• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

AGNES NATALIA SIRAIT 160308052

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

SKRIPSI

AGNES NATALIA SIRAIT 160308052

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)
(4)

Panitia Penguji Skripsi

Dr. Taufik Rizaldi, STP, MP Ir. Saipul Bahri Daulay M.Si

Delima Lailan Sari Nasution STP, M.Sc Dr. Lukman Adlin Harahap, STP., M.Si

(5)

AGNES NATALIA SIRAIT: Respon Pertumbuhan Morfologi Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans poir) Terhadap Paparan Musik Klasik, Nature Noise Dan Noise, dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI.

Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan munculnya berbagai macam jenis suara baik berupa suara melodi hingga suara kebisingan dari hasil berbagai aktifitas makluk hidup yang banyak mempengaruhi kehidupan makluk hidup baik secara positif ataupun negatif. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya perbedaan pertumbuhan morfologi Kangkung Darat (Ipomoea reptans poir) karena paparan suara (musik klasik, kebisingan, dan nature noise) dengan jarak antara tanaman dengan paparan suara (20 cm, 50 cm, dan 80 cm) yang diterima tanaman dari masa perkecambahan hingga pertumbuhan tanaman. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor tanpa paparan suara (kontrol) dan dengan paparan suara diberi dengan jarak antara tanaman dengan paparan suara (20 cm, 50 cm, dan 80 cm) sebanyak 5 kali pengulangan. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian paparan musik klasik dengan berbagai jarak antara paparan suara ketanaman tidak memberikan hasil yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang dan biomassa saat panen berdasarkan uji anova 5% dan 1%. Pada perlakuan pemberian noise terdapat perbedaan nyata pada parameter tinggi tanaman, dan jumlah daunnya. Sedangkan pada parameter luas daun, diameter batang dan biomassa saat panen memberikan hasil yang tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji anova 5% dan 1%. Pada perlakuan pemberian paparan nature noise terdapat perbedaan nyata pada parameter tinggi tanaman, luas daun dan biomassa tanaman setelah panen, sedangkan pada parameter jumlah daun dan diameter batang tidak memberi hasil yang berpengaruh nyata berdasarkan uji anova 5% dan 1% .

Kata kunci : Morfologi, Kangkung Darat, Paparan Suara, Musik Klasik, Noise, Kebisingan, Nature Noise, Uji Anova.

(6)

AGNES NATALIA SIRAIT: Morphology Growth Response of Land Spinach (Ipomoea reptans poir) towards the Exposure of Classical Music, Nature Noise, and Noise. Supervised by TAUFIK RIZALDI.

The increase of population number causes various types of noises, from melodies to noises resulted from living creatures’ activities which affect other living creatures either positively or negatively. The purpose of this research was to identify whether there is a difference in the morphology growth of Land Spinach (Ipomoea reptans poir) towards different exposures of noises (classical music, noise, and nature noise), with the distance between the plant to exposures of noises at (20 cm, 50 cm, and 80 cm), which had been exposed to the plant since its sprout. This research used Factorial Completely Randomized Design with the factors without noise exposure, with noise exposure, with distance between the noise source to the plant (20 cm, 50 cm, and 80 cm) with 5 repetitions. This research was performed in a greenhouse . The result of the research showed that the exposure of classical music of various distances did not have significant and positive effect towards the morphology growth of the plant according to 5% and 1% anova test. On the noise treatment, , there was a significant differences in the parameters of plant’s height and number of leaves. Meanwhile, the parameters of leaves’ width, stem diameter and plants biomass after the harvest gave no significant differences, by using 5% and 1% anova test. On the nature noise exposure treatment, there was a significant difference the treated plant in the plant’s height, leaves’ width, and plants biomass after the harvest, while the parameters of number of leaves and stem diameter did not give significant differences, by using 5% anova test.

Keywords: Morphology, Land Spinach, Noise Exposure, Classical Music, Noise, Nature Noise, Anova Test.

(7)

Penulis dilahirkan di Kisaran pada tanggal 20 Desember 1998 dari Bapak Todo Sirait dan Ibu Monika Apriani Sitorus. Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Pada tahun 2016 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Kisaran dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan lulus di Program Studi Keteknikan Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA). Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2019. Penulis pernah mengikuti beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2019. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Parsingguran II, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasudutan, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli 2019 sampai Agustus 2019. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Pengolahan Karet Membang Muda pada bulan Januari 2020 sampai Februari 2020.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Pertumbuhan Morfologi Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans poir) Terhadap Paparan Musik Klasik, Nature Noise Dan Noise.”yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.

Taufik Rizaldi S.TP, MP selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan, saran dan kritik berharga pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang selalu mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini, kepada sahabat-sahabat terdekat penulis yang ikut membantu melaksanakan penelitian, kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Walau penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2021

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK... i

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan Penelitian... 3

Manfaat Penelitian... 3

Hipotesis... 4

TINJAUAN PUSTAKA... 5

Kangkung Darat (Ipomoea reptans poir)... 5

Syarat Tumbuh Kangkung Darat... 7

Gelombang Bunyi... 9

Pertumbuhan Tanaman... 10

Pengaruh Bunyi Terhadap Pertumbuhan Tanaman... 11

METODOLOGI PENELITIAN... 15

Waktu dan Tempat Penelitian... 15

Bahan dan Alat... 15

Metode Penelitian... 15

Prosedur Penelitian ... 18

Parameter Pengamatan... 20

Pengumpulan Data... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN...23

Daya Perkecambahan...23

(10)

Tinggi Tanaman...26

Jumlah Daun...35

Luas Daun...42

Diameter Batang...46

Biomassa Tanaman...49

KESIMPULAN...54

Kesimpulan...54

Saran...55

DAFTAR PUSTAKA...56

LAMPIRAN...60

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea Reptas Poir)...6

2. Ilustrasi Gelombang Bunyi Pada Garputala...9

3. Hubungan Getaran Bunyi Terhadap Pembukaan Stomata...12

4. Grafik Tinggi Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Musik KlasiK...27

5. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Musik Klasik...28

6. Grafik Tinggi Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Noise...29

7. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Noise..30

8. Grafik Tinggi Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Nature Noise...31

9. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Nature Noise...33

10. Grafik Jumlah Daun Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Musik Klasik.35 11. Grafik Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Musik Klasik... 36

12. Grafik Jumlah Daun Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Noise... 37

13. Grafik Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Noise...39

14. Grafik Jumlah Daun Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Nature Noise..40

15. Grafik Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Nature Noise...41

16. Grafik Luas Daun Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Musik Klasik...43

17. Grafik Luas Daun Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Noise... 43

18. Grafik Luas Daun Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Nature Noise.... 44

19. Grafik Diameter Batang Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Musik Klasik... 47

20. Grafik Diameter Batang Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Noise... 47

21. Grafik Diameter Batang Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Nature Noise...48

22. Grafik Biomassa Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Musik Klasik... 50

23. Grafik Biomassa Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Noise... 50

24. Grafik Biomassa Tanaman Kangkung Darat Dengan Paparan Nature Noise... 51

(12)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Persentase Peningkatan Hasil Dari Berbagai Penelitian Paparan Suara... 14

2. Persentase Perkecambahan Benih Kangkung Darat (Ipomoea Reptans Poir) Dengan Paparan Musik Klasik “Rivers Flows In You - Yiruma” Dalam 48 Jam.. .23

3. Persentase Perkecambahan Benih Kangkung Darat (Ipomoea Reptans Poir) Dengan Paparan Noise (Kebisngan) Dalam 48 Jam... 24

4. Persentase Perkecambahan Benih Kangkung Darat (Ipomoea Reptans Poir) Dengan Paparan Nature Noise Dalam 48 Jam... 24

5. Hasil Uji DMRT Tinggi Tanaman Dengan Paparan Noise... 29

6. Hasil Uji DMRT Tinggi Tanaman Dengan Paparan Nature Noise... 32

7. Hasil Uji DMRT Jumlah Daun Dengan Paparan Noise... 38

8. Hasil Uji DMRT Luas Daun Dengan Paparan Nature noise... 45

9. Hasil Uji DMRT Biomassa Tanaman Dengan Paparan Nature noise... 52

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart Penelitian... 60

2. Tata Letak Polybag Dalam Chamber... 61

3. Data Suhu Dan Kelembaban Rumah Kaca Pada Perlakuan Paparan Musik Klasik... 63

4. Data Suhu Dan Kelembaban Rumah Kaca Pada Perlakuan Paparan Noise... 65

5. Data Suhu Dan Kelembaban Rumah Kaca Pada Perlakuan Paparan Nature Noise... 67

6. Data Besar Desibel Suara Musik Klasik Jarak 20cm Dari Sumber Bunyi... 69

7. Data Besar Desibel Suara Musik Klasik Jarak 50cm Dari Sumber Bunyi... 70

8. Data Besar Desibel Suara Musik Klasik Jarak 80cm Dari Sumber Bunyi... 71

9. Data Besar Desibel Suara Noise Jarak 20cm Dari Sumber Bunyi... 72

10. Data Besar Desibel Suara Noise Jarak 50cm Dari Sumber Bunyi... 73

11. Data Besar Desibel Suara Noise Jarak 80cm Dari Sumber Bunyi... 74

12. Data Besar Desibel Suara Nature Noise Jarak 20cm Dari Sumb18er Bunyi... 75

13. Data Besar Desibel Suara Nature Noise Jarak 50cm Dari Sumber Bunyi... 76

14. Data Besar Desibel Suara Nature Noise Jarak 80cm Dari Sumber Bunyi... 77

15. Data Tinggi Tanaman Dengan Perlakuan Musik Klasik Dengan Jarak Tanaman Ke Sumber Suara 20 Cm... 78

16. Data Tinggi Tanaman Dengan Perlakuan Musik Klasik Dengan Jarak Tanaman Ke Sumber Suara 50 Cm... 79

17. Data Tinggi Tanaman Dengan Perlakuan Musik Klasik Dengan Jarak Tanaman Ke Sumber Suara 80 Cm... 80

18. Data Tinggi Tanaman Tanpa Perlakuan (Tanaman Kontrol Musik Klasik)... 81

19. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman Perlakuan Musik Klasik Dengan Jarak Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 82

20. Data Tinggi Tanaman Dengan Perlakuan Noise Dengan Jarak Tanaman Ke Sumber Suara 20 Cm... 83

21. Data Tinggi Tanaman Dengan Perlakuan Noise Dengan Jarak Tanaman Ke Sumber Suara 50 Cm... 84

22. Data Tinggi Tanaman Dengan Perlakuan Noise Dengan Jarak Tanaman Ke Sumber Suara 80 Cm... 85

23. Data Tinggi Tanaman Tanpa Perlakuan (Tanaman Kontrol)... 86

24. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman Perlakuan Noise Dengan Jarak Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 87

25. Tabel Uji DMRT Tinggi Tanaman Perlakuan Noise Dengan Jarak Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 88

26. Data Tinggi Tanaman Dengan Perlakuan Nature Noise Dengan Jarak Tanaman Ke Sumber Suara 20 Cm... 89

27. Data Tinggi Tanaman Dengan Perlakuan Nature Noise Dengan Jarak Tanaman Ke Sumber Suara 50 Cm... 90 28. Data Tinggi Tanaman Dengan Perlakuan Nature Noise Dengan Jarak

(14)

Tanaman Ke Sumber Suara 80 Cm... 91 29. Data Tinggi Tanaman tanpa perlakuan (Tanaman Kontrol Nature Noise)... 92 30. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman Perlakuan Nature Noise Dengan Jarak

Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 93 31. Tabel Uji DMRT Tinggi Tanaman Perlakuan Nature Noise Dengan Jarak

Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 94 32. Data Jumlah daun Dengan Paparan Musik Klasik Dengan Jarak Tanaman

Ke Sumber Suara 20 Cm... 95 33. Data Jumlah daun Dengan Paparan Musik Klasik Dengan Jarak Tanaman

Ke Sumber Suara 50 Cm... 96 34. Data Jumlah daun Dengan Paparan Musik Klasik Dengan Jarak Tanaman

Ke Sumber Suara 80 Cm... 97 35. Jumlah Daun Tanpa Perlakuan (Tanaman Kontrol Musik Klasik)... 98 36. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Perlakuan Musik Klasik Dengan Jarak

Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 99 37. Tabel Data Jumlah Daun Dengan Paparan Noise Dengan Jarak Tanaman

Ke Sumber Suara 20 Cm... 100 38. Tabel Data Jumlah Daun Dengan Paparan Noise Dengan Jarak Tanaman

Ke Sumber Suara 50 Cm...101 39. Tabel Data Jumlah Daun Dengan Paparan Noise Dengan Jarak Tanaman

Ke Sumber Suara 80 Cm...102 40. Data Jumlah Daun Tanpa Perlakuan (Tanaman Kontrol Noise)...103 41. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Perlakuan Noise Dengan Jarak Antar

Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 104 42. Tabel Uji DMRT Jumlah Daun Perlakuan Noise Dengan Jarak Antar

Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm...105 43. Data Jumlah Daun Dengan Paparan Nature Noise Dengan Jarak Tanaman

Ke Sumber Suara 20 Cm...106 44. Data Jumlah Daun Dengan Paparan Nature Noise Dengan Jarak Tanaman

Ke Sumber Suara 50 Cm...107 45. Data Jumlah Daun Dengan Paparan Nature Noise Dengan Jarak Tanaman

Ke Sumber Suara 80 Cm...108 46. Data Jumlah Daun Tanpa Perlakuan (Tanaman Kontrol Nature noise)...109 47. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Perlakuan Nature Noise Dengan Jarak

Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm...110 48. Data Luas Daun (cm2) Dengan Paparan Musik Klasik...111 49. Tabel Sidik Ragam Luas Daun Perlakuan Musik Klasik Dengan Jarak Antar

Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm...112 50. Data Luas Daun (cm2) Dengan Paparan Noise...113 51. Tabel Sidik Ragam Luas Daun Perlakuan Noise Dengan Jarak Antar

Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 114

(15)

52. Data Luas Daun (cm2) Dengan Paparan Nature Noise... 115 53. Tabel Sidik Ragam Luas Daun (Cm2) Perlakuan Nature Noise Dengan Jarak

Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 116 54. Tabel DMRT Luas Daun (Cm2) Perlakuan Nature Noise Dengan Jarak

Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 117 55. Data Diameter Batang (Cm) Dengan Paparan Musik Klasik... 118 56. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang (Cm) Perlakuan Musik Klasik Dengan

Jarak Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 119 57. Data Diameter Batang (cm) Dengan Paparan Noise... 120 58. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang (Cm) Perlakuan Noise Dengan Jarak

Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 121 59. Data Diameter Batang (cm) Dengan Paparan Nature Noise... 122 60. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang (Cm) Perlakuan Nature Noise Dengan

Jarak Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 123 61. Data Biomassa Tanaman (Gram) Dengan Paparan Musik Klasik... 124 62. Tabel Sidik Ragam Biomassa Tanaman (Gram) Perlakuan Musik Klasik

Dengan Jarak Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 125 63. Tabel Data Biomassa Tanaman (Gram) Dengan Paparan Noise... 126 64. Tabel Sidik Ragam Biomassa Tanaman (Gram) Perlakuan Noise Dengan

Jarak Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 127 65. Data Biomassa Tanaman (Gram) Dengan Paparan Nature Noise... 128 66. Tabel Sidik Ragam Biomassa Tanaman (Gram) Perlakuan Nature Noise

Dengan Jarak Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 129 67. Tabel DMRT Biomassa Tanaman (Gram) Perlakuan Nature Noise Dengan

Jarak Antar Bunyi Dan Tanaman 20 Cm, 50cm, Dan 80 Cm... 130 68. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian... 131

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebelum manusia mengetahui cara membudidayakan berbagai jenis tanaman, tanaman hidup di alam liar dan biasanya jauh dari kebisingan. Kebisingan itu sendiri adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999).

Namun di Indonesia sendiri, selaku negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbanyak di dunia dengan 273.523.615 penduduk menurut Worldmeter population (2020) maka suara-suara bising yang dihasilkan sangat besar dan beragam. Dalam bidang pertanian sumber kebisingan bisa berasal dari manusia, alat dan mesin pengolahan pertanian, transportasi angkutan hasil produksi pertanian maupun transportasi masal karna tidak jarang kita temui adanya lahan-lahan pertanian yang berada di pinggiran jalan, diwilayah pabrik pengolahan, dan pemukiman penduduk.

Namun tidak semua suara menimbulkan efek negatif atau mengganggu setiap orang. Suara itu sendiri merupakan bunyi yang dapat didengar serta memiliki panjang gelombang tertentu. Suara dapat membentuk bunyi yang menimbulkan dampak positif bagi pendengar yang biasa kita sebut musik. Musik merupakan bunyi kombinasi dari ritme, harmonik dan melodi. Kehadiran musik sebagai bagian dari kehidupan manusia

(17)

bukanlah hal yang baru. Setiap daerah dan budaya di dunia memiliki musik yang khusus diperdengarkan atau dimainkan pada saat peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup anggota masyarakatnya. Sehingga membentuk karakter masyarakat sesuai musik yang didengarkan.

Pemilihan kangkung darat sebagai objek penelitian karena kangkung darat adalah tanaman berumur pendek yang mudah beradaptasi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Di Indonesia dan daerah tropis lainnya kangkung menjadi bahan sayuran yang sangat digemari dan hampir dijumpai di setiap pasar tradisional maupun supermarket dengan harga yang relatif murah. Kangkung sendiri memiliki kandung nutrisi yang cukup banyak seperti vitaminA, B1, dan C, kangkung juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, dan sitosterol (Pracaya, 2009), Mengingat permintaan akan komoditas hortikultura juga mengalami peningkatan sebanyak 7,85%

tahun 2020 akibat bertumbuhnya jumlah penduduk serta adanya pandemi Covid-19 (Kementan RI, 2020). Maka petani selalu memikirkan cara untuk meningkatkan produksinya baik secara kualitas maupun kuantitas. Berbagai cara dan penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan produksi kangkung darat dari pemakaian pupuk organik dan anorganik di lapangan, namun sering kali pemakaian pupuk yang berlebihan mengakibatkan efek samping yang merusak lingkungan.

Berdasarkan hal-hal tersebut dan penelitian-penelitian terdahulu teknologi yang bisa dikembangkan dalam meningkatkan produktifitas tanaman adalah dengan menerapkan teknologi sonic bloom. Teknologi sonic bloom merupakan teknologi terobosan yang ditujukan untuk membuat tanaman tumbuh lebih baik. Sonic bloom memanfaatkan gelombang suara frekuensi tinggi yang berfungsi memacu

(18)

membukanya mulut daun (stomata) yang dipadu dengan pemberian nutrisi (Mulyadi, 2005). Sehingga diharapkan melalui penelitian perlakuan paparan bunyi terhadap tanaman mampu meningkatkan produksi tanaman dan tetap menjaga lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut maka penting dilakukan penelitian dengan penggunaan secara kombinasi teknologi gelombang suara dengan diberikan retan waktu yang berbeda dengan memanfaatkan perbedaan jenis bunyi yang diberikan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya perbedaan terhadap pertumbuhan morfologi Kangkung Darat (Ipomoea reptans poir) karena perbedaan paparan suara musik klasik, kebisingan, dan nature noise dengan jarak antara tanaman dengan paparan suara 20 cm, 50 cm, dan 80 cm yang diterima tanaman dari masa perkecambahan hingga pertumbuhan tanaman.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi pembaca dan masyarakat (khususnya petani sayuran), yaitu sebagai informasi untuk dapat meningkatkan hasil produksi sayuran (khususnya kangkung darat) karena adanya perlakuan suara pada masa pertumbuhan tanaman.

3. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lanjutan menggunakan tanaman lain dan sebagai informasi tambahan untuk merancang sonic bloom.

(19)

Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara perbedaan paparan jenis bunyi dan jarak sumber bunyi ke tanaman terhadap tinggi batang, diameter batang, luas daun, banyak daun, biomassa tanaman saat panen.

Hi : Terdapat pengaruh antara perbedaan paparan jenis dan jarak sumber bunyi ke tanaman terhadap tinggi batang, diameter batang, luas daun, banyak daun, biomassa tanaman saat panen.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA Kangkung Darat (Ipomoea reptans poir)

Kangkung darat (Ipomoea reptans poir) termasuk dalam tanaman sayuran berumur pendek yang mudah beradaptasi dan sering dibudidayakan. Tanaman ini ialah salah satu sayuran yang memiliki nilai ekonomi dan persebaran yang cukup luas di Asia Tenggara terutama di Indonesia. Kangkung darat sendiri merupakan tanaman yang cukup tahan kekeringan, mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan, pemeliharaannya yang mudah, dan memiliki masa panen yang pendek yaitu 25-30 hari setelah tanam. Kangkung memiliki kandungan gizi yang lengkap, diantaranya protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium, vitamin A, B, C, dan karoten (Pracaya, 2009).

Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) diklasifikasikan sebagai berikut: (Anggara, 2009).

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub-kelas : Asteridae Ordo : Solanales Familia : Convolvulaceae Genus : Ipomea

Spesies : Ipomea reptans Poir.

(21)

Gambar 1. Tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir)

Biji kangkung berperan sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif.

Tanaman kangkung dapat tumbuh lebih dari satu bulan. Batang tanaman kangkung darat berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous) dan berlubang-lubang. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan pada ketiak daun terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya seperti jantung hati, ujung daunnya meruncing atau tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda (Rukmana, 1994).

Kangkung mempunyai perakaran tunggang dengan banyak akar samping. Akar tunggang tumbuh dari batangnya yang berongga dan berbuku–buku. Daun kangkung berbentuk daun tunggal dengan ujung runcing maupun tumpul mirip dengan bentuk jantung hati, warnanya hijau kelam atau berwarna hijau keputih– putihan dengan semburat ungu dibagian tengah. Bunganya berbentuk seperti terompet berwarna putih dan ada juga yang putih keungu–unguan. Buah kangkung berbentuk seperti telur dalam bentuk mini warnanya cokelat kehitaman, tiap-tiap buah terdapat atau memiliki tiga

(22)

butir biji. Umumnya banyak dimanfaatkan sebagai bibit tanaman. Jenis dari kangkung ini terdiri dari dua jenis yaitu kangkung air dan kangkung darat.

Menurut Yusrinawati (2006) daun kangkung memiliki panjang 7 – 14 cm, berbentuk jantung pada pangkalnya dan biasanya runcing pada ujungnya. Batang berongga dan mengapung pada permukaan. Jika menyentuh tanah atau lengas, akar adventif segera tebentuk pada buku batang. Pada kondisi hari pendek, tangkai bunga tegak berkembang pada ketiak daun. Biasanya terbentuk satu atau dua kuntum bunga berbentuk terompet dengan leher ungu. Warna mahkota putih, merah jambu muda atau ungu, berbeda-beda menurut tipe tanaman. Biji mudah terbentuk dan berkembang dalam bulir polong.

Palada dan Chang (2003), menyatakan proses pemanenan kangkung dapat dilakukan sekali dengan cara mencabut tanaman hingga keakarnya atau bisa juga dengan motong 15-25 cm di bagian batangnya. Tanaman yang tidak mengalami masa panen dalam waktu lama akan membuat tunas samping tanaman menjadi daun yang panjang, begitu juga jika tanaman kangkung darat terlalu sering dipanen akan menyebabkan terhambatnya pembungaan dan menstimulasi pertumbuhan tunas samping.

Syarat Tumbuh Kangkung Darat

Sumber daya dan ekosistem di wilayah Indonesia sangat bervariasi,terutama kondisi curah hujan dan temperatur udara. Jumlah curah hujan berkisar antara 500 – 5000 mm/tahun sedangkan temperatur udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat.

Setiap naik 100 meter, maka temperatur udara turun 10 oC. Di permukaan laut,

(23)

temperatur rata-rata sekitar 28 oC dan di dataran tinggi (pegunungan) 2000 meter dari permukaan laut sekitar 18 oC (Ashari, 1995).

Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik jika dibudidayakan pada tempat dengan ketinggian maksimal 2000 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur dan mengandung banyak bahan organik sebagai tempat tumbuhnya, untuk kangkung darat khususnya tidak menyukai lahan yang tergenang karena akarnya mudah membusuk, sedang kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang. Kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau lahan yang mendapatkan sinar matahari yang cukup sebagai tempat tumbuhnya, karena di lahan yang ternaungi tanaman kangkung akan tumbuh memanjang. Kangkung merupakan tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga dapat tumbuh di hampir semua kondisi lahan, namun jika ditanam pada lahan yang memiliki suhu udara relatif panas batang tanaman ini akan mengeras. Waktu bertanam yang baik ialah pada musim hujan untuk kangkung darat atau musim kemarau untuk kangkung air (Sumaryono, 1984).

Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindungi (ternaungi), tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila tanaman ditanam di tempat yang tegak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen (Nazaruddin, 1999).

Kandungan unsur–unsur hara makro dan mikro yang cukup di dalam media tumbuh merupakan hal penting bagi tanaman. Seperti tersedianya unsur-unsur N, P, K,

(24)

S, Fe, Mg, Cl, Cu, Zn, Mn, B, Mo dan Co. Serta adanya sirkulasi udara yang baik yang mengandung gas asam arang (CO2) untuk terjadinya fotosintesis dan O2 untuk respirasi (Hakim dkk, 1986).

Gelombang Bunyi

Bunyi termasuk gelombang mekanik longitudinal. Dikatakan gelombang mekanik karena bunyi memerlukan medium rambatan. Sementara gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya.

Dalam perambatannya bunyi memerlukan medium perantara dan rambatan atau perpindahan gelombangnya berupa rapatan dan renggangan bergantian secara periodik.

Jarak yang dibentuk rapatan dan renggangan disebut panjang gelombang; semakin pendek panjang gelombang, semakin tinggi frekuensi.

Gambar 2. Ilustrasi gelombang bunyi yang dihasilkan garputala

Bunyi terjadi karena atom-atom penyusun medium yang dilalui bunyi mengalami perubahan tekanan. Medium perambatan bunyi dapat berupa gas, cair maupun padat. Rambatan gelombang bunyi disebabkan oleh lapisan perapatan dan peregangan oleh partikel-partikel udara yang bergerak ke arah luar karena

(25)

penyimpangan tekanan. Partikel udara yang meneruskan gelombang bunyi tidak berubah posisi normalnya, jika tidak ada gelombang bunyi yang diteruskan. Perubahan tekanan ini mengakibatkan gendang telinga bergetar, yang akhirnya menghasilkan bunyi yang dapat kita dengar. Bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak pada rentang antara 20 Hz sampai 20.000 Hz. Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pendengaran manusia. Aspek ini adalah “kenyaringan” dan

“ketinggian”, dan masing-masing menyatakan sensasi dalam kesaaran pendengar.

Tetapi untuk masing-masing sensasi subjektif ini, ada besaran yang dapat diukur secara fisis. Kenyaringan (loudness) berhubungan dengan energi pada gelombang bunyi. Dan ketinggian (pitch) bunyi menyatakan apakah bunyi tersebut tinggi seperti bunyi suling atau biola, atau rendah seperti bunyi bass drum atau senar bass. Besaran fisika yang menentukan ketinggian bunyi adalah frekuensi (Giancoli, 2001 )

Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran, dapat berupa volume, massa, tinggi, dan ukuran lainnya yang dapat dinyatakan dalam bilangan atau bentuk kuantitatif.

Sedangkan perkembangan mengandung pengertian bertambah dewasanya suatu individu. Secara harfiah, pertumbuhan diartikan sebagai perubahan yang dapat diketahui atau ditentukan berdasarkan sejumlah ukuran atau kuantitatifnya.

Pertumbuhan meliputi bertambah besarnya ukuran dan bertambah banyaknya sel-sel pada suatu jaringan (Fictor, 2009)

Proses yang terjadi pada pertumbuhan adalah suatu kegiatan yang irreversible (tidak dapat kembali ke bentuk semula). Akan tetapi, pada beberapa kasus, proses tersebut dapat reversible (terbalik) karena pada pertumbuhan terjadi pengurangan

(26)

ukuran dan jumlah sel akibat kerusakan sel. Perkembangan lebih tepat diartikan sebagai suatu perubahan kualitatif yang melibatkan perubahan struktur serta fungsi yang lebih kompleks. Suatu hal yang patut dipahami dalam perkembangan adalah adanya diferensiasi sel. Diferensiasi dapat diartikan sebagai perubahan sel menjadi bentuk lainnya yang berbeda baik secara fungsi, ukuran, maupun bentuk (Fictor, 2009) Pengaruh Bunyi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Sutrisno (1979) mengatakan bahwa gelombang adalah suatu getaran yang merambat, yang membawa energi dari satu tempat ke tempat lainnya. Sementara gelombang bunyi itu adalah vibrasi/getaran molekul-molekul zat yang saling beradu satu sama lain. Namun karena zat-zat tersebut terkoordinasi menghasilkan gelombang serta mentransmisikan energi, sehingga tidak pernah terjadi perpindahan partikel.

Dengan kata lain bunyi mempunyai energi, karena bunyi merupakan salah satu bentuk gelombang yang memiliki kemampuan untuk menggetarkan partikel-partikel yang dilalui (Resnick dan Halliday, 1992).

Purwadari dalam Utami (2012) menyatakan bahwa paparan getaran atau gelombang suara yang diberikan pada tanaman merupakan salah satu sistem penyuburan melalui daun yaitu dengan memberikan getaran pada frekuensi yang sangat tinggi (sonar), akan getaran, atau gelombang suara ini akan mengakibatkan perangsangan stomata untuk tetap terbuka (membuka lebih lebar dan lebih lama) dan akan meningkatkan kecepatan dan efisiensi penyerapan pupuk serta optimalisasi proses fotosinteis yang berguna pada proses pertumbuhan tanaman.

(27)

Retallack (1973) menyatakan bahwa frekuensi gelombang suara tertentu dapat menggetarkan stomata dan merangsang pembukaan stomata, meskipun tanaman tidak memiliki indra untuk menangkap suara tetapi tanaman dapat merespons adanya getaran. Gelombang suara menyebabkan udara di sekitar tanaman bergetar, walaupun getaran yang dihasilkan sedikit. Hal ini dapat mempengaruhi gerakan karbon dioksida di sekitar tanaman dan mempengaruhi penyerapan karbon dioksida di sekitar daun.

Kemudian banyak penelitian sudah mengatakan bahwa tanaman memang mampu memberikan respons terhadap bunyi.

Secara skematis hubungan antara getaran bunyi terhadap pembukaan stomata disajikan pada gambar (Rohmah, 2012)

Sumber bunyi dengan frekuensi/level bunyi tertentu

Beresonansi dengan dinding sel penjaga

Turgositas sel penjaga meningkat akibat tekanan osmotik

Stomata membuka

Gambar 3. Hubungan getaran bunyi terhadap pembukaan stomata.

Stimulasi musik untuk tanaman sudah banyak dilakukan di luar negeri. Bahkan sudah terdapat suatu produk yang menjual paket stimulasi untuk tanaman yang berisi

(28)

musik dan nutrisi daun (Yulianto 2008). Keduanya diberikan secara bersamaan pada waktu yang sudah ditentukan. Produk tersebut bernama teknologi sonic bloom. Sonic bloom merupakan suatu teknologi organik yang digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui pemberian nutrisi alami dan frekuensi musik yang dapat merangsang penyerapan sel tanaman.

Teknologi sonic bloom ditemukan oleh Carlson (2013) melalui penelitian yang dilakukannya sejak tahun 1979. Berdasarkan penelitiaan tersebur, didapatkan level musik yang dapat memberi pengaruh pada tanaman sebesar 3000-5000 Hz. Suara yang digunakan menyerupai bunyi kriket atau burung berkicau. Menurut keterangan Pierce (1993), Sonic bloom meendorong tanaman meningkatkan potensi genetiknya. Paparan bunyi kriket dan kicauan burung yang diberikan pada masa pertumbuhan tanaman secara alami akan menstimulasi stomata untuk membuka lebih luas sehingga dapat meningkatkan penyerapan dan translokasi nutrisi ke seluruh bagian tanaman.

Teknologi sonic bloom sudah sampai ke Indonesia sekitar tahun 2000an.

Teknologi sonic bloom sudah banyak diteliti oleh Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa sonic bloom memiliki pengaruh yang nyata pada peningkatan hasil produktivitas tanaman pangan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Menurut Kadarisman (2011) teknologi sonic bloom merupakan teknik menyuburkan tanaman dengan menggunakan gelombang bunyi frekuensi tinggi yakni sekitar 3500–5000 Hz.

(29)

Tabel 1. Tabel besar persentase peningkatan hasil produksi berbagai tanaman dengan perlakuan berbagai paparan suara dari berbagai penelitian (Prasetyo, 2019)

No Perlakuan Berat (gram) Peningkatan

1

Cahaya dan suara pada tanaman pakcoy (Prasetyo, 2019)

1. Kontrol 247,3

2. Sonic bloom dan cahaya 358,8 45,08%

2

Paparan musik pada sawi hijau (Prasetyo, 2014)

1. Kontrol 14,67

2. Musik Klasik 22,56 53,78%

3. Noise 19,56 33,30%

4. Campuran 15 2,20%

3

Gelombang bunyi pada sawi putih (Kristianto, 2013)

1. Kontrol 49,17

2. Perlakuan 57,08 13,80%

4

Sonic bloom pada cabe merah (Priyanto, 2016)

1. Kontrol 608,48

2. Perlakuan 991,95 63,01%

5

Sonic bloom pada selada krop (Lazuardi, 2017)

1. Kontrol 1,03

2. Musik gamelan 2,23 117, 08 %

3. Heavy metal 1,53 49,12%

(30)

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2020 hingga bulan Februari 2021 Rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, di Laboratorium Teknik biosistem Program Studi Teknik Pertanian Dan Biosistem dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis sebagai alat untuk pencatat data harian, ayakan tanah untuk mengayak tanah dari bebatuan dan krikil serta menyeragamkan ukuran partikel tanah yang akan digunakan, MP3 player dan speaker aktif sebagai sumber paparan suara, chamber untuk meminimalisir pengaruh suara dari luar, termometer untuk mengukur suhu dan kelembaban udara harian, neraca analitik untuk membantu analisis di laboratorium, alat ukur berupa penggaris dan jangka sorong untuk mengukur pertumbuhan morfologi tanaman , polybag sebagai media pertumbuhan tanaman, sound level meter sebagai alat pengitung desibel paparan suara, sprayer, dan baskom.

Adapun bahan yang digunakan adalah benih kangkung darat (Ipomoea reptans poir) sebagai objek yang akan diteliti, tanah sebagai media tanam dan pupuk cair untuk

membantu pertumbuhan tanaman.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dan dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara agar lingkungan hidup tanaman homogen dan diharapkan hanya terdapat perbedaan

(31)

pemberian perlakuan suara selama 3 jam/hari pada masa pertumbuhan tanaman kangkung (Ipomoea reptans poir). Menurut Federer (1977) untuk mendapatkan data yang valid dapat dilakuan pengulangan dengan rumus :

t (n-1) ≥ 15………...………(2) Dimana:

n = Banyaknya pengulangan t = Banyak perlakuan

≥15 = Derajat bebas RAL (t) (n-1) ≥15

(4) (n-1) ≥ 15 4n-4 ≥ 15 4n ≥ 19 n = 5

Sehingga banyaknya pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebanyak 5 kali pengulangan.

Dimana t merupakan pendekatan nilai dari faktor (L), (T), (P) yang merupakan jenis suara dan jarak sumber bunyi yang diberikan dengan tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) yaitu:

L0 : tanpa paparan suara (Tanaman kontrol perlakuan musik klasik)

L1 : paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You” (Yiruma, 2011) dengan jarak tanaman kesumber suara 20 cm

L2 : paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You” (Yiruma, 2011) dengan jarak tanaman kesumber suara 50 cm

(32)

L3 : paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You” (Yiruma, 2011) dengan jarak tanaman kesumber suara 80 cm.

Setelah selesai panen tanaman kangkung darat dengan perlakuan musik klasik akan dilanjutkan dengan penanaman tanaman kangkung darat dengan paparan noise (kebisingan).

T0 : tanpa paparan suara (Tanaman kontrol perlakuan noise)

T1 : paparan suara noise (suara kebisingan jalan raya) (Gudang Sound Effect, 2020) dengan jarak antara tanaman ke sumber suara 20 cm

T2 : paparan suara noise (suara kebisingan jalan raya) (Gudang Sound Effect, 2020) dengan jarak antara tanaman ke sumber 50 cm

T3 : paparan suara noise (suara kebisingan jalan raya) (Gudang Sound Effect, 2020) dengan jarak antara tanaman ke sumber suara 80 cm

Setelah selesai panen tanaman kangkung darat dengan perlakuan paparan noise (kebisingan) akan dilanjutkan dengan penanaman tanaman kangkung darat dengan paparan nature noise.

P0 : tanpa paparan suara (Tanaman kontrol perlakuan nature noise)

P1 : paparan suara nature noise (Forest bird song-bird chirping) (Paunchev, 2014) dengan jarak antara tanaman ke sumber suara 20 cm

P2 : paparan suara nature noise (Forest bird song-bird chirping) (Paunchev, 2014) dengan jarak antara tanaman ke sumber suara 50 cm

P3 : paparan suara nature noise (Forest bird song-bird chirping) (Paunchev, 2014) dengan dengan jarak antara tanaman ke sumber 80 cm.

Banyaknya pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebanyak 5 kali

(33)

pengulangan. Setiap perlakuan suara akan ada 20 dalam yang akan ditanami oleh tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir). Total polibag yang akan digunakan untuk 3 perlakuan suara adalah 60 polibag.

Model linear untuk Rancangan Acak Lengkap terdiri dari t perlakuan dan r, ulangan adalah sebagai berikut

Yij =µ+τi+εij………...……….(3) Dimana :

i = 1, 2, … , t j = 1, 2, … , ri

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j μ = Rataan umum

τi = Perlakuan ke-i εij = Komponen galat

Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat signifikasi α = 5% dilakukan untuk menguji hasil pertumbuhan generatif tanaman. Apabila terjadi perbedaan secara signifikan, akan dilanjutkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Prosedur Penelitian 1. Persiapan Chamber

a. Membuat rancangan chamber beserta ukurannya yang dibuat dari rangka kayu berukuran 50 cm x 50 cm x 100 cm.

b. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

c. Membangun rangka chamber sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

d. Menutupi setiap sisi chamber dengan plastik transparan.

(34)

2. Persiapan media tanam

a. Mengambil tanah terganggu dari Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sebagai media tanam kangkung darat.

b. Membersihkan tanah dari kerikil dan rerumputan.

c. Mengeringkan bahan tanah dikering udarakan selama kurang lebih 48 jam.

d. Mengayak tanah yang telah dikeringkan menggunakan ayakan 10 mesh.

e. Menimbang tanah sebanyak 0.5 kg/ polybag.

3. Pemilihan benih

a. Menyediakan air dalam wadah transparan.

b. Memasukan benih ke dalam wadah berisi air dan ditunggu selama 1 jam.

c. Membuang benih yang terapung dan mengambil benih yang tenggelam sebagai benih kangkung untung disemai.

4. Penyemaian

a. Mengisi tray dengan tanah.

b. Memasukan benih 20 benih kedalam setiap tray lalu tray dimasukan kedalam chamber serta diberi paparan suara.

c. Mengamati pertumbuhan benih selama 2 x 24 jam.

5. Penanaman

a. Mengambil dan memilih 5 benih kangkung yang sudah tumbuh dengan keadaan terbaik dan memiliki tinggi dan jumlah daun yang sama dari setiap tray untuk dipindahkan kedalam polybag pertumbuhan yang telah diisi tanah sebagai sampel penelitian.

(35)

b. Memasukan polybag berisi tanaman kedalam masing- masing chamber yang memiliki perlakuan paparan musik dari jarak tanaman ke sumber bunyi yang berbeda

c. Memberi perlakuan paparan suara pada tanaman selama 3 jam/ hari mulai pukul 08.00-11.00 WIB. Perlakuan tersebut mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Susanti et al. (2013) di mana pemaparan bunyi gamelan dengan durasi 3 jam menghasilkan produktivitas lebih tinggi dibandingkan pemaparan dengan durasi yang lebih rendah.

6. Pemeliharaan

a. Menyiangi gulma yang tumbuh di sekitar tanaman dengan mencabutnya setiap hari.

b. Menyirami tanaman dengan air pada saat pagi hari pukul 07.00-08.00 WIB dan sore hari pukul 16.00-17.00 WIB dan menyemprot pupuk cair seminggu sekali menggunakan sprayer.

7. Panen

Proses panen dilakukan dengan cara pencabut tanaman kangkung berumur 28 hari hingga ke akar.

8. Analisis data

Pada penelitian ini dilakukan analisis secara deskriptif kuantitatif, yaitu dengan menguraikan persentase perkecambahan setiap perlakuan, menguraikan hasil perbandingan dari penghitungan jumlah daun, pengukuran tinggi batang, pengukuran diameter batang, dan berat basah dan berat kering pada tanaman kangkung darat yang

(36)

diberikan perlakuan khusus (treatment) yang telah dilakukan variasi paparan bunyi dengan tanaman kangkung darat tanpa perlakuan.

Parameter Penelitian

1. Sifat agronomi tanaman berupa tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun dan biomassa setelah masa penanaman selesai.

Pengumpulan Data

1. Tinggi tanaman (cm), tinggi tanaman akan diukur mulai 2 hari sekali pada pukul 10.00-11.00 WIB , dimulai dari hari pertama sejak pemindahan bibit dari tray penyemaian atau 4 HST selanjutnya pada 6 HST, 8 HST, 10 HST, 12 HST, 14 HST, 16 HST, 18 HST, 20 HST, 22 HST, 24 HST, 26 HST, 28 HST, dan 30 HST.

Metode pengukuran tinggi tanaman mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Francisca (2009), pengukuran dilakukan menggunakan penggaris mulai dari pangkal tanaman (permukaan tanah) hingga ujung tertinggi daun yang tegak alami tegak lurus permukaan tanah.

2. Diameter bantang (cm), pengukuran diameter batang akan dilakukan saat panen atau 30 HST.

3. Luas daun (cm2) , pengukuran luas daun merupakan salah satu parameter morfologi yang umum digunakan untuk menentukan baik tidaknya pertumbuhansuatu tanaman. Pemilihan daun tanaman yang digunakan acuan pengukuran tersebut didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Legros et al.

(2009), yang mana pemilihan daun acuan didasarkan pada ukuran terbesar atau yang berkorelasi langsung dengan suatu parameter tertentu yang akan diukur.

(37)

Pengukuran luas daun menggunakan penggaris dengan metode panjang kali lebar dikalikan dengan faktor koreksi. Faktor koreksi untuk tanaman kangkung adalah 0.636 (Susilo, 2015). Metode ini dipilih karena praktis digunakan pada pengukuran secara kontinyu dan sesuai untuk pengukuran di lapang.

4. Jumlah helai daun/ tanaman, dimulai 2 hari sekali pada pukul 10.00-11.00 WI B , dimulai dari hari pertama sejak pemindahan bibit dari tray penyemaian atau 4 HST selanjutnya pada 6 HST, 8 HST, 10 HST, 12 HST, 14 HST, 16 HST, 18 HST, 20 HST, 22 HST, 24 HST, 26 HST, 28 HST, dan 30 HST.

5. Berat basah (gram), Mengukur bobot basah tanaman dengan cara menimbang tanaman dalam kondisi segar dan bersih dari tanah sesaat sesudah di panen.

6. Bibit yang tumbuh dihitung dengan rumus :

Persentase perkecambahan=Jumlah bibit yang tumbuh

Jumlah bibit yang ditanam x 100%... (5)

Data lingkungan yang diukur dan dijaga pada penelitian ini yaitu suhu udara, kelembaban udara diambil menggunakan Hygrometer Digital. Pengukuran parameter lingkungan dilakukan setiap hari yakni pada pagi (07.00-08.00 WIB), siang (12.00- 13.00 WIB) dan sore hari (17.00-18.00 WIB). Data pengambilan desibel suara maksimal dan minimum juga dilakukan setiap hari pada saat proses pemberian perlakuan dengan Sound level meter.

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Perkecambahan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir). Persentase perkecambahan benih kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan musik klasik “Rivers Flows In You - Yiruma” dalam 48

jam disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase perkecambahan benih kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan musik klasik “Rivers Flows In You - Yiruma” dalam 48 jam.

Kode

Benih Ditanam

Benih Berkecambah

Persentase Perkecambahan (%)

L1 20 19 95

L2 20 20 100

L3 20 20 100

L0 20 20 100

Sumber: Data diolah, 2021.

Hasil pengamatan dalam 48 jam pada perkecambahan benih kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan L0 merupakan tanpa paparan suara (tanaman kontrol perlakuan musik klasik) sebesar 100%, L1 merupakan paparan suara musik klasik

“Rivers Flows In You-Yiruma” dengan jarak tanaman ke sumber suara 20 cm sebesar 95%, L2 merupakan paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You-Yiruma” dengan jarak tanaman ke sumber suara 50 cm sebesar 100% dan L3 merupakan paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You- Yiruma” dengan jarak tanaman ke sumber suara 80 cm sebesar 100%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir). Persentase perkecambahan benih kangkung darat (Ipomoea

(39)

reptans poir) dengan paparan noise (kebisingan) dengan jarak tanam 20 cm, 50 cm, dan 80 cm dari sumber bunyi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Persentase perkecambahan benih kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan Noise (Kebisingan) dalam 48 jam.

Kode

Benih Ditanam

Benih Berkecambah

Persentase Perkecambahan (%)

T1 20 19 95

T2 20 18 90

T3 20 18 90

T0 20 19 95

Sumber: Data diolah, 2021.

Hasil pengamatan dalam 48 jam pada perkecambahan benih kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan T0 merupakan tanpa paparan suara (tanaman kontrol perlakuan noise) sebesar 95%, T1 merupakan paparan suara noise dengan jarak tanaman ke sumber suara 20 cm sebesar 95%, T2 merupakan paparan suara noise dengan jarak tanaman ke sumber suara 50 cm sebesar 90% dan T3 merupakan paparan suara noise dengan jarak tanaman ke sumber suara 80 cm sebesar 90%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir). Persentase perkecambahan benih kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan nature noise dengan jarak tanam 20 cm, 50 cm, dan 80

cm dari sumber bunyi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase perkecambahan benih kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan nature noise dalam 48 jam.

Kode Benih

Ditanam

Benih Berkecambah

Persentase Perkecambahan (%)

P1 20 19 95

P2 20 18 90

P3 20 18 90

P0 20 19 95

Sumber: Data diolah, 2021.

(40)

Hasil pengamatan dalam 48 jam pada perkecambahan benih kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan P0 merupakan tanpa paparan suara (tanaman kontrol perlakuan nature noise) sebesar 95%, P1 merupakan paparan suara nature noise dengan jarak tanaman ke sumber suara 20 cm sebesar 95%, P2 merupakan paparan suara nature noise dengan jarak tanaman ke sumber suara 50 cm sebesar 90% dan P3 merupakan paparan suara nature noise dengan jarak tanaman ke sumber suara 80 cm sebesar 90%.

Pengamatan benih yang berhasil berkecambah diamati menggunakan pengamatan visual. Data jumlah benih yang tumbuh dibagi jumlah benih yang ditanam kemudian dikonversi ke satuan persen. Metode pengamatan perkecambahan ini mengacu pada penelitian Creath et al. (2004). Berdasarkan Tabel 1 kode L0 (kontrol), L2 (paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You-Yiruma” dengan jarak tanaman ke sumber suara 50 cm) dan L3 (paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You- Yiruma” dengan jarak tanaman ke sumber suara 80 cm) didapatkan hasil perkecambahan sebesar 100%, sedangkan pada perlakuan dengan paparan noise (kebisingan) nilai perkecambahan tertinggi terdapat pada kode T1 (paparan suara noise dengan jarak tanaman ke sumber suara 20 cm) dan T0 (tanaman kontrol perlakuan noise) sebesar 95%, nilai perkecambahan paparan noise (kebisingan) lebih rendah dibandingkan dengan nilai perkecambahan paparan suara musik klasik, selain nilai paparan suara musik klasik dan paparan noise (kebisingan) terdapat pula hasil dari perkecambahan benih kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan nature noise dengan nilai tertinggi terdapat pada kode P1 (paparan suara nature noise dengan jarak tanaman ke sumber suara 20 cm) dan P0 (tanaman kontrol perlakuan nature

(41)

noise) sebesar 95%. Nilai daya perkecambahan paparan suara musik klasik lebih tinggi dibandingkan dengan nilai daya perkecambahan paparan noise (kebisingan) dan nilai daya perkecambahan paparan nature noise, hal ini dikarenakan pemaparan musik klasik pada tanaman dapat meningkatkan daya berkecambah lebih baik dibandingkan dengan paparan noise dan nature noise. Hal ini sesuai dengan penelitian Creath et al.

(2004) yang menyatakan bahwa bunyi musik klasik mempercepat daya perkecambahan. Pemaparan bunyi dapat merangsang aktivitas enzim pada kotiledon benih sehingga berkecambah lebih cepat, selain itu terjadi peningkatan vigor benih yang dapat meningkatkan daya berkecambah suatu tanaman (Mareza et al. 2009).

Energi yang merambat dan disertai oleh getaran bunyi sangat mempengaruhi berbagai proses yang berlangsung dalam sel benih tanaman. Penelitian yang telah dilakukan oleh Wang et al. (2003) menyatakan bahwa paparan bunyi dengan frekuensi 0.4 kHz pada level bunyi 106 dB meningkatkan indeks perkecambahan, aktifitas pertumbuhan akar dan penetrabilitas membran sel selain itu penerapan teknologi gelombang bunyi pada tanaman mampu mempercepat pertumbuhan bibit, memperbanyak dan memperpanjang akar bibit padi, serta memperbanyak anakan bibit padi pada proses persemaian (Suwardi et al. 2010). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa paparan musik klasik dapat meningkatkan daya perkecambahan benih tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir).

Tinggi Tanaman

Hasil pengamatan tinggi tanaman kangkung darat dengan paparan musik klasik

“Rivers Flows In You-Yiruma” dengan jarak tanam 20 cm, 50 cm, dan 80 cm dari sumber bunyi disajikan pada gambar 4.

(42)

0 5 10 15 20 25 30 35 40

L1 L2 L3 L0

Tinggi Tanaman (cm)

Perlakuan

Gambar 4. Grafik Tinggi Tanaman Kangkung Darat dengan Paparan Musik Klasik Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir), nilai tertinggi tinggi tanaman kangkung darat yaitu sebesar 34,18cm terdapat pada paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You- Yiruma”

dengan jarak tanaman ke sumber suara sebesar 20 cm (L1), sedangkan nilai tinggi tanaman paling rendah yaitu sebesar 26,44 cm terdapat pada paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You-Yiruma” dengan jarak tanaman kesumber suara 80 cm (L3).

Pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan musik klasik “Rivers Flows In You - Yiruma” dengan jarak tanam

20 cm, 50 cm, dan 80 cm dari sumber bunyi dilakukan selama 30 hari setelah tanam, tinggi tanaman akan diukur mulai 2 hari sekali pada pukul 10.00-11.00 WIB, dimulai dari hari pertama sejak pemindahan bibit dari tray penyemaian atau 4 HST selanjutnya pada 6 HST, 8 HST, 10 HST, 12 HST, 14 HST, 16 HST, 18 HST, 20 HST, 22 HST, 24 HST, 26 HST, 28 HST, dan 30 HST disajikan pada Gambar 5.

(43)

Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kangkung dengan Paparan Musik Klasik

Hasil pengamatan selama 30 hari setelah tanam menghasilkan tinggi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan musik klasik “Rivers Flows In You - Yiruma” yang selalu meningkat setiap harinya. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You- Yiruma” dengan jarak tanaman ke sumber suara sebesar 20 cm (L1) sedangkan tinggi tanaman terrendah terdapat pada paparan suara musik klasik “Rivers Flows In You- Yiruma” dengan jarak tanaman ke sumber suara sebesar 80 cm (L3).

Hasil pengamatan tinggi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan noise (kebisingan) dengan jarak tanam 20 cm, 50 cm, dan 80 cm dari sumber bunyi disajikan pada Gambar 6.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

4 H S T

6 H S T

8 H S T

1 0 H S T

1 2 H S T

1 4 H S T

1 6 H S T

1 8 H S T

2 0 H S T

2 2 H S T

2 4 H S T

2 6 H S T

2 8 H S T

3 0 H S T

Tinggi Tanaman (Cm)

Umur Tanaman

L1 L2 L3 L0

(44)

Gambar 6. Grafik Tinggi Tanaman Kangkung dengan Paparan Noise (Kebisingan) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) nilai tertinggi tinggi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) yaitu sebesar 22,60cm terdapat pada paparan noise (kebisingan) dengan jarak

tanaman ke sumber suara sebesar 50 cm (T2), sedangkan nilai tinggi tanaman paling rendah yaitu sebesar 15,33cm terdapat pada tanaman kontrol perlakuan noise (T0).

Nilai tertinggi tanaman pada perlakuan T2 berbeda jauh dengan perlakuan T0.

Berdasarkan hasil analisis varian (Anova) menunjukkan bahwa paparan noise (kebisingan) berpengaruh terhadap tinggi tanaman kangkung darat, yang dapat diketahui dari nilai F hitung ≥ F tabel (8,04 ≥ 3,23) (Lampiran 24). Nilai tinggi tanaman terdapat perbedaan yang signifikan sehingga dilanjutkan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5% pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji DMRT Tinggi Tanaman dengan Paparan Noise (Kebisingan)

JARAK DMRT

PERLAKUAN RATAAN NOTASI

0.05 0.01 0.05 0.01

T0 15.28 a A

2 3.84557049 5.298883151 TI 16.2 ab AB

3 4.03284644 5.1729804 T2 22.2 cd CD

4 4.14957323 5.32270725 T3 21.8 c C

0 5 10 15 20 25

T1 T2 T3 T0

Tinggi Tanaman (Cm)

Perlakuan

(45)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji DMRT 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Pada tabel 4 berdasarkan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%

dan 1% terlihat bahwa perlakuan dengan berbagai jarak tanaman ke sumber suara memberikan hasil yang berbeda pada tinggi tanaman kangkung darat. Perlakuan jarak tanaman ke sumber suara sebesar 50 cm (T2) memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan jarak tanaman ke sumber suara lainnya.

Pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) paparan noise (kebisingan) dengan jarak tanam 20 cm, 50 cm, dan 80 cm dari

sumber bunyi dilakukan selama 30 hari setelah tanam, tinggi tanaman akan diukur mulai 2 hari sekali pada pukul 10.00-11.00 WIB, dimulai dari hari pertama sejak pemindahan bibit dari tray penyemaian atau 4 HST selanjutnya pada 6 HST, 8 HST, 10 HST, 12 HST, 14 HST, 16 HST, 18 HST, 20 HST, 22 HST, 24 HST, 26 HST, 28 HST, dan 30 HST disajikan pada gambar 7.

Gambar 7. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kangkung dengan Paparan Noise (Kebisingan)

0 5 10 15 20 25

4 H S T

6 H S T

8 H S T

1 0 H S T

1 2 H S T

1 4 H S T

1 6 H S T

1 8 H S T

2 0 H S T

2 2 H S T

2 4 H S T

2 6 H S T

2 8 H S T

3 0 H S T

Tinggi Tanaman (Cm)

Umur Tanaman

T1 T2 T3 T0

(46)

Hasil pengamatan selama 30 hari setelah tanam menghasilkan tinggi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan noise (kebisingan) yang selalu meningkat setiap harinya. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada paparan noise (kebisingan) dengan jarak tanaman ke sumber suara sebesar 50 cm (T2) sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada paparan noise (kebisingan) tanaman kontrol perlakuan noise (T0).

Hasil pengamatan tinggi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan nature noise dengan jarak tanam 20 cm, 50 cm, dan 80 cm dari sumber bunyi disajikan pada gambar 8.

Gambar 8. Grafik Tinggi Tanaman Kangkung dengan Paparan Nature Noise Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) nilai tertinggi tinggi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) yaitu sebesar 22,96 cm terdapat pada paparan nature noise dengan jarak tanaman

ke sumber suara sebesar 50 cm (P2), sedangkan nilai tinggi tanaman paling rendah yaitu sebesar 17,50 cm terdapat pada tanaman kontrol perlakuan nature noise (P0).

Nilai tertinggi tanaman pada perlakuan P2 berbeda jauh dengan perlakuan P0.

0 5 10 15 20 25

P1 P2 P3 P0

Tinggi Tanaman (Cm)

Perlakuan

(47)

Berdasarkan hasil analisis varian (Anova) menunjukkan bahwa paparan nature noise berpengaruh terhadap tinggi tanaman kangkung darat, yang dapat diketahui dari nilai F hitung ≥ F tabel (6,12 ≥ 3,23) (Lampiran 30). Nilai tinggi tanaman terdapat perbedaan yang signifikan sehingga dilanjutkan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5% dan 1 % pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji DMRT Tinggi Tanaman dengan Paparan Nature Noise

JARAK DMRT

PERLAKUAN RATAAN NOTASI

0.05 0.01 0.05 0.01

- - - P0 17.5 A A

2 2.777157942 3.826697617 P1 20.98 B AB

3 2.912403125 3.990659244 P2 22.96 Bc BCD

4 2.99669978 4.099040658 P3 21.28 Cd BC

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji DMRT 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Pada tabel 5 berdasarkan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%

dan 1% terlihat bahwa perlakuan dengan berbagai jarak tanaman ke sumber suara memberikan hasil yang berbeda pada tinggi tanaman kangkung darat. Perlakuan jarak tanaman ke sumber suara sebesar 50 cm (P2) memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan jarak tanaman ke sumber suara lainnya.

Pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) paparan nature noise dengan jarak tanam 20 cm, 50 cm, dan 80 cm dari sumber

bunyi dilakukan selama 30 hari setelah tanam, tinggi tanaman akan diukur mulai 2 hari sekali pada pukul 10.00-11.00 WIB, dimulai dari hari pertama sejak pemindahan bibit dari tray penyemaian atau 4 HST selanjutnya pada 6 HST, 8 HST, 10 HST, 12 HST,

(48)

14 HST, 16 HST, 18 HST, 20 HST, 22 HST, 24 HST, 26 HST, 28 HST dan 30 HST disajikan pada gambar 9.

Gambar 9. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kangkung Darat dengan Paparan Nature Noise

Hasil pengamatan selama 30 hari setelah tanam menghasilkan tinggi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans poir) dengan paparan nature noise yang selalu meningkat setiap harinya. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada paparan nature noise dengan jarak tanaman ke sumber suara sebesar 50 cm (P2) sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada paparan nature noise tanaman kontrol perlakuan nature noise (P0).

Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang paling sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Hal ini dilakukan karena tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat sebagai parameter pengaruh lingkungan. Sitompul et al. (1995) menyatakan bahwa tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

4 H S T

6 H S T

8 H S T

1 0 H S T

1 2 H S T

1 8 H S T

2 0 H S T

2 2 H S T

2 4 H S T

2 6 H S T

2 8 H S T

3 0 H S T

Tinggi Tanaman (Cm)

Umur Tanaman

P1 P2 P3 P0

Referensi

Dokumen terkait

Jika pengambil kepu- tusan operasional menggunakan lebih dari satu ukuran laba atau rugi, aset atau liabilitas segmen operasi, maka ukuran yang dilaporkan adalah ukuran

Penelitian ini menggunakan tahapan siklus dan dalam setiap siklus terdiri atas empat tahapan kegiatan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi dengan judul

Hasil ini memberikan arti bahwa perusahaan BUMN yang memiliki dewan komisaris dan eksekutif lainya yang juga menjadi anggota partai politik atau karena pengaruh

"Sesuatu yang paling aku takuti terhadap kalian adalah syirik kecil. Lalu beliau ditanya syirik kecil itu. Imam Ahmad, Ath- Thabrany, Al-Baihaqi dari Mahmud bin

Penggunaan anestesi regional juga, akan mengurangi resiko komplikasi aspirasi bila pasien dilakukan dengan anestesi general.Sebelum dilakukan  pemasangan kat ete r

NO BRANCH NAME BRANCH ADDRESS TELEPHONE NO... 10

Hal ini membuat capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK) tidak terpenuhi secara maksimal sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dalam capaian pembelajaran lulusan (CPL)