PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD
MURA@BAH}AH DAN MUSHA@RAKAH DALAM PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KOPERASI JASA
KEUANGAN SYARI
’
AH AL-MUBAROK CANDI SIDOARJO)
SKRIPSI
Nama : Pian Sopiansyah
NIM : C52212110
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah
PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD
MURA@BAH}AH DAN MUSHA@RAKAH DALAM PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KOPERASI JASA
KEUANGAN SYARI
’
AH AL-MUBAROK CANDI SIDOARJO)
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Syariah dan Hukum
Oleh
Nama : Pian Sopiansyah
NIM : C52212110
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Syariah dan Hukum
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang dilakukan di Jalan Kramean No.03 RT.02 RW.06 Sumorame Candi Sidoarjo dengan judul
“Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Al-Mubarok Candi Sidoarjo)”. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab permasalahan
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TRASLITERASI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Kajian Pustaka ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Kegunaan Hasil penelitian ... 7
G. Definisi Operasional ... 8
H. Metode Penelitian ... 11
I. Sistematika Pembahasan ... 16
A. Teori Denda ... 18
B. Teori Mura>bah}ah ... 20
1. Pengertian mura>bah}ah... 20
2. Dasar hukum mura>bah}ah... 21
3. Rukun dan syarat mura>bah}ah... 25
4. Macam-macam mura>bah}ah... 26
5. Manfaat dan hikmah mura>bah}.ah... 26
C. Teori Musha>rakah ... 26
1. Pengertian musha>rakah... 26
2. Rukun dan syarat musha>rakah ... 27
3. Macam-macam musha>rakah... 27
4. Landasan hukum musha>rakah... 28
5. Manfaat dan resiko musha>rakah... 29
D. Konsep Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah... 31
1. Pengertian pendistribusian dana denda... 31
2. Konsep dana denda dan pendistribusiannya... 32
BAB III PRAKTIK PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD MURA>BAH}AH DAN MUSHA>RAKAH DI KJKS AL-MUBAROK CANDI SIDOARJO... 34
A. Gambaran Umum Tentang Tempat Penelitian ... 34
1. Sejarah singkat KJKS Al-Mubarok ... 34
2. Visi, misi dan motto KJKS Al-Mubarok ... 34
3. Legalitas hukum struktur organisasi ... 35
4. Kegiatan usaha ... 38
5. Administrasi dan pembukuan ... 40
B. Praktik Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah... 41
1. Praktik akad mura>bah}ah di KJKS Al-Mubarok ... 41
3. Praktik pendistribusian dana denda akad
mura>bah}ah dan musha>rakah... 48
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD MURA>BAH}AH DAN MUSHA>RAKAH DI KJKS AL-MUBAROK CANDI SIDOARJO... 51
A. Analisis Praktek Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah di KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo... 51
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah di KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo... 53
BAB V PENUTUP... 59
A. Kesimpulan... 59
B. Saran... 60
DASAR PUSTAKA ... xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ajaran Islam mengakui adanya perbedaan pendapatan dan kekayaan pada
setiap orang dengan syarat bahwa perbedaan tersebut diakibatkan karena setiap
orang mempunyai perbedaan dalam hal keterampilan, inisiatif, usaha, dan resiko.
Perbedaan adalah hal yang lumrah dalam segala segi kehidupan seperti perbedaan
pendapat, tingkat ekonomi, agama, dan lain-lain. Dalam hal perbedaan
pendapatan dan kekayaan tidak boleh ada kesenjangan sosial yang terlalu jauh
antara yang kaya dan yang miskin, karena kesenjangan yang terlalu dalam antara
orang kaya kaya dan orang miskin miskin tidak sesuai dengan Syariat Islam yang
menekankan bahwa sumber-sumber daya bukan saja karunia Allah kepada
manusia, melainkan juga merupakan sebuah amanah. Oleh karena itu, tidak ada
alasan untuk mengkosentrasikan sumber-sumber daya ditangan segelintir orang,
karena Syariat Islam sangat menekankan adanya suatu distribusi kekayaan dan
pendapatan yang merata pada setiap kalangan atau kaum sebagaimana firman
Allah dalam surah al-Hashr (59) ayat 7 :
ْ يَك
ْ
َْلْ
َْنوُكَي
ْ
ْ ةَلوُد
ْ
َْ يَ ب
ْ
ِْءاَيِن غَ ْا
ْ
ْ مُك نِم
ْ
2
Artinya : “kekayaan itu tidak beredar di kalangan orang-orang kaya diantara kamu saja….” (Q.S. al- Hashr : 7).1
Islam berpandangan bahwa aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh
manusia pada dasarnya merupakan realisasi dari tugas dan fungsi manusia
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Fungsi manusia tersebut yaitu mengolah
dan memanfaatkan alam seisinya untuk kemakmuran dan kesejahteraan bersama
sebaga amanah dari Allah SWT. Aktivitas ekonomi dinilai sebagai sarana untuk
memenuhi jalannya kehidupan yang tidak saja bertujuan untuk terpenuhinya
kebutuhan material di dunia ini, tetapi merupakan aktualisasi bentuk pengabdian
kepada Allah SWT yang berujung pada mengharap ridha Allah di akhirat kelak.
Oleh sebab itu, kita sebagai umat Islam untuk mencapai masyarakat Islam secara
menyeluruh, bukan saja ibadah wajib saja seperti sholat, puasa, zakat, haji dan
shodaqah yang kita perhatikan dan kita rasakan melainkan dalam hal apapun
aspek kehidupan kita seperti politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya harus
juga menjadi perhatian besar untuk kita terutama ekonomi, agar kita paham apa
itu riba, gharar, transaksi yang haram dan halal dan lain sebagainya demi
terwujudnya Islam kita yang ka>ffah.
Salah satu bagian penting dari kegiatan ekonomi Syariah adalah dengan
adanya system keuangan Syariah. Sistem keuangan Syariah merupakan
subsistem dari sistem ekonomi syariah. Ekonomi Syariah merupakan bagian dari
sistem ajaran Islam secara keseluruhan. Dengan demikian, sistem keuangan
Syariah merupakan cerminan dari nilai-nilai Islam Syariah dalam bidang
3
ekonomi. Namun masih banyak Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah yang tidak
bergerak atau melakukan aktivitas ekonomi dan transaksi sebagaimana yang
telah diterangkan dalam ajaran Islam atau ekonomi Islam. Banyak
Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah baik Bank maupun non Bank memakai kedok nama
Syariah di belakang nama lembaga tersebut agar bisa menarik calon nasabah
untuk bertransaksi disana.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa konsep ekonomi Syariah
meletakkan nilai-nilai Islam sebagai dasar dan landasan dalam aktivitas
perekonomian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat lahir dan
batin. Salah satu upaya merealisasikan nilai-nilai ekonomi Islam dalam aktivitas
nyata masyarakat, antara lain mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang
beroperasi berdasarkan Syariah Islam. Berbagai lembaga keuangan Syariah ini
seperti perbankan, Asuransi, Dana pensiun, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi
Jasa Keuangan Syariah, Baytul ma>l wa attamwi>l, Reksadana, dan lain lain.
Salah satu bentuk Lembaga Keuangan Syariah adalah Koperasi Jasa
Keuangan Syariah. Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS,
adalah Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan,
investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (Syariah). Karakteristik KJKS
yaitu : (1)berbadan hukum Koperasi (2)bergerak dalam bidang pembiayaan,
4
bagi hasil (4)mengikuti standar operasional manajemen sesuai Syariah yang telah
dtentukan oleh pemerintah.2
Sebagaimana yang dijelaskan diatas bahwa KJKS adalah salah satu
Lembaga Keuangan Syariah yang beroperasi dalam ruang lingkup mikro dan
dengan adanya Lembaga Keuangan Syariah ditengah perekonomian masyarakat
menjadi sebuah solusi bagi kesejahteraan masyarakat ditingakat menengah
maupun rendah salah satunya yaitu KJKS. Kita sebagai umat muslim dan
mayoritas masyarakatnya beragama Islam, tentunya kita harus mengetahui
tentang Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah yang berkonsepkan Syariah atau
Islam, agar kita semua sadar bahwa agama Islam itu bukan hanya untuk ibadah
fardhu saja melainkan juga sektor perekonomian, hukum, negara, kesehatan dana
lain sebagainya. Oleh karena itu, saya sangat tertarik untuk mengangkat tema
tentang Lembaga Keuangan Syariah baik sekilas tentang konsepnya,
produk-produknya, payung hukumnya, terutama praktiknya apakah sesuai dengan
undang-undang maupun hukum Islam.
Tema yang saya angkat pada skripsi ini adalah terkait dengan KJKS yang
berjudul “Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah
dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Koperasi Jasa Keuangan
Syariah)”. Alasan saya mengangkat tema ini adalah karena tema-tema yang ada
terkait dengan pendistribusian dana denda sangat sedikit sekali kita temukan,
baik di Lembaga Keuangan Syariah yang makro seperti Bank Syariah dan juga di
5
Lembaga Keuangan Syariah yang mikro seperti KJKS. Kemudian alasan saya
mengangkat tema ini dikarenakan tempat penelitian saya atau KJKS ini termasuk
dari Lembaga Keuangan Syariah non Bank yang cukup lama berdirinya, sejak
dari masih bernama Koperasi Serba Usaha, Koperasi Simpan Pinjam, sampai
menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah seperti sekarang ini, serta alasan saya
yang mendasar mengapa saya mengangkat tema ini karena saya ingin mengetahui
bagaimana praktik pendistribusian dana denda dari awal dikenakannya denda ke
nasabah, disalurkan dana denda tersebut kemana, dan proses sebenarnya yang
terjadi di Lembaga Keuangan Syariah terutama non Bank terkait pendistribusian
dana denda pada akad mura>bah}ah dan musha>rakah secara detail dan menyeluruh.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah
berikut :
a. Penerapan denda pada akad mura@bah}ah dan musha@rakah di KJKS
Al-Mubarok Candi Sidoarjo.
b. Qard} Al-H}asan di KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo.
c. Pengertian mura@bah}ah dan musha@rakah yang berbeda menurut literatur
atau referensi dan praktik di lapangan.
d. Pendistribusian dana denda akad mura@bah}ah dan musha@rakah di KJKS
Al-Mubarok Candi Sidoarjo.
e. Perspektif hukum Islam terhadap pendistribusian dana denda di KJKS
6
2. Batasan Masalah
Mengingat luasnya masalah dalam studi penelitian, maka diperlukan
adanya pembatasan masalah agar pembahasan dalam penelitian lebih terfokus
yaitu:
a. Pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah dan
musha@rakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi
Sidoarjo.
b. Perspektif hukum Islam dalam pendistribusian dana denda di Koperasi
Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo.
C. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, praktis dan sistematis maka
masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah dan musha@rakah
di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pendistribusian dana denda pada
akad mura@bah}ah dan musha@rakah (studi kasus di Koperasi Jasa Keuangan
Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo)?
D. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka
menyusun dan melengkapi penelitian ini. Kegunaannya adalah untuk mengetahui
hasil yang telah dilakukan oleh penelitian terdahulu juga menentukan posisi
pembeda dari penelitian ini baik dari aspek yang diteliti, lokasi, dan objeknya.
7
mendapatkan suatu informasi tentang teori yang ada kaitannya dengan judul
dalam penelitian ini. Sebagian dari peneliti yang melakukan adalah:
1. Skripsi dengan judul “Studi Analisis tentang Denda Karena Penunggakan
Pembayaran Angsuran Pada Produk Murabahah di Bank Bukopin Cabang
Syari’ah Surabaya”. Skripsi ini karya Mar’Atul Fadlilah lulus pada tahun
2006. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwasanya penerapan denda
karena penunggakan pembayaran angsuran pada produk mura@bah}ah di Bank
Bukopin Cabang Syariah Surabaya dikenakan kepada nasabah yang
melalaikan kewajibannya terhadap akad perjanjian mura@bah}ah yang telah
disepakatinya. Besar denda yaitu 5% per hari setelah jatuh tempo.
Kemungkinan dana denda tersebut dimasukkan ke rekening qard} al-h}asan
yang digunakan sebagai dana sosial. Hukum terhadap eksistensi pelaksanaan
denda karena penunggakan pembayaran angsuran pada produk mura@bah}ah
diperbolehkan menurut hukum Islam. Denda tersebut berlaku bagi orang yang
berhutang dan mempunyai uang atau mampu membayar, namun
mengulur-ulur pembayarannya. Kemudian denda tersebut disedekahkan untuk orang
yang tidak mampu. Pelaksanaan denda karena penunggakan pembayaran
angsuran pada produk mura@bah}ah di Bank Bukopin Cabang Syariah Surabaya
8
denda tersebut sebagai bentuk hukuman terhadap nasabahah yang
wanprestasi.3
2. Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Penerapan Denda Bagi
Nasabah yang Terlambat Membayar Angsuran pada Pembiayaan Mura@bah}ah
di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya
(Studi Kasus di KJKS Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya)”. Skripsi ini
ditulis oleh Fiki Firmansyah pada tahun 2011, di dalamnya menjelaskan
tentang penerapan denda bagi nasabah yang telat mengangsur pada akad
murabahah secara berturut-turut sebanyak 5% dari dana pembiayaan,
kemudian 5% + 5% jika nunggak 3 kali berturut-turut dipotong langsung dari
tabungan yang diputuskan langsung oleh koperasi tersebut. Kesimpulan pada
skripsi ini yaitu penerapan denda menurut tinjauan hukum Islam mempunyai
2 pandangan yaitu dibolehkan karena adanya kesepakatan antara kedua belah
pihak di awal akad dan pandangan yang kedua yaitu tidak dibolehkan karena
penetapan denda yang terlalu besar dan memberatkan nasabah.4
Dengan kajian pustaka di atas sudah jelas membedakan antara skripsi
ini dengan penelitian yang terdahulu yaitu skripsi terdahulu lebih memfokuskan
penelitiannya pada hukum dari penerapan denda itu sendiri, sedangkan pada
skripsi saya fokus membahas tentang pendistribusian dana denda pada akad
Mura@bah}ah dan musha@rakah yang pada dasarnya dana denda didistribusikan pada
3 Mar’atul Fadlilah, ”Studi Analisis tentang Denda Karena Penunggakan Pembayaran Angsuran
Pada Produk Murabahah di Bank Bukopin Cabang Syariah Surabaya” (Skripsi-IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2006), 75.
4 Fiki Firmansyah, “Analisis Hukum Islam Terhadap Penerapan Denda Bagi Nasabah Yang
9
dana sosial/qard} al-h}asan terlebih lagi tema qard} al-h}asan sangat sedikit kita
jumpai di berbagai literatur yang lebih banyak berfokus pada qard} nya saja,
sehingga penulis ingin meneliti lebih lanjut terkait tema yang berjudul
“Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura@bah}ah dan Musha@rakah dalam
Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Al-Mubarok Candi Sidoarjo)” dikarenakan tema skripsi ini berfokus pada
pendistribusiannya atau bisa kita sebut dengan proses penyaluran dana denda
pada kedua akad tersebut di atas.
E. Tujuan Penelitian
Dengan berdasarkan pada hal- hal yang dikemukakan pada latar
belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui secara mendalam pendistribusian dana denda akad mura@bah}ah
dan musha@rakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi
Sidoarjo.
2. Mengetahui perspektif hukum Islam tentang pendistribusian dana denda yang
sesuai dengan hukum Islam di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok
Candi Sidoarjo.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dengan tercapainya tujuan di atas, diharapkan hasil penelitian ini
mempunyai nilai tambah dan memberikan kemanfaatan bagi para pembaca
terutama bagi penulis sendiri. Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah :
1. Kegunaan teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
10
bermuamalah yang baik serta teori-teori hukum Islam yang relevan dengan
fenomena masyarakat di zaman modern yang sedang berkembang pesatnya
perbankan/lembaga-lembaga keuangan Syariah di Indonesia.
2. Kegunaan praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai praktek pendistribusian dana
denda khususnya dan dana sosial/qard} al-h}asan umumnya di Koperasi Jasa
Keuangan Syariah sebagai salah satu instrumen dalam kehidupan
perekonomian masyarakat terutama masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan pembaca dalam memahami istilah yang
dimaksud dalam Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura@bah}ah dan
Musha@rakah dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo), maka perlu dijelaskan istilah
pokok yang menjadi pokok pembahasan yang terdapat dalam judul penelitian ini,
sebagai berikut :
1. Hukum Islam : dalil-dalil tentang pendistribusian dana denda produk akad
mura@bah}ah dan musha@rakah yang bersumber dari Al-Qur’an, hadits, ijma’,
qiyas, serta pandangan para ulama.
2. Pendistribusian dana denda : arus penyaluran dana denda yang berasal dari
dana denda para nasabah yang mendapat ta’zi@r berupa sejumlah uang pada
akad mura@bah}ah dan musha@rakah karena keterlambatan membayar angsuran
11
ini yang nanti akan dimasukkan atau dipergunakan untuk dana qard} al-h}asan
(dana sosial).
3. Akad mura@bah}ah : akad pembiayaan di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah
yaitu memberikan dana kepada nasabah yang mengajukan pembiayaan untuk
membeli sebuah barang atau untuk modal kerja yang pembayarannya secara
angsuran dan margin 2,5% dari jumlah dana yang diajukan pihak nasabah dan
untuk denda pada akad mura@bah}ah} dikenakan 0,025% dari jumlah dana yang
diajukan oleh pihak nasabah dan diterima pihak KJKS.
4. Akad musha@rakah : Akad pembiayaan berupa bagi hasil antara pihak KJKS
dan nasabah. Nasabah mengajukan peminjaman dana kepada pihak KJKS
untuk menambahkan modal dana yang telah nasabah punya. Pembayarannya
dilakukan secara angsuran dan untuk margin pada akad ini yaitu sejumlah 3%
dari jumlah dana yang diajukan nasabah dan disepakati oleh pihak KJKS dan
jika terjadi keterlambatan membayar angsuran atau menunda-nunda
pembayaran maka akan dikenakan denda oleh pihak KJKS.
5. KJKS : menurut keputusan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan
menengah republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/ 2004 Koperasi
Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di
bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).5
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok beralamat di Jl. Surowongso
No. 217 Karangbong Gedangan Sidoarjo sebagai kantor pusat dan di Jl.
5“Koperasi Simpan Pinjam Syariah”, dalam
12
Kramean No. 03 RT:02 RW: 06 Sumorame Candi Sidoarjo sebagai kantor
unit.
H. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
dilakukan langsung di lapangan dan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Untuk menghasilkan gambaran yang sistematis dibutuhkan
langkah-langkah yang meliputi: data yang dikumpulkan, sumber data penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data.
1. Data yang dikumpulkan
Data yang diperlukan dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam
rumusan masalah yakni data tentang pendistribusian dana denda pada akad
mura@bah}ah dan musha@rakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok
Candi Sidoarjo dan data yang ada kaitannya dengan hukum Islam dan fatwa
Dewan Syariah Nasional terhadap pendistribusian dana denda pada akad
mura@bah}ah dan musha@rakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok
Candi Sidoarjo.
2. Sumber data
Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini agar
mendapat data yang konkrit serta ada kaitanya dengan masalah di atas
meliputi :
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan berupa data
13
Sumber data yang terkumpul yakni terdiri dari hasil wawancara mendalam
kepada 1 direktur, 1 manager, 4 teller dan 4 account officer di Koperasi
Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo, kemudian sumber
data primer berupa dokumen-dokumen KJKS Al-Mubarok, brosur-brosur,
form perjanjian kontrak akad antara nasabah dan KJKS, arsip-arsip KJKS
serta dokumen angsuran nasabah yang mengajukan pembiayaan akad
mura@bah}ah dan musha@rakah.
b. Sumber data sekunder
1) Teori-teori hukum Islam baik bersumber dari fatwa Dewan Syariah
Nasional, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan pandangan-pandangan
ulama lain tentang pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah dan
musha@rakah.
2) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti di
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo berupa
brosur, arsip data manual maupun aplikasi, berkas-bekas laporan
keuangan dan lain-lain.
3) Buku Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan karya Adiwarman
Ahmad Karim, Buku Perbankan Syariah : Produk-Produk Dan
Aspek-Aspek Hukumnya karya Sutan Remy Sjahdeini, Modul A-Z Sharia
Banking Traning Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya Karya Karim
Consulting Indonesia, Buku Fiqih Islam wa Adillatuhu karya Wahbah Az
14
3. Teknik pengumpulan data
Dalam usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Observasi
Peneliti melakukan kunjungan lapangan terhadap obyek penelitian.
Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung
yang bisa dilakukan selama melangsungkan kunjungan lapangan di KJKS
Al-Mubarok Candi Sidoarjo, termasuk kesempatan-kesempatan selama
pengumpulan data yang lain seperti pada waktu wawancara dengan pihak
KJKS maupun pihak nasabah.
b. Wawancara mendalam (Depth Interview)
Wawancara mendalam dilakukan terhadap sumber informasi yang
dianggap memiliki kompetensi dalam masalah yang diteliti. Dengan
demikian dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai objek
yang diteliti.6 Wawancara mengenai pendistribusian dana denda pada akad
mura>bah}ah dan musha>rakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Candi
Sidoarjo kepada seluruh struktur kepengurusan di KJKS Al-Mubarok dari 1
direktur, 1 manager, 4 teller, dan 4 account officer serta wawancara
mendalam kepada pihak nasabah yang telah mengajukan pembiayaan
mura>bah}ah dan musha>rakah di KJKS Al-Mubarok.
15
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, bukti pembayaran (kwitansi), dan lain
sebagainya. Dokumen dalam pengertian lain merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu bukti surat perjanjian kerja sama seperti bukti surat
perjanjian akad pembiayaan musha@rakah dan mura@bah}ah. Dengan adanya
dokumentasi dalam suatu penelitian maka dapat meningkatan keabsahan
dan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan
penelitian ke lapangan secara langsung.
4. Teknik pengelolaan data
Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penelitian. Peneliti
menggunakan teknik pengelolaan data dengan tahapan sebagai berikut:
a. Organizing
Menyusun kembali data-data yang telah didapat dalam penelitian yang
diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan
rumusan masalah secara sistematis. Peneliti melakukan pengelompokan
data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data-data tersebut
dengan sistematis untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa data.
b. Editing
Pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari segi
kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan
16
dianalisis dengan rumusan masalah dan melakukan validasi ulang terkait
data yang diperoleh peneliti dengan fakta yang terjadi di lapangan.
c. Analizing
Pada tahapan ini peneliti menganalisis data-data yang telah diperoleh dari
penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang
ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan
masalah.
5. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif, yaitu memaparkan data yang terkait dengan
masalah yang dibahas yang ditemukan dalam berbagai literatur dan
kesimpulannya diambil logika deduktif yaitu memaparkan masalah–masalah
yang bersifat umum kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus.
I. Sistematika Pembahasan
Sistem pembahasan ini bertujuan agar penyusunan penelitian terarah
sesuai dengan bidang kajian untuk mempermudah pembahasan, dalam penelitian
ini terbagi atas lima bab, dari kelima bab tersebut terdiri dari sub bab, dimana
antara satu dengan yang lain saling berkaitan sebagai pembahasan yang utuh.
Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang
17
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua merupakan bagian dari landasan teori, dalam bab ini memuat
konsep denda, mura@bah}ah serta musha@rakah yang di dalamnya membahas tentang
pengertian, macam-macam, dasar hukum, dan operasionalisasi.
Bab ketiga berisi gambaran umum tentang lokasi penelitian
pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah dan musha@rakah yang meliputi:
letak geografis lokasi penelitian, operasionalisasi penerapan denda pada akad
mura@bah}ah dan musha@rakah, pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah
dan musha@rakah. Gambaran masalahnya berupa sejarah, perencanaan dan
ketentuan-ketentuan yang ada pada akad mura@bah}ah dan musha@rakah di Koperasi
Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo serta dampak positif dan
dampak negatif dari pendistribusian dana denda.
Bab keempat memuat tentang analisis, yaitu analisis hukum Islam
tentang pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah dan musha@rakah
dalam perspektif hukum Islam (studi kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Candi Sidoarjo).
Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan yang
BAB II
KONSEP DENDA PADA AKAD MURA>BAH}AH DAN MUSYA>RAKAH
A. KONSEP DENDA
1. Pengertian Denda
Dalam kamus Besar bahasa Indonesia, denda adalah hukuman yang
berupa keharusan membayar dalam bentuk uang (karena melanggar aturan,
undang-undang, dan sebagainya). Istilah Arab yang digunakan untuk denda
adalah gharamah yang berarti denda. Denda merupakan salah satu jenis dari
hukuman ta’zir yang menurut bahasa adalah ta’dib yang berarti memberi
pelajaran. Ta’zir juga diartikan dengan ar-raddu wal man’u yang artinya
menolak dan mencegah.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional no.17/MUI-DSN/2000 tentang
sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran mendapatkan
sanksi yang didasarkan pada prinsip ta’zir yaitu bertujuan agar nasabah lebih
disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. Dalam fatwa ini juga telah
dijelaskan bahwa denda hanya berlaku untuk nasabah yang mampu membayar
namun menunda-nunda waktu pembayaran sedangkan nasabah yang tidak
membayar karena tidak mampu maka tidak diperbolehkan untuk diberikan
hukuman denda.7
2. Macam-macam Denda
a. Denda pada akad Mura>bah}ah
19
Berikut ini adalah beberapa ketentuan mengenai denda dalam
mura>bah}ah :
1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan
Bank Syariah kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi
menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.
2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force
majeur tidak boleh dikenakan sanksi.
3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak
mempunyai kemauan dan i’tikad baik untuk membayar hutangnya
boleh dikenakan sanksi.
4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah
lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.
5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan
atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.
6. Dana yang berasal dari dana denda diperuntukkan sebagai dana
sosial.8
b. Denda pada akad musha>rakah
Denda dan/atau ganti rugi dalam akad musha>rakah terjadi
apabila nasabah dengan sengaja menunda atau lalai mengembalikan dana
pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah dan bagi hasil, maka nasabah
dikenakan denda yang besarnya ditentukan oleh pihak Lembaga
Keuangan Syariah dari setiap pembayaran yang tertunggak dan harus
20
dibayar lunas oleh nasabah kepada Lembaga Keuangan Syariah, denda ini
digunakan atau disalurkan untuk kepentingan sosial. Denda ini dihitung
sejak terjadinya tunggakan sampai nasabah melakukan pembayaran
tunggakan. Apabila nasabah dengan sengaja atau karena kelalain
terlambat atau tidak melakukan pembayaran pembiayaan dan bagi hasil
yang merupakan bagian keuntungan Lembaga Keuangan Syariah maka
nasabah dikenakan ganti rugi sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
kerugian riil yang diderita Lembaga Keuangan Syariah.
B. KONSEP MURA>BA{HAH
1. Pengertian Mura>bah}ah
Pengertian mura>bah}ah secara bahasa berasal dari masdar ribh}an
(keuntungan).9 Murabahah adalah masdar dari ra>bah}a-yura>bih}u-mura>bah}atan
(memberi keuntungan). Sedangkan pengertian mura>bah}ah secara istilah
adalah jual beli barang dengan harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati.10
Mura>bah}ah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh nasabah dan
Lembaga Keuangan Keuangan Syariah. Mura>bah}ah sebagai jasa pembiayaan
dengan bentuk transaksi jual beli dengan cicilan.11
9 M. Yazid Effendi, Fiqih Muamalah Dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah
(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), 85.
10 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,
cet.III, 2009), 101.
11 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo
21
Secara terminologi, mura>bah}ah didefinisikan dengan beragam redaksi.
menurut adimarwan karim mura>bah}ah yaitu penjualan suatu barang seharga
barang tersebut ditambah dengan keuntungan yang telah disepakati,
keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah
(sejumlah uang) secara langsung atau dapat berbentuk prosentase dari pokok
pembelian, misalnya 10 % atau 20 %. Menurut Wahbah az-Zuhaili
mura>bah}ah adalah jual beli dengan harga pertama (pokok) beserta tambahan
keuntungan.12 Menurut Syafi’i Antonio, mendefinisikan sebagai “jual beli
barang dengan harga asal dengan tambahan harga dan keuntungan”.13
2. Dasar Hukum
Mura>bah}ah merupakan suatu akad yang diperbolehkan secara syar’i,
serta didukung oleh mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi’in serta
ulama-ulama dari berbagai mazhab dan aliran.
Landasan hukum akad mura>bah}ah ini adalah :
a. Al-Quran
1. Surat an-Nisaa (4) ayat 29 :
Artinya : “hai orang orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu.”(Q.S. an-Nisaa (4) ayat 29).
12 Wahbah az-Zuhaili, al Fiqh al-Islami wa Adillatuh (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989), Jlid.IV, 703. 13 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik..., 101.
22
2. Surat al-Baqarah (2) ayat 275 yaitu :
5
Artinya : Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al Baqarah (2) ayat 275)
Pada penjelasan ayat-ayat di atas, menunjukkan bolehnya
transaksi jual beli dan mura>bah}ah merupakan salah satu bentuk dari
jual beli.
b. Hadith
َث : َلاَق َم لَسَو ِْيَلَع ُّللا ّىَلَص ِّللا َلْوُسَر نَأ
لَجَأ ُعْيَ بْلا : ِةَكَرَ بْلا نِهْيِف ثَا
عْيَ بْلِل َا ِتْيَ بْلِلِْيِع شلااِبِرَ بْلا ُطَاْخَأَو ُةَضَراَقُمْلاَو
Artinya : Bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga hal yang mengandung berkah, jual beli tidak secara tunai, muqa>radhah (mudha>rabah), dan mencampurkan gandum dengan jewawut (jenis tanaman padi-padian yang menghasilkan biji-bijian) untuk keperluan rumah tangga,bukan dijual”. (H.R. Ibnu Majah Shuhaib)16
15 Ibid., 58.
16 Muhammad bin Yazid Abu ‘Abdillah al-Qazwaniy (disebut Ibn Majah), Sunan Ibn Majah Juz II
23
c. Kaidah fiqh
اَهِِْْرََْ ىَلَع لْيِلَد لُدَي ْنَأ اِإ ُةَحاَبِإْا ِتَاَماَعُمْلا ِِ ُلْصَْا
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkan”.17
3. Rukun dan Syarat
a. Rukun mura>bah}ah
Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun jual beli (mura>bah}ah) itu
ada empat, yaitu :
1. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli), maksudnya dalam jual
beli (mura>bah}ah) harus ada orang yang menjual barangnya yang disebut
dengan penjual dan ada orang yang membeli barang tersebut yang disebut
dengan pembeli. Adapun dengan syarat:
a. ‘Aqil (berakal)
b. Mumayyiz (dapat membedakan mana yang baik dan buruk)
c. Ridha atau kerelaan ke dua belah pihak
d. Keduanya tidak mubazir
2. Ada sighat (lafal ija>b dan qabu>l), maksudnya dalam jual beli
(mura>bah}ah) harus ada sighat yang menunjukkan pertukaran barang
secara rela, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
17 MUI, DSN, BI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Edisi Kedua (JAKARTA, MUI,
24
3. Ada barang yang dibeli, maksudnya dalam jual beli (mura>bah}ah) harus
ada barang yang dijual maupun dibeli, sehingga aktivitas seperti ini bisa
disebut dengan jual beli. Adapun dengan syarat:
a. Barang tersebut ada meskipun tidak di tempat, namun ada
kesanggupan untuk mengadakan barang tersebut.
b. Barang tersebut milik sah si penjual.
c. Barang yang diperjualbelikan harus bermanfaat.
d. Tidak termasuk kategori barang yang diharamkan.
e. Dapat diserahkan pada waktu akad atau pada waktu yang telah
disepakati.
f. Barang tersebut sesuai dengan pernyataan penjual.
g. Apabila barang tersebut bergerak maka barang itu langsung dikuasai
pembeli dan harga barang dikuasai penjual. Barang tidak bergerak
bias dikuasai pembeli setelah dokumentasi jual beli dan perjanjian
akadnya dilaksanakan.18
4. Ada nilai tukar pengganti barang, maksudnya dalam jual beli
(mura>bah}ah) harus ada nilai tukar sebagai pengganti barang yang dijual,
nilai tukar tersebut harus sepadan dengan barang yang dijual agar tidak
terjadi kerugian pada salah satu pihak.
Maka rukun-rukun tersebut merupakan unsur yang harus dipenuhi dalam
setiap perbuatan hukum.
25
b. Syarat-syarat mura>bah}ah
Syarat-syarat mura>bah}ah adalah sebagai berikut:
Yang dimaksud dengan syarat dalam jual beli mura>bah{ah ialah
sesuatu yang menjadi sebab terealisasinya transaksi mura>bah{ah. Adapun
syarat-syarat mura>bah}ah adalah:
1. Pembeli hendaklah betul-betul mengetahui modal sebenarnya dari suatu
barang yang hendak dibeli.
2. Penjual dan pembeli hendaklah setuju dengan kadar untung atau
tambahan harga yang ditetapkan tanpa ada sedikit pun paksaan.
3. Barang yang diperjualbelikan bukanlah barang ribawi.
4. Kontrak harus mengungkapkan dengan jelas dan rinci tentang ingkar
janji/ wanprestasi yang terjadi setelah pembelian.
5. Kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang ditetapkan.19
4. Macam-macam Mura>bah}ah
Menurut Adiwarman A. Karim, mura>bah{ah secara garis besar dibagi
menjadi 2 macam yaitu:
1. Mura>bah{ah tanpa berdasarkan pesanan.
2. Mura>bah{ah berdasarkan pesanan. Mura>bah{ah jenis ini terbagi menjadi 2
yaitu:
1) Bersifat mengikat.
2) Bersifat tidak mengikat.20
19 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Peransuransian Syariah di Indonesia
(Jakarta: Kencana, 2004), 89.
26
5. Manfaat dan Hikmah
Manfaat dan Risiko Pembiayaan Mura>bah}ah Sesuai dengan sifat
bisnis (tija>rah), transaksi pembiayaan mura>bah}ah ini memiliki beberapa
manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi. Jual beli mura>bah}ah
memberi banyak manfaat kepada Lembaga Keuangan Syariah. Salah satunya
adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem jual beli mura>bah}ah juga
sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di
Lembaga Keuangan Syariah.
Adapun manfaat lain dari pembiayaan mura>bah}ah secara riil sebagai
berikut:
a. Sebagai produk pembiayaan pokok atau instrumen utama dalam aktivitas
Lembaga Keuangan Syariah.
b. Sebagai salah satu fasilitas pembiayaan baik di bidang mikro sampai
makro ekonomi (bagi industri kecil, menengah, dan industri besar),
khususnya terhadap pembiayaan yang berjangka pendek.21
C. KONSEP MUSHA>RAKAH
1. Pengertian Musha>rakah
Musha>rakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi
27
dana dengan kesepakatakan bahwa keuntungan dana dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.22
Musha>rakah menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Islam mempunyai 5
pengertian :
1. Musha>rakah adalah kerjasama yang dapat dilakukan antara dua pihak
pemilik modal atau lebih untuk melakukan usaha bersama dengan jumlah
modal yang tidak sama, masing-masing pihak berpartisipasi dalam
perusahaan, dan keuntungan atau kerugian dibagi sama atau atas dasar
proposional modal.
2. Musha>rakah adalah suatu kerjasama yang dapat dilakukan antara dua pihak
pemilik modal atau lebih untuk melakukan usaha bersama dengan jumlah
modal yang sama dan keuntungan atau kerugia dibagi sama.
3. Musha>rakah adalah suatu kerjasama yang dapat dilakukan antara dua pihak
atau lebih yang memiliki keterampilan untuk melakukan usaha bersama.
4. Musha>rakah adalah suatu kerjasama yang dapat dilakukan antara pemilik
modal dengan pihak yang mempunyai keterampilan untuk menjalankan
usaha. Dalam kerjasama ini pemilik modal tidak turut serta dalam
menjalankan perusahaan, dan keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan
namun kerugian ditanggung hanya oleh pemilik modal.
5. Musha>rakah adalah suatu kerjasama yang dapat dilakukan antara pihak
pemilik benda dengan pihak pedagang karena saling percaya. Keuntungan
28
ditentukan menurut kesepakatan dan jika benda yang tidak laku dijual
maka akan dikembalikan kepada pemilik benda.23
2. Rukun dan Syarat Musha>rakah
Pembiayaan musha>rakah dapat terlaksana apabila rukun dan syaratnya
telah terpenuhi.
a. Rukun musha>rakah antara lain adalah :
1. shigat (lafal) ijab dan qabul.
2. terdapat dua orang yang berakal dewasa dewasa dan berakal sehat.
3. obyek akad, yaitu modal (ma>l), kerja (darabah), dan keuntungan
(nisbah).
b. Syarat musha>rakah adalah :
1. Harus mengenai tasaruf yang dapat diwakilkan
2. Pembagian keuntungan yang jelas
3.Pembagian keuntungan tergantung kepada kesepakatan, bukan kepada
besar kecilnya modal atau kewajiban.24
3. Macam-macam Musha>rakah
Secara umum, menurut para ulama fiqih termasuk para ulama
Malikiyah dan Syafi’iiyah Musha>rakah terbagi menjadi : al-inan yaitu akad
kerjasama antara dua orang atau lebih dalam penyertaan modal untuk
membuka usaha dengan keuntungan dan resiko dibagi bersama dan modalnya
harus berupa uang, al-mufawadhah yaitu kerjasama antara dua orang atau
23 Pusat pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani (PPHIMM), Kompilasi Hukum
Ekonomi Islam (Jakarta : Kencana, 2009), 50-52.
24 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah, cet. Ke-1 (Jakarta: Zikrul
29
lebih dalam melakukan usaha dengan syarat adanya kesamaan modal,
pengelolaan dan agama, al-wujuh yaitu akad kerjasama antara dua orang atau
lebih untuk membeli sesuatu secara berhutang atau ditangguhkan dengan
menggunakan nama baik mereka, dan ‘abdan yaitu akad kerjasama dua orang
atau lebih yang mengandalakan tenaga atau keahlian orang-orang yang
melakukan akad.25 Para ulama berbeda pendapat tentang al-mudha>rabah,
apakah ia termasuk jenis musha>rakah atau bukan. Beberapa ulama
menganggap al-mudha>rabah termasuk kategori al-musha>rakah karena
memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak) musha>rakah. Adapun
ulama lain menganggap mudha>rabah tidak termasuk sebagai
al-musha>rakah.26
4. Landasan hukum musha>rakah
a. Al-Quran
1. Surat an-Nisa ayat 12 yaitu :
Artinya : Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun. (Q.S. An Nisaa (4) ayat 12)
30
2. Surat AsShaad ayat 24 yaitu :
Artinya : Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. (Q.S As Shaad ayat 24)
Kedua ayat diatas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah
SWT akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja
dalam surat an-Nisaa’: 12 perkongsian terjadi secara otomatis (jabr) karena
waris, sedangkan dalam surat Shaad : 24 terjadi atas dasar akad
(ikhtiyari).29 b. Hadith
ُ ِْبَا ْنَع
اَُُُدَحَأ ْنََُ ََْاَم َِْْكْيِرّشلا ُثِلاَث اَنَأ ُلْوُقَ ي َّللا نِإ َلاَق َُعَ فَر َةَرْ يَر
َُبِحاَص
َناَخاَذِإَف
ُتْجَرَخ َُبِحاَص اَُُُدَحَأ
اَمُهَ ْ يَ ب ْنِم
َو َدُواَد ْوُ بَأ ُاَوَر{ .
}مِكاَْْا
Artinya : Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. Bersabda, “sesungguhnya Allah Azza wa Jalla, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari serikat mereka”(HR Abu Dawud dan Hakim)30
28 Ibid., 277.
29 Antonio Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik...,90-91.
30
31
Hadith qudsi tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada
hamba-hamba nya yang melakukan perkongsian selama saling
menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.
b. Ijma’
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata,
“kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musha>rakah
secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa
elemen darinya.”
5. Manfaat dan resiko musha>rakah
a. Manfaat musha>rakah
1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread.
3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas
usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena
keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan
32
5. Prinsip bagi hasil dalam mudha>rabah/musha>rakah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dimana bankakan menagih penerima pembiayaan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis
ekonomi.31
b. Resiko
Resiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada
penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi, yaitu sebagai berikut.
a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebut dalam kontrak.
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.32
D. KONSEP PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD
MURA>BAH}AH DAN MUSHA>RAKAH
1. Pengertian Pendistribusian Dana Denda
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, distribusi adalah
penyaluran (pembagian, pengirim) kepada beberapa orang atau ke
beberapa tempat atau pembagian barang keperluan sehari-hari terutama
dalam masa darurat oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk,
33
dan sebagainya. Sedangkan pendistribusian menurut KBBI adalah proses,
cara, perbuatan mendistribusikan.33
Jadi, pendistribusian dana denda adalah proses ataupun cara
menyalurkan dana denda mulai dari proses adanya denda sampai kepada
penggunaanya kepada keperluan sosial.
2. Konsep Dana Denda dan Pendistribusiannya
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya
bahwa dana denda diperuntukkan untuk dana sosial atau qard} al-hasan
yang berarti khusus untuk tujuan sosial.34 Dana qard} al-hasan yaitu
bersumber dari dana infak, s}adaqah, denda, sumbangan/hibah, sedangkan
untuk penyaluran dananya dapat berupa pinjaman maupun
sumbangan/hibah.35
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia/PAPSI
tahun 2003 menyatakan bahwa dana pinjaman q}ard dapat berasal juga dari
dana intern Bank/LKS yaitu dari ekuitas atau ekuitas modal Bank/LKS.36
33 http://kbbi.web.id/distribusi, diakses pada 20 desember 2016 pukul 19.35.
34 Sutan, Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah (Jakarta: Prenadamedia Group 2014), 324.
35 Modul a to z Sharia Banking Traning Islam Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya,
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardul Hasan (Cisarua Bogor : Karim Counsulting Indonesia 2016) bab Akutansi Perbankan Syariah, 12.
36 Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah, lampiran SE BI NO.5/26/BPS tanggal 27 oktober
BAB III
PRAKTEK PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD MURA>BAH}AH DAN MUSHA>RAKAH DI KJKS AL-MUBAROK CANDI
SIDOARJO
A. Gambaran Umum Tentang Tempat Penelitian
1. Sejarah Singkat KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Al-Mubarok yang berbadan
hukum dengan nomor : 992/BH/XVI.24/518/XII/2011 telah berkembang dan
mempunyai dua unit yang bertempat di JL. Kramean No.03 RT.02 RW.06
Sumorame Candi Sidoarjo sebagai kantor pusat dan JL. Surowongso No. 217
Karangbong Gedangan Sidoarjo sebagai kantor unit.
Pada tanggal 29 Oktober 2014 telah diadakan rapat anggota tahunan
(RAT) khusus KJKS Al-Mubarok dengan agenda pembahasan perubahan akta
anggaran dasar KSU Al-Mubarok yang disahkan oleh menteri koperasi dan dinas
koperasi. Kemudian terbit pada tanggal... Perubahan Anggaran Dasar (PAD)
menetapkan KSU Al-Mubarok menjadi KJKS Al-Mubarok.
Koperasi yang pada awalnya hanya mempunyai modal 20 juta rupiah
ini sekarang telah berkembang mencapai asset 2 (dua) milyar lebih. Hal ini
membuktikan bahwa KJKS Al-Mubarok dapat memerankan dirinya sebagai
cahaya pemberi kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat
35
2. Visi Misi dan Motto KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo a. Visi
Visi KJKS Al-Mubarok adalah : “Menjadi koperasi yang terkemuka
dan selalu mengutamakan kemajuan, kesejahteraan anggota dan calon
anggota KJKS Al-Mubarok, koperasi lainnya beserta anggotanya dan
masyarakat daerah kerja KJKS Al-Mubarok pada umumnya.”
b. Misi
Misi KJKS Al-Mubarok adalah : “Melaksanakan pelayanan yang
terbaik di setiap bidang usaha yang djalankan, baik kepada anggota dan calon
anggota KJKS Al-Mubarok maupun kepada koperasi lain dan anggotanya
serta masyarakat dalam daerah kerja KJKS Al-Mubarok pada umumnya.”
c. Motto
Motto KJKS Al-Mubarok adalah : “Bekerja sebagai ibadah
berlandaskan amanah.” Sedangkan Motto dari unit usaha KJKS Al-Mubarok
yaitu “Bermuamalah dengan amanah.”37
3. LEGALITAS HUKUM STRUKTUR ORGANISASI
Dalam rapat anggota Koperasi yang diadakan pada pukul 14:30 WIB
pada hari Senin, 21 Maret 2016 bertempat di JL. Kramean No.03 RT.02/RW.06,
Desa Sumorame, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, telah diadakan Rapat
Anggota perubahan anggaran dasar Koperasi Jasa Keuangan Syariah
“Al-Mubarok”, yang berkedudukan di Sidoarjo, yang perubahan anggaran dasarnya
sebagai berikut.
36
a. Merubah susunan pengurus Koperasi Jasa Keuangan Syariah
“Al-Mubarok”, sebagai berikut :
1. Susunan pengurus
Ketua : Nyonya Sustianik
Sekretaris : Tuan Muhammad Romli Hasyim
Bendahara : Nyonya Nisful Laili
2. Susunan pengawas
Koordinator : Tuan Muhammad Misbachul Munir
Anggota : Nyonya Dwi Setyowati
Anggota : Nyonya Nur Faridhotun Sholikha
Menjadi :
1. Susunan pengurus
Ketua : Tuan Muhammad Romli Hasyim
Sekretaris : Tuan Muhammad Winarto
Bendahara : Nyonya Nisful Laili
2. Susunan pengawas
Koordinator : Tuan Muhammad Misbachul Munir
Anggota : Nyonya Dwi Setyowati
Anggota : Nyonya Dewi Riza Lisvi Vahlevi
b. Merubah nama dan tempat
Kedudukan yang diatur dalam pasal 1 ayat (1), Anggaran
37
Semula berbunyi:
a. Koperasi ini bernama Jasa Keuangan Syariah “Al-Mubarok”, dan
untuk selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut koperasi
Diubah menjadi, sehingga berbunyi:
a. Koperasi ini bernama Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah “Al-Mubarok” dan untuk selanjutnya dalam anggaran
dasar ini, hal-hal mengenai Rumah Tangga Koperasi akan diatur
dalam rapat anggaran dasar ini.
Untuk menjalankan unit usaha koperasi, pengurus menetapkan
dan mengangkat pengelola yang kompeten agar KJKS Al-Mubarok
menjadi berkembang. Adapun susunan penggelola sebagai berikut:
Pembina/Penasehat usaha : Drs. Sarpandi R. Hami
Ka Unib : Dewi Susanti, SHI
Manager Pemasaran : Maratul Fadlilah, SHI
Kasie Operasional & Umum : Sustiani
Sekretaris Junior : Nisful Laili
Account Officer I : NurFaridhotunSholihah,SHI
Account Officer II : Edy Wahono, SHI
Account Officer III : M Yusuf Harianto
Teller I : Ambar Rochmi
Teller II : Nurul Aini
UPN : Khoirul Anam
38
Magang UPN : Moch. Winarto, SHI
Magang Scurity : Moch. Misbachul Munir, SHI
Scurity & Kebersihan : Novi Hendro Arianto38
4. Kegiatan Usaha
a. Jenis kegiatan usaha
Kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang merupakan
lembaga keuangan yang mengelola dana dari anggota dan untuk kesejahteraan
anggota dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat. Dengan sistem
pengelolaan yang berbasiskan bagi hasil (non bunga). KJKS Al Mubarok
menerima penempatan dana dari anggota dalam bentuk simpanan dan
memberikan pembiayaan kepada anggota.
Produk dari KJKS Al Mubarok adalah :
1) Tabungan yang terbagi dalam :
Tabungan Wadi’ah yang dapat disetor dan diambil sewaktu – waktu,
tapi tidak mendapatkan bagi hasil dalam tiap bulannya.
Tabungan Mudha>rabah yang dapat disetor dan diambil sewaktu –
waktu dan mendapatkan bagi hasil dalam tiap bulannya. Ada berbagai
macam tabungan Mudha>rabah yaitu :
- Tabungan Qurban
- Tabungan Tarbiyah / Pendidikan
- Tabungan Ziarah
- Tabungan Umat
39
Simpanan Berjangka (Sijaka) / Deposito yang hanya dapat diambil
dengan waktu yang telah disepakati / ditentukan , jangka waktu
penyimpanan adalah 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan
dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over), serta
mendapat bagi hasil yang adil, proposional dan optimal.
2) Pembiayaan yang terbagi dalam :
Pembiayaan dengan sistem bagi hasil dalam bentuk produk :
- Mudha>rabah
- Musha>rakah
Pembiayan dalam bentuk sistem margin / keuntungan (jual beli) yang
pembelian barang tersebut harga asal dengan ditambah keuntungan
sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan tersebut ada beberapa macam
produk yaitu :
- Mura>bah}ah
- Istisna’
- Salam
Pembiayaan dengan bentuk sewa atau leasing untuk keperluan
pendidikan, pernikahan, dan lain lain, dalam bentuk produk Ijarah
Multi Jasa
Pembiayaan dalam bentuk produk yaitu al-qardh.
Dalam rangka menjamin pembiayaan KJKS Al-Mubarok saat
40
program asuransinya adalah untuk asuransi jiwa para nasabah yang
mendapatkan fasilitas pembiayaan dari KJKS Al-Mubarok.39
b. Laba rugi usaha
Unit usaha yang beroperasi adalah dua bidang unit
usaha yaitu Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), maka
laba/ruginya adalah sebagai berikut : SHU KJKS Al-Mubarok
tahun buku 2014 = Rp. 82.614.513, ditambah jumlah bagi hasil
tabungan di KJKS Al-Mubarok tahun 2014 = 5.903.322. Jadi,
laba/rugi KJKS Al-Mubarok sampai dengan tahun buku 2014
adalah Rp. 76.834.139. SHU tahun buku 2014 ini mengalami
kenaikan kurang lebih sekitar 15% dari SHU tahun buku 2013
yang berjumlah Rp. 66.817.191.40
5. Administrasi dan Pembukuan
Pengarsipan dan penyimpanan dokumen-dokumen atau surat-surat
penting dan buku-buku penting yang terkait dengan kegiatan organisasi, telah
dilakukan oleh sekretaris dengan tertib dan kronologis disimpan di kantor
KJKS Al-Mubarok. Bendahara hanya mengelola register/buku setoran
simpanan pokok dan simpanan wajib saja sebagai alat kontrol posisi keuangan
pada sistem pembukuan KJKS, sedangkan penyimpanan dokumen-dokumen,
surat-surat dan register-register yang terkait operasional KJKS, disimpan oleh
unit KJKS Al-Mubarok.
39 Ibid.
40
41
Segala bentuk pengarsipan, data-data, dan pencatatan transaksi, KJKS
Al-Mubarok baik kantor pusat maupun cabang, menggunakan sistem manual
dan komputerisasi. Hal ini dilakukan agar arsip-arsip, data-data, dan
pencatatan transaksi bisa lebih mudah dan aman serta meminimalisir
kehilangan dan kekeliruan baik dalam sistem manual maupun sistem
komputerisasi. Jika ada kekeliruan ataupun kehilangan asrip data dan
pencatatan transaksi dalam sistem manual, maka sistem komputerisasilah
yang membackupnya begitupun sebaliknya.
Jumlah buku yang terkait dengan kegiatan organisasi, telah tersedia
16 buku yaitu : Buku tamu, buku agenda surat masuk, buku agenda surat
keluar, buku daftar pengurus koperasi, buku daftar anggota koperasi, buku
daftar pengawas koperasi, buku daftar manager dan karyawan, buku
inventaris, buku simpanan anggota, buku anjuran pejabat koperasi, buku
saran-saran anggota, buku saran dan catatan badan pengawas, buku notulen
rapat pengurus dan keputusannya, buku notulen rapat pengawas dan
keputusannya, buku notulen rapat anggota dan keputusannya, buku register.
B. Praktik Pendistribusian Dana Denda Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah
1. Praktik akad mura>bah}ah di KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo a. Definisi mura>bah}ah di KJKS Al-Mubarok
1) Mura>bah}ah adalah transaksi jual-beli antara penjual dan pembeli
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan disepakati
42
/ seketika sedangkan pembayaran / pelunasan harga dilakukan
kemudian.
2) Asset Mura>bah}ah adalah material yang diperjual - belikan antara
Bank dengan Nasabah yang secara rinci tercantum dalam Daftar
Rincian Barang;
3) Biaya Perolehan adalah harga pembelian barang ditambah biaya –
biaya yang dikeluarkan oleh Bank untuk pengadaan barang. Biaya
perolehan tidak termasuk biaya – biaya yang terkait dengan perjanjian
ini.
4) Harga Mura>bah}ah adalah Harga Jual yaitu biaya perolehan ditambah
dengan margin jual beli yang disepakati antara Bank dan Nasabah.
5) Margin adalah Keuntungan penjualan yaitu selisih antara Harga Jual
dengan Harga Beli yang disepakati antara Bank dan Nasabah.
6) Hutang Mura>bah}ah adalah kewajiban atau hutang Nasabah yang
muncul karena adanya transaksi perjanjian ini, yang harus dibayarkan
Nasabah kepada Bank.
7) Wakalah adalah surat kuasa dari Bank kepada Nasabah untuk
43
8) Ganti rugi adalah penggantian dalam bentuk uang yang diberikan oleh
nasabah kepada Bank atas kerugian yang diderita oleh Bank akibat
tindakan oleh Nasabah.41
b. Proses pembiayaan akad mura>bah}ah
1) Nasabah yang hendak mengajukan pembiayaan akad murabahah sudah
terdaftar menjadi anggota KJKS Al-Mubarok aktif dengan membawa
serta buku tabungan KJKS.
2) Nasabah mengajukan pembiayaan akad murabahah dengan membawa
fotokopi KTP/SIM dan mengisi formulir piutang akad murabahah.
3) Setelah proses pengecekan jaminan nasabah dan syarat-syarat yang
lain oleh KJKS dan sampai pada tahap penentuan oleh pihak KJKS
untuk memutuskan bahwa nasabah telah layak atau tidak layaknya
mendapat pembiayaan dan apabila telah layak maka pihak KJKS dan
nasabah melakukan tawar menawar terhadap harga marjin yang akan
diperoleh pihak KJKS dari jumlah harga barang ditambah dengan
marjin yang akan diangsur sesuai kesepakatan, biasanya marjin
berjumlah 2,5 % dari jumlah biaya yang diajukan oleh nasabah.
4) Pihak KJKS Al-Mubarok memberikan surat perjanjian antara nasabah
yang mengajukan pembiayaan dan pihak KJKS serta kedua belah
pihak tanda tangan diatas materai sebagai tanda kesepakatan kedua
belah pihak.
41 Surat Perjanjian Piutang Musha>rakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi
44
5) Sebelum pihak KJKS memberikan uang kepada nasabah sesuai jumlah
dana pembiayaan yang diajukan pihak nasabah, nasabah harus
membayar secara lunas biaya-biaya terlebih dahulu yaitu biaya
administrasi, biaya notaris, biaya materai, premi asuransi dan lain
lain.
6) Apabila nasabah telat membayar angsuran dari jangka waktu tempo
yang disepakati maka pihak KJKS akan memberikan sanksi berupa
denda yang akan disepakati disaat membayar angsuran berikutnya,
biasanya denda yang dike