• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI PADA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penataan PKL).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI PADA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penataan PKL)."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI PADA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA

( Studi Deskriptif Kualitatif Str ategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penataan PKL)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

TIARA ELISA PUTRI NPM : 0943010068

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

STRATEGI KOMUNIKASI PADA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA

( Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Sur abaya Dalam Penataan PKL)

Disusun Oleh:

Tiara Elisa Putri NPM : 0943010068

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 20 J uni 2013

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

Ir. Didiek Tranggono, M.Si Ir. Didiek Tranggono, M.Si

NIP. 19901225 199001 1001 NIP. 19901225 199001 1001

(3)

STRATEGI KOMUNIKASI PADA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO,

KECIL DAN MENENGAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif

Kualitatif Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah Pemerintah Kota Sur abaya Dalam Penataan PKL).

Disusun Oleh :

Tiara Elisa Putri NPM. 0943010068

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui

Pembimbing Utama

Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si NIP. 19581225 199001 1001

Mengetahui

Dekan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kekuatan-Nya

sehingga dapat menyelesaikan penyusunan penelitian dengan judul Strategi Kominukasi

Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya (

Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penataan PKL).

Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, pengarahan, petunjuk dan

bantuan berbagai pihak yang membantu dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis

tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga besar tercinta Papa, Mama, Kakak dan adik serta Burhan Abdul Rachman

yang selalu memberikan sesuatu yang terbaik dan kesabaran yang luar biasa untuk

selalu memberikan motivasi hingga detik terakhir penulis menyelesaikan penulisan

penelitian ini, I LOVE YOU ALL.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak IR. Didiek Tranggono,M.Si, Selaku Dosen pembimbing yang selalu

memberikan bimbingan dan dorongan demi terselesaikannya penyusunan proposal

penelitian ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

“Veteran” Jawa Timur.

5. Drs. Hadi Mulyono, MM, selaku Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

(5)

6. Drs. H. Mohammad. Djamal, MM selaku Kepala bidang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah.

7. Rekan-rekan kerja Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pemerintah Kota Surabaya.

8. Rekan-rekan PKL yang ada di Sentra PKL.

9. Semua sahabatku Ronggeng Mita, Acied, Desi, Rizka, Tyas yang telah memberikan

motivasi dan senantiasa menghibur disaat penulis mengalami kesulitan, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

10. Bebeb Ayumada yang telah setia menemani dari awal KKN hingga saat wawancara

ke sentra PKL. Semoga menyusul untuk menyandang gelar S.H

11. Si Vaio putihku yang senantiasa melancarkan proses pengetikan serta Vayo merah ku

yang selalu menemani kemana-mana sampai banjir pun tidak pernah rewel.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini tidak luput dari

kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak sebagai

bahan masukan. Mudah-mudahan magang ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak yang telah

membantu. Amiin.

Surabaya, 10 Juni 2013

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN DAN PERSETUJUAN...ii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

ABSTRAK...xi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang………...1

1.2Perumusan masalah………...9

1.3Tujuan Penelitian………...9

1.4Manfaat Penelitian………...10

BAB II KAJ IAN PUSTAKA...11

2.1 Penelitian Terdahulu………...11

2.2 Landasan Teori………...14

2.2.1 Pengertian Komunikasi……….…...14

2.2.2 Mengenal Khalayak...………...15

2.2.3 Strategi Komunikasi...………...17

2.2.4 Tujuan Strategi Komunikasi..………...19

2.2.5 Penataan PKL...20

(7)

2.2.7 Strategi Komunikasi Dalam Penataan PKL Melalui

Sosialisasi...27

2.2.8 Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya...28

2.2.9 Pedagang Kaki Lima...29

2.2.10 Penataan PKL Diatur Dalam Perda No. 17 Tahun 2003...30

2.2.11 Sentra PKL...33

2.3 Model Schramm...34

2.4 Kerangka Berfikir...37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...38

3.1 Devinisi Konseptual...38

3.2 Tipe Penelitian………...39

3.3 Lokasi Penelitian...39

3.4 Informan...39

3.5 Unit Analisis...……….…………...40

3.6 Teknik Pengumpulan Data………...40

3.7 Teknik Pengolahan Data………...41

3.8 Teknis Analisis Data...41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...42

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian...42

4.2 Penyajian Data...44

(8)

4.4 Penyajian Data dan Analisis Data...47

4.4.1 Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Dalam Sosialisasi...47

4.4.2 Pencapaian hasil Strategi Komunikasi Dalam Penataan PKL...55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...63

5.1 Kesimpulan...63

5.2 Saran...64

DAFTAR PUSTAKA...65

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Model Schramm...35

Gambar 2 : Bagan Kerangka Berfikir...37

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Guide Interview...67

Lampiran 2 : Transkrip Guide Interview...70

(11)

ABSTRAK

Tiara Elisa Putri, Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Sur abaya. ( Studi Deskr iptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikr o, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Sur abaya Dalam Penataan PKL).

Penelitian ini bertujuan menggambarkan strategi komunikasi yang dilakukan Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya. Dalam Penataan PKL ini dilakukan dengan cara sosialisasi. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Willbur Schramm bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran serta komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi balik, mentransmisikan dan menerima sinyal.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan dengan cara melakukan in depth interview kepada Kepala dan staf Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya sebagai key informan dan PKL sebagai informan sekaligus untuk menguji keabsahan data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan adalah dengan sosialisasi berupa memberikan bintek (bimbingan teknis), rapat koordinasi, dan penyuluhan dengan mendatangkan narasumber yang kompenten serta melakukan pedekatan kepada PKL.

Kata kunci : Strategi komunikasi, PKL, Penataan, Sosialisasi

ABSTRACT

Tiara Elisa Putri, Strategy Communications of Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Sur abaya. (Descriptive Qualitative Study of Strategy and Communications at Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Sur abaya in Str ucturing of street vendor ).

This study aims to the communication strategy that is done on Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya. In structuring of street vendor through socialization. According to the theory proposed by Schramm Willbur, that the similarity in the field of resource and experience is the real target communicated, because part of the signal that is shared equally by the source and target of communication as well as interaction with both parties encode, interpret, turning encode, transmits and receives signals.

(12)

outreach to bring resources and competent approach to street vendor.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata lain

communis yang berarti “sama”, communico, communication atau communicate yang

berarti “membuat sama” (to make common). (Mulyana, 2005:4). Komunikasi adalah

proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk menyampaikan

informasi atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan, maupun

tidak langsung melalui media. (Effendy, 2008:5). Berdasarkan devinisi Lasswell

komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

melalui media yang menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2007:10).

Seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu komunikasi pun menyelidiki gejala komunikasi.

Tidak hanya dengan pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi) tetapi juga secara

aksiologis (bagaimana berlangsungnya komunikasi yang efektif) dan secara

epistemologis (untuk apa komunikasi itu dilaksanakan). Proses komunikasi hakikatnya

adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada

orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain

yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,

kekhawatiran, kemarahanan, keberanian, kegairahan dan sebagainya yang timbul dari

lubuk hati. (Effendi, 2007:11)

Para ahli komunikasi, terutama di negara-negara yang sedang berkembang dalam

tahun ke tahun terakhir ini menumpahkan perhatiannya yang besar terhadap strategi

(14)

pembangunan nasional di negara masing-masing. Fokus perhatian ahli komunikasi ini

memang penting untuk ditujukan kepada strategi komunikasi ini, karena berhasil tidaknya

kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi.

Lebih-lebih dalam kegiatan komunikasi massa, tanpa strategi komunikasi, media massa yang

semakin modern, yang kini banyak dipergunakan di negara-negara yang sedang

berkembang karena mudahnya diperoleh dan relatif mudahnya dioperasionalkan, bukan

tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. (Effendy, 2008:28)

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

(management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut,

strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukan arah saja, tetapi harus

menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula strategi komunikasi

merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan

manajemen (management communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai

tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya

secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda

sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi. (Effendy, 2007:32)

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya,

Techniques for Communication, menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi

terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu to secure understanding, memastikan bahwa

komunikasi mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan

menerima, maka penerimaan itu harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya

(15)

Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi harus di

dukung oleh teori, sebab teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang

sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang sudah diketengahkan oleh para

ahli, tetapi untuk strategi komunikasi barangkali yang memadai untuk dijadikan

pendukung strategi komunikasi adalah apa yang dikemukakan oleh Harold Lasswell yang

terkenal. Harold D. Lasswell telah menghasilkan suatu pemikiran mengenai komunikasi

yang dituangkannya dalam bentuk paper yang kemudian dibuat dalam buku The

Communication of Ideas, suntingan Lyman Bryson. Lasswell menyatakan bahwa cara

yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who

Says What In Which Channel To Whom With What Effect?” (Effendy, 2008:29)

Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan komunikasi dan

manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi komunikasi perlu

disusun secara luwes, sehingga taktik operasional komunikasi dapat segera disesuaikan

dengan faktor-faktor yang berpengaruh. Untuk mencapai tujuan komunikasi secara

efektif, seseorang strategis komunikasi perlu memahami sifat-sifat komunikasi dan pesan,

guna dapat menentukan jenis media yang diambil dan teknik komunikasi yang akan

ditetapkan. (Effendi, 2008:34)

Dengan demikian, strategi komunikasi, baik secara makro (planned multimedia

strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai

fungsi ganda:

1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif

(16)

2. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan diperolehnya

dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang akan

merusak nilai-nilai budaya. (Effendy, 2008:28)

Proses komunikasi dinyatakan berhasil apabila komunikator mampu

menyampaikan pesan dan komunikan dapat menerima isi pesan sehingga dapat

menimbulkan efek, hal ini bisa dilakukan saat berlangsungnya sebuah program yang

ditujukan untuk kepentingan bersama, contohnya dalam penataan PKL melalui sosialisasi

sentra PKL.

Berdasarkan Perda No. 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan

Peraturan Walikota Surabaya No. 91 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi

Dinas Kota Surabaya, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Bidang Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah, Pemberdayaan Masyarakat, Otonomi Daerah, Pemerintahan

Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan

Persandian.

Dalam menyelenggarakan tugas, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah mempunyai fungsi perumusan kebijakan teknis di bidang Koperasi dan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan

umum, pembinaan dan pelaksanaan tugas, pengelolaan ketatausahaan Dinas dan

pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mempunyai program

(17)

penataan pedagang kaki lima (PKL). Dalam program penataan pedagang kaki lima (PKL)

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mempunyai visi dan misi yaitu

menangani kemiskinan/PKL secara bijaksana, cerdas, peduli terhadap penataan PKL serta

meneningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui

beberapa program kegiatan yang mampu mendukung terwujudnya penataan dan

pembinaan usaha sektor informal secara profesional dan modern.

Penataan PKL telah menjadi perhatian khusus belakangan ini, terutama terkait

dengan adanya transformasi kekuasaan sekaligus menumbangkan peradigma sentralisasi

menjadi paradigma desentralisasi dan otonomi daerah seperti munculnya Perda No. 17

Tahun 2003 tentang penataan PKL di Surabaya. Meskipun penataan sudah dilaksanakan

dan mendapatkan hasil sesuai harapan, namun banyak juga yang belum memahami

konsep penataan sesungguhnya. Penataan PKL sesungguhnya berarti usaha atau proses

untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan masyarakat mengatur dirinya dari

kegiatan usaha yang belum ditata dengan baik dan teratur, sehingga mampu

mengindentifikasi dan mengetahui permasalahan sebagai masyarakat yang patuh terhadap

segala peraturan dan menganalisa berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

sehingga untuk selanjutnya mampu merencanakan berbagai program pembangunan di

daerahnya.

Maksud dari penataan PKL adalah untuk memberikan solusi atau menjawab

permasalahan PKL dan dampaknya, sehingga masalah yang dapat terkendali dengan

efektif, sedangkan tujuannya adalah agar terwujudnya kehidupan usaha PKL di wilayah

(18)

Kota Surabaya sebagai ibu kota dari Propinsi Jawa Timur kerap dijadikan sebagai

percontohan kota lain dari sektor apapun, terutama masalah PKL yang kita jumpai di

sudut-sudut kota bahkan PKL yang berada di pinggir jalan dan trotoar mulai berkurang,

Karena kini Kota Surabaya mempunyai 21 sentra PKL yang tersebar di kota Surabaya

terhitung sejak awal tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Meskipun jumlah PKL di

Surabaya relatif menurun terhitung mulai tahun 2010 sebanyak 13.255 PKL, tahun 2011

sebanyak 13.015 PKL, dan di tahun 2012 sebanyak 9.002 PKL. Hal ini dapat diketahui

keberhasilan pemerintah dalam melaksanakan penataan PKL, akan tetapi Pemerintah

masih terus memikirkan bagaimana mengatur strategi untuk menertibkan PKL, ini

dikarenakan kota Surabaya terkenal akan wisata kulinernya dan pedagang yang berjualan

pun bukan warga asli kota Surabaya, melainkan pendatang dari Pulau madura dan daerah

kecil lainnya yang mengadu nasib di kota Surabaya. Maka Pemerintah Kota Surabaya

bersama Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah membentuk program

penataan pedagang kaki lima melalui dibangun dan dibentuknya sentra PKL sebagai

pusat pedagang kaki lima.

Sentra PKL adalah tempat berkumpulnya pedagang kaki lima yang sengaja

dibentuk dan dibangun oleh pemerintah kota Surabaya di bawah binaan Dinas Koperasi

dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk menjual dagangannya seperti makanan dan

minuman terutama PKL yang masih berada di pinggir jalan serta trotoar dan

berpencar-pencar sebagai wujud penataan PKL.

Untuk mensukseskan program tersebut maka langkah awal yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Surabaya adalah mengajak para PKL untuk bekerja sama membangun

(19)

Berkilau dengan cara menempati dan menggunakan sentra PKL yang telah disediakan

melalui penataan tersebut dengan sosialisasi.

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan

aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory)

karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh

individu. (http://id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi). Sedangkan menurut Paul B, Horton

dan chester. L. Hunt mengatakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang

menghayati (mendarahdagingkan-internalize) norma-norma kelompok dimana dia hidup

sehingga timbullah diri/self yang unik (Sutaryo, 2005:156)

Sosialisasi dilakukan sebagai proses penyampaian informasi kepada khalayak

yang mempunyai tujuan tertentu dan suatu proses yang amat besar signifikasinya bagi

kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Artinya hanya lewat proses-proses sosialisasi

itu sajalah norma-norma sosial yang menjadi determinan segala keadaan tertib sosial itu

dapat diwariskan dan diteruskan dari generasi ke generasi guna menjamin kelangsungan

keadaan tertib masyarakat.(Narwoko,2004 : 78)

Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah telah menjadi agenda rutin. Tiap satu bulannya diadakan sosialisasi ke 3 sentra

PKL, sehingga setiap tahunnya 1 sentra PKL mendapatkan 2 kali sosialisasi. Sosialisasi

ini berbentuk penyuluhan, bimbingan teknis, dan rapat koordinasi. Penyuluhan dan

bimbingan teknis sifatnya terjadwal sesuai target, sedangka rapat koordinasi adalah rapat

yang sifatnya mendadak dan secara spontan jika mengalami suatu masalah. Lokasi

(20)

dilakukan di dalam ruangan sehingga suasana terasa nyaman. Pelaksanaan sosialisasi juga

selalu mendatangkan nara sumber, contohnya mendatangkan ahli gizi, Dinas Pertenakan,

Dinas perikanan dan sebagainya.

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota

Surabaya perlu membuat strategi komunikasi dalam penataan PKL guna menarik minat

PKL untuk menempati dan berjualan di sentra PKL dan mau bekerja sama dengan

Pemerintah Kota Surabaya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui Bagaimanakah Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam penataan PKL.

1.2Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas dapat

dikemukakan suatu perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Strategi Komunikasi pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam mensosialisasikan sentra PKL?

2. Bagaimana pencapaian hasil strategi komunikasi pada Dinas Koperasi dan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam penataan PKL?

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam mensosialisasikan

(21)

2. Untuk mengetahui pencapaian hasil strategi komunikasi pada Dinas Koperasi dan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam penataan PKL.

1.4Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi pengembangan ilmu

komunikasi khususnya dalam bidang public relation yang diterapkan dalam

berkomunikasi dengan khalayak luas.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Koperasi dan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya sebagai tolak ukur akan

penyampaian strategi komunikasi dalam mensosialisasikan sentra PKL. Serta untuk

menambah pengetahuan dan perkembangan ilmu komunikasi strategi komunikasi

dalam mensosialisasikan sentra PKL. Dalam hal ini khususnya mahasiswa yang

(22)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1Penelitian Terdahulu

Strategi Komunikasi Pembinaan Pembudidayaan Kambing Boer untuk

Meningkatkan Taraf Ekonomi Masyarakat di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari,

Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur, Siti Azizah 2009. Berbagai cara untuk

mengangkat peternak kecil di Indonesia telah dilakukan oleh pemerintah, universitas,

LSM dan organisasi lainnya dan salah satu cara upaya untuk mengentas kemiskinan yang

merupakan problem negara kita adalah pembangunan peternakan yang mampu

meningkatkan pendapatan masyarakat dan menurunkan angka kemiskinan di perdesaan

secara signifikan.

Pemilihan kambing boer sebagai komoditas penelitian adalah didasarkan kepada

kemudahannya dikembangbiakan dan relatif cepat dalam putaran produksinya sehingga

membantu peternak kecil karena modalnya yang relatif kecil dan mudah menghasilkan

uang secara singkat. Penelitian ini ditujukan untuk membangun sebuah strategi

komunikasi untuk mensejahterakan kehidupan rumah tangga peternak kecil di Desa

Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur.

Metode penelitian yang digunakan dalam peneletian ini adalah observasi dan

pertisipasi, serta wawancara (in depth interview) dengan menggunakan kuesioner dan

trigulasi data. Sampel diambil dari dua pihak yaitu key informans dan masyarakat yang

berada di bawah garis kemiskinan yang menjadi sasaran program, dan teknik

pengambilan sampel adalah purposeful selection. Pada awal pencarian responden,

(23)

yaitu menanyakan responden berikutnya dari responden yang sudah ada. Hal ini

berfungsi untuk mencari responden sesuai dengan kriteria responden awal yang sudah

ditentukan (sesuai karakteristik purposeful selection di atas.

Hasil dari survei menunjukan bahwa pengetahuan peternak terbatas pada masalah

peternakan di desa mereka, alasannya mereka tidak dapat mengakses informasi tentang

masalah peternakan di luar desa, dikarenakan mereka mempunyai kesibukan diluar

berternak, mereka juga kekurangan secara finansial untuk memiliki televisi,surat kabar.

Masyarakat mengharapkan juga program kambing boer ini mampu memberikan inovasi

yang benar-benar baru serta mereka masih mempermasalahkan kurangnya modal yang

mereka miliki serta kurangnya pengetahuan tentang memelihara kambing boer. Yang

diharapkan dari penelitian ini agar pihak-pihak yang terkait dapat memperluas akses para

peternak terhadap informasi-informasi terbaru tentang dunia pertenakan, misalnya dengan

mengadakan kelompok diskusi yang mengangkat masalah-masalah dunia pertenakan

terbaru.

Kesimpulannya tidak ada strategi komunikasi dapat diterapkan tanpa adanya

keterlibatan peran orang luar (outsiders) sebagai fasilitator pembangunan. Dari ketiga

strategi pembangunan pertanian yang disajikan semua mengutamakan konsep partisipasi

dan pemberdayaan, perbedaannya terletak pada tujuan, proses dan pendekatannya,

aplikasinya disesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat sasaran. Keberhasilan

strategi komunikasi harus didukung oleh teori komunikasi yang relevan sebagai alat

analisannya, yang memungkinkan terjadi efek komunikasi, seperti membangkitkan

perhatian (attenion), menumbuhkan minat (interest), hasrat melakukan (desire),

(24)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada penelitian sekarang

yang dilakukan memiliki perbedaan dan persamaan dengan penelitian terdahulu.

Perbedaan dan persamaan pada penelitian terdahulu dengan sekarang terletak pada

metodologi dan pencarian respondennya. Metodologi penelitian terdahulu dengan

sekarang sama menggunakan kualitatif (in depth interview). Dalam pencarian responden

penelitian terdahulu menggunakan teknik snowball akan tetapi penelitian sekarang tidak

menggunakan teknik tersebut.

Persamaan penelitian terdahulu dengan sekarang adalah sama-sama menggunakan

sosialisasi kepada masyarakat, akan tetapi sosialisasi yang dilakukan penelitian sekarang

tidak menggunakan media massa, teknik pengumpulan datanya sama-sama menggunakan

in depth interview dan observasi. Penelitian terdahulu tidak menjelaskan secara detail

teori apa yang digunakan dalam penelitian, akan tetapi mereka juga memasukan sekilas

teori Harold D. Lasswell sebagai teori strategi komunikasi sendiri. Teori yang digunakan

penelitian sekarang adalah teori model Schramm dan tetap memasukan sedikit Harold D.

Lasswell sebagai teori dari strategi komunikasi sendiri.

2.2Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari kata latin yaitu communication, dan bersumber

dari kata communis yang berarti sama. Maksud kata sama adalah persamaan makna.

(Effendy, 1999:9) Menurut Hovland, komunikasi adalah “ the process to modify the

(25)

perilaku orang lain. Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat atau

perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif. (Effendy, 1999:10)

Lasswell berpendapat bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi

adalah dengan menjawab pertanyaan : “Who Says What In Which Channel To Whom

With What Effect?”. Hal tersebut menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur

sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan,yaitu komunikator (source sender), pesan

(message), media (channel), komunikan (receiver), efek (effect). Berdasarkan paradikma

Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator

kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Pada hakikatnya, proses komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran itu bisa

merupakan gagasan, informasi, opini dan lain sebagainya yang muncul dari benaknya

(effendy, 1999 :11).

2.2.2 Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bagi komunikator

dalam usaha komunikasi yang efektif. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam proses

komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melainkan aktif, sehingga antara

komunikator dan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling

mempengaruhi. Artinya khalayak dapat dipengaruhi, oleh komunikator tetapi

komunikator juga dapat dipengaruhi oleh komunikan atau khalayak. (Fajar, 2009:184)

Dalam proses komunikasi, baik komunikator maupun khalayak mempunyai

(26)

berlangsung. Justru itu, untuk berlangsungnya suatu komunikasi dan kemudian

tercapainya hasil yang positif, maka komunikator harus menciptakan persamaan

kepentingan dengan khalayak terutamadalam pesan, metoda dan media. Untuk

menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengerti dan

memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi khalayak secara tepat dan

seksama, yang meliputi:

1. Kondisi kepribandian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri dari :

a. Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan,

b. Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media yang digunakan,

c. Pengetahuan khalayak terhadap perbedaan kata-kata yang digunakan,

2. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma kelompok dan

masyarakat yang ada,

3. Situasi di mana khalayak itu berada.

Dengan sendirinya hal-hal tersebut dapat diketahui melalui orientasi, penjajakan

atau penelitian. Kesemuanya ini merupakan usaha untuk mengadakan identifikasi

mengenai publik. Dalam observasi atau penelitian, publik dapat diidentivikasi dari

beberapa segi. Dari segi pengatahuan khalayak misalnya terhadap pesan-pesan yang

disampaikan, dapat ditemukan khalayak yang tidak memiliki pengetahuan, memiliki

hanya sedikit, memliki banyak dan yang ahli tentang masalah yang disajikan. Sedang dari

segi sikap khalayak yang setuju, ragu-ragu dan menolak. Demikian juga dari segi

kesediaan khalayak menerima pengaruh, khususnya menganai inovasi, melalui penelitian

dapat diperoleh identivikasi publik atau khalayak, dalam hal ini Schoen-feld (dalam

(27)

1. Innovator ataupun penemu idea adalah orang-orang yang kaya akan idea baru dan

karenanya mudah atau sukar menerima idea baru orang lain.

2. Early adopters atau orang-orang yang cepat bersedia untuk mencoba apa yang

dianjurkan kepadanya.

3. Early Majority atau kelompok orang-orang yang mudah menerima idea-idea baru asal

saja sudah diterima oleh orang banyak.

4. Majority atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima atau menolak idea

baru, terbatas pada suatu daerah.

5. Non-adopters ataupun orang-orang yang tidak suka menerima idea baru dan

mengadakan perubahan-perubahan atas pendapatnnya yang semula. (Fajar, 2009:185)

2.2.3 Strategi Komunikasi

Sondang P. Siagian (1985:21) berpendapat bahwa strategi adalah cara-cara yang

sifatnya mendasar dan fundamental oleh suatu hubungan untuk mencapai tujuan dan

berbagai sasaran dengan selalu memperhitungkan kendala lingkungannya yang pasti akan

dihadapi. Menurut Tunggal (1995:130) menganggap strategi adalah suatu cara atau taktik

rencana dasar yang menyeluruh dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh

sebuah hubungan untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa saran.

Strategi komunikasi merupakan tahapan penting dari proses pengambilan

keputusan untuk bertindak atas sesuatu program pembangunan yang ingin

diimplementasikan. Strategi komunikasi akan menentukan langkah-langkah efektif cara

melakukannya. Setiap strategi memerlukan penekanan yang berbeda dalam proses

(28)

adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu

tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta

jalan yang menunjukan arah saja, tetapi harus menunjukan bagaimana taktik

operasionalnya. (Effendi, 2007:32)

Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan komunikasi dan

manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Strategi komunikasi perlu

disusun secara luwes, sehingga taktik operasional komunikasi dapat segera disesuaikan

dengan faktor-faktor yang berpengaruh. Untuk mencapai tujuan komunikasi secara

efektif dapat dilakukan dengan cara bagaimana mengubah sikap, bagaimana mengubah

opini, dan bagaimana mengubah perilaku.

Gejala-gejala psikis komunikan sangat perlu diketahui oleh seorang komunikator.

Gejala-gejala psikis tersebut biasanya dapat dipahami bila diketahui pula lingkungan

pergaulan komunikan yang dalam hal ini biasanya disebut situasi sosial. Jika sudah

mengetahui sifat-sifat komunikan, dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari

mereka, memilih cara mana yang kita ambil untuk berkomunikasi sangatlah penting,

karena ada kaitannya dengan media yang harus digunakan.

Cara bagaimana kita berkomunikasi (how to communicate). Pertama dengan cara

komunikasi tatap muka, kedua dengan cara komunikasi bermedia. Komunikasi tatap

muka dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku (behaviour

change) dari komunikan. Mengapa demikian?, karena pada saat berkomunikasi

memerlukan umpan balik langsung (immediate feedback). Dengan saling melihat,

sebagai komunikator bisa mengetahui saat berlangsungnya komunikasi apakah

(29)

yang positif maka cara komunikasi yang digunakan dapat dipertahankan, jika sebaliknya

maka perlu adanya perubahan teknik komunikasi sehingga komunikasi dinyatakan

berhasil. (Effendi, 2008:32)

Komunikasi bermedia (public media dan mass media) pada umumnya banyak

digunakan untuk komunikasi informatif, karena tidak begitu ampuh untuk mengubah

tingkah laku. Lebih-lebih media massa. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa

media massa kurang sekali keampuhannya dalam mengubah tingkah laku komunikan.

Walaupun demikian tetap ada untung ruginya. Kelemahan komunikasi bermedia adalah

tidak persuasif, sebaliknya kekuatannya dapat mencapai komunikan dalam jumlah besar.

Komunikasi tatap muka kekuatannya adalah dalam hal mengubah tingkah laku

komunikan, tetapi kelemahannya adalah bahwa komunikan yang dapat diubah tingkah

lakunya itu relatif hanya sedikit saja, sejauh bisa berdialog dengannya. Atas dasar itulah,

maka kalau hendak mengubah tingkah laku sejumlah komunikan, kita harus membaginya

menjadi kelompok-kelompok kecil sehingga dapa berdialog dengannya. (Effendy,

2003:303)

2.2.4 Tujuan Str ategi Komunikasi

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya,

Techniques for Communication, menyatakan bahwa tujuan strategi komunikasi adalah :

1. To secure understanding, untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam

berkomunikasi.

2. To establish acceptance, bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik.

(30)

4. The goals which the communicator sought to achieve, bagaimana mencapai tujuan

yang hendak dicapai oleh pihak komunikator tersebut.

2.2.5 Penataan PKL

Pengertian penataan dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pola

tata perencanaan yang terorganisir untuk sebuah kota dalam membangun, misalnya jalan,

taman, tempat usaha dan tempat tinggal agar kota itu tampak apik, nyaman, indah,

berlingkungan sehat dan terarah perluasannya pada masa depan. Yang dimaksud dengan

penataan menurut Perda No.17 Tahun 2003 adalah kegiatan yang dilakukann dalam

rangka mengatur kawasan, lokasi, waktu, jenis barang yang diperdagangkan, alat praga

dan batasan jumlah pedagang kaki lima (PKL).

Penataan menurut Keputusan Walikota Surabaya Nomor 17 Tahun 2004 adalah

kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengatur kawasan, lokasi, waktu, jenis barang

yang diperdagangkan, alat praga dan batasan jumlah PKL dikawasan tertentu. Sedangkan

menurut Supriyatno (1996:121) dalam tata ruang dalam pembangunan Nasional

Indonesia yang dimaksud penataan adalah serangkaian kegiatan dalam rangka

melaksanakan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi pembangunan fisik kota, kawasan

atau desa berdasarkan rencana tata ruang yang ada sehingga tercapai yang efisiensi dalam

pemanfaatan sumber dana, tenaga dan lahan atau ruang, dan juga dapat meningkatkan

produktifitas, pemerataan dan perluasan kesempatan kerja, peningkatan kondisi sosial

ekonomi, pelestarian budaya dan sejarah serta perbaikan lingkungan hidup.

Dalam penataan PKL terdapat strategi penataan untuk memindahkan PKL ke

(31)

lokasi yang ada, peningkatan alternatif tata cara penataan ditinjau dari sisi usaha, perilaku

usaha melalui pembinaan kelompok, dan penetapan prioritas penataan berdasarkan lokasi

krisis melalui penyelesaian masalah di lokasi, pemantapan kondisi di lokasi dan

pengendalian tingkat pertumbuhan jumlah dan mengembangkan program antisipasi.

2.2.6 Sosialisasi

Bagi Dominick, sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of

values) yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan

nilai-nilai dari suatu kelompok.(Effendi, 2007:31). Sementara itu Wright mengatakan bahwa

sosialisasi adalah proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompoknya dan

menginternalisasikan (sampai tingkat tertentu) norma-norma sosialnya, sehingga

membimbing orang tersebut untuk memperhitungkan harapan-harapan orang lain.

(Sutaryo, 2005:156)

Proses sosialisasi itu betul-betul merupakan suatu proses yang amat besar

signifikasinya bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Artinya hanya lewat

proses-proses sosialisasi itu sajalah norma-norma sosial yang menjadi determinan segala

keadaan tertib sosial itu dapat diwariskan dan diteruskan dari generasi ke generasi

(dengan ataupun tanpa perubahan). Itulah sebabnya mengapa masyarakat tidak dapat

tidak harus segera dan secara terus menerus melaksanakan proses sosialisasi terhadap

individu-individu warganya. Kiranya tanpa mengalami proses sosialisasi yang memadai

tidak mungkin seseorang warga masyarakat akan dapat hidup normal tanpa menjumpai

(32)

Kesulitan-kesulitan yang cukup besar pasti akan menimpa setiap individu yang

tidak berkesempatan mendapatkan sosialisasi yang memadai yang karenanya akan gagal

di dalam usaha-usahanya untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial,

khususnya dengan tingkah pekerti-tingkah pekerti orang lain di dalam masyarakat. Bagi

masyarakat sendiri, kegagalan-kegagalan demikian tentu saja akan dorasakan pula

sebagai sesuatu hal yang amat menyulitkan dan pastinya akan mengganggu kelangsungan

keadaan tertib masyarakat. Demikianlah sesungguhnya, sosialisasi harus dilaksanakan

bukan hanya untuk kepentingan masyarakat saja, tetapi sekaligus dirasakan pula sebagai

kepentingan warga masyarakat sendiri secara individual. (Narwoko, 2004:76)

Dalam bersosialisasi terlebih dulu harus mengatahui jenis- jenis sosialisasi,

keluarga sebagai perantara sosialisasi primer. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi

menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam

masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total,

yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat

sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka

waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung dan diatur secara

formal.

a. Sosialisasi primer

Peter. L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai

sosialisasi pertama yang dijalankan individu semasa kecil dengan belajar menjadi

anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5

saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mengenal anggota keluarga dan lingkungan

(33)

sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak

menjadi penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di

dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian

dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

b. Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi

primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat.

Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi,

seseorang diberi suatu identitasdiri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi,

seseorang mengalami ‘pencabutan’ identitas diri yang lama.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi.

Adapun pihak-pihak -pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi, pihak

tersebut dinamakan sebagai agen sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama,

yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.

Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan

satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi

bertentangan dengan apa yang diajarkan agen sosialisasi lain. Misalanya, di sekolah

anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum-minuman keras, dan menggunakan

obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari

teman-teman sebaya atau media massa.

Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh

(34)

lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik

pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.

a. Keluarga

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara

kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama

dalam satu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan

diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu

rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman,

dan bibi disamping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat

penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada di luar anggota

kerabat biologis seorang anak. Kadang kala terdapat agen sosialisasi yang merupakan

anggota kerabat. Sosiaalisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan

atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok

atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai

peranan (rolo theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang

harus dijalankan oleh individu.

b. Teman Pergaulan

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan

manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain

dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan

pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain

adalahpada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk

(35)

melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan),

sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi

dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok

bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang

kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

c. Lembaga pendidikan formal (sekolah)

Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal, seseorang belajar membaca,

menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai

kemandirian (independence), prestasi (achieveement), universalisme, dan kekhasan

(specificity). Dilingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang

tuanyadalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi disekolah sebagian besar tugas

sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

d. Media massa

Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar,

majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh

media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Contoh:

Penayangan acara Smack Down di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan

perilaku anak-anak dalam beberapa kasus. Iklan produk-produk tertentu telah

meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.

Menurut M. Dahlan Y. A Barry, L Lya Sofyan Yacub didalam kamusnya (2003 : 154),

Sosialisasi adalah proses dimana seorang anak atau seorang individu beradaptasi

(36)

milik umum. Dari definisi diatas bahwa dapat disimpulkan oleh penulis sosialisasi

adalah suatu kegiatan interaksi yang dilakukan oleh masyarakat untuk beradaptasi

dengan lingkungan sekitar. http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi

2.2.7 Strategi Komunikasi Dalam Penataan PKL Melalui Sosialisasi

Dalam pelaksanakan penataan PKL, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah mempunyai strategi komunikasi untuk menghimbau pedagang kaki lima

(PKL) dengan cara melakukan sosialisasi kepeda mereka, sosialisasi ini berbentuk

penyuluhan, bimbingan teknis, dan rapat koordinasi. Penyuluhan dan bimbingan teknis

sifatnya terjadwal sesuai target, sedangka rapat koordinasi adalah rapat yang sifatnya

mendadak dan secara spontan jika mengalami suatu masalah. Diharapkan PKL selaku

komunikan mampu menerima isi pesan yang berbentuk informasi tentang penataan PKL

sehingga dapat diimplementasikan melalui penempatan sentra PKL sesuai yang

diharapkan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah selaku

komunikator.

Strategi komunikasi ini perlu disusun sehingga taktik operasional komunikasi

dapat segera disesuaikan dengan faktor-faktor yang berpengaruh. Untuk mencapai tujuan

komunikasi secara efektif, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah perlu

memahami sifat-sifat komunikasi dan pesan, guna dapat menentukan teknik komunikasi

(37)

2.2.8 Dinas Koperasi dan Usaha Mikr o, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota

Sur abaya

Berdasarkan Perda No. 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan

Peraturan Walikota Surabaya No. 91 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi

Dinas Kota Surabaya, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Bidang Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah, Pemberdayaan Masyarakat, Otonomi Daerah, Pemerintahan

Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan

Persandian.

Dalam menyelenggarakan tugas, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah mempunyai fungsi perumusan kebijakan teknis di bidang Koperasi dan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan

umum, pembinaan dan pelaksanaan tugas, pengelolaan ketatausahaan Dinas dan

pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mempunyai visi dan misi

yaitu koperasi dan usaha mikro, Kecil dan Menengah yang berkualitas dan peduli serta

mewujudkan Koperasi dengan Kualitas Baik, mewujudkan usaha kecil dan mikro yang

terbina, mewujudkan PKL dan sektor informal lain yang terbina. Dinas Koperasi dan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mempunyai program kerja yaitu pengembangan

koperasi dan usaha mikro, kecil, menengah dan investasi serta penataan pedagang kaki

(38)

2.2.9 Pedagang Kaki Lima

Di dalam PERDA No. 10 tahun 1987 pedagang kaki lima merupakan pedagang

yang memanfaatkan tempat kosong / ruang kosong di pinggir-pinggir jalan misal trotoar.

Dan yang dimaksud dengan PKL menurut PERDA No. 17 tahun 2003 adalah pedagang

yang menjalankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan

sarana / perlengkapan yang mudah dipindahkan, di bongkar pasang dan mempergunakan

fasilitas umum sebagai tempat usahanya. Sedangkan yang dimaksud dengan PKL

menurut Muning, Chris dan Tadjudin Noer Efendi (1991 : 250) adalah perusahaan kecil

yang mandiri namun ia terkait dengan jaringan sosial ekonomi yang ruwet, berhubungan

tidak hanya dengan penyalur, saingan dan langganannya, tetapi juga dengan pemberian

jaminan, pemberian perlengkapan, petugas-petugas dan beraneka ragam macam perantara

resmi maupun privat. Provesi yang banyak membutuhkan banyak ketrampilan dan

jarinagn sosial yang kuat agar berhasil.

Dari pengertian tersebut diatas jadi yang dimaksud PKL adalah Kegiatan usaha

yang dilakukan para pedagang yang menempati ruang kosong di pinggir-pinggir jalan

seperti trotoar, taman-taman kota dan tempat usaha lainnya yang bukan miliknya.

2.2.10 Penataan PKL Diatur Dalam Perda No 17 tahun 2003

Bab II, Pasal 2, penataan tempat usaha :

1. Kegiatan usaha perdagangan kaki Lima dapat dilakukan di daerah:

2. Kepala daerah berwenang untuk menetapkan, memindahkan dan menghapus lokasi

(39)

3. Penetapan, pemindahan dan penghapusan lokasi PKL sebagaimana di maksud pada

ayat (2), diatur dengan memperhatikan kepentingan sosial, ekonomi, ketertiban dan

kebersihan lingkungan sekitarnya;

4. Kepala daerah berwenang melarang penggunaan lahan fasilitas umum tertentu untuk

tempat usaha PKL atau sebagai lokasi PKL,

5. Setiap orang dilarang melakukan transaksi perdagangan dengan PKL pada

fasilitas-fasilitas umum dilarang digunakan untuk tempat usaha atau lokasi usaha PKL

sebagaimana di maksud pada ayat (4)

Pasal 3, Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk berwenang

a. Menetapkan dan mengatur waktu kegiatan usaha PKL

b. Menetapkan dan mengatur jumlah PKL pada setiap lokasi PKL

c. Menetapkan jenis barang yang diperdagangkan

d. Mengatur alat peraga PKL

Pengawasan dan Penertiban

Bab V, pasal 9 ;

1. Kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pengawasan

atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini ;

2. Kesatuan Polisi Pamong Praja atau Instansi lain yang mempunyai tugas untuk

menegakkan peraturan Daerah berwenang melaksanakan penertiban atas pelanggaran

peraturan daerah ini sesuai dengan ketentuan berlaku

(40)

Tata cara pengawasan dan penertiban dalam keputusan wali kota surabaya pada pasal (9)

yaitu;

1. Apabila PKL melakukan pelanggaran terhadap ketemuan pasal (5) dan (6) Peraturan

Daerah, maka camat berwenang memberikan peringatan pertama untuk melaksanakan

Peraturan Daerah tersebut kepada PKL dimaksud;

2. Apabila setelah 3 (tiga) hari sejak peringatan ke dua PKL tetap melakukan

pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka Kepala Dinas Koperasi dan

PKM atas usul Camat yang bersangkutan berwenang melakukan pencabutan terhadap

tanda daftar usaha PKL di maksud.

Keputusan Walikota Surabaya No 17 / 2004 Pasal 10

1. Apabila PKL melakukan pelanggaran terhadap ketentuan pasal 4 ayat (1) Peraturan

Daerah, maka Kesatuan Polisi Pamong Prja berwenang memberikan peringatan

kepada PKL yang bersangkutan untuk membongkar / memindahkan sarana usaha dan

atau mengeluarkan sendiri barang dagangan yang dipergunakan untuk usaha PKL dari

lokasi PKL

2. Dalam hal ini peringatan sebagaimana di maksdu pada ayat (1), tidak dipatuhi, maka

Kesatuan Polisi Pamong Praja berwenang untuk melakukan pembongkaran sarana

usaha, mengeluarkan barang dagangan di maksud dan atau melakukan penyidikan

dalam rangka pengenaan sanksi pidana;

3. Apbila Tanda Daftar Usaha telah dicabut sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat

(3), maka Kesatuan Polisi Pamong Praja berwenang membongkar / memindahkan

sarana usaha dan atau mengeluarkan barang dagangan yang dipergunakan untuk usaha

(41)

4. Dalam melaksanakan penertiban, Kesatuan Polisi Pamong Praja dapat berkoordinasi

dengan instansi terkait.

Penetapan , Pemindahan Dan Penghapusan Lokasi Pedagang Kaki Lima

Bab IV, Pasal 5 :

1. Kepala daerah menetapkan, memindahkan dan menghapus lokasi pedagang kaki lima

di sarankan atas petimbangan tim peataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima yang

dibentuk oleh Kepala Daerah.

2. Lokasi pedagang kaki lima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas

umum yang dikuasai Pemerintah Daerah termasuk sarana / prasarana yang ada.

3. Pemindahan PKL dari lokasi PKL ke fasilitas umum / tempat yang tidak dalam

penguasaan Pemerintah Daerah dilaksanakan atas persetujuan pemiliknya.

Bab II, Pasal 2

1. Penataan dan pemberdayaan PKL dimaksdukan untuk memerikan kepastian usaha,

perlindungan serta pembangunan usaha, perlindungan serta pengembangan usaha

pedagang kaki lima yang tertib, teratur, aman, serasi, selaras dan seimbang dengan

lingkungan .

2. Penataan dan pemberdayaan PKL bertujuan untuk :

a. Mewujudkan PKL sebagai pelaku usaha keil yang terdaftar dan berhak mendapat

perlindungan dan usahanya pada lokasi yang ditetapkan

b. Mengembangkan ekonomi sektor informal melalui pembinaan PKL serta

mewujudkan harmonisasi keberadaan PKL dengan lingkungannya.

3. Sasaran penataan dan pemberdayaan PKL :

(42)

b. Terwujudnya tertib hukum

c. Terciptanya keseimbangan, keselarasan dan keserasian keberadaan PKL dengan

lingkungannya

d. Meningkatkan kinerja usaha PKL menjadi kelompok yang resmi sebagai sasaran

binaan

e. Terwujudnya dukungan ruang bagi keberadaan PKL

f. Terciptanya keberadaan PKL yang harmonis dengan kegiatan usaha lain.

2.2.11 Sentra PKL

Sentra dalam bahasa inggris mempunyai arti tempat yang terletak di

tengah-tengah atau titik pusat, sedangkan PKL sendiri adalah singkatan dari pedagang kaki lima,

maka sentra PKL adalah tempat berkumpulnya pedagang kaki lima yang sengaja

dibentuk dan dibangun untuk menjual dagangannya seperti makanan dan minuman

terutama PKL yang masih berada di pinggir jalan serta trotoar dan berpencar-pencar

sebagai wujud pemberdayaan dan penataan PKL.

2.3Model Schramm

Wilbur Schramm membuat serangkaian model komunikasi, dimulai dengan model

komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang

memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke

model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu. Model pertama mirip dengan

model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya yang kedua Schramm memperkenalkan

(43)

sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber

dan sasaran. Model ketiga Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan

kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi balik, mentransmisikan dan

menerima sinyal. Disini kita lihat umpan balik dan lingkaran yang berkelanjutan untuk

berbagai informasi. (Mulyana. 2007:151)

Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga

unsur: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination). Sumber boleh jadi

seorang individu (berbicara, menulis, menggambar, memberi isyarat) atau suatu

organisasi komunikasi (seperti sebuah surat kabar, penerbit, stasiun televisi, atau studio

film). Pesan dapat dibentuk tinta

pada kertas, gelombang suara di udara, implus dalam arus listrik, lambaian tangan,

bendera diudara atau setiap tanda yang dapat ditafsirkan. Sasarannya mungkin seorang

individu yang mendengarkan, menonton atau membaca atau anggota suatu kelompok

seperti kelompok diskusi, khalayak pendengar ceramah, kumpulan penonton sepak bola,

atau anggota khalayak media massa.

Dalam komunikasi manusia, sumber dan encoder adalah satu orang, sedangkan

decoder dan sasaran adalah seseorang lainnya, dan sinyalnya adalah bahasa. Untuk

menuntaskan suatu tindakan komunikasi (communication act), suatu pesan harus disandi

balik. Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi balik pesan berdasarkan

pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Bila kedua lingkaran memiliki wilayah

bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah

tersebut, semakin miriplah bidang pengalaman (field of experience) yang dimiliki kedua

(44)

pengalaman bersama maka komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila wilayah yang

berimpit itu kecil artinya bila pengalaman sumber dan pengalaman sasaran sangat jauh

berbeda maka sangat sulit untuk menyampaikan makna dari seseorang kepada orang

lainnya. (Mulyana, 2007:153)

Gambar 1: Model Schramm

Seperti ditunjukan pada model, jelas bahwa setiap orang dalam proses komunikasi

adalah segaligus sebagai encoder dan decoder. Secara konstan menyandi-balik

tanda-tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda-tanda-tanda-tanda tersebut dan menyandi sesuatu

sebagai hasilnya. Umpan balik (feedback) yang memainkan peran sangat penting dalam

komunikasi, karena hal itu memberi tahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan, baik

dalam bentuk kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala, gelengan kepala, kening

berkerut, menguap, wajah yang melengos dan sebagainya. Begitu juga surat pembaca

kepada redaksi sebagai proses atas editorial yang ditulis surat kabar tersebut, ataupun

tepuk tangan khalayak yang mendengarkan ceramah. Namun menurut Schramm umpan

Encoder Int erpreter

Decoder

Decoder Int erpreter

Encoder Message

(45)

balik juga dapat berasal dari pesan kita sendiri, misalnya kesalahan ucapan atau kesalahan

tulisan yang kemudian kita perbaiki. (Mulyana, 2007:154)

2.4Kerangka Ber fikir

Dalam program penataan pedagang kaki lima (PKL) Dinas Koperasi dan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah mempunyai visi dan misi yaitu menangani kemiskinan/PKL

secara bijaksana, cerdas, peduli terhadap penataan PKL serta meneningkatkan

kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui beberapa program

kegiatan yang mampu mendukung terwujudnya penataan dan pembinaan usaha sektor

informal secara profesional dan modern. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk

mengetahui strategi komunikasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Pemerintah Kota Surabaya dalam Penataan PKL. Peneliti menggunakan teori model

Schramm untuk dapat diimplementasikan pada strategi komunikasi yang digunakan oleh

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam

penataan PKL yang selama ini sudah terlaksana.

Sesuai dengan teori model Schramm dimana sumber dan encoder adalah pihak

dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya

sebagai pemberi informasi, sedangkan decoder dan sasaran adalah pihak pedagang kaki

lima sebagai penerima informasi tersebut dan sinyalnya sendiri adalah bahasa yang

digunakan. Kedua belah pihak dapat menyandi, menafsirkan, menyandi-balik,

mentransmisikan dan menerima sinyal. Di sini kita juga bisa melihat umpan balik dan

lingkaran yang berkelanjutan untuk berbagi informasi. untuk lebih jelasnya dapat dilihat

(46)

Gambar 2 : Bagan Kerangka Ber fikir

Encoder Dinas koperasi

dan UM KM

Decoder

Decoder PKL Encoder Penataan

PKL melalui sosialisasi sentra PKL

Penataan PKL melalui

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Definisi Konseptual

Penelitian yang diambil peneliti adalah ingin mengetahui bagaimana strategi

komunikasi pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam penataan

PKL, bagaimana cara mereka berkomunikasi dan menyampaikan pesannya agar PKL

mengerti dan memahami maksud dari isi pesan tersebut. Bagaimana cara mengatasi

hambatan, kesulitan dan permasalahan dalam berkomunikasi dengan PKL.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah kualitatif, metode ini

adalah suatu metode yang tidak menggunakan statistik atau angka-angka tertentu,

melainkan teknik wawancara mendalam (indepth interview) untuk memeperoleh

informasi dari narasumber. Teknik ini digunakan karena wawancara secara langsung

antara peneliti dengan informan, jawaban yang didapat lebih murni, tidak dapat

dimanupulasi, sebab dalam wawancara langsung bahasa yang muncul tidak hanya bahasa

verbal, melainkan non verbal pun tampak.

Dengan berpedoman wawancara (interview guide) yang dibuat berdasarkan

adanya kenyataan dalam sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha

(48)

3.2Tipe Penelitian

Adapun tipe penelitian yang digunakan peneliti kualitatif kerena peneliti ingin

menggali informasi lebih dalam tentang strategi yang dilakukan Dinas Koperasi dan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam penataan PKL.

3.3Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Surabaya yaitu di kantor Dinas Koperasi

dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Sentra PKL Gayungan, Sentra PKL Taman

Bungkul, Sentra PKL Urip Sumoharjo. Untuk PKL yang belum menempati sentra PKL

berada di Jl. Ngagel Jaya Utara, JL. Ngagel timur dan Jl. Ketintang.

3.4Infor man

Pada penelitian ini, informan yang dipilih adalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pihak dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai

penyelenggara sebanyak 3 orang, yaitu Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah, dan 2 Staf dari Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2. Pihak dari PKL yang sudah berhasil dalam penataan PKL sebagai target penataan

PKL sebanyak 3 pedagang yang telah menempati sentra PKL.

3. Pihak dari PKL yang belum berhasil dalam penataan dan belum menempati sentra

PKL sebanyak 3 pedagang.

3.5Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah narasi yang diperoleh dari in depth

(49)

paragraf yang disusun secara berurutan sesuai dengan wawancara yang dilakukan. Narasi

ini merupakan data primer yang berisi pendapat, pengalaman, pengakuan dan deskripsi

perilaku dari masing-masing informan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan oleh

peneliti.

3.6Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan :

1. Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh

peneliti kepada informan. Jawaban-jawaban informan dicatat dan direkam oleh

peneliti. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam (in depth interview)

yaitu mendapatkan informasi dengan secara langsung bertatap muka dengan informan

dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topic yang diteliti (Bungin,

2001:110). Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan guna mendapatkan informasi

yang diharapkan. Dalam melakukan wawancara, peneliti harus memiliki pedoman

wawancara (interview guide) yang kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut oleh

peneliti.

2. Observasi

Yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang tidak

mengajukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 2004:69). Data yang didapat dengan

cara mencatat perilaku subjek (orang), obyek (benda), atau kejadian yang muncul

(50)

3.7Teknik Pengolahan Data

Proses pengolahan data dimulai dari pengolahan hasil rekaman sebagai data

primer. Data yang diperoleh disini berupa transkrip wawancara yang kemudian di

kelompokan menurut identitas individu agar lebih mudah dalam proses analisis data.

Pada penelitian ini dipilih klasifikasi berdasarkan individu untuk memudahkan dalam

menganalisis narasi.

3.8Teknik Analisis Data

Setelah wawancara dilakukan, peneliti wajib membuat transkrip hasil wawancara,

artinya peneliti menulis setiap pertanyaan dan jawaban yang hasil dikeluarkan informan

(melalui rekaman) serta catatan yang memuat tentang observasi, perasaan dan refleksi

diri. Kemudian barulah peneliti bisa menganalisis data bersifat menjelaskan yang

menunjukkan fakta dan sifat informan lewat data yang diperoleh berdasarkan strategi

komunikasi pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sesuai dengan

konsep strategi komunikasi yang ada untuk kemudian mengetahui bagaimana strategi

komunikasi pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam penataan

Gambar

Gambar 1: Model Schramm
Gambar 2 : Bagan Kerangka Berfikir
Gambar 3 : Data Perkembangan Pembangunan Sentra PKL Hingga Bulan Mei

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pemohon informasi menerima informasi yang diminta atau surat keputusan PPID tentang penolakan permohonan informasi dari

Seperti yang tercantum dalam versi Lovasz yang diusulkan oleh banyak orang, Lovasz awalnya dipahami sebagai kasus khusus dari yang lain, maka masalah di teori graph yang meminta

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah seta karunia-nya yang sangat besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Only if you selected Managed Servers, Clusters, and Machines on the Select Optional Configuration screen, and your domain includes at least one cluster, and at least one

Following the ap- proach suggested in Mester (1996) we show that if risk and quality factors are not taken into account optimal bank size tends to be overstated. That is, optimal

[r]

Pada akhir video dicantumkan credit title atau ucapan terimakasih kepada narasumber (Gicela Miftanisa) beberapa brand local yang telah ditampilkan di video (Omutt,