• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Kekayaan Maritim Aceh di Era Globalisasi dalam Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Eksplorasi Kekayaan Maritim Aceh di Era Globalisasi dalam Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

432 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

DAMPAK INDUSTRI KREATIF DAN STRATEGI TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH BESAR

(STUDI PADA SUBSEKTOR INDUSTRI KERAJINAN DI KABUPATEN ACEH BESAR

Nasir

1

, Said Muhammad

2

1Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Email: nasir.ibrahim@serambimekkah.ac.id

ABSTRACT

This study aims to determine the impact of creative industries craft sub-sector in improving people's welfare in Aceh Besar District; The research method used in this research are: first, qualitative descriptive analysis; second, to conduct direct interviews and fill out questionnaires by the creative industries industry subsector craft; The results of the research are expected for the development of creative economy, to provide information for local government and entrepreneurship, especially in improving prosperity of the perpetrators in the era of ASEAN regional competition, so that the creativity in developing entrepreneurship spirit owned by every business in Aceh Besar Regency can be realized among others : first, encouraging the growth of the creative industrial sector of the economy that can lift the image of Aceh Besar District; second, provide motivation to encourage job creation;

third, encourage product innovation in the region; fourth, enhancing the competitiveness of products produced by groups of business units and local revenue; fifth, making local products as icons that can lift the District of Aceh Besar as a tourist destination to global and domestic markets. The results showed that investment in the creative industry sub-sector of craft and creativity of creative industry entrepreneurs sub-sector craft sting has an impact on the welfare of masrakat especially for business actors as well as the economic growth of District Aceh Great especially.

Keywords: Impact, Creative industry and Prosperity

1. PENDAHULUAN

Era Globalisasi yang membuat hubungan antar negara tanpa batas ruang dan waktu merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Berbagai kegiatan dapat dilakukan dalam waktu yang sama.

Demikian juga halnya dengan kegiatan perdagangan internasional yang dapat dilakukan pada saat yang tepat dan di waktu yang sama. Semua ini dapat terjadi karena adanya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat menjadi penghubung antar negara.

Tantangan globalisasi semakin nyata setelah berbagai kegiatan yang dilakukan di berbagai belahan dunia terhubung dengan mudah. Dalam konteks globalisasi, daya saing merupakan kunci utama untuk mampu bertahan. Daya saing ini muncul tidak hanya dalam bentuk produk dalam jumah banyak

namun juga berkualitas. Kualitas produk tersebut dapat diperoleh melalui pencitraan ataupun menciptakan produk- produk inovatif yang berbeda dari wilayah lainnya. Diperlukan kreativitas yang tinggi untuk dapat menciptakan produk-produk inovatif.

Berangkat dari poin inilah, ekonomi kreatif menemukan eksistensinya dan berkembang (Salman, 2010) Ekonomi kreatif telah dikembangkan di berbagai negara dan menampilkan hasil positif yang signifikan, antara lain berupa penyerapan tenaga kerja, penambahan pendapatan daerah, hingga pencitraan wilayah di tingkat internasional.

Pencitraan wilayah muncul ketika suatu wilayah menjadi terkenal karena produk kreatif yang dihasilkannya. Sebagai contoh, Kota Bandung yang saat ini terkenal karena distro dan factory outlet. Dalam konteks yang lebih luas, pencitraan wilayah dengan

(2)

433 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

menggunakan ekonomi kreatif juga terkoneksi dengan berbagai sektor, di antaranya sektor wisata.

Departemen Pedagangan Republik Indonesia telah menyusun Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009–2015 dalam rangka meningkatkan daya saing daerah menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Terdapat 14 (empat belas sektor) yang menjadi fokus utama industri kreatif di Indonesia. Untuk pengembangan sektor industri kreatif tersebut diperlukan SDM yang handal dengan berbagai keahlian dalam berbagai subsektor industry kreatif.

Walaupun tidak menghasilkan produk dalam jumlah banyak, industri kreatifmampu memberikan kontribusi positif yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional.

Depertemen Perdagangan (2008) mencatat bahwa kontribusi industri kreatif terhadap PDB di tahun 2002 hingga 2006 rata-rata mencapai 6,3% atau setara dengan 152,5 trilyun jika dirupiahkan. Industri kreatif juga sanggup menyerap tenaga kerja hingga 5,4 juta dengan tingkat partisipasi 5,8%. Dari segi ekspor, industri kreatif telah membukukan total ekspor 10,6% antara tahun 2002 hingga 2006 (Suparwoko, 2010).

Pengembangan industri kreatif saat merupakan suatu usaha yang harus dipacu setelah negara-negara kawasan ASEAN menandatangani kesepakatan perdagangan bebas yang dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community). Oleh karena itu, dalam mengahadapi tantangan tersebut perlu mengetahui kekuatan yang kita miliki agar dapat bersaing. Oleh karena itu, sangat menarik untuk mengkaji mengenai daya saing sektor industri kreatif ini. Dalam hal ini, kami ingin mengkaji lebih lanjut mengenai kehidupan industri kreatif di Kabupaten Aceh besar dengan mengangkat judul “Dampak Industri Kreatif dan Strategi Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyakat di Kabupaten Aceh Besar (Studi Pada Subsektor Industri Kerajinan di Kabupaten Aceh Besar).

2. TINJAUAN PUSTAKA

Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan ekonomi kreatif

sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan

Dalam kajian ini hanya dibatasi kajian pada industri kreatif subsektor kerajian.

Penerapan strategi pengembangan ekonomi kreatif melalui sub sektor kerajinan memiliki prospek yang baik. Di beberapa wilayah yang cukup sukses dan populer di antaranya adalah Kanazawa (Jepang), New Zealand, dan Singapura. Daerah Kanazawa, Jepang menawarkan paket wisata ke tempat pembuatan kerajinan (handicraft) warga setempat. Produk kerajinan (handicraft) Kanazawa merupakan bentuk kerajinan tradisional, seperti keramik dan sutra. Para pengrajin bekerja sekaligus menjual serta memamerkan hasil produksinya di sekitar kastil Kanazawa (Kanazawa City Tourism Association, 2010).

Yozcu dan Icoz (2010), kreativitas akan merangsang daerah tujuan wisata untuk menciptakan produk-produk inovatif yang akan memberi nilai tambah dan daya saing yang lebih tinggi dibanding dengan daerah tujuan wisata lainnya. Dari sisi wisatawan, mereka akan merasa lebih tertarik untuk berkunjung ke daerah wisata yang memiliki produk khas untuk kemudian dibawa pulang sebagai souvenir. Di sisi lain, produk-produk kreatif tersebut secara tidak langsung akan melibatkan individual dan pengusaha enterprise bersentuhan dengan sektor budaya.

Persentuhan tersebut akan membawa dampak positif pada upaya pelestarian budaya dan sekaligus peningkatan ekonomi serta estetika lokasi wisata.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian akan dilaksanakan di kawasan yang terdapat industri kreatif subsektor kerajinan di Kabupaten Aceh Besar pada awal tahun 2017. Pemilihan lokasi Kabupaten Aceh Besar sebagai lokasi penelitian karena di kabupaten tersebut banyak terdapat industri kerajinan yang dilakukan baik secara berkelompok maupun secara personal yang memiliki potensi pasar antar

(3)

434 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

daerah, dengan pendekatan purposive sampling, Kegiatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:3), metode penelitian kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Penelitian kualitatif memandang obyek yang diteliti secara holistik. Jadi dalam hal ini tidak mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Sedangkan jenis penelitian deskriptif, menurut Nawawi (2001:44) dapat diartikan sebagai penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang

ada sekarang berdasarkan data-data yang ada.

Jadi ia juga menyajikan data, menganalisis, dan menginterpretasi. Dengan menggunakan teknil pengumpulan data dengan cara, wawancara, observasi serta pemanfaatan dokumentasi yang tersedia

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam Penelitian ini kecamatan yang masuk kriteria dalam penilaian dan keakuratan data dimana data yang diperoleh harus memenuhi kriteri tertentu (purposive sampling) yaitu kecamatan yang mempunyai industri kreatif melebihi 2 (dua) unit usaha industri kreatif sub sektor kerajinan yaitu dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2. Presentase Industri kreatif subsektor kerajinan di Aceh Besar

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa ada dua kecamatan yang mendominasi jumlah industri kreatif di kabupaten Aceh Besar yaitu kecamatan Montasik dan Kecamatan Ingin Jaya dimana kecamatan Montasik yang dominan usaha di bidang border dan sulaman jumlah industri/usahanya adalah 31 unit usaha (20%) dari total industri kreatif di Aceh Besar sedangkan di Kecamatan Ingin Jaya 32 (20%) unit usaha, pada dasarnya kecamatan ingin jaya mempunyai 42 unit usaha industri kreatif namun 10 usaha tidak memenuhi kriteria penelitian ini, selanjutnya diikuti oleh kecamatan Mesjid Raya yaitu sejumlah 30 unit usaha (19%) disusul oleh

kecamatan lhoknga adalah 25 unit usaha sub sektor kerajinan (16%) dari total, sedangkan kecamatan Kuta Malaka dengan jumlah unit usaha 21 unit (14%), kemudian kecamatan Darussalam dan Lhong dengan prosentase yang sama yaitu masing-masing 8 unit usaha(5%) dari keseluruhan indusrtri kreatif dan kecamatan leupueng mempunyai 3 unit usaha (2 %) dari keseluhan unit usaha industri kreatif yang tersebar di Kabupaten Aceh Besar. Selain dampak pertumbuhan jumlah usaha penelitian ini juga dapat mengetahui jumlah Investasi, kapasitas produksi dan nilai produksi industri dimaksud, untuk menbgetahui ketiga variabel

(4)

435 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

tersebut kondisinya dapat dilihat pada grafik/gambar 3 dibawah ini:

Gambar: 3 Kondisi industri kreatif sub sektor kerajinan di Aceh Besar Investasi merupakan tolok ukur dari

input dalam proses produksi, dimana jumlah investasi akan dapat mempengaruhi produktivitas sebuah usaha, pada gambar di atas dapat di jelaskan bahwa jumlah investasi pada uusaha subsektor kerajinan yang ada di 8 kecamatan yang diteliti adalah senilai Rp.1,347,595,000,-. Nilai ini tentunya relative memenuhi kriteria ussaha kecil menengah, capaian ini merupakan nilai total dari keseluhan industri yang jika dipisahkan input nilainya beragam dan sangat tergantungh jenis usaha, umunya nilai investasi besar digunakan untuk industri yang menggunakan mesin/alat teknologi pengolahan. Dari hasil penelitian nilai investasi yang tinggi digunakan pada unit usaha sulaman dan border.

Kapasitas jumlah produksi industri kerajian di Aceh besar mencapai 353,278 unit dengan produksi yang beragam dengan nilai produksinya mencapai Rp. 10,216,645,000, . Produktifitas yang tinggi akan menghasilakan jumlah nilai pruduksi yang tinggi pula, namun demikian dikarenakan produksi industri kreatif ini berbeda jenis yang diproduksi selain itu juga tergantung kepada proses pemasaran produksi sehingga mesing-masing mempunyai value added yang beda. Dari gambar di atas jelas terlihat bahwa walaupu kecamatan ingin Jaya Aceh Besar mempunyai prosentase jumlah unit usaha yang lebih tinggi dari kecamatan Montasik, namun nilai Investasi dan

jumlah produksi lebih didominasi oleh kecamatan Monasik Aceh besar, dari hasil penelitian terjadinya value added yang tinggi dari nilai produksi industri kreatif dikecamatan Montasik adalah akibat dari kualitas produksi dan pasar sasaran yang di tuju saat ini, selain mengandalkan pasar lokal produksi tas sulaman bordir dikecamatan montasik saat ini sudah menembus pasar maca negara, walaupu masih berhubungan dengan satu penampung produk yaitu dari Amerika serikat namun mempunyai efek yang besar terhadap harga barang yang diproduksi. Lebih detil gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut;

Kecamatan Montasik dapat mencapai produktivitas nilai akhir produksi yang capaiannya mencapai Rp 6,004,400. Diikuti kecamatan Lhong dengan nilai produksinya Rp. 1,263,800, selanjutnya produktifitas nilai produksi kecamatan Lhoknga yaitu Rp.

883,145, kecamatan Mesjid Raya berkontribusi sebesar Rp 846,000, sedangkan kecamatan Ingin Jaya Nilai produksinya sebesar Rp.

697000, kecamatan Kuta Malaka, Leupung dan Darussalam masing-masing berkontribusi Rp.

327,300,- , Rp. 108,000, dan Rp. 87,000,.

Dengan terpetakan kondisi Industri kreatif sub sector kerajinan yang telah dibahas diatas dapat diketahui bahwa indusrtri kerajinan sangat mempunnya dampak terhadap kesajahteraan masyarakat, khusunya masyarakat setempat di lokasi terjadinya proses produksi kerajianan terutama para pelaku usaha

(5)

436 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

tersebut, serta diharapkan hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbunan ekonomi kabupaten Aceh Besar

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perkembangan industri kreatif subsektor kerajinan di setiap kecamatan di Kabupaten Aceh Besar terdiri dari jenis kerajinan yang beragam. Beberapa jenis produk kerajinan yang dibuat pengrajin terdiri dari sulam bordir, tikar, sange, keranjang ikan, keset kaki, bordir, sulaman, songket Aceh, kain tenun, kasab Aceh, kotak tisu, bros, pita rambut, dan lampion.

2. Subsektor industri kerajinan di Kabupaten Aceh Besar memiliki peran strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi pengangguran. jumlah industri kreatif di kabupaten Aceh Besar mencapai 158 unit usaha yang produktif yaitu kecamatan Montasik adalah 31 unit usaha, Kecamatan Ingin Jaya 32 (20%) unit usaha, kecamatan Mesjid Raya yaitu sejumlah 30 unit usaha (19%), kecamatan lhoknga adalah 25 (16%) unit usaha, kecamatan Kuta Malaka dengan jumlah unit usaha 21 unit (14%), kecamatan Darussalam 8 unit (5%) Kecamatan Lhong 8 unit usaha(5%) dan kecamatan leupueng mempunyai 3 (2%) unit usaha

3. Indusrtri kerajinan kelompok Industri kratif mempunyai dampak terhadap kesajahteraan masyarakat, khusunya pelaku usaha serta masyarakat setempat di lokasi terjadinya proses produksi usaha kerajianan dimaksud, DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Fitri, dkk. (2013). Pemetaan Industri Kreatif dan Penentuan Kompetensi Inti

Bangkalan. Jurnal Teknik Industri, Vol.

14, No. 2, hal: 131–138

Artiningsih, dkk (2010). Analisis Potensi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat di Wilayah Kota Semarang dalam Pengembangan Industri Kreatif. Jurnal Riptek, Vol.4, No.I1, Hal: 11 – 19

Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengem-bangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2025. Jakarta:

Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

Departemen Perdagangan Republik Indonesi (2007). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia. Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

Disperindagkop dan UKM (2017) Database Industri Kecil Menegah Aceh Besar 2016, sekretariat Disperindagkop dan UKM, Jantho Aceh Besar

Fitriana, Aisyah Nurul, dkk (2014).

Pengembangan Industri Kreatif di Kota Batu (Studi tentang Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Kota Batu).

Jurnal Administrasi Publik, Vol. 2 No.

2, Hal. 281-286

Kanazawa City Tourism Association (2010).

Trip to Kanazawa, City of Crafts 2010.Diakses pada 14 Maret 2015: http://www.kanazawa- tourism.com/eng/campaign/images/

VJY_winter.pdf

Moleong, L. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Rosda Karya. Nawawi, H. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ooi, Can-Seng (2006). ”Tourism and the Creative Economy in Singapore”. In Greg Richards and Julie Wilson (eds.) Tourism, Creativity and Development.

London: Routledge. Hal: 240-251.

Pangestu, Mari Elka (2008). “Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025”, disampaikan dalam Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009- 2015 yang diselenggarakan pada Pekan Produk Budaya Indonesia 2008, JCC, 4-8 Juni

2008

(6)

437 SEMINAR NASIONAL KEMARITIMAN ACEH (UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH, 24 AGUSTUS 2017)

Gambar

Gambar 2. Presentase Industri kreatif subsektor         kerajinan di Aceh Besar

Referensi

Dokumen terkait

Safety and Property Security.. Hotels are not required to ensure guest safety.. However, must exercise reasonable care for guest and

Abstrak: Tujuan penelitian ini mengetahui 1) implementasi penilaian autentik dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sesuai dengan

Dengan adanya komponen-komponen zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI, maka bayi yang diberikan ASI akan terlindung dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan sebuah eksperimen yang mencoba memberikan sebuah solusi bagi permasalahan di atas dengan cara menerapkan

kabupaten Batang belum memiliki gambar teknik pada kapal bangunan barunya. Kurangnya pemahamanan tentang teknik pembangunan kapal secara modern terutama keutamaan

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui apakah keaktifan belajar dan peningkatan hasil belajar muatan IPS dapat diupayakan melalui penerapan model pembelajaran Two

Pada melter dengan pemanas induksi, maka inconel-690 sebagai dinding melter akan mengalami suhu yang lebih tinggi daripada 1150 °C, sehingga laju korosinya akan lebih tinggi

K-Nearset Neighbor telah digunakan untuk beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Ricky Imanuel (2014) pada penelitian “Analisis Prediksi Tingkat