• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NA AT MUFRAD PADA SURAH AL-KAHFI SKRIPSI SARJANA OLEH: SITI AFLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NA AT MUFRAD PADA SURAH AL-KAHFI SKRIPSI SARJANA OLEH: SITI AFLAH"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NA’AT MUFRAD PADA SURAH AL-KAHFI

SKRIPSI SARJANA OLEH:

SITI AFLAH 140704007

DEPARTEMEN SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

ANALISIS NA’AT PADA SURAH AL-KAHFI

SKRIPSI SARJANA O

L E H

SITI AFLAH NIM.140704007 Pembimbing

Drs. Bahrum Saleh, M.Ag NIP. 196209191990031003

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA LINGUISTIK Dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

Disetujui oleh :

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Ketua, Sekretaris

Dra. Rahlina Nst, M.Hum, Ph.D Drs. Bahrum Saleh,M.Ag

NIP. 196112161982032001 NIP. 196209191990031003

(4)

PENGESAHAN : Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian SARJANA LINGUISTIK Dalam Ilmu Bahasa Pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, Pada :

Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Drs. Budi Agustono M.S NIP.196008051987031001

Panitia Ujian No. Nama

1 Drs. Bahrum Saleh, M.Ag

2 Prof. Dr. Khairina Nasution, M.s

3 Prof. Pujiati, M.Soc.Sc., Ph.D

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2018

SITI AFLAH

NIM. 140704007

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang telah mengajarkan kalam-Nya kepada manusia dan memberikan petunjuk untuk membedakan kebenaran dan kebatilan. Tuhan yang telah memberi fitrah dalam diri manusia untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk.

Alhamdulillah atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Analisis Na’at Mufrad pada Surah Al- Kahfi”.Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini membahas dan menguraikan tentang bentuk na’at mufrad dan kedudukan na’at mufrad yang terdapat dalam surah Al-Kahfi. Penulisan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, tetapi alhamdullilah atas ridha- Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan disebabkan oleh pengetahuan dan kemampuan serta pemahaman peneliti yang terbatas.

Untuk itu, dengan kerendahan hati, peneliti senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para peneliti, dan para pembaca, khususnya para peminat bahasa Arab.

Medan, September 2018 Peneliti,

Siti Aflah 140704007

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamuʻalaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diwujudkan. Semoga kita semua mendapatkan rahmat dan karunia Allah SWT baik di dunia maupun diakhirat. Peneliti menyadari terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan motivasi berbagai pihak. Oleh sebab itu dengan segala, kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah mengelola universitas sesuai dengan visi misi universitas.

2. Bapak Dr. Budi Agustono M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof Drs. Mauly Purba, M.A, Ph.D selaku Wakil Dekan I, ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Wakil Dekan II, bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan kepada sivitas akademika yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang mana telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada peneleti untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Rahlina Muskar Nasution,M.Hum,Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan kepada Bapak Drs.Bahrum Shaleh M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk membantu peneliti menyeleseaikan penelitian ini.

4. Bapak Drs.Bahrum Shaleh M.Ag selaku dosen pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan nasehat, bimbingan, dan memberikan inspirasi dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan dengan baik.

5. Ibu Prof. Khairina Nasution,M.S dan Prof. Pujiati, M.Soc. Sc., Ph.D, selaku Dosen Penguji penelitian ini yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam membantu proses penelitian ini hingga selesai.

6. Ibu Dr. Nursukma Suri M.Ag selaku Dosen Penasehat Akademik yang dengan sabar telah memberikan banyak ilmu serta arahan dan nasehat kepada peneliti selama masa perkuliahan di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(8)

7. Seluruh Staf Pengajar di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak ilmu sejak peneliti terdaftar menjadi mahasiswa Sastra Arab FIB USU hingga menyelesaikan skripsi ini, berkat ibu dan bapak dosen semua.

8. Kak Fitri selaku Staf Administrasi Departemen Sastra Arab yang telah banyak membantu peneliti dalam hal administrasi.

9. Teristimewa untuk ayah tercinta Alm. M. Ilyas Ibrahim serta ibunda tercinta Arie Reisita Ilyas, terimakasih yang tak terhingga atas doa, semangat dan kasih sayang. Terimakasih atas pengorbanan dan ketulusan, menasehati dan memberikan dukunganmoril ataupun materil. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan ridha-Nya.

10. Fadhil Muhammad Ilham, (my human diary) terimakasih karena selalu ada dan telah memberikan semangat, perhatian dan mendukung peneliti hingga skripsi ini selesai.

11. Taftazani Dwilasta Ramdiaz, adik sepupu peneliti yang baik. Terimakasih untuk segala perhatiannya.

12. Teman-temanku yang selalu ada dikala susah dan senang, yang sudah peneliti anggap seperti saudara kandung Stefanny, Fatmah Ningsih Nasution dan Sri Octavianti. Semoga kita semua menjadi orang sukses.

13. Faizatul Islamiyah dan Eka Dismayasari, terimakasih untuk segala perhatiannya, semoga menjadi orang sukses.

14. Keluarga besar Grand Education Center (Ibu Agus yang sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri, Stefanny, kak Maylin dan kak Ria, teman teman admiku tersayang, kak Eka dan Tria dan seluruh tentor yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu namanya)

15. Seluruh keluarga besar kawan-kawan angkatan 2014 Iyan, Ady, Reza, Fadli, Irham, Ihsan, Mahdawani, Isna, Lina, Gayah,Anggi,Yuni, Aisyah, Sarah, Heny, Dea, Mutia, Rizka, Nurul, Windi, Mawaddah, Oca, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu semoga kita sukses.

16. Seluruh Keluarga Besar IMBA FIB USU yang peneliti banggakan.

17. Seluruh Adik-adik angkatan 2015, angkatan 2016, angkatan 2017 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

(9)

18. Keluarga besar KKN-TEMATIK SIMALUNGUN Kelompok 3 Rambung Merah Universitas Sumatera Utara (Udut, Pija, Afat, Hasan, Sarah, Nanda, Riris, Kak Nata, Anggi, Widya, Hera, Nevi, Lutfi)

19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Jazākumullāhu khairan.

Terimakasih semoga bantuannya menjadi amalan yang diridhai Allah SWT.

Medan, September 2018 Peneliti,

Siti Aflah 140704007

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI... v

ABSTRAK ... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Metode Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 KajianTerdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Pengertian Nahwu ... 9

2.2.2 Pengertian Na’at ... 10

2.2.3 Kategori Na’at ... 12

2.2.4 Pengertian Na’at Mufrad ... 13

2.2.5 Kategori Na’atMufrad. ... 13

2.2.5.1 Kategori

ﻖﺘﺸﻤﻟﺍ ﻢﺳﺍ

/Isim Musytaq/ ... 14

2.2.5.2 Kategori

ﺪﻣﺎﺠﻟﺍ ﻢﺳﺍ

/Ismul Jāmid/ ... 17

2.2.6 Kesesuaian Na’at dengan Man’ut ... 20

2.2.7 Kedudukan Na’at dalam Kalimat ... 24

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

3.1 Hasil ... 29

3.2 Pembahasan ... 29

3.2.1 Na’at Mufrad kategori

ﻖﺘﺸﻤﻟﺍ ﻢﺳﺍ

/ismul musytaq/ ... 29

3.2.2 Na’at Mufradkategori

ﺪﻣﺍ ﺞﻟﺍ ﻢﺳﺍ

/ismul jāmid/ ... 41

BAB IV PENUTUP ... 55

4.1 Kesimpulan ... 55

4.2 Saran ... 56

(11)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

ABSTRAK

Siti Aflah (140704007) 2018,Analisis Na’at Mufrad pada Surah Al-Kahfi. Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penelitian ini membahas tentang

ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ ﺖﻌﻧ

/na’tu al-mufradi/ di dalam surah Al-Kahfi.

Permasalahan yang diteliti adalah apa saja bentuk dan kedudukan

ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ ﺖﻌﻧ

/na’tu al-mufradi/

dalam surah Al-Kahfi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan kedudukan

ﺖﻌﻧ

ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ

/na’tu al-mufradi/ yang ada di dalam surah Al-Kahfi. Penelitian ini merupakan

penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan metode penelitian analisisdeskriptif. Penelitian ini menggunakan teori Al-Ghulayaini dan Ni’mah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada 57 data yang ditemukan, dari data tersebut terdapat 27

ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ ﺖﻌﻧ

/na’tu al-mufradi/ dari

ﻖﺘﺸﻤﻟﺍ ﻢﺳﺍ

/ismul musytaq/dan31

ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ ﺖﻌﻧ

/na’tu al- mufradi/dari

ﺪﻣﺎﺠﻟﺍ ﻢﺳﺍ

/ismul jāmῑd/ yang mana ada yang berkedudukan sebagai

ءﺍﺪﺘﺒﻣ

/mubtada`/ dan

ﺮﺒﺧ

/khabar/.

(13)

ﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ ﻱ

ﺔﻳﺩ

) ﺢﻠﻓﺍ ﻲﺘﻴﺳ ۱٤۰۷۰٤۰۰۷

۲۰۱۸ ( ، ﻞﻴﻠﺤﺗ . ﻒﺤﻜﻟﺍ ﺓﺭﻮﺳ ﻲﻓ ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ ﺖﻌﻧ ﻻﺍ ﻢﺴﻗ

ﺏﺍﺩ ﺔﻴﻠﻛ ,ﻲﺑﺮﻌﻟﺍ

. ﻥﺍﺪﻴﻣ ,ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﺓﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺟ ,ﺔﻓﺎﻘﺜﻟﺍﻭ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﻑﺪﻬﻳ

ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺍﺫﺎﻫ ﻲﻓ ﻞﺋﺎﺴﻤﻟﺍ ﺎﻣﺄﻓ . ﻒﺤﻜﻟﺍ ﺓﺭﻮﺳ ﻲﻓ ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ ﺖﻌﻧ ﻞﻴﻠﺤﺗ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻳ ﻮﻫ

ﻊﻗﺍﻮﻣ ﻭ ﻞﻜﺷ ﺔﻓﺮﻌﻤﻟ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻑﺪﻬﻳ . ﻒﺤﻜﻟﺍ ﺓﺭﻮﺳ ﻲﻓ ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ ﺖﻨﻟ ﻊﻗﺍﻮﻣ ﻭ ﻞﻜﺷ ﻮﻫﺎﻤﻴﻨﻌﻳ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻞﻤﻌﺘﺴﺗ .ﻲﻔﺻﻭ ﻞﻴﻠﺤﺗ ﺔﻘﻳﺮﻁ ﻪﻴﻓ ﻡﺪﺨﺘﺴﺗ ﻭ ,ﻲﺒﺘﻜﻤﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍﻮﻫ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ . ﻒﺤﻜﻟﺍ ﺓﺭﻮﺳ ﻲﻓ ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ ﺖﻨﻟ ﻭ ﺔﺴﻤﺧ ﺪﺟﻮﺗ ﻥﺍ ﻝﺪﻳ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻣ ﺞﺋﺎﺘﻨﻟﺍ . ﺢﻤﻌﻨﻟﺍ ﻭ ﻦﻴﻳﻼﻐﻟﺍ ﻦﻣ ﺔﻳﺮﻈﻧ ﻲﻨﻌﻳ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻲﻓ ﺔﻳﺮﻈﻨﻟﺍ ﻥﻮﺴﻤﺧ ﺪﺣﺍﻭ ﻭ ﻖﺘﺸﻤﻟﺍ ﻢﺳﺍ ﻦﻣ ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ ﺖﻌﻨﻟ ﻥﻭﺮﺸﻋ ﻭ ﺪﺣﺍﻮﺗﺪﺟﻮﺗﺎﻧﺎﻴﺒﻟﺎﻨﻤﺗﺎﻴﻄﻌﻣ

ﻥﻮﺛﻼﺛ ﻭ ﺩﺮﻔﻤﻟﺍ ﺖﻌﻨﻟ

ﺮﺒﺨﻟﺍ ﻭ ءﺍﺪﺘﺒﻤﻟﺍ ﻲﻠﻋ ﻊﻘﺗ ﺕﺎﻴﻄﻌﻤﻟﺍ ﻭ .ﺪﻣﺎﺠﻟﺍ ﻢﺳﺍ ﻦﻣ

(14)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - tidak

dilambangkan

bā′ B -

tā′ T -

ṡā′ s (dengan titik di

atasnya)

Jīm j -

ḥā′ h (dengan titik di

bawahnya)

khā′ kh -

Dāl d -

Żāl ż z (dengan titik di

atasnya)

rā′ r -

Zai z -

Sīn s -

Syīn sy -

ṣād s (dengan titik di

bawahnya)

ḍād d (dengan titik di

bawahnya)

ṭā′ t (dengan titik di

(15)

bawahnya)

ẓā′ z (dengan titik di

bawahnya)

ʻain ʻ koma terbalik (di

atas)

Gain g -

fā′ f -

Qāf q -

Kāf k -

Lām l -

Mīm m -

Nūn n -

Wāwu w -

ــﻫ

hā′ h -

ء

Hamzah apostrof, tetapi

lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di

awal kata

yā′ y -

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.

Contoh:

ﺔﻳﺪﻤﺣﺃ

ditulis /aḥmadiyyah/

C. Tā` marbuṭāhdi akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat,dan sebagainya.

Contoh:

ﺔﻋﺎﻤﺟ

ditulis /jamāʻah/

(16)

2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh:

ءﺎﻴﻟﻭﻷﺍ ﺔﻣﺍﺮﻛ

ditulis /karāmatu al-auliyā′/

D. Vokal Pendek

ﹷ (Fatḥah) ditulis ‘a’, contoh:

ﺐَﻠﻁ

ditulis /ṭalaba/

ﹻ (Kasrah) ditulis ‘i’, contoh:

ﺡِﺮﻓ

ditulis /fariḥa/

ﹹ(Ḍammah) ditulis ‘u’, contoh:

ﻦُﺴﺣ

ditulis /ḥasuna/

E. Vokal Panjang

ﹷ (Fatḥah) ditulis ‘ā’, contoh:

ﺭﺎﻁ

ditulis /ṭāra/

ﹻ (Kasrah) ditulis ‘ī’, contoh:

ﻢﻴﺣﺭ

ditulis /raḥīmun/

ﹹ (Ḍammah) ditulis ‘ū’, contoh:

ﻡﻮﻠﻋ

ditulis /ʻulūmun/

F. Vokal Rangkap

Vokal rangkap

ﹷ ﻱ

(fatḥah dan ya′) ditulis ‘ai’

Contoh:

ٌﺖْﻴَﺑ

ditulis /baitun/

Vokal rangkap

ﹷ ﻭ

(fatḥah dan waw) ditulis ‘au’

Contoh:

ٌﻡْﻮَﻗ

ditulis /qaumun/

G. Vokal-vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata Dipisahkan dengan apostrof (′)

Contoh:

ﻢﺘﻧﺃﺃ

ditulis /a′antum/

ﺚﻧﺆﻣ

ditulis /mu′annaṡun/

H. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh :

ﻥﺁﺮﻘﻟﺃ

ditulis /Al-Qur′ān/

2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.

Contoh:

ﺔﻌﻴﺸﻟﺍ

ditulis /asy-syīʻah/

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah sebuah sistem yang berhubungan satu sama lain, yang tersusun dari simbol lisan yang bersifat arbitrer dan dipakai oleh sekelompok masyarakat. Bahasa digunakan untuk alat komunikasi dan berinteraksi antar sesamanya dan mengungkapkan ide pendapat serta semua hal yang mereka butuhkan untuk sebuah interaksi yang nyaman.

Sebagai isyarat yang digunakan untuk sebuah komunikasi, bahasa memang sangat beragam yang membedakan antara wilayah satu dengan yang lainnya. Menurut Keraf, (1991 : 2) bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Al-Ghulayaini (2010 : 27) mengatakan bahasa merupakan:

ﻢﻫﺪﺻﺎﻘﻣ ﻦﻋ ﻡﻮﻗ ﻞﻛ ﺎﻬﺑ ﺮﺒﻌﻳ ﻅﺎﻔﻟﺃ : ﺔﻐﻠﻟﺍ

/Al-lugatu: ̀alfāẓu yu’abbiru bihā kullu qaumin ̀an maqāṣidihim /” Bahasa adalah kata atau lafal yang digunakan oleh setiap orang (kaum), dalam menyampaikan maksud atau kehendak mereka”. (Al-Ghulayaini dalam Zuhri, 1992 : 13)

Adapun bahasa Arab berasal dari bahasa Semit, yakni bahasa yang berasal dari suku- suku bangsa Arab purba yang mendiami daerah Asia bagian Barat, yang berpangkal dari putra Sam bin Nuh. Bahasa Arab inilah yang dianggap terdekat dengan asalnya karena bangsa Arab tidak banyak bergaul dengan bangsa lain dan tidak dibawah pengaruh kekuasaan asing. Bahasa Arab kini menjadi alat komunikasi bagi sekitar ratusan juta orang.

Bahasa Arab berbeda dengan bahasa-bahasa lain yang hanya menjadi alat komunikasi di kalangan umat manusia.Selain sebagai alat komunikasi dikalangan Arab dan non Arab, bahasa Arab juga menjadi bahasa pemersatu bagi umat yang beragama Islam .

Firman Allah dalan surah Az- Zukhruf ayat 3:

َﻥﻮُﻠِﻘْﻌَﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ ﺎًّﻴِﺑَﺮَﻋ ﺎًﻧﺁْﺮُﻗ ُﻩﺎَﻨْﻠَﻌَﺟ ﺎﱠﻧِﺇ

/inna ja’alnāhu qurˋānan ‘ arabiyyan la’allakum ta’qilūna/ ”Sesungguhanya kami telah menjadikan Al-Quran dalam bahasa Arab supaya kalian memahaminya”.

(Qs. Az-Zukhruf : 3)

(18)

Memahami al-Quran diperlukan ilmu pengetahuan bahasa Arab.Ilmu-ilmu tersebut meliputi‘ilm al-tafsῑr (ilmu tentang interpretasi al-Quran), ‘ilmu asbābu al-nuzūl (ilmu tentang latar belakang turunnya al-Quran), ‘ilmu al-Makiyya wa al-Madaniyy (ilmu tentang ayat-ayat yang diturunkan di Mekah dan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah), ‘ilmu nāsikh wa mansūkh (ilmu tentang pembatalan hukum yang terdapat dalam teks al-Quran dan Hadits), ‘ilmu Qira’ah dan Balaghah (seperti bayan, ma’ani, dan badi’), ‘ilmu Arudh atau syair-syair al-Quran, ‘ilmu Sharaf (grammar, kata-kata dan morfologinya), serta‘ilmu Nahwu (seperti persoalan Fi’il dan Isim) (Syafi’i, 1996 : 27).

Sintaksis dalam bahasa Arab disebutdenganNaḥwu. Al-Hasyimi ( Tanpa Tahun :6) mengatakanbahwa pengertian Naḥwuadalah :

ﺎﻬﻀﻌﺑ ﺐﻴﻛﺮﺘﺑ ﺖﻠﺼﺣ ﻲﺘﻟﺍ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﺮﺧﺍﻭﺍ ﻝﺍﻮﺣﺍ ﺎﻬﺑ ﻑﺮﻌﻳ ﺪﻋﺍﻮﻗ ﻮﻫ ﺡﻼﻄﺻﺇ ﻲﻓ: ﻮﺤﻨﻟﺍﻭ ﺎﻤﻬﻌﺒﺘﻳ ﺎﻣﻭ ءﺎﻨﺑﻭ ﺏﺍﺮﻋﺍ ﻦﻣ ﺾﻌﺑ ﻊﻣ

/wa ˋan -naḥwu:fῑ ˋiṣṭilāḥi huwa qawā’idu yu’rafu bihā ˋahwālu ˋawākhiri ˋal -kalimāti ˋal-

‘arabiyyati ˋal -latῑ ḥaṣalat bitarkῑbi ba’ḍuhā ma’a ba’ḍa min i‘rābin wa bināˋin wamā yatba’uhumā/ “Secara etimologi, Nahwu merupakan kaidah-kaidah untuk mengetahui lambang bunyi akhir (harakat) dari bahasa Arab yang dapat menghasilkan susunan antara satu kata dengan kata yang lainnya, serta apa saja yang mengikuti suatu kata sehingga dapat merubah bentuk kata dan kasusnya”.

Menurut Al-Ghulayaini (2013 : 28)Naḥwu adalah:

ﺔﺒﻛﺮﻣ ﻭ ﺓﺩﺮﻔﻣ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻝﺍﻮﺣﺍ ﻪﺑ ﻑﺮﻌﺗ ﻢﻠﻋ ﻮﻫ ﻮﺤﻨﻟﺍ

/An-naḥwu huwa ‘ilmun tu’rafu bihi aḥwālu al-kalimāti al-‘arabiyati mufradatan wa murakkabatan/ ‘Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari keadaan kata-kata Arab baik mufrād (tunggal) atau yang tersusun (jumlah).’

Bahasa Arab mempunyai beberapa kategori kata. Kata secara hierarki merupakan satuan terkecil yang dikaji dalam sintaksis. (Ridwan dan Khairah 2014 : 10)

Al- Ghulayaini (2010 : 29) juga menegaskan tentang kata sebagai berikut :

(19)

ﻑﺮﺣ ﻭ ﻞﻌﻓ ﻭ ﻢﺳﺍ : ﻡﺎﺴﻗﺍ ﺔﺛﻼﺛ ﻲﻫ ﻭ ﺩﺮﻔﻣ ﻰﻨﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﻆﻔﻟ : ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ

/ˋal-kalimatu : lafẓun yadullu ‘alā ma’nā mufradin wa hiyā ṡalāṡatu ˋaqsāmin :

ﻢﺳﺍ

/ism/,

ﻞﻌﻓ

/fi’l/ dan

ﻑﺮﺣ

/harf/ “Kata adalah lafal yang menunjukkan kepada suatu makna yang tersendiri, dan kata itu sendiri terdiri dari tiga macam, yaitu :

ﻢﺳﺍ

/ism/,

ﻞﻌﻓ

/fi’l/ dan

ﻑﺮﺣ

/harf/.

Pengertian ketiga kata tersebut diperjelas oleh Ghulayaini (2010 : 29) tentang

ﻢﺳﺍ

/ism/ sebagai berikut :

ﻥﺎﻣﺰﺑ ﻥﺮﺘﻘﻣ ﺮﻴﻏ ﻪﺴﻔﻧ ﻲﻓ ﻰﻨﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﻝﺩﺎﻣ : ﻢﺳﻹﺍ

/ˋal-ˋismu : mā dalla ‘alā ma’na fῑ nafsihi gairi muqtarinin bizamānin/ “Ism adalah sesuatu yang menunjukkan arti pada dirinya, tanpa disertai oleh waktu”.

Menurut Ni’mah (Tanpa Tahun : 17) definisi ism yaitu :

ﺩﺮﺠﻣ ﻰﻨﻌﻣ ﻭﺍ ﺔﻔﺻ ﻭﺍ ﻥﺎﻣﺯ ﻭﺍ ﻥﺎﻜﻣ ﻭﺍﺩﺎﻤﺟ ﻭﺍ ﺕﺎﺒﻧ ﻭﺍ ﻥﺍﻮﻴﺣ ﻭﺃ ﻥﺎﺴﻧﺇ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﺗ ﺔﻤﻠﻛ ﻞﻛ ﻮﻫ ﻢﺳﻹﺍ ﻥﺎﻣﺰﻟﺍ ﻦﻣ

/al-ismu huwa kalimatin tadullu ‘alā insānin aw hayawānin aw jamādin aw makānin aw zamānin aw ṣifatin aw ma’nā mujarradin min az-zamani/ “Isim merupakan sebuah kata yang menunjukan kepada manusia, hewan, tumbuh tumbuhan, benda padat, tempat, waktu, sifat atau makna mujarrad dari waktu”.

Adapun tanda tanda isim terdapat tiga tanda yaitu:

1. Harakat kasrah/khofad diakhir kata contonnya

ﻰَﻠَﻌِﻤَﻠﻘْﻟﺍ

/’alā al-qalami/ ’diatas pena’

2. Berakhiran tanwin, adapun contohnya

ٌﺮْﻴِﺒِﻛ ُﺖْﻴَﺒﻟﺍ

/Al-baitu kabῑrun/ ’rumah itu besar’

3. Berawalan alif lam (ﻝﺍ), sedangkan contohnya yaitu

ُﺖْﻴَﺒﻟﺍ

/Al-baitu/’rumah’

4. Dimasuki huruf jar/ khofad contohnya

ﻰﻠﻋ ﻢﻠﻘﻟﺍ ِﺏﺎﺘﻜﻟﺍ

/al-qalamu ‘alālmaktabi/ ‘pena itu diatas buku’ (Wahyoedin, 2011 : 18)

Menurut bilangannya isim terbagi menjadi tiga bagian yaitu isimmufrad (bermakna tunggal), isim tasniyyah (bermakna dua) dan isim jamak (bermakna tiga atau lebih).

(20)

Isim yang yang mengikuti isim sebelumnya sering disebut dengan tawābi`. Al- Ghulayaini (2010 : 639) menjelaskan definisi tawābi` adalah sebagai berikut:

ﺎﻣ ﺏﺍﺮﻋﺈﺑ ﺏﺮﻌﺗ ﺎﻬﻧﺍ ﻲﻨﻌﻤﺑ ﺎﻫﺮﻴﻐﻟ ﻊﺒﺘﻟﺍ ﻞﻴﺒﺳ ﻲﻠﻋ ﻻﺇ ﺏﺍﺮﻋﻺﻟﺍ ﺎﻬﺴﻤﻳ ﻻ ﻲﺘﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻲﻫ ﻊﺑﺍﻮﺘﻟﺍﻭ ﺎﻬﻠﺒﻗ

/wa at-tawābi`u hiya al-kalimātu allatī lā yumassahā lil i`rābi illā `alā sabīli at-tabi`i li ghairi hā bi ma`nā annahā tu`rabu bi `irābi mā qablahā/ “Tawabi’ ialah beberapa kalimat yang tidak disentuh oleh i`rab kecuali dengan cara mengikuti kepada lainnya. Dengan pengertian bahwa kalimat tersebut diberi i’rab dengan i`rabnya kalimat sebelumnya”.

Tawabi` tersebut ada lima macam, yaitu: (1) Na’at

ﺖﻌﻨﻟﺍ,

(2) Taukid

ﺪﻴﻛﻮﺘﻟﺍ,

(3) Badal

ﻝﺪﺑ ,

(4)

`Aṭaf Bayan

ﻥﺎﻴﺒﻟﺍ ﻒﻄﻋ, dan

(5) Ma’ṭuf dengan huruf

ﻑﻮﻄﻌﻤﻓﺮﺤﻟﺍ ﺎﺑ

Penelitian ini difokuskan pada salah satu tawabi` yaitu na`at. Al-Ghulayaini (2010 : 641) mendefinisikan na`at adalah sebagai berikut :

ﻪﺑ ﻖﻠﻌﺘﻳ ﺎﻣ ﻝﺍﻮﺣﺃ ﻭﺃ ﻪﻟﺍﻮﺣﺃ ﺾﻌﺑ ﻦﻴﺒﻴﻟ ﻢﺳﺍ ﺪﻌﺑ ﺮﻛﺬﻳ ﺎﻣ ﻮﻫ : ( ﺎﻀﻳﺃ ﺔﻔﺼﻟﺍ ﻲﻤﺴﻳﻭ ) ﺖﻌﻨﻟﺍ

/an-na`tu (wa yusammā aṣ-ṣifatu ayḍan) :huwa yużkiru ba`da ismin liyubayyina ba`ḍa aḥwālihi aw aḥwāli mā yata`allaqu bihi/ “Na’at atau juga disebut sifat, ialah lafaz yang disebutkan setelah suatu isim untuk menjelaskan sebagian keadaannya, atau beberapa keadaan yang berkaitan dengannya”

Menurut Ghulayaini (2010 : 319) Kaidah pada na’at ialah bahwasannya na’at itu wajib mengikuti man’utnya pada aspek i’rabnya, mufradnya, tasniyahnya, jama’, muannas, muzakkar, ma’rifat dan nakirahnya.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti akan meneliti na`at pada surah Al-Kahfi. Al- Quran terdapat 114 surah, dan surah Al- Kahfi merupakan surah yang ke-18 di dalam Al- Qur`an. Surah Al-Kahfi termasuk surah Makkiyah yang terdiri dari 110 ayat. Alasan peneliti memilih na’at karena peneliti ingin membahas kajian ini lebih rinci daripada kajian sebelumnya dan alasan peneliti memilih surah Al-Kahfikarena peneliti melihat terdapat ayat- ayat yang mengandung na’at pada surah Al-Kahfikemudiansurah Al-Kahfimerupakan salah satu surah yang sangat menarik untuk diteliti. Surah Al-Kahfi merupakan salah satu surah

(21)

dalam Al-Qur’an yang ayat-ayatnya banyak mengandung na’at. Seperti pada Surah Al-Kahfi ayat ke-2 berikut :

ﺭﺬﻨﻴﻟ ﺎﻤﻴﻗ ﺍﺪﻳﺪﺷ ﺎﺳﺄﺑ

ﻢﻬﻟ ﻥﺃ ﺕﺎﺤﻟﺎﺼﻟﺍ ﻥﻮﻠﻤﻌﻳ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻦﻴﻨﻣﺆﻤﻟﺍ ﺮﺸﺒﻳ ﻭ ﻪﻧﺪﻟ ﻦﻣ ﻦﺴﺣ ﺍﺮﺟﺃ ﺍ

/qayyiman liyunẓira ba’san syadīdan min ladunhu wa yubasysyira al-mu’minīna allaẓīna ya`malūna aṣ-ṣāliḣāti anna lahum ajran hasanan /“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik”.

Pada ayat diatas terdapat na’at dan man’ut yaitu lafaz

ﺍﺪﻳﺪﺷ ﺎﺳﺄﺑ

/ba’san syadīdan/

‘siksa yang sangat pedih’ dan lafaz

ﺎﻨﺴﺣ ﺍﺮﺟﺃ

/ajran hasanan/ ‘balasan yang baik’. Pada lafaz

ﺍﺪﻳﺪﺷ ﺎﺳﺄﺑ/

ba’san syadīdan/ ‘siksa yang sangat pedih’, na’at terletak pada lafaz

ﺍﺪﻳﺪﺷ

/syadīdan/ ‘yang sangat pedih’ yang merupakan isim musytaq, berbentuk isim fa’ildan untuk man’ut terletak pada kata

ﺱﺄﺑ

/ba’san/ ‘siksa’

.

Lafaz

ﺱﺄﺑ

/ba’san/ ‘siksa’

beri’rabkan nasab yaitu berharakah fathahtaini karena isimmufrad. Jumlah na’at man’ut tersebut berkedudukan sebagai

ﻪﺑ ﻝﻮﻌﻔﻣ

/maf’ūlun bih/

Pada lafaz

ﺎﻨﺴﺣ ﺍﺮﺟﺃ

/ajran hasanan/ ‘balasan yang baik’, kedudukan na’at terletak pada lafaz

ﺎﻨﺴﺣ

/hasanan/ ‘yang baik’ yang merupakan isim musytaq, berbentuk sifat musyabbahah dengan isim fa’il dan untukman’ut terletak pada kata

ﺍﺮﺟﺃ

/ajran/ ‘balasan’

.

Lafaz

ﺍﺮﺟﺃ

/ajran/ ‘balasan’

.

beri’rabkan nasab yaitu berharakahfathahtaini karena isim mufrad. Jumlah na’at man’ut diatasberkedudukan sebagai

( ﻥﺍ) ﻢﺳﺍ

/ism (anna)/.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti ingin memfokuskan untuk meneliti pada salah satu na’at yaitu na’at mufrad pada surah Al-Kahfi, agar peneliti dapat mengetahui jumlah, bentuk dan kedudukanna’at mufrad yang terdapat pada surah Al-Kahfi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk Na’at Mufrad pada Surah Al-Kahfi?

2. Bagaimana kedudukan Na’at Mufrad pada Surah Al-Kahfi?

(22)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bentuk Na’at Mufrad dalam surah Al-Kahfi

2. Mengetahui bagaimana kedudukan Na’at Mufrad pada Surah Al-Kahfi

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu menambah atau memberikan sumbangan dalam memperkaya khazanah keilmuan tentang penerapan qawaid pada kata atau kalimat dalam buku bacaan dan buku buku lainya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis peneliti mengharapkan akan memberikan beberapa manfaat kepada para pembaca agar mereka mengetahui bahwa di dalam Surah Al-Kahfi terdapat macam- macamna`atdalam ilmu sintaksis. Sedangkan untuk Mahasiswa penelitian ini dapat menambah pembendaraharaan karya ilmiah di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi Sastra Arab dan juga bermanfaat untuk menjadi rujukan (referensi) bagi Mahasiswa ataupun yang lainnya.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yakni penelitian yang memperoleh data dari bahan-bahan referensi berupa ayat-ayat al-Quran pada surah Al- Kahfi . Penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006 : 4) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Peneliti menganalisis data dengan menggunakan Metode Deskriptif Analisis yaitu menggambarkan keadaan subjek dan objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang ada pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta dengan

(23)

apa adanya ( Moleong, 2006 : 11 ). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Al- Ghulayaini sebagai landasan teori.

Sistem penulisan yang digunakan untuk memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin peneliti berpedoman pada transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158/1987. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Al-Qur’an dalam surah Al-Kahfi. Objek penelitian ini adalah na’at mufrad yang terdapat di dalam Al-Qur’an surah Al-Kahfi.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan referensi (buku-buku) yang berkaitan dengan penelitian.

2. Membaca dan memahami tentang na`at

3. Mengumpulkan data yang diperoleh dari Al-Qur`an pada surah Al-Kahfi 4. Mengklasifikasikan data yang diperoleh dari Al-Qur`an pada surah Al-Kahfi

5. Menganalisis data dengan menguraikan dan menjelaskan menjadi sebuah laporan ilmiah berupa skripsi.

6. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan dengan jadwal sebagi berikut:

NO KEGIATAN BULAN

I II III IV V V1

1 Persiapan X

2 Pengumpulan data X

3 pengolahan data X X

4 Penyusunan laporan X X

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Terdahulu

Penelitian tentang na`at sebelumnya sudah pernah dikaji oleh Eli Dayanti. Dayanti (2005) dengan judul “Analisis Na’at pada Surah An-Nur”, penelitiannya merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan analisis deskriptif. Adapun hasilnya diketahui bahwa di dalam surah An-Nur terdapat 36 na’at, 33 diantaranya berjenis mufrad yang terdiri atas 29 dari isim mustaq dan 4 dari isim jamid. Adapun dari jumlah fi’liyah hanya terdapat 1 na’at begitu juga dengan syibhul jumlah terdapat 2 na’at. Beberapa ayat yang mencakup 2 na’at didalamnya, yaitu pada ayat 16, 23, 40, 62. Dalam ayat 23 dan 62 kedua na’atnya berbentuk isim mustaq. Dalam ayat 16 na’atnya berbentuk mustaq dan berbentuk jamid. Pada ayat 40 terdapat bentuk jamid dan bentuk jumlah. Sementara satu ayat pada surah An-Nur ini terdapat 3 bentuk na’at yaitu pada ayat 35. Dalam ayat ini terdapat 2 na’at berbentuk jamid dan 1 na’at berbentuk syibhul jumlah.

Kemudian penelitian tentang na’at ini pernah dikaji oleh Nur Rohmatul Ummah.

Ummah

Adapun perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah pada penelitian dahulu dan penelitian saat ini sama sama mengkaji tentang na’at.

Sedangkan perbedaannya peneliti hanya meneliti satu jenis na’at saja yaitu na’at mufrad, kemudian pada objek penelitian dan pada penganalisisan data.

(2016) dengan judul “Analisis Na’at pada Surah As-Saba’ dan Faidahnya”, penelitiannya merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Adapun hasilnya diketahui bahwa di dalam surah Saba’ terdapat macam-macam Na’at dan faidahnya yakni na’at haqiqi sebanyak 33 ayat, na’at mufrad sebanyak 31 ayat, naat jumlah sebanyak 4 ayat, dan naat sibhul jumlah sebanyak 6 ayat, yang macam-macam dari na’at tersebut terdapat beberapa faidah dalam penggunaannya yaitu idhafah sebanyak 5 ayat dan takhsis 31 ayat.

(25)

2.2Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Nahwu

Sintaksis dalam bahasa Arab disebutdenganNahwu. Al-Hasyimi (Tanpa Tahun :6) mengatakanbahwa pengertian Naḥwuadalah :

ﺐﻴﻛﺮﺘﺑ ﺖﻠﺼﺣ ﻲﺘﻟﺍ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﺮﺧﺍﻭﺍ ﻝﺍﻮﺣﺍ ﺎﻬﺑ ﻑﺮﻌﻳ ﺪﻋﺍﻮﻗ ﻮﻫ ﺡﻼﻄﺻﺇ ﻲﻓ: ﻮﺤﻨﻟﺍﻭ ﺎﻤﻬﻌﺒﺘﻳ ﺎﻣﻭ ءﺎﻨﺑﻭ ﺏﺍﺮﻋﺍ ﻦﻣ ﺾﻌﺑ ﻊﻣ ﺎﻬﻀﻌﺑ

/wa ˋan -naḥwu:fῑ ˋiṣṭilāḥi huwa qawā’idu yu’rafu bihā ˋahwālu ˋawākhiri ˋal -kalimāti ˋal-

‘arabiyyati ˋal -latῑ ḥaṣalat bitarkῑbi ba’ḍuhā ma’a ba’ḍa min i‘rābin wa bināˋin wamā yatba’uhumā/ “Secara etimologi, Nahwu merupakan kaidah-kaidah untuk mengetahui lambang bunyi akhir (harakat) dari bahasa Arab yang dapat menghasilkan susunan antara satu kata dengan kata yang lainnya, serta apa saja yang mengikuti suatu kata sehingga dapat merubah bentuk kata dan kasusnya”.

Menurut Al-Ghulayaini (2013 : 28)Naḥwu adalah:

ﺔﺒﻛﺮﻣ ﻭ ﺓﺩﺮﻔﻣ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻝﺍﻮﺣﺍ ﻪﺑ ﻑﺮﻌﺗ ﻢﻠﻋ ﻮﻫ ﻮﺤﻨﻟﺍ

/An-naḥwu huwa ‘ilmun tu’rafu bihi aḥwālu al-kalimāti al-‘arabiyati mufradatan wa murakkabatan/ ‘Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari keadaan kata-kata Arab baik mufrād (tunggal) atau yang tersusun (jumlah).’

2.2.2 Pengertian Na’at

Secara leksikal na’at berasal dari kata

ﺖﻌﻧ

/na`ata/ ‘menyifatkan’ yang bentuk masdarnya

ﺖﻌﻨﻟﺍ

/al-na`tu/ maknanya sama dengan

ﺔﻔﺼﻟﺍ

/as-ṣifatu/ ‘sifat’. W.Wright dalam Bahrum (1999 : 11) menyebutkan bahwadalam Theoritical Linguitics, na’at memiliki makna ajektif dan menyebutnya dengan the description, descriptive words, qualicative atau adjective.

Menurut al- Ghulayaini (1991 : 315), definisi na’at adalah :

ﻪﺑ ﻖﻠﻌﺘﻳ ﺎﻣ ﻝﺍﻮﺣﺃ ﻭﺃ ﻪﻟﺍﻮﺣﺃ ﺾﻌﺑ ﻦﻴﺒﻴﻟ ﻢﺳﺍ ﺪﻌﺑ ﺮﻛﺬﻳ ﺎﻣ ﻮﻫ : ( ﺎﻀﻳﺃ ﺔﻔﺼﻟﺍ ﻲﻤﺴﻳﻭ ) ﺖﻌﻨﻟﺍ

/an-na`tu (wa yusammā aṣ-ṣifatu ayḍan) :huwa yużkiru ba`da ismin liyubayyina ba`ḍa aḥwāl hi aw aḥwāli mā yata`allaqubihi/ “Na’at juga disebut sifat, ialah lafaz yang disebutkan

(26)

setelah suatu isim untuk menjelaskan sebagian keadaannya, atau beberapa keadaan yang berkaitan dengannya”.

Ni’mah (Tanpa Tahun : 51) definisi na’at adalah :

ﻪﻠﺒﻗ ﻢﺳﺍ ﻲﻓ ﺔﻔﺻ ﻲﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﻊﺑﺎﺗ ﻮﻫ ﺖﻌﻨﻟﺍ

/an’atu huwa tābi’un yadullu ‘alā ṣifatin fῑ ismin qablahu/ “Na’at itu mengikuti atas sifat isim sebelumnya”

ﻭ ﻞﻗﺎﻌﻟﺍ ﺍﺪﻳﺯ ﺖﻳﺍﺭﻭ ﻞﻗﺎﻌﻟﺍ ﺪﻳﺯ ﻡﺎﻗ ﻝﻮﻘﺗ ﻩﺮﻴﻜﻨﺗ ﻭ ﻪﻀﻔﺧ ﻭ ﻪﺒﺼﻧ ﻭ ﻪﻌﻓﺭ ﻲﻓ ﺕﻮﻌﻨﻤﻟﺍ ﻊﺑﺎﺗ ﺖﻌﻧﺍﺍ ﻞﻗﺎﻌﻟﺍ ﺪﻳﺰﺑ ﺕﺭﺮﻣ

/an-na`tu tābi`un lilman`ūti fῑ raf`ihi wa naṣbihi wa khafḍihi wa tankῑrihi wa taqūlu qāma zaidun al’āqilu wa ra’itu zaidan al-`āqilu wa mar’artu bi zaidin al-`āqili/ “Na’at (sifat) ialah lafaz yang mengikuti kepada makna lafaz yang diikutinya, baik dalam hal rafa’, nasab, khafadh (jar), ma’rifat, maupun nakirah nya, seperti :

ﻞﻗﺎﻌﻟﺍ ﺪﻳﺯ ﻡﺎﻗ

/qāmazaidun al-`āqilu/ ( Zaid yang berakal telah berdiri)

ﻞﻗﺎﻌﻟﺍ ﺪﻳﺰﺑ ﺖﻳﺃﺭ ﻭ

/wara’aitu bi zaidin al-`āqili/ (aku telah melihat Zaid yang berakal).

ﻞﻗﺎﻌﻟﺍ ﺍﺪﻳﺯ ﺕﺭﺮﻣ

/marartuzaidan al-`āqila/ (aku telah bertemu dengan Zaid yang berakal).

Na’at menurut istilah Nahwu ialah :

ﻪﺑ ﻖﻘﻠﻌﺘﻳ ﺎﻣ ﺔﻔﺻ ﻭﺍ ﻪﺗﺎﻔﺻ ﻦﻣ ﺔﻔﺻ ﻥﺎﻴﺒﺑ ﻪﻋﻮﺒﺘﻣ ﻢﻤﺘﻳ ﻱﺬﻠﻟﺍ ﻊﺑﺎﺘﻟﺍ

/at-tābi`u allażῑ yutammimu matbū`ihi bi bayānin ṣifatin min ṣifātihi aw ṣifati mā yata`allaqu bihi/ “tabi’ yang menyempurnakan pengikutnya dengan keterangan sifat dan sifatnya atau sifat yang bergantung kepadanya”. Contoh yang menjelaskan sifat matbu’nya (yang diikutinya) :

ﻞﻓﺎﻌﻟﺍ ﺪﻳﺯ ءﺎﺟ

/jā’ā zaidun al-`āqila/ “Zaid yang berakal telah datang”.

Menurut Ghulayaini (2012 : 319) Kaidah pada na’at ialah bahwasannya na’at itu wajib mengikuti man’utnya pada aspek i’rabnya, mufradnya, tasniyahnya, jama’nya, muannas, muzakkar, ma’rifat dan nakirahnya.

Anwar (2012:102) dalam bukunya menjelaskan bahwa na’at harus disesuaikan dengan man’utnya dalam hal i’rab, nakirah atau ma’rifatnya, mudzakkar atau muannatsnya, mufrad atau jamaknya.

(27)

Menurut Wahyoedin (2011:197) na’at wajib mengikuti man’ut dalam hal : 1. I’rabnya, contoh :

ﺪﻳﺪﺟ ﺎﺳﺭﺪﻣ – ﺪﻳﺪﺟ ﺱﺭﺪﻣ

/mudarrisun jadῑdun – mudarrisan jadῑdan/ ‘murid baru – murid baru’

2. Mudzakkar dan Muanatsnya,

contoh

ﻞﺟﺭ

:

ﺔﺤﻟﺎﺻ ﺓﺃﺮﻣﺍ – ﺢﻟﺎﺻ

/rajulun ṣāliḥun – imra’atun ṣāliḥatun/ ‘laki-laki shalih – perempuan shalihah.

3. Ma’rifah dan nakirahnya, contoh :

ﺖﻴﺒﻟﺍ ﺮﻴﺒﻛ ﺖﻴﺑ – ﺮﻴﺒﻜﻟﺎﺘﻴﺒﻟﺍ

/al-baitu al-kabῑru – baitun kabῑrun/ ‘Rumah yang besar’

4. Mufrad, Mutsanna dan jamaknya, contoh :

ﻥﻮﻨﻣﺆﻣ ﻝﺎﺟﺭ – ﻥﺎﻨﻣﺆﻣ ﻥﻼﺟﺭ – ﻦﻣﺆﻣ ﻞﺟﺭ

/rajulun mu’minun – rajulāni mu’mināni-

rijālun mu’minūna/ ‘seorang laki-laki yang beriman- dua orang laki-laki yang beriman. Beberapa orang laki-laki yang beriman’.

2.2.3. Kategori Na’at

Al-Ghulayaini dalam Bahrum (1999 : 14) Na’at dibentuk berdasarkan kaidah tata bahasa Arab dibagi pada 3 kategori, yaitu :

a. Na’at yang berkategori mufrad (berkategori kata)

Kategori mufrad (kata) identitas internalnya terdiri dari dua jenis kata (isim musytaq dan isim jamid) yang disebut dengan isim ṣifat yang meliputi :isim fa`il, isim maf`ul, sifat musyabbahat, isim tafdhil, masdar, isim jamid, yang menyimpan makna sifat dan isim yang dinisbatkan. Adapun na’at yang terdiri dari isim jāmid adalah ditakwilkan yaitu dipahami musytaq yang isim-isimnya adalah :isim isyarah, isim mauṣul, isim

`adad, isim manṣub ilaihi, isim jāmid, yang menunjukkan makna musytaq dan zū.

b. Na’at yang berkategori syibhul jumlah (berkategori frase)

Kategori shibhul jumlah adalah kategori yang terdiri dari kelompok kata jār majrur dan ẓaraf yang dalam satuan internalnya memiliki sifat eksosentris.

c. Na’at yang berkategori jumlah (berkategori klausa)

Kategori jumlah yang dalam struktur internalnya dapat berupa jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah.

(28)

2.2.4 Pengertian Na`at Mufrad

Al-Ghulayaini (2013 : 244) mengatakan bahwa na`at mufrad adalah na`at yang tidak berupa jumlah atau klausa dan tidak syibhul jumlah, walaupun berupa dual atau jamak. Na’at dalam kategori mufrad ditinjau dari segi struktur internal kemufradannya dan dapat dibagi dalam dua sub kategori yaitu : kategori mufrad dari isim musytaq dan kategori mufrad dari isim jamid.

a. Isim Musytaq

. ﺔﻔﺼﺑ ﻑﻮﺻﻮﻣ ,ﺊﺷ ﻰﻠﻋ ﻝﺩ ﻭ ﻩﺮﻴﻏ ﻦﻣ ﺬﺧﺃ ﺎﻣ ﻮﻫ ﻖﺘﺸﻤﻟﺍ ﻢﺳﻻﺍ

/Al- ismu al- musytaq huwa mā `akhaźa min gairihi wa dalla ‘ala syai`in, mauṣuf biṣifatin/

“Ism yang diambil dari kata selainnya dan menunjukkan kepada sesuatu yang disifati dengan sifat”.

ﻢﺳﺍ ,ﻞﻋﺎﻔﻟﺍ ﻢﺴﻟﺎﺑ ﺔﻬﺒﺸﻤﻟﺍ ﺔﻔﺼﻟﺍ ,ﻝﻮﻌﻔﻤﻟﺍ ﻢﺳﺍ ,(ﺔﻐﻟﺎﺒﻤﻟﺍ ﻎﻴﺻﻭ) ﻞﻋﺎﻔﻟﺍ ﻢﺳﺍ : ﻲﻫﻭ ﺔﻌﺒﺳ ﺕﺎﻘﺘﺸﻤﻟﺍﻭ . ﺔﻟﻻﺍ ﻢﺳﺍ ,ﻥﺎﻜﻤﻟﺍ ﻢﺳﺍ ,ﻥﺎﻣﺰﻟﺍ ﻢﺳﺍ ,ﻞﻴﻀﻔﺘﻟﺍ

/Wal- musytaqātu sab’ata wahiya: ism al- fā’il (wasīga al- mubālagah), ism al- maf’ūl, aṣ- ṣifatu al- musyabbahah bismi al- fā’il, ism at- tafḍīl, ism aż- żamān, ism al- makān, ism al- ālat/ “Isim musytaq ada tujuh yaitu : ism fa’il (sigah mubalagah), ism maf’ul, sifat musyabbahah bismil fa’il, ism tafdil, ism zaman, ism makan, ism alat”.

2.2.5. Kategori Na’at Mufrad

2.2.5.1. Kategoriﻖﺘﺸﻤﻟﺍ ﻢﺳﺍ/Isim Musytaq/

Adapun struktur internal na’at mufrad yang berkategori isim musytaq adalah sebagai berikut :

(1) Isim Fā`il

ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻪﻨﻣ ﻊﻗﻭ ﻦﻣ ﻰﻠﻋ ﺔﻟﻻﺪﻠﻟ ﻖﺘﺸﻣ ﻢﺳﺍ : ﻞﻋﺎﻔﻟﺍ ﻢﺳﺍ

/Ism al- fa’il : ismun musytaq liddalālati ‘ala man waqa’a minhu al- fi’li/ “Ism fa’il adalah ism musytaq yang menunjukkan kepada pihak yang melakukan fi’l”.

(29)

Isim fā`il ialah sifat yang diambil dari kata kerja pasif dimana sifat tersebut menunjukkan adanya makna yang terdapat pada isim yang disifati dalam hal perbuatan atau kejadian bukan keadaan yang tetap.

Contoh :

-

ﺮﺼﻧ

/naṣara/‘menolong’menjadi

ﺮﺻﺎﻧ

/nāṣirun/ ‘orang yang menolong’

Jika ‘ain fi’lnya terdiri ats huruf illat, maka huruf tersebut pada ‘ain fi’lnya dapat ditukar menjadi hamzah.

Contoh :

-

ﻡﺎﺻ

/ṣāma/ ‘berpuasa’ menjadi

ﻢﺋﺎﺻ

/ṣā`imun/ ‘orang yang berpuasa’

Contoh :

ﻼﺿﺎﻓ ﻼﺟﺭ ﺖﻳﺃﺭ

/ra`aitu rajulanfāḍilan/ ‘Saya melihat seorang lelaki yang mempunyai kelebihan’

Na’at terletak pada kata

ﻼﺿﺎﻓ

/fāḍilan/ ‘yang mempunyai kelebihan’

Isim fa’il dari fi’l selain tsulasiy, maka cukup dengan menggantikan huruf mudhara`ahnya dengan huruf mim yang didammahkan dan mengkasrahkan barishurufsebelum akhir, maka timbangan

ﻞﻌﻓﺃ

/af’ala/ menjadi

ﻞﻌﻔﻣ

/muf’ilun/,

ﻞﻌﺘﻓﺍ

/ifta’ala/ menjadi

ﻞﻌﺘﻔﻣ

/mufta’ilun,

ﻞﻌﻓ

/fa’a’la/ menjadi

ﻞﻌﻔﻣ

/mufa’ilun/,

ﻞﻌﻔﺗ

/tafa’ala/ menjadi

ﻞﻌﻔﺘﻣ

/mutafa'ilun/,

ﻞﻌﻔﺘﺳﺍ

/istaf'ala/ menjadi /mustaf'ilun/.

Pola-pola isim fa’il tersebut merupakan isim sifat yang apabila menempati posisi untuk menjelaskan kata sebelumnya, maka kata tersebut menjadi na’at. Contoh :

ﺐﻟﺎﻁ ﺎﻧﺍ ﻦﺴﺤﻣ

/anā ṭāibun muḥsinun/ ‘Saya seorang murid laki-laki yang baik’.Na’at terletak pada kata

ﻦﺴﺤﻣ

/muḥsinun/ ‘yang baik’

(2) Isim Maf`ul

. ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻊﻗﻭ ﺎﻣ ﻰﻠﻋ ﺔﻟﻻﺪﻠﻟ ﻝﻮﻬﺠﻤﻠﻟ ﻲﻨﺒﻤﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻦﻣ ﻖﺘﺸﻣ ﻢﺳﺍ : ﻝﻮﻌﻔﻤﻟﺍ ﻢﺳﺍ

(30)

/ism al- maf’ul :ismun musytaq min al- fi’li al- mabni lil majhul liddalālati ‘ala mā waqa’a

‘alaihi al- fi’li/ “Isim maf’ul : isim musytaq dari fi’il mabni lil majhul untuk menunjukkan kepada pihak yang dikenai fi’il”. Seperti

ﺏﺮﺿ

/ḍaraba/ ‘memukul’

menjadi

ﺏﻭﺮﻀﻣ

/maḍrūbun/ ‘yang dipukul’.

Isim maf’ul dari fi’l selain tsulasiy, maka cukup dengan menggantikan huruf mudharaahnya dengan huruf mim yang didammahkan dan memfatahkan baris huruf sebelum akhir, maka :

- Timbangan

ﻞﻌﻓﺍ

/af’ala/menjadi

ﻞﻌﻔﻣ

/muf’ilun/

Seperti :

ﻡﺮﻛﺍ

/akrama/ ‘mulia’ menjadi

ﻡﺮﻜﻣ

/mukrimun/ ‘orang yang dimuliakan’

- Timbangan

ﻞﻌﺘﻓﺍ

/ifta’ala/ menjadi

ﻞﻌﺘﻔﻣ

/mufta’ilun/

Seperti :

ﺪﻌﺘﺑﺍ

/ibta’ada/ ‘jauh’menjadi

ﺪﻌﺘﺒﻣ

/mubta’idun/ ‘yang jauh’

- Timbangan

ﻞﻌﻔﺘﺳﺍ

/istaf’ala/ menjadi

ﻞﻌﻔﺘﺴﻣ

/musta’alun/

Seperti :

ﺝﺮﺨﺘﺳﺍ

/istakhraja/ ‘keluar’ menjadi

ﺝﺮﺨﺘﺴﻣ

/mustakhrijun/ ‘dikeluarkan’

Isim maf’ul dapat dikategorikan menjadi na’at tergantung posisi atau letaknya dalam kalimat.

Contoh :

ﺎﺑﻮﺒﺤﻣ ﺍﺪﻟﺎﺧ ﻡﺮﻛﺃ

/akrim khālidan maḥbūban/ ‘Muliakanlah Khalid yang dicintai’.

Na’at terletak pada kata

ﺎﺑﻮﺒﺤﻣ

/maḥbūban/ ‘yang dicintai’

(3) Sifat Musyabbahat bi ismin fa’il

( ﻪﺑ ﻝﻮﻌﻔﻣ ﻪﻟ ﺲﻴﻟ ﻱﺬﻟﺍ ﻱﺃ) ﻡﺯﻻﺍ ﻰﺛﻼﺜﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻦﻣ ﻻﺇ ﻍﺎﺼﻳ ﻻ ﻖﺘﺸﻣ ﻢﺳﺍ ﻞﻋﺎﻔﻟﺍ ﻢﺳﺎﺑ ﺔﻬﺒﺸﻤﻟﺍ ﺔﻔﺼﻟﺍ

/Aṣ- ṣifatu al- musyabbahatu bismi al- fa’ili ismun musytaqun lā yuṣāgu `illā min al- fi’li aś- śulāśi al- lāżimu (ayyu al- laźi laisa lahu maf’ulun bih)/ “Sifat musyabbahah bismil fa’il adalah ism musytaq yang tidak dibentuk kecuali dari fi’il tsulatsi lazim (yaitu yang tidak mempunyai maf’ul bih)”

- Sifat Musyabbahah dari fi’l tsulasiy berwazan

ﻞﻌﻓ

/fa’ilun/

Seperti :

ﺡﺭﺎﻓ

/farihun/ ‘bahagia’

- Sifat Musyabbahah selain tsulasiy berwazan

ﻞﻌﻓﺍ

/af’alu/

Seperti :

ﺮﻤﺣﺍ

/ahmarun/ ‘merah’ dan

ﺝﺮﻋﺍ

/a’rajun/ ‘yang pincang’

- Berwazan

ﻥﻼﻌﻓ

/fa’lānun,/ seperti :

ﻱﺪﺻ

/ṣadiya/ ‘dahaga’ menjadi

ﻥﺎﻳﺪﺻ

/ṣadyānun/

‘yang dahaga’

(31)

- Wazan

ﻞﻴﻌﻓ

/fa’ῑlun/, seperti :

ﻢﻠﺳ

/salima/ ‘selamat’menjadi

ﻢﻴﻠﺳ

/salῑmun/ ‘yang selamat’

- Wazan

ﻞﻌﻓ

/fa’lun/, seperti :

ﺐﻌﺻ

/ṣa’bun/ ‘sulit’

- Wazan

ﻝﺎﻌﻓ

/fu’ālun/, seperti :

ﻉﺎﺠﺷ

/syujā’un/ ‘berani’

- Wazan

ﻞﻌﻓ

/fu’lun/, seperti :

ﻮﻠﺣ

/ḥulwun/ ‘manis’

- Wazan

ﻞﻌﻓ

/fa’alun/, seperti :

ﻦﺴﺣ

/ḥasanun/ ‘baik’

- Wazan

ﻝﺎﻌﻓ

/fa’ālun/, seperti :

ﻥﺎﺒﺟ

/jabānun/ ‘penakut’

Sifat Musyabbahah selalu menjadi na’at jika selalu ada isim yang diikutinya, contoh :

ﺍﺬﻫ ﺩﺭﻭ

ﺮﻤﺣﺍ

/hażā wardun aḥmarun/ ‘ini bunga mawar yang merah’.Na’at terletak pada kata

ﺮﻤﺣﺍ

/aḥmarun/ ‘yang merah’.

(4) Isim Tafdhil

ﻦﻋ ﺎﻤﻫﺪﺣﺃ ﺩ ﺍﺯﻭ ﺔﻔﺻ ﻲﻓ ﺎﻛﺮﺘﺷﺍ ﻦﻴﺌﻴﺷ ﻥﺃ ﻰﻠﻋ ﺔﻟﻻﺪﻠﻟ (ﻞﻌﻓﺃ) ﻥﺯﻭ ﻰﻠﻋ ﻖﺘﺸﻣ ﻢﺳﺍ ﻞﻴﻀﻔﺘﻟﺍ ﻢﺳﺍ . ﺔﻔﺼﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻲﻓ ﺮﺧﻷﺍ

/Ismu at- tafḍilu ismun musytaqu ‘ala ważni (`af’ala) liddalālati ‘ala `an syai`īna istarakan fi ṣifati ważādi `aḥaduhumā ‘ani al- `akhir fi haźihi aṣ- ṣifati/ ‘ism musytaq berwazan ﻞﻌﻓﺃ/`af’ala/ yang menunjukkan kepada dua perkara yang sama-sama mempunyai suatu sifat dan salah satunya melebihi yang lain dalam sifat ini’. Contoh :

ﻲﻨﻣ ﺮﺒﻛﺍ ﻞﺟﺭ ﻚﻟﺍﺫ

/żālika rajulun akbaru minnῑ/ ‘Lelaki itu lebih besar daripada saya’. Na’at terletak pada lafaz

ﺮﺒﻛﺍ

/akbaru/ ‘lebih besar’

Ciri-ciri struktur isim tafdhil :

a. Isim tafdhil tanpa

ﻝ ﺍ

/alif lam/ dan tidak diidhafahkan b. Isim tafdhil yang disertai

ﻝ ﺍ

/alif lam/

c. Isim tafdhil yang diidhafahkan d. Isim jamid

(32)

2.2.5.2. Kategori ﺪﻣﺎﺠﻟﺍ ﻢﺳﺍ/Ismul Jāmid/

Adapun struktur internal na’at mufrad yang berkategori isim jamid adalah sebagai berikut:

(1). Isim isyarah

Isim isyarah ialah isim yang menunjukkan pengertian makna tertentu baik secara nyata dengan tangan atau dengan yang lain apabila yang ditunjuk itu berada dihadapan orang yang menunjuk. Isim isyarah ini masuk kepada kelompok isim jamid karena tidak dapat ditashrifkan juga tidak diturunkan dari bentuk kata lain. Beberapa dari isim isyarah ada yang menunjukkan makna tempat, seperti :

ﺎﻨﻫ

/hunā/ ‘disini’ : untuk menunjuk sesuatu yang dekat

ﻙﺎﻨﻫ

/hunāka/ ‘disana’ : untuk menunjuk sesuatu yang tidak terlalu jauh

ﻚﻟﺎﻨﻫ

/hunālika/ ‘disana’ : untuk menunjukkan sesuatu yang jauh

ﻢﺛ

/ṣumma/ ‘kemudian’ : untuk menunjukkan sesuatu yang jauh

Ada pula beberapa isim isyarat yang didahului

ﺎﻫ

/hā/ yang bermakna tanbih (peringatan) seperti:

ﺍﺬﻫ

/hāżā/ ‘ini’ : menunjukkan bentuk maskulin

ﻩﺬﻫ

/hażihi/ ‘ini’ : menunjukkan bentuk feminin

ﻥﺎﺘﻫ

/hatāni/ ‘ini’ : menunjukkan dua bentuk feminin

ءﻻﺆﻫ

/hā’ulā`i/ ‘mereka itu’ : menunjukkan tiga orang atau lebih

Isim-isim isyarah tersebut merupakan isim jamid dan dapat dijadikan sebagai na`at yang ditakwilkan dengan musytaq, contoh :

ﺬﻫ ﺎﻴﻠﻋ ﻡﺮﻛﺍ

/akrim `aliyyan haża/ ‘Muliakanlah si Ali yang ini’

Isim isyarah yang menjadi unsur na`at pada contoh adalah ﺍ /hażā/ ‘ini’ yang ditakwilkan

ﺬﻫ

sebagai

ﻪﻴﻟﺍ ﺭﺎﺸﻤﻟﺍ

/al-musyāru ilaihi/.

(2). Isim mausul yang dibarengi (ﻝﺍ) /alif lam/

Isim mausul dapat ditungalkan, ditaṡniyahkan, dijamakkan, difemininkan, maupun dimaskulinkan sesuai dengan keadaan. Contoh:

ﺪﻬﺘﺟﺍ ﻱﺬﻟﺍ ﻞﺟﺮﻟﺍ ءﺎﺟ

/jā`a ar-julu allżῑ ijtahada/ “Lelaki yang rajin telah datang”. Jadi, isim mausul yang menjadi unsur na’at pada contoh tersebut adalah

ﻱﺬﻟﺍ

/allażῑ/ yang ditakwilkan bersama kata unsur sesudahnya yaitu

ﺪﻬﺘﺟﺍ

/ijtahada/ yang takwilnyaadalah

ﺪﻬﺘﺠﻤﻟﺍ

/al-mujtahidu/ “yang rajin”.

(33)

(3). Isim adad

Isim ‘adad adalah jenis isim nakirah yang bertujuan untuk memperjelas isim mubham (samar). Isim ‘adad ada dua jenis, yaitu : sharih dan mubham. Isim ‘adad yang dapat menjadi na’at hanya isim ‘adad yang sharih karena isim ‘adad sharih dapat dimaklumi kadarnya, seperti : sepuluh, sebelas, dua puluh dan lain-lain. Contohnya :

ﺔﻌﺑﺭﺃ ﻝﺎﺟﺭ ءﺎﺟ

/jā`a rijālun arba’atun/ ‘Lelaki yang empat orang telah datang/. Jadi, isim ‘adad yang menjadi unsur na’at adalah

ﺔﻌﺑﺭﺍ

/arba’atun/ ‘empat’ ditakwilkan

ﺩﺪﻌﻟﺍ ﺍﺬﻬﺑ ﺩﻭﺪﻌﻣ

/ma’dūdun bihāżal ‘adadi/.

(4). Ya’ nisbat

Nisbat ialah memberi sufiks

/ya’/ yang bertasydid di akhir isim dan huruf sebelumnya dibaca kasrah dengan tujuan membangsakan kepada yang lain. Contoh

ﺖﻳﺃﺭ

:

ﻼﺟﺭ

ﺎﻴﻘﺸﻣﺩ

/ra`aitu rajulan dimisyqiyyan/ ‘Aku melihat seorang lelaki yang berkebangsaan

Damsyiq’. Na’at pada contoh ini adalah

ﺎﻴﻘﺸﻣﺩ

/dimisyqiyyan/ ‘orang Damsyiq’ yang takwilnya

ﻖﺸﻣﺩ ﻲﻟﺍ ﺏﻮﺴﻨﻣ

/mansūbun ilā damsyiqin/.

(5). Isim jamid yang menunjukkan pengertian musytaq

Adapun yang dimaksud dengan isim ini ialah isim jamid yang dapat dianggap memiliki pengertian dalam isim musyatq, isim ini biasanya digunakan dalam pengertian kiasan atau tasybih, seperti :

ﺪﺳﺃ ﻼﺟﺭ ﺖﻳﺃﺭ

/ra`aitu rajulan asadan/ ‘Aku melihat lelaki yang seperti harimau’. Na’at pada contoh ini adalah pada kata

ﺪﺳﺃ

/asadan/ ‘harimau’ yang ditakwilkan sebagai

ﺎﻋﺎﺠﺷ

/syujjā’an/ ‘pemberani’.

(6). Kata

ﻭﺫ

/żū/ dan

ﺕﺍﺫ

/żāta/

Kata

ﻭﺫ

/żū/ dan

ﺕﺍﺫ

/żāta/ dapat diinterprestasikan sebagai isim musytaq yang maknanya menjadi

ﺐﺣﺎﺻ

. Contohnya :

ﻝﺎﻣ ﻭﺫ ﻞﺟﺭ ءﺎﺟ

/jā`a rajulun żū mālin/ ‘Telah datang lelaki yang mempunyai harta’. Kata

ﻝﺎﻣ ﻭﺫ/

żū mālin/ ‘yang mempunyai harta’pada contoh ini ditakwilkan sebagai

ﺐﺣﺎﺼﻟﺎﻣ

/ṣāḥibun mālin/ ‘yang mempunyai harta’.

(7). Mashdar

Mashdar yang dimaksud adalah mashdar yang berbentuk ṡulasiy yang tidak berawalan dengan huruf

/mim/ (Mashdar ghairu mimi). Contohnya :

ﻞﺟﺭ ﻮﻫ ﺔﻘﺛ

/huwa rajulun ṡiqatun/

(34)

‘Dia adalah lelaki yang dipercaya’. Kata

ﺔﻘﺛ

/ṡiqatun/ ‘yang dipercaya’ ditakwilkan sebagai musytaq yaitu

ﻕﻮﺛﻮﻣ

/mauṡūqun/ ‘yang dipercaya’ dan kata tersebut merupakan na’at.

(8). Lafaz

ﺎﻣ

/mā/ nakirah yang dimaksudkan ibham

Kata

ﺎﻣ

/mā/ nakirah yang disifati ini tidak dapat dijadikan sebagai isim mausul sebab isim mausul harus bertemu dengan jumlah sebagai penghubungnya. Na’at dari lafaz

ﺎﻣ

/mā/

adalah isim jamid dan ditakwilkan musytaq yaitu

ﺎﻣ ﺔﻔﺼﺑ ﺪﻴﻘﻣ ﺮﻴﻏ ﺎﻘﻠﻄﻣ ﻼﺟﺭ

/rajulan muṭlaqan gairu muqayyidin bi ṣifatin mā/ ‘Laki-laki yang semata-mata tidak terikat dengan sifat manapun.

(9). Lafaz

ﻱﺍ

/ayyu/ dan

ﻞﻛ

/kullu/

Lafaz

ﻱﺍ

/ayyu/ dan

ﻞﻛ

/kullu/ adalah isim jamid dapat menjadi na’at yang diinterprestasikan musytaq untuk menunjukkan sifat bagi mausufnya. Contoh

ﻞﻛ

/kullu/ :

ﺖﻧﺃ

ﻞﺟﺮﻟﺍ ﻞﻛ ﻞﺟﺭ

/anta rajulun kullu ar-juli/ ‘Engkau adalah lelaki yang sempurna

kelelakiannya’. Contoh

ﻱﺍ

/ayyu/ :

ﻞﺟﺭ ﻱﺍ ﻞﺟﺭ ﻲﻧءﺎﺟ

/jā`anῑ rajulun ayyu rajulin/ ‘Telah datang kepadaku seorang lelaki yang sempurna kelelakiannya’.

2.2.6. Kesesuaian Na’at dengan Man’ut

Dalam hal kesesuaian dengan man’ut dibagi dua macam, yaitu : a. Na’at Hakiki

Al- Ghulayaini (2013 : 243) mengatakan na’at hakiki adalah :

ﻪﻋﻮﺒﺘﻣ ﺕﺎﻔﺻ ﻦﻣ ﺔﻔﺻ ﻦﻴﺒﻳ ﺎﻣ ﻮﻫ ﻲﻘﻴﻘﺤﻟﺍ ﺖﻌﻨﻟﺍ

/an-na`tu al-haqīqiyyu huwa mā yubayyinu ṣifatun min ṣifāti matbū`ihi/ “Na’at Hakiki adalah na’at yang menjelaskan suatu sifat dari beberapa sifat man’utnya”

Nikmah (Tanpa Tahun : 51) mengatakan :

ﻪﻋﻮﺒﺘﻣ ﺲﻔﻧ ﻲﻓ ﺔﻔﺻ ﻲﻠﻋ ﻝﺩ ﺎﻣ ﻮﻫ ﻲﻘﻴﻘﺤﻟﺍ ﺖﻌﻨﻟﺍ

/an-na`tu al-haqīqiyyu huwa mā dalla `alā ṣifatin fī nafsi matbū`ihi/ “Na’at hakiki adalah na’at yang menunjukkan sifat yang sebenarnya pada matbu’nya (yang disifatinya)”.

(35)

b. Na’at Sababi

Al-Ghulayaini (2013 : 243) mendefinisikan na’at sababi adalah :

ﺏ ﻁﺎﺒﺗﺭﺇﻭ ﻪﻋﻮﺒﺘﻤﺑ ﻖﻠﻌﺗ ﻪﻟ ﺎﻣ ﺕﺎﻔﺻ ﻦﻣ ﺔﻔﺻ ﻦﻴﺒﻳ ﺎﻣ ﻮﻫ ﻲﺒﺒﺴﻟﺍ ﺖﻌﻨﻟﺍ

/an-na`tu as-sabābiyyu huwa māyubayyinu ṣifatun min ṣifātin mā lahu ta`allaqu bi matbū`ihi wa irtibāṭin bihi/ “Na’at Sababi adalah na’at yang menjelaskan suatu sifat dari sifat-sifatnya hal yang berhubungan dengan man’utnya”

Menurut Ni’mah (Tanpa Tahun : 52) na’at sababi adalah :

ﻉﻮﺒﺘﻤﻟﺍﺎﺑ ﺎﻣ ﻁﺎﺒﺗﺭﺇ ﻪﻟ ﻢﺳﺇ ﻲﻓ ﺔﻔﺻ ﻲﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﺎﻣﻮﻫ ﻲﺒﺒﺴﻟﺍ ﺖﻌﻨﻟﺍ

/an-na`tu as-sababiyyu huwa mā dalla `alā ṣifatin fī ismin lahu irtibāṭin bi al-matbū`i/

“Na’at Sababi adalah na’at yang menunjukkan sifat pada isim yang ada baginya hubungan dengan matbu’nya (yang diikutinya)”.

Kesesuaian Na`at Sababi terhadap man’ut nya sama halnya dengan syarat-syarat na’at hakiki, yaitu harus sesuai dalam hal i`rab nya, mufrad, mutsanna, atau jamak nya, dan ma’rifat atau nakirah nya. Kecuali jika na’at sababi itu memuat dhamir yang kembali kepada man’ut nya, maka ia hanya sesuai dalam hal i`rab, ma’rifat atau nakirah nya, dan na`at tersebut selamanya berbentuk mufrad dan wajib sesaui dalam hal muzakkar atau muannas kepada lafaz sesudahnya dan bukan sebelumnya.

Al-Ghulayaini (1991 : 319) mengatakan bahwa kaidah na’at ialah bahwasannya na’at itu wajib mengikuti man`ut nya dalam aspek i`rab nya, mufrad nya, tasniyah nya, jamak nya, muannas, muzakkar. Ma’rifat, dan nakirah nya kecuali kepada man’ut. Jika demikian keadannya, na’at ini wajib mengikuti dalam aspek i’rab, ma’rifat dan nakirah nya saja. Na’at semacam ini wajib menjadi segi muannas dan muzakkar terhadap lafaz sesudahnya dan selamanya berbentuk mufrad.

Jadi, kesesuaian dalam na’at sababi dapat dibagi 2, yaitu :

1. Na’at Sababi yang disertai dhamir yang kembali kepada man’utnya a. Selamanya berbentuk mufrad

b. Muzakkar terhadap lafaz sesudahnya c. Muannas terhadap lafaz sesudahnya

(36)

Contoh :

ﺎﻤﻫﻮﺑﺍ ﻢﻳﺮﻜﻟﺍ ﻥﻼﺟﺮﻟﺍ ءﺎﺟ

/jā’a ar-julāni al-karūīmu abūhumā/ “Telah datang dua orang laki-laki yang mulia ayah keduanya”

ﻢﻫﻮﺑﺃ ﻢﻳﺮﻛ ﻢﻫ

/ hum karīmun abūhum/ “Mereka laki-laki itu mulia bapak-bapaknya”

ﻢﻬﺗﺎﻬﻣﺃ ﺔﻤﻳﺮﻛ ﻢﻫ /

hum karīmatun ummahātuhum/ “Mereka laki-laki itu mulia ibu-ibu mereka”

ﺐﻬﻧﺎﺑﺃ ﻢﻳﺮﻛ ﻦﻫ

/hunna karīmun abānuhunna/ “Mereka perempuan itu mulia ayah-ayah mereka”

2. Na’at Sababi yang tidak disertai dhamir yang kembali kepada man’ut nya, maka sama halnya dengan na’at hakiki, yaitu :

a. wajib sesuai dalam hal i’rab

b. wajib sesuai dalam hal muannas atau muzakkar terhadap lafaz sebelumnya c. wajib sesuai dalam hal mufrad, mutsanna, atau jamak

Contoh :

ﺏﻻﺍ ﻢﻳﺮﻜﻟﺍ ﻥﻼﺟﺮﻟﺍ ءﺎﺟ

/jā’a ar-julāni al-karīma al-abi/ “Telah datang dua orang laki-laki yang mulia ayahnya”

ﺏﺩﻻﺍ ﻢﻳﺮﻜﻟﺍ ﻞﺟﺮﻟﺍ ءﺎﺟ

/jā’a al-karīmu al-adabi/ “Telah datang beberapa orang laki-laki yang mulia adabnya”

Na’at sababi memiliki beberapa pengecualian, yaitu yang sama saja pemakaiannya baik untuk laki-laki atau perempuan, yaitu :

1. Beberapa isim yang mengikuti beberapa pola.

(37)

a. mengikuti pola

ﻝﻮﻌﻓ

/fa`ūlun/ yang maknanya mengikuti

ﻞﻋﺎﻓ

/fā`ilun/. contoh :

ﺭﻮﺒﺻ

/sabūrun/ ‘orang yang sabar’dan

ﺭﻮﻜﺷ

/syakūrun/ ‘orang yang bersyukur’

b. mengikuti pola

ﻞﻴﻌﻓ

/fa`īlun/ yang maknanya mengikuti pola

ﻝﻮﻌﻔﻣ

/maf`ūlun/, seperti :

ﺢﻳﺮﺟ

/jarīhun/ ‘orang yang terluka’dan

ﻞﻴﺘﻗ

/qatīlun/ ‘orang yang terbunuh’

c. mengikuti pola

ﻝﺎﻌﻔﻣ

/mif`ālun/, seperti :

ﻝﺎﺴﻜﻣ

/miksālun/ ‘orang yang malas’ dan

ﻡﺎﺴﺒﻣ

/mibsāmun/ ‘orang yang tersenyum’

d. mengikuti pola

ﻞﻴﻌﻔﻣ

/mif`īlun/, seperti:

ﻦﻴﻜﺴﻣ

/miskīnun/ ‘orang yang miskin’ dan

ﺮﻴﻄﻌﻣ

/mi`ṭīrun/ ‘orang yang berminyak harum’

e. mengikuti pola

ﻞﻌﻔﻣ

/mif`alun/, seperti :

ﻢﺸﻐﻣ

/mighsyamun/ ‘orang yang zalim’ dan

ﻲﻋﺪﻣ

/mid`ayun/ ‘orang yang mencela’

Kelima macam pola tersebut, maka na’at untuk jenis muzakkar dan muannasnya adalah sama, jadi dalam contoh dapat diucapkan :

ﺭﻮﻜﺷ ﺓﺃﺮﻣﺇ

/imra’atun syakūrun/ ‘wanita yang bersyukur’

ﺭﻮﻴﻏ ﻞﺟﺭ

/rajulun ghayūrun/ ‘lelaki yang cemburu’

ﺭﻮﻴﻏﺓﺃﺮﻣﺇ

/imra’atun ghayūrun/ ‘wanita yang cemburu’

Masdar yang dibuat sifat, kata ini masih tetap dalam satu bentuk, baik tunggal, tasniyah, maupun jamak, muzakkar dan muannas. Contoh :

ﻝﺪﻋ ﻞﺟﺭ

/rajulun `adlun/ ‘lelaki yang adil’

ﻝﺪﻋ ﺓﺃﺮﻣﺇ

/imra’atun `adlun/ ‘wanita yang adil’

ﻝﺪﻋ ﻥﻻﺎﺟﺭ

/rajulāni `adlun/ ‘dua lelaki yang adil’

ﻝﺪﻋ ﻥﺎﺗﺃﺮﻣﺇ

/imra’atāni `adlun/ ‘dua lelaki yang adil’

ﻝﺪﻋ ﻝﺎﺟﺭ

/rijālun `adlun/ ‘para lelaki yang adil’

ﻝﺪﻋ ءﺎﺴﻧ

/nisā’un `adlun/ ‘ para wanita yang adil’

2.Kata yang berfungsi sebagai na`at isim jamak, maka kata ini boleh berlaku tunggal dengan melihat kata man’utnya, dan boleh berlaku jamak dengan melihat maknanya. Contoh :

(38)

ﺢﻟﺎﺻ ﻡﻮﻗ ﻥﻼﻓ ﻲﻨﺑ ﻥﺇ

/inna banī fulān qaumun ṣāliḣun/ ‘Sesungguhnya bani Fulan adalah kaum yang saleh’. Dan boleh juga :

ﻥﻮﺤﻟﺎﺻ ﻡﻮﻗ ﻥﻼﻓ ﻲﻨﺑ ﻥﺇ

/inna banī fulān qaumun ṣāliḣūn/ ‘Sesungguhnya bani Fulan adalah kaum yang saleh’

3.Lafaz yang menjadi na’at bagi lafaz jamak yang tidak berakal. Lafaz ini boleh dua macam, yaitu diperlakukan seperti jamak dan boleh diperlakukan seperti lafaz mufrad mua’annas.

Contoh :

ﺕﺎﻘﺑﺎﺳ ﻝﻮﻴﺧ ﻱﺪﻨﻋ

/`indī khayūlun sābiqātun/ ‘Saya mempunyai beberapa ekor kuda yang selalu menang’

ﺔﻘﺑﺎﺳ ﻝﻮﻴﺧ ﻱﺪﻨﻋ

/`indī khayūlun sābiqatun/ ‘Saya mempunyai beberapa ekor kuda yang selalu menang’

2.2.7. Kedudukan Na’at dalam Kalimat 1. Mubtada’

Menurut Al-Ghulayaini (1992 : 438 ) pengertian mubtada’ adalah :

ﻞﻣﺎﻋ ﻪﻘﺒﺴﻳ ﻢﻟ ﻪﻴﻟﺍ ﺪﻨﺴﻤﻟﺍ ﻮﻫ : ءﺪﺘﺒﻤﻟﺍ

/al-mubtada`u : huwa al-musnadu ilaihi lam yasbiquhu ‘āmilu/ “Mubtada’ adalah musnad ilaihi yang tidak didahului oleh kata yang mempengaruhi kalimat tersebut”

Mubtada’ adalah isim yang terletak di awal jumlah dan tidak ada ‘amil yang mendahuluinya.

Na’at dapat berfungsi sebagai mubtada’ jika diawali oleh

ﻲﻔﻧ

/nafῑ/ ‘kata yang menunjukkan kalimat menjadi kalimat negatif’. Tidak perlu ada khabar tetapi cukup dengan isim fa’il.

Contoh:

ﻥﻼﺴﻛ ﺢﺟﺎﻧ ﺎﻣ

/mā nājin kaslānun/ ‘Tidak sukses orang-orang yang malas’.Na’at pada contoh tersebut adalah kata

ﺢﺟﺎﻧ

/nājiḥun/ ‘sukses’ sebagai unsur pengisi mubtada’ dan kata

ﻥﻼﺴﻛ

/kaslānun/ ‘orang-orang yang malas’ sebagai isim fa’il yang berfungsi menggantikan khabar.

Referensi

Dokumen terkait

Makna langsung atau konseptual adalah makna kata atau leksem yang didasarkan atas penunjukan yang langsung (lugas) pada suatu hal atau objek di luar bahasa, sedangkan

/Wa al-musytaqqu mā „akhaża min gairihi/dan ism musytaq ialah ism yang struktur susunannya dibentuk dari kata lainnya.. Penulis memilih juz 30 sebagai sebagai sumber

Permasalahan yang diteliti adalah macam-macam variasi kata jihad dan terjemahannya, dan juga menganalisis strategi penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan kata jihad