23
Bab 3
Metode dan Perancangan Sistem
3.1
Metode Pembangunan Sistem
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah PPDIOO
(prepare, plan, design, implement, operate, optimize). Metode ini
adalah metode yang diterapkan oleh Cisco yang dirancang untuk
mendukung jaringan berkembang. Ada 6 tahap dalam metode
PPDIOO, tiap tahap mendefinisikan aktifitas yang dibutuhkan untuk
mengoptimalkan kinerja seluruh siklus hidup suatu jaringan.
Gambar 3.1 menggambarkan tahap-tahap dalam metode PPDIOO.
Gambar 3.1Metode PPDIOO (Cisco, 2007)
Metode ini dipilih karena mengandung unsur-unsur yang
tepat untuk digunakan saat penelitian dilakukan. Mulai dari awal
Prepare: Prepare adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini
dilakukan persiapan rencana kerja, kasus atau masalah yang
dihadapi, termasuk kebutuhan hardware dan software yang
digunakan untuk mendukung pembangunan model arsitektur
cluster virtual.
Plan: Plan adalah tahapan yang digunakan untuk membuat rencana kerja dengan melibatkan identifikasi kebutuhan
jaringan awal berdasarkan tujuan, fasilitas, kebutuhan user, dan
faktor lainnya. Rencana kerja disusun untuk membantu
pengelolaan tugas, tanggung jawab dan sumber daya yang
diperlukan untuk diterapkan dalam jaringan.
Design: Design adalah tahap awal pembuatan model. Dengan
mengacu pada jurnal- jurnal yang telah ada dibuatlah suatu
model yang baru. Tahap design ini menggunakan topologi
jaringan yang telah dirancang.
Implement: Implement adalah tahap yang merupakan lanjutan
dari tahap design dengan mengacu pada design yang telah
dirancang. Hasil dari design di implementasikan dengan
hardware dan software. Serta segala konfigurasi server di
lakukan pada tahap ini.
Operate: Operate adalah tahap pengujian pada sistem yang
telah terbangun dengan memperhatikan rencana dari tahap
pertama hingga tahap implement, apakah sesuai dengan rencana
atau masih terdapat kekurangan. Dan menganalisa baik
kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada sistem.
Optimize: Optimize adalah tahap optimasi dari sistem yang
analisis sesudah tahap operate. Proses optimize digunakan untuk
memperbaiki hasil dari analisi sebelum dilakukan optimasi
sistem, sehingga sistem mengalamai perbaikan dan hasil
maksimal dapat dicapai.
3.2
Prepare Phase
dan
Plan Phase
Tahap persiapan dan rencana dimulai dengan membuat check
list terhadap kebutuhan hardware dan software yang akan digunakan
dalam penelitian. Perencanaan model arsitektur cluster disesuaikan
dengan permasalahan atau kasus yang dihadapi.
Kebutuhan perangkat lunak (software) dalam penelitian ini
menggunakan sistem operasi Windows Server 2008 R2, sistem
operasi Windows Server 2008 R2 dipilih karena mendukung
service-service untuk komputer server, dan juga karena dukungan
virtualisasi Hyper-V dan fungsi Network Load Balancing (NLB)
untuk pembagian kerja ke node-node.
Untuk penelitian ini perangkat keras (hardware) yang
digunakan adalah personal computer (PC), switch, ethernet card,
monitor, keyboardvisual mouse (KVM) switch dan kabel unshielded
twisted pair (UTP). Spesifikasi personal computer yang digunakan
adalah processor intel core2duo karena memiliki kemampuan
hardware virtualization.
3.3
Design Phase
Setelah kebutuhan hardware dan software ditentukan,
kemudian dilakukan perancangan model arsitektur cluster virtual.
Cluster yang dibuat akan digunakan sebagai web server berbasis
rancangan arsitektur topologi jaringan cluster virtual yang akan
dibuat.
Gambar 3.2Rancangan topologi jaringan cluster virtual
Pada jaringan lokal terdapat dua komputer server yang
masing- masing mempunyai dua node dan satu buah komputer yang
digunakan untuk monitoring. Aplikasi berbasis web tersimpan pada
semua node. Tiap node akan terhubung menjadi satu cluster yang
akan bekerja secara bersama-sama.
Aplikasi pembagi beban kerja secara load balancing
menggunakan Network Load Balancing yang sudah ada sebagai
feature dalam sistem operasi Windows Server 2008 R2. Konfigurasi
IP pada masing- masing server adalah sebagai berikut:
Server 1 : 192.168.80.2
Server 2 : 192.168.80.5
Node 1 : 192.168.80.3
Node 2 : 192.168.80.4
Node 3 : 192.168.80.6
Node 4 : 192.168.80.7
3.4
Implement Phase
Setelah desain sistem telah terbentuk maka selanjutnya
adalah melakukan implementasi sesuai topologi jaringan yang telah
dirancang. Spesifikasi komputer yang akan digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Server 1
Processor Inter Core2Duo 1,8 GHZ
RAM 2 GB
Harddisk 80 GB
Ethernet Interface Intel D945GVHZ 100/10 Mb/S
2. Server 2
Processor Inter Core2Duo 1,8 GHZ
RAM 2 GB
Harddisk 80 GB
Ethernet Interface Intel D945GVHZ 100/10 Mb/S
3. Komputer Monitor
Processor Intel Pentium 4 2,4 GHz
RAM 1 GB
Harddisk 40 GB
Ethernet Interface 3Com EtherLink 10/100 Mb/S
Pada komputer monitor diinstal administrative tools yang
berisi banyak aplikasi pendukung yang biasa terdapat pada Windows
Server. Salah satunya adalah Network Load Balancing Manager
yang digunakan untuk mengkonfigurasi pengaturan load balancing
yang akan dibuat. Virtual IP terbentuk sebagai IP utama yang
3.3 menampilkan Network Load Balancing Manager dan node yang
terhubung dalam satu cluster.
Gambar 3.3 Network Load Balancing Manager
Hyper-V Manager juga termasuk dalam aplikasi yang
disediakan oleh administrative tools. Hyper-V Manager digunakan
sebagai media kontrol virtual machine yang ada pada server-server.
Fungsi ini memudahkan administrator dalam melakukan monitoring
dan maintenance di tiap node. Gambar 3.4 menjelaskan GUI pada
Hyper-V adalah aplikasi yang menjalankan virtual machine
di tiap-tiap server. Hyper-V secara default sudah ada dalam system
operasi Windows Server 2008 R2 sebagai roles. Untuk menggunakan
hyper-v harus menginstal roles hyper-v terlebih dahulu pada GUI
server manager.
Tiap server memiliki dua virtual machine, sehingga dalam
cluster yang dibuat akan terdapat empat node. Tiap node saling
terhubung ke jaringan lokal. Semua node memiliki IP virtual yang
sama yang dibuat oleh NLB. Pengaturan NLB yang dipakai adalah
multicast dengan affinity none. Dengan pengaturan tersebut semua
request akan di distribusikan secara bersama ke semua node tanpa
menunggu antrian proses pada node 1. Gambar 3.5 menunjukkan
pengaturan dalam N LB.
Gambar 3.5 Pengaturan dalam NLB
Sebuah router digunakan untuk menghubungkan jaringan
publik dengan jaringan lokal.
3.5
Operate Phase
Setelah sistem di implementasikan, maka tahap yang
dilakukan selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap sistem
server dibangun pada arsitektur sesuai dengan rancangan yang ada.
Web application yang digunakan adalah web pranata mangsa yang
menggunakan mapserver sebagai framework untuk menjalankan
aplikasi berbasis Graphical Information System (GIS).
Saat IP publik diakses oleh pengguna yang terhubung dengan
internet, request pada port 80 akan diredirect ke IP virtual pada port
yang sama. IP virtual menerima request daripengguna, pada saat itu
juga request langsung dibagi ke node-node yang terhubung dan akan
direspon sesuai dengan request.
Tahap operate ini juga mengalami evaluasi terhadap sistem
yang berjalan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap
bagian server telah bekerja sesuai landasan teori dan didapatkan
solusi atau tidak. Evaluasi dilakukan pada beberapa bagian server
yang bekerja, yaitu :
Pengumpulan data yang berada di bagian server, apakah jumlah
node dalam sebuah server sudah sesuai jumlah yang
dibutuhkan. Aplikasi web dan database pada tiap node telah
terinstal. Pengalamatan IP yang menghubungkan jaringan antar
node telah sesuai dan bekerja dengan baik.
Selanjutnya pada NLB, apakah semua node telah terhubung. IP
virtual telah terbentuk di tiap node. Load balancing dapat
bekerja dan pengaturannya sesuai dengan konfigurasi dasar
yang telah dilakukan pada tahap implement.
Pada bagian router apakah jaringan publik dan jaringan lokal
3.5.1 Perancangan Pengujian Sistem
Perancangan pengujian sistem yang dilakukan
merupakan acuan utama dilakukan penelitian ini. Parameter
yang digunakan adalah parameter yang dapat digunakan
untuk membandingkan kinerja suatu server. Parameter yang
digunakan pada pengujian sistem ini adalah :
1.
Test Duration, waktu yang dihabiskan untuk menjalankan tes.2.
Simultaneous User, banyaknya simulasi pengguna yang dipakai untuk menjalankan tes.3.
Throughput, kecepatan transfer data, parameter ini akan mengukur kecepatan transfer data yang digunakanpengguna pada saat menjalankan request ke web server.
4.
Connection Rate, kecepatan pemrosesan data, parameter ini yang akan diukur adalah kecepatan waktu servermengeksekusi request dari client.
5.
Request Time, banyaknya request dari penguna pada layanan yang disediakan pada web server pada satuandetik.
6.
Request Error, banyaknya request yang tidak tertangani oleh web server yang menyebabkan pengguna tidakmemperoleh layanan dari server.
3.6
Optimize Phase
Tahap optimize adalah tahap dimana konfigurasi dasar pada
rancangan awal mengalami perubahan untuk memperoleh hasil yang
lebih baik. Rancangan baru diperoleh setelah melakukan tes pada
rancangan lama. Dengan memperhatikan nilai error dan
parameter-parameter lain dari tes yang dilakukan, sistem mengalami perbaikan.
Cluster virtual diharapkan untuk dapat menyediakan layanan yang