• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. untuk menganalisa data-data sekunder yang berupa data time series tahunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. untuk menganalisa data-data sekunder yang berupa data time series tahunan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menganalisa data-data sekunder yang berupa data time series tahunan dalam 13 tahun.

Penelitian ini menggunakan data tingkat produk domestik bruto yang diperoleh dari Statistik Indonesia dalam beberapa edisi hasil terbitan Bank Indonesia, data bantuan luar negeri (AID) dan tabungan domestik (S) dari Statistik Indonesia hasil terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) dari beberapa edisi, serta data realisasi penanaman modal asing (FDI) dan data realisasi penanaman modal dalam negeri (DDI) dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Data sekunder yang diambil adalah selama 13 tahun, yaitu mulai tahun 1990 sampai tahun 2002. Data mengenai FDI, DDI, AID, S dan tingkat GDP tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.2. Deskripsi hasil penelitian

Pada deskripsi hasil penelitian ini, akan dibahas tentang hasil penelitian yang telah diperoleh, serta akan dibahas mengenai data-data yang telah didapat dari berbagai sumber, dengan hasil-hasil sebagai berikut:

(2)

4.2.1. Realisasi Penanaman Modal Asing Langsung (FDI) Tabel 4.1. Ringkasan Statistik Deskriptif Variabel FDI

Statistik Nilai (milliar rupiah)

Minimum 123,700

Maksimum 6,564,992

Rata-Rata 1,603,623

Standar Deviasi 1,888,510 Sumber: Lampiran 2

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai terendah realisasi penanaman modal asing mulai tahun 1990 sampai tahun 2002 adalah sebesar 123,700 milliar rupiah, dan nilai tertinggi adalah sebesar 6,564,992 milliar rupiah. Rata-rata realisasi penanaman modal asing adalah sebesar 1,603,623 milliar rupiah dengan standar deviasi 1,888,510 milliar rupiah, sehingga dapat diketahui bahwa penanaman modal asing pada periode tahun 1990-2002 adalah sangat fluktuatif sekali yang ditandai dengan besarnya nilai standar deviasi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah. Tren pergerakan investasi asing di awal tahun 1990 hingga 1996 terus mengalami peningkatan yang cukup drastis karena masih adanya kepercayaan dari investor asing dan di tahun 1996 hingga 1997 bangsa Indonesia praktis mengalami segudang masalah yang memerlukan curahan, perhatian dan konsentrasi penuh dari pemerintah untuk mengatasi krisis ekonomi serta masalah-masalah politik, yang ujung-ujungnya barangkali adalah pergantian rezim, sehingga investasi asing menurun.

www.kompas.com/kompas-cetak/0107/29/nasional/puli28.htm - 19k

(3)

0.00 1,000,000.00 2,000,000.00 3,000,000.00 4,000,000.00 5,000,000.00 6,000,000.00 7,000,000.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Tahun

miliiar rupuah

Gambar 4.1. Trend FDI Pada Periode Tahun 1990-2002 4.2.2. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri Langsung (DDI)

Tabel 4.2. Ringkasan Statistik Deskriptif Variabel DDI Statistik Nilai (miliar rupiah)

Minimum 60,679

Maksimum 1,013,091

Rata-Rata 445,290

Standar Deviasi 287,119 Sumber: Lampiran 2

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai terendah realisasi penanaman modal dalam negeri mulai tahun 1990 sampai tahun 2002 adalah sebesar 60,7 trilliun rupiah, dan nilai tertinggi adalah sekitar 1,013 trilliun rupiah. Rata-rata realisasi penanaman modal dalam negeri adalah sebesar 445 trilliun rupiah dengan standar deviasi sebesar 287 trilliun rupiah, sehingga juga dapat diketahui bahwa penanaman modal dalam negeri pada periode tahun 1990-2002 adalah sangat fluktuatif sekali yang ditandai dengan besarnya nilai standar deviasi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah. Tren pergerakan investasi dalam negeri dari

(4)

tahun 1990 hingga 1996 masih normal-normal saja akan tetapi sejak tahun 1996 hingga 2002 tren pergerakan investasi dalam negeri terus menurun disebabkan karena adanya krisis moneter dan kekacauan politik sehingga faktor keamanan dalam negeri tidak aman sehingga investor banyak yang hengkang ke luar negeri maka daripada itu tren pergerakannya turun drastis dari tahun ke tahun, hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2.

www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/10/08/0051.html

0.00 200,000.00 400,000.00 600,000.00 800,000.00 1,000,000.00 1,200,000.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Tahun

miliiar rupuah

Gambar 4.2. Trend DDI Pada Periode Tahun 1990-2002

4.2.3. Bantuan Luar Negeri (AID)

Tabel 4.3. Ringkasan Statistik Deskriptif Variabel AID Statistik Nilai (Milliar rupiah)

Minimum 9,429

Maksimum 56,225

Rata-Rata 19,216

Standar Deviasi 15,676

Sumber: Lampiran 2

(5)

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai terendah bantuan luar negeri mulai tahun 1990 sampai tahun 2002 adalah sebesar 9.4 trilliun rupiah, dan nilai tertinggi adalah sekitar 56.2 trilliun rupiah. Rata-rata bantuan luar negeri Indonesia adalah sebesar 19.2 trilliun rupiah dengan standar deviasi sebesar 15.7 trilliun rupiah, sehingga juga dapat diketahui bahwa bantuan luar negeri Indonesia pada periode tahun 1990-2002 adalah sangat fluktuatif sekali yang ditandai dengan besarnya nilai standar deviasi dan juga range, yaitu sekitar 46.8 trilliun rupiah (range=maksimum- minimum). Keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah. Tren pergerakan dari tahun 1996 hingga 1998 merupakan awal terjadinya krisis moneter dan di tahun 1998 hingga tahun 1999 ada banyak memperoleh bantuan luar negeri (Strategi kebijakan ekonomi Indonesia ) sehingga tren peningkatannya sangat drastis. Dan di tahun berikutnya menurun seiring dengan berkurangnya bantuan luar negeri, hal tersebut terlihat pada gambar 4.3.

www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/25/0032.html

0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Tahun

miliiar rupuah

Gambar 4.3. Trend AID Pada Periode Tahun 1990-2002

(6)

4.2.4. Tabungan Domestik (S)

Tabel 4.4. Ringkasan Statistik Deskriptif Variabel S Statistik Nilai (milliar rupiah)

Minimum 13,600

Maksimum 97,700

Rata-Rata 45,700

Standar Deviasi 30,600

Sumber: Lampiran 2

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai terendah tabungan domestik mulai tahun 1990 sampai tahun 2002 adalah sebesar 13.6 trilliun rupiah dan nilai tertinggi adalah sekitar 97.7 trilliun rupiah. Rata-rata tabungan domestik Indonesia adalah sebesar 45.7 trilliun rupiah dengan standar deviasi sebesar 30.6 trilliun rupiah, sehingga juga dapat diketahui bahwa tabungan domestik Indonesia pada periode tahun 1990-2002 adalah sangat fluktuatif sekali yang ditandai dengan besarnya nilai standar deviasi dan juga range, yaitu range sekitar 84.1 trilliun rupiah. Keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah. Tren pergerakan tabungan domestik pada tahun 1990 hiingga 2002 terus mengalami peningkatan karena minat masyarakat untuk menabung sangat tinggi hal tersebut disebabkan masyarakat lebih senang menyimpan uangnya dari pada membelanjakan uangnya di saat perekonomian Indonesia sedang krisis moneter.

(7)

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Tahun

miliiar rupuah

Gambar 4.4. Trend S Pada Periode Tahun 1990-2002

4.2.5. Tingkat Produk Domestik Bruto, Gross Domestic Product (GDP) Tabel 4.5. Ringkasan Statistik Deskriptif Variabel GDP

Statistik Nilai (Rp)

Minimum 107,437

Maksimum 434,096

Rata-Rata 313,896

Standar Deviasi 132,716 Sumber: Lampiran 2

Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai terendah tingkat GDP mulai tahun 1990 sampai tahun 2002 adalah sebesar 107.4 trilliun rupiah dan nilai tertinggi adalah sekitar 434 trilliun rupiah. Rata-rata tingkat GDP Indonesia adalah sebesar 313.9 trilliun rupiah dengan standar deviasi sebesar 132.7 trilliun rupiah, sehingga juga dapat diketahui bahwa tabungan domestik Indonesia pada periode tahun 1990-2002 adalah sangat fluktuatif. Keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah. Tren pergerakan tingkat GDP dari tahun 1994 hingga 1997 disebabkan adanya pengaruh kebijakan deregulasi di sektor perbankan terhadap jumlah uang yang beredar pada

(8)

tahun 1989 (Zadjuli, 1998), sehingga pergerakannya sangat tajam.

Sedangkan di tahun 1998 hingga 2002 merupakan awal terjadinya krisis bahkan sampai sekarang hal tersebut terlihat pada gambar 4.5.

msi-uii.net/baca.asp?katagori=rubrik&menu=ekonomi&baca=artike l&id=58

0.00 50,000.00 100,000.00 150,000.00 200,000.00 250,000.00 300,000.00 350,000.00 400,000.00 450,000.00 500,000.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Tahun

miliiar rupuah

Gambar 4.5. Trend GDP Pada Periode Tahun 1990-2002

4.3. Prosentase Pertambahan Nilai

Hasil perhitungan prosentase pertambahan nilai variabel FDI, DDI, AID, S dan GDP adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6. Prosentase Pertumbuhan FDI, DDI, AID, S dan GDP

t FDI DDI AID S GDP

1990 - - - - -

1991 -89.8839 121.4497 5.0483 12.6838 14.6953

1992 38.9140 -38.2877 5.0883 14.6819 6.4594

1993 1329.6781 -10.1360 6.6193 18.2077 6.4964 1994 -48.6279 36.4292 -3.1087 18.6522 153.8459

1995 238.7812 50.9362 2.1389 16.7343 8.2131

1996 -87.3017 -50.3286 1.7026 21.6334 7.9869

1997 -26.2460 -48.7564 6.5354 7.7857 4.7480

1998 376.2911 -48.5978 20.8908 72.6309 -13.2968 1999 -54.8200 203.4572 290.8314 -3.5317 0.7912 2000 -78.2028 -84.9143 -11.8115 29.7254 4.9200 2001 -55.3680 360.4413 -64.0630 14.8773 3.4357

(9)

2002 -3.8964 -49.4056 46.7647 4.3525 3.6554 Sumber: Lampiran 3

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:

-200 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

Tahun

%

FDI DDI AID S GDP

Gambar 4.6. Trend Prosentase Peningkatan FDI, DDI, AID, S dan GDP 4.4. Prosentase Penanaman Modal Asing Terhadap Investasi Nasional

Hasil perhitungan prosentase Penanaman Modal Asing Terhadap Investasi Nasional disajikan pada Lampiran 4. Dari data tersebut dapat dibuat grafik sebagai berikut:

0.0000 20.0000 40.0000 60.0000 80.0000 100.0000 120.0000

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

Tahun

%

% FDI Terhadap Investasi Nasional

Gambar 4.7. Trend Prosentase FDI Terhadap Total Investasi

(10)

4.5. Uji Kelayakan Data

Uji kelayakan data digunakan untuk menguji apakah setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini sudah layak atau belum. Uji kelayakan data menggunakan model pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller.

Model pertumbuhan ekonomi (Diskey-Fuller):

t m

i t i t

i t Y Y

Y =β +β +δ +α ∆ +ε

=

1 1 1

2 1

Hasil analisis regresi model ini dilakukan pada tiap variabel FDI, DDI, AID, S dan GDP yang hasilnya sebagai berikut (lihat Lampiran 5):

Variabel FDI

Dif = 1 Dif = 2

Parameter

Nilai P-value Nilai P-value

β1 531143656 0.247 1034867059 0.049

β2 -265084 0.249 -516852 0.049

δ -0.0386 0.942 -2.5635 0.001

α -0.0118 0.975 0.0131 0.967

Sumber: Lampiran 5

Pengujian kelayakan data variabel FDI dengan menggunakan model pertumbuhan ekonomi Dickey-Fuller pada dif 1 menghasilkan nilai pvalue untuk parameter δ sebesar 0.942, karena nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa data variabel FDI pada dif 1 masih belum layak digunakan untuk analisa selanjutnya, dengan demikian akan dicoba pengujian kelayakan data pada dif 2. Pengujian kelayakan data pada dif 2 menghasilkan pvalue untuk parameter δ sebesar 0.001, karena nilai tersebut kurang dari tingkat kesalahan 5% maka dapat

(11)

disimpulkan bahwa data variabel FDI pada dif 2 sudah layak digunakan untuk analisa selanjutnya

Variabel DDI

Dif = 1 Dif = 2

Parameter

Nilai P-value Nilai P-value

β1 1.26306E+14 0.132 1.41476E+14 0.123

β2 -6.3012E+10 0.133 -7.0594E+10 0.123

δ -1.1239 0.048 -1.1181 0.006

α 0.1239 0.628 0.1752 0.631

Sumber: Lampiran 5

Pengujian kelayakan data variabel DDI dengan menggunakan model pertumbuhan ekonomi Dickey-Fuller pada dif 1 menghasilkan nilai pvalue untuk parameter δ sebesar 0.048, nilai tersebut kurang dari tingkat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa data variabel DDI pada dif 1 telah layak digunakan untuk analisa selanjutnya. Untuk diketahui hasil pengujian kelayakan data pada dif 2 menghasilkan pvalue untuk parameter δ sebesar 0.006, nilai tersebut juga kurang dari tingkat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa data variabel FDI pada dif 2 juga layak digunakan untuk analisa selanjutnya

Variabel AID

Dif = 1 Dif = 2

Parameter

Nilai P-value Nilai P-value

β1 -8891314 0.047 -8153148 0.264

β2 4466 0.046 4095 0.263

δ -0.3850 0.374 -1.6558 0.044

α 0.6858 0.077 0.3802 0.520

Sumber: Lampiran 5

(12)

Pengujian kelayakan data variabel AID dengan menggunakan model pertumbuhan ekonomi Dickey-Fuller pada dif 1 menghasilkan nilai pvalue untuk parameter δ sebesar 0.374, nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa data variabel DDI pada dif 1 belum layak digunakan untuk analisa selanjutnya. Untuk juga diketahui hasil pengujian kelayakan data pada dif 2 menghasilkan pvalue untuk parameter δ sebesar 0.044, nilai tersebut juga kurang dari tingkat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa data variabel AID pada dif 2 juga layak digunakan untuk analisa selanjutnya

Variabel S

Dif = 1 Dif = 2

Parameter

Nilai P-value Nilai P-value

β1 -8943 0.077 -14487 0.038

β2 4.492 0.077 7.274 0.038

δ -0.3729 0.234 -0.5751 0.039

α -0.5111 0.146 -0.5313 0.304

Sumber: Lampiran 5

Pengujian kelayakan data variabel S dengan menggunakan model pertumbuhan ekonomi Dickey-Fuller pada dif 1 menghasilkan nilai pvalue untuk parameter δ sebesar 0.234, karena nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa data variabel S pada dif 1 masih belum layak digunakan untuk analisa selanjutnya, dengan demikian akan dicoba pengujian kelayakan data pada dif 2. Pengujian kelayakan data pada dif 2 menghasilkan pvalue untuk parameter δ sebesar 0.039, karena nilai

(13)

tersebut kurang dari tingkat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa data variabel S pada dif 2 sudah layak digunakan untuk analisa selanjutnya Variabel GDP

Dif = 1 Dif = 2

Parameter

Nilai P-value Nilai P-value

β1 -16776602 0.527 -20073377 0.526

β2 8485 0.525 10166 0.523

δ 0.5473 0.140 -0.7729 0.002

α 0.1906 0.629 0.2019 0.543

Sumber: Lampiran 5

Pengujian kelayakan data variabel GDP dengan menggunakan model pertumbuhan ekonomi Dickey-Fuller pada dif 1 menghasilkan nilai pvalue untuk parameter δ sebesar 0.140, karena nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa data variabel GDP pada dif 1 masih belum layak digunakan untuk analisa selanjutnya, dengan demikian akan dicoba pengujian kelayakan data pada dif 2. Pengujian kelayakan data pada dif 2 menghasilkan pvalue untuk parameter δ sebesar 0.002, karena nilai tersebut kurang dari tingkat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa data variabel GDP pada dif 2 sudah layak digunakan untuk analisa selanjutnya

4.5. Analisis Regresi Linier

Dalam penelitian ini metode statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier dan untuk mengolah data digunakan alat bantu komputer dengan program Minitab 13.5. Dari pengolahan data analisis

(14)

regresi linier pengaruh variabel FDI, DDI, AID dan S terhadap GDP maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut (Lampiran 6):

GDP = 107219 +0.01295 FDI -0.0503 DDI - 0.224 AID + 3.672 S

Dengan penjelasan dari masing-masing koefisien regresi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nilai konstanta (ßo) sebesar 107219 menunjukkan nilai rata-rata tingkat produk domestik bruto (GDP) apabila variabel realisasi penanaman modal asing langsung (FDI), realisasi penanaman modal dalam negeri (DDI), bantuan luar negeri (AID) dan tabungan domestik (S) tetap, artinya apabila variabel keempat bebas tersebut tidak berubah, maka rata-rata tingkat produk domestik bruto (GDP) adalah sebesar 107219 milliar rupiah.

2. Koefisien regresi untuk realisasi penanaman modal asing langsung (FDI) adalah sebesar 0.01295, artinya dengan menganggap realisasi penanaman modal dalam negeri (DDI), bantuan luar negeri (AID) dan tabungan domestik (S) tidak berubah, apabila penanaman modal asing langsung (FDI) naik sebesar 1 milliar rupiah maka tingkat produk domestik bruto (GDP) juga akan naik sebesar 0.01295 milliar rupiah.

3. Koefisien regresi untuk realisasi penanaman modal dalam negeri (DDI) adalah sebesar -0.0503, artinya dengan menganggap realisasi penanaman modal luar negeri (FDI), bantuan luar negeri (AID) dan tabungan domestik (S) tidak berubah, apabila penanaman modal dalam negeri langsung (DDI) naik sebesar 1 milliar rupiah maka tingkat produk domestik bruto (GDP) akan turun sebesar 0.0503 milliar rupiah.

(15)

4. Koefisien regresi untuk bantuan luar negeri (AID) adalah sebesar - 0.224, artinya dengan menganggap realisasi penanaman modal luar negeri (FDI), realisasi penanaman modal dalam negeri (DDI) dan tabungan domestik (S) tidak berubah, apabila bantuan luar negeri (AID) naik sebesar 1 milliar rupiah maka tingkat produk domestik bruto (GDP) akan turun sebesar 0.224 milliar rupiah.

5. Koefisien regresi untuk tabungan domestik (S) adalah sebesar 3.672, artinya dengan menganggap realisasi penanaman asing (FDI), realisasi penanaman modal dalam negeri (DDI) dan bantuan luar negeri (AID) tidak berubah, apabila tabungan domestik (S) naik sebesar 1 milliar rupiah maka tingkat produk domestik bruto (GDP) juga akan naik sebesar 3.672 milliar rupiah.

Hasil analisis regresi linier pengaruh realisasi penanaman modal luar negeri (FDI), realisasi penanaman modal dalam negeri (DDI), bantuan luar negeri (AID) dan tabungan domestik (S) terhadap tingkat produk domestik bruto (GDP) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Analisis Regresi FDI,DDI, AID dan S Terhadap GDP Parameter Koefisien T hitung T tabel Prob (p-value)

δ1 0.01295 0.81 2.306 0.527

δ2 0.0503 0.66 2.306 0.775

δ3 -0.224 0.30 2.306 0.933

δ4 3.672 -0.09 2.306 0.057

R2 = 52.7%

R2adj = 29.0%

F hitung = 2.23

(16)

F tabel = 3.84 p-value (F) = 0.156 Sumber: Lampiran 6

Dari Tabel di atas, diketahui bahwa Pertumbuhan Ekonomi dipengaruhi oleh Realisasi Penanaman Modal Asing, Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri, Bantuan Luar Negeri dan Tabungan Domestik sebesar 29.0%, artinya keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model dalam penelitian ini adalah sebesar 29% atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data, 29% dapat dijelaskan oleh model tersebut, sedangkan sisanya sebesar 71% dijelaskan oleh variabel lain (yang belum terdapat dalam model) dan error.

Diketahui juga bahwa F hitung kurang dari F tabel atau pvalue lebih besar 5% yang menandakan persamaan yang dihasilkan kurang baik.

Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series yang rentan terdapat ketidakstasioneran data akibat pengaruh t (waktu), sehingga hasil regresi yang dihasilkan kurang dapat dipercaya.

Sehingga diperlukan analisis regresi yang berasal dari data yang telah distasionerkan. Analisis tersebut menggunakan regresi dengan model dinamis. Karena dalam analisis regresi variabel yang digunakan diharuskan mempunyai dif yang sama, maka digunakan dif 2 dalam melakukan regresi dengan model dinamis.

(17)

4.6. Analisis Regresi Model Dinamis

Hasil analisis regresi model dinamis adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Model Dinamis Pada Dif 2

Parameter Koefisien T hitung T tabel Prob (p-value)

δ1 0.01360 4.95 4.303 0.038

δ2 -0.1835 -11.54 4.303 0.007

δ3 -2.055 -5.69 4.303 0.030

δ4 -7.90 -6.51 4.303 0.023

δ5 -0.0000656 -5.21 4.303 0.035

δ6 0.00000038 13.10 4.303 0.006

δ7 1.58 6.58 4.303 0.022

δ8 1594 6.06 4.303 0.026

R2 = 99.39%

R2adj = 96.94%

F hitung = 41.27 F tabel = 19.7 p-value (F) = 0.024 Sumber: Lampiran 7

DGDP = - 31171 - 0.0136 DFDI + 0.184 DDDI - 2.05 DAID - 7.9 DS - 0.0000656 BFDI + 0.00000038 BDDI + 1.58 BAID + 1594 BS

Dengan penjelasan dari masing-masing koefisien regresi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Koefisien regresi untuk dif 2 realisasi penanaman modal asing langsung (DFDI) adalah sebesar -0.0136, artinya dengan variabel lain tetap/tidak berubah, apabila selisih penanaman modal asing langsung dengan 2 tahun sebelumnya (DFDI) naik sebesar 1 milliar rupiah maka selisih tingkat produk domestik bruto dengan 2 tahun sebelumnya (DGDP) akan turun naik sebesar 0.0136 milliar rupiah.

(18)

2. Koefisien regresi untuk dif 2 realisasi penanaman modal dalam negeri langsung (DDDI) adalah sebesar 0.184, artinya dengan variabel lain tetap/tidak berubah, apabila selisih penanaman modal dalam negeri dengan 2 tahun sebelumnya (DFDI) naik sebesar 1 milliar rupiah maka selisih tingkat produk domestik bruto dengan 2 tahun sebelumnya (DGDP) juga akan naik sebesar 0.184 milliar rupiah.

3. Koefisien regresi untuk dif 2 bantuan luar negeri (DAID) adalah sebesar -2.05, artinya dengan variabel lain tetap/tidak berubah, apabila selisih bantuan luar negeri dengan 2 tahun sebelumnya (DAID) naik sebesar 1 milliar rupiah maka selisih tingkat produk domestik bruto dengan 2 tahun sebelumnya (DGDP) akan turun sebesar 2.05 rupiah.

4. Koefisien regresi untuk dif 2 tabungan domestik (DS) adalah sebesar - 7.9, artinya dengan variabel lain tetap/tidak berubah, apabila selisih tabungan domestik dengan 2 tahun sebelumnya (DS) naik sebesar 1 milliar rupiah maka selisih pertumbuhan ekonomi dengan 2 tahun sebelumnya (DGDP) akan turun sebesar 7.9 milliar rupiah rupiah.

5. Koefisien regresi untuk backward lag realisasi penanaman modal asing (BFDI) adalah sebesar 0.0000656, artinya dengan variabel lain tetap/tidak berubah, apabila penanaman modal asing tahun setelahnya (BFDI) naik sebesar 1 milliar rupiah maka selisih tingkat produk domestik bruto dengan 2 tahun sebelumnya (DGDP) akan turun sebesar 0.0000656 milliar rupiah.

6. Koefisien regresi untuk backward lag realisasi penanaman modal dalam negeri (BDDI) adalah sebesar 0.00000038, artinya dengan variabel lain

(19)

tetap/tidak berubah, apabila penanaman modal dalam negeri tahun setelahnya (BDDI) naik sebesar 1 milliar rupiah maka selisih tingkat produk domestik bruto dengan 2 tahun sebelumnya (DGDP) akan naik sebesar 0.00000038 milliar rupiah.

7. Koefisien regresi untuk backward lag bantuan luar negeri (BAID) adalah sebesar 1.58, artinya dengan variabel lain tetap/tidak berubah, apabila bantuan luar negeri tahun setelahnya (BAID) naik sebesar 1 milliar rupiah maka selisih tingkat produk domestik bruto dengan 2 tahun sebelumnya (DGDP) akan naik sebesar 1.58 milliar rupiah.

8. Koefisien regresi untuk backward lag tabungan domestik (BS) adalah sebesar 1594, artinya dengan variabel lain tetap/tidak berubah, apabila tabungan domestik tahun setelahnya (BS) naik sebesar 1 milliar rupiah maka selisih tingkat produk domestik bruto dengan 2 tahun sebelumnya (DGDP) akan naik sebesar 1594 milliar rupiah.

Dari di atas, diketahui bahwa model yang dihasilkan menghasilkan R2 sebesar 96.94%, artinya keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model dalam tersebut adalah sebesar 96.94% atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data, 96.94% dapat dijelaskan oleh model tersebut, sedangkan sisanya sebesar 3.06% dijelaskan oleh variabel lain (yang belum terdapat dalam model) dan error.

(20)

Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Uji F atau pengujian model digunakan untuk mengetahui apakah persamaan/model hasil dari analisis regresi signikan atau tidak. Jika hasilnya signfikan, maka H0 (model kurang baik) ditolak dan H1 (model baik) diterima. Sedangkan jika hasilnya tidak signifikan, maka H0 diterima dan H1

ditolak. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai berikut : H0 ditolak jika F hitung > F tabel

H0 diterima jika F hitung < F tabel

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.9. Hubungan Regresi antara variabel bebas dengan variabel terikat secara simultan.

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F hitung Sig

Regression 32022 8 4003 41.27 0.024

Residual 194 2 97

Total 32216 10

Sumber : Lampiran 7

Dari tebel di atas diperoleh hasil F hitung sebesar 41.27, sedangkan F tabel (α = 0,05 ; db regresi = 8 : db residual = 2) adalah sebesar 19.7. Karena F hitung > F tabel yaitu 41.27 > 19.7 maka hipotesis yang menyatakan bahwa model dinamis yang digunakan sudah baik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.8.

(21)

Gambar 4.8. Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis secara simultan atau keseluruhan

Suatu model dikatakan valid jika memiliki akurasi tinggi.

Ukuran akurasi model adala koefisien determinasi yang nilainya berkisar antara 0-1. semakin besar nilai R2 menunjukkan semakin kecil nilai e (simpangannya), yang pada prinsipnya model semakin mendekati data sebenarnya, dan dikatakan model semakin akurat. Model di atas memiliki nilai R2 96.94% sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang dihasilkan memiliki akurasi tinggi.

Ukuran ketelitian model dapat diketahui dengan nilai pvalue hasil uji F. Dari uji F diperoleh nilai pvalue sebesar 0.024, berarti hubungan yang dispesifikasikan model adalah bermakna (signifikan). Interpretasi pragmatisnya adalah bahwa model yang dispesifikasikan oleh persamaan hasil perhitungan tersebut dapat diterapkan, akan tetapi dalam penerapannya mengandung resiko kesalahan sebesar 2.4%. semakin kecil nilai pvalue berarti tingkat kebenaran dalam penerapannya (dalam waktu yang berbeda) semakin tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model dinamis yang dihasilkan sudah valid dan dapat digunakan untuk tujuan forecasting.

(22)

Analisis dan Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas dalam model secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dif 2 tingkat produk domestik bruto (DGDP). Jika hasilnya signfikan, maka H0 ditolak dan H1. Sedangkan jika hasilnya tidak signifikan, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini dapat juga dikatakan sebagai berikut:

H0 ditolak jika t hitung > t tabel

H0 diterima jika t hitung < t tabel

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10 Hubungan Regresi antara variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial

Parameter Koefisien T hitung T tabel Prob (p-value)

δ1 0.01360 4.95 4.303 0.038

δ2 -0.1835 -11.54 4.303 0.007

δ3 -2.055 -5.69 4.303 0.030

δ4 -7.90 -6.51 4.303 0.023

δ5 -0.0000656 -5.21 4.303 0.035

δ6 0.00000038 13.10 4.303 0.006

δ7 1.58 6.58 4.303 0.022

δ8 1594 6.06 4.303 0.026

Sumber : Lampiran 7

ƒ T test antara DFDI dengan DGDP menunjukkan thitung=4.95, sedangkan ttabel adalah sebesar 4.303, Karena t hitung>t tabel yaitu 4.95>4.303, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa DGDP dapat dipengaruhi secara signifikan oleh DFDI.

(23)

ƒ T test antara DDDI dengan DGDP menunjukkan thitung=-11.54, sedangkan ttabel adalah sebesar 4.303, Karena |t hitung|>t tabel yaitu 11.54>4.303, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa DGDP dapat dipengaruhi secara signifikan oleh DDDI.

ƒ T test antara DAID dengan DGDP menunjukkan thitung=-5.69, sedangkan ttabel adalah sebesar 4.303, Karena |t hitung|>t tabel yaitu 5.69>4.303, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa DGDP kurang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh DAID.

ƒ T test antara DS dengan DGDP menunjukkan thitung=-6.51, sedangkan ttabel adalah sebesar 4.303, Karena |t hitung|>t tabel yaitu 6.51>4.303, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa DGDP dapat dipengaruhi secara signifikan oleh DS.

ƒ T test antara BFDI dengan DGDP menunjukkan thitung=-5.21, sedangkan ttabel adalah sebesar 4.303, Karena |t hitung|>t tabel yaitu 5.21>4.303, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa DGDP dapat dipengaruhi secara signifikan oleh BFDI.

ƒ T test antara BDDI dengan DGDP menunjukkan thitung=13.10, sedangkan ttabel adalah sebesar 4.303, Karena |t hitung|>t tabel yaitu 13.10>4.303, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa DGDP dapat dipengaruhi secara signifikan oleh BDDI.

(24)

ƒ T test antara BAID dengan DGDP menunjukkan thitung=6.58, sedangkan ttabel adalah sebesar 4.303, Karena |t hitung|>t tabel yaitu 6.58>4.303, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa DGDP kurang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh BAID.

ƒ T test antara BS dengan DGDP menunjukkan thitung=6.06, sedangkan ttabel adalah sebesar 4.303, Karena |t hitung|>t tabel yaitu 6.06>4.303, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa DGDP dapat dipengaruhi secara signifikan oleh BS.

Gambar 4.9 Kurva Distribusi Penolakan Dan Penerimaan Hipotesis Varibel DFDI, DDDI, DAID dan DS.

Gambar 4.10 Kurva Distribusi Penolakan Dan Penerimaan Hipotesis Varibel BFDI, BDDI, BAID dan BS.

Untuk mengetahui variabel mana yang memiliki pengaruh terhadap DGDP dapat dilihat dari nilai pvalue hasil uji t untuk masing-

(25)

masing variabel bebas. pvalue untuk variabel BDDI dan DDDI adalah masing-masing sebesar 0.006 dan 0.007, sehingga dapat disimpulkan variabel yang memiliki pengaruh terhadap DGDP adalah variabel BDDI dan DDDI, diikuti oleh variabel DS, DFDI, BS, DAID, BAID dan DFDI.

Sedangkan nilai koefisien korelasi antara DFDI, DDDI, DAID, DS, BFDI, BDDI, BAID dan BS terhadap DGDP adalah sebagai berikut:

Tabel 4.11 Korelasi antara variabel bebas dengan DGDP Variabel Korelasi Prob (p-value)

DFDI -0.288 0.363

DDDI 0.191 0.552

DAID -0.082 0.799

DS -0.337 0.284

BFDI 0.769 0.006

BDDI 0.651 0.030

BAID -0.496 0.121

BS 0.284 0.397

Sumber : Lampiran 9

Dari tabel di atas juga terlihat bahwa koefisien korelasi terbesar adalah korelasi antara BDDI dan BDDI, yaitu masing-masing sebesar 0.769 dan 0.651 dengan pvalue 0.030 dan 0.006. korelasi tersebut signifikan (karena 0.006<5%), sehingga hubungan antara BDDI dan BDDI adalah signifikan dan positif, artinya hubungannya proporsional/searah.

(26)

4.7. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa dari semua variabel bebas yang digunakan (DFDI, DDDI, DAID, DS, BFDI, BDDI, BAID dan BS) dalam model dinamis yang terbentuk berpengaruh secara signifikan terhadap DGDP. Dan variabel DDDI dan BDDI merupakan variabel yang memiliki pengaruh terhadap tingkat produk domestik bruto pada 12 tahun periode penelitian.

Dari hasil perhitungan secara simultan diketahui bahwa tingkat produk domestik bruto dipengaruhi oleh kedelapan variabel bebas sebesar 96.94%, sedangkan sisanya 3.06% diterangkan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian.

Dari hasil pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa Bantuan Dalam Negeri (DDDI dan BDDI) berpengaruh terhadap Tingkat Produk Domestik Bruto (DGDP) ditunjukkan dengan nilai pvalue masing-masing sebesar 0.004 lebih kecil dari tingkat kesalahan 5%, hal ini menunjukkan bahwa Bantuan Dalam Negeri Negeri berperan besar dalam upaya peningkatan Produk Domestik Bruto (DGDP).

Dari faktor-faktor di atas, maka faktor Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri adalah faktor yang memiliki pengaruh terhadap Tingkat Produk Domestik Bruto dalam meningkatkan Produk Domestik Bruto Nasional, karena memiliki nilai pvalue terkecil 0.006.

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Produk Domestik Bruto seperti yang dikemukakan di atas, masih banyak ada faktor lain yang juga dapat meningkatkan Tingkat Produk Domestik Bruto

(27)

nasoinal, yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang juga beperan dalam meningkatkan Produk Domestik Bruto, hal ini tercermin dari masih adanya prosentase faktor lain dalam pengaruhnya dengan Tingkat Produk Domestik Bruto perusahaan walaupun sangat kecil, yaitu sebesar 3.06%.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan tujuan dari penyusunan Rencana Kerja (Renja) tahun 2017 adalah Untuk menjabarkan Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan, Program dan Kegiatan Dinas Pekerjaan Umum yang

Ada cukup banyak orang dengan AIDS yang belum dapat diobati, jadi tidak ada alasan yang baik dalam sebagian besar rangkaian untuk menawarkan pengobatan kepada yang belum bergejala

Keluarga adalah ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam

Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usahatani) yang mengkombinasikan.. pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara

Berdasarkan hasil perhitungan uji yang telah dilakukan menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel artinya bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode

yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili

Hasil penelitian mengidentifikasi sepuluh tema yaitu persepsi tentang kepatuhan meliputi perilaku patuh, penyebab patuh, durasi patuh setelah pasien dirawat di rumah sakit;

Tema desain yang digunakan pada proyek Sentra Batik Khas Blora ini adalah Arsitektur Neo Vernakular.. Kata “Neo” diambil dari Bahasa Yunani dan digunakan sebagai