• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kapsul

Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air. Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin. Tergantung pada formulasinya kapsul dapat berupa kapsul gelatin lunak atau keras. Bagaimana pun, gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair (Ansel, 2005).

Selain mempunyai kelebihan-kelebihan seperti keindahan, kemudahan pemakaian dan kemudahan dibawa, kapsul telah menjadi bentuk takaran obat yang popular karena memberikan penyalutan obat yang halus, licin, mudah ditelan dan tidak memiliki rasa, terutama menguntungkan untuk obat-obat yang mempunyai rasa dan bau yang tidak enak. Kapsul secara ekonomis diproduksi dalam jumlah besar dengan aneka warna, dan biasanya memudahkan penyiapan obat didalamnya, karena hanya sedikit bahan pengisi dan tekanan yang diperlukan untuk pemampatan bahan, seperti pada tablet (Lachman, dkk., 1994).

Biasanya kapsul tidak digunakan untuk bahan-bahan yang sangat mudah larut seperti kalium bromide, kalium klorida, atau ammonium klorida, karena kelarutan mendadak senyawa-senyawa seperti itu didalam lambung dapat mengakibatkan konsentrasi yang menimbulkan iritasi. Kapsul tidak boleh digunakan untuk bahan-bahan yang sangat mudah mencair dan sangat mudah menguap. Bahan yang mudah mencair dapat memperlunak kapsul, sedangkan

(2)

yang mudah menguap akan mengeringkan kapsul dan menyebabkan kerapuhan (Lachman, dkk., 1994).

Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien ( Ditjen POM, 1995).

Gambar 1. Kapsul gelatin keras standar (Stegeman, 2002)

Kapsul gelatin keras dibuat melalui suatu proses dengan cara mencelupkan pin kedalam larutan gelatin kemudian lapisan gelatin dikeringkan, dirapikan dan dilepaskan dari pin tersebut, kemudian bagian induk dan tutup dilekatkan. Kedua bagian saling menutupi bila dipertemukan, bagian tutup akan menyelubungi bagian tubuh dengan secara tepat dan ketat seperti terlihat pada gambar 1. Digunakan cetakan terpisah untuk bagian tutup dan induk kapsul dan kedua bagian ini dibuat secara terpisah. Kapsul gelatin keras yang diisi dipabrik dapat ditutup secara sempurna dengan cara dilekatkan, suatu proses dimana lapisan gelatin dioleskan satu kali atau lebih diseluruh bagian pelekatan bagian tutup dan induk; atau dengan proses pelekatan menggunakan cairan, yaitu kapsul yang telah diisi dibasahi dengan campuran air-alkohol yang akan merembes kedalam rongga bagian kapsul tutup dan induk yang saling tumpang tindih, kemudian dikeringkan.

(3)

(Ditjen POM, 1995). Pengaturan yang teliti pada kondisi pengeringan adalah penting untuk mendapatkan kualitas maksimum yang dihasilkan. Kekentalan larutan, kecepatan dan waktu pencelupan akan menentukan ketebalan kapsul yang dihasilkan (Lachman, dkk., 1994).

Pewarnaan kapsul sudah digunakan oleh pabrik terutama untuk memberikan penampilan khusus terhadap sebuah produk. Titanium dioksida ditambahkan kedalam gelatin untuk untuk menghasilkan kapsul yang berwarna putih atau untuk membuatnya menjadi opak. Pada penambahan warna yang berbeda, banyak kapsul dipasaran diberikan identifikasi selanjutnya ditandai, mungkin dengan nama perusahaan, sebuah simbol dibagian luar cangkang kapsul (Gennaro, 2000).

Kapsul biasanya dikehendaki secepat mungkin larut didalam lambung dan melepaskan isinya, tetapi untuk tujuan tertentu kapsul dirancang untuk melewati lambung masuk kedalam usus sebelum larut. Produk seperti itu dikenal dalam berbagai istilah, termasuk gastric-resistant, entero-soluble dan enteric. Pertama kali diusulkan diproduksi pada tahun 1840-an sebagai metode pemberian terhadap obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung (Podczeck,et al., 2004)

Sebelumnya telah digunakan lemak dan lilin untuk melapisi sediaan obat ataupun dengan menggunakan bahan-bahan yang kurang dicerna untuk mencoba mencegah hancurnya sediaan obat didalam lambung. Penggunaan lapisan keratin pada pil yang tidak larut dalam cairan asam lambung tetapi larut dalam cairan alkali di usus juga pernah diuji (Podczeck,et al., 2004).

Pengerasan kapsul akan meningkatkan waktu larut sehingga kapsul melewati lambung sebelum larut. Dalam hal ini cangkang kapsul alginat

(4)

merupakan cangkang kapsul yang dibuat keras dan tidak larut didalam lambung, tetapi melarut didalam usus sebelum melepaskan isinya.

2.2. Alginat

Asam alginat adalah kopolimer biner yang terdiri dari residu β-D-mannuronat (M) dan α-L-asam guluronat (G) yang tersusun dalam blok-blok yang membentuk rantai linear (Grasdalen, dkk., 1979). Kedua unit tersebut berikatan pada atom C1 dan C4 dengan susunan homopolimer dari masing-masing residu (MM dan GG) dan suatu blok heteropolimer dari dua residu (MG) (Thom, dkk., 1982; Son, dkk., 2003).

Gambar 2. Struktur alginat (Chaplin, 2009) Asam alginat dan garam kalsiumnya tidak larut dalam air, sebaliknya

garam natrium, kalium dan ammonium alginat larut air. Sediaan alginat tidak dapat bercampur dengan alkohol, balsam, ter dan asam salisilat. Penambahan asam (fosfat, karbonat) tergantung konsentrasi ionnya menyebabkan penurunan viskositas. Ion-ion kalsium (kalsium sitrat) memiliki efek gelasi. Peningkatan viskositas ini disebabkan oleh terbentuknya jembatan kalsium antara masing-masing rantai polimanuronat. Oleh karena itu untuk menghemat alginat pada pembuatan gel, ditambahkan garam kalsium dimana sebagian alginat terlarut berubah menjadi kalsium alginat. Untuk kepentingan farmasetik digunakan

(5)

natrium alginat, dimana larutannya dalam air bereaksi netral sampai asam lemah. Sediaan alginat paling stabil pada daerah pH 6-7, pada pH 4,5 asam bebasnya akan mengendap. Pemanasan yang kuat dan lama, terutama > 70oC dihindari, karena akan mengalami kehilangan viskositas akibat terjadinya polimerisasi. Sediaan disimpan dingin dan dilindungi dari cahaya dalam wadah tertutup baik(Voight, 1995).

Alginat juga digunakan sebagai peningkat viskositas dalam pembuatan emulsi dan suspensi, serta juga sebagai cairan penggranul dan bahan penghancur pada pembuatan tablet (Voight, 1995).

2.3. Gel

Gel adalah sistem padat atau setengah padat paling sedikit dari dua konstituen yang terdiri dari massa seperti pagar yang rapat dan diselusupi oleh cairan. Jika matriks yang saling melekat kaya akan cairan, maka produk ini sering disebut jelly. Jika cairannya hilang dan hanya tinggal kerangkanya saja, gel ini dikenal xerogel.

Gel bisa digolongkan baik dalam sistem dua fase atau dalam sistem satu fase. Massa gel dapat terdiri dari gumpalan (flokulat) partikel-partikel kecil dan bukan molekul-molekul besar. Struktur gel dalam sistem dua fase ini tidak selalu stabil. Gel-gel tersebut mungkin tiksotropik yang membentuk massa setengah padat pada pendiaman dan menjadi cairan jika dikocok.

Sebaliknya, suatu gel mungkin terdiri dari makromolekul-makromolekul yang berupa jalinan/ anyaman benag-benang. Unit-unit tersebut seringkali terikat bersama-sama dengan gaya van der walls yang lebih kuat sehingga membentuk daerah kristal dan daerah amorf diseluruh sistem tersebut. Gel seperti ini dianggap

(6)

sebagai sistem satu fase, karena tidak ada batas-batas yang jelas antara makromolekul terdispers dan cairan.

Gel dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni : gel anorganik dan gel

organik. Gel anorganik umumnya merupakan sistem dua fase, sedangkan gel

organik merupakan sistem satu fase, karena matriks padat dilarutkan dalam cairan membentuk suatu campuran gelatin yang homogen.

Gel dapat mengandung air dan disebut hidrogel. Basis dari golongan ini termasuk bahan-bahan yang dapat didispersikan secara koloidal atau larut dalam air. Golongan tersebut terdiri dari koloida hidrofilik seperti silika, bentonit, pektin, natrium alginat, metil sellulosa dan hidrogel alumina yang pada konsentrasi tinggi membentuk gel-gel semisolid. Natrium alginat telah digunakan untuk memproduksi gel-gel yang dapat digunakan sebagai dasar salep (Martin, et al., 1993).

2.4. Viskositas

Viskositas adalah suatu sifat dari cairan yang lebih bertahan untuk mengalir. Viskositas dapat dianggap sebagai suatu sifat yang relatif dengan air sebagai bahan rujukan dan semua viskositas dinyatakan dalam istilah-istilah viskositas air murni pada suhu 200C. Viskositas air dianggap satu centipoise (sebenarnya 1,008 centipoise). Suatu bahan cair yang 10 kali kental (viscous) dengan suhu yang sama viskositasnya sama dengan 10 centipoise. Singkatan

centipoise cp (dan jamaknya cps) merupakan istilah yang lebih sesuai daripada

unit dasar, satu poise, sama dengan 100 centipoise (Ansel, 2005). Makin kental suatu cairan, makin besar kekuatan yang diperlukan agar cairan tersebut mengalir dengan laju tertentu (Martin, et al., 1993).

(7)

2.5. Pewarnaan

Alasan utama pewarnaan farmasi adalah untuk memberikan efek estetika, kemudahan identifikasi dan mempunyai efek psikologi terhadap pasien. Suatu bahan pewarna tidak boleh toksik, telah diterima diseluruh dunia dalam jangka waktu yang lama, mempunyai nilai warna yang tinggi dan stabil selama pembuatan dan penyimpanan kapsul. Bahan pewarna juga digunakan untuk meningkatkan stabilitas produk karena sifatnya yang mampu menahan cahaya untuk melindungi bahan-bahan tidak tahan terhadap cahaya yang diisikan kedalam kapsul (Podczeck,et al., 2004).

Efek estetika

Suatu bahan harus memiliki penampilan yang konstan supaya dapat diterima. Penambahan pewarna efektif dalam menutupi variasi warna bahan yang dikandungnya dan meningkatkan kepercayaan konsumen akan stabilitas dan kualitasnya (Podczeck,et al., 2004).

Identifikasi produk

Pewarnaan adalah metode terbaik dan paling sederhana untuk mengidentifikasi produk dengan cepat. Pewarnaan berperan penting dalam CPOB yang memungkinkan membedakan produk selama pembuatan dan distribusi sampai ketika pasien meminum obat (Podczeck,et al., 2004).

Efek psikologi terhadap pasien

Warna kapsul dapat mempengaruhi persepsi pasien mengenai produk yang akan diberikan kepadanya. Warna-warna tertentu memiliki potensi keterikatan yang signifikan dalam ingatan pasien, sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien (Podczeck,et al., 2004).

(8)

Proteksi terhadap cahaya

Warna kapsul mengatur jumlah cahaya yang melewati dinding cangkang kapsul. Stabilitas bahan yang tidak stabil terhadap cahaya dapat ditingkatkan dengan menggunakan warna kapsul yang tepat. Kebanyakan kapsul mengandung titanium dioksida sebagai bahan pengopak dan hal ini secara signifikan mengurangi jumlah cahaya yang melewati dinding kapsul (Podczeck,et al., 2004).

Kebanyakan zat warna berasal dari hewan, tanaman, atau sumber mineral. Zat warna pilihan adalah lake atau pigmen anorganik. Zat warna ini tidak bermigrasi karena tidak larut. Zat warna yang bermigrasi akan menghasilkan warna yang tidak rata. Lake yang diizinkan untuk makanan, obat-obatan, dan kosmetika hanyalah lake aluminium (Agoes, 2008). Zat warna ini merupakan gabungan dari zat warna (dye) dengan radikal basa (Al atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina atau Al(OH)3 (Winarno, 1997). Pigmen anongarnik pada saat ini

dihasilkan secara sintetik, seperti titan dioksida sintetik, besi oksida sintetik, dan seng oksida. Sistem pigmen ini menghasilkan warna lebih cemerlang. Pigmen yang akan digunakan untuk pewarnaan terlebih dahulu harus dipredispersikan sebelum dicampurkan pada produk akhir.

Karena zat warna umumnya berada dalam konsentrasi kecil/ rendah, zat warna ini harus terlebih dahulu dilarutkan dalam sejumlah kecil pelarut sebelum dicampurkan dengan sediaan yang dibuat. Hal ini akan menjamin semua zat warna berada dalam keadaan terlarut sebelum proses selanjutnya (Agoes, 2008).

2.6. Titanium Dioksida

Titanium dioksida berwarna putih dan dapat menyebabkan warna menjadi opak. Titanium dioksida telah banyak digunakan dalam industri manisan

(9)

(permen), makanan, kosmetik, plastik dan dalam bidang farmasi untuk pembuatan sediaan oral dan topikal sebagai pigmen pemutih. Karena indeks bias yang tinggi, titanium dioksida mempunyai sifat yang dapat menghamburkan cahaya dalam penggunaannya sebagai pigmen pemutih atau pengopak (Rowe, R.C., et all, 2003).

Titanium dioksida merupakan senyawa yang tidak mengiritasi dan tidak bersifat toksik. Penelitian yang dilakukan terhadap beberapa spesies hewan, termasuk manusia, menunjukkan tidak terjadi penyerapan yang signifikan terhadap konsumsi titanium dioksida dan juga tidak tersimpan didalam jaringan (Rowe, R.C., et al, 2003; FAO, 1969).

Penggunaan titanium dioksida diijinkan sejak tahun 1966 dengan batas 1% dari berat badan (Winarno, 1997). Peraturan di Amerika Serikat mengesahkan penggunaannya secara umum sebagai warna aditif tidak lebih dari 1 %. Uni Eropa juga mengizinkan penggunannya dalam makanan. India membatasi penggunaannya dalam permen karet tidak lebih dari 1 % dan untuk minuman mengandung buah tidak melebihi 100 mg/kg. Sedangkan di Jepang digunakan tanpa batasan dalam makanan (Rao, 2006).

Dalam bidang farmasi, titanium dioksida digunakan sebagai zat pemutih dalam suspensi salut film, tablet salut gula dan kapsul gelatin. Titanium dioksida dapat juga dicampurkan dengan zat warna yang lain.

Titanium dioksida sangat stabil pada temperatur tinggi, berwarna putih,amorf, tidak berasa dan tidak higroskopis. Tidak larut dalam H2SO4 encer, HCL, HNO3

pelarut-pelarut organik dan air, tetapi larut dalam asam hidrofluoric dan H2SO4

(10)

2.7 Interaksi Air dengan Padatan

Dalam sebuah molekul air dua buah atom hidrogen berikatan dengan sebuah atom oksigen melalui dua ikatan kovalen. Sedangkan penggabungan molekul-molekul air terjadi melalui ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen jauh lebih lemah daripada ikatan kovalen. Air mempunyai tendensi untuk mengadakan ikatan hidrogen dengan gugus polar fungsional misalnya gugus hidroksil dari gula, alkohol dan gugus karbonil oksigen dari aldehid dan keton (Winarno, 1997; Sudarmadji, 1989).

Di dalam suatu bahan air terdapat dalam bentuk :

(1) Air Bebas, yaitu air yang berada di permukaan benda padat dan sifatnya mudah diuapkan,

(2) Air Terikat, yaitu air yang terikat secara fisik (menurut sistem kapiler atau air absorpsi karena adanya tenaga penyerapan), dan

(3) Air terikat secara kimia (air yang berada dalam bahan dalam bentuk air kristal dan air yang terikat dalam sistem dispersi koloid) (Supriyono, 2003).

(a) (b) (c)

Gambar 3. Jenis Air pada suatu Bahan (Supriyono, 2003) (a) Air Bebas, (b) Air Terikat secara Fisik, (c) Air Terikat secara Kimia

Uap air yang diadsorpsi pada permukaan disebut adsorbat, sedangkan zat padat yang mengadsorpsi uap air tersebut disebut adsorbent. Kecenderungan adsorpsi pada permukaan zat padat sangat tergantung pada tekanan uap air, temperatur dan perbedaan energi pengikatan interfacial. Proses adsorpsi terjadi

(11)

antara molekul air dengan bagian hidrofilik permukaan zat padat melalui ikatan hidrogen ( Airaksinen, 2005).

Molekul air pertama-tama diadsorpsi pada permukaan bahan kering membentuk suatu lapisan monomolekular, yang dipengaruhi oleh tenaga pengikatan pada permukaan dan difusi. Ketika tenaga difusi melebihi tenaga pengikatan, molekul air mulai memasuki permukaan dan uap air dipindahkan ke dalam bahan. Jadi, uap air dapat diadsorpsi sebagai suatu lapisan tunggal atau multilapisan atau sebagai uap air yang terkondensasi ( Airaksinen, 2005).

Kapsul kosong mengandung air yang berfungsi sebagai pemlastis dan juga diperlukan untuk menjaga fleksibilitas dan kekuatan cangkang. Jika kadar air turun jauh, maka kapsul akan menjadi getas. Jika terlalu tinggi, maka akan melunak (Agoes, 2008)

2.8 Penentuan Kadar Air

Kandungan air menentukan aceeptability, kesegaran, dan daya tahan suatu bahan. Kandungan air dari suatu bahan tidak dapat ditentukan dari keadaan fisik bahan tersebut (Winarno, 1997).

Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven (Thermogravimetri) pada suhu 105oC-110oC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan (Winarno, 1997). Cara ini relatif mudah dan murah. Kelemahan cara ini (Sudarmadji, 1989) adalah :

 bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain.

(12)

 dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lainnya. Contoh gula mengalami karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya.

 bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.

Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan ternyata lebih bersifat higroskopis daripada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan selalu ditempatkan dalam ruang tertutup yang kering misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi zat penyerap air. Penyerap air/ uap air ini dapat menggunakan kapur aktif; asam sulfat; silika gel; alluminium oksida; kalium klorida; kalium hidroksida; kalium sulfat; atau barium oksida.

Silika gel yang digunakan sering diberi warna untuk memudahkan mengetahui bahan tersebut sudah atau belum jenuh dengan air. Bila sudah jenuh akan berwarna merah muda dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru.

2.9 Sifat Fisik Cangkang Kapsul 2.9.1 Warna

Warna merupakan hal penting dari semua produk. Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya (Winarno, 1997).

Temperatur dan kadar uap air yang relatif tinggi selama proses pengolahan dan penyimpanan yang berkepanjangan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya reaksi pengcoklatan (Labuza, dkk., 1972).

(13)

Pada umumnya reaksi pengcoklatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses pencoklatan yang enzimatik dan yang nonenzimatik.

Pencoklatan enzimatik terjadi dalam buah-buahan yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Ada banyak senyawa yang dapat berindak sebagai substrat dalam proses pencoklatan enzimatik. Disamping katekin, turunannya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin dapat menjadi substrat proses pencoklatan.

Proses pencoklatan enzimatik memerlukan adanya enzim fenol oksidase dan oksigen yang harus berhubungan dengan bahan tersebut.

Reaksi pencoklatan yang nonenzimatik belum diketahui atau dimengerti penuh. tetapi pada umumnya ada tiga macam reaksi pencoklatan nonenzimatik yaitu karamelisasi, reaksi maillard, dan pencoklatan akibat vitamin C (Winarno, 1997).

Reaksi-reaksi antar karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer, disebut rekasi-reaksi Maillard. gugus amina primer biasanya terdapat pada bahan awal sebagai asam amino (Winarno, 1997). Perubahan warna yang terjadi bisa dari kuning lemah sampai coklat gelap. Banyak faktor yang mempengaruhi reaksi Maillard, seperti temperatur, aktivitas air, pH, kadar uap air dan komposisi kimia suatu bahan (Morales, dkk., 1998).

Ogura, dkk. (1998) telah meneliti pengaruh penyimpanan cangkang kapsul gelatin dan cangkang kapsul HPMC. Cangkang kapsul gelatin yang diisi dan dibungkus disimpan selama 2 bulan dalam botol polietilen tanpa desikan pada suhu 400C/RH 75% menunjukkan perubahan warna menjadi coklat, sedangkan kapsul HPMC dengan perlakuan yang sama tidak mengalami perubahan warna.

(14)

Menurut Honkanen (2004) hal ini menandakan bahwa perubahan warna yang terjadi merupakan reaksi antara asam askorbat dengan cangkang kapsul gelatin.

2.9.2 Permeasi Uap Air

Banyak makanan dan bahan farmasetik yang sensitif terhadap uap air, sehingga perlu mengontrol laju permeasi uap air dari lingkungan untuk mendapatkan kualitas, keamanan dan waktu edar yang dikehendaki. Ada berbagai teknik untuk mengukur laju permeasi uap air, mulai dari teknik gravimetri yang mengukur penambahan atau pengurangan uap air melalui berat kalsium klorida anhidrat, sampai teknik yang menggunakan instrumen yang sangat rumit yang dirancang untuk mengukur laju permeasi uap air. Banyak metode standar yang digunakan dalam industri, seperti ISO,ASTM, BS, DIN, dll untuk mengukur laju permeasi uap air.

Kondisi selama pengukuran sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Temperatur dan kelembaban selama pengukuran harus dicatat, karena tidak dapat membandingkan dua hasil yang diperoleh jika kondisi tersebut tidak diketahui. Satuan laju permeasi uap air yang paling banyak dipakai adalah g/m2/hari.Laju permeasi uap air dapat sangat rendah, seperti pada aluminium foil (0,001 g/m2/hari) maupun sangat tinggi seperti pada kain ( dapat mencapai beberapa ribu g/m2/hari) (Anonim, 2010).

2.9.3 Kerapuhan

Kerapuhan kapsul gelatin keras adalah fungsi dari kadar air. Demikian pula, kerapuhan dapat dikorelasikan dengan kelembaban relatif (Kontny, dkk., 1989. Perubahan kondisi penyimpanan seperti temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi sifat kapsul. Dengan terjadinya kenaikan temperatur dan

(15)

kelembaban dapat menyebabkan kapsul mengikat / melepaskan uap air. Sebagai akibatnya kapsul dapat menjadi rapuh atau lunak (Margareth, dkk., 2009).

Kadar uap air yang rendah pada kapsul dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Jika kadar uap air pada kapsul gelatin kurang dari 10%, kapsul cenderung menjadi rapuh, dan sebaliknya jika kadar air lebih tinggi dari 18% kapsul gelatin melunak. Kondisi penyimpanan untuk sediaan kapsul gelatin berkisar 15-300C dan 30%-60% kelembaban relatif (RH) (Margareth, dkk., 2009).

Perubahan kerapuhan kapsul oleh kelembaban relatif telah dipelajari oleh Kontny dan Mulski. Pemantauan terhadap karakteristik kapsul yang disimpan pada kelembaban yang bervariasi menunjukkan bahwa kelembaban merupakan salah satu parameter yang penting dalam pembuatan dan penyimpanan kapsul (Kontny, dkk., 1989).

Gambar 4. Kelembaban Relatif (RH), Kandungan Uap Air Gelatin dan Sifat Kapsul Gelatin Keras (Kontny, dkk., 1989)

Pada kelembaban yang tinggi atau terlalu rendah menyebabkan kapsul menyerap atau melepas lembab. Pada tingkat kelembaban tinggi, kapsul menyeap

(16)

lembab sehingga menjadi lunak dan lengket. Pada keadaan yang lebih parah, kapsul menyerap cukup banyak lembab yang akan merusak bentuk dan beratnya. Pada kelembaban rendah kapsul akan menjadi rapuh (Lachman dkk 1994).

2.9.4 Waktu Hancur

Chiwele dkk. (2000) telah meneliti mengenai waktu hancur cangkang kapsul gelatin kosong dan kapsul HPMC (Hydroxypropyl Methylcellulose) setelah penyimpanan selama 24 jam pada kondisi tropis lembab (suhu 370C, RH 75%) dan pada temperatur kamar. Dalam metode ini, mereka menggunakan bola besi sebagai bahan pengisi dalam kapsul. Pada penyimpanan kondisi tropis lembab, cangkang kapsul gelatin tidak mengalami perubahan waktu hancur dalam medium apapun, sedangkan waktu hancur kapsul HPMC tidak berubah hanya dalam medium cairan lambung buatan (Honkanen, 2004).

Hasil ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan Ogura (1998) bahwa cangkang kapsul HPMC yang telah diisi dengan spiramisin dan disimpan pada suhu 600C, RH 75% selama 10 hari tidak mengalami perubahan sifat waktu hancur. Tetapi, mereka menggunakan prosedur standar uji waktu hancur dalam farmakope, yang tidak dapat menentukan waktu hancur cangkang kapsul dan bahan obat secara terpisah. Sedangkan dalam metode yang digunakan Chiwele dkk. (2000), bola besi yang digunakan tidak mempengaruhi waktu hancur (Honkanen, 2004).

Gambar

Gambar 1. Kapsul gelatin keras standar (Stegeman, 2002)
Gambar 2. Struktur alginat (Chaplin, 2009)                                                                        Asam alginat dan garam kalsiumnya tidak larut dalam air, sebaliknya
Gambar 3. Jenis Air pada suatu Bahan (Supriyono, 2003)  (a) Air Bebas, (b) Air Terikat secara Fisik, (c) Air Terikat secara Kimia
Gambar 4.  Kelembaban Relatif (RH), Kandungan Uap Air  Gelatin dan  Sifat Kapsul Gelatin Keras (Kontny, dkk., 1989)

Referensi

Dokumen terkait

Komposit tanpa perlakuan NaOH menyebabkan ikatan antara serat dengan matrik menjadi tidak sempurna, karena terhalang oleh lapisan yang menyerupai lilin pada permukaan serat,

- seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan pengawas pekerjaan. - Bilamana batu, lapisan keras

Tablet salut adalah tablet yang disalut dengan satu atau lebih lapisan dari campuran berbagai zat, seperti damar alam atau sintetik, gom, gelatin, pengisi yang tidak larut dan

Pada sediaan yang basah lapisan albuminoid, lapisan hialin dan lapisan vitelin belum terlihat jelas karena sediaan belum menerap cat malachite green secara

Pada bayi yang lahir kurang dari 37 minggu, dimana traktus gastrointestinal belum mengalami perkembangan yang sempurna, dapat meningkatkan

Tempurung kelapa merupakan lapisan keras yang terdiri dari lignin, selulosa, metoksil, dan mineral. Kandungan bahan tersebut beragam sesuai dengan jenis

Laston merupakan suatu lapisan pada kontruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada

Faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak, dimana nutrisi yang paling sempurna utnuk bayi pada