• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG PELAKSANAAN PERKAWINAN MENURUT UU No.1 TAHUN 1974 DI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA (STUDI KASUS PERKAWINANDI BAWAH UMUR | AM. Hadjri | EDU CIVIC 7303 24353 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI TENTANG PELAKSANAAN PERKAWINAN MENURUT UU No.1 TAHUN 1974 DI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA (STUDI KASUS PERKAWINANDI BAWAH UMUR | AM. Hadjri | EDU CIVIC 7303 24353 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG PELAKSANAAN PERKAWINAN MENURUT UU No.1 TAHUN 1974 DI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA (STUDI KASUS

PERKAWINANDI BAWAH UMUR

Moh. Faizal AM. Hadjri1 Abduh H. Harun2

Hasdin3

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini adalah Faktor apa saja yang menjadi sebab utama terjadinya perkawinan di bawah umur pada masyarakat di Desa Tambu, Bagaimana dampak dari perkawinan di bawah umur pada masyarakat Desa Tambu, Bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya perkawinan di bawah umur pada masyarakat Desa Tambu. Tujuan Penelitian ini yaitu: Mengetahui Faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan I bawah umur di Desa Tambu, mendeskripsikan dampak dari perkawinan di bawah umur di Desa Tambu, mendeskripsikan hal-hal tentang cara mencegah terjadinya perkawinan di bawah umur di Desa Tambu. Populasi Penelitian adalah 9 Kk. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data wawancara dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Faktor pendorong terjadinya perkawinan di bawah umur dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, dan lingkungan pergaulan. Sedangkan dampak perkawinan di Bawah Umur yaitu kehilangan masa remaja, gangguan kesehatan dan adanya percecokan kecil dalam rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga hingga menimbulkan terjadinya perceraian dini.

Kata Kunci : Perkawinan, UU NO 1 Tahun 1974, usia di bawah umur

1Moh. Faizal AM. Hadjri A 321 10 010, Mahasiswa Studi Ppkn, Universitas Tadulako sebagai penulis 1

2

Pembimbing I sebagai Penulis 2 3

(2)

II. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki Undang-undang perkawinan Nasional yang sekaligus menampung prinsip-prinsip dan memberikan landasan hukum perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat kita. Sesuai dengan landasan filsafah Pancasila dan UUD 1945, maka UU No.1 Tahun 1974, tentang perkawinan harus dapat mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 sedangkan dilain pihak, harus dapat pula menampung segala kenyataan yag hidup dalam masyarakat dewasa ini.

Kehadiran perkawinan dalam kehidpan manusia senantiasa menjadi impian dan cita-cita, karena sejatinya manusia diciptakan oleh yang Maha Kuasa untuk berpasang-pasangan. Allah SWT di dalam firman-firmannya telah dijelaskan bahwa manusia telah diciptakan olehnya untuk berpasang-pasangan yang dapat memperoleh keturnan guna melangsungkan kehidupannya. Sunatullah bagi kehidupan makhluk ini ditegaskan Allah SWT melalui berbagai Firmannya, antara lain pada Surah An Najm ayat 45: Artinya :“dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan

laki-laki dan perempuan” ( An Najm: 45 )4

Proses perkembangan untuk meneruskan keturunannya, manusia membutuhkan pasangan hidup dalam sebuah ikatan perkawinan dengan tujuan mementuk keluarga yang bahagia dan kekal itu berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Selain diatur dalam norma agama, pengaturan mengenai hubungan laki-laki dan perempuan dalam ikatan perkawinanpun diatur dalam Norma Hukum atau Undang-Undang. Pengaturan itu banyak diterapkan dalam berbagai bentuk, mulai dari kriteria, syarat-syarat dalam proses perkawinan, larangan dan kewajiban dalam perkawinan. Namun ironisnya, masih ada di masyarakat yang melangsungkan perkawinan, namun belum mengikuti ketentuan yang ada dalam undang-undang, misalnya perkawinan di bawah umur.

Batas umur untuk melangsungkan perkawinan menurut Pasal 7 ayat (1) Undang-undang No.1 Tahun 19745 tentang perkawinan, yakni menetukan batas umur untuk melangsungkan perkawinan yakni bagi pria adalah 19 tahun dan bagi wanita berusia 16 tahun. Mengacu pada persyaratan ini, jika pihak calon mempelai wanita di bawah umur 16 Tahun dan laki-laki di bawah 19 tahun maka yang bersangkutan dikategorikan masih di bawah umur dan tidak cakap untuk bertindak di dalam hukum termasuk melakukan perkawinan. Namun, dalam prakteknya masih banyak di jumpai perkawinan di bawah umur, padahal perkawinan yang sukses pasti membutuhkan kedewasaan, tanggung jawab secara fisik maaupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga.

4

(3)

Penentuan batas umur untuk melangsungkan perkawinan seperti yang diatur dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan Pasal 7 ayat (1) sangat penting artinya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh R. Wirjono Projodikoro (1984)6, bahwa suatu perkawinan di samping menghendaki kematangan biologis, menghendaki juga adanya kematangan psikologis. Kematangan biologis yang dimaksud yakni alat reproduksi, serta kematangan psikologis yaitu cara berfikir dalam menghadapi suatu prmasalahan dalam hidup.

Kebiasaan sebagai masyarakat yang masih taat dengan tradisi perkawinan menurut adat, masih banyak yang melakukan penyimpangan-penyimpangan terhadap Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat (1) yang melangsungkan perkawinan di bawah umur , tanpa melalui prosedur yang telah diatur oleh Undang-Undang Perkawinan, salah satu contoh adanya kasus perkawinan di bawah umur di Desa Tambu Kecamata Balaesang yang menjadi obyek penelitian penulis.

1.1 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor apa saja yang menjadi sebab utama terjadinya perkawinan di bawah umur pada

masyarakat di Desa Tambu?

2. Bagaimana dampak dari perkawinan di bawah umur pada masyarakat Desa Tambu?

3. Bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya perkawinan di bawah umur pada

masyarakat Desa Tambu?

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan faktor- factor penyebab terjadinya perkawinan di bawah umur

pada masyarakat di Desa Tambu.

2. Untuk mendeskripsikan dampak dari perkawinan di bawah umur di Desa Tambu.

3. Untuk mendeskripsikan hal-hal tentang cara mencegah terjadinya perkawinan di bawah

umur di Desa Tambu.

5 Undang-undang Nomor: 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, PT. Rineke Cipta, Jakarta. 6 Wirjono Projodikoro, 1984.

(4)

II.METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah Deskripif Kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Tambu,

subyek penelitian ini adalah 9 jumlah Kk, teknik pengambilan data dilakukan dengan cara

observasi, wawancara, teknis analisis data, reduksi data, penyajian data, verivikasi data atau

penarikan kesimpulan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tambu Kecamatan Balaesang. Alasan utama dalam

memilih lokasi ini karena berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti,

menunjukkan sebagian besar masyarakat melakukan perkawinan sesuai dengan tradisi/kebiasaan

yang akhirnya banyak perkawinan di bawah umur. Hal inilah yang mendorong peneliti tertarik

untuk mengungkap lebih dalam permasalahan yang ada di Desa Tambu.

3. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai pada bulan Januari 2016 sampai Maret 2016 agar penelitian

ini benar-benar memperoleh hasil yang baik dan akurat.

4. Subyek Penelitian

Populasi adalah Subyek penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (1992:157)7, bahwa

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian

di tarik kesimpulanya.Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi jugah obyek dan benda-benda

alam yang lain. Populasi jugah bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang di

pelajari, tetapi meliputi seluruh karateristik/sifat yang dimiliki subyek atau obyek itu. Populasi

dalam penelitian ini ialah seluruh masyarakat di Desa Tambu yang melakukan perkawinan di

bawah umur.

7 Suharsimi Arikunto (2010)

(5)

Dalam penelitian ini, penulis menetapkan sampel sebanyak 6 KK dan 3 Tokoh masyarakat.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah purposive sampling yang

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya, jumlah informan terdiri dari 9 orang yaitu

tokoh masyarakat dan keluaraga yang melaksanakan perkawinan di bawah umur.

III. HASIL

1. Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan Menurut UU No.1 Tahun 1974 di Desa

Tambu

Perkawinan di bawah umur terjadi disebabkan oleh faktor ekonomi, lingkungan dan

budaya, adapun faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan di bawar umur yaitu faktor

ekonomi. alasan ekonomi yang di maksudkan dalam hal ini di karenakan adanya keterbatasan

ekonomi yang di alami oleh keluarga maka dari itu mereka menikahkan anknya agar bisa

meringankan beban ekonomi keluarga, faktor lingkungan adalah faktor yang dapat

mempenagaruhi terjadinya perkawinan di bawah umur di karenakan kekhwatiran orang tua

terhadap anak, pergaluan yang di maksud disini adalah pergalulan yang dapat merusak mental

dan moral para anak, faktor budaya adalah salah satu faktor yang menyebakan terjadinya

perkawinan dibawa umur,dikarenakan masyarakat yang masi taat akan suatu tradisi perkawinan

menurut adat,kaerena dengan menikakan anaknya mereka akan merasa anaknya akan terhindar

dari perbuatan yang tercela dan akan bisa hidup mandiri,dan bisa menjagah kehormatan

keluarga. Perkawinan di bawah umur di Desa Tambu tidak dapat dihindari karena dilatari

beberapa faktor diatas.

2. Dampak Perkawinan di Bawah Umur

Pernikahan dini sebaiknya dicegah dan di hindari karena masa depan mungkin lebih cerah

dengan memprioritaskan pendidikan dan belajar terlebih dahulu. Adapun dampak dari

perkawinan di bawah umur ialah kehilangan masa remaja, karena masa remaja merupakan masa

anak untuk berkreasi dan mengembangkan bakatnya dalam bidang pendidikan. Dampak

selanjutnya dapat dilihat dari dampak biologis/kesehatan, khususnya bagi wanita pada alat

reproduksinya. Perkawinan di bawah umur dapat memicu tumbuhnya kanker pada mulut rahim

(6)

mengakibatkan perceraian dini karena belum adanya kedewasaan dalam berpikir, yang dipicu

dari tingkat usia yang belum dapat dikategorikan sebagai manusia dewasa.

3. Upaya untuk Mencegah Terjadinya Perkawinan di Bawah Umur

Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia dengan sangat jelas menentang perkawinan di

bawah umur. Pemerintah harus menegakkan hukum yang berlaku dan sanksi terkait hal tersebut,

sehingga pihak-pihak yang akan melaksanakan perkawinan di bawah umur dapat berpikir dua

kali sebelum melakukannya.

Selain itu pemerintah harus semakin giat mensosialisasikan Undang-Undang terkait

perkawinan di bawah umur beserta sanksi-sanksinya bila melakukan pelanggaran dan

menjelaskan resiko-resiko terburuk yang bisa terjadi akibat perkawinan di bawah umur kepada

masyarakat. Diharapkan dengan upaya tersebut masyarakat tahu, dan sadar bahwa pernikahan

anak di bawah umur adalah sesuatu yang salah dan harus dihindari.

4. Hasil Observasi dan Dokumentasi.

Upaya yang dilakukan penulis untuk mengetahui kondisi masyarakat di Desa Tambu

bagi masyarakat yang melaksanakan perkawinan di bawah umur, Penulis melakukan observasi

dan mengambil data yang berkaitan dengan kebiasaan mereka sehingga dapat mempermudah

penulis dalam melakukan pengolahan data dan menyelesaikan permaslahan yang ada seperti

bentuk-bentuk kasus Perkawinan dan dampak dari perkawinan dibawah umur serta upaya untuk

mencari solusinya berdasarkan UU, serta bagaimana cara mencegah terjadinya perkawinan

dibawah umur.

IV. Pembahasan

4.3.1. Analisis Faktor-foktor Terjadinya Perkawinan di Bawah Umur

Dalam hal ini perkawinan adalah iketan suci antara seorang laki-laki dan perempuan untuk

menjadi suami isteri dan membentuk suatu keluarga yang kekal dan bahagia. Perkwinan juga

merupakan suatu sarana untuk pemenuhan kebutuhan biologis secara sah dan membentuk

(7)

serta kekal. Namun dalam hal ini perkawinan yang penulis maksud adalah perkawinan yang

belum memenuhi unsur atau biasa disebut “Perkawinan di bawah umur” sebagaimana yang

terjadi di desa Tambu Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala.

1) Faktor Ekonomi.

Terjadinya perkawinan di bawah umur karena faktor sulitnya kehidupan orang tua yang

ekonominya pas-pasan sehingga terpaksa menikahkan anak gadisnnya dengan keluarga yang

sudah mampan dalam perekonominya.Keputusan meikah kadang muncul dari inisiatif anak itu

sendiri yang ingin meringankan beban ekonomi orang tuanya dengan cara menikah pada usia

muda. Adapun yang menika di usia muda karena kesulitan ekonomi dengan harapan melakukan

pernikahan lebih cepat akan dapat meringankan beban orang tuanya. Selain itu untuk

menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan aib dalam rumah tanggah.

Hal ini yang terjadi di Desa Tambu demi memenuhi kebutuhan sehar-hari tidak jarang

paraorang tua di desa tersebut untuk sesegera mungkin mencairkan jodoh atau menikahkan

anak-anak mereka di usia dini kepada keluarga lain yang tingkat ekonomi mereka jauh lebih baik

dari mereka sendiri. Sehingga tanpa disadari bahwa perkawinan yang dilakukan tersebut

mempunyai dampak serius bagi anak-anak mereka.

2). Faktor Budaya

Budaya adalah mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,

berbuat, menentukan sikapnya dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam konteks ini, hasil

rasa masyarakat mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan yang sangat perlu

untuk mengadakan tata tertip dalam pergaulan kemasyarakatan. Hal ini dimaksudkan untuk

(8)

demikian, hakikatnya penciptaan norma-norma dan kaidah-kaidah adalah merupakan

petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Tambu Kecamatan Balaesang

menunjukkan bahwa budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkab perkawinan usia

muda baik pendidikan anak maupun orang tua.

Rendahnya pemahaman terhadap UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, mendorong

terjadinya perkawinan di bawah umur karena yang bersangkutan lebih memahami kebiasaan atau

budaya keluarga mereka sejak dulu hingga sekarang, bahwa anak yang telah beranjak remaja

sebaiknya harus segera dinikahkan. Disamping itu adanya pandangan orang tua bahwa apabila

anak gadisnya melanjutkan sekolah pada tingkat SMP ataupun SLTA yang letaknya jauh dari

rumah menyebabkan sulitnya pengawasan yang dikhawatirkan terjadinya pergaulan bebas dan

seringkali berakibat pada kehamilan diluar nikah. Sehingga para orang tua berpendapat bahwa

anak gadis tidak perlu bersekolah tinggi dan akan lebih aman jika dinikahkan walaupun dalam

usia muda. Rendahnya tingkat pemahaman terhadap UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan,

merupakan penyebab terjadinya percepatan keputusan orang tua untuk segera menikahkan

anak-anaknya walaupun masih dibawah umur demi untuk mengurangi beban keluarga.Apabila ini

berlangsung lama dan terus menerus dari waktu ke waktu maka dapat berakibat terjadinya

stagnasi pada bidang pendidikan serta memberikan dampak terjadinya kemiskinan secara turun

temurun.

3). Faktor lingkungan Pergaulan

Keluarga yang penuh curahan kasih sayang dari orang-orang dewasa yang ada di

sekelilingnya, akan menjadikan anak dapat berkembang secara wajar dan mencapai

(9)

terhadap keperibadian dan kebahagiaan anak yang pada akhirnya mereka melampiaskan

perasaan jiwa dalam berbagai pergaulan dan perlilaku yang menyimpang.

Perkawinan usia muda terjadinya karena akibat kurangnya pemantauan dari orang tua

yang mana mengakibatkan anak tersebut melakukan tindakan yang tidak pantas tanpa

sepengetahuan orang tua. Hal ini tidak sepenuhnya anak tersebut haruslah disalahkan. Munkin

dalam kehidupannya mereka kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, kasih sayang dari

orang tuanya dan pemantauan dari orang tua. Sehingga mengakibatkan mereka melakukan

pergaulan secara bebas yang mengakibatkan merusak karakter sebagai mahluk Tuhan.

Masa-masa seumur mereka yang pertumbuhan seksualnya meningkat dan Masa-masa-Masa-masa dimana mereka

berkembang menuju kedewasaan. Jadi, bisa saja dalam hubungannya mereka memiliki daya

nafsu seksual yang tinggi dan tak tertahan atau terkendali lagi sehingga mereka berani

melakukan hubungan seksual hanya demi menunjukan rasa cintah. Orang tua disini terlalu

membebaskan anak-anaknya dalam bergaul tanpa memantau dan terlalu sibuk dengan

pekerjaanny. Seperti halnya yang terjadi pada anak-anak perempuan di Desa Tambu.

Beberapa anak perempuan yang melakukan hubungan di luar nikah dengan alasan

suka-sama suka, kurangnya perhatian orang tua, waktu bermain bersuka-sama teman sebaya sangat banyak

sehingga tidak jarang kegiatan mereka kurang terkontrol oleh masing-masing orang tua. Hal

inilah yang perlu kita perhatiakan dan melakukan sebuah perubahan terhadap prilaku

anak-anak sekarang dimana prilaku ini telah mencerminkan terjadinya penurunan akhlak mulia atau

(10)

4.3.2 Analisis Dampak dari Perkawinan di Bawah Umur

Perkawinan di usia muda tidak dapat di atasi persoalannya banyak cara mereka untuk

menutupi kebenaran dari fakta yang sebenarnya misalnya merekayasa usia perkawinan sesuai

yang di isyaratkan oleh Undang-undang. Menurut Baharudin Ahmad (2008:70)8, bukannya

melahirkan keselamatan keluarga dalam rumah tangga, pernikahan di bawah umur justru banyak

berujung pada perselisihan. Di samping itu, dampak lain yang lebih luas seperti meningkatnya

angka kematian ibu saat hamil atau melahirkan lantaran masih berusia belia. Dampak yang tidak

penting yaitu apabila dalam rumah tangga sering terjadi pertengkaran/perceraian maka anak akan

menjadi sasaran dari orang tua dan mental anak. Hal ini terjadi karena adanya dorongan

keinginan untuk cepat menikah karena kebutuhan hidup dan ada juga karena faktor minimnya

pengetahuan tentang arti perkawinan, lebih fatal lagi di sebabkan karena pergaulan bebas.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa para pasangan yang melakukan perkawinan usia

muda banyak menimbulkan kasus dalam perkawinan, seperti perceraian dini, kawin dibawah

tangan dan kekerasan rumah tangga, Hal ini dapat diketahui penulis dengan mendengarkan hasil

wawancara yang dilakukan penulis kepada para informan ataupun para pasangan yang telah

melakukan perkawinan di usia muda.

Hal ini terjadi karena para pasangan tersebut mulai menyadari dan tidak ingin melihat

keturunan mereka mengikuti jejakmereka untuk melakukan perkawinan usia muda, cukup

mereka saja yang mengalaminya dan berharap kedepannya keturunan mereka mampu mengubah

perkonomian keluarga menjadi baik dan siap secaara fisik, mental serta matang dalam membina

rumah tangga nantinya tanpa harus ada bantuan lagi dari kedua orang tua.

8 Baharudin Ahmad, 2008. Hukum Perkawinan di Indonesia Studi Historis Metodologis

(11)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Perkawinan di bawah umur terjadi disebabkan oleh faktor ekonomi, lingkungan dan

budaya, adapun faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan di bawar umur yaitu

ekonomi,alasan ekonomi yang di maksudkan dalam hal ini di karenakan adanya ketrbatasan

ekonomi yang di alami oleh keluarga maka dari itu mereka menikahkan anknya agar bisa

meringankan beban ekonomi keluarga.

faktor lingkungan adalah faktor yang dapat mempenagaruhi terjadinya perkawinan di

bawah umur di karenakan kekhwatiran orang tua terhadap anak,pergaluan yang di maksud disini

adalah pergalulan yang dapat merusak mental dan moral para anak ,

faktor budaya adalah salah satu faktor yang menyebakan terjadinya perkawinan dibawa

umur,dikarenakan masyarakat yang masi taat akan suatu tradisi perkawinan menurut

adat,kaerena dengan menikakan anaknya mereka akan merasa anaknya akan terhindar dari

perbuatan yang tercela dan akan bisa hidup mandiri,dan bisa menjagah kehormatan keluarga.

2. Saran

1. Perkawinan di usia muda memang tidak dilarang secara agama, tetapi akan lebih bijaksana

jika menikah di usia matang yang secara fisik dan mental sudah benar-benar siap sehingga ke

depannya tidak mengalami kegagalan.

2. Sebaiknya kepada orang tua agar lebih mengawasi lagi anaknya yang sudah mempunyai pacar,

jangan sampai nantinya kecolongan dalam mendidiknya. Dan perlu adanya pembelajaran

tentang sex, agar bagi anak usia dini yang ingin menikah di usia muda dapat memahami

resiko ketika hendak menikah muda.

3. Melaksanakan perkawinan di usia muda tidak hanya memiliki pengaruh negatif tetapi juga

pengaruh positif yakni: menambah ilmu melalui pengalaman hidup berumah tangga dan

menimbulkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan sikap dewasa dan menghindarkan diri dari

(12)

DAFTAR RUJUKAN

Agus Purwanto, Al.Alim. Al’Quran dan Terjemahannya Edisi Ilmu Pengetahuan, Al-Mizan Publishing House, Bandung Cet-3 2010.

Baharudin Ahmad, 2008. Hukum Perkawinan di Indonesia Studi Historis Metodologis, Syariah Press, Jakarta.

Suharsimi Arikunto (2010) mengatakan bahwa jika populasi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Undang-undang Nomor: 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, PT. Rineke Cipta, Jakarta.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi kejadian gempa bumi pendahuluan ( foreshocks ) dengan pendekatan korelasi silang sinyal seismik memanfaatkan data

Menurut hasil analisis kegiatan Marketing Public Relations berdasarkan dimensi kegiatan sosial yang keefektivitasannya dilihat dari kegiatan sosial yang dilakukan Yamaha

Data hasil penelitian diperoleh dari : pengamatan terhadap keterlaksanaan Rencana pelaksanaan tindakan (RPP), aktivitas siswa dalam kelompoknya baik dalam kelompok

Mengingat Lamongan sendiri tidak luput dari tindak kasus pidana korupsi baik dari kalangan bawah sampai pejabat tinggi sekalipun dengan judul “Analisis Peran Guru

Sumber : Data Primer diolah, 2019 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pemilihan faktor yang lebih urgen dari matriks SWOT analisis lingkungan internal faktor kekuatan

Zahara Idris mengemukakan Pendidikan Nasional sebagai suatu sistem adalah karya manusia yang terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai hubungan fungsional dalam rangka

Aplikasi ini dibangun dengan menggunakan perangkat lunak Macromedia Flash MX yang digunakan untuk pembuatan animasi didalam aplikasi, sehingga aplikasi menjadi lebih menarik.