• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maupun kelemahan yang ada. Selain itu, telah dilakukan penelitian untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. maupun kelemahan yang ada. Selain itu, telah dilakukan penelitian untuk"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Saat menulis proposal ini, peneliti akan menggali informasi dari penelitian- penelitian sebelumnya sebagai bahan komparatif, baik itu mengenai kekuatan maupun kelemahan yang ada. Selain itu, telah dilakukan penelitian untuk memperkuat bahan penelitian yang digunakan untuk mereview penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini adalah beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini.

Suraksono (2015). Melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDB Industri Pertambangan Indonesia”. Gunakan program SPSS 17.0 untuk melakukan analisis regresi pada metode penelitian. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pada industri pertambangan tanpa migas, investasi pada industri pertambangan berdampak positif terhadap PDRB daerah. Kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah terdapat perbedaan antara keberadaan variabel X dan Y yang peneliti gunakan untuk melanjutkan penelitian dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yang mendukung penelitian terhadap variabel yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. penelitian yang dilakukan oleh peneliti Profesional. peneliti.

Larasati dkk (2018). Melakukan penelitian berjudul “Dampak Inflasi, Ekspor, dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)” (studi dilakukan di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand). Data sekunder yang digunakan dalam metode penelitian adalah gabungan antara data cross sectional dan

(2)

data time series (data panel). Dan hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan:

(1) Variabel inflasi, ekspor dan tenaga kerja berpengaruh langsung dan simultan terhadap produk domestik bruto (PDB); (2) Variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB). Pengaruh; (3) Variabel ekspor berpengaruh positif signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB); (4) Variabel tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB).

Ketika peneliti mempelajari persamaan, keberadaan variabel X dan Y yang peneliti gunakan untuk melanjutkan penelitian berbeda dengan penelitian peneliti, yaitu profesi yang mendukung variabel tersebut berbeda dengan penelitian peneliti.

Karina (2017). Penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi dan Indeks Harga Konsumen Indonesia terhadap PDB 2011-2015” menggunakan metode kuantitatif regresi berganda untuk menunjukkan pengaruh beberapa variabel independen dan dependen. Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini menemukan bahwa sejak tahun 2011, produk domestik bruto (PDB) Indonesia-2015 mengalami perubahan. Karena adanya kesamaan antara peneliti dan peneliti maka terdapat variabel X dan Y yang peneliti gunakan untuk melanjutkan penelitian, dan perbedaan antara peneliti dan peneliti yaitu adanya spesialisasi yang mendukung variabel tersebut. Berbeda dengan penelitian para peneliti.

Asbiantari dkk (2016), melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Metode penelitian dengan menggunakan kuadrat terkecil biasa (OLS) dan Cochrane Orcutt menunjukkan bahwa ekspor industri memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan panjang. Kesamaan antara peneliti dan peneliti adalah terdapat variabel X dan Y yang peneliti gunakan untuk melanjutkan

(3)

penelitian, dan perbedaan peneliti dengan peneliti terletak pada jurusan yang mendukung variabel yaitu bidang yang mendukung variabel tersebut. Ini tidak seperti penelitian oleh para peneliti.

Rahman dkk (2017). Kami melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Utang Luar Negeri dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi” (Survei PDB Indonesia 2005-2014). Menggunakan metode penelitian regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini menemukan bahwa nilai utang luar negeri pemerintah Indonesia dan nilai ekspor nonmigas Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan. Persamaan antara penelitian dan peneliti adalah variabel X dan Y yang peneliti gunakan untuk melanjutkan penelitian, dan perbedaan disiplin ilmu yang mendukung variabel yang berbeda dengan hasil penelitian peneliti.

Sahabat (2019). Dari tahun 2013 hingga 2016, telah dilakukan penelitian dengan topik dampak industri halal terhadap negara-negara PDB-OKI di negara- negara Asia. Penelitian kuantitatif menggunakan metode data panel dengan menggunakan metode penelitian. Studi telah menunjukkan bahwa kombinasi keuangan Islam, makanan halal dan pariwisata Syariah memiliki dampak positif.

Berbeda dengan penelitian peneliti karena adanya persamaan antara peneliti dan peneliti: adanya variabel X dan Y yang peneliti gunakan untuk melanjutkan penelitian, dan perbedaan departemen yang mendukung variabel tersebut.

2.1.1 Gap Analisis

Pada beberapa penelitian terdahulu yang dikutip di atas, ditemukan adanya persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang membahas variabel makro dan dampak dari industri halal. Persamaan yang

(4)

dihasilkan semuanya menguji dampak variabel makro: investasi asing langsung, inflasi, nilai tukar, dan industri halal. Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan penelitian sebelumnya di atas untuk melanjutkan penelitian mereka saat ini.

2.2 Kajian Teoritis Masalah Penelitian 2.2.1 Definisi PDB

Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam periode waktu tertentu, (Mankiw,2018). Dalam analisis ekonomi makro, istilah pendapatan nasional selalu digunakan, yang biasanya digunakan untuk menyatakan nilai barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara. Oleh karena itu, dalam konsep ini istilah pendapatan nasional mengacu pada nilai Gross Domestic Product (PDB) atau Gross National Product (GNP) (Sukirno,2015).

Produk Domestik Bruto (PDB) Hal ini mencerminkan kemampuan masyarakat dalam menyerap produksi (daya beli) sehingga mendorong investor untuk berinvestasi lebih banyak. Produk domestik bruto (PDB) mengukur dua hal pada saat yang sama: total pendapatan masyarakat dalam perekonomian dan total pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi. Alasan mengapa produk domestik bruto (PDB) dapat mengukur total pendapatan dan total pengeluaran adalah karena pendapatan seluruh perekonomian harus sama dengan (Mankiw,2018). Peningkatan pendapatan mencerminkan kemungkinan pengembalian modal (solvensi). Investor tertarik untuk berinvestasi karena mereka percaya bahwa dana yang telah diinvestasikan akan mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Teori neoklasik menjelaskan bahwa untuk

(5)

mencapai kinerja ekonomi suatu negara memerlukan akumulasi modal (Kuncoro, 2018).

Ketika perekonomian sedang booming, kesempatan kerja yang baik akan menghasilkan tingkat pendapatan yang tinggi, sehingga biaya operasionalnya melebihi kemampuan perekonomian untuk memproduksi barang dan jasa.

Konsumsi yang berlebihan akan menyebabkan inflasi. Ketika orang terus meningkatkan pengeluaran, total permintaan akan meningkat lagi. Untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat ini, perusahaan akan meningkatkan produksi dan mendorong pertumbuhan pendapatan nasional riil (PDB). Menurut (Sukirno,2015), peningkatan produksi nasional relatif terhadap kesempatan kerja penuh akan menyebabkan harga naik lebih cepat, yang menyebabkan inflasi.

Untuk mendapatkan PDB dengan harga konstan, Anda perlu menentukan tahun dasar, yaitu tahun ketika perekonomian dalam keadaan baik/stabil. Kami menggunakan harga tahun ini sebagai konstanta.

Secara umum hubungan antara PDB riil dengan PDB nominal dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan dibawah ini:

GDP Nominal mengukur nilai moneter yang berlaku dari output GDP riil suatu perekonomian, yaitu harga suatu produk relatif terhadap harga tahun dasarnya. Keuntungan menghitung PDB dengan harga konstan adalah dapat langsung mengetahui pertumbuhan ekonomi atau tidak, serta menghitung perubahan harga (inflasi).

2.2.1.1 Metode dan Komponen Perhitungan Pengeluaran Produk Domestik GDP Nominal = GDP Riil x Deflator GDP

(6)

Bruto (PDB)

Salah satu metode penghitungan produk domestik bruto yaitu metode pengeluaran.

Menurut metode pengeluaran (expenditure method), nilai PDB adalah jumlah total uang yang dihabiskan oleh perekonomian selama periode waktu tertentu. Menurut metode ini, ada beberapa jenis pengeluaran total dalam perekonomian:

a. Konsumsi Rumah Tangga/ Household Consumption ( C ) b. Konsumsi Pemerintah/ Government Consumption ( G ) c. Pengeluaran Investasi/ Investment Expenditure ( I ) d. Ekspor Neto/ Net Export ( X – M )

Metode perhitungan PDB berdasarkan pengeluaran adalah nilai total lima jenis pengeluaran tersebut (Rahardja et.al.,2018):

Dimana:

C = konsumsi rumah tangga

G = konsumsi / pengeluaran pemerintah I = PMTDB X = ekspor M = impor

Adapun komponen dari pada perhitungan PDB berdasarkan pengeluaran adalah sebagai berikut (Rahardja et.al.,2018):

a. Konsumsi rumah tangga

Pengeluaran rumah tangga digunakan untuk konsumsi akhir, termasuk barang dan jasa yang dikonsumsi kurang dari satu tahun (barang tahan lama) dan barang/barang tahan lama yang dapat digunakan lebih dari satu tahun (barang tidak tahan lama).

b. Konsumsi Pemerintah (Government Consumption) PDB = C + G + I + (X–M)

(7)

Konsumsi pemerintah adalah pengeluaran pemerintah (government expenditure) yang digunakan untuk membeli produk dan jasa akhir. Pada saat yang sama, pengeluaran kesejahteraan sosial tidak termasuk dalam konsumsi pemerintah. Oleh karena itu, dalam statistik PDB, pengeluaran konsumsi pemerintah lebih rendah dari anggaran pemerintah (sisi pengeluaran APBN).

c. Pembentukan modal tetap domestik bruto (pengeluaran investasi)

Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor usaha. Biaya ini dikeluarkan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan kita untuk menciptakan/menambah nilai. PMTDB mencakup perubahan inventaris untuk produk jadi dan setengah jadi. Untuk menentukan potensi volume produksi, lebih tepat untuk menghitung investasi bersih, yaitu total investasi dikurangi depresiasi. Perhitungan PMTDB ini menunjukkan bahwa metode pengeluaran lebih sensitif terhadap barang modal baru. Barang modal ini tergolong baru karena harus dimasukkan dalam perhitungan PDB.

d. Ekspor bersih (ekspor bersih)

Ekspor bersih adalah selisih antara ekspor dan impor. Ekspor bersih positif menunjukkan bahwa ekspor melebihi impor. Kebalikannya juga benar.

Ekspor bersih dihitung ketika ekonomi berdagang dengan negara lain (dunia).

2.2.1.2 PDB Harga Berlaku dan PDB Harga Konstan

PDB dibagi menjadi PDB atas dasar harga berlaku dan PDB atas dasar harga konstan. PDB atas dasar harga berlaku merupakan hasil perkalian antara harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang diproduksi.

PDBBerlaku= output x harga berlaku

(8)

Karena dampak inflasi, harga bervariasi dari tahun ke tahun, dan menghitung PDB dengan harga berlaku tidak mencerminkan situasi ekonomi yang sebenarnya. Untuk menghasilkan perhitungan yang akurat, perhitungan PDB didasarkan pada harga konstan.

PDB konstan diperoleh dengan terlebih dahulu menentukan tahun dasar (based year) yang merupakan tahun dimana perekonomian dalam kondisi stabil.

Harga barang pada tahun tersebut digunakan sebagai harga konstan. Nilai PDB konstan ini disebut juga sebagai PDB riil. Sedangkan nilai PDB berlaku disebut PDB nominal.

2.2.1.3 Perhitungan PDB dapat dilakukan menggunakan tiga cara yaitu dengan pendekatan pengeluaran, pendapatan, dan nilai tambah

Menurut (Mankiw,2018) Perhitungan PDB dengan pendekatan pengeluaran sebagai berikut :

Dimana :

Y : Pendapatan nasional

C : Konsumsi rumah tangga I : Investasi G : Pengeluaran pemerintah X : Ekspor M : Impor

Selain melalui pendekatan pengeluaran, dapat juga dilakukan dengan Y = C + I + G + (X-M)

(9)

pendekatan pendapatan sebagai berikut :

Dimana :

Y : Pendapatan nasional w : Upah pekerja

i : Pendapatan bunga r : Pendapatan sewa π : Profit atau keuntungan

Selain melalui pendekatan pengeluaran,pendapatan dapat juga dilakukan dengan pendekatan nilai tambah sebagai berikut :

Dimana:

NTN = Nilai Tambah Netto NTB = Nilai Tambah Bruto

2.2.2 Definisi Foreign Direct Investment

International Monetary Fund (IMF) mendefinisikan foreign direct investment atau penanaman modal asing langsung sebagai penanaman modal jangka panjang yang mencerminkan kepentingan entitas korporasi asing, dalam hal ini investor langsung menanamkan modalnya pada kegiatan ekonomi entitas korporasi local. Menurut Bank Dunia, FDI mengacu pada arus masuk investasi untuk mendapatkan ekuitas manajemen, yaitu 10% atau lebih dari saham suara perusahaan. Ini dianggap sebagai kombinasi stok modal dan teknologi, yang dapat meningkatkan pengetahuan yang ada dari negara tuan rumah atau negara tujuan

Y = w + i + r + π

NTN = NTB - Penyusutan

(10)

secara ekonomi melalui pelatihan tenaga kerja, perolehan keterampilan, pengenalan praktik manajemen baru dan pengaturan organisasi

Klasifikasi investasi langsung didasarkan pada pertama, arah investasi aset atau kewajiban. Yang kedua tentang alat investasi yang digunakan (saham, pinjaman, dll), dan yang ketiga tentang sektor tertentu. Dari segi instrumen, modal penyertaan langsung termasuk modal yang diberikan oleh investor kepada perusahaan atau modal penyertaan langsung (secara langsung atau melalui perusahaan afiliasi lainnya). Transaksi modal penyertaan langsung meliputi tiga komponen dasar, bagian pertama berasal dari ekuitas, termasuk ekuitas perusahaan cabang, seluruh saham anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, dan penyertaan modal lainnya seperti cadangan mesin. Pendapatan yang diinvestasikan kembali termasuk pendapatan yang tidak dibagikan dari saham investor langsung (sebagai dividen dari anak perusahaan atau mitra) dan pendapatan cabang yang tidak disetorkan kepada investor langsung. Ketiga, modal investasi langsung lainnya (atau transaksi utang antar perusahaan), termasuk pinjaman dan dana pinjaman, termasuk surat utang dan kredit perdagangan.

Beberapa jenis FDI menurut (Kjetil,2003) sebagai berikut:

1. Foreign direct investment vertikal.

Penanaman modal asing langsung secara vertikal menggambarkan sebaran geografis proses produksi perusahaan.

Perusahaan akan melakukan kegiatan produksi di negara-negara yang menyediakan tenaga kerja murah seperti tenaga kerja, tetapi output yang dihasilkan akan dikembalikan ke negara asal atau negara asal perusahaan.

2. .Foreign direct investment horizontal

(11)

Foreign direct investment horizontal ini terjadi pada perekonomian dengan adanya produksi barang yang sama di beberapa negara, hal ini dilakukan untuk menciptakan pasar baru. Keuntungan FDI jenis ini adalah efisiensi biaya transportasi, karena barang yang diproduksi dekat dengan konsumen.

Jenis investasi asing langsung horizontal ini terjadi di ekonomi di mana beberapa negara memproduksi barang yang sama, dan ini dilakukan untuk menciptakan pasar baru. Keuntungan dari FDI jenis ini adalah efisiensi biaya transportasi karena barang yang dihasilkan dekat dengan konsumen.

1. Pencarian sumber daya: Dibandingkan dengan menggunakan faktor produksi yang lebih mahal dari negara asal, cari faktor produksi yang paling efektif.

2. Pencarian pasar: strategi defensif untuk menemukan pasar baru atau mempertahankan pasar lama. Pencarian untuk jenis pasar baru ini dilakukan melalui merger atau akuisisi.

3. Mengejar efisiensi: Gunakan skala dan ruang lingkup ekonomi untuk meningkatkan efisiensi perusahaan.

IMF mengklasifikasikan FDI berdasarkan sektor kelembagaan. Sementara itu OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) mengklasifikasikan FDI berdasarkan pada sektor industri.

(12)

Tabel 2.1

Klasifikasi Foreign Direct Investment Berdasarkan Sektor Sektor Kelembagaan (IMF) Sektor Ekonomi atau Industri

(OECD) 1. Otoritas Moneter

2. Perbankan 3. Pemerintahan

4. Sektor residen lainnya

1. Pertanian, perkebunan, perikanan 2. Penambangan dan penggalian 3. Manufaktur

4. Listrik, gas, dan air 5. Konstruksi

6. Perdagangan grosir dan eceran, hotel dan restoran

7. Transportasi, penyimpanan, dan komunikasi 8. Pembiayaan, perumahan, dan layanan bisnis 9. Layanan komunitas, sosial, dan Pribadi Sumber : Duce dan Esparia, 2003

2.2.3 Definisi Tingkat Inflasi

Inflasi adalah salah satu peristiwa modern yang paling penting dan dapat ditemukan di hampir semua negara di dunia. Definisi singkat inflasi adalah tren kenaikan harga yang umum dan terus-menerus. (Mankiw,2018). Ini tidak berarti bahwa harga berbagai komoditas telah naik dalam jumlah yang sama. Mungkin kenaikan harga tidak terjadi secara bersamaan, yang penting harga total barang- barang itu terus naik dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan hanya terjadi sekali, meskipun proporsinya besar, itu bukan inflasi.

2.2.3.1 Penggolongan Inflasi

Inflasi dibedakan menjadi 4 macam, yaitu Boediono (1998) : a. Inflasi Ringan : < 10 % per tahun

b. Inflasi Sedang : 10 – 30 % per tahun c. Inflasi Berat : 30 -100 % per tahun d. Hiperinflasi : 100 % per tahun

(13)

2.2.3.2 Penghitungan Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi digunakan untuk menggambarkan perubahan harga saat ini dari satu periode ke periode lainnya.Untuk menentukannya perlu memperhatikan perbandingan data indeks harga konsumen setelah periode tertentu dengan indeks harga periode sebelumnya.

Rumus yang dipakai

100

1 1 x IHK

IHK IHK

=

Untuk menentukan laju inflasi adalah sebagai berikut (Suharyadi et.al.,2015) dimana:

In : Laju Inflasi

IHKt : Indeks harga konsumen periode ke t

IHKt-1 : Indeks harga konsumen periode ke t-1 (periode lalu)

Selain dihitung berdasarkan IHK, inflasi juga dapat dihitung berdasarkan indeks biaya hidup (IBH), indeks harga produsen (IBP), indeks harga grosir (IHPB), atau deflator PDB (deflator PDB). Misalnya, untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa untuk kebutuhan hidup, digunakan indeks biaya hidup (IBH) untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa yang diperdagangkan, yang disebut indeks harga grosir. IHPB yang disebut Producer Cost Index (IBP), yang mengukur perubahan harga real estat, menghitung indeks harga real estat, dan menghitung tingkat inflasi melalui deflator PDB (deflator PDB).

Perhitungan berbagai angka indikator yang digunakan untuk menghitung kisaran berbagai tingkat inflasi pada dasarnya sama dengan perhitungan angka IHK.

Indeks dihitung secara berkala, umumnya bulanan, triwulanan, dan tahunan.

Selanjutnya berdasarkan jumlah indikatornya, dengan menghitung perubahan

(14)

jumlah indikator dalam suatu periode tertentu dapat dihitung tingkat inflasi dalam suatu periode tertentu. Untuk angka inflasi bulanan, tingkat inflasi dapat dihitung berdasarkan perubahan angka indeks bulanan. Hal yang sama berlaku untuk menghitung data inflasi triwulanan, setengah tahunan, dan tahunan untuk ekonomi tertentu.

Berbagai perhitungan inflasi untuk tujuan yang berbeda. Misalnya, tingkat inflasi yang dihitung berdasarkan perubahan indeks biaya produsen (PPI) berbeda dengan tingkat inflasi yang dihitung berdasarkan IHK. Dengan menggunakan IHP, harga yang diterima produsen dapat dihitung. Indeks ini berbeda dengan CPI karena harga yang diterima berbeda. Produsen dengan harga yang dapat diterima konsumen. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti subsidi, pajak, dan keuntungan. Selain itu, tingkat inflasi juga dapat didefinisikan oleh deflator PDB (PDB deflator), yang digunakan untuk menghitung tingkat inflasi untuk perubahan harga di seluruh perekonomian. Deflator dihitung dengan membandingkan PDB nominal tahun tertentu dengan PDB tahun tertentu yang ditetapkan sebagai tahun dasar. Pada tahun dasar, nomor indeks diatur ke 100%.

2.2.3.3 Faktor-Faktor yang menyebabkan Inflasi

Dilihat dari faktor utama pemicu inflasi, faktor pemicu inflasi dapat dibedakan menjadi tiga aspek yaitu sisi permintaan, sisi penawaran, dan ekspektasi.

Faktor yang juga dapat menyebabkan inflasi mungkin merupakan kombinasi dari ketiga faktor tersebut.

(15)

1. Demand-Pull Inflation

Inflasi yang didorong oleh permintaan disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat terhadap barang (permintaan agregat). Jenis inflasi ini biasanya terjadi selama periode pertumbuhan ekonomi yang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi, yang pada gilirannya menyebabkan pengeluaran melebihi kapasitas ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan inflasi. Selain pertumbuhan ekonomi yang pesat,

Inflasi tarikan permintaan juga dapat terjadi selama perang atau periode ketidakstabilan politik yang berkelanjutan. Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan belanja, pemerintah terpaksa mencetak uang.

Sumber : M ankiw,2018) Gambar 2.1

Grafik Demand Pull Inflation

Harga keekonomian awal setinggi 1, dan jumlah komoditas yang diperjualbelikan setinggi 1. Ketika ada permintaan akan suatu barang, itu akan menggeser kurva permintaan dari 1 ke 2. Memindahkan kurva ini akan meningkatkan harga dari 1 ke 2 dan meningkatkan volume produksi dari 1 ke 2. Ini akan terus berlanjut. Kenaikan harga yang terus-menerus karena meningkatnya permintaan inilah yang disebut "inflasi yang didorong oleh permintaan".

(16)

2. Cost Pull Inflation

Cost-pull inflation disebabkan oleh kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dan dampak dari inflasi luar negeri terutama di negara mitra dagang, kenaikan harga komoditas yang diatur pemerintah (management prices), bencana alam, dan gangguan distribusi.

disebabkan oleh Shock supply negatif. Jenis inflasi ini terutama benar selama periode pertumbuhan ekonomi yang cepat ketika pengangguran sangat rendah. Jika perusahaan masih menghadapi peningkatan permintaan, mereka akan mencoba meningkatkan produksi dengan menawarkan gaji atau upah yang lebih tinggi kepada pekerja, dan mencari pekerja baru dengan upah yang lebih tinggi. Langkah ini menyebabkan peningkatan biaya produksi, dan pada akhirnya meningkatkan harga berbagai komoditas.

Sumber : (Mankiw,2018) Gambar 2.2

Grafik Cost Pull Inflation

Awalnya, harga keseimbangan setinggi 1, dan kuantitas setinggi 3.

Ketika biaya produksi naik (upah naik), produksi akan turun, menunjukkan bahwa kurva 1 bergerak ke 2. Pergeseran kurva penawaran ini menunjukkan bahwa produksi telah menurun dari 1 ke 2, dan harga barang-barang yang diproduksi meningkat dari 1 ke 2. Jika biaya produksi meningkat, maka akan menurunkan output produksi dan terus menggeser kurva penawaran, sehingga

P

𝑃3

𝑃2

𝑃1

0 𝑄3 𝑄2

Q 𝑄1

𝑆3

𝑆2

𝑆1

D

(17)

meningkatkan harga produksi. Kontinuitas inilah yang disebut dengan cost- driven inflation (inflasi karena cost-driven inflation).

Baik inflasi yang didorong oleh permintaan dan inflasi yang didorong oleh biaya meningkatkan harga produksi, tetapi inflasi yang didorong oleh permintaan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) karena meningkatkan produksi, sedangkan inflasi yang didorong oleh biaya mengurangi produk domestik bruto (PDB), Karena mengurangi volume produksi produksi .

3. Demand Pull Inflation dan Cost Pull Inflation

Inflasi permintaan dan penawaran terjadi ketika kenaikan penawaran diikuti dengan terjadinya penurunan produksi sehingga mengakibatkan harga naik secara terus menerus.

Sumber : (Mankiw,2018) Gambar 2.3

Grafik Demand Pull Inflation dan Cost Pull Inflation

Ketika permintaan harga secara keseluruhan meningkat, maka akan menggeser kurva permintaan dari 1 ke 2, menyebabkan harga naik dari 1 ke 2, sehingga tidak ada permintaan untuk mendorong inflasi dalam hal ini.

Namun, ketika diperkirakan akan terjadi inflasi, perusahaan akan menaikkan harga, dan pekerja akan selalu meminta kenaikan upah. Ini akan ditandai dengan pergeseran horizontal ke atas dalam kurva penawaran. Pergeseran

P 𝑆2 𝑆1

𝑃3

𝑃2

𝑃1

0 𝑌2 𝑌1

𝐷

2

𝐷1

(18)

horizontal kurva penawaran ini akan menyebabkan harga naik dari P2 ke P3.

Hal ini menyebabkan inflasi sisi penawaran, harga terus naik, dan kemudian produksi menurun dari Y1 ke Y2, dan seterusnya.

2.2.3.4 Inflasi ditinjau dari asal Inflasi : 1) Inflasi domestik (inflasi domestik)

Misalnya, inflasi semacam ini disebabkan oleh kenaikan gaji PNS dan hasil panen yang buruk.

2) Inflasi luar negeri (inflasi impor)

Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan harga di luar negeri atau negara mitra dagang kita. Inflasi juga dapat berasal dari barang impor. Jika barang impor dengan harga yang naik berperan penting dalam aktivitas belanja perusahaan, maka inflasi ini akan terjadi. Naiknya harga barang impor akan meningkatkan biaya produksi, dan kenaikan biaya produksi akan menyebabkan harga naik.

2.2.4 Definisi Nilai Tukar

Setiap negara memiliki alat tukar sendiri. Perdagangan antar negara mengharuskan membandingkan nilai satu mata uang dengan mata uang lainnya.

(Mankiw,2018) Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara, diukur dengan nilai satu unit mata uang terhadap mata uang negara lain. Menurut (Mankiw,2018) nilai tukar didefinisikan sebagai jumlah yang dapat ditukarkan satu mata uang per unit mata uang lain, atau harga satu mata uang terhadap item mata uang lainnya. Ketika kondisi ekonomi suatu negara berubah, biasanya disertai dengan perubahan nilai tukar yang cukup besar.

Ketika suatu negara melakukan transaksi dengan negara lain, masalah mata uang muncul,

(19)

dan setiap negara menggunakan mata uang yang berbeda. Oleh karena itu, nilai tukar adalah harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk memperoleh mata uang negara lain. Untuk membayar di luar negeri, kita harus mengetahui bahwa harga mata uang asing dinyatakan dalam Rupiah Indonesia.

Nilai tukar seperti komoditas, selalu berubah sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan. Ketika permintaan lebih besar dari penawaran yang tersedia, mata uang cenderung menjadi lebih berharga. Ketika permintaan kurang dari penawaran yang tersedia, nilainya akan turun. Nilai tukar ini merupakan indikator yang mempengaruhi investasi suatu negara, karena investor seringkali sangat berhati-hati dalam berinvestasi. Nilai tukar rupiah Indonesia melemah terhadap mata uang asing, khususnya dollar AS, yang berdampak negatif terhadap perekonomian dan pasar modal(Sitnjak dan Kurniasari,2003).

Nilai tukar mata uang memiliki dampak positif pada tingkat investasi. Jika nilai tukar mata uang lokal stabil atau bahkan kuat, investor akan menilai bahwa perekonomian negara dalam kondisi baik dan prospek untuk berinvestasi di negara tersebut luas. Di sisi lain, jika nilai tukar mata uang lokal melemah, investor akan menilai bahwa situasi ekonomi negara tersebut tidak baik dan negara tersebut tidak memiliki prospek investasi. Nilai tukar yang stabil dianggap sebagai ukuran keberhasilan suatu industri, dan suatu negara dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi membantu menjaga tingkat cadangan devisa (Koylar,2018).

Nilai tukar mencerminkan keseimbangan penawaran dan permintaan mata uang domestik dan asing. Salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi yang pesat adalah pertumbuhan ekspor yang mencukupi sehingga mendorong nilai tukar

(20)

naik.Dengan meningkatnya permintaan terhadap mata uang lokal, (Rudiawan, et.al.,2019), nilai tukar yang baik akan membantu likuiditas dari mata uang lokal.

Modal asing dan pasar modal lainnya akan bergabung dengan (Guzman, et.al.,2018). Namun demikian, penurunan nilai tukar mencerminkan penurunan permintaan masyarakat internasional terhadap mata uang, karena penurunan perekonomian nasional atau peran mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional, permintaan masyarakat terhadap mata uang asing meningkat.

2.2.4.1 Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Guzman, et.al.,2018):

1. Faktor dasar

Faktor fundamental terkait dengan indikator ekonomi, seperti inflasi, suku bunga, perbedaan pendapatan relatif antar negara, ekspektasi pasar, dan intervensi Bank Sentral.

2. Faktor teknis

Faktor teknis berkaitan dengan situasi penawaran dan permintaan valuta asing pada periode tertentu. Jika masih ada kelebihan permintaan dan penawaran masih ada, maka harga valas akan naik, begitu pula sebaliknya.

3. Sentimen pasar

Sentimen pasar sebagian besar disebabkan oleh rumor atau berita politik yang tidak disengaja, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau turun tajam dalam jangka pendek. Jika rumor atau berita berlalu, nilai tukar akan kembali normal.

(21)

2.2.4.2 Sistem Kurs Mata Uang

Menurut (Kuncoro,2018) ada beberapa sistem pertukaran mata uang yang berlaku dalam perekonomian internasional, yaitu:

1. Sistem nilai tukar mengambang,

Sistem nilai tukar ini ditentukan oleh mekanisme pasar, dengan atau tanpa tindakan stabilisasi oleh otoritas moneter. Dalam sistem nilai tukar mengambang terdapat dua jenis nilai tukar mengambang, yaitu:

a. Nilai tukar mengambang bebas (murni) sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut dengan clean floating exchange rate, tidak diperlukan cadangan devisa dalam sistem ini karena otoritas moneter tidak akan berusaha untuk mengatur atau memanipulasi nilai tukar.

b. Controlled floating (nilai tukar mengambang terkelola atau kotor), otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan nilai tukar pada level tertentu.

Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya diperlukan karena otoritas moneter perlu membeli dan menjual mata uang asing untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar.

2. Sistem Nilai Tukar Terkendali.

Dalam sistem ini, suatu negara mengaitkan nilai mata uangnya dengan mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara mitra dagang utamanya.

Sebenarnya, mata uang yang terikat tidak akan berfluktuasi, tetapi hanya akan berfluktuasi relatif terhadap mata uang lain setelah mata uang terikat.

3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali.

(22)

Dalam sistem ini, suatu negara secara berkala melakukan sedikit perubahan nilai mata uangnya untuk bergerak menuju nilai tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Keuntungan utama dari sistem ini adalah bahwa suatu negara dapat menyesuaikan penyesuaian nilai tukarnya dalam jangka waktu yang lebih lama daripada membatasi sistem nilai tukar. Oleh karena itu, sistem dapat menghindari guncangan ekonomi akibat apresiasi atau depresiasi yang tajam secara tiba-tiba.

4. Sistem currency basket (keranjang mata uang).

Banyak negara, terutama negara berkembang, menentukan nilai mata uang mereka berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah memberikan stabilitas pada mata uang suatu negara karena perubahan mata uang didistribusikan dalam sekeranjang mata uang. Pilihan mata uang untuk dimasukkan ke dalam "keranjang" biasanya tergantung pada perannya dalam membiayai perdagangan di negara tertentu. Mata uang yang berbeda diberikan bobot yang berbeda sesuai dengan perannya dalam kaitannya dengan negara. Oleh karena itu, keranjang mata uang suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

5. Sistem nilai tukar tetap.

Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan nilai tukar tertentu atas nama mata uangnya dan mempertahankan nilai tukar tersebut dengan menyetujui untuk menjual atau membeli mata uang asing dalam jumlah yang tidak terbatas pada nilai tukar tersebut.

Nilai tukar biasanya tetap atau dibiarkan berfluktuasi dalam kisaran yang sangat sempit.

2.2.2.3 Perhitungan nilai tukar aktual

(23)

Misalnya, ketika kami sedang berbelanja, telah ditemukan bahwa harga satu kilogram jagung Amerika dua kali lipat dari satu kilogram jagung Indonesia. Oleh karena itu, kami akan mengatakan bahwa nilai tukar sebenarnya adalah setengah kilogram jagung AS untuk satu kilogram jagung Indonesia. Seperti nilai tukar nominal, kami menyatakan nilai tukar riil sebagai unit barang asing per unit barang domestik. Namun dalam contoh ini, item tersebut adalah item, bukan mata uang.

Ada pun rumus perhitungan nilai tukar riil tersebut sebagai berikut:

domestik harga

negeri luar harga

nominal tukar

nilai Riil

Tukar

Nilai = x

2.2.5 Definisi Industri Halal

Industri halal merupakan salah satu industri yang berkembang dan memiliki potensi besar di dunia. Industri mengacu pada kepatuhan dengan prinsip-prinsip dan persyaratan hukum Islam. Munculnya industri ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan produk dan jasa yang sesuai dengan ajaran Islam. Uniknya, industri ini berkembang baik di negara muslim maupun non muslim. (Kurnia, et.al.,2017).

Sejumlah penelitian telah memperkuat potensi, peluang dan prospek industri halal.

(Beik,2010) menjelaskan bahwa industri halal saat ini menguasai 30% pasar global.

Menurut Pew Research Center Global Attitudes Forum (2015), menyebutkan bahwa dari tahun 2013 hingga 2030, populasi Muslim akan meningkat sebesar 26,4%.

Menurut studi bersama yang dilakukan oleh Thomson Reuters dan DinarStandard pada tahun 2015, ada 8 faktor makro utama yang terus mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri halal, yaitu:Pertumbuhan demografi muslim.

Menurut penelitian (Pew Research Center,2015), Populasi masyarakat

(24)

muslim akan meningkat sekitar dua kali lipat dibandingkan peningkatan populasi non-muslim.

Diperkirakan pada tahun 2030, 29% dari jumlah populasi masyarakat muda beragama Islam. Hal ini juga memperkirakan adanya proporsi konsumen muda dan entrepreneur yang signifikan.

1. Pertumbuhan ekonomi Islam global.

Dalam lingkungan pertumbuhan ekonomi yang lambat, dibandingkan dengan ekonomi global, tingkat pertumbuhan ekonomi ekonomi Islam diperkirakan akan meningkat pesat. Berdasarkan penelitian Dana Moneter Internasional (2016). Dibandingkan dengan tingkat PDB negara lain, tingkat pertumbuhan rata-rata yang diharapkan dari negara-negara OKI dari 2015 hingga 2021 adalah 4,19%

2. Penerapan nilai-nilai Islam dalam gaya hidup dan praktik bisnis.

Islam sebagai “gaya hidup” masyarakat muslim merupakan pedoman bagi seluruh aspek kehidupan, salah satunya perilaku konsumtif.

Derajat amalan dan ketaatan setiap komunitas Muslim berbeda-beda menurut usia, wilayah geografis atau negara, pengaruh budaya, dan faktor pendukung lainnya. Dalam studi yang dilakukan oleh Pew Research Center Global Attitudes Forum (2015), 83% negara Islam menyatakan bahwa agama adalah hal yang esensial dalam kehidupan. Studi lain menunjukkan bahwa sekitar 93% orang berpuasa selama Ramadhan dan melakukan ibadah lainnya.

3. Pertumbuhan ekonomi negara-negara OKI berfokus pada pengembangan industri halal.

(25)

Negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam mulai menyadari peluang besar untuk mendorong pembangunan ekonomi nasional melalui sektor pangan, pariwisata, sandang, media dan lainnya. Penggerak yang paling kuat adalah penerapan sistem ekonomi syariah dalam bentuk program regulasi, intensif, dan pemasaran. Pembentukan tiga departemen baru dari Komite Tetap Kerjasama Ekonomi dan Komersial (COMCEC) dari Organisasi Konferensi Islam (COMCEC) akan membantu mendukung anggota Institut Standar dan Metrologi yang mengembangkan perjalanan halal dan pengembangan standar halal di berbagai negara. Islamic State Initiative (SMIIC) merupakan salah satu inisiatif beberapa negara anggota OKI dalam mengembangkan pasar halal.

4. Partisipasi perusahaan multinasional.

Banyak merek ternama di bidang makanan, keuangan, pakaian, pariwisata, kosmetik dan obat-obatan terus mengembangkan produk dan layanan untuk bersaing di industri halal. Beberapa retailer seperti Nestlé dan Carrefour misalnya telah mulai mengembangkan bisnis di bidang makanan halal, di bidang pariwisata, beberapa hotel telah menetapkan standar yang dapat dinikmati oleh masyarakat muslim. Hal-hal ini akan selalu mendorong industri halal

5. Negara-negara maju berpartisipasi dalam pertumbuhan pasar.

Laju pertumbuhan negara-negara OKI diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain. Percepatan dan pentingnya pertumbuhan sektor industri halal memberikan peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Misalnya, pemerintah Spanyol mempromosikan pariwisata dan pariwisata bagi wisatawan Muslim.

(26)

6. Pentingnya usaha yang berkelanjutan di bidang pangan, keuangan, pendidikan dan lingkungan hidup.

Krisis keuangan global akhir-akhir ini menjadi peringatan bagi para pelaku bisnis untuk mengkaji kembali prioritas etika bisnis mereka. Masalah skala besar dalam rantai nilai pangan global dan kekhawatiran yang berkembang tentang perlakuan buruk terhadap hewan dan dampak lingkungan dalam proses produksi pangan telah berdampak nyata pada suatu negara. Hal ini dapat mempengaruhi potensi industri halal dengan landasan etika dan tanggung jawab sosial.

7. Teknologi.

Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi telah memberikan dorongan besar bagi perkembangan permintaan distribusi, keuangan syariah dan layanan gaya hidup terkait.

2.2.6 Hubungan Antar Variabel

2.2.6.1 Hubungan antara Foreign Direct Investment Terhadap PDB

Investasi asing diproksikan dengan foreign direct investment. Investasi asing memiliki hubungan langsung dua arah dengan pertumbuhan ekonomi. Ketika investasi asing di suatu negara tinggi, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hubungan sebaliknya juga menunjukkan hubungan positif. Ketika keadaan perekonomian suatu negara dalam kondisi baik atau memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif, hal tersebut menjadi stimulus bagi investor asing menanamkan modal ke negara tersebut (Fadhil et.al.,2015)

2.2.6.2 Hubungan antara Tingkat Inflasi Terhadap PDB

Tingkat inflasi yang tinggi tidak akan mendorong pembangunan ekonomi.

(27)

Inflasi atau kenaikan harga memiliki efek buruk pada perdagangan. Naiknya harga membuat barang-barang dalam negeri tidak dapat bersaing di pasar internasional, yang menyebabkan penurunan ekspor. Di sisi lain, inflasi menyebabkan harga produksi dalam negeri naik, sehingga barang-barang impor relatif murah, yang pada gilirannya menyebabkan lebih banyak impor. Mata uang, situasi neraca pembayaran akan memburuk.Selain itu, kenaikan harga yang tidak sesuai dengan tambahan pendapatan akan menurunkan daya beli masyarakat (purchasing power parity).

Ketika paritas daya beli turun, itu juga mempengaruhi produsen. Menurunnya paritas daya beli akan meningkatkan terjadinya peningkatan biaya produksi, sehingga mengakibatkan penurunan output aktual periode berjalan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

2.2.6.3 Hubungan Nilai Tukar Terhadap PDB

Dampak nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi terjadi melalui perdagangan internasional.Perubahan nilai tukar riil mencerminkan perubahan daya saing Indonesia dan mitra dagangnya.Semakin tinggi nilai tukar riil, semakin dapat mendorong ekspor, begitu pula sebaliknya. Selain itu, menurunkan nilai tukar riil akan menguntungkan lingkungan perdagangan internasional, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Teori Mundell-Fleming (Mankiw,2018) menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara nilai tukar dengan pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi nilai tukar maka semakin rendah ekspor neto (selisih impor dan ekspor), penurunan ini akan berdampak pada output. penurunan dan akan menyebabkan penurunan PDB.

2.2.6.4 Hubungan antara Industri Halal dan PDB

Menurut penelitian (Pew Research Center,2015), Populasi masyarakat

(28)

muslim akan meningkat sekitar dua kali lipat dibandingkan peningkatan populasi non-muslim.

Diperkirakan pada tahun 2030, 29% dari jumlah populasi masyarakat muda beragama Islam. Hal ini juga memperkirakan adanya proporsi konsumen muda dan entrepreneur yang signifikan. Hubungan Industri halal dengan PDB disuatu negara apabila disuatu negara tersebut memiliki populasi masyarakat muslim dengan jumlah yang cukup banyak akan berpengaruh terhadap peningkatan permintaan terhadap barang ataupun industri halal. Ketika industri halal mendapat prospek yang baik dinegara tersebut maka Investasi asing langsung akan mengalami peningkatan yang dimana investor akan menginvestasikan dananya di negara tersebut. Maka akan terjadi peningkatan pdb dikarenakan peningkatan industri halal disuatu negara.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir penelitian ini adalah tentang dua variabel atau lebih, yang ada dalam bentuk perbandingan. Oleh karena itu, untuk mengembangkan hipotesis penelitian dalam bentuk hubungan, diperlukan kerangka mental untuk memperjelas penelitian. Berikut akan dijelaskan hubungan atau dampak investasi asing langsung, tingkat inflasi, nilai tukar, dan industri halal terhadap PDB riil lima negara OKI.

Kerangka penelitian menggambarkan hubungan antara variabel bebas yaitu penanaman modal asing (X1), tingkat inflasi (X2), nilai tukar (X3), dan industri halal (X4) dengan variabel PDB riil (Y). Gunakan kerangka penelitian berikut:

FDI (X1)

FDI (X1)

Tingkat Inflasi (X2)

Nilai Tukar (X3)

Industri Halal (X4)

(29)

Nilai Tukar (X2)

Tingkat Inflasi (X3)

Industri Halal (X4)

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu masalah yang sedang dihadapi dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lengkap. Jadi pada penelitian ini akan dibuat hipotesis penelitian, yang bertujuan untuk menjadikannya sebagai acuan dalam menentukan langkah selanjutnya agar dapat membuat kesimpulan-kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Foreign Direct Investment, Tingkat Inflasi, Nilai Tukar dan Indutri Halal terhadap PDB riil di Lima Negara OKI (Malaysia, Bahrain, United Arab Emirates, Saudi Arabia dan Indonesia) pada tahun 2014- 2018. Berikut ini perumusan hipotesis dari penelitian ini:

H1 : Diduga Foreign Direct Investment berpengaruh positif signifikan terhadap PDB riil di Lima Negara OKI pada tahun 2014-2018.

H2 : Diduga Tingkat Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap PDB riil di PDB RIIL di 5 Negara OKI (Y)

(30)

Lima Negara OKI pada tahun 2014-2018.

H3: Diduga Nilai Tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap PDB riil di Lima Negara OKI pada tahun 2014-2018.

H4: Diduga Industri Halal berpengaruh positif signifikan terhadap PDB riil di Lima Negara OKI pada tahun 2014-2018.

Gambar

Grafik Demand Pull Inflation
Grafik Cost Pull Inflation
Grafik Demand Pull Inflation dan Cost Pull Inflation

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dari 110 responden santri di pondok pesantren diperoleh keismpulan bahwa (1) Dengan adanya kepemimpinan tranformasional yang demokratis di

Keadaan ini menggeser permintaan agregat sehingga terjadi kelebihan permintaan yang disebut inflationary gap, kenaikan permintaan agregat dalam keadaan output full

Inflasi jenis ini biasa dikenal juga sebagai Philips curve inflation, yaitu merupakan inflasi yang dipicu oleh interaksi permintaan dan penawaran akan barang dan jasa domestik

Celah inflasi timbul karena golongan masyarakat berhasil mewujudkan keinginan mereka menjadi permintaan efektif (permintaan berdaya beli) terhadap barang-barang dan

b) Bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran pelaksanaan proyek di lapangan, baik dari segi biaya, mutu, dan waktu (BMW, khususnya dalam segi pembiayaan yang dikeluarkan

Contoh Kasus : Pengguna ingin menampilkan Grafik Indeks Kerentanan Kekeringan pada Desa Mahuan untuk tahun 2017.  Pengguna membuka

Pelingkupan No Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan Komponen Rona Lingkungan Terkena

Seperti halnya seorang siswa dengan efiksai diri rendah dan situasi lingkungan yang kurang responsif maka seseorang siswa akan merasa kurang percaya diri, tidak berdaya,