• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II REINFORCEMENT (PENGUATAN) DAN MOTIVASI BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II REINFORCEMENT (PENGUATAN) DAN MOTIVASI BELAJAR"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

REINFORCEMENT (PENGUATAN) DAN MOTIVASI BELAJAR

A. Kajian Teori

1. Konsep Reinforcement (Penguatan) a) Pengertian Reinforcement (Penguatan)

Reinforcement (Penguatan) adalah tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali (Hasibuan, 1985:58). Kalau ditelaah pengertian reinforcement (penguatan) di atas, maka dapat dikatakan bahwareinforcement (penguatan) baik yang berupa pujian, dorongan ataupun penghargaan untuk mengontrol dan memotivasi tingkah laku siswa dalam proses belajar mengajar.

Pengertian reinforcement (penguatan) menurut para ahli, yaitu:

Menurut Wasty Soemanto (2006:129) yang dimaksud dengan pemberian reinforcement (penguatan) adalah suatu respon positif dari guru kepada siswa yang telah melakukan suatu perbuatan yang baik atau berprestasi. Pemberian reinforcement (penguatan) ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa dapat lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar dan mengajar dan siswa agar mengulangi lagi perbuatan yang baik itu.

Dalam proses belajar mengajar, penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari siswa merupakan hal sangat diperlukan sehingga siswa terus berusaha berbuat lebih baik misalnya guru tersenyum atau mengucapkan kata-kata “bagus” kepada siswa yang dapat mengerjakan pekerjaan rumah yang baik akan besar pengaruhnya terhadap siswa. Siswa tersebut akan merasa puas dan merasa diterima atas hasil yang dicapai, dan siswa lain diharapkan akan berbuat seperti itu.

Menurut Moh. Uzer Usman (1990:80)reinforcement (penguatan) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku

(2)

siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balikbagi sipenerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan ataupun koreksi. Reinforcement (penguatan) dikatakan juga sebagai respon terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut.

Dari beberapa pengertian reinforcement (penguatan) tersebut dapat disimpulkan bahwa reinforcement (penguatan) adalah usaha guru untuk terulang kembali perilaku yang telah dilakukan, yang berupa pujian, dorongan ataupun penghargaan sehingga terjadi suatu proses belajar mengajar.

b) Jenis-Jenis Reinforcement (Penguatan)

Menurut Skinner reinforcement (penguatan) berarti memperkuat, reinforcement (penguatan) dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1) Reinforcement (penguatan) positif adalah reinforcement penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk reinforcement (penguatan) positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan dan lain-lain), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dan sebagainya).

2) Reinforcement (penguatan) negatif, adalah reinforcement (penguatan) berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan).

Bentuk-bentuk reinforcement (penguatan) negatif antara lain:

menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dan lain-lain).

(3)

Sedangkan menurut Murni, dkk (2010: 122-125) mengemukan jenis-jenis reinforcement (penguatan) antara lain:

1) Reinforcement (penguatan) verbal

Reinforcement (penguatan) verbal merupakan penguatan yang paling mudah digunakan dalan kegiatan pembelajaran, yang dapat diberikan dalam bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan, atau dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Komentar, pujian, dan sebagainya tersebut dapat diberikan dalam bentuk kata-kata dan kalimat.

Contoh:

a) Kata-kata, seperti: bagus, ya, tepat, betul, bagus sekali;

b) Kalimat, seperti: Pekerjaanmu bagus sekali; Caramu memberi penjelasan baik sekali;

2) Reinforcement (penguatan) nonverbal

Reinforcement (penguatan) nonverbal adalah pemberian reinforcement (penguatan) yang disampaikan melalui mimik muka dan gerakan badan, gerak mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, pemberian symbol atau benda.

a) Mimik muka dan gerakan badan

Mimik dan gerakan badan seperti senyuman, anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan dapat mengkomunikasikan kepuasan guru terhadap respon siswa. Sebagai contoh, ketika guru memberi reinforcement (penguatan) verbal “Pekerjaanmu baik sekali”, pada saat itu guru menganggukan kepalanya.

b) Gerakan mendekati anak

Gerak mendekati anak ditujukan guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri disamping siswa atau kelompok siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat dengan seorang siswa atau kelompok siswa, berjalan disisi siswa dan sebagainya. Tujuan gerak mendekati anak adalah untuk memberi perhatian, menunjukan rasa senang akan pekerjaan siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa.

(4)

c) Sentuhan

Teknik penggunaannya perlu mempertimbangkan latar belakang anak,umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan setempat.

Dalam memberi reinforcement (penguatan) ini, beberapa perilaku yang dapat dilakukan guru antara lain: menepuk pundak atau bahu siswa, menjabat tangan siswa, mengelus rambut siswa, atau mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan.

d) Kegiatan yang menyenangkan

Bentuk kegiatan belajar yang disenangi anak dapat mempertinggi intensitas belajarnya, sehingga apabila bentuk kegiatan belajar yang harus dilaksanakan tersebut disukai, akibatnya anak tidak ada gairah untuk belajar. Untuk menguatkan gairah belajar, guru dapat memilih kegiatan- kegiatan belajar yang disukai anak. Oleh karena tiap-tiap anak memiliki kesukaran masing-masing, maka guru perlu menyiapkan berbagai alternatif pilihan yang sesuai dengan kesukaan masing-masing. Dapat juga reinforcement (penguatan) ini diberikan sebagai akibat dari prestasi baik yang ditunjukkan anak. Misalnya anak yang berprestasi dalam hasil belajarnya, ditunjuk sebagai pimpinan kelompok belajar.

e) Pemberian benda atau hadiah

Reinforcement (penguatan) yang berupa simbol atau benda ini dapat berupa piagam penghargaan, benda-benda yang berupa alat-alat tulis dan buku, dapat pula komentar tertulis pada buku anak. Perlu diperhatikan khususnya penggunaan reinforcement (penguatan) yang berupa benda: hal ini hendaknya tidak mengarah pada benda tersebut sebagai tujuan belajar anak. Oleh karena itu perlu dibatasi penggunaannya.

c. Tujuan Memberi Reinforcement (Penguatan)

Dalam kegiatan pembelajaran, reinforcement (penguatan) mempunyai peran penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Pujian atau respon positif guru terhadap perilaku perbuatan siswa yang positif akan membuat siswa merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan.

(5)

Namun sayangnya, guru jarang sekali memuji perilaku atau perbuatan siswa yang positif, yang sering terjadi adalah guru menegur atau memberi respon negatif terhadap perbuatan siswa yang negatif. Oleh karena itu, guru perlu melatih diri sehingga terampil dan terbiasa memberikan reinforcement (penguatan).

Dalam kaitan dengan kegiatan pembelajaran, tujuan memberi reinforcement (penguatan) kepada siswa di dalam kelas adalah untuk:

1) Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar;

2) Membangkitkan,meningkatkan motivasi belajar siswa;

3) Mengarahkan pengembangan berfikir divergent;

4) Mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses belajar;

5) Mengendalikan serta memodofikasi tingkah laku siswa yang kurang positif, serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.

Tujuan pemberian reinforcement (penguatan) menurut Usman, (2005:81) reinforcement(penguatan) mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut:

1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran;

2) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar;

3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.

Adapun tujuan pemberian reinforcement (penguatan) di dalam kelas adalah:

1) Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian reinforcement (penguatan) digunakan secara selektif;

2) Memberi motivasi kepada siswa;

3) Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkahlaku siswa yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar yang produktif;

4) Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar;

(6)

5) Mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang berbeda dan pengambilan inisiatif yang bebas.

d. Prinsip Pemberian Reinforcement (Penguatan)

Agar reinforcement (penguatan) yang diberikan oleh guru dapat berfungsi secara efektif, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian reinforcement (penguatan) sebagai berikut:

1) Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan guru dalam pemberian reinforcement (penguatan) kepada siswa memiliki aspek penting terhadap tingkahlaku dan hasil belajar siswa. Kehangatan dan keantusiasan ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara.

2) Hindari penggunaan reinforcement (penguatan) negatif

Banyaknya akibat yang muncul yang tidak dikehendaki sehingga penggunaan penguatan ini sebaiknya dihindari, walaupun sebenarnya pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk mengubah motivasi, penampilan, dan tingkah laku siswa. Akibat yang dimaksud, seperti siswa menjadi frustasi dan peristiwa akan terulang kembali. Kata kasar, cercaan, hukuman atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan iklim kelas yang kondusif maupun kepribadian siswa sendiri. Oleh karma itu itu hendaknya menghindari segala jenis respon negatif tersebut (Winaputra, 2003:734).

3) Kebermaknaan

Dalam memberikan reinforcement (penguatan), haruslah bermakna bagi siswa, artinya siswa memang merasa terdorong untuk meningkatkan penampilannya. Perlu diperhatikan juga situasi di mana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian reinforcement (penguatan) terhadap tingkah lakunya dan melihat bahwa itu sangat bermanfaat.

(7)

e. Teknik-Teknik Reinforcement (Penguatan)

Teknik-teknik dalam pemberian reinforcement (penguatan) adalah sebagai berikut :

1) Reinforcement (penguatan) secara kelompok

Pemberian reinforcement (penguatan) kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan secara terus menerus seperti halnya pada pemberian reinforcement (penguatan) untuk individu. Reinforcement (penguatan) verbal, gestural, tanda dan reinforcement (penguatan) kegiatan adalah merupakan komponen reinforcement (penguatan) yang dapat diperuntukkan pada seluruh anggota kelompok.

2) Reinforcement (penguatan) yang ditunda

Penundaan reinforcement (penguatan) pada umumnya adalah kurang efektif bila dibandingkan dengan pemberian secara langsung. pemberian reinforcement (penguatan) dengan menggunakan komponen yang manapun. sebaiknya segera diberikan kepada siswa setelah melakukan suatu respon.

3) Reinforcement (penguatan) partial

Reinforcement (penguatan) partial sama dengan reinforcement (penguatan) sebagian-sebagian atau tidak berkesinambungan, diberi kepada siswa untuk sebagian dari responnya. Sebenarnya reinforcement (penguatan) ini digunakan untuk menghindari penggunaan reinforcement (penguatan) negatif dan pemberian kritik.

4) Reinforcement (penguatan) perorangan

Reinforcement (penguatan) perorangan merupakan pemberian reinforcement (penguatan) secara khusus, misalnya menyebut kemampuan, penampilan. dan nama siswa yang bersangkutan adalah lebih efektif dari pada tidak menyebutkan apa-apa.

(8)

2. Konsep Motivasi Belajar a) Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi awalnya berasal dari kata motif, yaitu “daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif diartikan sebagai suatu kondisi intern (Sardiman, 2001:71).

Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Jadi ada tiga kata kunci tentang pengertian motivasi menurut Huitt, yaitu: 1) kondisi atau status internal itu mengaktifkan dan memberi arah pada perilaku seseorang; 2) keinginan yang memberi tenaga dan mengarahkan perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan; 3) Tingkat kebutuhan dan keinginan akan berpengaruh terhadap intensitas perilaku seseorang.

Thursan Hakim (2000:26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut.

Pengertian motivasi yang lebih lengkap menurut Sudarwan Danim (2004:2) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni:

1) Faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal, 2) Tujuan yang ingin dicapai,

3) Strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.

(9)

Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu hal yang membedakan antara manusia dan binatang (Oemar Hamalik 2002). Ada banyak perilaku perubahan pengalaman, serta dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Para ahli pendidikan dan psikolog sependapat bahwa motivasi amat penting untuk keberhasilan belajar.

Beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku individu baik fisik (jasmani) maupun psikis (rohani) yang relatif menetap, serta perubahan tersebut terjadi setelah melalui pengalaman dan latihan serta interaksi dengan lingkungan yang terlibat proses kognitif.Berkaitan dengan proses belajar siswa, motivasi belajar sangatlah diperlukan. Diyakini bahwa hasil belajar akan meningkat kalau siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat. Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (JJ. Hasibuan &

Moedjiono: 2006).

Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuh. Ada juga siswa yang termotivasi melaksanakan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti: nilai, tanda penghargaan, atau pujian guru. Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

(Sardiman A. M: 2007).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang

(10)

datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

b) Prinsip Motivasi Belajar

Pembahasan motivasi belajar tidak bisa terlepas dari masalah-masalah psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan (Nur uhbiyah,1997:7), yang perlu di pahami dalam prinsip-prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut: 1) Memuji lebih baik daripada mencela; 2) Perlu diketahui bahwa manusia cenderung akan mengulangi perbuatan yang mendapat pujian atau apresiasi dari pihak lain; 3) Memenuhi kebutuhan psikologi; 4) Motivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik; 5) Keserasian antara motivasi; 6) Mampu manjelaskan tujuan pembelajaran; 7) Menumbuhkan perilaku yang lebih baik; 8) Mampu mempengaruhi lingkungan; 9) Bisa diaplikasikan dalam wujud yang nyata.

Dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar melibatkan pihak-pihak sebagai berikut.

1. Siswa

Siswa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.

2. Guru

Guru bertanggung jawab memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang digunakan dalam menggiatkan adalah : a) Mengemukakan pertanyaan; b) Memberi ganjaran; c) Memberi hadiah; d) Memberi hukuman/sanksi. Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya.

(11)

Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi.

3. Orang tua atau keluarga dan lingkungan

Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggung jawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar siswa, seperti dari tetangga, sanak saudara, atau teman bermain (Nanang Fatah, 2004:89).

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Sesuai dengan pembahasan motivasi belajar siswa. menurut Dimyati dan Mujiono mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa terdiri dari:

1) Cita-cita atau aspirasi siswa

Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, dan nilainilai kehidupan. Cita-cita siswa untuk menjadi “seseorang” akan memperkuat semangatnya untuk belajar dan mengarahkan perilaku belajar.

Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian menjadi “seseorang” akan memperkuat semangatnya untuk belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian.

2) Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas dan perkembangan.

3) Kondisi siswa

Kondisijasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.

Seorang siswa yang sedang sakit, lapar. atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatiannya.

(12)

4) Kondisi lingkungan siswa

Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya.

Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah, maka, semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Adanya perasaan, perhatian, kemauan, ingatan. dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup, lingkungan.

d. Sifat-Sifat dan Jenis Motivasi Belajar

Karena motivasi merupakan suatu perubahan yang ada pada diri siswa, maka ada beberapa sifat motivasi, antara lain :

1) Kekuatan suatu motif : Suatu motif yang kuat tidak tentu berlangsung lama. Sedangkan motif yang lama tidak tentu kuat. Suatu motif yang lama berlangsung dapat menjadi motif yang mendalam. sehingga menguasai dan memberi arah.

2) Motif yang berubah-ubah : Motif kadang-kadang menjadi tujuan, tetapi kalau sudah tercapai lalu berubah menjadi jalan ke tujuan rang lain.

3) Motivasi asli dan motivasi yang didapat : Motivasi asli adalah motif-motif yang ditentukan secara struktural, sosial dan alamiah. Motif ini umum sifatnya pada manusia. Motif-motif yang alamiah dapat menjadi dasar motivasi yang diperlukan dalam belajar.

e. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Anak

Setelah membahas mengenai motivasi belajar Anak dan kaitannya dengan prestasi belajar anak, maka pada kesempatan ini saya juga akan menyampaikan beberapa tips atau cara untuk meningkatkan motivasi belajar anak. Karena begitu pentingnya motivasi belajar dalam proses perbaikan prestasi belajar, saya kira maka tips ini mungkin akan sangat bermanfaat.

(13)

Ada beberapa cara meningkatkan motivasi belajar anak dalam kegiatan belajar di sekolah, misalnya saja seperti yang diungkapkan Sudirman (2013:92-94), yaitu:

1) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.

2) Hadiah

Hadiah dapat menjadi motivasi belajar yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.

3) Kompetisi

Persaingan baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.

4) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi.

5) Memberi Ulangan

Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan.

Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.

(14)

6) Mengetahui hasil

Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak.

Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.

7) Pujian

Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8) Hukuman

Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajaranak. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.

Hal senada juga diungkapkan motivasi siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu:

1) Menjelaskan tujuan kepada peserta didik

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2) Hadiah

Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi.

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

(15)

3) Saingan/kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4) Pujian

Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.

5) Hukuman

Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman.

Hukuman akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.

6) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain itu, guru juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa.

7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik

Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal belajarMembantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.

8) Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya.

(16)

f. Motivasi dalam Belajar

Dalam proses belajar, siswa dituntut aktif didalamnya agar usaha mencari pengetahuan itu medapat hasil yang maksimal. Dalam kegiatan belajar banyak hal yang melatarbelakangi sukses tidaknya peserta didik dalam prosesbelajar. Latar belakang itu disebut dengan motivasi.Tingkat tinggi rendahnya motivasi berpengaruh padamaksimal tidaknya proses belajar.

(Dimyati dan Mudjiono,2009:80) dengan adanya motivasi, manusia akanbergerak dan mengarah pada hal yang menjadikan motivasi itu terealisasi.

Motivasi muncul ketika manusia dituntut untuk memenuhi kebutuhannya.

Moslow membagi kebutuhan menjadi 5 yaitu kebutuhan fisiologis, perasaan, sosial, prestasi dan aktualisasi diri. kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang primer seperti sandang, pangan, papan. Dengan adanya kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi itu. Manusia termotivasi untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa kebutuhan itu dapat di peroleh dengan jalan bekerja, namun sebelum bekerja,manusia dituntut untuk belajar agar nantinya dapat diterima bekerja. Inilah salah satu contoh pentingnya motivasi terhadap proses belajar.

Pentingnya motivasi belajar untuk siswa adalah: 1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar,proses, dan hasilakhir. Contohnya dua siswa yang sama-sama membacabuku, salah satu siswa telah faham dan yang satu belum,maka siswa yang belum faham itu akan terdorong untukbelajar; 2) Menginformasikan tentang usahabelajar; 3)Mengarahkan kegiatan belajar; 3) Membesarkan semangat belajar; 4) Menyadarkan tentang perjalanan belajar kemudian bekerja. (Dimyati dan Mudjiono, 2009:85).

Dengan mengetahui pentingnya motivasi dalam belajar,diharapkan siswa bisa mencari apakah motivasi yang baik dipegang agar proses belajar menjadi maksimal. Guru hendaknya juga memberikan motivasi melalui ceramah danjuga cerita orang-orang yang telah sukses agar siswanya terpacu dan menjadikannya sebagai motivasi. Perilaku belajar dilakukan oleh si pebelajar.

Pada diri si pebelajar terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita disebut

(17)

motivasi belajar. Komponen utama motivasi tersebut adalah kebutuhan, dorongan, dan tujuan si pembelajar. Motivasi belajar sangat penting dipahami oleh siswa maupun guru.

Penguatan motivasi belajar berada di tangan para guru/pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.

Perilaku belajar yang mengandung motivasi belajar yang dikelola oleh guru dan dihayati oleh siswa, sebagai berikut: Guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa pendagogis. Ia menyusun desain pembelajaran, dan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Guru bertindak membelajarkan siswa yang memiliki motivasi intrinsik. Siswa adalah pembelajar yang berkepentingan dalam menghayati belajar. Ada siswa yang telah berkeinginan memperoleh pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan sejak kecil. Siswa tersebut memiliki motivasi intrinsik. Siswa yang lain baru memiliki keinginan memperoleh pengalaman, keterampilan dan pengetahuan berkat teman sebayanya. Mereka ini memiliki motivasi ekstrinsik.

Dalam proses belajar mengajar, guru melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji, menegur, menghukum, atau memberi nasihat. Tindakan guru tersebut berarti menguatkan motivasi intrinsic;

tindakan guru tersebut juga berarti mendorong siswa untuk belajar, suatu penguatan motivasi ekstrinsik. Siswa tertarik belajar karena ingin memp- eroleh hadiah atau menghindari hukuman. Dalam hal ini siswa ‘menghayati’

motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik, dan bertambah bersemangat untuk belajar. Sesuai dengan tugas perkembangan maka siswa dapat bangkit untuk beremansipasi menjadi mandiri. Emansipasi mandiri tersebut berlangsung sepanjang hayat sesuai dengan tingkat pertumbuhan dalam memenuhi kebutuhan pribadi.

(18)

Dengan belajar yang bermotivasi siswa memperoleh hasil belajar. Hasil belajar dapat dikategorikan: 1) Hasil belajar sementara; 2) Hasil belajar bagian; 3) Hasil belajar tak lengkap; 4) Hasil belajar lengkap.

3. Konsep Reinforcement (Penguatan) dan Motivasi Belajar Siswa

Reinforcement (penguatan) mengandung makna menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum begitu kuat. Makna tersebut ditujukan kepada tingkah laku individu yang perlu di perkuat.Diperkuat artinya dimantapkan, di persering kemunculannya. Pada proses pendidikan, tujuan utama yang hendak dicapai melalui proses pembelajaran adalah adanya tingkah laku yang baik. Oleh karena itu reinforcement (penguatan) dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencapai tingkah laku yang baik dalam pembelajaran.

Reinforcement (Penguatan) merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Mengingat karena reinforcement (penguatan) merupakan salah satu alat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui ketrampilannya dalam memberikan reinforcement (penguatan).

Seseorang yang mempunyai motivasi atau dorongan yang lahir dari dalam dirinya sendiri akan lebih mudah dalam mencapai suatu keberhasilan dibandingkan dengan orang yang membutuhkan motivasi atau factor pendorong yang berasal dari luar dirinya. Hal ini terjadi karena adanya inisiatif atau kemauan serta keinginan untuk selalu meraih sesuatu yang diharapkan oleh seseorang yang bermotivasi tersebut. Lain halnya dengan orang yang memiliki sifat pasif yang selalu digerakan oleh pihak lain sehingga kemampuan untuk berusaha meraih cita-cita sedikit lamban.

(19)

C. Kajian Penelitian yang Relevan

a) Efektifitas Penggunaan Metode Role Playing pada Bidang Study Aqidah Akhlak dan Hubunganya dengan Perubahan Perilaku Siswa di Mts Miftahul Huda Desa Watuaji Kecamatan Keeling Kabupaten Jepara

Berdasarkan kajian penelitian yang relevan dari penulis Latif Asror dengan judul “Efektifitas Penggunaan Metode Role Playing pada Bidang Study Aqidah Akhlak dan Hubunganya Dengan Perubahan Perilaku Siswa di Mts Miftahul Huda Desa Watuaji Kecamatan Keeling Kabupaten Jepara”. 2006. IAIN Syekh Nurjati Cirebon . Dan hasil dari penelitiannya menyimpulkan bahwa penggunaan metode role playing sangat baik hanya 23,42% (tidak baik), sedangkan yang menyatakan metode role playing baik hanya 60,46% (cukup).

Kondisi perilaku siswa MTs Miftahul Huda Wituaji Kecamatan Keeling Kabupaten Jepara, siswa yang memiliki perilaku yang sangat baik hanya 50,23% (kurang baik), sedangkan siswa yang memiliki perilaku yang baik hanya 31,18% (tidak baik).

Korelasi antara penggunaan metode role playing dengan kondisi akhlaq siswa tergolong korelasi yang cukup, yakni dengan hasil perhitungan yang diperoleh sekitar 0,68% (cukup).

b) Efektivitas Penggunaan Metode Resitasi Bidang Studi Sejarah dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa di MAN 1 Ciawigebang Kabupaten Kuningan

Berdasarkan kajian penelitian yang relevan dari penulis Agus Romdhani dengan judul ” Efektivitas Penggunaan Metode Resitasi Bidang Studi Sejarah dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa di MAN 1 Ciawigebang Kabupaten Kuningan“. 2004 IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Hasil penelitiannya meniympulkan bahwa efektivitas penggunaaan metode resitasi bidang studi IPS Sejarah di MAN 1 Ciawigebang sebagai salah satu metode pengajaran yang dipergunakan oleh pengajar disekolah tersebut setelah diteliti oleh penulis ternyata tergolong dalam kategori sangat baik.

(20)

Tingkat prestasi belajar siswa MAN 1 Ciawigebang Kabupaten Kuningan bidang studi IPS Sejarah tergolong dalam kategori yang baik nilainya menunjukan perolehan rata-rata total nilainya sebesar 0,83 yang terletak diantara rantang nilai 0,70-1,00 pada standar nilai yang digunakan.

Efektivitas penggunaan metode pengajaran resitasi memiliki korelasi positif yang sedang atau cukup dengan tingkat prestasi belajar siswa pada bidang studi Sejarah di MAN 1 Ciawigebang Kabupaten Kuningan. Harga korelasi kedua variable sebesar 0,43 terletak pada rentang nilai 0,40-0,70 yang menunjukan korelasi yang sedang atau cukup.

c) Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi pada Mata Pelajaran IPS- Ekonomi di Kelas VIII SMP AL-Washilah Panguragan Kabupaten Cirebon

Berdasarkan kajian penelitian yang relevan dari penulis Masriyah dengan judul “Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi pada Mata Pelajaran IPS-Ekonomi di Kelas VIII SMP AL-Washilah Panguragan Kabupaten Cirebon”. 2006 IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Dan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPS-Ekonomi Di Kelas VIII SMP AL-Washilah Panguragan Kabupaten Cirebonsebagai salah satu metode pengajaran yang dipergunakan oleh pengajar disekolah tersebut setelah diteliti oleh penulis ternyata tergolong dalam kategori sangat baik dengan kualitas nilai meannya sebesar 0,70 pada standar nilai yang digunakan.

Tingkat prestasi belajar siswa kelas VIII SMP AL-Washilah Panguragan Cirebon juga tergolong sangat baik dengan kualitas meannya sebesar 0,74.

Kedua nilai variable tersebut terletak antara rentang nilai 0,70-1,00 pada kreteria nilai yang digunakan.

Sedangkan hubungan kedua variable tersebut memiliki korelasi positif meskipun tergolong dalam kreteria lemah atau rendah, dengan perolehan hitung sebesar 0,22 yang terletak di antara rentang nilai 0,20-0,40 pada interpretasi nilai r yang dipergunakan.

(21)

C. Kerangka Pemikiran

Pendidikan merupakan sebuah proses kognitif, efektif maupun psikomotor yang dilakukan secara terus menerus dan bertahap. Berbagai macam strategi yang dapat dilakukan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.

Tetapi, tentu saja tidak semua siswa mampu menyerap materi tersebut secara merata. Berbagai factor, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungan juga mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Salah satu factor yang berperan dalam melatih kesadaran siswa dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam menyerap materi pembelajaran adalah strategi yang apat digunakan oleh guru.Factor ketrampilan guru dalam mengajar juga sangat penting dalam menentukan motivasi siswa dalam belajar. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil salah satu pengaruh reinforcement (penguatan) motivasi siswa.

Dampak yang diharapkan dari pemberian reinforcement (penguatan) adalah meningkatkan motivasi siswa pada proses belajar mengajar. Jika guru memberikan reinforcement (penguatan) terhadap siswa baik, diharapkan motivasi siswa dalam pembelajaran juga baik. Reinforcement (penguatan) dan motivasi belajar siswa sangat dibutuhkan dalam pembelajaran karena hal ini secara tidak langsung akan berdampak pada hasil belajar siswa.

Melalui uraian tersebut, kita dapat mengetahui ada pengaruh antara reinforcement (penguatan) terhadap motivasi siswa. Untuk mengetahui dan membuktikan efektivitas pemberian reinforcement (penguatan) dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa, maka akan dilakukan penelitian mengenai hal tersebut.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan suatu hal yang sering dituntut untuk melakukan pengecekan (Sudjana, 2005:219).Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:64), hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenarannya melalui data yang terkumpul.

(22)

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan reinforcement (penguatan) terhadap motivasi belajar siswa kelas VII-A di MTs Sunan Kalijaga, Desa Siwuluh, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.

Ha =Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara reinforcement (penguatan) dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII-A di MTs Sunan Kalijaga, Desa Siwuluh, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.

 

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, penelitian ini akan menguji pengaruh opini audit tahun lalu terhadap kinerja pemerintah daerah se-Sumatera serta bagaimana pengaruh tingkat korupsi dalam

Kinerja variabel Net Interest Margin (NIM) ternyata memiliki peran baik secara bersama maupun secara parsial sebesar 0.588 yang lebih tinggi dibandingkan dengan SBI dan

Karyawan dalam sebuah organisasi akan cenderung untuk membentuk sebuah kepercayaan secara umum terkait sejauh mana organisasi menghargai kontribusi karyawan dan

mengalami masalah dengan Piranti LunakPerangkat Keras yang telah dibeli dari PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA akan menghubungi PIHAK KEDUA melalui

Penilaiam terhadap kualitas layanan ditinjau dari dimensi Affect of Service (faktor-faktor yang mempengaruhi layanan) yang meliputi emphaty (empati), responsiveness

Berdasarkan ke tiga peramalan (forecast) kebutuhan akan sumber daya manusia dalam perencanaan sumber daya manusia diatas dapat diartikan bahwa perencanaan sumber

oxide yang memiliki pH netral. Tiga variasi konsentrasi ini selanjutnya di ultrasonikasi dengan waktu 30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Hasil proses ultrasonikasi

Tetapi saya selalu salah dalam menghitung.” Ahmad : “Baiklah kalau begitu, hari Sabtu saya akan pergi ke rumah kamu..…” ‘Umar : “Oke, terimakasih banyak Ahmad.” Ahmad