i
METODE CERAMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN ALAT OPTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
YULIANA BUIK
NIM : 081424004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
v
M OT T O D AN PERSEM BAH AN
Diberkatilah Orang Yang Mengandalkan Tuhan, Yang
Menaruh Harapan Pada Tuhan
Yer, 17. 7
A dalah mungkin untuk menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tetapi itu
membuatnya tanpa rasa; itu membuatnya tanpa arti, seperti jika anda
menjelaskan simfony Beethoven sebagai variasi dari tekanan udara.
Albert Einstein
vii
RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN METODE CERAMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN ALAT OPTIK
Yuliana Buik Universitas Sanata Dharma
2013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) Prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik dengan metode ceramah, (3)Keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, (4) Respon siswa SMP PL terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD, (5) Perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran alat-alat optik dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode ceramah.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2012 di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII A dan VIII C yang masing-masing berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu : Pembelajaran menggunakan metode STAD dan Metode Ceramah, Tes Prestasi, Pengisian Angket dan Pengamatan Keterlibatan Siswa.
Tes prestasi yang diberikan berupa tes esay yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi alat optik. Pengisian angket dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap metode STAD dan Ceramah. Pengamatan digunakan untuk mengetahui keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan metode STAD.
ABSTRACT
Comparison of Physics Learning Achievement, Involvement, and Students' Response, between Cooperative Learning Method type STAD and Lecture Method to 8th Grade Students of Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta in Optical Instruments Subject
Yuliana Buik Universitas Sanata Dharma
2013
The purposes of this study were to determine: (1) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (2) Pangudi Luhur Junior High School students' achievement in learning optical instruments using lecture method, (3) Pangudi Luhur Junior High School students' involvement in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (4) Pangudi Luhur Junior High School students' response in learning optical instruments using cooperative learning method type STAD, (5) Learning achievement difference in optical instruments subject between cooperative learning method type STAD and lecture method.
The study was conducted in April and May 2012 at Pangudi Luhur I Junior High School Yogyakarta. Samples of this study were students from class VIII A and VIII C, represented each by 40 students. Datas collection conducted in 4 stages : learning using STAD and lecture method, achievement test, questionnaire completion, and observation of students' involvement.
Achievement tests given was in the form of an essay test that aimed to determine the students' understanding of the optical instrument subject. Completion of questionnaire conducted to study the response of students to STAD and lecture method. Observation was used to determine students' involvement in learning using the STAD method.
KATA PENGANTAR
Pujian dan syukur yang berlimpah, penulis haturkan ke hadirat Allah yang
maha Kuasa atas kebesaran kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Perbandingan antara Prestasi Belajar Fisika, Keterlibatan
dan Respon Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dan Metode Ceramah pada Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta pada Pokok Bahasan Alat Optik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Fisika,
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata DharmaYogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyelesaian skripsi ini karena
karya kasih Tuhan yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof . Dr. Paul Suparno, S.J., MST, selaku dosen Pembimbing, yang sangat
sabar dan penuh semangat, teliti, perhatian dan kritis mendampingi dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Drs. A. Atmadi, M. Si, selaku ketua Program Studi Program Studi Pendidikan
Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
DharmaYogyakarta.
3. Semua dosen Pendidikan Fisika yang telah memperkaya penulis dengan
4. Br. Valentinus Naryo FIC, M.Pd selaku Kepala SMP Pangudi Luhur I,
Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
5. BapakTarjo dan Bapak Yuli, selaku guru Bidang Studi Fisika Kelas VIII
SMP Pangudi Luhur I, Yogyakarta yang dengan semangat membantu dan
mendukung penulis dalam penelitian.
6. Segenap staf guru dan karyawan, serta siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur
I Yogyakarta, yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam
penelitian.
7. Pak Sugeng, Mbak Heni dan Mas Arif, selaku karyawan sekretariat JPMIPA
yang dalam kesibukan tetap setia melayani penulis berkaitan dengan
administrasi tugas-tugas studi.
8. Suster-Suster Misi Adorasi dari Santa Familia MASF Indonesia, yang telah
memberikan penulis kesempatan untuk memperkaya pengalaman, ilmu
pengetahuan, serta mendukung saya dengan doa, kasih, dan perhatian agar
tetap semangat dalam perutusan studi.
9. Para saudari sekomunitas Dawung Wetan Surakarta; Sr. Euphrasia, Sr.
Petronela, Sr. Margareti, Sr. Vianey, dan teman-teman di asrama, terima
kasih ya atas segala dukungan doa, kasih, perhatian, dan kritikan yang telah
membuat penulis setia untuk menyelesaikan tugas perutusan studi.
10. Bapak, Mamadan adik-adik tercinta, yang selalu mendoakan,
memperhatikan, dan mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan studi
11. Enggar, Leo dan Mitha yang telah setia menemani penulis dalam melakukan
penelitian.
12. Seluruh teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2008 terima kasih untuk
segala dukungan yang penulis alami bersama kalian selama studi.
13. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Kasih Tuhan menyertai anda semua.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Yogyakarta, 21 Februari 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR GAMBAR xix
BAB I PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang Masalah 1
B.Rumusan Permasalahan 5
C.Tujuan Penelitian 6
D.Manfaat Penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORI 7
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif 7
2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif 8
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif 10
4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif 11
5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 14
B.Student Team Achievment Division (STAD) 15
1. Komponen-Komponen STAD 16
a. Presentasi di Kelas 16
b. Tim 17
c. Kuis 18
d. Skor Kemajuan Individual 18
e. Rekognasi Tim 18
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 19
C.Metode Ceramah 20
1. Pengertian Metode Ceramah 20
2. Sifat Metode Ceramah 21
3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah 22
D.Prestasi Belajar 23
E.Alat-alat Optik 24
1. Mata dan Kamera 24
2. Lup dan Mikroskop 33
3. Teropong dan Periskop 36
F. Kaitan Teori dengan Penelitian 39
BAB III METODOLOGI 39
A.Desaign Penelitian 39
B.Subyek Penelitian 39
C.Waktu dan Tempat Penelitian 39
D. Treatment 40
E.Instrumen 45
G.Metode Analisis yang Digunakan 49
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA 54
A.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 54
B.Data Penelitian 55
1. Tes Prestasi, Respon dan Keterlibatan Siswa
dengan menggunakan Metode STAD 57
2. Tes Prestasi Siswa dan Respon Siswa
dengan menggunakan Metode Ceramah 58
C.Perhitungan Statistik 60
1. Tes Prestasi Siswa dengan menggunakan Test T
untuk 2 group independen 60
2. Keterlibatan Siswa dengan menggunakan Metode STAD 63 3. Angket Respon Siswa dengan menggunakan Metode STAD
dan Ceramah 64
D.Analisis 64
BAB V PENUTUP 67
A.Kesimpulan 67
B.Saran 68
C.Keterbatasan Penelitian 68
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Melakukan Penelitian 72
Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 73
Lampiran 3 : RPP Metode STAD 74
Lampiran 4 : RPP Metode Ceramah 80
Lampiran 5 : Soal Tes Prestasi 85
Lampiran 6 : Kunci Jawaban Tes Prestasi 89
Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa 93
Lampiran 8 : Kunci Jawaban LKS 108
Lampiran 9 : Kuis – kuis 115
Lampiran 10 : Kunci Jawaban Kuis 117
Lampiran 11 : Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa 119
Lampiran 12 : Angket Respon Siswa Terhadap Metode STAD 122
Lampiran 13 : Angket Respon Siswa Terhadap Metode Ceramah 124
Lampiran14 : Contoh Pengisian Kuis – kuis 126
Lampiran 15 : Contoh Pengisian Angket Respon Siswa
Lampiran 16 : Contoh Pengisian Angket Respon Siswa
Terhadap Metode Ceramah 129
Lampiran 17 : Contoh Pengisian Tes Prestasi 130
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kemiripan Antara Kamera Dan Mata 32
Tabel 2. Daftar Peringkat Siswa 40
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Prestasi 45
Tabel 4. Tes Prestasi 46
Tabel 5. Uraian Format Pengamatan Perilaku Berkarakter 47
Tabel 6. Skor Tiap Item Soal 49
Tabel 7. Perolehan Nilai Siswa 50
Tabel 8. Klasifikasi Skor Berdasarkan KKM 51
Tabel 9. Rentang Interval Keterlibatan 52
Tabel10. Rentang Interval Angket 53
Tabel 11. Jadwal Penelitian dan Proses Pengumpulan Data 54
Tabel 12. Tes Prestasi dan Respon Siswa 56
Tabel 13. Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa 57
Tabel 14. Tes Prestasi dan Respon Terhadap Metode Ceramah 58
Tabel 15. Hasil Klasifikasi Skor
Berdasarkan KKM dan Persentase Kelas 60
Metode STAD dan Metode Ceramah 61
Tabel17. Pengamatan Keterlibatan Siswa terhadap metode STAD 63
Tabel 18. Angket Respon Siswa Terhadap Metode STAD 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagian-bagian Mata 5
Gambar 2. Kamera dan Bagian-bagiannya 31
Gambar 3. Pembentukan Bayangan pada Kamera 32
Gambar 4. Lup dan Pembentukan Bayangan 34
Gambar 5. Mikroskop dan Bagian-bagiannya 35
Gambar 6. Pembentukan Bayangan pada Mikroskop 36
Gambar 7. Pembentukan Bayangan pada Teropong 37
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat modern dewasa ini mengharapkan pendidikan yang baik dan
mengharuskan adanya pendidik yang profesional. Menurut UU no. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.Profesional adalah pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru profesional merupakan sebuah faktor yang menentukan pendidikan yang
berkualitas karena guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Rusman,
2010: 59). Dalam proses pembelajaran guru sebaiknya tidak sekedar mentransfer
ilmu melainkan menjadi manajer balajar yang baik bagi anak didiknya. Dalam hal
ini guru diharapkan dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar
yang memadai agar siswa dapat menemukan pengalaman-pengalaman nyata dan
Hal senada juga dijelaskan dalam teori konstruktivisme yang juga menekankan
bahwa siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Menurut pandangan
konstruktivisme anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus
menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru (Slavin dalam Trianto
2010: 74).
Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang memiliki
tujuan utama yaitu memberikan pengetahuan kepada anak didiknya sebagai
produk dan proses. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa sistem
pembelajaran saat ini lebih menekankan produk dari pada proses. Dalam belajar
fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar fisika sehingga usaha guru
harus diarahkan untuk membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari
fisika sendiri (Suparno, 2007:2).
Kunci kesuksesan siswa dalam belajar fisika adalah pada kemampuan
memahami tiga hasil pokok fisika yaitu konsep (pengertian), hukum atau
azas-azas, dan teori-teori.Hal penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan
pemahaman siswa adalah komunikasi antara guru dan siswa di mana dengan
komunikasi ini diharapkan mereka saling membantu.Selama ini pembelajaran
fisika masih sebatas menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja.Menurut Nur dan
Wikandari dalam Trianto (2010), untuk itu perlu dikembangkan suatu
pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya.
Menurut Mulyasa (2003: 41) agarsiswa belajar secara aktif guru perlu
tinggi.Salah satu konsep strategi pembelajaran adalah strategi pembelajaran
kooperatif (cooperatif learning).Strategi ini merupakan salah satu strategi yang
akhir-akhir ini mendapat sorotan utama bahkan dianjurkan oleh para ahli
pendidikan untuk digunakan.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan strategi cooperatif
learning mampu meningkatkan prestasi belajar siswa bahkan secara khusus dalam
pembelajaran fisika. Model pembelajaran kooperatif dibedakan dalam beberapa
tipe, antara lain; STAD (Student Teams Achievement Divisions), Jigsaw, Jigsaw
II,Team Assisted Individualization (TAI), Teams Game Tournament (TGT),Group
Investigation (GI) dan metode struktural .
Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengikuti PPL, peneliti merasa
pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang oleh sebagian siswa menjadi
pelajaran yang berat dan sulit dipahami.Bahkan ada yang merasa tidak penting
belajar fisika.Tentu saja ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Salah
satu faktor penyebabnya adalah cara penyajian meteri oleh guru yang cenderung
monoton dan guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajarannya. Hal inilah
yang mendorong peneliti memilih menerapkan metode pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran fisika.
Materi optik adalah salah satu kajian fisika yang mencakup Mata dan Kamera,
Lup dan Mikroskop dan alat-alat optik lainnya. Pada kurikulum IPA SMP/MTS
2004/ KTSP materi ini diberikan kepada siswa kelas VIII pada semester 2 dan
Standar Kompetensi (SK) 6 yaitu memahami konsep dan penerapan getaran,
Keseluruhan penjabaran di atas melahirkan sebuah gagasan untuk melakukan
upaya mengatasi permasalahan pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan
prestasi belajar fisika.Upaya yang ingin diterapkan adalah dengan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD).
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe
metode pembelajaran kooperatif.Metode STAD dikembangkan Robert Slavin dan
rekan-rekannya di Universitas John Hopkins.Metode ini dipandang sebagai
metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, paling tua dan paling
banyak diaplikasikan. STAD merupakan model yang paling baik untuk guru yang
baru memulai menggunakan pendekatan kooperatif (Slavin 2005:143).
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan metode ini dalam
pembelajaran fisika di SMP Pangudi Luhur I. Berdasarkan observasi, peneliti
menemukan bahwa metode ini belum diterapkan di SMP Pangudi Luhur I. Pada
umumnya guru-guru fisika di sekolah ini, masih sering menggunakan metode
ceramah dalam pembelajaran fisika yang dianggap praktis dan tidak
membutuhkan waktu yang lebih banyak.
Berdasarkan uraian-uraian diatas maka peneliti memilih judul : “Perbandingan
antara Prestasi Belajar Fisika, Keterlibatan dan Respon Siswadengan
Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) dan Metode Ceramah pada Siswa Kelas VIIISMP Pangudi
B. Rumusan Permasalahan
Masalahyang dapat diangkat berdasarkan latar belakang di atas adalah :
1. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik
dengan metode pembelajaran kooperatif STAD?
2. Bagaimana prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat optik
dengan metode ceramah?
3. Bagaimana keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD?
4. Bagaimana respon/tanggapan siswa SMP PL terhadap pembelajaran
kooperatif tipe STAD?
5. Metode pembelajaran manakah (STAD dan ceramah) yang lebih baik
digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mempelajari
alat-alat optik?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat
optik dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Mengetahui prestasi belajar siswa SMP PL dalam pembelajaran alat-alat
optik dengan metode ceramah.
3. Mengetahui keterlibatan siswa SMP PL dalam mengikuti pembelajaran
4. Mengetahui respon/tanggapan siswa SMP PL terhadap pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
5. Mengetahui perbedaan prestasi belajar antara pembelajaran alat-alat optik
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
metode ceramah.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi sekolah:hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk
mengembangkan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk
pembelajaran fisika.
2. Bagi guru: penelitian ini sebagai sumbangan untuk memilih metode dan
media pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran untuk mata
pelajaran fisika.
3. Bagi siswa: penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu
menumbuhkan keaktifan dan interaksi saat pembelajaran, motivasi belajar
dan minat siswa sehingga berdampak pada meningkatnya prestasi belajar
fisika.
4. Bagi Penelitian Pendidikan Fisika: penelitian ini dapat dijadikan salah satu
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah bentuk pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling
berinteraksi mencapai tujuan pembelajaran. Slavin (dalam Rusman 2010: 201),
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi
secara aktif dan positif dalam kelompok.Interaksi yang terjadi dalam
pembelajaran ini merupakan interaksi antara siswa dengan siswa dan interaksi
antara siswa dengan guru. Guru cukup berperan sebagai menjadi fasilitator bagi
siswa. Metode pembelajaran kooperatif merupakan sebuah metode pembelajaran
yang sudah banyak digunakan bahkan dianjurkan oleh para ahli
pendidikan.Metode pembelajaran kooperatif ini dikembangkan dari teori belajar
konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Hal ini didasarkan
pada penelitian Piaget yang pertama dan dikemukakan bahwa pengetahuan itu
dibangun dalam pikiran anak (Ratna dalam Rusman 2010:201)
Menurut Rusman (2010:206) ada dua komponen pembelajaran kooperatif,
yakni: tugas kerja sama dan struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama
berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama
dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan struktur insentif
kerja sama merupakan suatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk
Johnson & Johnson dalam Anita Lie (2008: 7) mengatakan bahwa ada banyak
data yang menunjukkan bahwa suasana kooperatif menghasilkan prestasi yang
lebih tinggi, hubungan yang lebih positif dan penyesuaian psikologis daripada
suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa.
2. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Anita Lie (2008: 31), untuk mencapai hasil yang maksimal dalam
pembelajaran kooperatif ada lima unsur yang harus diterapkan antara lain:
a. Saling Ketergantungan Positif
Dalam belajar bersama keberhasilan suatu penyelesaian tugas tergantung pada
usaha yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok.Oleh karena itu ada
ketergantungan antar anggota dalam kelompok. Setiap anggota hendaknya
mendapatkan tugas sesuai kemampuan masing-masing. Hendaknya setiap anggota
memiliki kesanggupan untuk saling membantu dan menciptakan kerja sama yang
baik dalam kelompok.
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam belajar bersama ada dua
pertanggungjawaban kelompok. Pertama, yaitu mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok dan kedua menjamin semua anggota kelompok
secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan. Upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan menumbuhkan rasa memiliki dalam diri setiap anggota,
rata tugas kepada setiap anggota dan menciptakan suasana saling mendukung,
melengkapi, terikat dan berhubungan antar siswa dalam tim.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggota kelompok,
maka masing-masing anggota perlu bertanggungjawab atas tugas yang diberikan
oleh kelompok kepadanya. Pertanggungjawaban ini akan nampak bila dilakukan
pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Untuk itu setelah belajar bersama
setiap anggota harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
c. Tatap Muka
Unsur ini sangat penting untuk mengembangkan interaksi interpersonal antar
anggota kelompok. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap
perbedaan, menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing anggota.
d. Komunikasi Antar Anggota
Ketrampilan berkomunikasi perlu dilatih, maka guru harus membekali siswa
dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa
dalam kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi yang baik.
Tentu saja dibutuhkan proses yang panjang agar siswa dapat menjadi komunikator
yang baik. Untuk itu dibutuhkan kesabaran dari guru untuk melatih dan terus
e. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi dilakukan untuk melihat proses kerja sama dalam kelompok dan hasil
kerja sama siswa agar tercipta kerja sama yang baik dan efektif.
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Kindsvater dkk, dalam Suparno (2007:135), pembelajaran kooperatif
memiliki tujuan antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan hasil belajar lewat kerjasama kelompok yang memungkinkan
siswa belajar satu sama lain. Kemajuan hasil belajar menjadi tujuan utama,
sehingga masing-masing mendapatkan hasil positif.
b. Merupakan alternatif terhadap belajar kompetitif yang sering membuat siswa
lemah menjadi minder. Dengan belajar kompetitif siswa yang lemah akan sulit
maju dan merasa kecil dibandingkan yang pandai. Sedangkan dengan belajar
bersama ini justru yang lemah dibantu untuk maju.
c. Memajukan kerja sama kelompok antar manusia. Dengan belajar, hubungan
antar siswa makin akrab dan kerja sama antar mereka akan semakin lebih baik.
d. Bagi siswa-siswa yang mempunyai intelegensi interpersonal tinggi, cara belajar
ini sangat cocok dan memajukan. Mereka lebih mudah mengkonstruksi
pengetahuan lewat bekerja sama dengan teman, dan belajar bersama dengan
4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
a. JIGSAW
Metode pembelajaran ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
rekan-rekannya (1978). Dalam metode ini, siswa dibagi menjadi beberapa tim yang
anggotanya terdiri dari 4 atau 5 anggota dengan karakteristik yang heterogen.
Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari satu bagian dari materi
yang disampaikan oleh guru dan bertanggungjawab untuk mempelajari materi
tersebut. Kemudian setiap siswa menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain dengan topik yang sama. Selanjutnya para siswa kembali ke
kelompok asal untuk mengajar kembali sesama anggota yang lain mengenai
materi yang telah dipelajari bersama tersebut. Setelah berdiskusi dalam kelompok,
para siswa dievaluasi secara individu mengenai materi yang telah disampaikan
oleh guru.
Keunggulan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
pembelajaran orang lain. Keunggulan yang lain adalah meningkatkan kerjasama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
b. Teams Game Tournament (TGT)
Metode ini dirancang dan dikembangkan oleh Slavin dan De Vries pada
tahun 1990. Dalam metode ini siswa ditempatkan dalam tim belajar yang
beranggotakan empat sampai enam orang yang merupakan campuran menurut
tingkat akademik, kinerja, jenis kelamin dan suku. Metode TGT merupakan salah
tutor bagi sesamanya serta mengandung unsur permainan dan penguatan.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif ini memungkinkan siswa untuk dapat belajar lebih rileks disamping
menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan yang sehat dan
keterlibatan belajar.
Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu penggunaan waktu yang relatif
lama dan biaya yang besar, serta jika kemampuan guru sebagai motivator dan
fasilitator kurang memadai maka pembelajaran kooperatif tipe TGT tak dapat
berjalan dengan baik.
c. Group Investigation (GI)
Dasar-dasar metode GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya diperluas dan
diperbaiki oleh Sharn dan kawan-kawan dari universitas Tel Aviv. Metode GI
melibatkan siswa sejak perencanaan awal baik dalam menentukan topik maupun
cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa untuk
berkemampuan yang baik dalam komunikasi dan ketrampilan proses memiliki
kelompok. Dalam metode ini para siswa bekerja dalam kelompok kecil
menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan
proyek kooperatif. Para siswa dibebaskan untuk memilih anggotanya sendiri
dengan jumlah empat hingga lima siswa. Kelompok ini kemudian memilih
topik-topik dari bab yang telah dipelajari oleh seluruh kelas, membagi topik-topik-topik-topik ini
menjadi tugas-tugas pribadi dan melakukan kegiatan yang diperlukan untuk
adalah seleksi topik, merencanakan kerja sama, implementasi, analisis dan
sintesis, penyajian hasil akhir dan evaluasi.
d. Team Accelerated Instruction (TAI)
Metode kooperatif tipe TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan
pengajaran individual yang dirancang khusus bagi siswa yang belum siap untuk
menerima materi yang lebih kompleks atau mendalam. Pada metode ini, tim
belajar terdiri atas tiga sampai empat orang yang memiliki kemampuan berbeda
dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja yang baik.
e. Numbered Head Together (NHT)
Metode NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkomunikasi secara aktif
dalam menyelesaikan tugas-tugas siswa. Selain itu teknik ini juga mendorong
siswa untuk meningkatkan semangat kerjas sama mereka.
Langkah-langkah pembelajaran metode NHT adalah; siswa dibagi dalam
kelompok yang heterogen dan setiap siswa mendapatkan nomor, guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, kelompok
memutuskan jawaban yang dianggap benar dan memastikan setiap anggota
kelompok mengetahui jawaban ini, dan terakhir adalah guru memanggil satu
nomor dan siswa yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
f. Think Pair Share (TPS)
TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan tipe pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola pikir siswa.Metode ini
samadengan orang lain. Dalam tipe ini tim belajar siswa terdiri atas tiga sampai
empat orang. Keunggulan dari TPS adalah optimalisasi partisipasi siswa.Bila
dibandingkan dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju
dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, maka metode ini memberi
kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk
dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.
Langkah-langkah metode TPS adalah guru menyajikan materi secara klasikal,
menyampaikan persoalan kepada siswa, dan siswa berpasangan dengan teman
sebangku, presentase kelompok, kuis individual, membuat skor perkembangan
tiap siswa, mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan.
g. Student Team Achievment Division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen. Unsur-unsur
penting dalam STAD adalah guru menyajikan pelajaran, siswa bekerja dalam tim,
kemudian seluruh siswa diberikan tes mengenai materi yang telah dipelajari. Pada
saat tes siswa diminta untuk bekerja sendiri.
Pembahasan selengkapnya mengenai STAD akan dibicarakan pada sub bab
berikut.
5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
a. Keunggulan :
1) Menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
2) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan pendapat dengan kata-kata
secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain
3) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari
keterbatasannya dan menerima segala perbedaan.
4) Membantu siswa untuk semakin memupuk rasa tanggungjawab dalam diri
siswa.
5) Dengan interaksi dengan sesama tim, siswa dapat meningkatakan motivasi
dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
b. Kelemahan:
1) Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi akan merasa terhambat
oleh sesamanya yang memiliki tingkat kemampuan akademik rendah.
2) Penggunaan waktu yang relaitif lama, serta jika kemampuan guru sebagai
motivator dan fasilitator kurang memadai maka pembelajaran kooperatif
tak dapat berjalan dengan baik.
B. Student Team Achievment Division(STAD)
Metode STAD dikembangkan Robert Slavin dan rekan-rekannya di
Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang sebagai metode pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, paling tua dan paling banyak diaplikasikan.
STAD merupakan model yang paling baik untuk guru yang baru memulai
1. Student Team Achievment Division (STAD) terdiri atas lima komponen
utama, antara lain:
a. Presentasi di kelas
Langkah awal yang dilakukan oleh guru adalah menyampaikan materi dalam
bentuk presentasi di kelas.Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang
seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru.Namun guru
harus dapat menyampaikan prensentasi ini dengan metode STAD.
Presentasi materi oleh guru menurut Good, Grows dan Ebmeir (dalam Indriyani,
2009: 12) mencakup tiga hal yaitu :
1) Pembukaan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai hari itu dan alasan
mengapa hal itu dipelajari. Guru bisa membangkitkan keingintahuan siswa dengan
menggunakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari atau dengan
demonstrasi yang mengundang pertanyaan. Guru membahas ketrampilan materi
atau prasyarat yang diperlukan dalam pembelajaran secara singkat.
2) Pengembangan Presentasi
Dalam meyampaikan materi diusahakan agar materi tidak menyimpang dari
materi yang diujikan. Guru harus memfokuskan pada makna bukan sekedar
hafalan. Secara aktif demonstrasikan konsep-konsep atau ketrampilan-ketrampilan
dengan menggunakan alat bantu visual, alat peraga dan lain-lain.
Presentasi dapat dilakukan sebagai berikut :
Guru selalu menjelaskan mengapa suatu jawaban benar dan mengapa suatu
jawaban salah, kecuali jika memang tidak jelas.
Segera melanjutkan materi, jika siswa telah menangkap pengertian dari
materi yang disampaikan.
3) Latihan Terbimbing
Latihan terbimbing dapat dilakukan sebagai berikut :
Guru meminta siswa mengerjakan soal atau membahas pertanyaan yang
diberikan.
Guru meminta siswa untuk menyiapkan jawaban terhadap pertanyaan yang
disampaikan oleh guru.
Guru memanggil anggota tim secara acak untuk menyajikan kesepakatan
jawaban tim mereka. Hal ini penting agar seluruh siswa menyiapkan jawaban
atas pertanyaan guru kemudian guru memberikan tanggapan atas jawaban
siswa.
b. Tim
Tim adalah komponen penting dalam STAD dan terdiri dari empat atau lima
siswa yang mewakili seluruh komponen kelas yaitu akademik, jenis kelamin, ras
dan etnis. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim
benar-benar belajar dan terutama mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan
kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk
mempelajari lembar-lembar kegiatan atau materi lainnya. Hal yang biasanya
membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan konsep apabila terdapat
kesalahan konsep oleh anggota tim.
Pada setiap poin, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan
yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk
membantu tiap anggotanya.
c. Kuis
Kuis dilaksanakan setelah para siswa belajar bersama dalam tim. Dalam kuis ini
para siswa mengerjakan secara sendiri-sendiri dan tidak boleh saling
membantu.Setiap siswa bertanggungjawab untuk dirinya sendiri dalam
menyelesaikan kuis.Kuis ini diadakan untuk mengukur pengetahuan yang
diperoleh siswa setelah belajar bersama. Kuis ini merupakan tanggung jawab
individual yang dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk memberi penjelasan
dengan baik kepada sesama tim dan membantu keberhasilan tim.
d. Skor Kemajuan individual
Ide dibalik skor kemajuan individual ini adalah untuk memberikan kepada tiap
siswa tujuan kinerja yang akan dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan
memberikan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Setiap siswa dapat
memberikan sumbangan poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor
ini.
e. Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan bentuk penghargaan apabila skor rata-rata mereka
Ada empat macam tingkat penghargaan yang diberikan dan didasarkan pada
rata-rata skor tim dengan kategori sebagai berikut :
1) 0 ≤ x ≤ 5 tanpa predikat
2) 5 ≤ x ≤ 15 dengan predikat Tim baik
3) 15 ≤ x ≤ 25 dengan predikat Tim hebat
4) 25 ≤ x ≤ 30 dengan predikat Tim super
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Trianto (2009: 70), menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe STAD didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam
fase atau langkah.
Fase-fase pembelajaran itu antara lain:
a. Fase 1: menyampaikan dan memotivasi siswa.
Kegiatan guru adalah menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b. Fase 2: menyajikan atau menyampaikan informasi.
Kegiatan guru adalah menyajikan semua informasi kapada siswa dengan jalan
mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.
c. Fase 3: mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
Kegiatan guru adalah menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
Kegiatan guru adalah membimbing kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
e. Fase 5: evaluasi
Kegiatan guru adalah mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
f. Fase 6: memberikan penghargaan
Kegiatan guru adalah mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
C. Metode Ceramah
1. PengertianMetodeCeramah
Suparno (2007: 160) mengatakan bahwa metode ceramah adalah model
pembelajaran di mana guru sendiri menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan
dengan prinsip atau bahan fisika kepada siswa. Metode ini dikenal juga dengan
nama metode konvensional dan merupakan metode yang masih sering dipakai.
Hal ini dikarenakan metode ini dirasa sebagai metode yang mudah diterapkan.
Dalam metode ini guru menyajikan materi, siswa memperhatikan guru berbicara
sambil membuat catatan kecil mengenai materi yang dikatakan oleh guru. Proses
pembelajaran seperti ini masih menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran
(teacher centered).
Sagala (dalam Tanireja, dkk. 2011: 45) mengatakan bahwa agar ceramah
menjadi metode yang baik hendaknya diperhatikan hal-hal berikut;
2. dipakai jika guru akan memperkenalkan materi pelajaran baru;
3. dipakai jika khalayaknya telah mampu menerima informasi melalui kata-kata;
4. sebaiknya diselingi oleh penjelasan melalui gambar dan alat-alat visual
lainnya;
5. sebelum ceramah dimulai sebaiknya guru berlatih dulu memberikan ceramah.
2. Sifat Metode Ceramah
Menurut Sagala (dalam Tanirejo, dkk 2011: 47), sifat-sifat metode ceramah yaitu:
a. Tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi memecahkan masalah
sehingga proses penyerapan pengetahuan kurang tajam,
b. Kurang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
keberaniannya dalam mengemukakan pendapat;
c. Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendengarnya,
apalagi digunakan kata-kata asing,
d. Kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil, karena
tarafberpikir anak masih berada dalam taraf yang kurang konkret.
Dalam penelitian ini metode ceramah akan disajikan dalam bentuk ceramah
dengan kombinasi metode yang bervariasi atau dapat juga disebut ceramah
interaktif. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan tujuan
sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (presentasi, tanya jawab dan
latihan soal). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang
cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik
Menurut Suparno (2007: 160), ceramah interaktif memiliki unsur-unsur
sebagai berikut:
a. Ceramah oleh guru
b. Diselingi pertanyaan, diskusi dan mengerjakan soal
c. Agar ceramah menarik perlu digunakanmedia lain pula seperti power point dan
disesuaikan dengan konteks siswa dengan berbagai contoh yang sesuai
d. Bicara keras, jelas, sistematis, menarik siswa
3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah
Kendati dikenal sebagai metode konvensional dan kurang konstruktivis, metode
ceramah tetap memiliki keunggulan, yaitu guru dapat menguasai seluruh kelas
dan organisasi kelas sederhana.
Sedangkan kelemahan metode ceramah adalah:
a. guru kesulitan mengetahui sejauh mana siswa-siswa telah mengerti materi yang
disampaikan,
b. siswa dapat memberi pengertian yang lain dari apa yang sesungguhnya
dimaksudkan oleh guru,
c. untuk penyampaian bahan yang mempunyai struktur yang kompleks dan
abstrak, penggunaan metode ceramah juga tidak tepat.
d. untuk tujuan belajar yang berupa kognitif tingkat tinggi seperti kemampuan
analisis, sintesis, evaluasi dan tujuan yang berupa keterampilan, metode
D. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan
Daryanto (2011: 160), menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar
yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa
mengikuti pelajaran. Dengan demikian prestasi belajar merupakan suatu kemajuan
dan perkembangan siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu
tertentu.
Kemajuan dan perkembangan tersebut terbentuk melalui sebuah proses
belajar. Hal ini senada dengan Winkel (1996: 14 )yang mengatakan bahwa proses
belajar yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam ranah
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Bentuk perubahan ini nampak dalam prestasi
belajar yang dihasilkan olah siswa terhadap pertanyaan, persoalan dan tugas yang
diberikan oleh guru. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa dilakukan oleh guru
dengan menggunakan alat evaluasi seperti tes atau kuis. Melalui kuis siswa
dituntut untuk menunjukkan prestasi belajar tertentu, dan hasil yang dicapai siswa
menjadi petunjuk untuk guru melihat perkembangan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar fisika pada dasarnya merupakan hasil interaksi berbagai
faktor yang mempengaruhi proses belajar fisika itu sendiri. Hasil interaksi ini
menyebabkan adanya perbedaan prestasi belajar dalam fisika antar individu yang
Dalam penelitian ini prestasi belajar dapat dilihat dalam perolehan skor siswa
ketika mengikuti tes prestasi.
E. Alat-alat Optik
Materi tentang alat-alat optik ini diambil dari buku IPA Fisika untuk SMP kelas
VIII karangan Marten Kanginan, Fisika (Buku Kerja Siswa) karangan
Kristinawati, EM, dkk dan Materi Ajar Alat Optik dalam ht t p:/ / e-dukasi.net / index.php?m od=script & cm d=Bahan%20Belajar/ M at eri%20Pokok/ view &id=2 97.
1. Mata dan Kamera
a. Mata
1) Bagian-bagian mata
Gambar 1. Bagian-bagian Mata
o Kornea: bagian depan mata memiliki lengkung yang lebih tajam dan
dengan udara luar. Fungsi utama kornea (selaput bening) adalah
meneruskan cahaya yang masuk kemata. Cahaya tesebut diteruskan ke
bagian mata yang lebih dalam dan berakhir pada selaput jala retina.
Kornea juga berfungsi sebagai pelindung mata bagian dalam agar tetap
bening dan bersih, kornea ini dibasahi oleh air mata yang berasal dari
kelenjar air mata.
o Aquoeus humor (cairan): Cairan Aquoeus ini terletak dibelakang kornea
yang berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk sehingga
terfokus ke lensa mata.
o Lensa: bagian mata yang berfungsi untuk memfokuskan bayangan pada
retina yaitu dengan mencembungkan atau memipihkan lensa. Lensa dapat
disebut lensa kristalin/lensa mata. Lensa kristalin merupakan lensa mata
yang terbuat dari bahan bening, berserat dan kenyal.
o Iris adalah selaput tipis yang berfungsi untuk mengatur kebutuhan cahaya
dalam pembentukan bayangan. Iris terdapat di belakang kornea dan
berpigmen. Pigmen pada irislah yang menentukan warna mata.
o Pupil: berupa celah yang berbentuk lingkaran terdapat ditengah-tengah
iris dan sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang
masuk ke dalam mata. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya menuju
retina. Pupil dapat mengecil dan membesar seperti fungsi diafragma pada
pada cahaya yang masuk. Jika cahaya terang, pupil akan mengecil,
sedangkan ketika gelap, pupil akan membesar.
o Retina: merupakan selaput yang mengandung sel-sel indera. Retina
berfungsi sebagai layar, tempat terbentuknya bayangan, seperti halnya
plat film pada kamera.
o Bintik kuning: tempat terbentuknya bayangan agar bayangan terlihat
jelas.
2) Proses Pembentukan Bayangan pada Mata dan Daya Akomodasi Mata
Ketika sinar dari benda masuk ke dalam mata melalui pupil, lensa membiaskan
cahaya dan membentuk bayangan pada retina sehingga terbentuk bayangan nyata,
terbalik dan diperkecil. Agar bayangan selalu jatuh pada retina karena letak benda
yang berubah, maka dapat diatur dengan mengubah jarak fokus lensa matanya.
Kemampuan penglihatan manusia terbatas pada jangkauan tertentu yang disebut
jangkauan penglihatan yaitu daerah di depan mata yang dibatasi oleh dua buah
titik. Titik terjauh/Punctum Remotum (PR) dan titik terdekat/Punctum
Proximum (PP). Mata dapat melihat dengan jelas jika letak benda berada diantara
kedua titik tersebut. Jarak antara lensa mata dengan retina disebut jarak bayangan
(S1) selalu tetap.Jarak benda (S0) yang dilihat oleh mata dapat berubah-ubah.
Jarak fokus lensa mata dapat diubah-ubah dengan cara mengubah-ubah
kelengkungan lensa mata. Ini dilakukan oleh otot siliar. Ketika mata melihat
atau jarak fokus lensa mata lebih mata lebih kecil dan bayangan jatuh tepat di
retina. Ketika melihat benda yang jauh, otot siliar mengendur (relaks), sehingga
mata lebih pipih dan jarak fokus lebih besar, dan bayangan jatuh tepat pada retina.
Daya untuk membuat lensa mata lebih cembung atau lebih pipih sesuai dengan
jarak benda yang dilihat mata agar bayangan jatuh tepat di retina disebut dengan
daya akomodasi mata.
3) Kelainan pada Mata dan Cara Menanggulanginya
Mata normal (Emetropi): memiliki titik jauh (PR) pada jarak jauh tak berhingga/∞
dan titik dekat (PP) = 25 cm, mata ini jangkauan penglihatannya paling lebar.
a) Rabun jauh (Miopia)
Miopia memiliki titik jauh (PR) terbatas/kurang dari tak berhingga dan titik dekat
(PP) = 25 cm. Cacat mata miopi terjadi jika pada penglihatan tak berakomodasi
bayangan jatuh di depan retina, hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat
menjadi sangat pipih (terlalu cembung), sehingga bayangan yang terjadi kabur.
Agar dapat melihat jelas benda yang jauh maka perlu dibantu dengan lensa yang
dapat menyebarkan berkas cahaya (lensa divergen) atau lensa cekung/lensa
negatif.
b) Rabun dekat (Hipermetropia):
Rabun dekat memiliki titik jauh (PR) tak berhingga, tetapi titik dekat (PP) > 25
cm. Penderita kelainan ini tidak mampu melihat benda dekat.Ini disebabkan
kemampuan lensa untuk menebal berkurang. Agar dapat melihat jelas
menggunakan lensa yang dapat mengumpulkan berkas cahaya (lensa konvergen)
atau lensa cembung/lensa positif.
c) Mata tua (Presbiopia):
Mata tua memiliki titik jauh (PR) kurang dari tak berhingga dan titik dekat (PP) >
25 cm, cacat mata ini merupakan gabungan dari hipermetropi dan miopi.Ini
disebabkan kemampuan mata untuk menebal dan memipih berkurang. Penderita
cacat mata ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa bifocal atau kaca mata
yang berfungsi rangkap baik untuk melihat benda jauh maupun benda dekat.
d) Astigmatisma
Cacat mata dimana penderita tidak dapat melihat dengan baik garis-garis vertikal
dan garis horisontal secara bersamaan. Hal ini disebabkan kornea mata tidak
berbentuk bola dan penderita dapat ditolong dengan lensa silindris.
Contoh soal:
(1)Seorang penderita rabun jauh memiliki titik jauh 200 cm. Ia ingin melihat
benda-benda yang sangat jauh dengan jelas. Berapa fokus dan kekuatan lensa
yang harus digunakan?
Penyelesaian :
Penderita rabun jauh melihat benda-benda yang sangat jauh pada jarak kurang
dari tak berhingga. Ini berarti S = ∞. Agar dapat melihat benda jauh dengan
jelas maka lensa kacamata yang dipakai harus dapat menghasilkan bayangan di
depan lensapada jarak titik jauh penderita rabun jauh.
Jadi; S1 : - (titik jauh penderita rabun jauh) = -200 cm
1
Sedangkan kekuatan lensa P :
= 1
(2)Dua orang memiliki kelainan mata dengan ciri-ciri berbeda hendak membeli
kaca mata. Tentukanlah kekuatan kaca mata untuk masing-masing orang
tersebut (dalam dioptri) jika diketahui:
Orang I mempunyai titik dekat 22 cm, ingin dapat membaca dengan baik
Orang II bermata miopi, titik dekatnya 30 cm, ingin dapat melihat
benda-benda yang sangat jauh
Penyelesaian:
Jarak baca normal adalah 25 cm. Karena titik dekat orang I adalah 200 cm
7
Agar orang kedua dapat melihat benda-benda yang sangat jauh berarti So =
∞ dan titik dekat 30 cm berarti S1 = -30 cm.
Kamera merupakan alat optik yang dapat memindahkan/mengambil gambar dan
menyimpannya dalam bentuk file, film maupun print-out. Kamera menggunakan
lensa positif dalam membentuk bayangan. Sifat bayangan yang dibentuk kamera
adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Pemfokusan dilakukan dengan mengatur
bayangan pada film oleh karena itu lensa kamera perlu digeser agar bayangan
tetap jatuh pada film. Hal ini terjadi karena jarak fokus lensa kamera tetap. Dari
rumus umum optik, jika jarak fokus tetap, maka perubahan jarak benda (So) akan
diikuti oleh perubahan jarak bayangan (S1).
Gambar 2. Kamera dan bagian-bagiannya
Bagian-bagian dari kamera secara sederhana terdiri dari: Lensa cembung, Film,
Diafragma, Aperture.
Gambar 3. Pembentukan Bayangan pada Kamera
Lensa positif, membiaskan cahaya dan membentuk bayangan nyata, terbalik dan
diperkecil. Diafragma mengatur jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera
dengan mengubah ukuran aperturenya.
Film merupakan media yang menangkap bayangan nyata yang dibentuk oleh
lensa. Agar bayangan selalu jatuh pada film karena letak benda yang berubah,
maka dapat diatur dengan menggeser jarak lensa terhadap filmnya.
So = jarak benda dalam meter, Si = jarak bayangan dalam meter, F = titik fokus
lensa
Secara umum bagian-bagian kamera sama dengan bagian-bagian mata, namun
kedua alat ini memiliki perbedaan dalam hal menempatkan bayangan pada
retina/film. Perbedaannya adalah mata menggunakan daya akomodasi sedangkan
kamera menggunakan pergeseran lensa. Kemiripan antara kamera dan mata
adalah:
Tabel 1. Kemiripan antara Kamera dan Mata
Kamera Mata Keterangan
Lensa Lensa Lensa cembung
Diafragma Iris Mengatur besar kecilnya lubang cahaya
Aperture Pupil Lubang tempat masuknya cahaya
(3) Lup dan Mikrosokop
a. Lup
Lup/kaca pembesar memiliki fungsi untuk memperbesar bayangan benda. Lup
adalah lensa cembung yang digunakan untuk mengamati benda-benda kecil agar
nampak lebih besar. Bayangan yang dibentuk oleh lup memiliki
sifat: maya, tegak, dan diperbesar. Untuk itu benda harus diletakkan di Ruang
I atau daerah yang dibatasi oleh fokus dan pusat lensa atau cermin (antara f dan
O), dimana So < f.
Gambar 4. Lup dan pembentukan bayangan
Ada dua cara menggunakan lup yaitu:
1) Dengan cara mata berakomodasi maksimum
Mata berakomodasi maksimum yaitu cara memandang obyek pada titik dekatnya
(otot siliar bekerja maksimum untuk menekan lensa agar berbentuk
secembung-cembungnya).
diperhatikan adalah: bayangan yang dibentuk lup harus berada di titik dekat
mata/Punctum Proksimum (PP), benda yang diamati harus diletakkan di antara
titik fokus dan lensa, sifat bayangan; maya, tegak dan diperbesar.
2) Dengan cara mata tidak berakomodasi
Mata tak berakomodasi yaitu cara memandang obyek pada titik jauhnya (yaitu
otot siliar tidak bekerja/rileks dan lensa mata berbentuk sepipih-pipihnya).
Pada penggunaan lup dengan mata tak berakomodasi, maka yang perlu
diperhatikan adalahlup harus membentuk bayangan di jauh tak hingga, benda
yang dilihat harus diletakkan di titik fokus (So = f)
b. Mikroskop
Mikroskop adalah alat yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda yang
sangat kecil atau mikro agar tampak lebih besar dan jelas.
Berikut ini adalah gambar mikroskop dan bagian-bagiannya :
Mikroskop yang paling sederhana menggunakan kombinasi dua buah lensa
positif, dengan panjang titik fokus obyektif lebih kecil daripada jarak titik fokus
lensa okuler.
Prinsip kerja mikroskop adalah obyek ditempatkan di ruang dua lensa obyektif
sehingga terbentuk bayangan nyata, terbalik dan diperbesar. Lensa okuler
mempunyai peran seperti lup, sehingga pengamat dapat melakukan dua jenis
pengamatan yaitu dengan mata tak berakomodasi atau dengan mata berakomodasi
maksimum. Pilihan jenis pengamatan ini dapat dilakukan dengan cara menggeser
jarak benda terhadap lensa obyektif yang dilakukan dengan tombol soft
adjustment (tombol halus yang digunakan untuk menemukan fokus). Sifat
bayangan pada mikroskop secara keseluruhan; maya, terbalik dan diperbesar.
Perbesaran mikroskop pada adalah: =
Mata berakomodasi : = + 1
Mata tak berakomodasi : =
Gambar 6. Pembentukan Bayangan pada Mikroskop
Keterangan : Sob : jarak benda lensa obyektif (m)
S’ob : jarak bayangan lensa obyektif (m)
(4) Alat-alat Optik Lain
a. Teropong
Teropong atau teleskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat
benda-benda yang jauh sehingga tampak lebih jelas dan lebih dekat. Secara umum
teropong terdiri atas dua buah lensa positif. Satu lensa mengarah ke obyek dan
disebut lensa obyektif dan satu lensa mengarah ke mata dan disebut lensa okuler.
Berdasarkan fungsinya teropong dibagi menjadi :
1) Teropong bias astronomi
Teropong astronomi atau teropong bintang digunakan untuk mengamati
obyek-obyek yang ada di langit (bintang). Teropong bintang terdiri dari sebuah lensa
besar, sedangkan okulernya adalah sebuah lensa cembung dengan jarak fokus
pendek.
Pembentukan bayangan pada teropong dan sifat-sifat bayangannya.
Gambar 7. Pembentukan bayangan pada teropong
Panjang teropong : = +
Perbesaran teropong : =
2) Teropong Pantul Astronomi
Prinsip utama pembentukan bayangan pada teropong adalah: lensa obyektif
membentuk bayangan nyata dari sebuah obyek jauh dan lensa okuler berfungsi
sebagai lup. Dengan demikian cara mengamati obyek apakah mau dengan cara
berakomodasi maupun tidak berakomodasi tergantung dari posisi lensa okulernya.
Oleh karena itu jarak antara obyektif dan okuler dapat diubah-ubah.Panjang
Gambar 8. Teropong Pantul Astronomi
b. Periskop
Periskop adalah teropong yang dipasang pada anjungan kapal selam. Kegunaan
periskop adalah untuk mengintai kapal-kapal musuh atau melihat benda-benda di
atas permukaan laut sewaktu kapal selam sedang berada di bawah permukaan air.
Periskop terdiri atas sebuah lensa cembung obyektif dan dua buah prisma
siku-siku sama kaki (memiliki 3 sudut: 450, 450 dan 900), dan sebuah lensa cembung
okuler.
F. Kaitan Teori dengan Penelitian
Dalam penelitian ini teori digunakan sebagai dasar untuk :
1. Membuat treatment penelitian yaitu metode pembelajaran fisika dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Membuat instrumen penelitian berupa test prestasi untuk mengetahui prestasi
belajar siswa.
3. Menganalisis data yang diperoleh kemudian memperoleh bukti apakah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian ini berupa
penelitian komparatif kausal.
Disebut kuantitatif karena hasil penelitian ini berupa angka-angka yang akan
diolah dengan statistik untuk mengetahui perbandingan prestasi belajar siswa,
keterlibatan siswa dalam kerja kelompok danrespon siswa terhadap metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbandingan prestasi belajar siswa akan
dilihat berdasarkan tes prestasi, keterlibatan siswa dilakukan pengamatan oleh
penelitidan respon siswa terhadap metode diukur berdasarkan angket yang
disebarkan.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIC SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta, sejumlah 87 siswa.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan bulan April dan Mei 2012 di SMP Pangudi Luhur I
D. Treatment
1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dalam penelitian ini treatment yang akan digunakan adalah kegiatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok Alat-alat Optik. Proses
pembelajarannya sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Materi yang digunakan berupa buku teks, LKS serta sumber-sumber terbitan
lainnya atau materi yang dibuat oleh guru.
2) Menempatkan siswa ke dalam tim
Penempatan siswa ke dalam tim diatur sebagai berikut; tiap tim terdiri atas
level yang kinerjanya meliputi semua level dari yang rendah, sedang dan
tinggi, dan membagi rata level kinerja sedang dari semua tim yang ada di kelas.
Guru membuat daftar peringkat siswa dari yang tertinggi sampai yang
terendah berdasarkan nilai ujian tengah semester yang sudah berlangsung
antara tanggal 5-10 Maret 2012. Sebagai contoh ditunjukkan dalam tabel 2
berikut :
Tabel2. Daftar Peringkat Siswa
Peringkat Nama Tim
Siswa berprestasi tinggi 1 A
2 B
3 C
27 I
Siswa berprestasi rendah 28 I
29 H
30 G
31 F
32 E
33 D
34 C
35 B
36 A
Tiap tim harus terdiri atas empat anggota jika memungkinkan, sehingga jumlah
siswa yang ada di kelas dibagi ke jumlah tim yang akan dibentuk. Misalnya jika di
kelas ada 36 siswa maka guru akan membentuk sembilan tim yang masing-masing
beranggotakan empat orang.
b. Jadwal Kegiatan
STAD terdiri atas sebuah siklus instruksi kegiatan regular, sebagai berikut:
1) Pengajaran
Waktu: 1-2 JP
Gagasan Utama: menyampaikan pembelajaran
Materi yang dibutuhkan : Rencana pembelajaran
Waktu: 1-2 JP
Gagasan Utama: siswa-siswa belajar bersama dalam tim mereka untuk
menguasai materi.
Materi yang dibutuhkan : dua lembar kegiatan untuk tiap tim dan dua
lembar jawaban untuk tiap tim.
3) Tes (Ujian)
Waktu: 1 JP
Gagasan Utama: kuis individual
Materi yang dibutuhkan : satu kuis tiap anak
Mengingat kuis dilaksanakan pada akhir pertemuan dan membutuhkan
waktu 10-15 menit, maka peneliti menyiapkan dua butir soal untuk setiap
kali kuis. Soal kuis dapat dilihat padalampiran 9 halaman116.
4) Rekognasi Tim
Gagasan Utama: menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan
memberikan sertifikat atau bentuk-bentuk penghargaan lainnya.
c. Pembelajaran dengan RPP danLKS dapat dilihat pada lampiran no. 3hal. 75
dan no. 7 hal.94.
1. LKS (Lembar Kerja Siswa)
LKS merupakan panduan belajar bagi siswa dalam melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode STAD dengan topik Alat-alat
Optik. Soal-soal latihan yang tercantum dalam LKS dikerjakan oleh siswa
LKS yang digunakan adalah sebagai berikut :
Diskusi 1
1) Mengapa di tempat gelap kamu membuka mata selebar-lebarnya, sedangkan
ketika melihat sinar matahari yang terang kamu justru menyempitkan
matamu?
………
………
………
………..
LKS lengkap dapat dilihat pada lampiran 7, halaman 94.
2. Metode Ceramah
Metode ceramah ini digunakan sebagai pembanding dengan metode kooperatif
tipe STAD, apakah ada perbedaan terhadap prestasi siswa menggunakan metode
ceramah dengan metode kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah pembelajaran
metode ceramah yang digunakan adalah berupa pengajaran oleh guru, tanya jawab
antar guru dan siswa dan siswa mengerjakan soal. Kendati metode ceramah
sebagai pembanding, instrumen penelitian dan metode analisis datanya sama
seperti pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD. RPP untuk
E. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes prestasi, lembar
observasi siswa dan angket. Tes prestasi dilakukan untuk memperoleh data
kuantitatif mengenai pemahaman siswa mengenai pembelajaran alat-alat optik.
Lembar observasi digunakan untuk melihat keaktifan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Angket untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap
metode STAD dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi :
1. Tes Prestasi
Soal-soal pada tes prestasi ini disusun berdasarkan konsep-konsep yang berkaitan
dengan materi alat-alat optik.Tujuan dari tes ini adalah mengetahui pemahaman
siswa mengenai alat-alat optiksetelah mengikuti pembelajaran dengan metode
STAD dan metode ceramah. Soal disusun berdasarkan indikator pembelajaran
supaya dapat terdistribusi merata.
a. Kisi – kisi Penyusunan Soal Tes Prestasi
Pada tabel 3 berikut disajikan kisi-kisi penyusunan soal pretes :
Tabel3. Kisi-Kisi Soal Tes Prestasi Berdasarkan Tujuan Pembelajaran
Materi
Pokok
Tujuan Pembelajaran Nomor Soal
Alat
Optik
Menjelaskan fungsi mata sebagai alat optic 1
Menjelaskan beberapa cacat mata serta cara
menolong cacat mata
3, 4
Menyelidiki ciri-ciri kamera sebagai alat optic 5
Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja lup 6
Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja mikroskop 7
Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja teropong 8,9
Menjelaskan fungsi dan prinsip kerja periskop 10
b. Contoh soal tes prestasi
Tabel 4. Tes Prestasi
No. Tujuan Pembelajaran Soal Tes Prestasi
1. Menjelaskan fungsi
bagian-bagian mata
sebagai alat optik.
1. Sebutkan bagian-bagian mata sebagai alat
optik dan jelaskan fungsi tiap-tiap bagian!
(Skor : 5)
Soal tes prestasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5, halaman 88.
2. Lembar Pengamatan Perilaku Siswa
Lembar pengamatan digunakan untuk melihat keaktifan dan keterlibatan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Berikut ini adalah Tabel Format
Pengamatan Perilaku Berkarakter dan uraian Format Pengamatan Perilaku
Berkarakter yang kemudian dijabarkan dalam setiap siswa dengan contoh