• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendistribusian dana denda pada akad murabahah dan musharakah dalam perspektif hukum Islam: studi kasus di koperasi jasa keuangan syariah al-Mubarok Candi Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendistribusian dana denda pada akad murabahah dan musharakah dalam perspektif hukum Islam: studi kasus di koperasi jasa keuangan syariah al-Mubarok Candi Sidoarjo."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD

MURA@BAH}AH DAN MUSHA@RAKAH DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KOPERASI JASA

KEUANGAN SYARI

AH AL-MUBAROK CANDI SIDOARJO)

SKRIPSI

Nama : Pian Sopiansyah

NIM : C52212110

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Fakultas Syariah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah

(2)

PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD

MURA@BAH}AH DAN MUSHA@RAKAH DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM (STUDI KASUS DI KOPERASI JASA

KEUANGAN SYARI

AH AL-MUBAROK CANDI SIDOARJO)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu

Syariah dan Hukum

Oleh

Nama : Pian Sopiansyah

NIM : C52212110

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Syariah dan Hukum

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang dilakukan di Jalan Kramean No.03 RT.02 RW.06 Sumorame Candi Sidoarjo dengan judul

“Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Al-Mubarok Candi Sidoarjo)”. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab permasalahan

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TRASLITERASI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Kajian Pustaka ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Hasil penelitian ... 7

G. Definisi Operasional ... 8

H. Metode Penelitian ... 11

I. Sistematika Pembahasan ... 16

(9)

A. Teori Denda ... 18

B. Teori Mura>bah}ah ... 20

1. Pengertian mura>bah}ah... 20

2. Dasar hukum mura>bah}ah... 21

3. Rukun dan syarat mura>bah}ah... 25

4. Macam-macam mura>bah}ah... 26

5. Manfaat dan hikmah mura>bah}.ah... 26

C. Teori Musha>rakah ... 26

1. Pengertian musha>rakah... 26

2. Rukun dan syarat musha>rakah ... 27

3. Macam-macam musha>rakah... 27

4. Landasan hukum musha>rakah... 28

5. Manfaat dan resiko musha>rakah... 29

D. Konsep Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah... 31

1. Pengertian pendistribusian dana denda... 31

2. Konsep dana denda dan pendistribusiannya... 32

BAB III PRAKTIK PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD MURA>BAH}AH DAN MUSHA>RAKAH DI KJKS AL-MUBAROK CANDI SIDOARJO... 34

A. Gambaran Umum Tentang Tempat Penelitian ... 34

1. Sejarah singkat KJKS Al-Mubarok ... 34

2. Visi, misi dan motto KJKS Al-Mubarok ... 34

3. Legalitas hukum struktur organisasi ... 35

4. Kegiatan usaha ... 38

5. Administrasi dan pembukuan ... 40

B. Praktik Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah... 41

1. Praktik akad mura>bah}ah di KJKS Al-Mubarok ... 41

(10)

3. Praktik pendistribusian dana denda akad

mura>bah}ah dan musha>rakah... 48

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD MURA>BAH}AH DAN MUSHA>RAKAH DI KJKS AL-MUBAROK CANDI SIDOARJO... 51

A. Analisis Praktek Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah di KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo... 51

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah di KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo... 53

BAB V PENUTUP... 59

A. Kesimpulan... 59

B. Saran... 60

DASAR PUSTAKA ... xi

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ajaran Islam mengakui adanya perbedaan pendapatan dan kekayaan pada

setiap orang dengan syarat bahwa perbedaan tersebut diakibatkan karena setiap

orang mempunyai perbedaan dalam hal keterampilan, inisiatif, usaha, dan resiko.

Perbedaan adalah hal yang lumrah dalam segala segi kehidupan seperti perbedaan

pendapat, tingkat ekonomi, agama, dan lain-lain. Dalam hal perbedaan

pendapatan dan kekayaan tidak boleh ada kesenjangan sosial yang terlalu jauh

antara yang kaya dan yang miskin, karena kesenjangan yang terlalu dalam antara

orang kaya kaya dan orang miskin miskin tidak sesuai dengan Syariat Islam yang

menekankan bahwa sumber-sumber daya bukan saja karunia Allah kepada

manusia, melainkan juga merupakan sebuah amanah. Oleh karena itu, tidak ada

alasan untuk mengkosentrasikan sumber-sumber daya ditangan segelintir orang,

karena Syariat Islam sangat menekankan adanya suatu distribusi kekayaan dan

pendapatan yang merata pada setiap kalangan atau kaum sebagaimana firman

Allah dalam surah al-Hashr (59) ayat 7 :

ْ يَك

ْ

َْلْ

َْنوُكَي

ْ

ْ ةَلوُد

ْ

َْ يَ ب

ْ

ِْءاَيِن غَ ْا

ْ

ْ مُك نِم

ْ

(12)

2

Artinya : “kekayaan itu tidak beredar di kalangan orang-orang kaya diantara kamu saja….” (Q.S. al- Hashr : 7).1

Islam berpandangan bahwa aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh

manusia pada dasarnya merupakan realisasi dari tugas dan fungsi manusia

sebagai khalifah Allah di muka bumi. Fungsi manusia tersebut yaitu mengolah

dan memanfaatkan alam seisinya untuk kemakmuran dan kesejahteraan bersama

sebaga amanah dari Allah SWT. Aktivitas ekonomi dinilai sebagai sarana untuk

memenuhi jalannya kehidupan yang tidak saja bertujuan untuk terpenuhinya

kebutuhan material di dunia ini, tetapi merupakan aktualisasi bentuk pengabdian

kepada Allah SWT yang berujung pada mengharap ridha Allah di akhirat kelak.

Oleh sebab itu, kita sebagai umat Islam untuk mencapai masyarakat Islam secara

menyeluruh, bukan saja ibadah wajib saja seperti sholat, puasa, zakat, haji dan

shodaqah yang kita perhatikan dan kita rasakan melainkan dalam hal apapun

aspek kehidupan kita seperti politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya harus

juga menjadi perhatian besar untuk kita terutama ekonomi, agar kita paham apa

itu riba, gharar, transaksi yang haram dan halal dan lain sebagainya demi

terwujudnya Islam kita yang ka>ffah.

Salah satu bagian penting dari kegiatan ekonomi Syariah adalah dengan

adanya system keuangan Syariah. Sistem keuangan Syariah merupakan

subsistem dari sistem ekonomi syariah. Ekonomi Syariah merupakan bagian dari

sistem ajaran Islam secara keseluruhan. Dengan demikian, sistem keuangan

Syariah merupakan cerminan dari nilai-nilai Islam Syariah dalam bidang

(13)

3

ekonomi. Namun masih banyak Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah yang tidak

bergerak atau melakukan aktivitas ekonomi dan transaksi sebagaimana yang

telah diterangkan dalam ajaran Islam atau ekonomi Islam. Banyak

Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah baik Bank maupun non Bank memakai kedok nama

Syariah di belakang nama lembaga tersebut agar bisa menarik calon nasabah

untuk bertransaksi disana.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa konsep ekonomi Syariah

meletakkan nilai-nilai Islam sebagai dasar dan landasan dalam aktivitas

perekonomian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat lahir dan

batin. Salah satu upaya merealisasikan nilai-nilai ekonomi Islam dalam aktivitas

nyata masyarakat, antara lain mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang

beroperasi berdasarkan Syariah Islam. Berbagai lembaga keuangan Syariah ini

seperti perbankan, Asuransi, Dana pensiun, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi

Jasa Keuangan Syariah, Baytul ma>l wa attamwi>l, Reksadana, dan lain lain.

Salah satu bentuk Lembaga Keuangan Syariah adalah Koperasi Jasa

Keuangan Syariah. Koperasi Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut KJKS,

adalah Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan,

investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (Syariah). Karakteristik KJKS

yaitu : (1)berbadan hukum Koperasi (2)bergerak dalam bidang pembiayaan,

(14)

4

bagi hasil (4)mengikuti standar operasional manajemen sesuai Syariah yang telah

dtentukan oleh pemerintah.2

Sebagaimana yang dijelaskan diatas bahwa KJKS adalah salah satu

Lembaga Keuangan Syariah yang beroperasi dalam ruang lingkup mikro dan

dengan adanya Lembaga Keuangan Syariah ditengah perekonomian masyarakat

menjadi sebuah solusi bagi kesejahteraan masyarakat ditingakat menengah

maupun rendah salah satunya yaitu KJKS. Kita sebagai umat muslim dan

mayoritas masyarakatnya beragama Islam, tentunya kita harus mengetahui

tentang Lembaga-Lembaga Keuangan Syariah yang berkonsepkan Syariah atau

Islam, agar kita semua sadar bahwa agama Islam itu bukan hanya untuk ibadah

fardhu saja melainkan juga sektor perekonomian, hukum, negara, kesehatan dana

lain sebagainya. Oleh karena itu, saya sangat tertarik untuk mengangkat tema

tentang Lembaga Keuangan Syariah baik sekilas tentang konsepnya,

produk-produknya, payung hukumnya, terutama praktiknya apakah sesuai dengan

undang-undang maupun hukum Islam.

Tema yang saya angkat pada skripsi ini adalah terkait dengan KJKS yang

berjudul “Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah

dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Koperasi Jasa Keuangan

Syariah)”. Alasan saya mengangkat tema ini adalah karena tema-tema yang ada

terkait dengan pendistribusian dana denda sangat sedikit sekali kita temukan,

baik di Lembaga Keuangan Syariah yang makro seperti Bank Syariah dan juga di

(15)

5

Lembaga Keuangan Syariah yang mikro seperti KJKS. Kemudian alasan saya

mengangkat tema ini dikarenakan tempat penelitian saya atau KJKS ini termasuk

dari Lembaga Keuangan Syariah non Bank yang cukup lama berdirinya, sejak

dari masih bernama Koperasi Serba Usaha, Koperasi Simpan Pinjam, sampai

menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah seperti sekarang ini, serta alasan saya

yang mendasar mengapa saya mengangkat tema ini karena saya ingin mengetahui

bagaimana praktik pendistribusian dana denda dari awal dikenakannya denda ke

nasabah, disalurkan dana denda tersebut kemana, dan proses sebenarnya yang

terjadi di Lembaga Keuangan Syariah terutama non Bank terkait pendistribusian

dana denda pada akad mura>bah}ah dan musha>rakah secara detail dan menyeluruh.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah

berikut :

a. Penerapan denda pada akad mura@bah}ah dan musha@rakah di KJKS

Al-Mubarok Candi Sidoarjo.

b. Qard} Al-H}asan di KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo.

c. Pengertian mura@bah}ah dan musha@rakah yang berbeda menurut literatur

atau referensi dan praktik di lapangan.

d. Pendistribusian dana denda akad mura@bah}ah dan musha@rakah di KJKS

Al-Mubarok Candi Sidoarjo.

e. Perspektif hukum Islam terhadap pendistribusian dana denda di KJKS

(16)

6

2. Batasan Masalah

Mengingat luasnya masalah dalam studi penelitian, maka diperlukan

adanya pembatasan masalah agar pembahasan dalam penelitian lebih terfokus

yaitu:

a. Pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah dan

musha@rakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi

Sidoarjo.

b. Perspektif hukum Islam dalam pendistribusian dana denda di Koperasi

Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo.

C. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, praktis dan sistematis maka

masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah dan musha@rakah

di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo?

2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pendistribusian dana denda pada

akad mura@bah}ah dan musha@rakah (studi kasus di Koperasi Jasa Keuangan

Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo)?

D. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka

menyusun dan melengkapi penelitian ini. Kegunaannya adalah untuk mengetahui

hasil yang telah dilakukan oleh penelitian terdahulu juga menentukan posisi

pembeda dari penelitian ini baik dari aspek yang diteliti, lokasi, dan objeknya.

(17)

7

mendapatkan suatu informasi tentang teori yang ada kaitannya dengan judul

dalam penelitian ini. Sebagian dari peneliti yang melakukan adalah:

1. Skripsi dengan judul “Studi Analisis tentang Denda Karena Penunggakan

Pembayaran Angsuran Pada Produk Murabahah di Bank Bukopin Cabang

Syari’ah Surabaya”. Skripsi ini karya Mar’Atul Fadlilah lulus pada tahun

2006. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwasanya penerapan denda

karena penunggakan pembayaran angsuran pada produk mura@bah}ah di Bank

Bukopin Cabang Syariah Surabaya dikenakan kepada nasabah yang

melalaikan kewajibannya terhadap akad perjanjian mura@bah}ah yang telah

disepakatinya. Besar denda yaitu 5% per hari setelah jatuh tempo.

Kemungkinan dana denda tersebut dimasukkan ke rekening qard} al-h}asan

yang digunakan sebagai dana sosial. Hukum terhadap eksistensi pelaksanaan

denda karena penunggakan pembayaran angsuran pada produk mura@bah}ah

diperbolehkan menurut hukum Islam. Denda tersebut berlaku bagi orang yang

berhutang dan mempunyai uang atau mampu membayar, namun

mengulur-ulur pembayarannya. Kemudian denda tersebut disedekahkan untuk orang

yang tidak mampu. Pelaksanaan denda karena penunggakan pembayaran

angsuran pada produk mura@bah}ah di Bank Bukopin Cabang Syariah Surabaya

(18)

8

denda tersebut sebagai bentuk hukuman terhadap nasabahah yang

wanprestasi.3

2. Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Penerapan Denda Bagi

Nasabah yang Terlambat Membayar Angsuran pada Pembiayaan Mura@bah}ah

di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya

(Studi Kasus di KJKS Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya)”. Skripsi ini

ditulis oleh Fiki Firmansyah pada tahun 2011, di dalamnya menjelaskan

tentang penerapan denda bagi nasabah yang telat mengangsur pada akad

murabahah secara berturut-turut sebanyak 5% dari dana pembiayaan,

kemudian 5% + 5% jika nunggak 3 kali berturut-turut dipotong langsung dari

tabungan yang diputuskan langsung oleh koperasi tersebut. Kesimpulan pada

skripsi ini yaitu penerapan denda menurut tinjauan hukum Islam mempunyai

2 pandangan yaitu dibolehkan karena adanya kesepakatan antara kedua belah

pihak di awal akad dan pandangan yang kedua yaitu tidak dibolehkan karena

penetapan denda yang terlalu besar dan memberatkan nasabah.4

Dengan kajian pustaka di atas sudah jelas membedakan antara skripsi

ini dengan penelitian yang terdahulu yaitu skripsi terdahulu lebih memfokuskan

penelitiannya pada hukum dari penerapan denda itu sendiri, sedangkan pada

skripsi saya fokus membahas tentang pendistribusian dana denda pada akad

Mura@bah}ah dan musha@rakah yang pada dasarnya dana denda didistribusikan pada

3 Mar’atul Fadlilah, ”Studi Analisis tentang Denda Karena Penunggakan Pembayaran Angsuran

Pada Produk Murabahah di Bank Bukopin Cabang Syariah Surabaya” (Skripsi-IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2006), 75.

4 Fiki Firmansyah, “Analisis Hukum Islam Terhadap Penerapan Denda Bagi Nasabah Yang

(19)

9

dana sosial/qard} al-h}asan terlebih lagi tema qard} al-h}asan sangat sedikit kita

jumpai di berbagai literatur yang lebih banyak berfokus pada qard} nya saja,

sehingga penulis ingin meneliti lebih lanjut terkait tema yang berjudul

“Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura@bah}ah dan Musha@rakah dalam

Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Al-Mubarok Candi Sidoarjo)” dikarenakan tema skripsi ini berfokus pada

pendistribusiannya atau bisa kita sebut dengan proses penyaluran dana denda

pada kedua akad tersebut di atas.

E. Tujuan Penelitian

Dengan berdasarkan pada hal- hal yang dikemukakan pada latar

belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui secara mendalam pendistribusian dana denda akad mura@bah}ah

dan musha@rakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi

Sidoarjo.

2. Mengetahui perspektif hukum Islam tentang pendistribusian dana denda yang

sesuai dengan hukum Islam di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok

Candi Sidoarjo.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Dengan tercapainya tujuan di atas, diharapkan hasil penelitian ini

mempunyai nilai tambah dan memberikan kemanfaatan bagi para pembaca

terutama bagi penulis sendiri. Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah :

1. Kegunaan teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

(20)

10

bermuamalah yang baik serta teori-teori hukum Islam yang relevan dengan

fenomena masyarakat di zaman modern yang sedang berkembang pesatnya

perbankan/lembaga-lembaga keuangan Syariah di Indonesia.

2. Kegunaan praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman

dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai praktek pendistribusian dana

denda khususnya dan dana sosial/qard} al-h}asan umumnya di Koperasi Jasa

Keuangan Syariah sebagai salah satu instrumen dalam kehidupan

perekonomian masyarakat terutama masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan pembaca dalam memahami istilah yang

dimaksud dalam Pendistribusian Dana Denda pada Akad Mura@bah}ah dan

Musha@rakah dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Koperasi Jasa

Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo), maka perlu dijelaskan istilah

pokok yang menjadi pokok pembahasan yang terdapat dalam judul penelitian ini,

sebagai berikut :

1. Hukum Islam : dalil-dalil tentang pendistribusian dana denda produk akad

mura@bah}ah dan musha@rakah yang bersumber dari Al-Qur’an, hadits, ijma’,

qiyas, serta pandangan para ulama.

2. Pendistribusian dana denda : arus penyaluran dana denda yang berasal dari

dana denda para nasabah yang mendapat ta’zi@r berupa sejumlah uang pada

akad mura@bah}ah dan musha@rakah karena keterlambatan membayar angsuran

(21)

11

ini yang nanti akan dimasukkan atau dipergunakan untuk dana qard} al-h}asan

(dana sosial).

3. Akad mura@bah}ah : akad pembiayaan di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah

yaitu memberikan dana kepada nasabah yang mengajukan pembiayaan untuk

membeli sebuah barang atau untuk modal kerja yang pembayarannya secara

angsuran dan margin 2,5% dari jumlah dana yang diajukan pihak nasabah dan

untuk denda pada akad mura@bah}ah} dikenakan 0,025% dari jumlah dana yang

diajukan oleh pihak nasabah dan diterima pihak KJKS.

4. Akad musha@rakah : Akad pembiayaan berupa bagi hasil antara pihak KJKS

dan nasabah. Nasabah mengajukan peminjaman dana kepada pihak KJKS

untuk menambahkan modal dana yang telah nasabah punya. Pembayarannya

dilakukan secara angsuran dan untuk margin pada akad ini yaitu sejumlah 3%

dari jumlah dana yang diajukan nasabah dan disepakati oleh pihak KJKS dan

jika terjadi keterlambatan membayar angsuran atau menunda-nunda

pembayaran maka akan dikenakan denda oleh pihak KJKS.

5. KJKS : menurut keputusan menteri negara koperasi dan usaha kecil dan

menengah republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/ 2004 Koperasi

Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di

bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).5

Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok beralamat di Jl. Surowongso

No. 217 Karangbong Gedangan Sidoarjo sebagai kantor pusat dan di Jl.

5Koperasi Simpan Pinjam Syariah”, dalam

(22)

12

Kramean No. 03 RT:02 RW: 06 Sumorame Candi Sidoarjo sebagai kantor

unit.

H. Metodelogi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang

dilakukan langsung di lapangan dan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Untuk menghasilkan gambaran yang sistematis dibutuhkan

langkah-langkah yang meliputi: data yang dikumpulkan, sumber data penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data.

1. Data yang dikumpulkan

Data yang diperlukan dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam

rumusan masalah yakni data tentang pendistribusian dana denda pada akad

mura@bah}ah dan musha@rakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok

Candi Sidoarjo dan data yang ada kaitannya dengan hukum Islam dan fatwa

Dewan Syariah Nasional terhadap pendistribusian dana denda pada akad

mura@bah}ah dan musha@rakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok

Candi Sidoarjo.

2. Sumber data

Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini agar

mendapat data yang konkrit serta ada kaitanya dengan masalah di atas

meliputi :

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan berupa data

(23)

13

Sumber data yang terkumpul yakni terdiri dari hasil wawancara mendalam

kepada 1 direktur, 1 manager, 4 teller dan 4 account officer di Koperasi

Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo, kemudian sumber

data primer berupa dokumen-dokumen KJKS Al-Mubarok, brosur-brosur,

form perjanjian kontrak akad antara nasabah dan KJKS, arsip-arsip KJKS

serta dokumen angsuran nasabah yang mengajukan pembiayaan akad

mura@bah}ah dan musha@rakah.

b. Sumber data sekunder

1) Teori-teori hukum Islam baik bersumber dari fatwa Dewan Syariah

Nasional, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dan pandangan-pandangan

ulama lain tentang pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah dan

musha@rakah.

2) Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti di

Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo berupa

brosur, arsip data manual maupun aplikasi, berkas-bekas laporan

keuangan dan lain-lain.

3) Buku Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan karya Adiwarman

Ahmad Karim, Buku Perbankan Syariah : Produk-Produk Dan

Aspek-Aspek Hukumnya karya Sutan Remy Sjahdeini, Modul A-Z Sharia

Banking Traning Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya Karya Karim

Consulting Indonesia, Buku Fiqih Islam wa Adillatuhu karya Wahbah Az

(24)

14

3. Teknik pengumpulan data

Dalam usaha pengumpulan data serta keterangan yang diperlukan

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Observasi

Peneliti melakukan kunjungan lapangan terhadap obyek penelitian.

Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung

yang bisa dilakukan selama melangsungkan kunjungan lapangan di KJKS

Al-Mubarok Candi Sidoarjo, termasuk kesempatan-kesempatan selama

pengumpulan data yang lain seperti pada waktu wawancara dengan pihak

KJKS maupun pihak nasabah.

b. Wawancara mendalam (Depth Interview)

Wawancara mendalam dilakukan terhadap sumber informasi yang

dianggap memiliki kompetensi dalam masalah yang diteliti. Dengan

demikian dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai objek

yang diteliti.6 Wawancara mengenai pendistribusian dana denda pada akad

mura>bah}ah dan musha>rakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Candi

Sidoarjo kepada seluruh struktur kepengurusan di KJKS Al-Mubarok dari 1

direktur, 1 manager, 4 teller, dan 4 account officer serta wawancara

mendalam kepada pihak nasabah yang telah mengajukan pembiayaan

mura>bah}ah dan musha>rakah di KJKS Al-Mubarok.

(25)

15

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, buku, bukti pembayaran (kwitansi), dan lain

sebagainya. Dokumen dalam pengertian lain merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu bukti surat perjanjian kerja sama seperti bukti surat

perjanjian akad pembiayaan musha@rakah dan mura@bah}ah. Dengan adanya

dokumentasi dalam suatu penelitian maka dapat meningkatan keabsahan

dan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan

penelitian ke lapangan secara langsung.

4. Teknik pengelolaan data

Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan atau penelitian. Peneliti

menggunakan teknik pengelolaan data dengan tahapan sebagai berikut:

a. Organizing

Menyusun kembali data-data yang telah didapat dalam penelitian yang

diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan

rumusan masalah secara sistematis. Peneliti melakukan pengelompokan

data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data-data tersebut

dengan sistematis untuk memudahkan peneliti dalam menganalisa data.

b. Editing

Pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari segi

kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan

(26)

16

dianalisis dengan rumusan masalah dan melakukan validasi ulang terkait

data yang diperoleh peneliti dengan fakta yang terjadi di lapangan.

c. Analizing

Pada tahapan ini peneliti menganalisis data-data yang telah diperoleh dari

penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang

ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan

masalah.

5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis dengan

menggunakan metode deskriptif, yaitu memaparkan data yang terkait dengan

masalah yang dibahas yang ditemukan dalam berbagai literatur dan

kesimpulannya diambil logika deduktif yaitu memaparkan masalah–masalah

yang bersifat umum kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus.

I. Sistematika Pembahasan

Sistem pembahasan ini bertujuan agar penyusunan penelitian terarah

sesuai dengan bidang kajian untuk mempermudah pembahasan, dalam penelitian

ini terbagi atas lima bab, dari kelima bab tersebut terdiri dari sub bab, dimana

antara satu dengan yang lain saling berkaitan sebagai pembahasan yang utuh.

Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang

(27)

17

tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua merupakan bagian dari landasan teori, dalam bab ini memuat

konsep denda, mura@bah}ah serta musha@rakah yang di dalamnya membahas tentang

pengertian, macam-macam, dasar hukum, dan operasionalisasi.

Bab ketiga berisi gambaran umum tentang lokasi penelitian

pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah dan musha@rakah yang meliputi:

letak geografis lokasi penelitian, operasionalisasi penerapan denda pada akad

mura@bah}ah dan musha@rakah, pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah

dan musha@rakah. Gambaran masalahnya berupa sejarah, perencanaan dan

ketentuan-ketentuan yang ada pada akad mura@bah}ah dan musha@rakah di Koperasi

Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi Sidoarjo serta dampak positif dan

dampak negatif dari pendistribusian dana denda.

Bab keempat memuat tentang analisis, yaitu analisis hukum Islam

tentang pendistribusian dana denda pada akad mura@bah}ah dan musha@rakah

dalam perspektif hukum Islam (studi kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah

Candi Sidoarjo).

Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan yang

(28)

BAB II

KONSEP DENDA PADA AKAD MURA>BAH}AH DAN MUSYA>RAKAH

A. KONSEP DENDA

1. Pengertian Denda

Dalam kamus Besar bahasa Indonesia, denda adalah hukuman yang

berupa keharusan membayar dalam bentuk uang (karena melanggar aturan,

undang-undang, dan sebagainya). Istilah Arab yang digunakan untuk denda

adalah gharamah yang berarti denda. Denda merupakan salah satu jenis dari

hukuman ta’zir yang menurut bahasa adalah ta’dib yang berarti memberi

pelajaran. Ta’zir juga diartikan dengan ar-raddu wal man’u yang artinya

menolak dan mencegah.

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional no.17/MUI-DSN/2000 tentang

sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran mendapatkan

sanksi yang didasarkan pada prinsip ta’zir yaitu bertujuan agar nasabah lebih

disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. Dalam fatwa ini juga telah

dijelaskan bahwa denda hanya berlaku untuk nasabah yang mampu membayar

namun menunda-nunda waktu pembayaran sedangkan nasabah yang tidak

membayar karena tidak mampu maka tidak diperbolehkan untuk diberikan

hukuman denda.7

2. Macam-macam Denda

a. Denda pada akad Mura>bah}ah

(29)

19

Berikut ini adalah beberapa ketentuan mengenai denda dalam

mura>bah}ah :

1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan

Bank Syariah kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi

menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.

2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force

majeur tidak boleh dikenakan sanksi.

3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak

mempunyai kemauan dan i’tikad baik untuk membayar hutangnya

boleh dikenakan sanksi.

4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah

lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan

atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

6. Dana yang berasal dari dana denda diperuntukkan sebagai dana

sosial.8

b. Denda pada akad musha>rakah

Denda dan/atau ganti rugi dalam akad musha>rakah terjadi

apabila nasabah dengan sengaja menunda atau lalai mengembalikan dana

pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah dan bagi hasil, maka nasabah

dikenakan denda yang besarnya ditentukan oleh pihak Lembaga

Keuangan Syariah dari setiap pembayaran yang tertunggak dan harus

(30)

20

dibayar lunas oleh nasabah kepada Lembaga Keuangan Syariah, denda ini

digunakan atau disalurkan untuk kepentingan sosial. Denda ini dihitung

sejak terjadinya tunggakan sampai nasabah melakukan pembayaran

tunggakan. Apabila nasabah dengan sengaja atau karena kelalain

terlambat atau tidak melakukan pembayaran pembiayaan dan bagi hasil

yang merupakan bagian keuntungan Lembaga Keuangan Syariah maka

nasabah dikenakan ganti rugi sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah

kerugian riil yang diderita Lembaga Keuangan Syariah.

B. KONSEP MURA>BA{HAH

1. Pengertian Mura>bah}ah

Pengertian mura>bah}ah secara bahasa berasal dari masdar ribh}an

(keuntungan).9 Murabahah adalah masdar dari ra>bah}a-yura>bih}u-mura>bah}atan

(memberi keuntungan). Sedangkan pengertian mura>bah}ah secara istilah

adalah jual beli barang dengan harga asal dengan tambahan keuntungan yang

disepakati.10

Mura>bah}ah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh nasabah dan

Lembaga Keuangan Keuangan Syariah. Mura>bah}ah sebagai jasa pembiayaan

dengan bentuk transaksi jual beli dengan cicilan.11

9 M. Yazid Effendi, Fiqih Muamalah Dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah

(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), 85.

10 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,

cet.III, 2009), 101.

11 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan (Jakarta: PT. Raja Grafindo

(31)

21

Secara terminologi, mura>bah}ah didefinisikan dengan beragam redaksi.

menurut adimarwan karim mura>bah}ah yaitu penjualan suatu barang seharga

barang tersebut ditambah dengan keuntungan yang telah disepakati,

keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah

(sejumlah uang) secara langsung atau dapat berbentuk prosentase dari pokok

pembelian, misalnya 10 % atau 20 %. Menurut Wahbah az-Zuhaili

mura>bah}ah adalah jual beli dengan harga pertama (pokok) beserta tambahan

keuntungan.12 Menurut Syafi’i Antonio, mendefinisikan sebagai “jual beli

barang dengan harga asal dengan tambahan harga dan keuntungan”.13

2. Dasar Hukum

Mura>bah}ah merupakan suatu akad yang diperbolehkan secara syar’i,

serta didukung oleh mayoritas ulama dari kalangan sahabat, tabi’in serta

ulama-ulama dari berbagai mazhab dan aliran.

Landasan hukum akad mura>bah}ah ini adalah :

a. Al-Quran

1. Surat an-Nisaa (4) ayat 29 :

                                    

Artinya : “hai orang orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu.”(Q.S. an-Nisaa (4) ayat 29).

12 Wahbah az-Zuhaili, al Fiqh al-Islami wa Adillatuh (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989), Jlid.IV, 703. 13 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik..., 101.

(32)

22

2. Surat al-Baqarah (2) ayat 275 yaitu :

                                                                         5

Artinya : Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al Baqarah (2) ayat 275)

Pada penjelasan ayat-ayat di atas, menunjukkan bolehnya

transaksi jual beli dan mura>bah}ah merupakan salah satu bentuk dari

jual beli.

b. Hadith

َث : َلاَق َم لَسَو ِْيَلَع ُّللا ّىَلَص ِّللا َلْوُسَر نَأ

لَجَأ ُعْيَ بْلا : ِةَكَرَ بْلا نِهْيِف ثَا

عْيَ بْلِل َا ِتْيَ بْلِلِْيِع شلااِبِرَ بْلا ُطَاْخَأَو ُةَضَراَقُمْلاَو

Artinya : Bahwa Rasulullah SAW bersabda : “ada tiga hal yang mengandung berkah, jual beli tidak secara tunai, muqa>radhah (mudha>rabah), dan mencampurkan gandum dengan jewawut (jenis tanaman padi-padian yang menghasilkan biji-bijian) untuk keperluan rumah tangga,

bukan dijual”. (H.R. Ibnu Majah Shuhaib)16

15 Ibid., 58.

16 Muhammad bin Yazid Abu ‘Abdillah al-Qazwaniy (disebut Ibn Majah), Sunan Ibn Majah Juz II

(33)

23

c. Kaidah fiqh

اَهِِْْرََْ ىَلَع لْيِلَد لُدَي ْنَأ اِإ ُةَحاَبِإْا ِتَاَماَعُمْلا ِِ ُلْصَْا

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkan”.17

3. Rukun dan Syarat

a. Rukun mura>bah}ah

Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun jual beli (mura>bah}ah) itu

ada empat, yaitu :

1. Ada orang yang berakad (penjual dan pembeli), maksudnya dalam jual

beli (mura>bah}ah) harus ada orang yang menjual barangnya yang disebut

dengan penjual dan ada orang yang membeli barang tersebut yang disebut

dengan pembeli. Adapun dengan syarat:

a. ‘Aqil (berakal)

b. Mumayyiz (dapat membedakan mana yang baik dan buruk)

c. Ridha atau kerelaan ke dua belah pihak

d. Keduanya tidak mubazir

2. Ada sighat (lafal ija>b dan qabu>l), maksudnya dalam jual beli

(mura>bah}ah) harus ada sighat yang menunjukkan pertukaran barang

secara rela, baik dengan ucapan maupun perbuatan.

17 MUI, DSN, BI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Edisi Kedua (JAKARTA, MUI,

(34)

24

3. Ada barang yang dibeli, maksudnya dalam jual beli (mura>bah}ah) harus

ada barang yang dijual maupun dibeli, sehingga aktivitas seperti ini bisa

disebut dengan jual beli. Adapun dengan syarat:

a. Barang tersebut ada meskipun tidak di tempat, namun ada

kesanggupan untuk mengadakan barang tersebut.

b. Barang tersebut milik sah si penjual.

c. Barang yang diperjualbelikan harus bermanfaat.

d. Tidak termasuk kategori barang yang diharamkan.

e. Dapat diserahkan pada waktu akad atau pada waktu yang telah

disepakati.

f. Barang tersebut sesuai dengan pernyataan penjual.

g. Apabila barang tersebut bergerak maka barang itu langsung dikuasai

pembeli dan harga barang dikuasai penjual. Barang tidak bergerak

bias dikuasai pembeli setelah dokumentasi jual beli dan perjanjian

akadnya dilaksanakan.18

4. Ada nilai tukar pengganti barang, maksudnya dalam jual beli

(mura>bah}ah) harus ada nilai tukar sebagai pengganti barang yang dijual,

nilai tukar tersebut harus sepadan dengan barang yang dijual agar tidak

terjadi kerugian pada salah satu pihak.

Maka rukun-rukun tersebut merupakan unsur yang harus dipenuhi dalam

setiap perbuatan hukum.

(35)

25

b. Syarat-syarat mura>bah}ah

Syarat-syarat mura>bah}ah adalah sebagai berikut:

Yang dimaksud dengan syarat dalam jual beli mura>bah{ah ialah

sesuatu yang menjadi sebab terealisasinya transaksi mura>bah{ah. Adapun

syarat-syarat mura>bah}ah adalah:

1. Pembeli hendaklah betul-betul mengetahui modal sebenarnya dari suatu

barang yang hendak dibeli.

2. Penjual dan pembeli hendaklah setuju dengan kadar untung atau

tambahan harga yang ditetapkan tanpa ada sedikit pun paksaan.

3. Barang yang diperjualbelikan bukanlah barang ribawi.

4. Kontrak harus mengungkapkan dengan jelas dan rinci tentang ingkar

janji/ wanprestasi yang terjadi setelah pembelian.

5. Kontrak pertama harus sah sesuai rukun yang ditetapkan.19

4. Macam-macam Mura>bah}ah

Menurut Adiwarman A. Karim, mura>bah{ah secara garis besar dibagi

menjadi 2 macam yaitu:

1. Mura>bah{ah tanpa berdasarkan pesanan.

2. Mura>bah{ah berdasarkan pesanan. Mura>bah{ah jenis ini terbagi menjadi 2

yaitu:

1) Bersifat mengikat.

2) Bersifat tidak mengikat.20

19 Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Peransuransian Syariah di Indonesia

(Jakarta: Kencana, 2004), 89.

(36)

26

5. Manfaat dan Hikmah

Manfaat dan Risiko Pembiayaan Mura>bah}ah Sesuai dengan sifat

bisnis (tija>rah), transaksi pembiayaan mura>bah}ah ini memiliki beberapa

manfaat, demikian juga risiko yang harus diantisipasi. Jual beli mura>bah}ah

memberi banyak manfaat kepada Lembaga Keuangan Syariah. Salah satunya

adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual

dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem jual beli mura>bah}ah juga

sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di

Lembaga Keuangan Syariah.

Adapun manfaat lain dari pembiayaan mura>bah}ah secara riil sebagai

berikut:

a. Sebagai produk pembiayaan pokok atau instrumen utama dalam aktivitas

Lembaga Keuangan Syariah.

b. Sebagai salah satu fasilitas pembiayaan baik di bidang mikro sampai

makro ekonomi (bagi industri kecil, menengah, dan industri besar),

khususnya terhadap pembiayaan yang berjangka pendek.21

C. KONSEP MUSHA>RAKAH

1. Pengertian Musha>rakah

Musha>rakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk

suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi

(37)

27

dana dengan kesepakatakan bahwa keuntungan dana dan resiko akan

ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.22

Musha>rakah menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Islam mempunyai 5

pengertian :

1. Musha>rakah adalah kerjasama yang dapat dilakukan antara dua pihak

pemilik modal atau lebih untuk melakukan usaha bersama dengan jumlah

modal yang tidak sama, masing-masing pihak berpartisipasi dalam

perusahaan, dan keuntungan atau kerugian dibagi sama atau atas dasar

proposional modal.

2. Musha>rakah adalah suatu kerjasama yang dapat dilakukan antara dua pihak

pemilik modal atau lebih untuk melakukan usaha bersama dengan jumlah

modal yang sama dan keuntungan atau kerugia dibagi sama.

3. Musha>rakah adalah suatu kerjasama yang dapat dilakukan antara dua pihak

atau lebih yang memiliki keterampilan untuk melakukan usaha bersama.

4. Musha>rakah adalah suatu kerjasama yang dapat dilakukan antara pemilik

modal dengan pihak yang mempunyai keterampilan untuk menjalankan

usaha. Dalam kerjasama ini pemilik modal tidak turut serta dalam

menjalankan perusahaan, dan keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan

namun kerugian ditanggung hanya oleh pemilik modal.

5. Musha>rakah adalah suatu kerjasama yang dapat dilakukan antara pihak

pemilik benda dengan pihak pedagang karena saling percaya. Keuntungan

(38)

28

ditentukan menurut kesepakatan dan jika benda yang tidak laku dijual

maka akan dikembalikan kepada pemilik benda.23

2. Rukun dan Syarat Musha>rakah

Pembiayaan musha>rakah dapat terlaksana apabila rukun dan syaratnya

telah terpenuhi.

a. Rukun musha>rakah antara lain adalah :

1. shigat (lafal) ijab dan qabul.

2. terdapat dua orang yang berakal dewasa dewasa dan berakal sehat.

3. obyek akad, yaitu modal (ma>l), kerja (darabah), dan keuntungan

(nisbah).

b. Syarat musha>rakah adalah :

1. Harus mengenai tasaruf yang dapat diwakilkan

2. Pembagian keuntungan yang jelas

3.Pembagian keuntungan tergantung kepada kesepakatan, bukan kepada

besar kecilnya modal atau kewajiban.24

3. Macam-macam Musha>rakah

Secara umum, menurut para ulama fiqih termasuk para ulama

Malikiyah dan Syafi’iiyah Musha>rakah terbagi menjadi : al-inan yaitu akad

kerjasama antara dua orang atau lebih dalam penyertaan modal untuk

membuka usaha dengan keuntungan dan resiko dibagi bersama dan modalnya

harus berupa uang, al-mufawadhah yaitu kerjasama antara dua orang atau

23 Pusat pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani (PPHIMM), Kompilasi Hukum

Ekonomi Islam (Jakarta : Kencana, 2009), 50-52.

24 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah, cet. Ke-1 (Jakarta: Zikrul

(39)

29

lebih dalam melakukan usaha dengan syarat adanya kesamaan modal,

pengelolaan dan agama, al-wujuh yaitu akad kerjasama antara dua orang atau

lebih untuk membeli sesuatu secara berhutang atau ditangguhkan dengan

menggunakan nama baik mereka, dan ‘abdan yaitu akad kerjasama dua orang

atau lebih yang mengandalakan tenaga atau keahlian orang-orang yang

melakukan akad.25 Para ulama berbeda pendapat tentang al-mudha>rabah,

apakah ia termasuk jenis musha>rakah atau bukan. Beberapa ulama

menganggap al-mudha>rabah termasuk kategori al-musha>rakah karena

memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak) musha>rakah. Adapun

ulama lain menganggap mudha>rabah tidak termasuk sebagai

al-musha>rakah.26

4. Landasan hukum musha>rakah

a. Al-Quran

1. Surat an-Nisa ayat 12 yaitu :

                                            

Artinya : Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun. (Q.S. An Nisaa (4) ayat 12)

(40)

30

2. Surat AsShaad ayat 24 yaitu :

                                                    

Artinya : Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat. (Q.S As Shaad ayat 24)

Kedua ayat diatas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah

SWT akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja

dalam surat an-Nisaa’: 12 perkongsian terjadi secara otomatis (jabr) karena

waris, sedangkan dalam surat Shaad : 24 terjadi atas dasar akad

(ikhtiyari).29 b. Hadith

ُ ِْبَا ْنَع

اَُُُدَحَأ ْنََُ ََْاَم َِْْكْيِرّشلا ُثِلاَث اَنَأ ُلْوُقَ ي َّللا نِإ َلاَق َُعَ فَر َةَرْ يَر

َُبِحاَص

َناَخاَذِإَف

ُتْجَرَخ َُبِحاَص اَُُُدَحَأ

اَمُهَ ْ يَ ب ْنِم

َو َدُواَد ْوُ بَأ ُاَوَر{ .

}مِكاَْْا

Artinya : Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. Bersabda, “sesungguhnya Allah Azza wa Jalla, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari serikat mereka”(HR Abu Dawud dan Hakim)30

28 Ibid., 277.

29 Antonio Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik...,90-91.

30

(41)

31

Hadith qudsi tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada

hamba-hamba nya yang melakukan perkongsian selama saling

menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan.

b. Ijma’

Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata,

“kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musha>rakah

secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa

elemen darinya.”

5. Manfaat dan resiko musha>rakah

a. Manfaat musha>rakah

1. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat

keuntungan usaha nasabah meningkat.

2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada

nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan

pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah

mengalami negative spread.

3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas

usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.

4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang

benar-benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena

keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan

(42)

32

5. Prinsip bagi hasil dalam mudha>rabah/musha>rakah ini berbeda dengan

prinsip bunga tetap dimana bankakan menagih penerima pembiayaan

(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang

dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis

ekonomi.31

b. Resiko

Resiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada

penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi, yaitu sebagai berikut.

a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang

disebut dalam kontrak.

b. Lalai dan kesalahan yang disengaja.

c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.32

D. KONSEP PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD

MURA>BAH}AH DAN MUSHA>RAKAH

1. Pengertian Pendistribusian Dana Denda

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, distribusi adalah

penyaluran (pembagian, pengirim) kepada beberapa orang atau ke

beberapa tempat atau pembagian barang keperluan sehari-hari terutama

dalam masa darurat oleh pemerintah kepada pegawai negeri, penduduk,

(43)

33

dan sebagainya. Sedangkan pendistribusian menurut KBBI adalah proses,

cara, perbuatan mendistribusikan.33

Jadi, pendistribusian dana denda adalah proses ataupun cara

menyalurkan dana denda mulai dari proses adanya denda sampai kepada

penggunaanya kepada keperluan sosial.

2. Konsep Dana Denda dan Pendistribusiannya

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya

bahwa dana denda diperuntukkan untuk dana sosial atau qard} al-hasan

yang berarti khusus untuk tujuan sosial.34 Dana qard} al-hasan yaitu

bersumber dari dana infak, s}adaqah, denda, sumbangan/hibah, sedangkan

untuk penyaluran dananya dapat berupa pinjaman maupun

sumbangan/hibah.35

Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia/PAPSI

tahun 2003 menyatakan bahwa dana pinjaman q}ard dapat berasal juga dari

dana intern Bank/LKS yaitu dari ekuitas atau ekuitas modal Bank/LKS.36

33 http://kbbi.web.id/distribusi, diakses pada 20 desember 2016 pukul 19.35.

34 Sutan, Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah (Jakarta: Prenadamedia Group 2014), 324.

35 Modul a to z Sharia Banking Traning Islam Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya,

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardul Hasan (Cisarua Bogor : Karim Counsulting Indonesia 2016) bab Akutansi Perbankan Syariah, 12.

36 Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah, lampiran SE BI NO.5/26/BPS tanggal 27 oktober

(44)

BAB III

PRAKTEK PENDISTRIBUSIAN DANA DENDA PADA AKAD MURA>BAH}AH DAN MUSHA>RAKAH DI KJKS AL-MUBAROK CANDI

SIDOARJO

A. Gambaran Umum Tentang Tempat Penelitian

1. Sejarah Singkat KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Al-Mubarok yang berbadan

hukum dengan nomor : 992/BH/XVI.24/518/XII/2011 telah berkembang dan

mempunyai dua unit yang bertempat di JL. Kramean No.03 RT.02 RW.06

Sumorame Candi Sidoarjo sebagai kantor pusat dan JL. Surowongso No. 217

Karangbong Gedangan Sidoarjo sebagai kantor unit.

Pada tanggal 29 Oktober 2014 telah diadakan rapat anggota tahunan

(RAT) khusus KJKS Al-Mubarok dengan agenda pembahasan perubahan akta

anggaran dasar KSU Al-Mubarok yang disahkan oleh menteri koperasi dan dinas

koperasi. Kemudian terbit pada tanggal... Perubahan Anggaran Dasar (PAD)

menetapkan KSU Al-Mubarok menjadi KJKS Al-Mubarok.

Koperasi yang pada awalnya hanya mempunyai modal 20 juta rupiah

ini sekarang telah berkembang mencapai asset 2 (dua) milyar lebih. Hal ini

membuktikan bahwa KJKS Al-Mubarok dapat memerankan dirinya sebagai

cahaya pemberi kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat

(45)

35

2. Visi Misi dan Motto KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo a. Visi

Visi KJKS Al-Mubarok adalah : “Menjadi koperasi yang terkemuka

dan selalu mengutamakan kemajuan, kesejahteraan anggota dan calon

anggota KJKS Al-Mubarok, koperasi lainnya beserta anggotanya dan

masyarakat daerah kerja KJKS Al-Mubarok pada umumnya.”

b. Misi

Misi KJKS Al-Mubarok adalah : “Melaksanakan pelayanan yang

terbaik di setiap bidang usaha yang djalankan, baik kepada anggota dan calon

anggota KJKS Al-Mubarok maupun kepada koperasi lain dan anggotanya

serta masyarakat dalam daerah kerja KJKS Al-Mubarok pada umumnya.”

c. Motto

Motto KJKS Al-Mubarok adalah : “Bekerja sebagai ibadah

berlandaskan amanah.” Sedangkan Motto dari unit usaha KJKS Al-Mubarok

yaitu “Bermuamalah dengan amanah.”37

3. LEGALITAS HUKUM STRUKTUR ORGANISASI

Dalam rapat anggota Koperasi yang diadakan pada pukul 14:30 WIB

pada hari Senin, 21 Maret 2016 bertempat di JL. Kramean No.03 RT.02/RW.06,

Desa Sumorame, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, telah diadakan Rapat

Anggota perubahan anggaran dasar Koperasi Jasa Keuangan Syariah

“Al-Mubarok”, yang berkedudukan di Sidoarjo, yang perubahan anggaran dasarnya

sebagai berikut.

(46)

36

a. Merubah susunan pengurus Koperasi Jasa Keuangan Syariah

“Al-Mubarok”, sebagai berikut :

1. Susunan pengurus

Ketua : Nyonya Sustianik

Sekretaris : Tuan Muhammad Romli Hasyim

Bendahara : Nyonya Nisful Laili

2. Susunan pengawas

Koordinator : Tuan Muhammad Misbachul Munir

Anggota : Nyonya Dwi Setyowati

Anggota : Nyonya Nur Faridhotun Sholikha

Menjadi :

1. Susunan pengurus

Ketua : Tuan Muhammad Romli Hasyim

Sekretaris : Tuan Muhammad Winarto

Bendahara : Nyonya Nisful Laili

2. Susunan pengawas

Koordinator : Tuan Muhammad Misbachul Munir

Anggota : Nyonya Dwi Setyowati

Anggota : Nyonya Dewi Riza Lisvi Vahlevi

b. Merubah nama dan tempat

Kedudukan yang diatur dalam pasal 1 ayat (1), Anggaran

(47)

37

Semula berbunyi:

a. Koperasi ini bernama Jasa Keuangan Syariah “Al-Mubarok”, dan

untuk selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut koperasi

Diubah menjadi, sehingga berbunyi:

a. Koperasi ini bernama Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan

Syariah “Al-Mubarok” dan untuk selanjutnya dalam anggaran

dasar ini, hal-hal mengenai Rumah Tangga Koperasi akan diatur

dalam rapat anggaran dasar ini.

Untuk menjalankan unit usaha koperasi, pengurus menetapkan

dan mengangkat pengelola yang kompeten agar KJKS Al-Mubarok

menjadi berkembang. Adapun susunan penggelola sebagai berikut:

Pembina/Penasehat usaha : Drs. Sarpandi R. Hami

Ka Unib : Dewi Susanti, SHI

Manager Pemasaran : Maratul Fadlilah, SHI

Kasie Operasional & Umum : Sustiani

Sekretaris Junior : Nisful Laili

Account Officer I : NurFaridhotunSholihah,SHI

Account Officer II : Edy Wahono, SHI

Account Officer III : M Yusuf Harianto

Teller I : Ambar Rochmi

Teller II : Nurul Aini

UPN : Khoirul Anam

(48)

38

Magang UPN : Moch. Winarto, SHI

Magang Scurity : Moch. Misbachul Munir, SHI

Scurity & Kebersihan : Novi Hendro Arianto38

4. Kegiatan Usaha

a. Jenis kegiatan usaha

Kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang merupakan

lembaga keuangan yang mengelola dana dari anggota dan untuk kesejahteraan

anggota dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat. Dengan sistem

pengelolaan yang berbasiskan bagi hasil (non bunga). KJKS Al Mubarok

menerima penempatan dana dari anggota dalam bentuk simpanan dan

memberikan pembiayaan kepada anggota.

Produk dari KJKS Al Mubarok adalah :

1) Tabungan yang terbagi dalam :

 Tabungan Wadi’ah yang dapat disetor dan diambil sewaktu – waktu,

tapi tidak mendapatkan bagi hasil dalam tiap bulannya.

 Tabungan Mudha>rabah yang dapat disetor dan diambil sewaktu –

waktu dan mendapatkan bagi hasil dalam tiap bulannya. Ada berbagai

macam tabungan Mudha>rabah yaitu :

- Tabungan Qurban

- Tabungan Tarbiyah / Pendidikan

- Tabungan Ziarah

- Tabungan Umat

(49)

39

 Simpanan Berjangka (Sijaka) / Deposito yang hanya dapat diambil

dengan waktu yang telah disepakati / ditentukan , jangka waktu

penyimpanan adalah 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan

dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over), serta

mendapat bagi hasil yang adil, proposional dan optimal.

2) Pembiayaan yang terbagi dalam :

 Pembiayaan dengan sistem bagi hasil dalam bentuk produk :

- Mudha>rabah

- Musha>rakah

 Pembiayan dalam bentuk sistem margin / keuntungan (jual beli) yang

pembelian barang tersebut harga asal dengan ditambah keuntungan

sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan tersebut ada beberapa macam

produk yaitu :

- Mura>bah}ah

- Istisna’

- Salam

 Pembiayaan dengan bentuk sewa atau leasing untuk keperluan

pendidikan, pernikahan, dan lain lain, dalam bentuk produk Ijarah

Multi Jasa

 Pembiayaan dalam bentuk produk yaitu al-qardh.

Dalam rangka menjamin pembiayaan KJKS Al-Mubarok saat

(50)

40

program asuransinya adalah untuk asuransi jiwa para nasabah yang

mendapatkan fasilitas pembiayaan dari KJKS Al-Mubarok.39

b. Laba rugi usaha

Unit usaha yang beroperasi adalah dua bidang unit

usaha yaitu Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS), maka

laba/ruginya adalah sebagai berikut : SHU KJKS Al-Mubarok

tahun buku 2014 = Rp. 82.614.513, ditambah jumlah bagi hasil

tabungan di KJKS Al-Mubarok tahun 2014 = 5.903.322. Jadi,

laba/rugi KJKS Al-Mubarok sampai dengan tahun buku 2014

adalah Rp. 76.834.139. SHU tahun buku 2014 ini mengalami

kenaikan kurang lebih sekitar 15% dari SHU tahun buku 2013

yang berjumlah Rp. 66.817.191.40

5. Administrasi dan Pembukuan

Pengarsipan dan penyimpanan dokumen-dokumen atau surat-surat

penting dan buku-buku penting yang terkait dengan kegiatan organisasi, telah

dilakukan oleh sekretaris dengan tertib dan kronologis disimpan di kantor

KJKS Al-Mubarok. Bendahara hanya mengelola register/buku setoran

simpanan pokok dan simpanan wajib saja sebagai alat kontrol posisi keuangan

pada sistem pembukuan KJKS, sedangkan penyimpanan dokumen-dokumen,

surat-surat dan register-register yang terkait operasional KJKS, disimpan oleh

unit KJKS Al-Mubarok.

39 Ibid.

40

(51)

41

Segala bentuk pengarsipan, data-data, dan pencatatan transaksi, KJKS

Al-Mubarok baik kantor pusat maupun cabang, menggunakan sistem manual

dan komputerisasi. Hal ini dilakukan agar arsip-arsip, data-data, dan

pencatatan transaksi bisa lebih mudah dan aman serta meminimalisir

kehilangan dan kekeliruan baik dalam sistem manual maupun sistem

komputerisasi. Jika ada kekeliruan ataupun kehilangan asrip data dan

pencatatan transaksi dalam sistem manual, maka sistem komputerisasilah

yang membackupnya begitupun sebaliknya.

Jumlah buku yang terkait dengan kegiatan organisasi, telah tersedia

16 buku yaitu : Buku tamu, buku agenda surat masuk, buku agenda surat

keluar, buku daftar pengurus koperasi, buku daftar anggota koperasi, buku

daftar pengawas koperasi, buku daftar manager dan karyawan, buku

inventaris, buku simpanan anggota, buku anjuran pejabat koperasi, buku

saran-saran anggota, buku saran dan catatan badan pengawas, buku notulen

rapat pengurus dan keputusannya, buku notulen rapat pengawas dan

keputusannya, buku notulen rapat anggota dan keputusannya, buku register.

B. Praktik Pendistribusian Dana Denda Akad Mura>bah}ah dan Musha>rakah

1. Praktik akad mura>bah}ah di KJKS Al-Mubarok Candi Sidoarjo a. Definisi mura>bah}ah di KJKS Al-Mubarok

1) Mura>bah}ah adalah transaksi jual-beli antara penjual dan pembeli

dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan disepakati

(52)

42

/ seketika sedangkan pembayaran / pelunasan harga dilakukan

kemudian.

2) Asset Mura>bah}ah adalah material yang diperjual - belikan antara

Bank dengan Nasabah yang secara rinci tercantum dalam Daftar

Rincian Barang;

3) Biaya Perolehan adalah harga pembelian barang ditambah biaya –

biaya yang dikeluarkan oleh Bank untuk pengadaan barang. Biaya

perolehan tidak termasuk biaya – biaya yang terkait dengan perjanjian

ini.

4) Harga Mura>bah}ah adalah Harga Jual yaitu biaya perolehan ditambah

dengan margin jual beli yang disepakati antara Bank dan Nasabah.

5) Margin adalah Keuntungan penjualan yaitu selisih antara Harga Jual

dengan Harga Beli yang disepakati antara Bank dan Nasabah.

6) Hutang Mura>bah}ah adalah kewajiban atau hutang Nasabah yang

muncul karena adanya transaksi perjanjian ini, yang harus dibayarkan

Nasabah kepada Bank.

7) Wakalah adalah surat kuasa dari Bank kepada Nasabah untuk

(53)

43

8) Ganti rugi adalah penggantian dalam bentuk uang yang diberikan oleh

nasabah kepada Bank atas kerugian yang diderita oleh Bank akibat

tindakan oleh Nasabah.41

b. Proses pembiayaan akad mura>bah}ah

1) Nasabah yang hendak mengajukan pembiayaan akad murabahah sudah

terdaftar menjadi anggota KJKS Al-Mubarok aktif dengan membawa

serta buku tabungan KJKS.

2) Nasabah mengajukan pembiayaan akad murabahah dengan membawa

fotokopi KTP/SIM dan mengisi formulir piutang akad murabahah.

3) Setelah proses pengecekan jaminan nasabah dan syarat-syarat yang

lain oleh KJKS dan sampai pada tahap penentuan oleh pihak KJKS

untuk memutuskan bahwa nasabah telah layak atau tidak layaknya

mendapat pembiayaan dan apabila telah layak maka pihak KJKS dan

nasabah melakukan tawar menawar terhadap harga marjin yang akan

diperoleh pihak KJKS dari jumlah harga barang ditambah dengan

marjin yang akan diangsur sesuai kesepakatan, biasanya marjin

berjumlah 2,5 % dari jumlah biaya yang diajukan oleh nasabah.

4) Pihak KJKS Al-Mubarok memberikan surat perjanjian antara nasabah

yang mengajukan pembiayaan dan pihak KJKS serta kedua belah

pihak tanda tangan diatas materai sebagai tanda kesepakatan kedua

belah pihak.

41 Surat Perjanjian Piutang Musha>rakah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Al-Mubarok Candi

(54)

44

5) Sebelum pihak KJKS memberikan uang kepada nasabah sesuai jumlah

dana pembiayaan yang diajukan pihak nasabah, nasabah harus

membayar secara lunas biaya-biaya terlebih dahulu yaitu biaya

administrasi, biaya notaris, biaya materai, premi asuransi dan lain

lain.

6) Apabila nasabah telat membayar angsuran dari jangka waktu tempo

yang disepakati maka pihak KJKS akan memberikan sanksi berupa

denda yang akan disepakati disaat membayar angsuran berikutnya,

biasanya denda yang dike

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan pembiayaan mura>bah}ah di KCP BRI Syariah Sepanjang Sidoarjo, pihak bank diharapkan menggunakan mekanisme yang lebih efisien, dan untuk

Dari penjelasan di atas bisa diketahui perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang adalah penelitian ini lebih terfokus pada praktik mura>bah}ah bil

Dalam hukum Islam dan Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 mengenai implementasi pembiayaan program PUSYAR akad mura> bah} ah dijelaskan bahwa apabila pihak bank menyertakan

Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam mengatasi pembiayaan mura>bah}ah bermasalah pada nasabah yang prospektif, dilakukan dengan cara mengalihkan akad

(2) Sudut pandang akuntan si syari‟ah mengenai penetapan margin akad mura>bah}ah di BNI Syari‟ah cabang Palangka Raya dilihat dari segi: (1) Berdasarkan PSAK 102 paragraf

Dengan adanya modifikasi akad mura>bah}ah pada LKS tersebut maka menurut Wahbah az-Zuh}aili> akad tersebut manjadi tidak sah karena mengandung unsur gharar yang

Namun sebelum dibuatkan surat permohonan tersebut nasabah sudah mengetahui bahwa permohonan potongan pelunasan Mura>bah}ah yang dapat dilakukan di KCP BRI Syariah

Skripsi ini berjudul “ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGENAAN DENDA PADA AKAD IJARAH DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH MITRA SEJAHTERA SUBAH BATANG ” disusun guna memenuhi