Penciptaan
Karya
Fotografi
Model
dengan
Konsep
Eksperimen
Pencahayaan
dari
LCD
Projector
sebagai
Cahaya
Utama
oleh: Yulius Widi Nugroho, S.Sn, M.Si.
Abstrak
Pengkaryaan Fotografi ini merupakan karya fotografi model yang bersifat eksperimental yaitu pencahayaan dengan menggunakan LCD Projector sebagai cahaya utama. Cahaya dari LCD Projector ini bukan hanya sekedar cahaya dari LCD, tapi merupakan tampilan gambar‐gambar yang terpilih dari komputer dan ditembakkan dengan LCD Projector ke arah model. Pada pemotretan karya tersebut juga menggunakan cahaya tambahan berupa satu lampu bersifat
continuous light untuk pencahayaan dari belakang (back light) untuk mencapai dimensi dari
objek model. Pelaksanaan pemotretan dilakukan di studio indoor yang kedap cahaya dari luar, sehingga hanya cahaya utama LCD Projector dan cahaya backlight yang terekam. Konsep dari gambar‐gambar yang ditembakkan ke model bertema warna‐warni dan bentuk‐bentuk yang dapat menimbulkan tekstur khusus terhadap model. Make up pada model dibuat sesederhana mungkin dengan baju berwarna kulit dan polos tanpa asesoris yang menyolok. Dengan make up sederhana tersebut dimaksudkan agar cahaya atau gambar‐gambar yang ditembakkan dapat maksimal membentuk tekstur atau efek yang diinginkan.
Kata Kunci: Fotografi Model, Cahaya LCD Projector, Eksperimental
Abstract
This project of Photography is the models photographic that the experimental using LCD
Projector lighting as the main light. Light from the LCD Projector is not just the light from the LCD, but there are displaying of images selected from the computer and shooting with an LCD Projector to the model. In shooting these works also use an additional light, continuous light for
illumination from the back (back light) to reach the dimensions of the object model.
Implementation of the shooting is done in indoor studio that light‐proof from the outside, so that only the main light LCD Projector and backlight recorded. The concept of the pictures that were shoot into the model themed colors and shapes that can pose a special texture to the model. Make up the model as simple as possible with a skin‐colored shirt and plain without the flashy accessories. With a simple makeup is meant to be light or pictures that can be shoot up to form the desired texture or effect
A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN KARYA
Fotografi adalah salah satu bidang dari seni rupa yang merupakan media baru untuk
mengekspresikan konsep seni. Keunikan dan keindahan itu membangkitkan rasa senang,
bahagia, sedih, dan haru. Keinginan untuk mengungkapkan tersebut diekspresikan dalam seni
fotografi, dengan mengamati berbagai sisi menarik dalam kehidupan sehari‐hari. Tahap
penciptaan seni khususnya seni fotografi yaitu; pengamatan, pematangan ide, persiapan alat
dan bahan, serta visualisasi.
Dalam Fotografi Seni sebuah penciptaan tidaklah dibatasi dengan aturan yang begitu
mengikatnya, akan tetapi kekuatan Imajinasi tinggi dalam mengkreasikan sebuah obyek hingga
bisa berbicara kuat mempengaruhi psikologi pemirsa menjadi kunci utama dalam
penciptaannya. Tindakan memaanipulasi obyek dengan berbagi macam teknik bisa dibenarkan,
bahkan menentang dari suatu realitas keadaanpun hingga menciptakan suatu ketidak wajaran
dalam kehidupan bisa saja dibenarkan. Kehadiran program komputer grafis yang berbasis pada
pixel seperti program Adobe Photoshop telah mengantarkan para fotografer untuk
mengeksplorasi dunia imajinasinya lewat manipulasi rangkaian foto‐foto hingga menjadi suatu
karya yang dapat mengundang orang menjadi terbengong melihatnya.
Penciptaan karya foto ini dilatarbelakangi oleh pengamatan serta pengalaman pribadi tentang
LCD Projector sebagai sumber cahaya yang berfungsi utama untuk membantu presentasi
dengan mengkonversi gambar atau tulisan secara digital diwujudkan dengan cahaya kemudian
cahaya tersebut diproyeksikan ke arah layar sehingga gambar atau tulisan yang berasal dari
komputer dapat terlihat di layar tersebut.
Selama ini pencahayaan yang digunakan pada penciptaan karya foto lazimnya menggunakan
flash atau continuous light yang berfungsi untuk menerangi objek sesuai dengan ide fotografer.
Dengan karakter cahaya LCD Projector yang di atas, jika digunakan untuk pencahayaan fotografi
memiliki beberapa fungsi yaitu menerangi, memberi tekstur, dan memberi warna pada objek.
B. IDE PENCIPTAAN KARYA
Dari pengamatan yang didukung peralatan dan material, didapat ide untuk membuat karya foto
telah dipilih, kemudian cahaya tersebut ditembakkan ke arah model dengan direkam
menggunakan kamera digital. Model diekspose sebagai objek utama pemotretan dengan
berpose seperti biasa dan dengan make‐up dan baju yang polos tidak bermotif. Tekstur dan
warna ditampilkan dari cahaya LCD Projector yang menembakkan gambar dan warna sehingga
memberi warna/tekstur pada model. Model dan pencahayaan tersebut direkam dengan
kamera digital dengan teknik close‐up, dan dilakukan di studio foto yang tertutup dan gelap
dengan maksud hanya cahaya LCD Projector dan cahaya efek saja yang terekam.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENCIPTAAN
Tujuan karya foto ini mengkomunikasikan eksplorasi imajinasi dalam melihat fenomena alam
yang ada di sekitarnya. Fotografi Seni tidaklah sama dengan fotografi jurnalistik yang
mempunyai tujuan khusus yaitu menyampaikan informasi suatu peristiwa atau kejadian di
masyarakat melalui pengadegan gambar‐gambar menarik lewat media seperti media cetak
dalam bentuk koran, majalah dan tabloid ataupun melalui media audio visual, namun lebih
bebas menyampaikan ide atau pikiran sesuai dengan kemauan isi hatinya sebagai ungkapan
ekspresi dari gejolak jiwanya. Karya fotografi ini merupakan perwujudan visualisasi obyek yang
lebih ditekankan pada permainan sumber lighting yang dieksplorasi pada model, oleh karena
itu hasil karya foto ini merupakan bentuk nyata dari fungsi Fotografi Seni adalah sebagai
ungkapan ekspresi.
D. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Fotografi Seni
Sebelum membahas tentang Fotografi Seni, lebih baik membahas apa itu seni? Menurut
Dharmawan, seni adalah "....Lewat karya seni yang dibuatnya, seorang seniman
menyatakan keberadaanya, mengungkapkan jiwannya dan emosinya serta
pengalamannya dan penghayatan estetisnya; lewat karya seni seorang seniman
bercerita tentang pandangan hidupnya, cita‐cita, watak, dan karakternya, serta suka
duka atau rindu dendamnya dan sebagainya. Jadi jelasnya karya seni berfungsi sebagai
Sedangan definisi seni menurut Achdiat K. Mihardja: “Seni adalah kegiatan rohan
manusia yang merefleksikan realitet (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk
dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam
rohani si penerimanya”. Disamping untuk membangkitkan pengalaman tertentu, seni
juga mempunyai sifat komunikatif, menurut Taufik Abdullah dalam tulisannya mengenai
komunikasi ilmu dan seni, mengatakan bahwa seni itu adalah satu dari berbagai cara
untuk melukiskan dan mengkomunikasikan. Seni baru bisa mempunyai makna atau
dapat diresapkan jika pada dirinya terkandung kekuatan pesan yang komunikatif dan
seni yang tidak komunikatif sama sekali tidak bisa dikatakan indah. Dari pernyataan ini
bisa dikatakan bahwa seni adalah media penyampaian pesan dari seniman kepada orang
lain dengan tujuan mempengaruhi pikirannya.
Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Thomas Munro, fotografi dapat dimasukkan
sebagai cabang seni rupa (visual Art), seni yang hanya bisa dirasakan melalui indera
penglihatan manusia. Jadi seni fotografi bisa dikatakan sebagai kegiatan penyampaian
pesan secara visual dari pengalama yang dimiliki seniman / fotografer kepada orang lain
dengan tujuan orang lain mengikuti jalan pikirannya. (Yekti Herlina: 2003)
Karya Fotografi Seni merupakan sebuah karya foto yang mevisualisasikan obyek
berdasarkan proses eksplorasi imajinasi tinggi dari kreatornya, hingga terkadang hasil
foto keluar dari logika pemahaman realitas peristiwa. Dalam Fotografi Seni proses
visualisasi tidak mengacu pada suatu peristiwa nyata seperti layaknya Fotografi
Jurnalistik, akan tetapi nilai proses imajinasi pemikiran dalam menghadirkan suatu
peristiwa dengan bantuan berbagai macam teknik dalam pengolahannya itu, lebih
berbicara daripada logika faktanya. Dalam era teknologi digital ini, keberadaan Fotografi
Seni dapat disetarakan dengan Seni Lukis, dimana konsep penciptaannya mengaitkan
gejolak emosi jiwa kreatornya dilampiaskan habis‐habisan di dalam karyanya, hal ini
merupakan suatu jalan pentransferan opini dari fenomena alam melalui visualisasi
dengan kekuatan ekspresi jiwa kreatornya hingga membentuk kumpulan goresan warna
digolongkan Fotografi Seni berorientasi sifat atraktif, Fotografi Seni berorientasi pada
sifat statis, serta Fotografi Seni berorientasi sifat simbolis/image.
2. Orientasi Fotografi Seni
Sebuah karya seni hendaknya mempunyai orientasi tertentu agar karya tersebut tidak
hanya berfungsi secara visual, tapi ada nilai‐nilai atau tujuan dari seniman untuk
mempresentasikan karyanya. Berikut Orientasi Fotografi Seni menurut Arba Wirawan;
a. Fotografi Seni Berorientasi Sifat Atraktif
Fotografi Seni yang mencerminkan sifat atraktif merupakan penjabaran dari sebuah
karya fotografi dengan visualisasi obyek yang bergerak. Pergerakan obyek disini
mencerminkan adanya suatu aktifitas kehidupan dalam persepsi seorang kreator atau
fotografernya terhadap fenomena alam yang ada disekelilingnya, untuk kemudian
ditransfer melalui proses eksplorasi imajinasi dengan didukung berbagai macam teknik
manipulasi penciptaan hingga menghasilkan sebuah karya fotografi yang mampu
membangkitkan dan menimbulkan suatu persepsi tertentu dari permirsanya. Banyak
karya fotografi pada kategori ini yang ada di tengahmasyarakat baik melalui pameran‐
pameran foto di berbgai tempat maupun di dalam situs internet.
b. Fotografi Seni Berorientasi Sifat Statis
Mencerminkan sifat statis merupakan penjabaran dari sebuah karya fotografi dengan
visualisasi obyek yang tidak bergerak. Susunan obyek disini mencerminkan adanya
suatu keadaan atau situasi alam dalam persepsi seorang kreator atau fotografernya
terhadap fenomena alam yang ada disekelilingnya, untuk kemudian ditransfer melalui
proses eksplorasi imajinasi dengan didukung berbagai macam teknik manipulasi
penciptaan hingga menghasilkan sebuah karya fotografi yang mampu membangkitkan
dan menimbulkan suatu persepsi tertentu dari permirsanya. Banyak karya fotografi
pada kategori ini yang ada di tengahmasyarakat baik melalui pameran‐pameran foto di
berbgai tempat maupun di dalam situs internet.
c. Fotografi Seni Berorientasi Sifat Simbolis atau Image
Mencerminkan sifat simbolik merupakan penjabaran dari sebuah karya fotografi dengan
hingga menimbulkan pencitraan tertentu dari asil foto tersebut. Pengaturan benda‐
benda tertentu yang mewakili obyek disini mencerminkan adanya suatu pencitraan
pemikiran dari persepsi seorang kreator atau fotografernya melalui proses eksplorasi
imajinasi dengan didukung berbagai macam teknik manipulasi penciptaan hingga
menghasilkan sebuah karya fotografi yang mampu membangkitkan dan menimbulkan
suatu persepsi tertentu dari permirsanya. Banyak karya fotografi pada kategori ini yang
ada di tengah masyarakat baik melalui pameran‐pameran foto di berbgai tempat
maupun di dalam situs internet. (Arba Wirawan, Komang: 2010)
3. Tentang LCD Projector
LCD (Liquid Crystal Display) merupakan sebuah teknologi yang umum digunakan pada
proyektor digital. Proyektor berfungsi untuk memperbesar gambar sehingga dapat
terlihat dengan jelas pada layar yang disediakan. LCD Proyektor merupakan perangkat
output untuk menampilkan gambar di sebuah permukaan yang digunakan sebagai layar.
LCD Proyektor sering digunakan untuk media presentasi, karena mampu menampilkan
gambar dengan ukuran besar.
Proyektor LCD bekerja berdasarkan prinsip pembiasan cahaya yang dihasilkan oleh
panel‐panel LCD. Panel ini dibuat terpisah berdasarkan warna‐ warna dasar, merah,
hijau dan biru (R‐G‐B). Sehingga terdapat tiga panel LCD dalam sebuah proyektor.
Warna gambar yang dikeluarkan oleh proyektor merupakan hasil pembiasan dari panel‐
panel LCD tersebut yang telah disatukan oleh sebuah prisma khusus. Gambar yang telah
disatukan tersebut kemudian dilewatkan melalui lensa dan dijatuhkan pada layar
sehingga dapat dilihat sebagai gambar utuh. Gambar yang dihasilkan proyektor LCD
memiliki kedalaman warna yang baik karena warna yang dihasilkan olah panel LCD
langsung dibiaskan lensa ke layar. (Diah Kartika Dewi: 2013)
Semakin tinggi sebuah resolusi dari Projector biasanya akan semakin tinggi pula
harganya. Jika menggunakan projector untuk sebuah presentasi dengan powerpoint,
maka Resolusi SVGA cocok untuk hal ini. Sementara XGA merupakan pilihan yg bagus
dibutuhkan LCD Projector dengan resolusi yg lebih tinggi sehingga tampilan yg lebih
details.
E. KONSEP KARYA
Karya fotografi seni yang dirancang dengan konsep tertentu dengan memilih objek foto yang
terseleksi dan diproses dihadirkan sebagai luapan ekspresi artistik fotografernya, maka karya
tersebut bisa menjadi sebuah karya fotografi seni atau fotografi ekspresi. Sehingga karya foto
tersebut dimaknakan sebagai suatu medium ekspresi yang menampilkan jati diri fotografernya
dalam proses penciptaan karya fotografi seni. (Imanto, Teguh: 2012)
Fotografi sebagai salah bagian dari seni rupa juga tidak terlepas dari nilai‐nilai dan kaidah
estetika senirupa yang berlaku. Setiap karya fotografi menurut fotografernya tentunya juga
memerlukan konsep perancangan yang bermula dari ide dasar yang berkembang menjadi karya
foto yang memerlukan dukungan peralatan teknis dan non teknis.
Pada karya fotografi ini, menghadirkan model wanita sebagai subjek/subjectmatter dan dalam
pengambilan foto setiap objek perlu dipotret beberapa kali dalam rangka eksperimentasi
dengan berbagai sudut pandang/angle (pandangan estetik) maupun dengan teknik komposisi
dan panduan pecahanyaan yang spesial yaitu pencahayaan dari LCD Projector dimana
menyinarkan berbagai macam image terhadap model tersebut.
Semuanya digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan berbagai ragam alternatif tampilan
yang memiliki nilai estetis yang berbeda secara eksploratif dan dipastikan bisa memberikan
beberapa pilihan hasil foto yang terbaik yang disesuaikan dengan hasil foto yang terbaik yang
disesuaikan dengan kebutuhan nilai estetis yang diharapkan.
F. PROSES PENCIPTAAN
Mencipta berarti menggagas sesuatu yang belum ada menjadi ada, dan menghasilkan sesuatu
yang tadinya tidak ada menjadi ada. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata penciptaan
berasal dari kata “Cipta” yang berarti kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang
sesuatu. Walaupun proses kelahiran itu diwarnai oleh derita, rasa duka atau rasa takut,
kesemuanya akhirnya bermuara pada rasa suka cita (Humar Sahman 1993: 66).
Hal tersebut dapat menjadi rujukan bahwa menciptakan tidak sebatas apa yang dilihat, namun
sampai dengan apa yang mereka khayalkan. Jadi dapat diasumsikan bahwa penciptaan adalah
proses menghasilkan sesuatu yang baru, dimana penciptaan tidak hanya dibatasi oleh
penglihatan tetapi dapat juga sesuai dengan apa yang dihayalkan seorang pencipta atau
fotografer.
Seni adalah ekspresi jiwa seniman yang diwujudkan dalam bentuk karya dan penciptaan seni
terjadi oleh adanya cipta, rasa, dan karsa. Penciptaan di bidang seni mengandung pengertian
yang terpadu antara kreativitas dan inovasi yang sangat dipengaruhi oleh rasa. Walaupun
begitu, logika dan daya nalar mengimbangi rasa dari waktu ke waktu dalam kadar yang cukup
tinggi. Rasa muncul karena dorongan kehendak naluri yang disebut karsa. Seni mempunyai
hubungan yang erat dengan unsur‐unsur kebudayaan yang lain. Isi dan bentuk seni tidak dapat
dipisahkan dari nilai‐nilai yang terkandung dalam 7 (tujuh) unsur pokok budaya. Tema‐tema
seni berakar pada nilai‐nilai agama, organisasi sosial, sistem teknologi, sistem pengetahuan,
bahasa dan sistem ekonomi (Bandem, dalam jurnal penciptaan dan pengkajian seni 2005 : 20).
Dari kutipan tersebut dapat diasumsikan bahwa penciptaan karya seni bergantung kepada
pengalaman estetik dan menarik yang diungkapkan melalui emosional yang direnungkan secara
mendalam. Hal ini juga dijelaskan dalam kutipan berikut:
Karya seni merupakan ungkapan emosional atau ekspresi penciptanya. Ekspresi yang terlahir
merupakan ungkapan ide dan pengalaman‐pengalaman yang estetik dan artistik. Lahirnya ide
tidak begitu saja, namun melibatkan perenungan secara mendalam dari hasil interaksi dengan
objek di luar dirinya yaitu alam lingkungan termasuk benda‐benda seni ciptaan manusia
(Bambang, 2005).
Setiap orang tidak sembarangan dalam menciptakan suatu karya seni, dari pengalaman yang
menarik, dipikirkan secara mendalam, muncul sebuah ide/gagasan untuk menciptakan dan
akhirnya diwujudkan pada suatu karya seni yang artistik. Dari kutipan‐kutipan di atas, dapat
disimpulkan bahwa teori penciptaan yaitu diawali dengan pemunculan ide/gagasan,
Dalam proses penciptaannya Fotografi Seni lebih bebas dalam menuangkan ide dan tidak
seketat dengan penciptaan Fotografi Komersial yang bergantung pada selera konsumen
ataupun produsen, atau Fotografi Jurnalistik yang telah diikat dengan aturan‐aturan dalam
dunia jurnalistik atau dunia pemberitaan. Proses pengkreasiannya itu, kekuatan nilai Fotografi
Seni ditentukan pada proses eksplorasi imajinasi dengan menggunakan keragaman penguasaan
teknik dalam meramu berbagai macam komponen di dalamnya hingga menghasilkan sebuah
karya foto yang sesuai dengan ide penciptaannya.
Dalam proses penciptaan suatu karya seni rupa, menuangkan ide melalui beberapa tahapan,
Ide
/
Gagasan
Eksplorasi
‐
Analisis
Persiapan
Peralatan
Fotografi
Teknik
Fotografi
Pemotretan
Editing
Proses kreatifitas merupakan kebebasan penafsiran untuk mewujudkan suatu ide dalam karya.
Penerapan ide ditentukan oleh konsep karya atas nilai‐nilai yang terkandung didalamnya. Untuk
mewujudkan suatu ide mengalami proses atau pengolahan materi, sehingga menghasilkan
karya sesuai kehendak yang diinginkan. Proses penciptaan karya seni ini melalui beberapa
tahapan :
1. Pertama menemukan gagasan, gagasan atau sering disebut pula ide atau inspirasi adalah
hal yang melandasi atau mendorong seseorang untuk berkarya, baik berasal dari dalam
(internal) atau luar dirinya (eksternal). Wujudnya bisa berupa perasaan, emosi, mimpi,
khayalan, cita‐cita, atau bahkan pengalaman. Adalah hal yang lumrah jika manusia
sebagai makhluk sosial selalu ingin mengkomunikasikan gagasannya dengan berbagai cara
kepada sesamanya. Gagasan pun dapat lahir dari mana saja termasuk dari tanggapan atau
apresiasi terhadap keindahan alam ciptaan Tuhan, benda buatan manusia, atau karya seni
yang dibuat orang lain. Gagasan pada karya ini terinspirasi dari karya seni yang sudah jadi
tentang penggunaan LCD Projector untuk membuat image serta merekamnya. Ide timbul
terinspirasi dari karya foto yang sudah ada, yaitu karya foto dari fotografer‐fotografer
yang kebetulan mengeksplorasi sumber cahaya LCD Projector ini, kebanyakan dari mereka
menggunakan cahaya continuous light sebagai cahaya utama dan LCD Projector sebagai
cahaya tambahan. Dalam karya ini pemotretan dilakukan dengan menggunakan cahaya
LCD Projector sebagai cahaya utama yang mengenai objek, dan menggunakan cahaya
tambahan (continuous light) sebagai cahaya pembentuk efek tertentu.
2. Kemudian tahap berikutnya adalah tahap ekplorasi, yaitu pengamatan secara langsung
dan mencari keterangan dari informasi yang mendukung data tersebut. Dieksplorasi
pertama kali adalah LCD Projector, yaitu bagaimana sifat cahaya dari LCD Projector
seberapa kuat cahayanya menyinari objek dan efek‐efek yang bisa ditimbulkan dari
cahaya yang dihasilkan. Setelah data terkumpul dianalisis pada berbagai bagian, sehingga
mendapat gambaran atau konsep yang jelas sebagai sumber acuan. Analisis dilakukan
dengan mencoba langsung dan mengamati bahwa cahaya LCD Projector cukup kuat untuk
dihasilkan juga dicoba dengan disinarkan ke objek percobaan, dan hasilnya warna‐warna
yang disinarkan dari LCD Projector cukup untuk memberi warna pada objek foto dengan
tidak menghilangkan kontur objek utama, sehingga seolah‐olah objek utama diberi warna
sesuai dengan cahaya yang datang dari LCD Projector.
Kemudian percobaan berikutnya yaitu penerapan cahaya LCD Projector pada pelaksanaan
pemotretan. Awalnya ada keraguan bahwa cahaya LCD Projector terlalu kuat seingga akan
sangat mengganggu model atau bahkan membuat akibat yang tidak diinginkan. Tapi
setelah dilakukan test, diyakinkan bahwa cahaya LCD Projector aman digunakan jika
ditembakkan langsung ke arah model, dan model tidak merasa terganggu dengan jenis
cahaya ini.
Sedangkan untuk menentukan model dan kostum, dipilih dua orang wanita muda karena
faktor interest secara umum, yaitu secara visual model wanita lebih menarik
dibandingkan model pria. Dipilih dua model wanita yang pandai bergaya atau berpose
dengan harapan dapat memberikan kontribusi terhadap karya foto nantinya, misalnya
ekspresi model yang dapat membangun mood atau suasana foto, pose tubuh yang
membentuk shape mengingat nantinya cahaya dari LCD Projector secara langsung
menerpa sang model dengan berbagai macam warna dan desain tertentu.
Untuk itu, dalam pemilihan kostum adalah baju dengan warna skin tone atau warna
cream yang mendekati warna kulit manusia, karena model disini akan terkena cahaya
yang berwarna‐warni menurut image yang disinarkan oleh LCD Projector.
3. Setelah itu memasuki tahap pembuatan karya, pada tahapan ini diperlukan improvisasi
dengan memadukan hal teknis dan non teknis. Hal teknis yaitu tentang peralatan
fotografi yang diperlukan disesuaikan kebutuhan, penataan lighting, pemilihan
background, dan model. Kamera yang digunakan adalah jenis SLR merk Canon seri 30D
dengan Lensa merk Canon dengan rentang focal leght 17‐40mm. Kamera SLR tersebut
dipilih karena dinilai cukup untuk melakukan pemotretan dengan cahaya minim
(menggunakan ASA 800) dengan sensor sebesar 8 MP sudah cukup untuk dilakukan cetak
yang tidak begitu luas sehingga untuk mendapatkan view foto yang lebih luas
menggunakan lensa wide angle.
Pencahayaan menggunakan LCD Projector yang sudah disiapkan dibantu dengan cahaya
lampu (continuous light) dari lampu Flash Studio atau yang sering disebut Modelling Light,
sifat lampu ini adalah cahaya pijar dengan warna kekuningan. Di studio foto
menggunakan background berwarna gelap agar dapat memaksimalkan cahaya LCD
Projector ke model, dan semua lampu di studio foto dimatikan kecuali cahaya yang sudah
disiapkan.
Hal non teknis yaitu tentang pengetahuan dasar fotografi, teknik fotografi, persiapan‐
persiapan yang bersifat non fotografis, serta komunikasi yang intens terhadap objek
utama dan pada hal ini adalah model untuk menjelaskan konsep pemotretan, konsep
kostum. Pengetahuan fotografer dibidang seni rupa sangat diperlukan yaitu tentang
kaidah‐kaidah dasar seni rupa seperti titik, garis, bidang, bentuk, gelap‐terang, tekstur,
dan warna, serta kaidah‐kaidah komposisi yaitu kesatuan, keseimbangan, dan irama.
Diperlukan pengarahan khusus kepada model untuk nantinya bagaimana mereka berpose
mengikuti arahan fotografer, sekaligus membangun komunikasi yang yang baik antara
model dan fotografer agar proses pemotretan menjadi lancar dan baik.
4. Penggunaan LCD Projector digunakan untuk menembakkan gambar‐gambar yang telah
dipersiapkan, sebagian gambar tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 gambar‐gambar yang telah dipersiapkan untuk disinarkan dengan LCD Projector
(Sumber: Download dari www.google.com dan Dokumen Pribadi)
5. Proses berikutnya adalah pelaksanaan pemotretan, pengambilan foto dilakukan di studio
foto dengan menggunakan background warna gelap karena yang diekspos utama adalah
tubuh model yang terkena sinar LCD Projector, dengan demikian image yang disinarkan
akan menyatu dengan model dan membentuk shape baru untuk direkam. Perekaman
atau pemotretan dilakukan tanpa cahaya flash karena jika menggunakan lampu flash akan
menghilangkan image yang disinarkan oleh LCD Projector yang mempunyai intensitas
cahaya yang jauh lebih rendah, mengingat kekuatan cahaya LCD Projector termasuk
lemah, sehingga jika dipadukan dengan cahaya flash cahaya dari LCD Projector akan kalah
dan tidak bisa terekam. Karena menggunakan konsep cahaya continuous, otomatis nilai
satu per satu ditembakkan dengan LCD Projector melalui seperangkat komputer atau
laptop. Dengan menggunakan aplikasi browser atau picture previewer, image tersebut
diakses di laptop. Kemudian laptop dihubungkan dengan LCD Projector untuk disorotkan
ke objek foto (model) sebagai sumber cahaya utama. Pemotretan dilakukan tidak hanya
menggunakan cahaya LCD saja, tetapi digunakan juga lampu pijar (continuous light) untuk
ditempatkan di belakang model berfungsi sebagai cahaya pembantu. Cahaya ini
difungsikan sebagai cahaya dari belakang objek (back light) untuk membentuk kontur
objek sekaligus membentuk dimensi agar hasil foto tidak kelihatan terlalu flat. Sedangkan
pengaturan letak pemotretan dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Pemotretan dilakukan secara bergantian baik image yang disorotkan maupun modelnya,
karena setiap image mempunyai efek tertentu dan setiap model mempunyai pose
tertentu. Ada juga yang menggunakan dua model sekaligus dengan berbagai macam jenis
image cahaya.
6. Setelah proses pemotretan dilakukan proses editing. Pada proses ini tidak banyak hal
yang dilakukan, data dari kamera ditransfer ke komputer kemudian diedit menggunakan
software Photoshop. Editing yang dilakukan hanyalah editing “kamar gelap”, artinya yang
diubah sebatas croping, brightness, sharpen, dan saturasi warna agar warna dari cahaya
image dari LCD dapat lebih terlihat dengan baik. (Lihat Gambar 1.2)
Penggunaan Photoshop saat ini memang tidak bisa lepas dari dunia fotografi.
Perkembangan ini tidak bisa kita tolak, jika tidak malah akan jauh tertinggal. Hanya saja
yang perlu di ingat harus tetap berpandangan dengan kaidah‐kaidah yang ada dalam
fotografi.
Sebenarnya bebas saja dalam mengedit foto, yang penting editan harus bisa memperkuat
foto dan mengambarkan suasana/mood yang sesuai. Bila tidak, foto yang sudah baik
malah menjadi tidak begitu baik dan membingungkan. Setiap foto membutuhkan
perlakuan yang berbeda, tidak bisa memaksakan perlakuan yang sama untuk semua foto
Gambar 1.2 Contoh Editing (sebelum dan sesudah)
(Sumber: Dokumen Pribadi)
7. Setelah diedit proses terakhir dicetak di atas kertas foto. Pada tahap ini tentunya tidak
terlepas dari tahap sebelumnya yaitu selain edit foto juga menentukan ukuran cetak foto.
Komputer adalah sebuah alat yang hanya menunggu perintah begitu juga ketika
mencetak foto, mencetak foto dapat menentukan ukuran berapa saja sebatas memang
bisa dicapai mesin cetak, dan salah satu yang menentukan bagus atau tidaknya hasil cetak
bergantung pada ketepatan ukuran. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas
cetak, namun untuk amannya memerlukan 250 dots per inch (dpi) untuk menghasilkan
kualitas cetak foto yang bisa diterima, dan setidaknya 300 dpi agar dapat menghasilkan
kualitas cetak yang bagus.
Detail sebuah gambar digital dilihat dari banyaknya piksel horizontal dan vertikal yang
dimiliki oleh gambar tersebut. Piksel ini merupakan titik terkecil yang berisi informasi
warna dan gambar, semakin banyak pikselnya maka semakin jelas detil dari hasil cetak
yang dihasilkan. Pada karya ini ukuran piksel sebanyak 3000 x 2000 (atau 6 juta piksel / 6
Pemotretan dilakukan di dalam studio dengan skema lighting sebagai berikut:
1
Keterangan Skema gambar:
1. Background berwarna gelap
2. Cahaya efek menggunakan Continuous Light (sebagai Back Light) 3. Model
4. LCD Projector (sebagai Main Light) 5. Kamera
6. Komputer/Laptop
Gambar 1.3 Skema Pemotretan
(Sumber: Dokumen Pribadi)
2
3
4
5
Karya foto final yang dihasilkan:
Gambar 1.4 Hasil Karya Pemotretan
G. DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto, Atok. 2006. Indah Itu Mudah, Buku Paduan Fotografi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Mulyanta, Edi. S. 2007. Teknik Modern Fotografi Digital. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Imanto, Teguh. 2012. Teknik Kamera Fotografi 6 (Fotografi Seni).
Arba Wirawan, Komang. 2010. Ekspresi Estetis Pada Karya Seni Fotografi,
http://www.balipost.co.id
Dharmawan. Buku Pegangan Pendidikan Seni Rupa. penerbit AMICO
Bandem. 2005. Jurnal Penciptaan Dan Pengkajian Seni. ISI Yogyakarta
Humar Sahman. 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa : Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas
Kreatif, Apresiasi, Kritik Dan Estetika, IKIP Semarang Press
Bambang Sunarto. 2005. Etika Dan Pertimbangan I Wayan Sadra Dalam Penciptaan Karya
Seni. STTS Press
Yekti Herlina. 2003. Kreatifitas Dalam Seni Fotografi – Nirmana ‐ Volume 5.