• Tidak ada hasil yang ditemukan

L.D. Tahun 2012 No. 6 tentang Retribusi Tempat Pelelangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "L.D. Tahun 2012 No. 6 tentang Retribusi Tempat Pelelangan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 6 TAHUN 2012

TENTANG

RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TOJO UNA-UNA,

Menimbang : a. bahwa di Kabupaten Tojo Una-Una memiliki sumber daya alam khususnya hasil perikanan yang cukup melimpah sehingga perlu dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah dengan menyediakan fasilitas tempat pelelangan;

b. bahwa retribusi tempat pelelangan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah guna membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah; c. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 127 huruf c Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi Tempat Pelelangan merupakan salah satu jenis retribusi yang dapat dipungut oleh Kabupaten sehingga perlu diatur dengan Peraturan Daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Tempat Pelelangan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3029);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tojo Una-Una di Propinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4342);

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5073);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4230);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata cara Pemberian dan Pemanfaatan insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

(2)

11. Peraturan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una (Lembaran Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2008 Nomor 6);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Nomor 35 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Tojo Una-Una (Lembaran Daerah Kabupaten Tojo Una-Una Tahun 2008 Nomor 35);

Dengan Persetujuan Bersama

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN. BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tojo Una-Una.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Tojo Una-Una.

4. Dinas adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tojo Una-Una.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tojo Una-Una.

6. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan, Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, lembaga, bentuk usaha tetap serta bentuk badan lainnya.

7. Tempat Pelelangan Ikan yang selanjutnya disingkat TPI, adalah tempat penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli secara lelang yang dimiliki Pemerintah Daerah.

8. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Tojo Una-Una.

9. Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

10. Jasa Usaha adalah Jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

11. Wajib Retribusi adalah Orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SKRD, adalah Surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disebut SKRDLB, adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

14. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD, adalah Surat untuk Melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

15. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan Retribusi dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.

(3)

BAB II

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan dipungut retribusi atas penyediaan fasilitas tempat pelelangan.

Pasal 3

(1) Objek Retribusi adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan ditempat pelelangan.

(2) Termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan.

(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat pelelangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.

Pasal 4

(1) Subjek Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa tempat pelelangan.

(2) Wajib Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tempat pelelangan.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Tempat PeleIangan termasuk golongan Retribusi Jasa Usaha.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa retribusi diukur berdasarkan lokasi, luas dan jenis tempat pelelangan yang digunakan atau dimanfaatkan.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8

Struktur dan besarnya tarif untuk jasa atas pelayanan tempat pelelangan yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah ditetapkan Retribusi sebagai berikut:

(4)

1. Tambatan

Tarif pokok harian tambatan bagi kapal yang berukuran panjang 10 (sepuluh meter atau lebih dan atau tonase 5 (lima) GT atau lebih dikenakan uang tambatan Rp. 12,500,- (dua belas ribu lima ratus rupiah)/hari ;

2. Labuh

Bagi kapal-kapal yang menetap berlabuh dipelabuhan selaku langganan, dikenakan tarif labuh 50 % (lima puluh persen) dari jumlah tarif selama sebulan.

b. Penjualan Es dan Air Bersih meliputi : 1. Penjualan Es :

a). Harga es balok Rp. 12.000,-/balok dan b). Harga es giling Rp. 13.000,-/baIok 2. Penjualan Air Bersih :

a) Air yang berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM) sesuai dengan harga pasar ditambah biaya eksploitasi 10 % (sepuluh persen) ; dan

b) Air sumur bor perliter seharga Rp. 2,500,-/m³ air ;

c. Harga bahan bakar minyak (BBM) (solar, Oli, Bensin dan Minyak Tanah) disesuaikan dengan harga pasar.

d. Jasa Fasilitas PPI meliputi :

1. Jasa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 5 % ( lima per seratus) per harga penjualan; 2. Sewa bakul/keranjang/Basket volume 50 kg 1 (satu) buah Rp. 500,- ;dan

3. Sewa ruang pendingin per etma (24 jam) / kg :

a) Ikan Rp 2,500,- (dua ribu lima ratus rupiah) per basket/24 jam b) Udang Rp. 3,000,- (tiga ribu rupiah) per basket/24 jam

e. Bangunan / Tanah :

1. Tanah per m² per bulan Rp. 5,000,-2. Bangunan semi permanen per m² per bulan Rp. 125,000,-3. Bangunan Permanen per m² per bulan Rp. 175,000,-4. Bak Pencucian Pukat/Jaring satu kali pencucian Rp. 150,000,-5. Tanah Untuk Penjemuran Jaring dan Ikan

per m² per 24 jam Rp.

2.500,-6. Tempat penumpukan barang ruangan terbuka

beratap per m² per 24 jam Rp. 3.000.-7. Mess NeIayan / Ios per hari Rp. 40,000,-8. AuIa Pertemuan Iengkap dengan perIengkapan Rp. 500.000,-9. Rumah KOPEL PPI per bulan Rp. 75.000,-f. Sewa listrik :

1. Sesuai tarif PLN ditambah jasa 10 % (sepuluh perseratus)

2. Dari Generator disesuaikan dengn biaya ekspIoitasi dan jasa generator ditambah 10% (sepuIuh per seratus)

g. Pelayanan Bengkel

Ditentukan berdasarkan pergantian suku cadang dan biaya Perbaikan 10 % (sepuIuh per seratus) h. Pas Masuk PPI

1. Umum 1 orang 1 kali masuk Rp.

500,-2. Kendaraan bermotor Rp.

500,-3. Kendaraan Mobil Rp.

1,500,-4. Kendaraan Triseda (roda Tiga) Rp.

1,000,-5. Bagi yang menggunakan pas berIangganan dibayar perbuIan dikenakan 80 % (delapan puIuh persen)

(5)

BAB VIII

PEMUNGUTAN RETRIBUSI Bagian Kesatu Tata cara Pemungutan

Pasal 10 (1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan.

(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Bagian Kedua

Tata cara Pembayaran dan Penyetoran Pasal 11

(1) Hasil pungutan retribusi disetor ke kas daerah melalui bendahara khusus penerima dinas paling lama 1 x 24 jam.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IX

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 12

(1) Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2)

Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat teguran.

BAB X PENAGIHAN

Pasal 13

(1) Pengeluaran Surat Teguran/Surat Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/Surat Peringatan/Surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi terutang.

(3) Surat Teguran/Surat Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(4) Tata cara penagihan retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 14

(1)

Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tertangguh jika: a. Diterbitkan surat teguran;atau

b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung maupun tidak langsung. (3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa

(6)

Pasal 15

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XII KEBERATAN

Pasal 16

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu yang paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal Surat Ketetapan Retribusi Daerah diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(4) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

Pasal 17

(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan surat keputusan keberatan.

(2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XIII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 18

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian Kepada Kepala Daerah.

(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan. SKPDLB atau SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.

(7)

BAB XIV

INSETIF PEMUNGUTAN Pasal 19

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insetif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belnja Daerah.

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XVI PENYIDIKAN

Pasal 20

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang hukum acara pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

d. Memeriksa buku, catatan dan dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan Tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka/saksi; j. Menghentikan penyidikan;dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat polisi Negara Rebublik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang hukum acara pidana.

BAB XVII KETENTUAN PIDANA

Pasal 21

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(8)

BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 22

Peraturan Bupati sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah ini sudah ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal 23

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tojo Una-Una.

Ditetapkan di Ampana

pada tanggal 2012 BUPATI TOJO UNA-UNA,

(9)

PENJELASAN

Pencaharian penangkapan ikan baik di laut maupun di air tawar atau payau dan produksinya yang cepat membusuk selalu menempatkan para nelayan maupun pembudidaya ikan dalam posisi yang sulit terutama untuk mengembangkan hasilnya. Kesulitan pokok terletak pada pemasaran hasil produksinya. Permasalahannya adalah bagaimana cara menjual hasilnya dalam waktu yang tepat dengan harga yang wajar dan menerima pembayaran secara tunai. Pembayaran tunai merupakan syarat utama bagi nelayan untuk segera membiayai perbaikan alat-alat tangkap yang mengalami kerusakan selama menjalankan operasi penangkapan serta sebagai biaya operasional untuk mengadakan operasi penangkapan berikutnya. Semakin jauh letak pusat pemasaran akan semakin sulit posisi nelayan sehingga hal ini sering nelayan menjadi permainan para pemilik modal atau tengkulak untuk membeli hasil tangkapannya dengan harga yang tidak wajar yang tidak sesuai dengan harga pasar.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah mempunyai tugas untuk mengatur tentang tata cara jual beli ikan yang menguntungkan kedua belah pihak baik bagi nelayan atau petani ikan sebagai jaminan untuk dapat menjual ikannya dalam waktu yang tepat dengan harga yang wajar dan dibayar tunai serta bagi pedagang atau pembeli sebagai jaminan untuk mendapatkan ikan dalam keadaan baik dengan mutu yang terjaga. Pelelangan merupakan sarana untuk mendapatkan peragaan tentang jumlah berat dan harga ikan sebagai data-data yang diperlukan untuk kepentingan statistik.

Pelelangan mempunyai fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap mutu ikan sebagai salah satu bahan pokok guna menjamin keamanan bagi konsumen serta merupakan salah satu pusat kegiatan pengembangan usaha-usaha perikanan kearah yang lebih maju. Pembinaan dan pengawasan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam mengembangkan mutu hasil perikanan. Melalui upaya pembinaan dan pengawasan pemerintah menciptakan mutu hasil perikanan yang memenuhi standar sanitasi dan higienis serta melakukan upaya-upaya pencegahan sarana produksi yang tidak sesuai dengan ketentuan, penerapan teknik berproduksi yang efektif dan efisien serta penerapan pembinaan mutu hasil perikanan yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing di pasar nasional maupun internasional dan melindungi konsumen dari hal-hal yang merugikan serta membahayakan kesehatan manusia. Atas dasar pertimbangan diatas, Pemerintah Bupati memandang perlu untuk mengatur dan membina pasar ikan secara sistematis dan intensif dengan menyediakan TPI sekaligus mengatur penyelenggaraan pelelangan ikan beserta retribusinya.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Pasal ini memuat pengertian istilah yang digunakan dalam peraturan daerah ini untuk mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam

memahami dan melaksanakan pasal-pasal yang bersangkutan, sehingga bagi wajib retribusi dan aparatur dalam menjalankan hak dan kewajibannya dapat berjalan dengan lancar dan akhirnya dapat dicapai tertib administrasi.

Pengertian ini diperlukan karna istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis dalam bidang Retribusi Daerah.

Pasal 2 : Cukup jelas

Pasal 3 : Cukup jelas

Pasal 4 : Cukup jelas

Pasal 5 : Cukup jelas

(10)

Pasal 7 : Cukup jelas Pasal 8 :

Huruf a angka 1 : yang dimaksud dengan tambatan adalah suatu pelabuhan tempat bongkar muat untuk kapal-kapal penangkapan ikan.

angka 2 : yang dimaksud dengan labuh adalah tempat berlabuhnya kapal-kapal ikan baik untuk menetap ataupun sebagai tempat persinggahan sementara.

Huruf d : yang dimaksud dengan Pangkalan Pendaratan Ikan yang disingkat (PPI) adalah tempat atau pangkalan kapal-kapal penangkapan ikan untuk melakukan pembongkaran hasil tangkapan.

Huruf e angka 9 : yang dimaksud dengan rumah KOPEL adalah

suatu tempat untuk menginap yang disewakan bagi para nelayan dari luar daerah yang melakukan penangkapan ikan yang berbentuk rumah petak.

Pasal 9 : Cukup Jelas

Pasal 10 ayat (1) : yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ke tiga. Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa pemerintah Kabupaten Tojo Una-una tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan semangat selektif dalam proses pemungutan retribusi, pemerintah Kabupaten Tojo Una-una dapat mengajak kerjasama dengan badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melasanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.

Ayat (2) : cukup jelas Ayat (3) : cukup jelas Ayat (4) : cukup jelas

Pasal 11 : Cukup jelas

Pasal 12 : Cukup jelas

Pasal 13 : Cukup jelas

Pasal 14 : Cukup jelas

Pasal 15 : Cukup jelas

Pasal 16 : Cukup jelas

Pasal 17 : Cukup jelas

Pasal 18 : Cukup jelas

Pasal 19 ayat (1) : Penyidik dibidang Retribusi Daerah adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penindakan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang HuKum Acara Pidana dan Peraturan Pelaksanaannya.

Ayat (2) : cukup jelas Ayat (3) : cukup jelas Ayat (4) : Cukup jelas

Pasal 20 : cukup jelas

(11)

Pasal 22 : cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis performa perikanan melalui status indikator pada domain ini menunjukkan bahwa nilai skor domain teknik penangkapan ikan sebesar 12,5 pada skala skor 18, yang

Rustam (2010) Analisis Parameter Fisik, Kimia, Biologi, dan Daya Dukung Lingkungan Perairan Pesisir untuk Pengembangan Usaha Budidaya Udang Windu di Kabupaten Barru

Jumlah fraksi amilosa dan amilopektin tersebut sangat berpengaruh pada profil gelatinisasi pati dan puding merupakan sejenis makanan terbuat dari pati yang diolah

Untuk menelusur katalog terpasang yang dimiliki BPAD Provinsi DIY melalui jaringan lokal, dapat dilakukan dengan menggunakan komputer yang terpasang dengan jaringan

Komitmen Natsir yang kuat terhadap Islam dan berbagai kegiatan organisasi yang menjadikan Islam sebagai komitmen dalam perjuangan, hal inilah yang juga membuat Natsir berada

P E T A 5 5 Pangan dan Gizi Hasil Ternak 2 0 Mempelajari tentang pentingnya pangan dan gizi yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin, serta

Nilai rerata suhu udara ambien di Hutan Kota hampir sama dibandingkan di Taman Bekapai (Tabel 4), hanya selisih bahwa kemampuan penurunan suhu udara dari Hutan

Suprapto - Jalan Residen Pamuji - Jalan Empu Nala Kota Mojokerto untuk mendukung dan memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan rencana dan pembangunan, sehingga perlu