aktif untuk belajar. “Guru

memberi fasilitas belajar siswa dan siswa mempelajarainya, dalam hal ini pembelajaran berpusat pada siswa, pembelajaran adalah proses konstruktif

tidak hanya mekanis seperti pada pengajaran “(Suprijono, 2008: 11-13).

Ahli lain, Riyanto (2009: 131) menyatakan, “Pembelajaran adalah upaya

membelajarkan siswa untuk belajar”. Kegiatan pembelajaran akan

melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara yang efektif dan efisien. Sedangkan pengajaran dimaknai sebagai proses, cara mengajarkan atau menyampaikan materi. Sehingga kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru, guru menyampaikan materi pada siswa dan siswa menjadi penerima materi. Hal tersebut menjadi proses insruktif dalam belajar karena guru adalah orang yang paling mengetahui. Implikasi dari hal tersebut adalah siswa hanya menjadi duplikasi dari guru.

(23)

commit to user b. Hakekat Pembelajaran

Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun disini guru lebih berperan sebagai pengelola.

Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut Purwadarminta (1976), “pengajaran mempunyai arti cara

(perbuatan) mengajar atau mengajarkan” (H.J.Gino, Suwarni, Suripto,

Maryanto dan Sutijan, 1998:30). Hal ini juga dikemukakan Wina Sanjaya

bahwa, “mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari guru

kepada siswa”(2006: 74).

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling hubungan antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Kegiatan belajar merupakan masalah yang sangat kompleks dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Pada tahap baru mengenal substansi yang dipelajari, baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi sesuatu yang pada mulanya. Namun

(24)

commit to user

setelah guru berusaha untuk memusatkanya dan menangkap perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur-angsur berkurang. Oleh krena itu, guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencaan materi agar terjadi proses pembelajaran didalam maupun diluar kelas.

Dengan demikian proses belajar bisa terjadi di kelas, lingkungan sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi social kultural melalui media massa. Dalam konteks pendidikan non formal justru sebaliknya proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa dan lain sebagainya. Hanya Sebagian kecil saja pembelajaran terjadi dikelas dan lingkungan.

Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas. Ini berarti, proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode mengajar juga tidak mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar, metode, dan bahkan cara mengukur perubahan atau kemajuan yang dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, kegitan mengajar meliputi pengetahuan, menularkan sikap kecakapan atau ketrampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, ini sesuai dengan yang dikemukakan Nana Sudjana yaitu:

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan

(25)

commit to user

usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat kemampuan yakni:

1) Merencanakan program belajar mengajar.

2) Melaksnakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. 3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar.

4) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya (2005:19).

Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas merencanakan program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan pembelajaran dan menguasai materi atau bahan yang diajarkannya. Jika seorang guru memiliki kemampuan yang baik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil belajar dapat dicapai dengan baik, jika seorang guru mampu melaksanakan tugas diantaranya mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan. Husdarta dan Yudah M.Saputra bahwa:

”Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi dikelas dilapangan,ciri utamanya terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat didalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan.walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran”(2000: 4).

Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar, agar tujuan pengajran dapat tercapai. Hal yang terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu membelajarkan siswa manjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J.Gino dkk bahwa, “perubahan akibat belajar tidak hanya

(26)

commit to user

sikap, pengertian, penyesuaian diri, minat, penghargaan, pendeknya

mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”(1998: 51).

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Wina Sanjaya bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:

1) Berpusat pada siswa 2) Belajar dengan melakukan

3) Mengembangkan kemampuan sosial

4) Mengembangkan keingintauhan,imajinasi dan fitrah 5) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah 6) Mengembangkan kreatifitas siswa

7) Mengembangkan kemampuan ilmu danteknologi

8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik 9) Belajar sepanjang hayat (2006: 30)

Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

d. Hasil Belajar

Menurut Gagne dan Jenkins mengartikan bahwa, “hasil belajar

merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu” Hamzah Uno (2007:17). Sardiman A.M menerangkan bahwa, “proses belajar akan menghasilkan

hasil belajar” (2010 : 49). Hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh

komponen-komponen yang mendukung proses belajar dan aktivitas siwa sebagai subjek belajar. Adapun hasil pengajaran dikatakan betul-betul baik apabila memiliki cirri-ciri sebagai berikut : a) Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa, b) Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik (Sardiman A.M, 2010 : 50). Berdasar pendapat para ahli tersebut dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah hasil yang

(27)

commit to user

diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar, berupa penguasaan kemampuan atau keterampilan tertentu.

2. Pendidikan Jasmani

a. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetauhan dan penalaran penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spritual, dan sosial), serta pembiasaan hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Menurut Toho Cholik M

dan Rusli Lutan bahwa, “pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai

suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan

melalui gerakan fisik”(2001:2).

Menurut Samsudin, “pendidikan jasmani adalah suatu proses

pembelajaran melalui aktifitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan

dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi”

(2008: 2). Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam bermacam pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Dalam proses pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi dan prasarana dan sarana.

b. Hakekat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memberlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total

(28)

commit to user

dari pada hanya mengaggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

1) Landasan ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani

Secara ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani mendapat dukungan dari berbagai dukungan ilmu, dimana dari pandangan-pandangan dari setiap disiplin tersebut dapat dijadikan sebagai landasan bagi berlangsungnya program penjas disekolah-sekolah. Dibagian ini penulis akan menguraikan landasan ilmiah yaitu dari sudut pandang biologis. Sudut pandang psikologis, dan yang terakhir sudut pandang sosiologis. 2) Landasan psikologis pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani melibatkan interaksi antara guru dengan anak, serta anak dengan anak. Didalam adegan pembelajaran yang melibatkan interaksi tersebut, terletak suatu keharusan untuk saling mengakui dan menghargai keunikan masing-masing, termasuk kelebihan dan kelemahannya. Dan ini bukan hanya kelainan pada fisik, tetapi juga dalam kaitanya dengan perbedaan psikologis seperti kepribadian, karakter, pola fikir, serta tak kalah pentingnya dalam hal pengetahuan dan kepercayaan.

Program pendidikan jasmani yang baik tentu harus dilandasi oleh pemahaman guru terhadap karakteristik psikologis anak, dan yang paling penting dalam hal sumbangan apa yang dapat diberikan oleh program pendidikan jasmani terhadap perkembangan mental dan psikologis anak. 3) Landasan biologis pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani adalah disiplin yang berorientasi tubuh, disamping berorientasi pada disiplin mental dan sosial. Guru pendidikan jasmani karenanya harus memiliki penguasaan yang kokoh terhadap fungsi fiskal dari tubuh untuk memahami secara lebih baik pemanfaatanya dalam kegiatan pendidikan jasmani. Secara biologis, manusia dirancang untuk menjadi makhluk yang aktif. Meskipun perubahan zaman dan peradaban telah menyebabkan penurunan dalam

(29)

commit to user

jumlah aktivitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dasar yang berkaitan dengan kehidupan, sebenarnya tubuh manusia tidak berubah. Karenanya manusia harus tetap menyadari bahwa dalam hal kesehatan tubuhnya, dasar biologisnya menuntut dan mengakui pentingnya aktifitas fisik yang keras dalam hidupnya. Dalam hal inilah pendidikan jasmani yang baik disekolah dan dimasa-masa berikut dalam hidupnya dipandang amat penting dalam menjaga kemampuan biologis manusia.

4) Landasan sosiologis dalam pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi. Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas diantaranya adalah kepemimpinan, karakter moral, dan daya juang.

Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam kaitanya dengan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainya. Seorang guru penjas sesunguhnya seorag sosiologis yang perlu mengetauhi prinsip-prinsip sosiologi agar mampu memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui penjas.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Sebagai mata pelajaran yang menitikberatkan perhatian pada ranah jasmani dan psikomotor, tetapi tidak mengabaikan ranah kognitif dan afektif, pelajaran pendidikan jasmani mencakup materi (1) kesadaran akan tubuh dan gerakan, ketrampilan motorik dasar, (2) kebugaran jasmani, aktifitas jasmani, seperti permainan, gerakan ritmik dan tari, aquatic (bila memungkinkan, dan senam (3) aktifitas pengkondisian tubuh, modifikasi permainan dan olahraga, (4) olahraga perorangan, berpasangan, dan tim, (5)

(30)

commit to user

keterampilan hidup mandiri di alam terbuka,(6) dan gaya hidup aktif dan sportif.

“Materi pendidikan jasmani untuk TK sampai kelas 3 SD meliputi

kesadaran akan tubuh dan gerakan, kecakapan gerak dasar, gerakan ritmik, permainan, akuatik (olahraga di air, bila memungkinkan), senam, kebugaran jasmani dan pembentukan sikap dan perilaku. Materi Pembelajaran untuk kelas 4 sampai 6 SD adalah aktivitas pembentukan tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan hidup di alam bebas dan kecakapan hidup

personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku)”

(Kurikulum Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar, 2004: 4).

3. Permainan Sepak Takraw

Permainan sepak takraw secara internasional telah membentuk induk organisasi tingkat dunia sejak tahun 1992 yaitu International Sepak Taktaw Federation (ISTAF), perkembangan sepak takraw semakin pesat, tidak hanya Asia tapi hampir seluruh dunia mengembangkan olahraga ini, seperti Negara-negara Amerika, Eropa, maupun Australia.

Permainan sepak takraw dikenal sebagai salah satu cabang olahraga akrobatik, hal ini dapat dilihat dari beberapa teknik dasar yang memang membutuhkan keberanian untuk melakukannya agar gerak teknik tersebut dapat dilakukan dengan baik, indah, dan menarik, yang pada akhirnya mencapai prestasi gerak yang optimal. Pemainnya terdiri dari dua pihak yang berhadapan, masing-masing terdiri dari 3 (tiga) orang. Dalam permainan ini yang dipergunakan terutama kaki dan semua anggota badan kecuali tangan. Tujuan dari setiap pihak adalah mengembalikan bola sedemikian rupa sehingga dapat jatuh di lapangan lawan atau menyebabkan lawan membuat pelanggaran atau bermain salah. Sehingga diperlukan penguasaan teknik dasar yang baik. a. Sarana dan Prasarana

(31)

commit to user

a) Lapangan sepaktakraw seukuran dengan lapangan badminton; 13,40m x 6,10m

b) Takraw dapat dimainkan di dalam gedung dan juga dapat di luar gedung (apabila dimainkan didalam gedung maka tinggi loteng minimal 8 m dari lantai)

c) Keempat sisi lapangan ditandai dengan/cat atau lakban yang lebarnya 4 cm, diukur dari pinggir sebelah luar

(1) Area bebas : adalah minimal 3 meter dari garis luar lapangan harus bebas rintangan. (lihat gambar)

(2) Center Line : adalah garis tengah dengan lebar 2 cm

(3) Quarter Circle : adalah garis seperempat lingkaran dipojok garis tengah dengan radius 90 cm diukur dari garis sebelah dalam sbb: (4) The Service Circle : adalah lingkaran servis dengan radius 30cm

berada ditengah lapangan, jarak dari garis belakang 2,45 M dan jarak dari titik tengah garis lingkaran kegaris tengah (centre line) 4,25 m, jarak titik tengah lingkaran adalah 3,05 meter dari kiri dan kanan garis pinggir lapangan.

Gambar 1. Lapangan Sepak Takraw

(Ucup Yusup, Sudrajat Prawirasaputra, Lingling Usli W. 2004:16) 2) Tinggi tiang (sama dengan net)

a) Putra  Tinggi net 1,55 meter dipinggir dan minimal 1,52 meter ditengah

(32)

commit to user

b) Putri  Tinggi net 1,45 meter dipinggir dan minimal 1,42 meter ditengah

c) Kedudukan tiang 30 cm di luar garis pinggir 3) Net

a) Net terbuat dari tali/benang kuat atau nilon, dimana tiap lubangnya lebar 6-8 cm

b) Lebar net 70 cm dan panjang 6,10 meter 4) Bola Takraw

a) Terbuat dari plastik (sytetic fibre) dimana awalnya adalah terbuat dari rotan

b) Lingkaran 42-44 cm (putra) dan 43-45 cm (putri). c) Berat adalah 170-189 gr (putra) dan 150-160 gr (putri) 5) Pemain

a) Permainan inidimainkan oleh dua “regu” masing-masing regu terdiri dari 3 orang pemain, dan setiap regu dilengkapi dengan 1 (satu) pemain cadangan.

b) Satu dari 3 pemain di posisi belakang disebut Back atau “Tekong”

(yang melakukan Sepak mula)

c) Dua pemain berada didepan; yang sebelah kiri kita sebut “Apit Kiri”

sebelah kanan disebut “Apit Kanan”

b. Teknik-teknik Dasar Sepak Takraw

Keterampilan dasar dominan dalam sepak taktaw adalah sejumlah keterampilan dasar yang dipandang paling menentukan untuk mendukung pencapaian keberhasilan dalam memainkan teknik-teknik dasar sepak takraw. Dengan penguasaan yang baik dan benar maka prestasi dapat dicapai. Adapun teknik-teknik dasar sepak takraw antara lain :

1) Sepakan

Teknik sepakan merupakan teknik utama da yang paling banyak digunakan dalam permainan sepak takraw. Teknik sepakan pada permainan sepak takraw meliputi:

(33)

commit to user a) Sepak Mula

Sepak mula atau servis adalah teknik dasar sepakan yang dimaksud untuk memulai membuka suatu permainan atau pertandingan

b) Sepak Sila

Sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam gunanya untuk menerima dan menimang bola, mengumpan dan menyelamatkan serangan lawan.

c) Sepak Kuda (Sepak Kura)

Sepak kuda atau sepak kura adalah sepakan dengan menggunakan kura kaki atau dengan punggung kaki. Digunakan untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan, memainkan bola dengan usaha menyelamatkan bola dan mengambil bola yang rendah. d) Sepak Cungkil

Sepak cungkil adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki (jari kaki). Digunakan untuk mengambil bola yang jauh, rendah dan bola-bola yang liar pantulan dari bloking.

e) Sepak Tapak

Sepak tapak atau menapak adalah menyepak bola dengan menggunakan telapak kaki. Digunakan untuk : smash ke pihak lawan, menahan atau membloking smash dari pihak lawan dan menyelamatkan bola dekat net (jaring).

f) Sepak Simpuh

Sepak badek adalah menyepak bola dengan kaki bagian luar atau samping luar. Digunakan untuk menyelamatkan bola dari pihak lawan dan mengontrol bola dalam usaha penyelamatan.

2) Main Kepala (heading)

Main Kepala (heading) adalah memainkan bola dengan kepala. Digunakan untuk menerima bola pertama dari pihak lawan, meyelamatkan bola dari serangan lawan.

(34)

commit to user 3) Mendada

Mendada adalah memainkan bola dengan dada, digunakan untuk mengontrol bola untuk dapat dimainkan selanjutnya.

4) Memaha

Memaha adalah memainkan bola dengan paha dalam usaha mengontrol bola, digunakan untuk menahan, menerima dan menyelamatkan bola dari serangan lawan.

5) Membahu

Membahu adalah memainkan bola dengan bahu dalam usaha mempertahankan dari serangan pihak lawan yang mendadak, dimana pihak pertahanan dalam keadaan terdesak dan dalam posisi yang kurang baik.

6) Smesh

Smesh adalah pukulan bola yang keras dan tajam kea rah bidang lawan. Teknik smesh dengan kaki ada beberapa macam, yaitu : (1) Smesh gulung, (2) Smesh kedeng, (3) Smesh gunting.

7) Block

Block atau menahan adalah salah satu dari beberapa cara gerak kerja bertahan untuk menghalangi serangan dari lawan (Sulaiman, 2008: 15).

4. Sepak Mula (Servis) a. Pengertian Sepak Mula

Sepak mula atau servis adalah teknik dasar sepakan yang dimaksud untuk memulai membuka suatu permainan atau pertandingan. Sepak mula biasa dilakukan oleh pemain yang disebut tekong, yaitu pemain yang melakukan servis berada ditengah lapangan. Sepak mula dilakukan di daerah lingkaran (circle), dengan kaki tumpu harus berada didalam lingkaran tidak boleh menginjak garis lingkaran, sedangkan kaki pukul berada di luar lingkaran. Tekong berusaha memukul bola yang dilambungkan oleh pemain

(35)

commit to user

yang disebut apit kanan atau kiri, dan bola harus melewati atas net menyentuh net ataupun tidak dan masuk ke daerah permaianan lawan.

Sepak mula memang awalnya merupakan teknik dasar pembuka permainan atau pertandingan. Namun kini, pada permainan tingkat tinggi, sepak mula merupakan serangan pertama yang penting dalam memperoleh angka kemenangan dalam suatu pertandingan. Kesalahan atau kegagalan dalam melakukan sepak mula berarti hilangnya kesempatan bagi regu itu untuk mendapatkan angka. Tekong hendaknya dapat menbuat servis dan dapat mencari sasaran yang lemah dari lawan dan lawan sulit untuk menerima dan mengontrolnya. Teknik sepak mula (servis) ditinjau dari posisi kaki pukul terhadap bola dibagi menjadi dua cara yaitu, sepak mula bawah dan sepak mula atas.

1) Teknik Melakukan Sepak Mula (Servis) Bawah

a) Berdiri dengan salah satu kaki berada di dalam lingkaran sebagai kaki tumpu, kaki lainnya berada di samping belakang badan sebagai awalan. Kaki tumpu diusahakan menghadap kearah pelambung (apit),

b) Salah satu lengan menunjukan permintaan bola yang akan dilambungkan oleh apit sebagai pelambung,

Gambar 2. Ilustrasi Meminta Bola

(sumber : httpbjsm.bmj.comcontent3911825F1. 7 September 2011) c) Saat bola datang, kaki pukul diayun dari bawah ke atas

menyongsong bola. Perkenaan dengan bola, pada kaki bagian dalam dikencangkan,

(36)

commit to user

d) Bola ditendang saat ketinggian bola setinggi lutut, perkenaan bola pada kaki di kura-kura bagian dalam,

Gambar 3. Ilustrasi Saat Melakukan Sepak Mula Bawah (Sumber : http// suaramerdeka.comfoto_sport. 7 September 2011) e) Berusaha bola pukul melewati atas net,

f) Setelah melakukan sepakan, badan melakukan gerak lanjutan dengan melakukan gerak lanjutan mengikuti arah gerak sepakan dan mendarat dengan mengeper, gerakan lanjutan ini akan membuat penempatan bola dan control yang lebih baik.

2) Kesalahan Umum Dalam Melakukan Sepak Mula (Servis) Bawah

a) Kaki tumpu tidak dihadapkan ke pelambung, sehingga pada saat pukulan bola gerak lanjutannya terhambat (tidak anatomis),

b) Kaki pukul tidak dikeraskan pada pergelangan kaki, akibatnya pukulan kurang bertenaga, dan tidak dapat diarahkan sesuai harapan, c) Kaki tumpu atau kaki pukul menginjak garis, hal ini merupakan

kesalahan dalam peraturan permainan

5. Pendekatan Bermain

a. Pengertian Pendekatan Bermain

Mendefinisikan pendekatan bermain yang terlebih dahulu perlu dipahami pengertian masing-masing kalimat tersebut. Pendekatan diartikan,

“Sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu” (Depdikbud,

1995: 180). Sedangkan pengertian bermain menurut M. Furqon H.

(37)

commit to user

bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga menemukan sesuatu dari pengalaman bermain”(2006: 2).

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa, pendekatan bermain merupakan suatu cara yang dilakukan dalam pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan untuk mendatangkan kesenangan bagi orang yang melakukan. Hal ini sesuai hasil penelitian

Wahjoedi bahwa, “pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan

dalam bentuk atau situasi permainan”(1999: 121).

Berdasarkan pengertian pendekatan bermain yang dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan bermain merupakan bentuk latihan yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan atau belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikonsep dalam bentuk permainan.

Mempelajari suatu cabang olahraga yang dikonsep dalam bentuk permainan menuntut siswa/ atlet pemula untuk mandiri dan memecahkan permasalahan yang muncul dalam bentuk permainan. Dalam pendekatan bermain siswa/ atlet pemula dituntut mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang pelatih harus mampu mengatasinya. Dalam hal ini Rusli Lutan dan Adang Suherman

menyatakan “Manakala guru atau pelatih menyadari bahwa rendahnya kualitas

permainan disebabkan oleh kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut:

1) Guru dapat melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukan,

2) Guru dapat kembali pada tahap belajar yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi,

3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simple yang lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain (2000: 35-36).

(38)

commit to user

Memahami dan memberikan solusi yang tepat adalah sangat penting dalam pendekatan bermain, jika dalam pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai seperti yang diharapkan. Selam pembelajaran berlangsung seorang pelatih harus mencermati kegiatan sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama bermain harus dicermati dan dibenarkan, jika dibiarkan akan berakibat skill yang salah, sehingga tujuan tidak seperti yang diharapkan.

b. Permainan

Permainan adalah bagian dari bermain yang mempunyai metode atau cara tertentu sesuai situasi, dan memiliki peraturan-peraturan yang tidak boleh dilanggar. Dalam permainan terdapat semangat keberanian, ketangguhan dan kejujuran pemain. Menurut Rusli Lutan membagi permainan (games) menjadi 4 kategori utama:

1) Agon – permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua belah pihak dengan kesempatan yang sama untuk mencapai kemenangan sehingga dibutuhkan pekerjaan fisik yang keras.

2) Alea – pertandingan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan, atau hokum peluang seperti dadu, kartu, rolet, dan lain-lain. Sementara untuk kemampuan otot tidak diperlukan.

3) Mimikri – permainan fantasi yang memerlukan kebebasan, dan bukan kesungguhan.

4) Illinx – mencakup permainan yang mencerminkan untuk melampiaskan kebutuhan untuk bergerak, berpetualang, dan dinamis, lawan dari keadaan diam, seperti berolahraga di alam terbuka, mendaki gunung (2001: 33).

Dari berbagai pendapat diatas dimungkinkan peningkatan hasil belajar sepak mula bawah dengan pendekatan bermain sangat menarik minat siswa khususnya siswa SD untuk belajar teknik tersebut. Penggunaan metode pendekatan bermain akan menambah semangat siswa untuk mencoba gerakan yang diajarkan, karena menekankan pada permainan yang disukai anak-anak seusia SD. Sehingga dengan adanya perasaan senang

(39)

commit to user

untuk melakukan kegiatan bermain akan dapat meningkatkan hasil belajar sepak mula bawah.

c. Pembelajaran Sepak Mula Bawah Melalui Pendekatan Bermain

Pembelajaran sepak mula bawah melalui pendekatan bermain merupakan cara belajar teknik sepak mula bawah yang dalam pelaksanaannya dikonsep dalam bentuk permainan. Bentuk permainan yang dimaksud yaitu permainan menyepak atau menendang yang mengarah pada pengembangan teknik gerakan sepak mula. Ucup Yusup, Sudrajat

Prawirasaputra, dan Lingling Usli W, berpendapat, “bermain merupakan

fundasi dari didantik dan metodik untuk belajar sepak takraw”(2004: 49).

Pada pendekatan bermain ini siswa dapat bereksplorasi dan mengeksperimenkan tugas ajar yang diberikan oleh guru. Siswa saling berlomba, sehingga pendekatan bermain dapat mendatangkan kesenangan bagi siswa, hasrat geraknya dapat terpenuhi, dapat meningkatkan keberanian, menghargai diri sendiri dan teman bermainnya. Namun dalam pendekatan bermain menuntut kemandirian siswa dalam melaksanakan tugas ajar serta menuntut kemampuan untuk memecahkan masalah atau mengambil keputusan terhadap masalah yang muncul dalam permainan.

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yakni menggunakan kegiatan siswa sendiri secara efektif di dalam pembelajaran. Siswa diarahkan untuk melakukan latihan yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sedang dipelajari. Permasalahan umum dalam pembelajaran adalah kejenuhan/ kebosanan. Di sini siswa berperan sebagai objek pembelajaran, yang hanya mendengarkan dan mengaplikasikan apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, proses pembelajaran kurang mengoptimalkan penggunaan metode pendekatan yang efektif yang dapat memancing partisipasi siswa. Pendekatan yang efektif

(40)

commit to user

bagi siswa SD yaitu pendekatan bermain. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan atau belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikonsep dalam bentuk permainan. Termasuk teknik sepak mula bawah.

Dalam hal ini teknik sepak mula bawah yang dipelajari melalui bentuk permainan. Permainan yang telah dikonsep oleh guru bertujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mengembangkan kerjasama, mengembangkan skill, dan mengembangkan sikap kompetitif. Konsep permainan yang mengandung unsur menyepak dapat menggunakan alat atau tanpa alat yang mengarah pada pola gerak teknik dasar yang diharapkan. Melalui permainan yang telah dirancang memberikan keleluasaan siswa dan berusaha menguasai bentuk-bentuk permainan. Dengan penguasaan bentuk-bentuk permainan yang telah dirancang dapat meningkatkan hasil belajar sepak mula bawah.

Maksud dan tujuan pembelajaran sepak mula bawah melalui pendekatan bermain adalah untuk memenuhi hasrat gerak anak, dapat menimbulkan rasa senang dan gembira, meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Disamping itu juga, melalui permainan siswa dituntut memiliki inisiatif dan kreativitas untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sedang dipelajari. Dalam hal ini peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan masalah yang sesuai dengan materi pelajaran yang dirancang dalam bentuk permainan. Kemampuan dalam memahami konsep permainan, dapat meningkatkan penguasaan teknik sepak mula bawah yang benar. Dengan penguasaan teknik yang baik dan benar, maka hasil belajar akan meningkat.

Berdasarkan ciri-ciri dari pendekatan bermain tersebut menunjukkan bahwa, pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak. Pengaruh yang ditimbulkan dari pendekatan bermain bersifat menyeluruh baik fisik, teknik maupun social.

(41)

commit to user

Dengan demikian diduga pembelajaran sepak mula bawah melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar sepak sepak mula bawah.

Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Kondisi awal

Tindakan

Kondisi akhir

Guru kurang kreatif dan inovatif dalam mengajarkan sepak mula bawah dalam sepak takraw

peningkatan sepak mula bawah melalui pendekatan bermain

Melalui pendekatan bermain berhasil

meningkatkan hasil latihan sepak mula bawah dalam sepak takraw (atlet lebih bersemangat dan prestasi meningkat)

Siklus II : upaya perbaikan dari tindakan dari siklus I sehingga melalui pendekatan bermain berhasil untuk meningkatkan hasil balajar sepak mula bawah dalam sepak takraw

Siklus I: guru & peneliti menyusun bentuk

pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar sepak mula bawah dalam sepak takraw

- siswa kurang tertarik & cepat bosan dengan materi yang diberikan

- hasil belajar sepak mula dan sepak sila dalam sepak takraw masih rendah - pemahaman siswa rendah

(42)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar (SD) Negeri VI Baturetno, Wonogiri.

2. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dari bulan Desember 2011 sampai Juli 2012.

Tabel 1. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan

No Rancangan Kegiatan Tahun 2011/2012

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt

1 Persiapan a. Observasi b. Identifikasi Masalah c. Penentuan Tindakan d. Pengajuan Judul e. Penyusunan Proposal f. Pengajuan Ijin Penelitian  2 Pelaksanaan a. Seminar Proposal b. Pengumpulan data penelitian atau pelaksanaan tindakan   3 Penyusunan Laporan a. Penulisan Laporan

b. Ujian dan revisi Skripsi  

c. Penggandaan dan pengumpulan laporan

(43)

commit to user B. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 36 siswa, dengan rincian 19 siswa laki-laki dan 17 siswi perempuan.

C. Sumber Data

Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa, untuk mendapatkan data tentang peningkatan hasil belajar sepak mula bawah melalui pendekatan bermain pada siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Guru sebagai kolaborator, untuk melihat tingkat keberhasilan peningkatan hasil belajar sepak mula bawah melalui pendekatan bermain pada siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri atas tes dan observasi.

1. Tes : dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar keterampilan sepak mula bawah.

2. Observasi : dipergunakan sebagai teknik untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa selama mengikuti proses peningkatan hasil belajar sepak mula bawah melalui pendekatan bermain.

Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

(44)

commit to user Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Penelitian No Sumber

Data

Jenis Data Teknik

Pengumpulan

Instrument

1 Siswa Hasil belajar sepak mula bawah sepak taktaw

Psikomotor, Afektif, dan Kognitif

Tes sepak mula, skala sikap, soal tes (sesuai dengan rubrik

penilaian pada RPP) 2 Siswa Kemampuan melakukan

rangkaian gerakan sepak mula bawah melalui pendekatan bermain Praktik dan unjuk kerja Melalui lembar observasi (sesuai dengan rubrik

penilaian unjuk kerja praktik pada RPP)

E. Uji Validitas Data

Cara untuk mengembangkan validitas data penelitian. Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian. Triangulasi yang digunakan yaitu :

1. Triangulasi data : Data yang sama akan lebih mantap kebenaranya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.

2. Triangulasi sumber : Mengkroscekan data yang diperoleh dengan informan atau narasumber yang lain baik dari siswa atau pihak lain (kepala sekolah, rekan guru, orang tua/wali murid).

3. Triangulasi metode : Mengumpulkan data dengan metode yang berbeda agar hasilnya lebih valid (metode, observasi, tes) sehingga didapat hasil yang akurat mengenai subyek.

F. Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik presentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pelatihan.

(45)

commit to user

1. Hasil belajar sepak mula bawah dengan menganalisis nilai yang diperoleh siswa setiap aspeknya. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan.

2. Kemampuan melakukan rangkaian gerakan sepak mula bawah melalui pendekatan bermain dengan menganalisis rangkaian gerakannya. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi skor yang telah ditentukan.

G. Indikator Kinerja Penelitian

Prosentase indikator pencapaian keberhasilan penelitian disajikan pada table dibawah ini :

Tabel 3. Contoh Indikator Kinerja Penelitian. Aspek yang

diukur

Persentase target capaian

Cara mengukur Kondisi awal Siklus 1 Siklus 2 Kemampuan melakukan rangkaian gerakan sepak mula bawah melalui

pendekatan bermain

30% 60% 70% Diamati melalui

proses pembelajaran dan ujnuk kerja praktik sesuai dengan pedoman penilaian RPP

Hasil belajar sepak mula dan sepak sila

30% 60% 70% Diukur melalui

ketuntasan

pembelajaran siswa pada materi sepak mula bawah, hasil penjumlahan (aspek psikomotor, afektif, dan kognitif)

H. Prosedur Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Langkah – langkah PTK secara prosedurnya dilaksanakan secara partisipatif atau kolaboratif antara (guru dengan tim lainya) bekerja sama, mulai dari tahap orientasi hingga penyusunan rencana tindakan dalam siklus pertama, diskusi yang bersifat analitik, kemudian

(46)

commit to user

dilanjutkan dengan refleksi – evaluatif atas kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama, untuk kemudian mempersiapkan rencana modifikasi, koreksi, atau pembetulan, dan penyempurnaan pada siklus berikutnya.

Siklus I

Siklus II

Gambar 5. Alur Tahapan Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas

Dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan, pelak-sanaan, pengamatan, dan refleksi. Penjelasan mengenai alur penelitian tindakan tersebut dipaparkan memalui penjelasan sebagai berikut :

1. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan guru ketika akan memulai tindakannya tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian itu dilakukan.

2. Pelaksanaan adalah implementasi dari rencana yang sudah dibuat. 3. Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau

yang dilakukan oleh guru dan siswa

Untuk memperoleh hasil penelitian tindakan seperti yang diharapkan, prosedur penelitian secara keseluruhan meliputi tahap–tahap sebagai berikut: 1. Tahap persiapan survei awal

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengobservasi sekolah atau kelas yang akan dijadikan sebagai tempat Penelitian Tindakan Kelas. Tahap

Perencanaan Refleksi Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi Pelaksanaan Pengamatan

(47)

commit to user

seleksi informan, penyiapan instrumen, dan alat. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, adalah :

a. Menentukan subjek penelitian

b. Menyiapkan metode dan instrument penelitian serta evaluasi 2. Tahap Pengumpulan Data dan Tindakan

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data tentang : a. Hasil belajar keterampilan sepak mula bawah.

b. Kemampuan siswa terhadap proses pembelajaran c. Modifikasi alat

d. Pelaksanaan pembelajaran e. Partisipasi dan keaktifan siswa. 3. Tahap analisis data

Dalam tahap ini analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik analisis tersebut dilakukan karena data yang terkumpul berupa uraian deskrptif tentang perkembangan belajar tentang sepak mula bawah. Serta hasil test kemampuan siswa yang dideskriptifkan melalui hasil kualitatif.

4. Tahap penyusunan laporan

Pada tahap ini disusun laporan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dari mulai awal survei hingga menganalisis data yang dilakukan dalam penelitian. 5. Deskripsi tiap siklus

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar sepak mula bawah melalui pendekatan bermain pada siswa kelas IV SD Negeri VI Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012. Setiap tindakan upaya pencapaian tujuan tersebut dirancang dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interprestasi; (4) analisis dan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Penelitian direncanakan dalam 2 siklus :

(48)

commit to user 1. Rancangan Siklus I a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan pelatih menyusun skenario pembelajaran yang terdiri dari :

1) Membuat rencana pembelajaran dengan mengacu pada tindakan (treatment) yang diterapkan dalam PTK, yaitu keterampilan sepak mula bawah.

2) Menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus PTK, yaitu penilaian sepak mula bawah.

3) Menyiapkan media yang diperlukan untuk membantu pembelajaran. 4) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan melaksanakan sekenario pembelajaran yang telah direncanakan, sebagai berikut :

1) Menjelaskan kegiatan pembelajaran secara umum 2) Melakukan pemanasan.

3) Melakukan keterampilan sepak mula bawah melalui pendekatan bermain. 4) Melakukan diskusa dan evaluasi

5) Penilaian yang dilaksanakan selama pembelajaran berlansung. 6) Melaksanakan penenangan / pendinginan.

c. Pengamatan Tindakan

Pengamatan dilakukan terhadap: (1) Hasil keterampilan sepak mula bawah (2) Kemampuan melakukan rangkaian gerakan teknik sepak mula bawah melalui pendekatan bermain (3) aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Evaluasi ( Refleksi )

Refleksi merupakan uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil penelitian dan refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilaksanakan serta kriteria dan rencana bagi siklus tindakan berikutnya.

(49)

commit to user 2. Rancangan Siklus II

Pada rancangan siklus II tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tingkatan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan jasmani. Demikian juga termasuk perwujudan tahap pelaksanaan, observasi dan refleksi yang juga mengacu pada siklus sebelumnya.

(50)

commit to user BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Kondisi awal penelitian diukur dari observasi dan tes unjuk kerja. Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa (afektif) dan pemahaman konsep (koqnitif) dalam pembelajaran sepak mula bawah sedangkan tes unjuk kerja (psikomotor) digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar kemampuan siswa dalam melakukan sepak mula bawah, sebelum diberi tindakan berupa penerapan pembelajaran bermain dalam proses belajar mengajar yang berlangsung.

Hasil observasi merupakan hasil belajar sepak mula bawah siswa yang diperoleh melalui lembar observasi yang meliputi ranah afektif yang diperoleh melalui pengamatan aktivitas siswa saat pembelajaran dan ranah koqnitif yang diperoleh dari tes obyektif, serta ranah psikomotor yang diperoleh melalui tes unjuk kerja. Untuk ranah afektif nilai maksimal 30, ranah koqnitif nilai maksimal 20 dan ranah psikomotor nilai maksimal sebesar 50 (nilai proses 25 dan nilai hasil 25) sehingga keseluruhan nilainya 100.

Berikut merupakan hasil observasi pada kondisi awal terhadap siswa kelas IV SD Negeri Batuetno VI tahun ajaran 2011/2012, sebelum diberi tindakan berupa penerapan pembelajaran pendekatan bermain dalam kegiatan belajar mengajar (pra siklus), dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa (Afektif) Dalam Pembelajaran Sepak Mula Bawah Sepak Takraw Sebelum Mendapat Pembelajaran Pendekatan Bermain.

Aktivitas siswa yang dinilai terdiri dari sikap kerja sama semangat, percaya diri dan menghargai lawan. Kondisi awal aktivitas siswa kelas IV SD Negeri Batuetno VI Tahun Ajaran 2011/2012 sebelum diberi tindakan penerapan pembelajaran pendekatan bermain.

(51)

commit to user

2. Pemahaman Konsep (Koqnitif) Sepak Mula Bawah Sepak Takraw Sebelum Mendapat Penerapan Pembelajaran Pendekatan Bermain.

Pemahaman konsep merupakan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Untuk nilai pemahaman konsep diambil melalui lembar observasi berupa pertanyaan mengenai materi sepak mula bawah. 3. Penguasaan Kemampuan Sepak Mula Bawah Sepak Takraw (Psikomotor)

Sebelum Mendapat Penerapan Pembalajaran Pendekatan Bermain.

Penguasaan kemampuan sepak mula bawah sepak takraw (Psikomotor) terdiri dari proses dan hasil. Untuk nilai proses yaitu kemampuan melakukan gerak dasar sepak mula bawah sepak takraw dan untuk nilai sepak mula bawah sepak takraw diketahui dari hasil sepakan. 4. Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sepak Mula Bawah Sepak

Takraw Sebelum Mendapat Tindakan Dengan Penerapan Pembelajaran Pendekatan Bermain.

Hasil belajar sepak mula bawah sepak takraw merupakan gabungan dari ranah afektif, koqnitif dan psikomotor. Kondisi awal kemampuan gerak dasar siswa dalam pembelajaran sepak mula bawah sepak takraw kelas IV SD Negeri Batuetno VI Tahun Ajaran 2011/2012 sebelum diberikan tindakan dengan penerapan pembelajaran pendekatan bermain disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Sepak Takraw Sebelum Mendapatkan Tindakan Dengan Penerapan Pembelajaran Pendekatan Bermain.

Penilaian Kondisi Awal Kriteria

Prosentase Jumlah Anak Hasil Belajar Sepak Mula

Bawah Sepak Takraw

30,56% 11 Tuntas

69,44% 25 BT

Keterangan : Data terdapat dalam lampiran ; BT = Belum Tuntas

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan garak dasar siswa belum maksimal, karena hanya 11 siswa yang tuntas atau 30,56% yang tuntas dari jumlah 36 siswa (Sesuai dengan KKM sekolah yaitu 75). Sehubungan dengan hal tersebut, maka disusun sebuah

Gambar

Tabel Halaman
Gambar 1. Lapangan Sepak Takraw
Gambar 2. Ilustrasi Meminta Bola
Gambar 3. Ilustrasi Saat Melakukan Sepak Mula Bawah (Sumber : http// suaramerdeka.comfoto_sport
+7

Referensi

Dokumen terkait

bermaksud membuat proyek akhir ini dengan judul ” JARINGAN KOMPUTER BERBASIS CLIENT SERVER DI LABORATORIUM KOMPUTER SMP NEGERI 2 PULOKULON ”.. 1.2

Seringkali, para siswa menjelaskan gagasan- gagasan yang sulit satu sama lain dengan menerjemahkan bahasa yang dipergunakan guru ke dalam bahasa anak-anak (Slavin, 2005:

Pada hasil pengamatan untuk jumlah hari perawatan yang diketahui dari.. laporan statistik rawat inap mengalami perbedaan jumlah

Pada hari ini R a b u tanggal Enam belas bulan September tahun Dua ribu lima belas, kami selaku Kelompok Kerja Badan Layanan Pengadaan (BLP) Pekerjaan Konstruksi pada Dinas

Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Sekretariat DPRD Kabupaten Jepara akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa

FAKTOR – FAKTOR DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA MENGAJAR GURU BAHASA ARAB MADRASAH IBTIDAIYAH DI PROVINSI BANTEN1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

a) Agregat kasar, yaitu batuan yang tertahan saringan No. Agregat kasar dalam campuran beraspal panas untuk mengembangkan volume mortar dengan demikian membuat campuran lebih

Menurut Neugebaeur (dalam Fendt, 1999), PTSD adalah stress yang cukup berat terjadi setelah suatu peristiwa yang menakutkan seperti perang, bencana alam, pemerkosaan, kebakaran