STUDI TENTANG PELAKSANAAN PERKAWINAN MENURUT UU No.1 TAHUN 1974 DI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA (STUDI KASUS
PERKAWINANDI BAWAH UMUR
Moh. Faizal AM. Hadjri1 Abduh H. Harun2
Hasdin3
ABSTRAK
Masalah dalam penelitian ini adalah Faktor apa saja yang menjadi sebab utama terjadinya perkawinan di bawah umur pada masyarakat di Desa Tambu, Bagaimana dampak dari perkawinan di bawah umur pada masyarakat Desa Tambu, Bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya perkawinan di bawah umur pada masyarakat Desa Tambu. Tujuan Penelitian ini yaitu: Mengetahui Faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan I bawah umur di Desa Tambu, mendeskripsikan dampak dari perkawinan di bawah umur di Desa Tambu, mendeskripsikan hal-hal tentang cara mencegah terjadinya perkawinan di bawah umur di Desa Tambu. Populasi Penelitian adalah 9 Kk. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data wawancara dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Faktor pendorong terjadinya perkawinan di bawah umur dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, dan lingkungan pergaulan. Sedangkan dampak perkawinan di Bawah Umur yaitu kehilangan masa remaja, gangguan kesehatan dan adanya percecokan kecil dalam rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga hingga menimbulkan terjadinya perceraian dini.
Kata Kunci : Perkawinan, UU NO 1 Tahun 1974, usia di bawah umur
1Moh. Faizal AM. Hadjri A 321 10 010, Mahasiswa Studi Ppkn, Universitas Tadulako sebagai penulis 1
2
Pembimbing I sebagai Penulis 2 3
II. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki Undang-undang perkawinan Nasional yang sekaligus menampung prinsip-prinsip dan memberikan landasan hukum perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat kita. Sesuai dengan landasan filsafah Pancasila dan UUD 1945, maka UU No.1 Tahun 1974, tentang perkawinan harus dapat mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 sedangkan dilain pihak, harus dapat pula menampung segala kenyataan yag hidup dalam masyarakat dewasa ini.
Kehadiran perkawinan dalam kehidpan manusia senantiasa menjadi impian dan cita-cita, karena sejatinya manusia diciptakan oleh yang Maha Kuasa untuk berpasang-pasangan. Allah SWT di dalam firman-firmannya telah dijelaskan bahwa manusia telah diciptakan olehnya untuk berpasang-pasangan yang dapat memperoleh keturnan guna melangsungkan kehidupannya. Sunatullah bagi kehidupan makhluk ini ditegaskan Allah SWT melalui berbagai Firmannya, antara lain pada Surah An Najm ayat 45: Artinya :“dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan
laki-laki dan perempuan” ( An Najm: 45 )4
Proses perkembangan untuk meneruskan keturunannya, manusia membutuhkan pasangan hidup dalam sebuah ikatan perkawinan dengan tujuan mementuk keluarga yang bahagia dan kekal itu berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Selain diatur dalam norma agama, pengaturan mengenai hubungan laki-laki dan perempuan dalam ikatan perkawinanpun diatur dalam Norma Hukum atau Undang-Undang. Pengaturan itu banyak diterapkan dalam berbagai bentuk, mulai dari kriteria, syarat-syarat dalam proses perkawinan, larangan dan kewajiban dalam perkawinan. Namun ironisnya, masih ada di masyarakat yang melangsungkan perkawinan, namun belum mengikuti ketentuan yang ada dalam undang-undang, misalnya perkawinan di bawah umur.
Batas umur untuk melangsungkan perkawinan menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-undang No.1 Tahun 19745 tentang perkawinan, yakni menetukan batas umur untuk melangsungkan perkawinan yakni bagi pria adalah 19 tahun dan bagi wanita berusia 16 tahun. Mengacu pada persyaratan ini, jika pihak calon mempelai wanita di bawah umur 16 Tahun dan laki-laki di bawah 19 tahun maka yang bersangkutan dikategorikan masih di bawah umur dan tidak cakap untuk bertindak di dalam hukum termasuk melakukan perkawinan. Namun, dalam prakteknya masih banyak di jumpai perkawinan di bawah umur, padahal perkawinan yang sukses pasti membutuhkan kedewasaan, tanggung jawab secara fisik maaupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga.
4
Penentuan batas umur untuk melangsungkan perkawinan seperti yang diatur dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan Pasal 7 ayat (1) sangat penting artinya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh R. Wirjono Projodikoro (1984)6, bahwa suatu perkawinan di samping menghendaki kematangan biologis, menghendaki juga adanya kematangan psikologis. Kematangan biologis yang dimaksud yakni alat reproduksi, serta kematangan psikologis yaitu cara berfikir dalam menghadapi suatu prmasalahan dalam hidup.
Kebiasaan sebagai masyarakat yang masih taat dengan tradisi perkawinan menurut adat, masih banyak yang melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat (1) yang melangsungkan perkawinan di bawah umur , tanpa melalui prosedur yang telah diatur oleh Undang-Undang Perkawinan, salah satu contoh adanya kasus perkawinan di bawah umur di Desa Tambu Kecamata Balaesang yang menjadi obyek penelitian penulis.
1.1 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor apa saja yang menjadi sebab utama terjadinya perkawinan di bawah umur pada
masyarakat di Desa Tambu?
2. Bagaimana dampak dari perkawinan di bawah umur pada masyarakat Desa Tambu?
3. Bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya perkawinan di bawah umur pada
masyarakat Desa Tambu?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan faktor- factor penyebab terjadinya perkawinan di bawah umur
pada masyarakat di Desa Tambu.
2. Untuk mendeskripsikan dampak dari perkawinan di bawah umur di Desa Tambu.
3. Untuk mendeskripsikan hal-hal tentang cara mencegah terjadinya perkawinan di bawah
umur di Desa Tambu.
5 Undang-undang Nomor: 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, PT. Rineke Cipta, Jakarta. 6 Wirjono Projodikoro, 1984.
II.METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah Deskripif Kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Tambu,
subyek penelitian ini adalah 9 jumlah Kk, teknik pengambilan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, teknis analisis data, reduksi data, penyajian data, verivikasi data atau
penarikan kesimpulan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tambu Kecamatan Balaesang. Alasan utama dalam
memilih lokasi ini karena berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti,
menunjukkan sebagian besar masyarakat melakukan perkawinan sesuai dengan tradisi/kebiasaan
yang akhirnya banyak perkawinan di bawah umur. Hal inilah yang mendorong peneliti tertarik
untuk mengungkap lebih dalam permasalahan yang ada di Desa Tambu.
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan Januari 2016 sampai Maret 2016 agar penelitian
ini benar-benar memperoleh hasil yang baik dan akurat.
4. Subyek Penelitian
Populasi adalah Subyek penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (1992:157)7, bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian
di tarik kesimpulanya.Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi jugah obyek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi jugah bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang di
pelajari, tetapi meliputi seluruh karateristik/sifat yang dimiliki subyek atau obyek itu. Populasi
dalam penelitian ini ialah seluruh masyarakat di Desa Tambu yang melakukan perkawinan di
bawah umur.
7 Suharsimi Arikunto (2010)
Dalam penelitian ini, penulis menetapkan sampel sebanyak 6 KK dan 3 Tokoh masyarakat.
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah purposive sampling yang
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, jumlah informan terdiri dari 9 orang yaitu
tokoh masyarakat dan keluaraga yang melaksanakan perkawinan di bawah umur.
III. HASIL
1. Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan Menurut UU No.1 Tahun 1974 di Desa
Tambu
Perkawinan di bawah umur terjadi disebabkan oleh faktor ekonomi, lingkungan dan
budaya, adapun faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan di bawar umur yaitu faktor
ekonomi. alasan ekonomi yang di maksudkan dalam hal ini di karenakan adanya keterbatasan
ekonomi yang di alami oleh keluarga maka dari itu mereka menikahkan anknya agar bisa
meringankan beban ekonomi keluarga, faktor lingkungan adalah faktor yang dapat
mempenagaruhi terjadinya perkawinan di bawah umur di karenakan kekhwatiran orang tua
terhadap anak, pergaluan yang di maksud disini adalah pergalulan yang dapat merusak mental
dan moral para anak, faktor budaya adalah salah satu faktor yang menyebakan terjadinya
perkawinan dibawa umur,dikarenakan masyarakat yang masi taat akan suatu tradisi perkawinan
menurut adat,kaerena dengan menikakan anaknya mereka akan merasa anaknya akan terhindar
dari perbuatan yang tercela dan akan bisa hidup mandiri,dan bisa menjagah kehormatan
keluarga. Perkawinan di bawah umur di Desa Tambu tidak dapat dihindari karena dilatari
beberapa faktor diatas.
2. Dampak Perkawinan di Bawah Umur
Pernikahan dini sebaiknya dicegah dan di hindari karena masa depan mungkin lebih cerah
dengan memprioritaskan pendidikan dan belajar terlebih dahulu. Adapun dampak dari
perkawinan di bawah umur ialah kehilangan masa remaja, karena masa remaja merupakan masa
anak untuk berkreasi dan mengembangkan bakatnya dalam bidang pendidikan. Dampak
selanjutnya dapat dilihat dari dampak biologis/kesehatan, khususnya bagi wanita pada alat
reproduksinya. Perkawinan di bawah umur dapat memicu tumbuhnya kanker pada mulut rahim
mengakibatkan perceraian dini karena belum adanya kedewasaan dalam berpikir, yang dipicu
dari tingkat usia yang belum dapat dikategorikan sebagai manusia dewasa.
3. Upaya untuk Mencegah Terjadinya Perkawinan di Bawah Umur
Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia dengan sangat jelas menentang perkawinan di
bawah umur. Pemerintah harus menegakkan hukum yang berlaku dan sanksi terkait hal tersebut,
sehingga pihak-pihak yang akan melaksanakan perkawinan di bawah umur dapat berpikir dua
kali sebelum melakukannya.
Selain itu pemerintah harus semakin giat mensosialisasikan Undang-Undang terkait
perkawinan di bawah umur beserta sanksi-sanksinya bila melakukan pelanggaran dan
menjelaskan resiko-resiko terburuk yang bisa terjadi akibat perkawinan di bawah umur kepada
masyarakat. Diharapkan dengan upaya tersebut masyarakat tahu, dan sadar bahwa pernikahan
anak di bawah umur adalah sesuatu yang salah dan harus dihindari.
4. Hasil Observasi dan Dokumentasi.
Upaya yang dilakukan penulis untuk mengetahui kondisi masyarakat di Desa Tambu
bagi masyarakat yang melaksanakan perkawinan di bawah umur, Penulis melakukan observasi
dan mengambil data yang berkaitan dengan kebiasaan mereka sehingga dapat mempermudah
penulis dalam melakukan pengolahan data dan menyelesaikan permaslahan yang ada seperti
bentuk-bentuk kasus Perkawinan dan dampak dari perkawinan dibawah umur serta upaya untuk
mencari solusinya berdasarkan UU, serta bagaimana cara mencegah terjadinya perkawinan
dibawah umur.
IV. Pembahasan
4.3.1. Analisis Faktor-foktor Terjadinya Perkawinan di Bawah Umur
Dalam hal ini perkawinan adalah iketan suci antara seorang laki-laki dan perempuan untuk
menjadi suami isteri dan membentuk suatu keluarga yang kekal dan bahagia. Perkwinan juga
merupakan suatu sarana untuk pemenuhan kebutuhan biologis secara sah dan membentuk
serta kekal. Namun dalam hal ini perkawinan yang penulis maksud adalah perkawinan yang
belum memenuhi unsur atau biasa disebut “Perkawinan di bawah umur” sebagaimana yang
terjadi di desa Tambu Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala.
1) Faktor Ekonomi.
Terjadinya perkawinan di bawah umur karena faktor sulitnya kehidupan orang tua yang
ekonominya pas-pasan sehingga terpaksa menikahkan anak gadisnnya dengan keluarga yang
sudah mampan dalam perekonominya.Keputusan meikah kadang muncul dari inisiatif anak itu
sendiri yang ingin meringankan beban ekonomi orang tuanya dengan cara menikah pada usia
muda. Adapun yang menika di usia muda karena kesulitan ekonomi dengan harapan melakukan
pernikahan lebih cepat akan dapat meringankan beban orang tuanya. Selain itu untuk
menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan aib dalam rumah tanggah.
Hal ini yang terjadi di Desa Tambu demi memenuhi kebutuhan sehar-hari tidak jarang
paraorang tua di desa tersebut untuk sesegera mungkin mencairkan jodoh atau menikahkan
anak-anak mereka di usia dini kepada keluarga lain yang tingkat ekonomi mereka jauh lebih baik
dari mereka sendiri. Sehingga tanpa disadari bahwa perkawinan yang dilakukan tersebut
mempunyai dampak serius bagi anak-anak mereka.
2). Faktor Budaya
Budaya adalah mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, menentukan sikapnya dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam konteks ini, hasil
rasa masyarakat mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan yang sangat perlu
untuk mengadakan tata tertip dalam pergaulan kemasyarakatan. Hal ini dimaksudkan untuk
demikian, hakikatnya penciptaan norma-norma dan kaidah-kaidah adalah merupakan
petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Tambu Kecamatan Balaesang
menunjukkan bahwa budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkab perkawinan usia
muda baik pendidikan anak maupun orang tua.
Rendahnya pemahaman terhadap UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, mendorong
terjadinya perkawinan di bawah umur karena yang bersangkutan lebih memahami kebiasaan atau
budaya keluarga mereka sejak dulu hingga sekarang, bahwa anak yang telah beranjak remaja
sebaiknya harus segera dinikahkan. Disamping itu adanya pandangan orang tua bahwa apabila
anak gadisnya melanjutkan sekolah pada tingkat SMP ataupun SLTA yang letaknya jauh dari
rumah menyebabkan sulitnya pengawasan yang dikhawatirkan terjadinya pergaulan bebas dan
seringkali berakibat pada kehamilan diluar nikah. Sehingga para orang tua berpendapat bahwa
anak gadis tidak perlu bersekolah tinggi dan akan lebih aman jika dinikahkan walaupun dalam
usia muda. Rendahnya tingkat pemahaman terhadap UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
merupakan penyebab terjadinya percepatan keputusan orang tua untuk segera menikahkan
anak-anaknya walaupun masih dibawah umur demi untuk mengurangi beban keluarga.Apabila ini
berlangsung lama dan terus menerus dari waktu ke waktu maka dapat berakibat terjadinya
stagnasi pada bidang pendidikan serta memberikan dampak terjadinya kemiskinan secara turun
temurun.
3). Faktor lingkungan Pergaulan
Keluarga yang penuh curahan kasih sayang dari orang-orang dewasa yang ada di
sekelilingnya, akan menjadikan anak dapat berkembang secara wajar dan mencapai
terhadap keperibadian dan kebahagiaan anak yang pada akhirnya mereka melampiaskan
perasaan jiwa dalam berbagai pergaulan dan perlilaku yang menyimpang.
Perkawinan usia muda terjadinya karena akibat kurangnya pemantauan dari orang tua
yang mana mengakibatkan anak tersebut melakukan tindakan yang tidak pantas tanpa
sepengetahuan orang tua. Hal ini tidak sepenuhnya anak tersebut haruslah disalahkan. Munkin
dalam kehidupannya mereka kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, kasih sayang dari
orang tuanya dan pemantauan dari orang tua. Sehingga mengakibatkan mereka melakukan
pergaulan secara bebas yang mengakibatkan merusak karakter sebagai mahluk Tuhan.
Masa-masa seumur mereka yang pertumbuhan seksualnya meningkat dan Masa-masa-Masa-masa dimana mereka
berkembang menuju kedewasaan. Jadi, bisa saja dalam hubungannya mereka memiliki daya
nafsu seksual yang tinggi dan tak tertahan atau terkendali lagi sehingga mereka berani
melakukan hubungan seksual hanya demi menunjukan rasa cintah. Orang tua disini terlalu
membebaskan anak-anaknya dalam bergaul tanpa memantau dan terlalu sibuk dengan
pekerjaanny. Seperti halnya yang terjadi pada anak-anak perempuan di Desa Tambu.
Beberapa anak perempuan yang melakukan hubungan di luar nikah dengan alasan
suka-sama suka, kurangnya perhatian orang tua, waktu bermain bersuka-sama teman sebaya sangat banyak
sehingga tidak jarang kegiatan mereka kurang terkontrol oleh masing-masing orang tua. Hal
inilah yang perlu kita perhatiakan dan melakukan sebuah perubahan terhadap prilaku
anak-anak sekarang dimana prilaku ini telah mencerminkan terjadinya penurunan akhlak mulia atau
4.3.2 Analisis Dampak dari Perkawinan di Bawah Umur
Perkawinan di usia muda tidak dapat di atasi persoalannya banyak cara mereka untuk
menutupi kebenaran dari fakta yang sebenarnya misalnya merekayasa usia perkawinan sesuai
yang di isyaratkan oleh Undang-undang. Menurut Baharudin Ahmad (2008:70)8, bukannya
melahirkan keselamatan keluarga dalam rumah tangga, pernikahan di bawah umur justru banyak
berujung pada perselisihan. Di samping itu, dampak lain yang lebih luas seperti meningkatnya
angka kematian ibu saat hamil atau melahirkan lantaran masih berusia belia. Dampak yang tidak
penting yaitu apabila dalam rumah tangga sering terjadi pertengkaran/perceraian maka anak akan
menjadi sasaran dari orang tua dan mental anak. Hal ini terjadi karena adanya dorongan
keinginan untuk cepat menikah karena kebutuhan hidup dan ada juga karena faktor minimnya
pengetahuan tentang arti perkawinan, lebih fatal lagi di sebabkan karena pergaulan bebas.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa para pasangan yang melakukan perkawinan usia
muda banyak menimbulkan kasus dalam perkawinan, seperti perceraian dini, kawin dibawah
tangan dan kekerasan rumah tangga, Hal ini dapat diketahui penulis dengan mendengarkan hasil
wawancara yang dilakukan penulis kepada para informan ataupun para pasangan yang telah
melakukan perkawinan di usia muda.
Hal ini terjadi karena para pasangan tersebut mulai menyadari dan tidak ingin melihat
keturunan mereka mengikuti jejakmereka untuk melakukan perkawinan usia muda, cukup
mereka saja yang mengalaminya dan berharap kedepannya keturunan mereka mampu mengubah
perkonomian keluarga menjadi baik dan siap secaara fisik, mental serta matang dalam membina
rumah tangga nantinya tanpa harus ada bantuan lagi dari kedua orang tua.
8 Baharudin Ahmad, 2008. Hukum Perkawinan di Indonesia Studi Historis Metodologis
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Perkawinan di bawah umur terjadi disebabkan oleh faktor ekonomi, lingkungan dan
budaya, adapun faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan di bawar umur yaitu
ekonomi,alasan ekonomi yang di maksudkan dalam hal ini di karenakan adanya ketrbatasan
ekonomi yang di alami oleh keluarga maka dari itu mereka menikahkan anknya agar bisa
meringankan beban ekonomi keluarga.
faktor lingkungan adalah faktor yang dapat mempenagaruhi terjadinya perkawinan di
bawah umur di karenakan kekhwatiran orang tua terhadap anak,pergaluan yang di maksud disini
adalah pergalulan yang dapat merusak mental dan moral para anak ,
faktor budaya adalah salah satu faktor yang menyebakan terjadinya perkawinan dibawa
umur,dikarenakan masyarakat yang masi taat akan suatu tradisi perkawinan menurut
adat,kaerena dengan menikakan anaknya mereka akan merasa anaknya akan terhindar dari
perbuatan yang tercela dan akan bisa hidup mandiri,dan bisa menjagah kehormatan keluarga.
2. Saran
1. Perkawinan di usia muda memang tidak dilarang secara agama, tetapi akan lebih bijaksana
jika menikah di usia matang yang secara fisik dan mental sudah benar-benar siap sehingga ke
depannya tidak mengalami kegagalan.
2. Sebaiknya kepada orang tua agar lebih mengawasi lagi anaknya yang sudah mempunyai pacar,
jangan sampai nantinya kecolongan dalam mendidiknya. Dan perlu adanya pembelajaran
tentang sex, agar bagi anak usia dini yang ingin menikah di usia muda dapat memahami
resiko ketika hendak menikah muda.
3. Melaksanakan perkawinan di usia muda tidak hanya memiliki pengaruh negatif tetapi juga
pengaruh positif yakni: menambah ilmu melalui pengalaman hidup berumah tangga dan
menimbulkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan sikap dewasa dan menghindarkan diri dari
DAFTAR RUJUKAN
Agus Purwanto, Al.Alim. Al’Quran dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan, Al-Mizan Publishing House, Bandung Cet-3 2010.
Baharudin Ahmad, 2008. Hukum Perkawinan di Indonesia Studi Historis Metodologis, Syariah Press, Jakarta.
Suharsimi Arikunto (2010) mengatakan bahwa jika populasi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Undang-undang Nomor: 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, PT. Rineke Cipta, Jakarta.