• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Asia merupakan benua terbesar dan terluas dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Di era modern ini, Benua Asia juga merupakan benua dengan pertumbuhan penduduk tertinggi dibandingkan dengan benua lainnya. Benua Asia mencakup beberapa daerah bagian yang meliputi Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Kamboja, Myanmar, Vietnam, Laos dan Timor Leste), Asia Selatan (India, Pakistan, Nepal, Bhutan, Bangladesh, Srilanka Afganisthan, Iran dan Maladewa), Asia Timur (RRC, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Mongolia, Macau, Hong Kong dan Taiwan), Asia Barat/Timur Tengah (Arab Saudi, Bahrain, Irak, Israel, Kuwait, Libanon, Oman, Qatar, Syria, Turki (Timur), Uni Emirat Arab, Yaman, Yordania, Palestinian Territory dan Siprus) dan Asia Tengah (Kazakhstan, Turkmenistan, Uzbekhistan, Tajikistan dan Kyrgyzstan). Keanekaragaman budaya tiap – tiap negara bagian di Asia pun berbeda – beda, dipengaruhi oleh ras, suku, adat-istiadat, letak geografis, cuaca/iklim dan agama. Salah satu perbedaan budaya yang terlihat jelas dari setiap negara – negara bagian di Asia adalah keanekaragaman budaya kulinernya.

Makanan Asia (Asian Food) didefinisikan sebagai sebutan untuk makanan khas negara – negara di Benua Asia. Setiap negara – negara yang ada di Benua Asia memiliki citra rasa yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Beberapa negara di Asia memiliki ciri khas rasa makanan yang hampir sama dan memiliki komposisi makanan yang serupa. Namun, ada pula negara yang memiliki pengaruh kuliner dari benua lain seperti Amerika ataupun Eropa. Dibandingkan dengan makanan Eropa atau Amerika, makanan Asia cenderung lebih kompleks dalam hal rasa dan proses pembuatannya, karena umumnya makanan Eropa dan Amerika dimasak dengan cara yang lebih simple dengan bahan seperti garam, saus, susu dan umumnya menyajikan daging sebagai menu utama. Sedangkan makanan Asia umumnya menggunakan berbagai bumbu dan rempah – rempah tradisional, dengan proses pembuatan yang lebih lama dan kompleks serta cara penyajian yang khas. Hal

(2)

ini menjadikan kuliner Asia menjadi hal yang menarik untuk dipelajari dan dipahami.

Kuliner Asia juga memiliki banyak kelebihan dalam aspek kesehatan dibandingkan dengan kuliner benua lain seperti Amerika atau Eropa. Masakan khas Asia umumnya menyajikan sayur mayur yang kaya akan serat dan kandungan gizi yang tinggi. Serat dalam sayuran juga membantu menurunkan kadar glukosa darah yang dapat menyebabkan obesitas dan diabetes. Sebaliknya masakan di benua lain, khususnya seperti Amerika atau Eropa sangat jarang menyajikan menu sayuran. Sayur bukanlah menu utama mereka, dan bila tersedia sayuran pun, biasanya hanya berupa kentang atau paprika yang digoreng.

Tingkat konsumsi daging merah yang tinggi juga membuat penduduk Amerika dan Eropa rentan memiliki penyakit stroke dan penyakit jantung. Hamburger, pizza, pork chops, meatballs dan steak merupakan makanan keseharian mereka yang mengandung lemak jenuh tinggi dan dapat meningkatkan kolesterol. Penduduk Asia juga mengkonsumsi daging merah seperti daging sapi, kambing dan babi, namun lebih sedikit. Penduduk Asia juga sering mengganti daging dengan ikan dan tofu yang kaya akan protein, rendah lemak jenuh dan kaya akan asam lemak esensial yang sangat baik untuk perkembangan otak dan fungsi saraf.

Teknik umum yang digunakan dalam kuliner Asia pun berbeda dengan kuliner Amerika dan Eropa. Orang Asia umumnya menggunakan teknik menumis, yang mampu mengurangi kandungan minyak dan lemak pada makanan. Tidak seperti makanan Amerika atau Eropa yang umumnya menggoreng (deep fried) makanannya, sehingga memiliki kandungan minyak dan lemak yang lebih tinggi dan tentunya tidak sehat dan memicu timbulnya penyakit kronis.

Fakta-fakta tersebutlah yang menjadikan kuliner Asia semakin menarik. Kuliner Asia merupakan salah satu budaya dari berbagai negara-negara bagian di Asia yang harus digali kembali sebagai salah satu aset budaya melalui revitalisasi dan proses-proses transformasi. Masyarakat Indonesia sendiri belum mengenal secara luas jenis-jenis masakan Asia dan tradisi masing-masing kuliner tiap negaranya, dari keberagaman citarasanya, teknik pembuatan dan cara penyajiannya. Di Indonesia khususnya di Kota Jakarta, belum banyak terdapat restoran atau café

(3)

yang menyajikan makanan Asia secara lengkap. Kebanyakan hanya menyajikan makanan secara spesifik, seperti Chinese Restaurant, Korean Restaurant dan restoran masakan khas Indonesia tentunya. Belum lagi di era globalisasi ini, restoran dan café yang menyajikan junk food dan fast food sangat marak, dengan sajian makanan Eropa atau Amerika (western food) yang walaupun sangat menarik utuk dinikmati namun jauh lebih tidak sehat dibandingkan makanan Asia. Banyak rumah makan atau restoran yang menyediakan jenis kuliner Asia, namun hanya sebatas dalam kepentingan komersial dengan fasilitas yang kurang terstruktur dan lengkap dalam meningkatkan apresiasi dan wawasan terhadap kebudayaan seni kuliner Asia.

Hal ini menyebabkan banyak masyarakat, khususnya anak – anak muda yang mengikuti tren masa kini dengan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk menyantap makanan menganggap makanan Asia cenderung terlalu kompleks dan memakan waktu lama dalam penyajian dan proses pembuatannya sehingga makanan Asia mulai ditinggalkan. Kurangnya pengenalan dan apresiasi terhadap tradisi dan sejarah kebudayaan kuliner Asia juga menjadi faktor utama. Berkembangnya informasi dan minat masyarakat, serta perubahan gaya hidup masyarakat modern yang konsumtif dan selektif menuntut akan tersedianya fasilitas baru, inovatif dan memenuhi standar. Terlebih ciri khas masyarakat perkotaan Indonesia yang suka mencoba hal dan pengalaman baru, termasuk dalam bidang kuliner.

Di sisi lain, sebagian besar wisatawan asing dari benua lain yang berkunjung ke Asia sangat tertarik dengan kebudayaan Asia yang beragam, khususnya dari segi kuliner yang membuat para wisatawan asing merindukan kenikmatannya dan mereka bahkan berkeinginan untuk mempelajari sejarah dan tradisi kebudayaan kuliner Asia. Sebagai salah satu daya tarik pariwisata dan salah satu subsektor ekonomi kreatif, kuliner memiliki peranan penting dalam promosi pariwisata dan kebudayaan Asia. Beberapa kuliner khas Asia sudah mulai terkenal hingga mancanegara, seperti sushi atau ramen. Namun, jenis makanan ini hanya mewakili bagian kecil dari negara di Asia. Ini merupakan peluang Asia untuk mempromosikan dan meningkatkan citra Asia khususnya di bidang pariwisata dan gastronomi. Diperlukan terbentuknya citra atau ikon “Wisata Kuliner” yang diiringi dengan inovasi / kreativitas terhadap beragamnya kuliner Asia agar semakin maju dan berkembang sesuai dengan tuntutan

(4)

persaingan di dunia gastronomi yang akan menarik wisatawan lokal maupun internasional. Tujuannya menjadi pusat pengembangan kreatifitas dan inovasi para profesional di bidang kuliner Asia dan juga diharapkan sebagai pusat pemecahan masalah yang terjadi dalam pengembangan seni kuliner Asia. Masyarakat membutuhkan suatu wadah dalam menyalurkan minat, bakat dan hobi dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan gastronomi, khususnya kuliner Asia.

Dalam memperluas pengenalan dan memperkaya wawasan akan gastronomi Asia kepada masyarakat Indonesia maupun wisatawan asing, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sebuah sarana pusat wisata dilengkapi dengan fasilitas atau media menarik yang diperuntukkan bagi seluruh kalangan, seperti Pusat Wisata Kuliner khas Asia yang rekreatif, informatif, edukatif dan interaktif. Tujuan Penulis mengangkat judul ini yaitu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal, serta memperluas pengenalan kuliner Asia secara nasional maupun internasional akan wawasan dan pengetahuan terhadap nilai-nilai sejarah, kebudayaan dan tradisi seni kuliner khas Asia sebagai salah satu kekuatan dari identitas kebudayaan Asia. Hal ini menantang Penulis sebagai desainer interior untuk merancang sebuah pusat wisata dalam bidang gastronomi atau kuliner khas Indonesia yang bermanfaat dan menarik bagi seluruh kalangan sesuai dengan kebutuhan dan secara kritis mempertimbangkan aspek fungsional, komersil, teknis, estetika, arsitektural, ergonomi dan dari segi lainnya. Selain itu, dapat memberikan kemudahan dan membantu berbagai pihak yang terkait dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Peran seorang desainer interior sangat dibutuhkan dalam menangani permasalahan yang ada dengan memberikan solusi-solusi desain yang tepat melalui sebuah karya perancangan ruang yang nantinya dapat berguna bagi profesi seorang desainer interior kelak.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah – masalah dalam “Perancangan Interior Pusat Wisata Kuliner khas Asia di Jakarta” sebagai acuan dalam menemukan solusi pemecahan masalah desain antara lain:

(5)

1) Bagaimana merancang interior pusat kuliner yang dapat mencitrakan berbagai jenis makanan Asia sehingga dapat menarik di mata masyarakat umum khususnya Jakarta?

2) Bagaimana merancang interior yang bersifat edutainment agar masyarakat lebih mengenal kebudayaan kuliner Asia?

3) Bagaimana merancang interior yang fungsional dan ergonomis agar dapat menunjang efisiensi dan efektivitas berkegiatan bagi pihak-pihak yang terlibat?

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan

Tujuan dari Perancangan Interior Pusat Wisata Kuliner khas Asia di Jakarta antara lain :

1) Merancang interior pusat wisata kuliner yang dapat mencitrakan berbagai jenis makanan Asia sehingga dapat menarik di mata masyarakat umum khususnya Jakarta.

2) Merancang interior yang bersifat edutainment agar masyarakat lebih mengenal kebudayaan kuliner Asia

3) Merancang interior yang fungsional dan ergonomis agar dapat menunjang efisiensi dan efektivitas berkegiatan bagi pihak-pihak yang terlibat

1.3.2 Manfaat

1)Hasil perancangan diharapkan mampu meningkatkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif Asia termasuk Indonesia.

2)Sebagai salah satu upaya dalam melestarikan, memperkenalkan dan mengembangkan, serta mengangkat tradisi dan seni kebudayaan kuliner Asia sebagai produk wisata dalam negeri maupun taraf internasional.

(6)

3)Mampu menstimulasi apresiasi, minat, bakat dan kreatifitas setiap pengunjung atau penikmat kuliner dari segala kalangan, mulai dari anak-anak hingga dewasa dalam menjalankan aktifitasnya.

4)Perancangan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa jurusan desain interior Universitas Bina Nusantara dan pihak-pihak yang terkait dalam menambah wawasan dan informasi berkaitan dengan Pusat Wisata Kuliner khas Asia.

5)Perancangan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa non-interior Universitas Bina Nusantara yang berkaitan dengan Pusat Wisata Kuliner khas Asia.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.4.1 Kawasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian dilakukan di sekitar wilayah Jakarta, dengan objek penelitian berupa restoran-restoran dengan menu khas Asia, food court

atau food market yang berhubungan dengan pusat wisata kuliner untuk kelengkapan data penunjang. Kegiatan penelitian dilakukan melalui studi lapangan, wawancara dengan narasumber yang terkait dan mencari data-data literatur mengenai prospek pemilihan judul proyek tugas akhir ini sehingga penulis mendapat informasi-informasi yang dapat membantu penulis dalam menganalisis data.

1.4.2 Batasan Penelitian

Batasan penelitian yang dilakukan terhadap judul Perancangan Interior Pusat Wisata Kuliner khas Asia di Jakarta dilakukan sejauh yang dibutuhkan sebagai sumber data dalam pengerjaan perancangan. Hal-hal tersebut mencakup:

1)Kebudayaan pada tata cara pengolahan dan penyajian makanan khas Asia yang mencakup 5 negara bagian dengan total 48 negara.

(7)

2)Perihal kebutuhan aktifitas dan fasilitas pada teknik peracikan dan penyajian makanan.

3)Perihal standar besaran ruang sesuai dengan ilmu antropometri dan ergonomi.

4)Perihal penataan ruang dan persyaratan ruang atau setiap fasilitas. 5)Penganalisaan kegiatan dan alur sirkulasi pengunjung, karyawan,

pengelola atau pihak-pihak yang terlibat.

1.4.3. Batasan Perancangan

Perancangan dimulai dengan penulisan laporan sebagai acuan dasar, yang kemudian disusul dengan tahap studio. Perancangan proyek tugas akhir hanya mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan ilmu interior pada pusat kuliner, yang meliputi :

1) Perencanaan tata letak / tata ruang area makan pusat kuliner dan fasilitas-fasilitas pendukung, kecuali spesifikasi area dapur.

2) Perencanaan elemen interior seperti dinding, lantai, dan plafon. 3) Perencanaan sistem penghawaan, pencahayaan, sirkulasi, mechanical

dan electrical, plumbing, dan keamanan. 4) Perencanaan detail konstruksi dan furniture.

1.5 Kontribusi Perencanaan

1) Perancangan ini ditujukan kepada kalangan masyarakat Indonesia khususnya Kota Jakarta sebagai wadah untuk menikmati wisata kuliner Asia, sarana berbelanja kebutuhan kuliner dan sarana pertukaran informasi

(cooking/training class).

2) Diharapkan perancangan ini dapat berguna bagi mahasiswa interior Binus University dalam menambah informasi yang terkait dengan perancangan sebuah Pusat Wisata Kuliner khas Asia.

3) Diharapkan perancangan ini dapat berguna bagi seluruh mahasiswa non interior Binus University dalam menambah informasi yang terkait dengan perancangan sebuah Pusat Wisata Kuliner khas Asia.

(8)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terbagi atas : 1) BAB 1 - Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang pemilihan proyek, ruang lingkup permasalahan dan penelitian, tujuan dan manfaat, metodologi, dan sistematika penulisan. Latar belakang menjelaskan tentang Asian food secara umum dan khusus.

2) BAB 2 - Landasan Teori

Berisi tentang tinjauan umum dan khusus. Tinjauan umum adalah tinjauan yang menjabarkan teori yang akan digunakan untuk membantu penelitian yang akan dilakukan. Penjelasan Asian food secara umum dimulai dari fungsi, klasifikasi kegiatan dan aktifitas, fasilitas, persyaratan umum dan persyaratan fasilitas. Tinjauan khusus berisi data-data proyek Pusat Wisata Kuliner khas Asia yang diambil yang dijabarkan lebih spesifik. Terkait dengan sejarah, fasilitas-aktifitas dan lainnya.

3) BAB 3 - Metode Perancangan

Berisi tentang penjabaran studi yang dilakukan secara literature dan

survey dan mulai memasuki program proses desain interior. Dimulai dari studi fisik bangunan dan lingkungan, studi aktifitas manusia, studi fasilitas ruang dan studi permasalahan khusus interior.

4) BAB 4 – Analisa dan Bahasan

Berisi tentang penjabaran keputusan desain yang digunakan pada desainnya. Terdiri dari konsep perancangan, konsep material, konsep warna, konsep pencahayaan, konsep penghawaan, dan konsep keamanan ruang dan

signange.

(9)

Berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan. Semua yang dijelaskan dari bab 1-4. Akan diringkas dan disimpulkan di bab 5 untuk mendapatkan hasil dari semua data yang telah diteliti.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membuktikan bahwa ketika situs “ online store” dipercaya bahwa dengan menggunakan “ online store”, performa berbelanja akan meningkatkan,

Walaupun saya masih menyisakan anggapan bahwa keadaan tersebut tidak akan selesai hanya karena telah lulus dari sertifikasi dosen, tetapi juga diperlukan sikap untuk terus mau

Untuk setiap blok jelajah, dicari bagian citra yang berukuran lebih besar dari blok jelajah –yang disebut blok ranah (domain)- dan paling mirip (cocok) dengan blok jelajah

Adapun data kosa kata dialek-dialek tersebut diambil dari peneliti-peneliti lain yang sebelumnya telah meneliti bahasa tersebut, diantaranya dialek Luwu dari Wahyu (2014),

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat

Hal ini menunjukkan bahwa pada populasi B69 × Numbu dan B69 × Kawali terdapat individu tanaman yang sangat beragam terutama pada karakter bobot biji per malai, artinya

Mencermati model perilaku masyarakat pesisir tersebut, maka menjadi masukan bagi pihak yang berhadapan langsung dengan komunitas pesisir terutama Dinas Kelautan dan Perikanan

Dari Grafik 5 menunjukkan bahwa pembelajaran matematika model IDEAL Problem Solving dengan teori pemrosesan informasi untuk pembentukan karakter rasa ingin tahu lebih tepat