• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Potensi Batik Blora terhadap Perkembangan Perekonomian Masyarakat Blora T1 152010002 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Potensi Batik Blora terhadap Perkembangan Perekonomian Masyarakat Blora T1 152010002 BAB IV"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kota Blora

Berdasarkan etimologi, Blora berasal dari kata lorah, masyarakat setempat sering menyebut Bloten atau Blora. Informasi lain menyatakan, bahkan kata Blora berasal dari kata wai (bahasa Kawi/Jawa Kuno) dan Lorah (bahasa Jawa). Kata

wai berarti air, sedangkan kata lorah berarti jurang. Dengan pengertian itu, maka nama Blora berarti tanah dataran rendah yang berair atau tanah berlumpur.

Kabupaten Blora terletak sekitar 127 km dari Kota Semarang, ibukota Propinsi Jawa Tengah. Blora terletak di wilayah paling ujung (bernama

Kabupaten Rembang) di sisi timur Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur. Sementara itu sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur, dan sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Blora diapit oleh jajaran Pegunungan Kendeng Utara dan Pegunungan Kendeng Selatan. Kabupaten Blora terbagi menjadi 16 kecamatan, yaitu: Jati, Randublatung,

Kradenan, Kedungtuban, Cepu, Sambong, Jiken, Bogorejo, Jepon, Blora, Banjarejo, Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan (Sri, 2007: 33, 34,

(2)

21 Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini disebabkan

karena Blora terkenal dengan hutan jatinya. Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah Kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura

tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan HARI JADI KABUPATEN BLORA. Adapun Bupati pertamanya adalah WILATIKTA.

Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya

kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu. Pada tahun 1882 pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi

pemilik tanah (petani). Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan

terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh SAMIN SURASENTIKO. Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung

mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal. Beberapa indikator penyebab adanya pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah antara lain: Berbagai macam pajak

diimplementasikan di daerah Blora Perubahan pola pemakaian tanah komunal pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh

(3)

22 protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunyai corak MILLINARISME, yaitu gerakan yang menentang ketidak adilan dan mengharapkan zaman emas

yang makmur (Soedarsono, 2007: 33, 34, 36-37).

B. Demografi

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Blora yang tercatat berdasarkan hasil registrasi penduduk pada akhir tahun 2003 oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora

sebanyak 836.008 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 412.783 orang dan perempuan sebanyak 423.225 orang. Sementara itu jumlah kepala rumah tangga

atau kepala keluarga (KK) sebanyak 224.128 orang. Kepadatan penduduk Kabupaten Blora pada tahun 2003 jika dihubungkan dengan luas wilayah Blora,

sekitar 459 jiwa per km2. Wilayah terpadat penduduknya adalah Kecamatan Cepu yang mencapai tingkat kepadatan 1.518 jiwa per km2, disusul Kecamatan Blora dengan kepadatan 1.093 jiwa per km2. Jumlah keluarga prasejahtera alasan

ekonomi pada akhir tahun 2003 sebanyak 76.594 keluarga. Tingkat kelahiran pada tahun 2003 sebesar 6,83%, sementara itu tingkat kematian sebesar 3,50%.

Jumlah penduduk yang datang pada tahun 2003 lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang pindah, yaitu penduduk yang datang sebanyak 1.855 orang, sedangkan penduduk yang pindah sebanyak 2.176 orang

(Sri, 2007: 49-50).

Jumlah pendudukan Kabupaten Blora pada tahun 2012 sebesar 846.432 jiwa,

(4)

23 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Blora tahun 2012 rata-rata adalah 465 jiwa per km2. Kepadatan tertinggi tercatat di Kecamatan

Cepu sebesar 1.498 jiwa per km2. Jumlah kepala rumah tangga pada tahun 2012 tercatat sebanyak 242.496 orang (Fenny, 2013: 73).

b. Mata Pencaharian 1. Pertanian

Padi sawah merupakan komiditas unggulan tanaman pangan di

Kabupaten Blora. Di tahun 2012 produksi padi sekitar 402.874 ribu ton, naik 18,95% disbanding tahun sebelumnya. Untuk tanaman palawija,

produksi jagung mengalami kenaikan sebesar 21,43% terbanding lurus dengan luas panen yang mengalami kenaikan 5.030 Ha.

2. Perkebunan

Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Blora hanya perkebunan rakyat. Luas dan produksi tidak terlalu banyak. Tidak ada perkebunan

besar yang dikelola negara atau swasta berbadan hukum di Kabupaten ini. 3. Peternakan

Ada tiga jenis ternak yang diusahakan di Kabupaten Blora adalah ternak besar, ternak kecil dan unggas. Sapi potong merupakan jenis ternak besar terbanyak di Kabupaten Blora yang tercatat sebanyak 269.533 ekor.

4. Perikanan

Sub sektor perikanan, meliputi kegiatan usaha perikanan darat yang

(5)

24 Produksi perikanan yang ada didominasi oleh perikanan umum sebesar 235 ton berasal dari sungai.

5. Kehutanan

Sebanyak 49,66% luas Kabupaten Blora merupakan hutan yang

terbagi atas tiga kesatuan administrasi Pemangkuan Hutan yaitu KPH Randublatung, KPH Cepu dan KPH Blora.

6. Koperasi

Koperasi sebagai soko guru perekonomian sangat penting peranannya dalam lingkup usaha kecil dan menengah. Dari tahun ke tahun jumlahnya

mengalami kenaikan, demikian pula dengan jumlah anggotanya. Pada tahun 2012 jumlah koperasi naik sebesar 0,38%. Banyaknya koperasi ada

524 unit terdiri atas 17 KUD dan 507 non KUD dengan jumlah total anggota sebanyak 98.517 orang.

7. Perdagangan/Perusahaan

Pada tahun 2012 perusahaan yang terdaftar pada BPMPP sejumlah 947 unit yang menyerap tenaga kerja sejumlah 30.710 orang, dengan total

modal 397,94 milyar rupiah dan menghasilkan omset 208,47 milyar rupiah. Khusus untuk perusahaan dagang ada sebanyak 951 unit dengan dominasi di perusahaan dengan kategori PO (68,11%).

8. Kepegawaian

Pada tahun 2012 jumlah PNS dan CPNS di Kabupaten Blora sebanyak

(6)

25 Jumlah pegawai tersebut tersebar di 5 badan, 11 dinas, 4 kantor dan 2 sekretariat yaitu sekretariat Kabupaten dan sekretariat DPRD juga 16

Kecamatan, 24 Kelurahan dan 13 instansi vertikal (Fenny, 2013: 28, 211, 212, 279-280).

c. Pendidikan

Tingkat atau kualitas pendidikan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh adanya lembaga pendidikan. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang

pendidikan yang lengkap, beragam, dan memadai, akan berdampak pada kualitas hasil pendidikan yang dilakasanakan. Pendidikan yang dikembangkan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat di Kabupaten Blora dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non-formal.

Sarana penunjang pendidikan formal, baik berstatus negeri maupun swasta di Kabupaten Blora terdiri atas: Sekolah Taman Kanak-Kanak sebanyak 383 buah; Sekolah Dasar (SD) sebanyak 654 buah; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) sebanyak 76 buah; Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 41 buah; Akademi dan Perguruan Tinggi Swasta sebanyak 5 buah.

Data mengenai sarana pendidikan formal di Kabupaten Blora itu menunjukkan bahwa secara kuantitas sudah mencukupi, tetapi apabila melihat persebaran sarana pendidikan, terutama untuk tingkat SLTP dan SLTA tampak

bahwa sekolah yang ada belum merata, bahkan tidak setiap desa atau kecamatan memiliki sarana pendidikan itu. Sebagai akibatnya anak untuk dapat bersekolah

(7)

26 masyarakat tidak menyekolahkan anaknya pada tingkat SLTP dan SLTA. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir jumlah penduduk yang bersekolah secara umum

mengalami penurunan, sedangkan keberadaan jumlah guru mengalami peningkatan. Dengan demikian diharapkan mutu pendidikan akan menjadi lebih

baik seiring membaiknya angka rasio guru dan murid. Berdasarkan data tampak bahwa sebagian besar penduduk Blora hanya tamat SD, tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya. Mereka lebih

memilih membantu orang tuanya dengan bekerja di ladang atau sawah.

Sementara itu, pendidikan non-formal dilakukan melalui kursus-kursus yang

diselenggarakan berbagai lembaga yang seringkali terkait dengan lapangan pekerjaan. Kursus pertukangan kayu cukup mendominasi, mengingat daerah

Blora merupakan penghasil kayu yang besar. Selain itu keterlibatan sebagian masyarakat dalam berbagai kelompok seni pertunjukan seperti kethoprak, tayub,

barongan, wayang kulit, dan karawitan juga sebagai wahana untuk meningkatkan pengalaman dan kemampuan mereka dalam bidang seni; disamping untuk menambah penghasilan (Sri, 2007: 55-56).

Data tentang sarana dan prasarana pendidikan merupakan data pokok dalam membangun pendidikan di Kabupaten Blora. Dari data yang dapat dihimpun di tahun pelajaran 2011/2012 jumlah SD/MI sebanyak 666 unit SLTP/MTs 134 unit,

SLTA/MA/SMK 71 unit dan Akademi atau Perguruan tinggi sebanyak 1 unit. Akademi atau perguruan tinggi tercatat sebanyak 4 unit, 2 unit di Kecamatan

(8)

27 orang, dosen tetap sebanyak 150 orang dan tidak tetap sebanyak 72 orang (Fenny, 2013: 107).

C. Kerajinan Batik Blora

Kerajinan batik Blora muncul setelah adanya pengakuan dari Malaysia, dan

pada tahun 2008 kota Blora membuat suatu kelompok pengrajin batik. Pada awalnya batik Blora memakai seragam batiknya dari kota Rembang yang warnanya hitam dan mempunyai arti nilai sejarah yang berakar dari nenek

moyang. Setelah batik Indonesia diakui oleh Malaysia mulailah batik Indonesia yang selama ini tidur menjadi mengeliat untuk mengakui batiknya jangan sampai

diakui sebagai budaya Malaysia. Akhirnya di Indonesia sudah mulai muncul batik-batik yang kemarin sudah tertidur lama, karena batik itu dianggap bajunya

orang yang sudah tua.

Salah satu tumbuhnya batik Blora yaitu berawal dari batik yang sudah di akui oleh Malaysia, ini munculnya batik Blora karena bermunculan dari berbagai

daerah yang sebenarnya bukan pengrajin. Orang samin adalah orang yang terpencil yang hidupnya di hutan dengan harapannya batik Blora menjadi

berkembang, mereka pun juga mempunyai batik yang diambil dari pewarnaannya itu dari alam yaitu pakai getah pohon jati yang akhirnya di jadikan sebagai batik khas samin. Maka dari itu timbullah ekonomi grafik dimana Badan Perencanaan

(9)

28 Perkembangannya batik Blora sangat pesat sampai sekarang ini, yang semulanya memiliki 10 kelompok sekarang berkembang menjadi 40 kelompok

pengrajin batik Blora. Bahkan dalam pemasarannya tidak pernah sepi dan batik Bloranya selalu banyak dimintai oleh daerah-daerah lain.

Batik Khas Blora merupakan batik yang memiliki ciri khas kabupaten Blora yaitu pohon jati, minyak bumi, kesenian barongan, kesenian tayub, sate ayam, dan lain-lain. Rintisan pengembangan kesenian batik khas Blora di Kabupaten Blora

berada di desa Blumbangrejo Kecamatan Blora. Blora memiliki ciri khas sesuai dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Blora yang bergerak di lingkup minyak

bumi, pohon jati, mebel berhiaskan motif cukit, makanan khas Blora yaitu sate ayam dan lontong tahu, serta kesenian barongan dan tayub. Kesenian Barongan

merupakan kesenian khas di Kabupaten Blora dimana menggambarkan kehidupan masyarakat Blora. Kesenian Barongan sudah ada sejak jaman dahulu yang sudah turun-temurun dan dilestarikan di Kabupaten Blora. Blora sebuah Kabupaten,

Propinsi Jawa Tengah, yang terkenal dengan kesenian barongnya. Batik Blora akan mengembangkan corak dan motifnya yang khas dengan motif mega puspa

(10)

29 a. Alat yang digunakan untuk membatik yaitu:

1. Kain Mori

Kain mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun.

2. Pensil

Pensil berfungsi untuk melukis pola pada kain batik. 3. Canting

Canting merupakan alat utama dalam proses pembatikan, tanpa

(11)

30 pekerjaan disebut batik atau bukan batik. canting berfungsi untuk menulis atau melukiskan cairan lilin atau malam pada kain, selain itu juga canting

berfungsi untuk membuat motif-motif batik yang diinginkan. 4. Kuas

Alat yang digunakan untuk membatik lainnya adalah kuas. Kuas ini

berfungsi untuk melukis atau menggambar motif batik. Biasanya para pembatik menggunakan kuas untuk menutup bidang-bidang yang luas,

sehingga proses pembatikan cepat selesai. Selain itu kuas juga dipergunakan untuk melukis, dalam proses membatik kuas juga dapat dipergunakan untuk nonyoki yaitu mengisi bidang motif luas dengan

malam secara penuh. Kuas dapat juga untuk menggores secara ekspresif dalam mewarnai kain. Anda dapat mempergunakan kuas cat minyak, kuas

(12)

31 5. Bak

Bak berfungsi untuk mewarnai kain batik.

6. Wajan

Wajan merupakan peralatan yang terbuat dari logam baja yang berfungsi untuk mencairkan lilin atau malam yang digunakan untuk

membatik dan wajan ini berukuran kecil. 7. Kompor

(13)

32 malam agar cair. Ukuran kompor ini biasanya kecil. Pilihlah kompor yang ukuran kecil dengan diameter sekitar 13 cm, sesuai dengan besaran wajan

yang digunakan. Pemanasan malam tidak membutuhkan api yang cukup besar seperti kalau kita memasak di dapur.

8. Drum

Drum berfungsi untuk melarutkan malam atau lilin.

9. Ember

Ember berfungsi untuk merendam dan mencuci batik.

b. Bahan yang digunakan yaitu: 1. Kain Mori

Mori adalah bahan baku batik dari katun. Kualitas mori

(14)

33 2. Malam

Lilin atau “malam” ialah bahan yang dipergunakan untuk membatik.

Sebenarnya “malam” tidak habis (hilang), karena akhirnya diambil

kembali pada waktu proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik

sampai batikan menjadi kain. 3. Zat Pewarna

Zat pewarna yang digunakan untuk membatik bisa diperoleh dari alam

dan buatan pabrik. Untuk pewarna yang berasal dari alam ini lebih alami. 4. Air Keras

Air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol. 5. Soda Abu

Soda abu digunakan untuk campuran mengetel (mencuci), untuk membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat Indigosol.

c. Proses Pembuatan Batik Blora

Proses pembuatan Batik Blora kain mori yang sudah siap untuk dicanting,

kemudian proses pengetelan. Setelah proses pengetelan selesai lalu ke proses gambar dimana kainnya digambar pola atau motif yang diinginkan. Setelah proses menggambar selesai lalu ke proses canting dengan malam canting, dan

setelah canting selesai ke proses warna colet yaitu mencolet warna-warna tertentu yang akan di colet, setelah di colet baru ditembok yang namanya

[image:14.612.103.531.176.631.2]
(15)

34 menggunakan warna yang bagus yaitu Indigosol dengan harapan warnanya bagus, karena agar semua tau bahwa warna Indigosol itu warna yang bagus.

Setelah menggunakan warna kemudian batik yang sudah di colet dengan malam dan ditutup dengan malam tembok. Perlunya malam tembok untuk

melindungi warna agar tidak tercampur dengan warna yang celup. Setelah itu di jemur dengan di angin-anginkan agar kering, setelah kering dicelupkan ke warna celup satu yang diinginkannya. Setelah selesai ditembok dicelupkan ke

warna dua lalu ditiriskan dan dilorot. Lorot adalah melorotkan malam canting dan tembok dari kain supaya bisa melihat warna-warna yang diinginkan.

Setelah dilorot dan dijemur, kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang masih tersisa baru kemas menjadi sebuah batik (wawancara dengan wiwin, 24

(16)

35 d. Motif batik Blora

1. Motif Barongan

Motif Barongan adalah Seni Barong yang merupakan salah satu kesenian rakyat yang amat populer dikalangan masyarakat Blora, terutama

masyarakat pedesaan. Di dalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti sifat: spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang dilandasi

kebenaran. Barongan dalam kesenian barongan adalah suatu pelengkapan yang dibuat menyerupai Singo Barong atau Singa besar sebagai penguasa

hutan angker dan sangat buas. Adapun tokoh Singobarong dalam cerita barongan disebut juga GEMBONG AMIJOYO yang berarti harimau besar yang berkuasa. Kesenian Barongan berbentuk tarian kelompok, yang

(17)

36 dominan, di samping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu: Bujangganong atau Pujonggo Anom Joko Lodro atau Gendruwo

Pasukan berkuda atau reog Noyontoko Untub. Maka dari itulah kesenian barongan dijadikan untuk motif dalam batik Blora (wawancara dengan

yayuk. 13 Maret 2014). 2. Motif Tayub

Motif Tayub adalah Tayuban merupakan salah satu seni kebudayaan

yang ada di Blora. Berdasarkan keterangan-keterangan yang dapat dikumpulkan, perkataan Tayuban berasal dari kata Tayub, yang menurut keroto boso adalah ringkasan dari kata "ditoto guyub" dan itu adalah

bahwa didalam penyajian seni tayuban gerak tari para penari serta gending iringannya diatur bersama supaya serempak berdasarkan kesepakatan dari

(18)

37 oleh masyarakat menurut jenjang kepangkatan mereka masing-masing. Penyambutan itu oleh para pemain wanita yang disebut joget dengan cara

menyerahkan sampur (selendang yang dipakai penari wanita) atas petunjuk pengarih. Tamu yang menerima sampur atau istilah "ketiban

sampur" mendapatkan kehormatan untuk menari bersama-sama dengan joget. Di dalam kelompok seni pertunjukan, tayuban dapat digolongkan tari rakyat tradisional, sifat kerakyatan sangat menonjol, tampak sebagai

gambaran dari jiwa masyarakat pendukungnya, yaitu masyarakat pedesaan yang umum dijumpai diwilayah Kabupaten Blora, seperti sifat spontanitas,

kekeluargaan, kesederhanaan, sedikit kasar, namun penuh rasa humor. Sebagaimana ciri khas tari ini yang sudah memasyarakat, maka Tayuban

sudah menyebar hampir seluruh Kabupaten Blora. Seni Tayuban pada umumnya dipentaskan pada upacara adat yaitu sedekah desa, sedekah bumi atau upacara adat lain, juga pada orang punya kerja, memenuhi

nadar, khitanan, perkawinan dan sebagainya. Maka dari itulah kesenian tayub dijadikan untuk motif dalam batik Blora (wawancara dengan yayuk.

(19)

38 3. Motif Daun Jati

Motif Daun Jati merupakan ciri khas batik Blora yang terdapat pada

garis-garis tulang daun yang membentuk guratan garis dinamis nan indah kelenturan dan lipatan daun terwujud pada batik Blora. Nuansa daun jatinya diperkuat oleh perpaduan warna yang lembut namun memberikan

(20)

39 4. Motif Sate

Motif Sate adalah Sate ayam merupakan salah satu menu yang bisa kita jumpai dengan sangat mudah, mulai dari daerah pedesaan hingga kota-kota besar. Kalau pada umumnya kita menjumpai para pedagang sate

ayam khas Madura, tapi di daerah Blora memiliki sate ayam khas kota ini sendiri. Maka dari itulah makanan khas Blora yaitu sate ayam dijadikan

untuk motif dalam batik Blora (wawancara dengan yayuk. 13 Maret 2014).

D. Potensi Batik Blora Terhadap Perkembangan Perekonomian Masyarakat Blora

a. Faktor-Faktor Yang Mendorong Masyarakat Blora Memilih Usaha Batik Faktor yang mendorong masyarakat memilih usaha batik yaitu karena batik sudah diselenggarakan untuk digunakan seragam yang dipakai pada hari Selasa sampai Jumat yang diharuskan untuk memakai batik. Sekarang batik sudah

(21)

40 batik. Jadi seragam batik digunakan untuk PNS, pegawai Bank dan pegawai-pegawai kantoran yang lainnya. Setelah adanya batik masyarakat Blora dapat

menanggulangi masalah pengangguran yang terjadi di masyarakat Blora sendiri (wawancara dengan Yayuk, 12 Mei 2014).

b. Batik Blora Berkembang Dalam Pemasaran, Keunikan Dan Sumber Daya Manusia

Dalam pemasaran batik Blora ini masih ada di wilayah Blora saja, tetapi

sekarang sudah ada ditempat khas oleh-oleh Blora dan sudah mulai online juga karena sudah dapat pelatihan dari Telkom dan peminatnya pun juga semakin

banyak. Konsumen batik Blora sekarang semakin banyak sudah tersebar di Surabaya, Jakarta dan kota-kota lainnya. Keunikan dari batik Blora dengan ciri

khasnya jati, makanan dan kesenian yaitu daun jati, pohon jati, sate, barongan dan tayub. Sebelum ada batik sumber daya manusianya masih belum mengalami perubahan, setelah adanya batik masyarakat Blora semakin meningkat dalam

sumber daya manusianya (wawancara dengan yayuk, 12 Mei 2014).

c. Perkembangan Perekonomian Dalam Pendapatan Dan Tenaga Kerja Batik Blora sangat potensial untuk dikembangkan, karena ternyata banyak masyarakat luar daerah yang tertarik. Perekonomian masyarakat Blora mayoritas bertani terutama tanaman pangan, sedangkan sebagian kecil anggota masyarakat

mempunyai profesi lain, seperti pegawai negeri, guru, pedagang, dan pengusaha. Peluangnya setelah adanya batik Blora sangat banyak, dengan tujuannya

(22)

41 Kabupaten Blora tidak bisa mengarap sawahnya karena di Blora airnya sulit. Peluangnya adanya batik Blora bisa digunakan untuk mencari pekerjaan orang

lain yang tidak bekerja menjadi bekerja. Pendapatan batik Blora menjadi berkembang bagi masyarakat Blora terutama bagi ibu-ibu dipedesaan. Ketika satu

kelompok bisa menyerap tenaga kerja yang banyak berarti untuk tingkatan perekonomiannya juga lumayan banyak. Menurut orang desa menjadi pembantu rumah tangga sekarang lebih suka untuk membatik daripada ikut pembantu rumah

tangga dengan harapannya bisa mendapatkan lebih dari pendapatannya untuk keluarganya (wawancara dengan Untung, 24 Februari 2014).

Pendapatan dalam usaha batik ini semakin meningkat dan jumlah tenaga kerjanya juga bertambah. Di samping itu untuk menambah keuangan dalam

keluarganya, tetapi juga membuka peluang kerja agar tidak ada yang menjadi pengangguran. Setelah meningkat konsumen batiknya sekarang harga bahan-bahan untuk membatik menjadi meningkat salah satunya harga kain yang dari

Rp14.500,00 sekarang menjadi Rp16.000,00 (wawancara dengan Yayuk, 12 Mei 2014).

Pengembangan perekonomian masyarakat Blora dikembangkan oleh batik Blora, tetapi tidak hanya batiknya saja. Perekonomian masyarakat Blora juga dikembangkan oleh kuliner, pariwisata dan ada pelatihan pembuatan krupuk tahu.

Jumlah tenaga kerja dalam membatik semakin bertambah dari 8 orang menjadi 15 orang. Tenaga kerjanya dalam mengerjakan batik itu berbeda-beda ada yang

(23)

42 bahan-bahan batik sebelum meningkat dan sesudah meningkat dari lilin atau malam Rp32.000,00 menjadi Rp35.000,00. Sedangkan harga warna yang biasa

perkilonya Rp300.000,00 menjadi Rp305.000,00 dan warna yang bagus perkilonya Rp700.000,00 menjadi Rp705.000,00. Setelah bahan-bahan batik

meningkat pengusaha batik tidak mengalami keuntungan dan kerugian. Harga batik Blora itu berbeda-beda sesuai dengan motifnya, kalau motifnya sederhana atau tidak rumit atau sulit itu harganya Rp125.000,00 sedangkan motifnya yang

rumit atau sulit itu harganya Rp250.000,00. Bahkan pesanan batik yang harganya Rp250.000,00 itu biasanya dipakai untuk seragam dan pesanan batik sutera

harganya Rp350.000,00. Batik Blora tidak hanya batik tulis saja tetapi ada yang menjual batik cap dan batik printing, harga batik cap Rp100.000,00 dan harga

batik printing Rp60.000,00. Harga batik Blora sama dari semua pengusaha batik karena sudah ada sepakatan, tetapi ada yang menjual batiknya lebih mahal.

Pendapatan dalam tenaga kerjanya itu berbeda-beda sesuai dengan

pekerjaannya bagian canting Rp20.000,00, warna Rp15.000,00, gambar Rp10.000,00, merebus atau mencuci batik Rp5.000,00 perpotong. pendapatan

tenaga kerjanya ada yang diminta perminggu dan ada yang diminta perbulan. Pendapatannya sebelum menjadi pengusaha batik masih mengandalkan gaji dari suami, setelah menjadi pengusaha batik pendapatan perekonomiannya lebih

meningkat. Pendapatannya diperoleh dari pesanan batik yang jumlahnya 123 potong dan mendapatkan penghasilan Rp10.000.000,00. Pendapatan dalam

(24)

43 mendapatkan Rp1.500.000,00, apabila ada pesanan batiknya banyak pendapatannyapun juga semakin meningkat dalam pemasukan keuangannya.

Pada tahun ke tahun pendapatan pengusaha batik mendapatkan keuntungan banyak. Selama satu tahun pengusaha batik bisa menghasilkan lebih dari

Rp60.000.000,00 itupun sesuai dengan pesanan batiknya. Pendapatan pembantu rumah tangga Rp250.000,00 maka dari itu pembantu rumah tangga ikut untuk membatik supaya ekonomi dalam rumah tangganya lebih meningkat. Pengrajin

batik menjual batiknya dirumah, sedangkan batik yang dijual di toko khas Blora itu biasanya tidak pernah mendapatkan pesanan maka dari itu batiknya disetorkan

ke toko dekat terminal. Ada beberapa nama griya batik di Kabupaten Blora dengan diberi nama batik Lestari, batik Canting Mustika Jati, batik Mustika

Blora, batik Mustika ART Gallery, batik Samin by EEN Production, batik Jati Wangi, batik Jati Ayu, batik Jati Mas, batik Griya Nusantara, batik Wangi Cendana, batik Almira, batik Damar Sejati dan sebagainya (wawancara dengan

Gambar

gambar dimana kainnya digambar pola atau motif yang diinginkan. Setelah

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada hari ini Selasa tanggal Dua Puluh Sembilan bulan Mei tahun Dua Ribu Dua Belas dimulai pukul 07.00 WIB s/d pukul 08.00 WIB bertempat di Kementerian Agama Kantor

&war,

Sur at Kuasa bagi yang di w akilkan, yang namanya t er cant um dal am Akt a Pendir ian/ Per ubahan – per usahaan dan dit andat angani oleh k edua bel ah pi hak yang

Bahwa dalam rangka kelancaran proses belajar mengajar Program S-l P.IKR, pKO dan IKORA Bersubsidi FIK LINY perlu ditetapkan nama Dosen Pengajar dan Penguji mata kuliah Fakulter

Konservatifisme dan formalisme agama bertentangan dengan jargon Muhammadiyah tentang “Islam yang Berkemajuan”.. Konservatifisme agama memiliki potensi timbulnya beberapa

Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) bidang sipil dan bidang arsitekur, yang masih berlaku.. Surat Izin Tempat Usaha (HO), yang masih berlaku

Bousquet, merasa heran mengamati sikap pejabat-pejabat Belanda yang masih saja menilai bahwa gerakan-gerakan modernis Muslim kurang berbahaya dibandingkan dengan gerakan