• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANGGUNG JAWABAN PENYEWA PERALATAN BERKEMAH ( Camping ) DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA. ( Studi pada River Outdoor& Rescue Equipment ) JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERTANGGUNG JAWABAN PENYEWA PERALATAN BERKEMAH ( Camping ) DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA. ( Studi pada River Outdoor& Rescue Equipment ) JURNAL"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PERTANGGUNG JAWABAN PENYEWA PERALATAN BERKEMAH ( Camping ) DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA

( Studi pada River Outdoor& Rescue Equipment ) JURNAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh:

STEVEN PUJI SIBURIAN

130200388

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

ABSTRAK

Dr. Edy Ikhsan,S.H.,M.A1 Eko Yudhistira, S.H.,M.Kn2

Steven Puji Siburian3

Dewasa ini kebutuhan akan suatu hiburan sangat diperlukan oleh masyarakat yang pada umumnya yang tinggal diperkotaan. Tiap masyarakat memiliki cara yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Salah satu kegiatan yang sering dilakukan adalah berkemah. Melakukan aktifitas berkemah memerlukan peralatan yang tidak setiap masyarakat dapat memilikinya karena tidak semua masyarakat mampu membeli peralatan berkemah. Untuk mengatasi masalah tersebut. Karena itu dilakukanlah perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana prosedur perjanjian sewa menyewa peralatan berkemahyang terjadi di antara para pihak, bagaimana hak dan kewajiban yang timbul dari para pihak dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah, dan bagaimana pertanggungjawaban penyewa peralatan berkemah apabila terjadi kerusakan pada saat perjanjian sewa menyewa berakhir. Penelitian ini dilakukan di Toko River Outdoor & Rescue Equipment.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode pendekatan yang dilakukan adalah metode yuridis normatif. Data yang digunakan adalah data primer, sekunder dan tersier. Metode pengumpulan data adalah data kepustakaan ( Library Research ) dan studi lapangan ( Field Research ). Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara. Setelah dikumpulkan data dianalisa secara kualitatif.

Perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah diawali dengan kesepakatan dengan menyetujui klausula perjanjian yang dibuat pihak yang menyewakan.

Kewajiban pihak yang menyewakan adalah menyediakan peralatan berkemah dalam keadaan baik, tidak menyewakan kemabali pada orang lain dalam masa sewa yang berjalan, menanyakan kepada penyewa apakah melanjutkan sewanya atau tidak, sedangkan kewajiban penyewa membayar uang sewa, menjaga peralatan berkemah yang di sewa. Bila dalam masa sewa terjadi kerusakan peralatan berkemah akibat kelalaian penyewa, maka penyewa wajib untuk bertanggungjawab atas peralatan yang rusak. Jika kerusakan disebabkan faktor alam maka penyewa dilepaskan dari tanggungjawabnya untuk mengganti kerugian kerusakan akibat faktor dari alam tersebut.

Kata Kunci : Pertanggungjawaban, Perjanjian dan Sewa Menyewa

1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

2Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir melakukan kegiatan di alam bebas menjadi salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh beberapa kalangan untuk rekreasi, yang dilakukan agar menyegarkan pikiran dari hiruk pikuk ramainya perkotaan untuk menikmati keindahan alam bebas dan menginap untuk waktu tertentu pada alam terbuka maupun pada lokasi perkemahan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan di alam bebas yaitu camping, dalam pengertiannya camping diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia sebagai perkemahan dan berasal dari kata dasar kemah.

Melakukan aktifitas berkemah diperlukan beberapa peralatan untuk mendukung kegiatan tersebut, seperti tenda, kompor, matras, lampu kepala (headlamp) maupun kompas, alat-alat tersebut merupakan sebagian alat-alat pokok yang harus disediakan jika ingin melakukan berkemah di alam bebas.

Namun tidak setiap orang memiliki peralatan tersebut, disamping alat tersebut tergolong peralatan yang berharga mahal, kegiatan berkemah di alam terbuka juga tidak tergolong suatu kegiatan yang tidak secara intens dilakukan. Selain itu peralatan tersebut juga membutuhkan perawatan yang baik agar dapat digunakan dalam kurun waktu yang panjang.

(4)

Bagi masyarakat yang memiliki atau berada pada taraf perekonomian yang rendah maka upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan terhadap peralatan berkemah ialah dengan memilih cara menyewa peralatan-peralatan berkemah yang terjangkau. Alasan tersebutlah yang mendasari seseorang menyewa peralatan berkemah dibandingkan harus membeli dengan harga mahal.

Ketika orang lebih banyak menyewa

peralatan berkemah daripada membeli maka menimbulkan dan meningkatkan kebutuhan akan penggunaan peralatan berkemah.

Itu menjadi salah satu penyebab menjamurnya usaha penyewaan peralatan berkemah di Kota Medan. Hal itu juga didasari banyaknya orang ( termasuk mahasiswa) yang memilih menghabiskan waktu senggang dan setelah memiliki jadwal kuliah yang padat dengan melakukan aktifitas berkemah. Di samping itu Kota Medan juga memiliki jarak yang cukup dekat dengan beberapa objek yang bisa dijadikan lokasi berkemah, seperti Bumi Perkemahan Sibolangit, Gunung Sibayak, Gunung Sipiso-Piso dan masih banyak lagi tempat yang dapat dijadikan lokasi berkemah. Adanya usaha penyewaan peralatan berkemah tersebut, dengan demikian timbullah kegiatan sewa menyewa di antara beberapa pihak, yaitu pihak penyewa peralatan berkemah dan pihak yang menyewakan peralatan berkemah tersebut.

Karena tingginya kebutuhan orang-orang (termasuk mahasiwa) akan penggunaan alat berkemah, maka hal itu menjadi peluang usaha yang baik dalam penyewaan peralatan berkemah. Letak usaha penyewaan peralatan berkemah ini sendiri mudah dijumpai dalam jumlah yang cukup banyak di daerah sekitar

(5)

kampus-kampus di Kota Medan oleh karena di dominasi oleh tempat tinggal mahasiwa. Dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis, tempat penyewaan peralatan berkemah, yang sering menjadi rekomendasi di Kota Medan yaitu River Outdoor& Rescue Equipment yang berlokasi di Jl. Setia Budi No 132, Tanjung Sari, Medan Selayang, Medan.

Perjanjian sewa menyewa adalah salah satu jenis perjanjian yang sangat sering dijumpai maupun dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, perjanjian sewa menyewa yang dilakukan pihak penyewa peralatan berkemah dan pihak yang menyewa peralatan berkemah pada River Outdoor& Rescue Equipment adalah suatu bentuk hubungan hukum yang dilakukan untuk memenuhi kepentingan maupun kebutuhannya akan suatu hal. Dan dalam hal perjanjian sewa menyewa setiap pihak memiliki tanggung jawab dan hak masing-masing, dimana hak dan tanggung jawab tersebut harus dipenuhi oleh para pihak yang melakukan perjanjian tersebut.

Seperti yang diatur dalam Pasal 1548 KUHPerdata ”Dalam perjanjian sewa menyewa ini,pihak yang menyewakan mengikat diri untuk menyerahkan barang yang disewakannya untuk dapat dinikmati oleh pihak penyewa untuk jangka waktu tertentu, sedangkan pihak penyewa diwajibkan untuk membayar sejumlah harga sebagaimana kontraprestasi dari barang yang diterimanya”.Sewa menyewa seperti halnya dengan jual beli dan perjanjian-perjanjian lain pada umumnya adalah suatu perjanjian konsensual. Artinya, ia sudah sah danmengikat

(6)

pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya, yaitubarang dan harga.4

Hal-hal yang membedakan perjanjian sewa menyewa ini dengan perjanjian jual beli adalah dalam sewa menyewa tidak ada penyerahan dalam artipengalihan hak milik, yang ada hanyalah penyerahan kekuasaan atas suatu barang untuk dinikmati penyewa.5 Oleh karena itu, tidak dituntut atau tidakdipersyaratkan bahwa yang menyerahkan barang harus pemilik barang,sebagaimana halnya dalam perjanjian jual beli atau tukar-menukar. Jadi,meskipun seseorang hanya mempunyai “hak menikmati hasil” atas suatu barangdan “bukan pemilik”, yang bersangkutan sudah dapat secara sah menyewakanbarang tersebut.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa pokok permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam skripsi ini.

Pokok permasalahan yang dimaksud adalah:

1. Bagaimanakah prosedur perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah yang terjadi diantara para pihak ?

2. Apa yang menjadi hak dan kewajiban yang timbul dari para pihak dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah ?

4R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan X.PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, 1995, hal. 40.

5I.G. Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak, Contract Drafting Teori Dan Praktik, Kesaint Blanc, Jakarta, 2008, hal. 168

(7)

3. Bagaimanakah pertanggungjawaban penyewa peralatan berkemah apabila terjadi kerusakan pada saat perjanjian sewa menyewa berakhir ?

C. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, dengan cara menganalisis bahan hukum secara komprehensif baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang diperoleh selama melakukan penelitian.

Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan normatif yaitu penelitian mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan dan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan yang berupa hasil angket maupun hasil wawancara yang dilakukan secara langsung. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui hasil studi pustaka, tulisan ilmiah dan berbagai sumber tulisan tangan lainnya. Data sekunder dibagi atas 3 ( tiga) macam yaitu : a. Bahan hukum primer, terdiri dari bahan hukum dan ketentuan-

ketentuan hukum positif termasuk peraturan perundang-undangan dan website.

(8)

b. Bahan hukum sekunder atau sering dinamakan Secondary data yang antara lain mencakup di dalamnya:

1) Kepustakaan/buku literatur yang berhubungan dengan jual beli.

2) Data tertulis yang lain berupa karya ilmiah para sarjana.

3) Referensi-referensi yang relevan dengan perjanjian sewa menyewa.

c. Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ekslopedia, Kamus umum dan lain sebagainya.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini yang pertama menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan ( Library Research) yaitu dalam melaksanakan suatu penelitian penulis melakukannya dengan cara mempelajari dan menganalisa secara sistematis sumber-sumber seperti buku, artikel koran dan berbagai referensi baik yang berasal dari internet maupun media masa lainnya, dan metode lain yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode studi lapangan ( Field Research) yaitu metode penulisan yang dilakukan dengan melakukan pendekatan langsung kepada pihak toko River Outdoor & Rescue Equipment dengan cara melakukan wawancara .

(9)

4. Metode Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari penelitian disajikan dan diolah secara kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:6

a. Data yang diperoleh dari penelitian diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian

b. Hasil klasifikasi data selanjutnya disistematiskan

c. Data yang telah disistematiskan kemudian dianalisis untuk dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan.

6Lexy J. Maleong, Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996, hal. 22

(10)

BAB II PEMBAHASAN

A. Prosedur Perjanjian Sewa Menyewa Peralatan Berkemah ( Camping ) 1. Subjek dan objek perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah

Dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah memiliki subjek dan objek dari perjanjian yang hendak dilaksanakan diantara para pihak.

a. Subjek dalam perjanjian sewa menyewa tersebut;

1) Pihak yang akan menyewakan/menyerahkan peralatan berkemah yang hendak disewakan kepada pihak lain. Dalam hal ini yang menyewakan peralatan tersebut akan memberikan alat-alat berkemah yang di butuhkan oleh penyewa. Pihak yang memiliki hak untuk menerima jaminan dari pihak penyewa. Dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah yang menjadi pihak yang menyewakan adalah Toko River Outdoor& Rescue Equipment.

2) Pihak penyewa dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah adalah orang atau badan hukum yang memiliki kebutuhan terhadap peralatan-peralatan perlengkapan berkemah.

Pihak yang menerima serta menikmati barang tersebut dengan memberikan imbalan / harga sewa kepada pihak yang menyewakan barang yang dimana barang itu adalah objek dari perjanjian sewa menyewa tersebut. Penyewa dalam hal ini harus memberi

(11)

imabalan/harga sewa dari barang yang telah ia nikmati atau terima dalam perjanjian sewa menyewa.

b. Objek dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah;

Objek dalam perjanjian sewa menyewa merupakan barang yang disewakan dengan harga yang sesuai dengan jenis barang yang disewakan tersebut. Dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah yang terjadi antara pihak yang menyewakan dan pihak penyewa yang menjadi objek dari perjanjian tersebut adalah peralatan-peralatan perlengkapan berkemah yang di butuhkan oleh pihak yang penyewa.

2. Prosedur perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah

Dalam hal membahas mengenai prosedur perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah yang terjadi diantara para pihak, terlebih dahulu harus di pahaminya bagian-bagian yang ada dalam perjanjian sewa menyewa, misalnya syarat dan sahnya perjanjian tersebut.

Dalam hal perjanjian, sama halnya seperti perjanjian lainnya, perjanjian sewa menyewa merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Telah diketahui bersama bahwa setiap manusia selalu memiliki kepentingan-kepentingan yang serba kompleks, dimana manusia itu selalu berusaha untuk dapat meraih setiap kebutuhannya. Salah satu cara ialah dengan mengadakan hubungan hukum dengan manusia lainnya. Bentuk hubungan hukum yang beraneka ragam tersebut salah satu di antaranya adalah dengan mengadakan perjanjian sewa menyewa.

(12)

Sebagaimana telah diketahui bahwa perjanjian sewa menyewa merupakan salah satu contoh dari perjanjian konsensual, artinya perjanjian yang dimana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perjanjian. Perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, yang tertulis pada Pasal 1338 KUHPerdata.

Pada Buku III KUHPerdata mengatur tentang perikatan, dimana di dalamnya tercakup mengenai perjanjian. Untuk mendapatkan pengertian dari istilah yang dipakai yaitu perikatan dan perjanjian, maka harus di telaah dengan saksama makna dari kata-kata yang telah dimaksud.

Pada perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah memiliki prosedur dalam pembuatan perjanjian yang sedang atau hendak dilaksanakan. Dalam penelitian yang dilakukan pada prosedur perjanjian sewa menyewa dibuat oleh pihak yang menyewakan peralatan berkemah dan masing-masing pihak harus saling mengetahui arti dan maksud serta tujuan daripada isi perjanjian yang telah mereka perbuat.

Dalam membuat isi dari perjanjian sewa menyewa tersebut biasanya pihak yang menyewakan membuat berdasarkan dari hasil pemikiran mereka sendiri, namun juga ada beberapa menggabungkan dari hasil pemikiran mereka dengan undang-undang yang mereka ketahui. Adapun isi dari perjanjian tersebut mencakup :

1. Tentang ketentuan bahwa penyewa harus menjaga atau merawat keadaan peralatan berkemah yang di sewa dengan sebaik mungkin

(13)

2. Tentang ketentuan tentang harga sewa yang harus dibayar oleh penyewa 3. Tentang jangka waktu sewa yang telah di sepakati oleh kedua pihak

4. Tentang hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang harus di patuhi oleh masing-masing pihak

Setelah disepakatinya isi perjanjian yang telah dibuat, dan masing-masing pihak telah menandatangani serta pihak penyewa memberikan jaminan kepada pihak yang menyewakan, dan pihak yang menyewakan memberikan barang atau peralatan berkemah yang dibutuhkan oleh pihak penyewa maka secara tidak langsung perjanjian tersebut telah berjalan karena telah sah dalam pelaksanaanya.

Dan masing-masing pihak telah menjalankan prosedur dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah.

Mengenai perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah tersebut, para pihak sudah mengkuti standart kontrak yang dimana berisi mengenai para pihak yang melakukan perjanjian, objek yang disewakan, batas waktu sewa menyewa, dan hak dan kewajiban dari para pihak.

B. Isi Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Sewa Menyewa Peralatan Berkemah (Camping)

Perjanjian sewa menyewa yang telah disepakati, di dalamnya telah terdapat hal yang mengatur mengenai hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban ini tertulis di dalam surat perjanjian sewa menyewa yang telah disepakati oleh masing-masing pihak.

(14)

Hak dan kewajiban baik pihak yang menyewakan maupun pihak penyewa harus benar-benar dimengerti oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian agar perjanjian dapat berjalan sesuai dari isi perjanjian sewa menyewa tersebut.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hak dan kewajiban itu merupakan suatu perbuatan yang bertimbal balik, artinya hak dari satu pihak merupakan kewajiban dari pihak lain, begitu juga sebaliknya, maka pembagian hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang diperoleh dari beberapa narasumber adalah sebagai berikut:

1. Pihak Yang Menyewakan;

a. Hak pihak yang menyewakan atau pemilik:

1) Menerima uang sewa sesuai yang telah diperjanjikan

2) Menerima jaminan berupa sebuah kartu identitas dari pihak penyewa dapat berupa KTP ( Kartu Tanda Penduduk), SIM ( Surat Izin Mengemudi), maupun KTM ( Kartu Tanda Mahasiswa) 3) Berhak atas ganti rugi dari pihak penyewa atas kerusakan maupun kerusakan diakibatkan oleh faktor kesengajaan atau kealfaan daripada pihak penyewa

4) Berhak menerima pembetulan terhadap peralatan-peralatan berkemah yang disewakan jika ada kerusakan maupun kehilangan pada peralatan berkemah yang di sewakan akibat kesalahan pihak penyewa

(15)

5) Berhak mendapatkan keadaan peralatan berkemah sama seperti keadaan yang sebenarnya sebelum penyewa peralatan berkemah yang di sewakannya

b. Kewajiban pihak yang menyewakan atau pemilik

1) Menyerahkan peralatan-peralatan berkemah yang disewakan kepada pihak penyewa

2) Menyediakan peralatan-peralatan berkemah dalam kondisi baik dan siap pakai selama waktu sewa

3) Membuat bukti perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah dan wajib meminta penyewa menandatangani sebagai kata atas perjanjian tersebut

4) Wajib memberitahukan jika ada cacat yang sebelumnya ada ketika penyewa menyewa peralatan berkemah

5) Memberikan fasilitas-fasilitas pendukung peralatan-peralatn berkemah, misalnya: tas untuk keperluan barang-barang sewaan 6) Tidak menyewakan kembali pada pihak lain dalam masa sewa

berjalan

7) Menanyakan kepada penyewa apakah dilakukannya perpanjangan sewa menyewa peralatan berkemah tersebut.

(16)

2. Pihak Penyewa

a. Hak pihak penyewa;

1) Menerima peralatan-peralatan berkemah sesuai dengan kesepakatan perjanjian

2) Memperoleh kenikmatan atas barang yang di sewakan selama berlangsungnya waktu sewa

3) Berhak menerima pembenaran dan pembetulan jika keadaan peralatan berkemah tidak sesuai dengan yang di perjanjikan b. Kewajiban pihak penyewa

1) Membayar harga sesuai dengan perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah

2) Menandatangani perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah 3) Penyewa menanggung semua kerugian akibat terjadinya

kerusakan akibat perbuatan sendiri yang berupa kelalaian

4) Wajib menyerahkan jaminan kepada pihak yang menyewakan berupa kartu identitas

5) Wajib membayar ganti rugi keterlambatan berupa sejumlah uang yang telah disepakati sesuai dengan durasi atau lama waktu penyewaan peralatan berkemah

6) Wajib menjaga dan memelihara peralatan berkemah dengan baik selama waktu sewa

7) Menyerahkan peralatan berkemah sesuai dengan waktu yang telah disepakati dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah .

(17)

Hasil yang di dapatkan dari lapangan di atas menunjukkan bahwa para pihak sudah melakukan perjanjian sesuai dengan KUHPerdata dan apa yang diatur di dalamnya. Pihak yang menyewakan peralatan berkemah sudah menjalankan ketentuan-ketentuan pada pasal 1550 KUHPerdata yaitu yang membahas mengenai kewajiban pihak yang menyewakan pada perjanjian sewa menyewa dan pihak penyewa peralatan berkemah pun sebaliknya sudah menjalankan sesuai kewajibannya sesuai dengan Pasal 1560 KUHPerdata, sehingga selanjutnya tinggal bagaimana para pihak tersebut menjalankan atau melaksanakan dan menaati perjanjian yang sudah dibuat dan disepakati agar para pihak dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah tersebut memperoleh ataupun menerima hak-hak yang timbul dari kewajiban masing-masing pihak dalam perjanjian sewa menyewa tersebut.

C. Beban Pertanggungjawaban dalam Hal Kerusakan Peralatan Berkemah ( camping )

Dalam perjanjian sewa menyewa yang dilakukan biasanya ditentukan kapan berakhir perjanjian tersebut berakhir, yang dimana isinya menyatakan bahwa yang ditentukan mengenai dalam perjanjian mengenai masa berakhirnya dari perjanjian sewa menyewa tersebut. Dari penelitian yang dilakukan, pihak yang menyewakan peralatan berkemah dan pihak penyewa peralatan berkemah menyatakan bahwa sewa menyewa terhadap peralatan berkemah tersebut berakhir apabila masa sewa berakhir sesuai dengan masa sewa di dalam perjanjian yang telah diperjanjikan.

(18)

Namun, ada juga yang menambahkan penjelasan kapan tepatnya masa sewa tersebut berakhir. Misal:

1. Ketika penyewa menyewakan kembali peralatan berkemah kepada pihak lain

2. Apabila salah satu dari kedua belah pihak melanggar isi perjanjian.

Ketika masa sewa sudah dinyatakan berakhir, terkadang pihak yang menyewakan peralatan berkemah memberikan tenggang waktu kepada pihak penyewa untuk mengembalikan peralatan berkemah yang disewa oleh pihak penyewa. Tenggang waktu yang diberikan kepada penyewa biasanya tidak terlalu lama, penyewa hanya diberikan waktu 2 sampai 5 jam setelah masa sewa berakhir.

Namun terkadang pihak River Outdoor& Rescue Equipment sebagai pihak yang menyewakan peralatan berkemah tidak bersedia untuk memberikan masa tenggang kepada penyewa, dari penelitian yang dilakukan ada beberapa alasan pihak yang menyewakan tidak memberikan tenggang waktu kepada penyewa, yaitu7:

1. Sudah adanya calon penyewa lain ( yang baru ) 2. Pihak penyewa tidak ingin melanjutkan masa sewa

Dari semua isi perjanjian yang telah disepakati tersebut, maka sudah sepatutnya kedua belah pihak untuk saling menaati tanpa harus ada melanggar isi perjanjian tersebut atau melakukan wanprestasi. Dari perjanjian sewa menyewa yang dilakukan para pihak juga membahas tentang tanggung jawab dari kedua

7Hasil wawancara dengan Marianti selaku pemilik toko Rover & Rescue Equipment Tanggal 1 Maret 2017

(19)

belah pihak, dalam hal ini disebut sebagai penyewa dan pihak yang menyewakan peralatan berkemah.

Membahas mengenai pertanggungjawaban yang dilakukan oleh kedua belah pihak, maka dilakukan pembagian-pembagian penyebab kerusakan yang terjadi pada peralatan berkemah yang disewakan tersebut. Ada 2 ( dua ) pembagian penyebab kerusakan yang dapat terjadi pada peralatan berkemah yang disewakan:

a. Faktor dari alam

Dikatakan faktor akibat dari alam dikarenakan kerusakan yang terjadi pada peralatan yang disewakan berasal dari alam. Contohnya: banjir, angin kencang, tanah longsor, dan sebagainya. Dalam hal ini, hasil dari penelitian yang dilakukan mengenai siapa pihak yang bertanggung jawab akibat kerusakan yang timbul dari faktor alam tersebut, pihak yang menyewakan peralatan berkemah yaitu River Outdoor& Rescue Equipment mengatakan bahwa yang bertanggung jawab atas kerusakan tersebut adalah pihak penyewa.

Jika dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah pada Toko River Outdoor& Rescue Equipment terjadi kerusakan peralatan berkemah yang disewakan yang diakibatkan oleh faktor alam, maka pihak pihak menyewakan yaitu Toko River Outdoor& Rescue Equipment sebenarnya tidak dapat menuntut pihak penyewa peralatan berkemah untuk bertanggung jawab akan hal tersebut . Hal itu diatur pada Pasal 1553 KUHPerdata menetapkan bahwa apabila benda sewaan musnah sama sekali bukan karena kesalahan satu pihak, maka perjanjian

(20)

sewa menyewa gugur demi hukum. Dengan demikian perjanjian berakhir bukan karena kehendak para pihak melainkan karena keadaan memaksa.

Jika perlatan berkemah yang disewa oleh pihak penyewa rusak akibat faktor alam yang diluar kekuasaannya, maka sebenarnya penyewa dilepaskan dari tanggung jawabnya karena itu merupakan keadaan memaksa. Keadaan memaksa (overmachtatau force majeure ) berkaitan erat dengan resiko yang baru saja dibahas diatas. Dengan terjadinya suatu keadaan memaksa, resiko tidak dapat ditimpakan kepada pihak yang mengalaminya. Apabila pihak penyewa yang berada dalam keadaan memaksa dapat membuktikan bahwa kejadian itu berada diluar kekuasaannya, hakim akan menolak tuntutan dari pihak pemilik yang meminta agar pihak penyewa memenuhi perjajian.8

Overmacht ialah suatu keadaan yang“memaksa”.Overmacht menjadi

landasan hukum yang “memaafkan“ kesalahan seorang debitur. Peristiwa overmacht“mencegah” debitur menanggung akibat dan resiko perjanjian. Itulah

sebabnya Overmacht merupakan penyimpangan dari asas hukum.Menurut asas umum setiap kelalaian dan keingkaran mengakibatkan si pelaku wajib mengganti kerugian serta memikul segala resiko akibat kelalaian dan keingkaran.Akan tetapi jika pelaksanaan pemenuhan perjanjian yang menimbulkan kerugian terjadi karena overmacht, debitur dibebaskan menanggung kerugian yang terjadi.9

Ini berarti apabila debitur tidak melaksanakan perjanjian yang menyebabkan timbulnya kerugian dari pihak kreditur.Kerugian terjadi semata- mata oleh keadaan atau peristiwa di luar kemampuan perhitungan debitur, maka

8I.G. Ray, op.cit., hlm 75

9M.Yahya. Op.Cit. hal 85

(21)

keadaan atau peristiwa tadi menjadi dasar hukum yang melepaskan debitur dari kewajiban mengganti kerugian (schadevergoeding). Dengan kata lain, debitur bebas dan lepas dari kewajiban membayar ganti rugi, apabila dia berada dalam keadaan “overmacht”, dan overmachtitu menghalangi/merintangi debitur melaksanakan pemenuhan prestasi10.

Dalam Hukum Perdata Konsep keadaan memaksa, overmacht, atau force majeure(dalam kajian ini selanjutnya disebut keadaan memaksa) dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) ditemukan dalam pasal-pasal berikut ini:

a. Pasal 1244 KUHPerdata

“Jika ada alasan untuk itu si berhutang harus dihukum mengganti biaya, rugidan bunga, bila ia tidak membuktikan, bahwa hal tidak dilaksanakan atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perjanjian itu, disebabkan karena suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidak ada pada pihaknya.”

b. Pasal 1245 KUHPerdata

Tidaklah biaya, rugi dan bunga harus digantinya,apabila karena keadaan memaksa (overmacht) atau karena suatu keadaan yang tidak disengaja, si berutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau karena hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang.

c. Pasal 1444 KUHPerdata

1) Jika barang tertentu yang menjadi pokok perjanjian musnah, tak dapat diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekali tidak diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang

10Ibid

(22)

itu musnah atau hilang di luar kesalahan si berutang dan sebelum ia lalai menyerahkannya

2) Bahkan meskipun si berutang lalai menyerahkan suatu barang, sedangkan ia tidak telah menanggung terhadap kejadian-kejadian yang tidak terduga, perikatan tetap hapus jika barang itu akan musnah juga dengan cara yang sama di tangannyasi berpiutang seandainya sudah diserahkan kepadanya.

3) Si berutang diwajib membuktikan kejadian yang tak terduga, yang dimajukannya itu.

4) Dengan cara bagaiamanapun suatu barang yang telah dicuri, musnah atau hilang, hilangnya barang itu tidak sekali-kali membebaskan orang yang mencuri barang dari kewajibannya mengganti harganya.

d. Pasal 1445 KUHPerdata

“Jika barang yang terutang, di luar salahnya si berutang musnah, tidak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang,maka si berutang, jika ia mempunyai hak-hak atau tuntutan-tuntutan ganti rugi mengenai barang tersebut, diwajibkan memberikan hak-Hak dan tuntutan- tuntutan tersebut kepada orang yang mengutangkan kepadanya.”

Bertitik tolak dari ketentuan pasal 1245 KUHPerdata, telah dirumuskan apa yang menjadi akibat suatu overmacht, yaitu menghapuskan atau meniadakan kewajiban debitur membayar ganti rugi (schadevergeoding). Akan tetapi jika overmacht kita hubungkan dengan maksud tujuan perjanjian, tentu bukan hanya kewajiban ganti rugi saja yang hapus.

(23)

Bukankah tujuan perjanjian pada asasnya, melaksanakan pemenuhan/nakoming prestasi yang menjadi objek perjanjian. Jika overmacht dikaitkan dengan pemenuhan prestasi, berarti debitur yang sedang berada dalam keadaan overmacht, adalah debitur yang ada dalam keadaan impossibilitas dan difficultas melaksanakan pemenuhan prestasi.

Dengan demikian dapat kita lihat akibat lain dari pada suatu peristiwa overmacht, membebaskan debitur dari kewajiban melaksanakan pemenuhan

prestasi selama dia masih berada dalam keadaan overmacht. Atau paling tidak debitur dibenarkan “menunda” pelaksanaan prestasi, sampai keadaan overmacht itu lenyap. Terdapat dua hal yang menjadi akibat overmacht, yaitu:

a. Pembebasan debitur mengganti ganti rugi /schadevergoeding

b. Membebaskan debitur dari kewajiban melakukan pemenuhan prestasi/

nakoming.11

Sehingga perjanjian tersebut dianggap “Batal Demi Hukum” dan akibatnya perjanjian dianggap tidak pernah ada. Segala akibat yang muncul dari perjanjian dikembalikan kepada peraturan perundang-undangan dan pihak penyewa tidak dapat dikenakan ganti rugi apapun dalam keadaan overmacht yang terjadi diluar kelalaiannya.

Namun dari hasil yang temui di lapangan, terjadi kesenjangan antara das sein (kenyataan/ peristiwa konkrit yang terjadi) dan das sollen (teori/ kaedah

hukum yang berisikenyataan normatif yang seharusnya dilakukan). Sebab dalam

11Ibid

(24)

ketentuan dalam pasal 1245 KUHPerdata disebutkan bahwa: “Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tidak disengaja si berhutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diiwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlalang.”

Jadi seharusnya penyewa dibebaskan dari tanggung jawab sebab keadaan tersebut terjadi bukan atas dasar itikad buruk dari penyewa. Sehingga merujuk pada pasal 1320 KUHPerdata yaitu suatu sebab yang halal. Tentang persyaratan obyektif sewa point ke empat tersebut. Sehingga seharusnya perjanjian tersebut dianggap “Batal Demi Hukum” dengan konsekuensi perjanjian tersebut tidak boleh dijalankan sama sekali sehingga semua pihak yang terikat dalam perjanjian harus meletakkan segala sesuatu seperti semula sebelum perjanjian, dan akibatnya perjanjian dianggap tidak pernah ada. Segala akibat yang muncul dari perjanjian dikembalikan kepada peraturan perundang-undangan dan pihak penyewa tidak dapat dikenakan ganti rugi apapun dalam keadaan overmacht yang terjadi diluar kelalaiannya.

Namun kenyataannya, keadaan overmacht kehilangan dan kerusakan objek sewa yang diakibatkan oleh faktor yang berasal dari alam pada usaha penyewaan peralatan berkemah tersebut harus mengganti rugi sesuai dengan isi perjanjian.

Dalam overmacht yang disebabkan oleh kehilangan, pihak-pihak dalam perjanjian yakni pihak yang menyewakan peralatan berkemahselalu merujuk pada klausa perjanjian yang telah ditandatangani sebelumnya di awal perjanjian sewa (perjanjian sepihak). Dengan ditandatanganinya perjanjian penyewa dianggap

(25)

telah setuju untuk bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan atau kehilangan dari peralatan berkemah yang disewanya.

Serta apabila terjadi kehilangan dan kerusakan pada peralatan berkemah, penyewa harus membayar penuh dengan jumlah uang sesuai dengan nilai uang yang dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan atau kualitas peralatan berkemah ketika terjadinya kejadian kerusakan akibat faktor alam seperti banjir longsor, dan bencana alam yang tidak dapat diketahui dan direncanakan manusia yang mengakibatkan selama peralatan berkemah tersebut berada dalam tanggung jawab penyewa. Hal ini bertentangan dengan pasal 1245 KUHPerdata yang membebaskan pihak penyewa dari biaya ganti rugi.

Jadi sebenarnya jikalau pada saat perjanjian sewa menyewa yang terjadi antara pemilik peralatan berkemah yaitu Toko River Outdoor& Rescue Equipment terjadi kerusakan peralatan berkemah yang dimana kerusakan tersebut diluar dari kehendak penyewa misalnya disebabkan oleh bencana alam seperti banjir tanah longsor dan bencana yang tidak dapat dihindarkan, maka pemilik barang yaitu TokoRiver Outdoor& Rescue Equipment tidak dapat menuntut tanggungjawab dari pihak penyewa untuk mengganti dan memenuhi prestasi dari penyewa untuk peralatan berkemah yang rusak akibat bencana alam.

b. Faktor yang timbul karena kelalaian atau dibuat manusia

Dikatakan sebagai faktor yang timbul karena kelalaian atau yang dibuat oleh manusia ialah kerusakan terhadap peralatan berkemah tersebut dikarenakan

(26)

kelalaian dari manusia atau pihak yang menyewa tidak menjaga atau merawat dengan baik peralatan berkemah yang disewanya selama masa sewa berlangsung.

Kerusakan yang terjadi misalnya robeknya tenda mengakibatkan tidak dapat digunakan lagi, hilangnya peralatan-peralatan pendukung peralatan berkemah yang dapat mengurangi fungsi utama dari peralatan berkemah tersebut.

Dalam faktor ini, menurut penelitian yang dilakukan pihak yang bertanggung jawab terdapat pada pihak penyewa. Beberapa alasan yang yang menyebabkan tanggung jawab pada pihak penyewa:

a. Karena sudah diatur dalam perjanjian, apabila terjadi kerusakan pihak penyewa haruslah memperbaiki segala kerusakan setelah masa sewa menyewa berakhir yang dikarenakan oleh kelalaian dan perbuatan si penyewa

b. Dikarenakan apabila penyewa belum mengembalikan peralatan berkemah padahal masa sewa menyewa telah berakhir itu menjadi tanggung jawab penyewa

c. Karena kerusakan timbul dari pihak penyewa sehingga segalanya dibebankan kepada pihak penyewa

Setelah diketahui apa penyebab terjadinya kerusakan pada peralatan berkemah dan pihak mana yang harus bertanggung jawab maka tidak ada lagi yang dapat dipersoalkan dari perjanjian sewa menyewa yang sedang berlangsung.

Apalagi bila para pihak mau melaksanakan perjanjian tersebut sesuai dengan perjanjian yang telah mereka sepakati dari awal agar tidak muncul suatu wanprestasi di kemudian hari.

(27)

Namun, apabila dari salah satu pihak tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan peralatan berkemah yang disewakan padahal sebelumnya sudah dibuatkan suatu kesepakatan maka pihak ini disebut dan sudah memenuhi unsur melakukan suatu tindakan wanprestasi.

Tindakan wanprestasi biasanya sering terjadi dan menimbulkan suatu sengketa atau memunculkan permasalahan diantara para pihak. Pada penelitian yang dilakukan, apabila terjadinya suatu perselisihan diantara pihak yang menyewakan peralatan berkemah dan pihak penyewa peralatan berkemah, adapun langkah yang biasanya ditempuh adalah musyawarah yang dilakukan dengan itikad baik antara pihak yang menyewakan peralatan berkemah dan pihak penyewa peralatan berkemah.

Hal ini dilakukan mungkin didasari agar perselisihan antara pihak menyewakan dan pihak penyewa selesai dengan cepat. Tanpa memakan waktu yang lama akibat dari penyelesaian perselisihan tersebut. Dan agar masalah yang terjadi tidak menjadi suatu masalah yang rumit dalam penyelesaiannya akan diperolehnya suatu penyelesaian lebih mengarah pada kedua belah pihak sama untung dan tidak adanya pihak yang merasa dirugikan akibat penyelesaian dari permasalahan yang terjadi tersebut. Atau istilah yang sering disebut untuk hal itu adalah win-win solution.

Jika pihak penyewa bertanggung jawab atas kerusakan peralatan-peralatan berkemah. Yang dimana kerusakan tersebut merupakan kerusakan yang ditimbulkan oleh kelalaian penyewa pada saat masa sewa peralatan berkemah.

(28)

Adapun beban yang harus dilaksanakan maupun yang harus dipenuhi oleh pihak penyewa peralatan berkemah adalah:

a. Mengganti peralatan-peralatan berkemah yang rusak sesuai dengan bentuk keadaan atau kondisi peralatan tersebut. Hal itu mengenai :

1. Merek-merek peralatan berkemah

Jika peralatan berkemah yang disewa oleh pihak penyewa rusak akibat kelalaiannya maka pihak penyewa berhak mengganti peralatan berkemah yang sesuai dengan bentuk awal barang tersebut, dalam artian merek barang yang rusak akibat kelalaian pihak penyewa harus diganti sesuai dengan merek barang yang rusak akibat lalai tersebut.

2. Harga ( ditentukan dengan kepatutan )

Mengenai harga dari barang yang mengalami kerusakan selama perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah, penyewa bertanggung jawab mengganti barang sewaan yang rusak berdasarkan kerusakan yang dialami peralatan tersebut atau dikatakan penyewa memiliki tanggung jawab mengganti peralatan berkemah yang rusak dihitung berdasarkan kerusakan yang dialami akibat kelalaian dari pihak penyewa dan berpedoman pada kepatutan mengenai ganti rugi akibat kerusakan tersebut.

b. Mengganti peralatan-peralatan berkemah yang hilang dengan keadaan barang yang sama pada saat perjanjian sewa menyewa

Namun dalam proses musyawarah tersebut mengenai ganti rugi peralatan berkemah yang rusak maupun hilang akibat dari kelalaian pihak penyewa, kedua

(29)

belah pihak selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan dengan itikad baik. Dalam artian ganti rugi terhadap barang yang hilang dan rusak yang mengenai harga peralatan tersebut selalu berlandaskan kepatutan-kepatutan yang sewajarnya.

Sedangkan apabila yang bertanggung jawab adalah pihak yang menyewakan peralatan berkemah, namun tidak mau bertanggung pada kerusakan yang terjadi terhadap peralatan berkemah yang disewakan, maka langkah yang dapat dilakukan pihak penyewa adalah musyawarah dengan merundingkan apa yang menjadi penyebab rusaknya peralatan berkemah tersebut. Penyelesaian yang ditempuh melalui jalur musyawarah merupakan penyelesaian yang paling mudah ditempuh dan hasil yang diperoleh pun tidak merugikan dari salah satu pihak.

Jika dalam proses tersebut tidak ditemukan jalan keluar dan pihak penyewa peralatan berkemah tidak mau bertanggungjawab akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh nyata-nyata oleh kelalaiannya, maka pihak pemilik selaku pihak yang menyewakan peralatan berkemah dapat meggugat pihak penyewa karena pihak penyewa sudah melanggar ketentuan-ketentuan dalam perjanjian.

(30)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Prosedur yang digunakan para pihak diawali dengan adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak tersebut, yang kemudian dicantumkan dalam sebuah kontrak. Dalam prosedurnya pihak penyewa peralatan berkemah memberikan jaminan terhadap barang yang disewanya dan kontrak tersebut ditanda tangani oleh pihak dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah.

2. Hak dan kewajiban merupakan suatu perbuatan yang bertimbal balik.

Adapun kewajiban dari pihak yang menyewakan peralatan berkemah antara lain adalah menyediakan peralatan-peralatan berkemah yang layak pakai dan menyediakan peralatan-peralatan berkemah dalam kondisi baik dan siap pakai selama waktu sewa membuat bukti perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah dan wajib meminta penyewa menandatangani sebagai kata atas perjanjian tersebut, wajib memberitahukan jika ada cacat yang sebelumnya ada ketika penyewa menyewa peralatan berkemah, memberikan fasilitas-fasilitas pendukung peralatan-peralatan berkemah, misalnya: tas untuk keperluan barang- barang sewaantidak menyewakan kembali pada pihak lain dalam masa

(31)

sewa berjalan dan, menanyakan kepada penyewa apakah dilakukannya perpanjangan sewa menyewa peralatan berkemah tersebut. Diperoleh juga kewajiban penyewa membayar harga sesuai dengan perjanjian sewa menyewa peralatan berkemahmenandatangani perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah,penyewa menanggung semua kerugian akibat terjadinya kerusakan akibat perbuatan sendiri yang berupa kelalaian, wajib menyerahkan jaminan kepada pihak yang menyewakan berupa kartu identitas, wajib membayar ganti rugi keterlambatan berupa sejumlah uang yang telah disepakati sesuai dengan durasi atau lama waktu penyewaan peralatan berkemah,wajib menjaga dan memelihara peralatan berkemah dengan baik selama waktu sewa dan ,menyerahkan peralatan berkemah sesuai dengan waktu yang telah disepakati dalam perjanjian sewa menyewa peralatan berkemah.

3. Apabila terjadi kerusakan peralatan berkemah pada saat perjanjian sewa menyewa yang disebabkan oleh pihak penyewa yang lalai akan kewajibannya memelihara maupun menjaga peralatan berkemah, maka yang bertanggung jawab disesuaikan dengan kesepakatan mereka apakah kedua belah pihak atau hanya pihak penyewa saja yang harus bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Namun jika peralatan berkemah rusak akibat bencana alam yang tidak dapat dihindarkan maka penyewa dibebaskan dari tanggungjawabnya untuk mengganti kerusakan akibat faktor alam tersebut.

(32)

Referensi

Dokumen terkait

PEJABAT PENGADAAN BARANG DAN JASA BAGIAN UMUM SEKRETARIAT DAERAH KOTA

Sehingga berdasarkan dari laju alir dan waktu tinggal air limbah, alat design II lebih efisien dibandingkan dengan alat design I dalam pengolahan air limbah industri

dikarenakan Dalam dokumen Penawaran metode pelaksanaan pekerjaan tidak mengambarkan penguasaan pekerjaan; pelaksanaan pekerjaan urugan tanah dilaksanakan sebelum

Perhitungan neraca kayu di suatu tempat pada tahun tertentu idealnya dihitung dengan memasukan seluruh input kayu yang masuk ke Pulau Jawa, baik melalui pelabuhan resmi

Model Adaptasi Wujud Visual Wayang Analisis yang telah dilakukan pada tokoh Cakil, Bima, Gatotkaca, Arjuna, Abimanyu, Sinta, Anoman, dan Petruk merupakan langkah awal

Sedangkan pemahaman teknologi informasi tidak berpengaruh positif terhadap kesesuian penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAPBerdasarkan hasil uji koefisien

Pengelola hotel, pengelola Mall/Super Mall/Plaza, pengelola Toko Modern, penyelenggara pameran dan/atau pengelola Kawasan Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,

Penerapan Media Audio Dan Demonstrasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Melalui Aktivitas Senam Si Buyung.. Universitas Pendidikan Indonesia |