Intisari
Penelitian tentang optimasi formula gel sunscreen ekstrak etanol rimpang kunir putih (Curcuma mangga Val.) dengan sorbitol dan propilen glikol sebagai humectant telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh profil campuran humectant yang optimum.
Penelitian ini termasuk dalam rancangan eksperimental murni. Tiap formula diuji untuk mengetahui respon daya sebar, viskositas dan pergeseran viskositas. Uji efektivitas ekstrak rimpang kunir putih terhadap radiasi sinar ultraviolet (UV) dilakukan dengan uji SPF (Sun Protection Factor) secara in vitro menurut metode Petro (1981). Analisis hasil menggunakan perhitungan simplex lattice design, serta menggunakan analisis uji-F dengan taraf kepercayaan 95%. Optimasi formula menghasilkan gel dengan daya sebar 3cm-5cm, viskositas antara 350 – 440 dPa.s, dan pergeseran viskositas kurang dari 10%.Kemudian dibuat contour plot superimposed untuk mengetahui profil campuran humectant optimum serta prediksi formula optimum gel sunscreen pada komposisi humectant yang diteliti.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kadar kurkuminoid ekstrak etanol rimpang kunir putih yang diperoleh berdasarkan nilai SPF in vitro 15,18 adalah 0,688 mg%. Berdasarkan contour plot superimposed yang meliputi daya sebar dan stabilitas (% pergeseran viskositas), komposisi propilen glikol:sorbitol dalam setiap perbandingan menunjukkan respon yang optimum.
Abstract
The research of optimization of sunscreen gel formula from Curcuma mangga Val. rhizome extract, which combined with sorbitol and propylene glycol as humectants, had been carried out. This study aimed to obtain the optimum mixture profile of humectant.
This research was a pure experimental design. Each of formula was evaluated to find out the response of spreadability, viscosity, and viscosity shift. The efectivity evaluation of the curcuma mangga Val. extract the ultraviolet radiance (UV) was done with an in vitro SPF (Sun Protection Factor) test based on Petro (1981) method. The formula were optimized using simplex lattice design and analysed stastically using F test analysis with 95% confident interval. The citeria of the optimum formula were spreadability 3cm-5cm, viscosity between 350-440 dPa.s, and viscosity shift less than 10%.The contour plot superimposed was then used to find out the mixture profile of optimum humectant composition that was tested.
The result showed that curcuminoid concentration of curcuma rhizome ethanolic extract which provided SPF of 15,18 was 0,688 mg%. Based on the superimposed contour plot covering spreadabilty and stability of gel, the composition of sorbitol:propilen glikol on every level showed optimum responses.
OPTIMASI FORMULA GEL SUNSCREEN EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNIR PUTIH (Curcuma mangga Val.): TINJAUAN
TERHADAP SORBITOL DAN PROPILEN GLIKOL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Robertus Eka Kurniawan
NIM : 048114149
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
OPTIMASI FORMULA GEL SUNSCREEN EKSTRAK ETANOL
RIMPANG KUNIR PUTIH (Curcuma mangga Val.): TINJAUAN TERHADAP SORBITOL DAN PROPILEN GLIKOL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Robertus Eka Kurniawan
NIM : 048114149
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Skripsi
OPTIMASI FORMULA GEL SUNSCREEN EKSTRAK ETANOL RIMPANG KUNIR PUTIH (Curcuma mangga Val.): TINJAUAN
TERHADAP SORBITOL DAN PROPILEN GLIKOL
Yang diajukan oleh:
Robertus Eka Kurniawan
NIM : 048114149
telah disetujui oleh
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Optimasi Formulasi Sediaan Sunscreen Ekstrak Etanol Rimpang Kunir Putih (Curcuma mangga Val.) : Tinjauan Terhadap Sorbitol dan Propilen Glikol. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm.).
Penulisan skripsi ini tidak pernah lepas dari bantuan, dorongan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan membantu
penulis sehingga skripsi ini akhirnya bisa terselesaikan.
3. Agatha Budi Susiana, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas waktu,
bantuan, masukan, dan saran yang telah diberikan.
4. CM. Ratna Rini Nastiti, S.Si., Apt. selaku dosen penguji atas waktu,
bantuan, masukan, dan saran yang telah diberikan..
5. Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si., Christine Patramurti, M.Si., Apt. yang
telah banyak membantu dan memberikan referensi.
7. Romo Drs. P. Sunu Hardiyanta, S.Si,. S.J atas semangat dan dukungannya
dalam doa yang diberikan selama proses pembuatan skripsi.
8. Curcuma mangga Val. team, Retri dan Wiwid, atas doa, perhatian, dorongan, semangat, kepercayaan, dan kebersamaan selama
menyelesaikan skripsi.
9. Teman-teman UKF dolan-dolan yang selalu mengingatkan saya untuk
bertobat dan atas pertemanan kita.
10.Teman-teman KKN yang memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi.
11.Teman-teman kos yang selalu mendukung dalam doa.
12.Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Heru, Mas Andri, Mas Agung, Mas
Iswandi, dan Mas Otto atas bantuan dan kerjasamanya.
13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, sumbangan pemikiran, saran, dan kritik sangat
diharapkan. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan
mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Februari 2008
Penulis
Intisari
Penelitian tentang optimasi formula gel sunscreen ekstrak etanol rimpang kunir putih (Curcuma mangga Val.) dengan sorbitol dan propilen glikol sebagai humectant telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh profil campuran humectant yang optimum.
Penelitian ini termasuk dalam rancangan eksperimental murni. Tiap formula diuji untuk mengetahui respon daya sebar, viskositas dan pergeseran viskositas. Uji efektivitas ekstrak rimpang kunir putih terhadap radiasi sinar ultraviolet (UV) dilakukan dengan uji SPF (Sun Protection Factor) secara in vitro menurut metode Petro (1981). Analisis hasil menggunakan perhitungan simplex lattice design, serta menggunakan analisis uji-F dengan taraf kepercayaan 95%. Optimasi formula menghasilkan gel dengan daya sebar 3cm-5cm, viskositas antara 350 – 440 dPa.s, dan pergeseran viskositas kurang dari 10%.Kemudian dibuat contour plot superimposed untuk mengetahui profil campuran humectant optimum serta prediksi formula optimum gel sunscreen pada komposisi humectant yang diteliti.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kadar kurkuminoid ekstrak etanol rimpang kunir putih yang diperoleh berdasarkan nilai SPF in vitro 15,18 adalah 0,688 mg%. Berdasarkan contour plot superimposed yang meliputi daya sebar dan stabilitas (% pergeseran viskositas), komposisi propilen glikol:sorbitol dalam setiap perbandingan menunjukkan respon yang optimum.
Abstract
The research of optimization of sunscreen gel formula from Curcuma mangga Val. rhizome extract, which combined with sorbitol and propylene glycol as humectants, had been carried out. This study aimed to obtain the optimum mixture profile of humectant.
This research was a pure experimental design. Each of formula was evaluated to find out the response of spreadability, viscosity, and viscosity shift. The efectivity evaluation of the curcuma mangga Val. extract the ultraviolet radiance (UV) was done with an in vitro SPF (Sun Protection Factor) test based on Petro (1981) method. The formula were optimized using simplex lattice design and analysed stastically using F test analysis with 95% confident interval. The citeria of the optimum formula were spreadability 3cm-5cm, viscosity between 350-440 dPa.s, and viscosity shift less than 10%.The contour plot superimposed was then used to find out the mixture profile of optimum humectant composition that was tested.
The result showed that curcuminoid concentration of curcuma rhizome ethanolic extract which provided SPF of 15,18 was 0,688 mg%. Based on the superimposed contour plot covering spreadabilty and stability of gel, the composition of sorbitol:propilen glikol on every level showed optimum responses.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
INTISARI ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Keaslian Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
B. Kurkuminoid ... 8
C. Ekstrak ... 9
D. Gel ... 10
E. Humectant ... 11
F. Sinar UV ... 13
G. Sunscreen ... 14
H. Spektrofotometri UV-Vis ... 14
I. Simplex lattice design ... 15
J. Keterangan Empiris... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18
A. Jenis Rancangan Penelitian ... 18
B. Variabel dalam Penelitian ... 18
C. Definisi Operasional ... 19
D. Bahan dan Alat ... 20
E. Tata Cara Penelitian ... 20
1. Determinasi Tanaman ... 20
2 Pengumpulan dan Penyiapan Simplisia Rimpang Kunir Putih... 20
2. Pembuatan Serbuk Rimpang Kunir Putih ... 21
3. Pembuatan Ekstrak Rimpang Kunir Putih ... 21
4. Pengukuran Nilai SPF secara in vitro dengan Metode Petro... 21
5. Pembuatan Kurva Baku... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
A. Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Kunir Putih (C. mangga Val.) ... 27
B. Pengukuran nilai SPF metode Petro... 30
C. Penentuan Kadar Kurkuminoid dalam Ekstrak Etanol Rimpang Kunir Putih... 32
D. Formulasi, Sifat Fisik, dan Stabilitas Gel ... 35
E. Optimasi Formula... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
LAMPIRAN ... 55
DAFTAR TABEL
Tabel I. Formula Gel Sunscreen ekstrak Curcuma mangga berbasis
Carbopol® 940………. 24
Tabel II. Penentuan nilai SPF secara in vitro dengan metode Petro... 31
Tabel III. Hasil pengukuran rata-rata dan SD untuk daya sebar, viskositas
dan viskositas setelah 1 bulan ... 37
Tabel IV. Nilai daya sebar berdasarkan percobaan... 38
Tabel V. Respon daya sebar rata-rata (secara terukur) dan secara teoritis
(hasil perhitungan)... 40
Tabel VI. Tabel analisis variansi untuk menguji semua variabel bebas
yang akan mempengaruhi persamaan regresi ... 40
Tabel VII. Nilai viskositas berdasarkan percobaan... 41
Tabel VIII. Respon viskositas rata-rata (secara terukur) dan secara teoritis
(hasil perhitungan)... 42
Tabel IX. Tabel analisis variansi untuk menguji semua variabel bebas
yang akan mempengaruhi persamaan regresi ... 43
Tabel X. Nilai pergeseran viskositas berdasarkan percobaan... 44
Tabel XI. Respon % pergeseran viskositas rata-rata (secara terukur) dan
secara teoritis (secara perhitungan) ... 46
Tabel XII. Tabel analisis variansi untuk menguji semua variabel bebas
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Kurkuminoid ... 8
Gambar 2. Struktur Sorbitol ... 12
Gambar 3. Struktur Propilen glikol ... 12
Gambar 4. Sistem solvent 2 komponen yang digunakan untuk mengilustrasikan pendekatan optimasi simplex... 16
Gambar 5. Scanning Panjang Gelombang baku kurkuminoid standar... 32
Gambar 6. Persamaan kurva baku y = 1,4424x + 0,0282... 33
Gambar 7. Scanning Panjang Gelombang ekstrak etanol kunir putih... 33
Gambar 8. Ikatan Terkonjugasi (Kromofor) dan Gugus Auksokrom pada Struktur Kurkuminoid ... 34
Gambar 9. Kurva hubungan komposisi humectant dengan respon daya sebar... 39
Gambar 10. Kurva hubungan komposisi humectant dengan respon viskositas 41 Gambar 11. Kurva hubungan komposisi humectant dengan respon % pergeseran viskositas... 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil pembuatan kurva baku kurkuminoid... 55
Lampiran 2. Penentuan nilai SPF secara in vitro dengan metode Petro... 58
Lampiran 3. Penetapan kadar kurkuminoid ekstrak etanol rimpang kunir putih... 59
Lampiran 4. Formula, uji sifat fisik, dan stabilitas... 62
Lampiran 5. Uji F... 71
Lampiran 6. Uji Determinasi... 76
Lampiran 7. Foto Tanaman dan Rimpang Kunir Putih (C. mangga)... 78
Lampiran 8. Foto Serbuk dan Ekstrak Rimpang Kunir Putih (C. mangga) 79 Lampiran 9. Spektrofotometri UV-Vis GenesysTM 10 ... 80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sinar UV merupakan bagian radiasi elektromagnetik yang diemisikan
oleh sinar matahari. Sinar UV terdiri dari UV A, UV B, dan UV C. Sinar UV C
tidak sampai ke bumi karena seluruhnya diserap oleh atmosfer. Sinar UV B
sedikit yang sampai ke bumi karena sebagian diserap oleh atmosfer, sedangkan
UV A menembus atmosfer sehingga sinar UV A dan UV B dapat merugikan
apabila pemaparannya berlebih. Kurangnya pemaparan sinar UV dapat
menghambat produksi vitamin D. Vitamin D bermanfaat untuk melancarkan
aliran darah dengan cara menghambat proliferasi sel otot polos, menghindari
terjadinya arterosklerosis (Lucas, McMichael, Smith, dan Armstrong, 2006).
Selain keuntungan di atas, sinar UV juga dapat menimbulkan masalah
apabila pemaparannya terlalu berlebihan. Sinar UV yang berlebihan dapat
mengakibatkan sunburn yang menyebabkan eritema, hiperpigmentasi, penuaan dini (skin aging), bahkan kanker kulit (Badmaev, Vladimir M.D., Prakash,
Lakshmi, Majeed, dan Muhammed, 2005 ; Jellinek, 1970). Dari beberapa alasan
di atas, maka dibutuhkan suatu sediaan yang mampu memberikan perlindungan
untuk kulit dari bahaya paparan sinar UV terutama terhadap paparan sinar UV A
dan UV B. Sunscreen merupakan salah satu bentuk sediaan yang ditujukan untuk
mengurangi dampak negatif dari paparan sinar UV.
dalam kulit (Stanfield, 2003). Masih banyaknya penggunaan sunscreen
menggunakan bahan aktif sintetik di pasaran dapat menyebabkan masalah.
Senyawa sintetik jika masuk ke dalam jaringan tubuh dapat menimbulkan reaksi
alergi pada kulit yang sensitif (Anonim, 2006). Maka dari itu, bahan alam dapat
menjadi solusi untuk mengganti bahan sintetik sebagai zat aktif dalam sediaan
sunscreen. Bahan alam lebih dipilih dibandingkan dengan senyawa sintetik dalam formulasi suncreen karena sebagian besar bahan alam dapat memberikan toleransi
yang baik pada kulit dan mempunyai spektrum absorpsi yang luas. Selain itu,
dengan meningkatnya nilai SPF tidak meningkatkan efek samping seperti pada
penggunaan bahan sintetik (Fridd,1996).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2007), diketahui
bahwa ekstrak etanol rimpang kunir putih dapat memberikan serapan pada range
panjang gelombang UVA – UVB (290 – 400 nm). Ekstrak rimpang kunir putih
merupakan salah satu bahan alam yang diketahui mengandung kurkumin yang
mampu mengabsorpsi UVA dan UVB (Hutapea, 1993 ; Anonim, 2004). Mengacu
pada penelitian tersebut maka dapat ditetapkan nilai SPF secara in vitro dari
ekstrak etanol kunir putih dengan metode Petro dan dapat digunakan sebagai
alternatif dalam pembuatan sunscreen dengan bahan alam yang ada.
Produk sunscreen yang banyak beredar di pasaran berupa krim dan lotion. Bentuk sediaan gel merupakan bentuk sediaan yang baru untuk produk
minyak di dalamnya. Minyak yang terkandung dalam krim akan menimbulkan
rasa tidak nyaman saat pemakaian dan dapat masalah pada orang dengan produksi
kelenjar sebasea yang berlebihan karena dapat merangsang timbulnya jerawat.
Lotion memiliki viskositas yang lebih encer sehingga ketika diaplikasikan tidak
dapat bertahan lama pada kulit dan efek perlindungannya berkurang. Gel
didefinisikan sebagai suatu sistem semisolid yang terdiri dari suatu dispersi yang
tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar
dan saling diresapi cairan (Allen, Jr., 2002). Gel yang dibuat merupakan hidrogel
karena pembawa yang digunakan adalah air sehingga memberikan rasa nyaman
saat digunakan karena tidak menutup pori kulit dan kompatibilitasnya relatif baik
dengan jaringan biologis. Bentuk sediaan gel lebih mudah dalam pengaplikasian
dan meninggalkan suatu lapisan tipis transparan elastis dengan daya lekat tinggi,
tidak menyumbat pori kulit, tidak mempengaruhi respirasi kulit, dan dapat mudah
dicuci dengan air (Voigt, 1994; Zatz dan Kushla, 1996).
Penelitian ini menggunakan propilen glikol dan sorbitol sebagai
humectant dalam formula gel sunscreen. Humectant membantu menjaga kelembaban kulit dengan cara menjaga kandungan air pada lapisan stratum
corneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit (Loden, 2001). Propilen
glikol dapat menurunkan viskositas, kelemahan ini dapat ditutupi oleh sorbitol
yang mampu mempertahankan viskositas karena kurang mampu untuk menarik
air. Maka dari itu, humectant yang digunakan perlu dioptimasi. Penelitian ini
menggunakan 2 humectant dengan berbagai tingkat konsentrasi untuk
yang mampu mempertahankan efektifitas pemakaian dalam jangka waktu yang
cukup lama dan memenuhi parameter kualitas sifat fisik sediaan gel yang
meliputi daya sebar, viskositas, stabilitas fisik, maupun efektifitas.
B. Perumusan Masalah
1. Berapakah kadar kurkuminoid dalam ekstrak etanol rimpang kunir putih yang
sesuai dengan nilai SPF kurang lebih 15 secara in vitro yang diukur dengan
metode Petro (1981)?
2. Apakah dapat diperoleh profil campuran optimum yang memenuhi kriteria
sifat fisik dan stabilitas?
3. Berapa variasi sorbitol dan propilen glikol yang memenuhi uji sifat fisik dan
stabilitas?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang
optimasi formula gel sunscreen ekstrak etanol rimpang kunir putih (Curcuma
mangga Val.): tinjauan terhadap sorbitol dan propilen glikol belum pernah dilakukan.
Adapun penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan rimpang kunir
puith sebagai sunscreen antara lain:
1. Formulasi Sediaan Sunscreen Ekstrak Rimpang Kunir Putih (Curcuma
2. Formulasi Sediaan Sunscreen Ekstrak Rimpang Kunir Putih (Curcuma
mangga Val.) dengan Carbopol® 940 sebagai Gelling Agent dan Sorbitol sebagai Humektan (Fitriana, 2007).
3. Formulasi Sediaan Sunscreen Ekstrak Rimpang Kunir Putih (Curcuma
mangga Val.) dengan Carbopol® 940 sebagai Gelling Agent dan Humektan Gliserol (Santoso, 2007).
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan bentuk sediaan sunscreen yang
berasal dari bahan alam.
2. Manfaat Praktis
Mengetahui profil campuran yang optimal dari penggunaan humectant
dalam menentukan sifat fisik gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih.
E. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kadar kurkuminoid dalam ekstrak etanol rimpang kunir putih
yang sesuai dengan nilai SPF kurnag lebih 15 secara in vitro yang diukur
dengan metode Petro (1981).
2. Untuk memperoleh profil campuran optimum yang memenuhi kriteria sifat
3. Untuk mengetahui variasi sorbitol dan propilen glikol yang memenuhi uji sifat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kunir Putih 1. Nama daerah
Nama-nama lain Curcuma mangga Val. Berdasarkan daerahnya adalah
temu lalab dan temu pauh (Melayu), koneng joho, koneng lalab, dan koneng pare
(Sunda), kunir putih dan temu bayangan (Jawa), dan temu paoh (Madura)
(Juheini, Hanani, Siregar, dan Aini, 2002).
2. Morfologi
Umbi berbentuk seperti umbi jahe, berwarna kuning muda (krem), dalam
keadaan segar baunya seperti buah mangga kweni, bila telah diekstrak atau
dijadikan bubuk warnanya tetap kuning muda (krem) (Anonim, 2003).
Rimpangnya apabila dipatahkan beraroma seperti buah mangga (Juheini dkk,
2002).
3. Kandungan kimia
Rimpang kunir putih mengandung saponin, flavonoida (Hutapea, 1993),
alkaloid, steroid, terpen dan minyak atsiri, juga mengandung senyawa aktif
seskuiterpenalkohol yang terdiri dari zederon, zedoaron, furanodien, curzeron,
4. Kegunaan
Rimpang kunir putih berkhasiat sebagai anti kanker, penurun kadar
kolesterol darah, asam urat, dan pencegahan osteoporosis (Anonim, 2003).
Dalam kunir putih juga terdapat zat antioksidan yang mencegah kerusakan gen
dan zat kurkumin yang berfungsi sebagai antiinflamasi (Anonim, 2003).
B. Kurkuminoid
HO R1
OH R2
O O
Keterangan :
R1 R2
Kurkumin OCH3 OCH3
Demetoksikurkumin OCH3 H
Bisdemetoksikurkumin H H
Gambar 1. Struktur Kurkuminoid (Milis dan Bone, 2000)
Kurkuminoid adalah komponen yang memberikan warna kuning yang
bersifat sebagai antioksidan dan berkhasiat antara lain sebagai hipokolesteromik,
kolagogum, koleretik, bakteriostatik, spasmolitik, antihepatotoksik, dan
antiinflamasi. Kurkuminoid dapat memberikan perlindungan terhadap kulit dan
dapat digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan topikal. Efek farmakologi lain
antikanker (kanker kolon, kanker payudara, dan kanker kulit), antitumor,
antiproliferative, dan antioksidan (Winarti dan Nurdjanah, 2005; Anonim, 2000).
Kurkumin adalah pigmen fenolik pokok yang diekstraksi dari turmeric,
dari serbuk rimpang Curcuma mangga Val. bersama dengan demetoksi kurkumin
dan bisdemetoksi kurkumin. Kurkumin sedikit demi sedikit larut dalam minyak
dan tidak larut dalam air. Larut dalam alkohol dan alkalis. Kurkumin relatif stabil
terhadap panas tetapi mempunyai kecenderungan dipengaruhi oleh cahaya (Fridd,
1996).
Kurkumin dapat mengabsorpsi sinar UV yang diantaranya memiliki
panjang gelombang antara 290 – 320 nm (UV B) karena adanya sistem
terkonjugasi dan gugus auksokrom. Selain itu, kurkumin juga dapat menghambat
aktivitas enzim tyrosinase, yaitu enzim yang berperan dalam pembentukan
pigmen kulit dan melanogenesis (Badmaev et al., 2005).
C. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari
langsung. Cairan penyari yang biasa digunakan adalah air, eter, atau cairan
etanol-air (Anonim, 1979). Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif,
kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral,
absorpsinya baik, dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, dan
panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit, sedangkan kerugian etanol
menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar,
dan klorofil (Anonim, 1986).
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan
larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa
tersebut berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan di dalam sel (Anonim, 1986).
D. Gel
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem semisolid yang terdiri dari suatu
dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar dan saling diresapi cairan. Gel digolongkan berdasarkan 2
sistem klasifikasi. Sistem klasifikasi pertama membagi gel menjadi inorganik dan
organik. Klasifikasi yang kedua membagi gel menjadi hidrogel dan organogel
(Allen, Jr., 2002). Hidrogel adalah material polimerik yang mampu mengembang
dalam air tanpa larut dan mampu mempertahankan air dalam strukturnya.
Hidrogel secara umum dapat digambarkan sebagai sistem 2 komponen, satu
komponen bersifat hidrofil, tidak larut, membentuk polimer tiga dimensi, dan
yang lain adalah air. Polimer yang digunakan dalam hidrogel terhidrolisis lambat
Beberapa contoh gelling agent yang sering digunakan adalah akasia,
asam alginat, bentonite, dan carbomer. Karakteristik dari gelling agent akan
menentukan preparasi dan teknik yang digunakan (Allen Jr., 2002).
Carbopol® (carbomer) adalah polimer sintetik asam akrilat yang
memiliki berat molekul besar, berupa serbuk putih dan halus, memiliki bau yang
khas, mudah terion, sedikit asam, higroskopis, terdispersi dalam air
(menghasilkan pH 2,8 – 3,2) tetapi tidak larut dalam air dan sebagian besar
pelarut (Anonim, 2001; Zatz dan Kushla, 1996).
E. Humectant
Humectant merupakan senyawa higroskopis yang umumnya larut dalam air, yang mempunyai tipe polyhydric alkohol (polyols) yang dapat mengambil air.
Beberapa contoh humectant yang sering digunakan adalah gliserol, sorbitol,
propilen glikol, urea, sodium laktat, dan butilen glikol (Loden, 2001). Humectant
membantu menjaga kelembaban kulit dengan cara menjaga kandungan air pada
lapisan stratum corneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit. Efikasi dari
Sorbitol
Gambar 2. Struktur sorbitol (Anonim, 1979)
Sorbitol merupakan serbuk, granul, atau serpihan berwarna putih, bersifat
higroskopik, berasa manis, sangat mudah larut air, sukar larut dalam etanol, dalam
methanol dan dalam asam asetat (Anonim, 1995). Sorbitol dalam kefarmasian
digunakan dalam pembuatan tablet dan permen. Pada umumnya sorbitol
digunakan sebagai pemanis. Sorbitol sifatnya tidak iritatif pada kulit, dan tidak
toksik jika digunakan peroral sampai dosis 9 gram/hari dan dalam jumlah besar
(30gram/hari menghasilkan efek laksatif) (Loden, 2001). Sorbitol di bawah
kondisi 25ºC dengan kelembaban relatif 50%, memiliki higroskopisitas sebesar 1
mg H2O / 100 mg dan kapasitas menahan air sebesar 21 mg H2O / 100 mg
(Rawlings, Harding, Watkinson, Chandar, dan Scott, 2002).
Propilen glikol
OH HO
Gambar 3. Struktur Propilen Glikol (Anonim, 1995)
Propilen glikol jernih, tak berwarna, kental dan berasa manis. Propilen
glikol stabil secara kimia saat dicampur dengan gliserin, air, dan alkohol. Propilen
Propilen glikol digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 1 – 5 %, stabil
pada pH 3-6 dan dapat sebagai pengawet (Allen, Jr, 2002).
Propilen glikol merupakan bahan yang tidak berbahaya dan aman
digunakan pada produk kosmetik dengan konsentrasi lebih dari 50%. Propilen
glikol tidak menyebabkan iritasi lokal bila diaplikasikan pada membran mukosa,
subkutan atau injeksi intramuskular, dan telah dilaporkan tidak terjadi reaksi
hipersensitivitas pada 38% pemakai propilen glikol secara topikal (Loden, 2001).
F. Sinar UV
Sinar matahari terdiri dari tiga kategori yang dikelompokkan
berdasarkan panjang gelombangnya, yaitu UV, sinar tampak, dan infra merah. UV
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu UV A (320 – 400 nm), UV B (290 – 320
nm), dan UV C (200 – 290 nm). Sinar UV C umumnya tidak mencapai
permukaan bumi karena memiliki panjang gelombang yang paling pendek
sehingga terserap seluruhnya di lapisan ozon. Sinar UV B memiliki panjang
gelombang yang lebih panjang daripada UV C sehingga masih dapat melewati
lapisan ozon sekitar 10%. Apabila lapisan ozon menipis, sinar UVB yang dapat
melewati lapisan ozon akan semakin banyak sehingga UVB yang mencapai
permukaan bumi akan meningkat jumlahnya. Sinar UVA memiliki panjang
gelombang yang paling panjang diantara sinar UV dekat lainnya sehingga sinar
ini hampir seluruhnya dapat melewati lapisan ozon. Dengan demikian sinar UV
yang paling banyak mencapai permukaan bumi adalah sinar UVA. (Anonim,
G. Sunscreen
Sunscreen adalah senyawa kimia yang mengabsorpsi dan atau memantulkan sinar UV sebelum berhasil mencapai kulit. Biasanya sunscreen
merupakan kombinasi dari dua atau lebih zat aktif. (Stanfield, 2003).
Sunscreen bekerja dengan 2 cara:
1.Penghalang kimia mempunyai kemampuan untuk diabsorbsi oleh senyawa
kimia sehingga sinar matahari tidak dapat kontak dengan kulit melainkan akan
terbasorbsi oleh sunscreen.
2.Penghalang fisika menghalangi permukaan kulit dan tidak dapat diabsorbsi oleh
kulit. Sinar matahari akan dipantulkan kembali ke atmosfer (Anonim, 2005).
Tingkat perlindungan (efektivitas) produk sunscreen terhadap sinar UV
dilihat dari nilai SPF (Sun Protection Factors). SPF dapat mengindikasikan
lamanya seseorang yang menggunakan sunscreen dapat bertahan di bawah sinar
matahari tanpa menimbulkan eritema sebagai salah satu akibat dari sunburn
(Anonim, 2007).
H. Spektrofotometri UV–Vis
Spektrofotometri UV–Vis adalah tehnik analisis fisika-kimia yang
mengamati tentang interaksi atom atau molekul yang memakai sumber radiasi
elektromagnetik (REM) UV dekat (200 – 400 nm) dan sinar tampak (400 – 750
nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).
kromofor dan auksokrom. Kromofor adalah gugus fungsi yang mempunyai
spektrum absorbsi karakteristik pada daerah ultraviolet atau sinar tampak.
(Silverstein, Bassler and Morril, 1991). Auksokrom adalah gugus fungsional
dengan elektron bebas yang tidak mengabsorbsi pada daerah UV dan jika terikat
pada kromofor akan mempengaruhi panjang gelombang dan intensitas
absorbsinya. Contoh dari gugus auksokrom adalah OH, NH2, CH3 (Silverstein et
al., 1991 ; Skoog, 1985).
I. Simplex Lattice Desain
Respon dan range optimal dari karakteristik formula kerap kali didapatkan dari aplikasi simplex lattice design. Keuntungan dari model ini adalah
dapat diketahui dengan analisis variansi yaitu dengan membandingkan respon
hasil perhitungan dan percobaan (Bolton, 1990).
Pelaksanaan dari simplex lattice design terdiri dari penyiapan berbagai macam formula yang mengandung kombinasi yang berbeda dari variabel bahan.
Kombinasi disiapkan dengan rumus seperti data eksperimental yang dapat
digunakan untuk memprediksi respon yang diinginkan dengan rumus atau cara
Gambar 4. Sistem solven 2 komponen yang digunakan untuk mengilustrasikan pendekatan optimasi simplex (Bolton, 1990)
Dari gambar 4, tampak dua komponen sistem A dan B yang digunakan
untuk membantu menjelaskan beberapa konsep dari simplex lattice design. Satu
dapat dipertimbangkan komponen A dan B untuk kedua pelarut, yang terdiri dari
sistem pelarut dari produk obat. Kita mengharapkan campuran A dan B dalam
proporsi yang benar untuk optimasi kelarutan suatu obat. Sistem dapat juga
divisualisasikan sebagai dasar sistem simplex. Pembatasnya adalah konsentrasi
dari A dan B jika ditambahkan harus 100%. Pada percobaan ini respon yang
diamati pada tiga titik yaitu 100%A, 100%B, dan campuran 50-50 A dan B
sebagai dasar sistem simplex.
Dalam pendekatan simplex, kita menggunakan persamaan dengan bentuk :
Y = B1X1 + B2X2 + B12X1X2
Dimana Y adalah respon, X1 dan X2 adalah konsentrasi (proporsi) dari X1 dan X2
secara berturut-turut. Koefisien B1, B2 dan B12 dihitung berdasarkan percobaan.
Respon Y dapat diprediksi untuk semua kombinasi X1 dan X2, dimana X1 + X2 =
J. Keterangan Empiris
Dalam penelitian ini dilakukan optimasi formula gel dengan bahan ekstrak
rimpang kunir putih yang menggunakan propilenglikol dan sorbitol sebagai
humectant dengan metode simplex lattice design, dimana propilen glikol dapat menurunkan viskositas, kelemahan ini dapat ditutupi oleh sorbitol yang mampu
mempertahankan viskositas karena kurang mampu untuk menarik air. Maka dari
itu, humectant tersebut dikombinasi untuk mendapatkan sediaan gel dengan sifat
fisik dan stabilitas yang baik. Humectant yang bersifat higroskopis akan menahan
air pada sediaan gel untuk menghalangi penguapan. Sifat fisik dan stabilitas
formula dilihat dari formula yang memiliki viskositas tertentu, yaitu memiliki
konsistensi semipadat pada penyimpanan dan memiliki konsistensi cair sesaat
setelah diaplikasikan pada kulit, serta memiliki daya sebar yang baik, dalam arti
tanpa tekanan besar mampu menyebar secara merata sehingga menjamin
pemerataan dosis (efektif). Nilai SPF in vitro didapatkan melalui pengukuran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan
simplex lattice design dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula sunscreen ekstrak etanol rimpang kunir putih yang memenuhi syarat mutu, yaitu aman,
manjur, dan dapat diterima masyarakat.
B. Variabel dalam Penelitian 1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi sorbitol dan
propilenglikol.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik dan stabilitas gel.
3. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lama penyimpanan,
kondisi penyimpanan, wadah penyimpanan.
4. Variabel pengacau tak terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu
C. Definisi Operasional
1. Ekstrak rimpang kunir putih adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil maserasi
rimpang kunir putih menggunakan pelarut etanol 96% v/v.
2. Maserasi adalah metode penyarian dengan merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari.
3. SPF ekstrak rimpang kunir putih menggambarkan kemampuan ekstrak sebagai
zat aktif sunscreen untuk melindungi kulit dari edema yang disebabkan oleh
radiasi UVB. Pada penelitian ditentukan nilai SPF secara in vitro berdasar
metode Petro (1981) dari sediaan gel sunscreen yaitu 15,18.
4. Humectant adalah bahan yang membantu mempertahankan kelembaban pada permukaan kulit dengan cara menarik lembab dari lingkungan. Pada penelitian
ini digunakan propilen glikol dan sorbitol.
5. Sifat fisik adalah sifat gel yang dapat dilihat kenampakan fisiknya dan dapat
diukur secara kuantitatif meliputi daya sebar yang mempunyai range
3cm-5cm, viskositas yang mempunyai range 350-440 dPa.s dan perubahan
viskositas selama penyimpanan ≤ 10%.
6. Profil campuran optimum adalah profil campuran humectant yang dapat
menghasilkan range optimum yang memenuhi kriteria sifat fisik dan stabilitas.
7. Contour plot adalah grafik yang merupakan hasil dari data daya sebar, viskositas, dan perubahan viskositas selama penyimpanan gel.
D. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunir
putih (Curcuma mangga Val.), etanol (kualitas p.a.), etanol (kualitas teknis),
sorbitol (kualitas farmasetis), propilen glikol ( kualitas farmasetis), Carbopol® 940
(kualitas farmasetis), aquadest, standar kurkuminoid E. Merck®, triethanolamine (TEA).
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas
(PYREX-GERMANY), pipet mikro, mesin penyerbuk, ayakan, shaker, mixer dengan
kecepatan tertentu, Viscotester seri VT 04 (RION-JAPAN), Spectrophotometer
UV–Vis GenesysTM 10 (THERMOSPECTRONIC-USA) (Laboratorium
Farmakologi UGM), oven, lemari pendingin (Refrigerator Toshiba), lampu UV.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Bahan utama yang akan digunakan dalam penelitian yaitu rimpang
kunir putih, dilakukan determinasi terlebih dahulu di Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
2. Pengumpulan dan penyiapan simplisia rimpang kunir putih
Rimpang kunir putih (Curcuma mangga Val.) diperoleh dari Merapi
Farma yang bertempat di Kaliurang. Lakukan sortasi basah pada rimpang.
menggunakan oven dengan suhu 30-40 ºC sampai rimpang kering yang
ditandai dengan mudah dipatahkan atau hancur bila diremas. Setelah simplisia
kering, dilakukan sortasi kering.
3. Pembuatan serbuk rimpang kunir putih
Simplisia yang sudah kering diserbuk dengan mesin penyerbuk kemudian
diayak dengan derajat kehalusan (20/30) (Anonim, 1986).
4. Pembuatan ekstrak rimpang kunir putih
Dilakukan dengan cara maserasi. Sebanyak 20 gram serbuk rimpang kunir
putih ditambah 180 ml bagian etanol 96% v/v dicampur di dalam erlenmeyer
bertutup dan di letakkan di atas shaker dengan kecepatan 450 rpm. Didiamkan
selama 1 hari. Kemudian saring dengan kertas saring dengan bantuan vakum.
Diamkan selama 2 hari untuk mengendapkan pati yang ada lalu saring
kembali ekstrak. Kembalikan volume ekstrak menjadi 180 ml dengan
menambahkan etanol 96%. Hasil yang didapat adalah ekstrak etanol Curcuma
mangga Val.
5. Pengukuran nilai SPF secara in vitro dengan metode Petro
Penentuan efektifitas sediaan sunscreen dilakukan dengan menentukan
nilai SPF dengan metode spektrofotometri cara Petro (1981). Pipet 1mL;
1,25mL; 1,5mL; 1,75mL ekstrak etanol kunir putih lalu masukkan dalam labu
uku 10,0 ml. Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pada rentang
panjang gelombang 290 nm hingga panjang gelombang tertentu dimana
dihasilkan serapan minimal 0,05. Range di bawah kurva dihitung dengan
AUC =
………(1)
Keterangan:
Ap-a = absorbansi pada panjang gelombang yang lebih kecil
Ap = absorbansi pada panjang gelombang yang lebih besar
λp – λp-a = range panjang gelombang
Kemudian dihitung nilai SPF dihitung dengan rumus sebagai berikut:
………(2)
Keterangan:
λp – λp-a = range panjang gelombang
Selanjutnya nilai log SPF diubah menjadi nilai SPF (Petro, 1981).
6. Pembuatan Kurva Baku
a. Pembuatan Larutan Baku Induk Kurkuminoid 50 mg%
Timbang Standar kurkuminoid E. Merck® secara seksama sebanyak
12,5mg. Kemudian larutkan dalam etanol 96% sampai volumenya tepat 25
ml.
b. Scanning serapan pada panjang gelombang UV
Kemudian dari larutan baku intermediet dibuat kadar 0,6 mg% untuk
scanning panjang gelombang maksimum. Ukur serapan pada panjang gelombang 200nm-600nm. Tentukan panjang gelombang yang memberi
c. Pembuatan kurva baku kurkuminoid
Dari larutan baku induk ambil sebanyak 0,04 ml; 0,08 ml; 0,12 ml; 0,20
ml; dan 0,24 ml, masukkan dalam labu ukur 10,0 ml. Kemudian encerkan
dengan etanol 96% sampai tanda sehingga diperoleh larutan baku dengan
konsentrasi 0,2 mg%; 0,4 mg%; 0,6 mg%; 0,8 mg%; 1,0 mg%; dan 1,2
mg%. Ukur serapan pada panjang gelombang maksimum hasil
pengukuran. Lakukan replikasi 3 kali. Buatlah kurva hubungan antara
konsentrasi dengan absobansi, tentukan persamaan kurva bakunya.
d. Penetapan kadar kurkuminoid dalam ekstrak etanol kunir putih
Berdasarkan hasil pengukuran nilai SPF, didapatkan nilai SPF yang
diinginkan dengan jumlah ekstrak tertentu. Ekstrak tersebut kemudian
diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum dengan
spektrofotometer Vis. Nilai absorbansi yang didapat kemudian
dimasukkan ke dalam persamaan garis regresi linear kurva baku dan
dikalikan dengan faktor pengenceran sehingga diperoleh kadar
7. Optimasi pembuatan gel
Tabel I. Formula Gel Sunscreen ekstrak Curcuma mangga berbasis Carbopol® 940
Formula (g) I II III IV V
Sorbitol 48 32 24 16 0
Propilen glikol 0 16 24 32 48
Carbopol 1 1 1 1 1
Aquadest 37,3 37,3 37,3 37,3 37,3
Trietanolamin 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Ekstrak kunir
putih 12,5 12,5 12,5 12,5 12,5
Catatan: formula IV dan V digunakan untuk memvalidasi persamaan simplex
lattice design yang diperoleh a. Cara pembuatan gel
Carbopol dimasukkan ke dalam air dan diaduk dengan kecepatan 400 rpm
selama 10 menit (campuran 1). Di tempat yang berbeda campur humectant yang
digunakan menggunakan mixer dengan kecepatan 200 rpm selama 5 menit
(campuran 2). Masukkan campuran 2 ke dalam campuran 1 sambil terus diaduk
sampai homogen dengan kecepatan 400 rpm selama 5 menit. Tambahkan ekstrak
etanol kunir putih dan terakhir tambahkan triethanolamin hingga sediaan
mempunyai pH netral.
b. Uji sifat fisik gel dan stabilitas gel
Uji sifat fisik dilakukan dengan uji daya sebar dan viskositas, sedangkan uji
Uji daya sebar
Gel ditimbang seberat 0,5 g, diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di
atas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan
pemberat 125 g, didiamkan 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya
(dilakukan 2 hari setelah gel dibuat) (Garg, Alka, Aggrawal, Deeplika, Garg,
Sanjay, dan Singla, Anil K., 2002)
Uji viskositas
Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04. Cara
pengujiannya yaitu gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable
viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk
viskositas. Pengukuran viskositas gel dilakukan 48 jam setelah formulasi.
Uji pergeeseran viskositas
Pergeseran viskositas gel ekstrak etanol rimpang kunir putih diketahui
dengan menghitung persentase perubahan viskositas gel setelah penyimpanan
selama 1 bulan. Viskositas gel setelah penyimpanan 1 bulan diukur menggunakan
alat Viscotester Rion seri VT 04. Cara pengujiannya yaitu gel dimasukkan dalam
wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas gel setelah 1 bulan
diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas.
F. Analisis Data dan Optimasi
Analisis statistik menggunakan analisis uji-F dengan taraf kepercayaan
95% dengan metode simplex lattice design untuk melihat range optimum dalam
dapat atau tidaknya persamaan digunakan untuk menentukan range optimum.
Hipotesis alternatif (H1) menyatakan bahwa persamaan regresi (dapat digunakan
untuk menentukan range optimum) sedangkan H0 merupakan negasi dari H1 yang
menyatakan persamaan tidak regresi. Selanjutnya dibuat contour plot dengan
menggunakan persamaan simplex lattice design dari masing-masing sifat fisik,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Kunir Putih
Pertama-tama pembuatan ekstrak etanol rimpang kunir putih dilakukan
dengan mengumpulkan rimpang kunir putih. Rimpang kunir putih didapatkan dari
Merapi Farma yang berada di Kaliurang, Yogyakarta. Determinasi tanaman
dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Tujuan determinasi adalah untuk memastikan kebenaran dari
tanaman yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil determinasi menunjukkan
bahwa morfologi kunir putih yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan
literatur yang digunakan untuk determinasi yaitu rimpang bercabang, bagian luar
berwarna kuning, dan dalamnya kuning muda, panjang daun 30 – 65 cm berwarna
hijau berbentuk bulat panjang membujur, artinya tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini memang benar kunir putih (Curcuma mangga Val.).
Kemudian dilakukan sortasi basah dengan cara mencuci rimpang dengan
tujuan menghilangkan kotoran-kotoran yang masih menempel seperti tanah,
setelah bersih iris rimpang tipis-tipis (± 3 mm) untuk mempercepat pengeringan
rimpang. Pengeringan rimpang dilakukan di bawah sinar matahari dengan penutup
kain hitam untuk mencegah rusaknya zat aktif karena sinar matahari dan untuk
menyempurnakan pengeringan dilanjutkan dengan pengeringan dalam oven
dengan suhu tidak lebih dari 40 ºC. Rimpang dianggap kering apabila rimpang
menghilangkan kotoran yang masih mungkin menempel sebelum proses
penyerbukan rimpang. Penyerbukan dilakukan dengan tujuan memperkecil ukuran
partikel sehingga memperbesar range kontak serbuk dengan solven dan dapat
meningkatkan efektiftas ekstraksi.
Sebelum proses ekstraksi serbuk harus diayak dengan derajat kehalusan
(20/30) untuk mendapatkan ukuran serbuk yang sama sehingga dapat diasumsikan
jika ukuran serbuk sama maka luas permukaan serbuk dan kontak dengan pelarut
juga sama. Artinya semakin kecil ukuran serbuk maka semakin besar luas
permukaan serbuk sehingga semakin banyak jumlah zat yang akan terekstraksi.
Tetapi penyerbukan yang terlalu halus dapat menyebabkan sel yang pecah,
sehingga zat yang tidak diinginkan dapat tersari (Anonim, 1986). Pengambilan
ekstrak dilakukan dengan cara maserasi. Maserasi merupakan cara penyarian yang
sederhana dan digunakan untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah
larut dalam cairan penyari (Anonim, 1986). Jadi dengan adanya perbedaan
konsentrasi maka akan terjadi difusi zat aktif dari simplisia ke cairan penyari.
Keuntungan dari maserasi adalah sederhana, mudah untuk dilakukan, dan tidak
membutuhkan panas. Selain itu, apabila proses maserasi dilakukan dengan
perbandingan yang sama dan proses yang sama pada waktu yang tidak sama
diharapkan proses maserasi akan memberikan hasil yang reprodusibel. Cara
ekstraksi dengan panas dihindari karena dalam kunir putih terdapat butir-butir
amilum. Butir-butir amilum akan mengalami swelling apabila dilakukan
senyawa dalam serbuk ke cairan penyari. Perbandingan antara serbuk dengan
cairan penyari adalah 1 : 9 (10 gram serbuk : 90 mL etanol 96%).
Proses maserasi pada umumnya dilakukan selama 5 hari (Anonim,1986).
Tetapi berdasarkan orientasi yang dilakukan, pada penelitian ini maserasi hanya
dilakukan 24 jam dengan pengadukan. Maserasi hanya dilakukan selama 24 jam
karena cairan penyari yang digunakan telah jenuh setelah 24 jam sehingga jumlah
senyawa yang terekstraksi oleh cairan penyari tidak begitu banyak setelah waktu
24 jam. Kejenuhan dapat diketahui dengan melakukan penetapan kadar
kurkuminoid pada waktu maserasi 24 jam, 48 jam, 72 jam dan dengan
pengamatan warna dari hasil maserasi. Dari percobaan tersebut kadar
kurkuminoid pada waktu maserasi 24 jam, 48 jam, 72 jam tidak berbeda secara
signifikan sehingga waktu 24 jam atau yang lebih singkat dipilih sebagai waktu
yang optimal. Tujuan dari pengadukan adalah untuk menyempurnakan proses
difusi dengan membantu perpindahan zat aktif dari permukaan serbuk ke pelarut
sehingga zat aktif yang berada dalam serbuk dapat berpindah ke permukaan
serbuk dan proses difusi menjadi lebih optimal. Maserasi dilakukan dengan cairan
penyari yaitu etanol 96%. Etanol 96% dipilih karena lebih selektif, kapang dan
kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, absorbsinya
baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang
diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit. Selain itu, etanol 60% dapat melarutkan
kurkuminoid (Anonim, 1986).
Kemudian ekstrak didiamkan selama 2 hari untuk mengendapkan amilum
yang mengendap akan tertinggal pada kertas saring. Adanya amilum dalam
ekstrak dapat mengeruhkan ekstrak sehingga dapat menggangu serapan atau
absorbansi dari ekstrak. Ekstrak dikembalikan volumenya dengan etanol 96%
hingga sesuai dengan perbandingan awal untuk mempermudah perhitungan kadar
kurkuminoid dalam ekstrak. Dalam penelitian ini jumlah ekstrak yang didapatkan
adalah 180 mL.
B. Pengukuran Nilai SPF Metode Petro (1981)
Penentuan efektifitas dari sediaan sunscreen adalah dengan menghitung
nilai SPF (Sun Protection Factor). Salah satu metode untuk menentukan nilai SPF
adalah metode Petro (1981). SPF dapat mengindikasikan lamanya seseorang yang
menggunakan sunscreen dapat bertahan di bawah sinar matahari tanpa menimbulkan eritema sebagai salah satu akibat dari sunburn (Anonim, 2007).
Prinsip metode Petro (1981) adalah menentukan nilai SPF dengan menghitung
luas daerah di bawah kurva (AUC) antara dua panjang gelombang yang berurutan.
Syarat penentuan nilai SPF dengan metode Petro adalah pada panjang
gelombang diatas 290 nm hingga mencapai absorbansi 0,05 pada panjang
gelombang tertentu. Nilai 0,05 merupakan absorptivitas molar (ε) atau serapan
minimum yang dapat dideteksi dari pelarut etanol (Petro, 1981). Maka, nilai 0,05
merupakan faktor koreksi serapan dari etanol sebagai pelarut yang dapat
mengganggu pengukuran range di bawah kurva. Nilai absorbansi tersebut yang
merupakan sinar UV A dan UV B yang mampu menembus atmosfer dan
berpotensi menyebabkan eritema ataupun edema. Dari hasil penelitian ini
didapatkan nilai SPF sebagai berikut:
Tabel II. Penentuan nilai SPF secara in vitro dengan metode Petro (1981) Konsentrasi
(mg%) AUC Log SPF SPF
0,547 219,1550 0,9962 9,90
0,558 221,9950 1,0091 10,21
Cuplikan 1
0,534 217,1025 0,9868 9,70
0,704 284,3575 1,2100 16,22
0,672 266,7850 1,1599 14,45
Cuplikan 2
0,687 269,6025 1,1722 14,86
0,831 319,7675 1,3324 21,50
0,835 325,0675 1,3268 21,42
Cuplikan 3
0,830 325,5050 1,3563 22,71
0,888 348,8125 1,4237 26,48
0,903 350,8725 1,4321 27,04
Cuplikan 4
0,957 370,835 1,4833 30,41
Dari data di atas dipilih cuplikan 2 dengan nilai SPF rata-rata 15,18.
Menurut FDA, produk sunscreen dengan nilai SPF 15,18 termasuk dalam kategori
perlindungan sedang. Penggunaan sunscreen dengan nilai SPF 15,18 pada daerah
tropis seperti Indonesia sudah cukup melindungi kulit dari paparan sinar matahari.
Nilai SPF ini sudah cukup untuk menyerap sinar UV, tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah. Nilai SPF yang terlalu rendah menyebabkan perlindungan yang
tidak optimal dari paparan sinar UV, sedangkan nilai SPF yang terlalu tinggi
menyebabkan sinar UV tidak sampai ke kulit sehingga pembentukan melanin oleh
enzim tyrosinase terhambat. Melanin berfungsi sebagai pelindung alami kulit antara lain melindungi DNA terhadap paparan UV dan melindungi kulit dari
berlebihan dapat terbentuk melanoma yang merupakan proses awal terbentuknya
sel kanker. Maka dari itu, dibutuhkan nilai SPF yang optimal.
C. Penentuan Kadar Kurkuminoid Ekstrak Etanol Rimpang Kunir Putih
Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar kurkuminoid yang terdapat
dalam rimpang kunir putih. Dalam hal ini kadar kurkumin yang terhitung sebagai
kurkuminoid digunakan sebagai senyawa identitas ekstrak rimpang kunir putih.
Sebagai standar digunakan kurkuminoid dari E Merck®. Scanning panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui panjang gelombang
maksimum dari kurkuminoid. Scanning dilakukan dengan baku yang terlebih
dahulu dibuat larutan intermediet. Dari hasil scanning didapatkan panjang
gelombang maksimum dari kurkuminoid adalah 425 nm.
Pembuatan kurva baku dilakukan pada 3 replikasi, dari penelitian ini
didapatkan persamaan kurva baku y = 1,4424x + 0,0282 dengan nilai r = 0,9994
lebih besar dari nilai r tabel pada taraf kepercayaan 99% (0,917) artinya terdapat
korelasi linear yang bermakna antara serapan dan konsentrasi sehingga dengan
meningkatnya konsentrasi, serapan juga akan meningkat.
KURVA BAKU
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
0 0.5 1 1.5
Konsentrasi (mg%)
A
b
so
rb
an
si
Y = 1,4424X+0,0282 r = 0,9994
Gambar 6. Gambar persamaan kurva baku baku y = 1,4424x + 0,0282
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa baku kurkuminoid dan ekstrak
etanol kunir putih sama-sama mempunyai serapan pada panjang gelombang UV.
Selain itu, baku kurkuminoid dan ekstrak etanol kunir putih juga memberikan
serapan pada panjang gelombang Vis. Kemampuan kurkuminoid untuk dapat
mengabsorpsi sinar UV-Vis karena adanya gugus kromofor dan gugus
auksokrom. Kromofor adalah gugus fungsi yang mempunyai spektrum absorbsi
karakteristik pada daerah ultraviolet atau sinar tampak. Gugus ini mengandung
ikatan kovalen tak jenuh (terkonjugasi), contohnya: ikatan C=C, C=O, N=O, N=N
(Silverstein, Bassler and Morril, 1991). Auksokrom adalah gugus fungsional
dengan elektron bebas yang jika terikat pada kromofor akan mempengaruhi
panjang gelombang dan intensitas absorbsinya (Silverstein
et.al.,1991;Skoog,1985).
Keterangan :
R1 R2
Kurkumin OCH3 OCH3
Demetoksikurkumin OCH3 H
Bisdemetoksikurkumin H H gugus kromofor : ---
gugus auksokrom pada : --- kurkumin = OH, R1, dan R2
Kemudian dilakukan pengukuran kadar kurkuminoid pada ekstrak etanol
kunir putih dengan mengukur serapan ekstrak etanol kunir putih pada panjang
gelombang maksimum. Kadar kurkuminoid ditetapkan berdasarkan pada nilai
SPF yang didapatkan yaitu 15,18. Kadar kurkuminoid yang didapatkan adalah
0,688 mg %.
D. Formulasi, Sifat Fisik, dan Stabilitas
Pada proses formulasi digunakan carbomer 940 sebagai gelling agent
dengan konsentrasi 1% untuk membentuk viskositas gel yang lebih tinggi dan
penampakan gel yang lebih jernih. Carbopol mempunyai sifat asam, maka dalam
formulasi ditambahkan basa berupa triethanolamin yang digunakan untuk
menetralkan sifat asam dari carbopol. Gel yang dihasilkan dari proses formulasi
mempunyai pH 6-7, memberikan rasa dingin, dan berwarna kuning.
Parameter untuk menentukan kualitas dari sediaan gel adalah sifat fisik
dan stabilitas dari gel tersebut. Sifat fisik dari sediaan gel dapat dilihat dari data
daya sebar dan viskositas yang didapatkan, sedangkan untuk stabilitas dapat
dilihat dari % pergeseran viskositas. Pengukuran daya sebar bertujuan untuk
mengetahui kemampuan suatu gel untuk menyebar pada permukaan kulit setelah
diaplikasikan. Percobaan ini dilakukan dengan meletakkan gel di atas kaca bulat
berskala kemudian ditutup dengan kaca bulat lainnya dan diberi beban sehingga
total massa beban penutup 125 gram. Satu menit kemudian, dilakukan pengukuran
diameter penyebaran gel. Nilai daya sebar yang direkomendasikan untuk sediaan
adalah daya sebar dengan range 3cm-5cm karena persayaratan yang tertera untuk
sediaan semistiff yaitu ≤ 5 cm, dan bila suatu sediaan semisolid mempunyai nilai
daya sebar 0 cm maka sediaan tersebut akan sangat sulit ketika diaplikasikan pada
kulit. Maka dari itu, dipertimbangkan sediaan dengan daya sebar 3cm-5cm.
Pengukuran viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan dari
sediaan gel. Pengukuran dilakukan dengan alat Viscotester seri VT 04
(RION-JAPAN) dan dilakukan 2 hari setelah pembuatan gel. Tujuan pengukuran 2 hari
setelah pembuatan gel adalah agar pengukuran viskositas tidak dipengaruhi oleh
proses pembuatan (pengadukan) sehingga matriks yang terbentuk sudah tertata
rapi dibanding dengan pengukuran viskositas langsung setelah pembuatan. Nilai
viskositas yang diinginkan dalam percobaan ini adalah 350dPa.s-440dPa.s.
Menurut literatur gel dengan carbomer 940 menghasilkan viskositas atau 400 –
600 dPa.s (Allen, Jr., 2002). Tetapi pada penelitian ini digunakan humectant yang
mempunyai kemampuan untuk mengambil uap air cukup baik dari lingkungan gel
maka gel yang dihasilkan mempunyai kecenderungan nilai viskositas yang lebih
rendah. Selain itu, adanya etanol dalam formula dapat menurunkan viskositas dari
sediaan yang dihasilkan. Pengukuran viskositas gel setelah 1 bulan bertujuan
untuk mengetahui kestabilan dari sediaan gel. Hasil pengukuran daya sebar,
Tabel III. Hasil pengukuran rata-rata dan SD untuk daya sebar, viskositas awal, dan viskositas setelah 1 bulan.
Daya Sebar (cm) Viskositas Awal (dPa.s)
Viskositas 1 bulan (%)
Formula
x SD x SD x SD
1 3,88 0,098 390,83 8,010 0,568 0,871
2 4,02 0,075 402,5 4,183 15,78 1,610
3 3,97 0,052 398,33 5,164 9,204 1,889
4 3,48 0,041 380 3,162 13,24 2,237 5 4,03 0,121 365 8,366 5,59 1,016
E. Optimasi Formula
Setelah didapatkan data sifat fisik dan viskositas dari pengukuran,
selanjutnya dilakukan optimasi formula berdasarkan contour plot dari persamaan
simplex lattice design. Optimasi ini dilakukan untuk percobaan daya sebar, viskositas awal, dan pergeseran viskositas. Tujuan dari optimasi ini adalah untuk
mengetahui profil optimum dari penggunaan dua humectant yang berbeda yang
memenuhi syarat daya sebar, viskositas, dan % pergeseran viskositas yang baik.
Daya sebar yang optimum dapat menghasilkan sediaan yang mudah untuk
diaplikasikan dan lebih nyaman karena penyebaran pada kulit yang baik.
Viskositas yang optimum dapat membantu pengeluaran obat dari kemasan.
Persentase pergeseran viskositas yang optimum untuk mengetahui kestabilan gel
selama penyimpanan. Untuk mendapatkan komposisi optimum formula gel
sunscreen, contour plot masing-masing uji digabungkan dalam contour plot super imposed.
Analisis yang dilakukan meliputi analisis simplex lattice design dan
untuk mengetahui persamaan dari tiap percobaan sifat fisik dan stabilitas, dan uji
F dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan SLD tersebut regresi atau tidak.
Jika nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel persamaan dapat digunakan untuk
memprediksi nilai respon.
1. Daya Sebar
Dari hasil percobaan didapatkan data sebagai berikut:
Tabel IV. Nilai daya sebar berdasarkan percobaan Formula Daya sebar (cm)
x ±sd 1 3,88 ± 0,098 2 4,02± 0,075 3 3,97± 0,052 4 3,48±0,041 5 4,03± 0,121
Berdasarkan tabel IV dilakukan perhitungan SLD untuk daya sebar dan
didapatkan persamaan sebagai berikut : Y = 3,88.X1 + 3,48.X2 + 1,16.X1.X2.
Persamaan tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan uji F untuk mengetahui
apakah persamaan SLD tersebut regresi atau tidak.
Pada uji daya sebar untuk optimasi humectant digunakan kriteria kualitas
yaitu 3cm-5cm. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Semua range perbandingan humectant merupakan daerah yang masuk dalam
Gambar 9. Kurva hubungan komposisi humectant dengan respon daya sebar Kurva di atas (gambar 9) menggambarkan profil daya sebar pada berbagai
macam perbandingan komposisi sorbitol dan propilen glikol berdasarkan hasil
perhitungan dengan persamaan simplex lattice design. Di sekitar kurva juga
digambarkan titik-titik respon daya sebar sesuai dengan hasil percobaan.
Profil kurva adalah cembung artinya penggunaan sorbitol dan propilen
glikol pada konsentrasi perbandingan tertentu mampu meningkatkan respon daya
sebar. Untuk menguji apakah persamaan simplex lattice design yang telah
diperoleh dapat digunakan untuk memprediksi respon daya sebar pada titik
tertentu di daerah optimal, maka dihitung dan dianalisis dengan analisis variansi
dengan taraf kepercayaan 95%. Tabel V menunjukkan respon daya sebar (yang
terukur) dan respon daya sebar yang secara teoritis dihitung berdasarkan
Tabel V. Respon daya sebar rata-rata (yang terukur) dan secara teoritis (hasil perhitungan)
Formula Hasil
pengukuran
Formula 1 = sorbitol 100% : propilen glikol 0%
Formula 2 = sorbitol 66,67% : propilen glikol 33,33%
Formula 3 = sorbitol 50% : propilen glikol 50%
Formula 4 = sorbitol 33,33% : propilen glikol 66,67%
Formula 5 = sorbitol 0% : propilen glikol 100%
Tabel VI. Tabel analisis variansi untuk menguji semua variabel bebas yang akan mempengaruhi persamaan regresi
Sisa 0,392467 27 0,014535815
Total 1,806134 29
35,127
F(2,27) untuk p = 0,05 yaitu 3,35 (tabel distribusi F)
Dari perhitungan analisis variansi dengan uji F, maka didapat bahwa F
hitung (35,127) lebih besar daripada F tabel (3,35) atau artinya H0 ditolak dan H1
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model persamaan simplex
2. Viskositas
Dari hasil percobaan didapatkan data sebagai berikut:
Tabel VII. Nilai viskositas berdasarkan percobaan
Berdasarkan tabel VII dilakukan perhitungan dengan metode SLD dan
diperoleh persamaan untuk viskositas awal yaitu Y = 390,83.X1 + 365.X2 +
81,66.X1.X2. Persamaan tersebut kemudian dianalisis menggunakan uji F untuk
mengetahui apakah persamaan SLD tersebut regresi atau tidak. Pada uji viskositas
untuk optimasi humectant digunakan kriteria kualitas yaitu 350-440 dPa.s. Hasil
yang diperoleh dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Semua range
perbandingan humectant merupakan daerah yang masuk dalam kriteria viskositas
350-440 dPa.s
Gambar 10. Kurva hubungan komposisi humectant dengan respon viskositas Formula Viskositas (dPa.s)
Kurva di atas (gambar 10) menggambarkan profil viskositas pada berbagai
macam perbandingan komposisi sorbitol dan propilen glikol berdasarkan hasil
perhitungan dengan persamaan simplex lattice design. Di sekitar kurva juga
digambarkan titik-titik respon daya sebar sesuai dengan hasil percobaan.
Tabel VIII. Respon viskositas rata-rata (yang terukur) dan secara teoritis (hasil perhitungan)
Formula Hasil pengukuran
Hasil perhitungan
1 390,83 390,83
2 402,5 398,91
3 398,33 398,33
4 380 387,65
5 365 365
Keterangan:
Formula 1 = sorbitol 100% : propilen glikol 0%
Formula 2 = sorbitol 66,67% : propilen glikol 33,33%
Formula 3 = sorbitol 50% : propilen glikol 50%
Formula 4 = sorbitol 33,33% : propilen glikol 66,67%
Formula 5 = sorbitol 0% : propilen glikol 100%
Profil kurva adalah cembung artinya penggunaan sorbitol dan propilen
glikol pada konsentrasi perbandingan tertentu mampu meningkatkan respon
viskositas. Untuk menguji apakah persamaan simplex lattice design yang telah
diperoleh dapat digunakan untuk memprediksi respon viskositas pada titik tertentu
dan respon viskositas yang secara teoritis dihitung berdasarkan persamaan simplex
lattice design.
Tabel IX. Tabel analisis variansi untuk menguji semua variabel bebas yang akan mempengaruhi persamaan regresi
Jumlah Kuadrat
Derajat Bebas
Rata-rata
Kuadrat F
Regresi 6960.785 2 3480.3925
-179.292826 Sisa -524.118 27 -19.41177778
Total 6436.667 29
F(2,27) untuk p = 0,05 yaitu 3,35 (tabel distribusi F)
Dari perhitungan analisis variansi dengan uji F, maka didapat bahwa F
hitung (-179,2928) lebih kecil daripada F tabel (3,35) atau artinya H0 diterima dan
H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model persamaan simplex
3. Persentase Pergeseran Viskositas
Dari hasil percobaan didapatkan data sebagai berikut:
Tabel X. Nilai % pergeseran viskositas berdasarkan percobaan Formula Pergeseran viskositas (%)
sd ± x
1
0,568±0,871
2
15,78±1,610
3
9,204±1,889
4
13,24±2,237
5
5,59±1,016
Untuk memperoleh data % pergeseran viskositas dilakukan pengukuran
viskositas setelah 1 bulan. Pengujian ini bertujuan mengetahui pergeseran
viskositas yang merupakan indikator stabilitas sediaan semisolid selama proses
penyimpanan. Berdasarkan tabel X dilakukan perhitungan menggunakan metode
Simpleks Lattice Design dan diperoleh persamaan untuk pergeseran viskositas yaitu Y = 0,568.X1 + 5,175.X2 + 25,33.X1.X2. Kemudian persamaan tersebut
dianalisis menggunakan uji F untuk mengetahui apakah persamaan SLD tersebut
regresi atau tidak.
Pada uji % pergeseran viskositas untuk optimasi humectant digunakan
kriteria kualitas yaitu ≤ 10%. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Semua range perbandingan humectant merupakan daerah yang masuk
Gambar 11. Kurva hubungan komposisi humectant dengan % pergeseran viskositas
Kurva di atas (gambar 11) menggambarkan profil % pergeseran viskositas
pada berbagai macam perbandingan komposisi sorbitol berdasarkan hasil
perhitungan dengan persamaan simplex lattice design. Di sekitar kurva juga
digambarkan titik-titik respon daya sebar sesuai dengan hasil percobaan.
Profil kurva adalah cembung yang artinya penggunaan sorbitol dan
propilen glikol pada konsentrasi perbandingan tertentu mampu meningkatkan %
pergeseran viskositas dan kestabilan dari sediaan akan berkurang. Untuk menguji
apakah persamaan simplex lattice design yang telah diperoleh dapat digunakan
dalam aplikasi komposisi yang lain pada percobaan, maka dihitung dan dianalisis
dengan analisis variansi dengan taraf kepercayaan 95%. Tabel XI menunjukkan
respon % pergeseran viskositas (yang terukur) dan respon % pergeseran viskositas
Tabel XI. Respon % pergeseran viskositas rata-rata (yang terukur) dan secara teoritis (hasil perhitungan)
Formula Hasil
pengukuran
Hasil
perhitungan
1 0,568 0,568
2 15,78 7,689
3 9,204 9,204
4 13,24 9,254
5 5,59 5,59
Keterangan:
Formula 1 = sorbitol 100% : propilen glikol 0%
Formula 2 = sorbitol 66,67% : propilen glikol 33,33%
Formula 3 = sorbitol 50% : propilen glikol 50%
Formula 4 = sorbitol 33,33% : propilen glikol 66,67%
Formula 5 = sorbitol 0% : propilen glikol 100%
Tabel XII. Tabel analisis variansi untuk menguji semua variabel bebas yang akan mempengaruhi persamaan regresi
Jumlah Kuadrat Derajat Bebas
Rata-rata
Kuadrat F
Regresi 313.914 2 156.957 6.5234556
Sisa 649.631 27 24.0604
Total 963.545 29
F(2,27) untuk p = 0,05 yaitu 3,35 (tabel distribusi F)
Dari perhitungan analisis variansi dengan uji F, maka didapat bahwa F
hitung (6,523) lebih besar daripada F tabel (3,35) atau artinya H0 ditolak dan H1