• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku petani dalam Penggunaan Agensia Hayati (Trichoderma sp) pada Komoditas Cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Perilaku petani dalam Penggunaan Agensia Hayati (Trichoderma sp) pada Komoditas Cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU PETANI

DALAM PENGGUNAAN AGENSIA HAYATI (Trichoderma sp) PADA KOMODITAS CABAI DI KECAMATAN CIKAJANG

KABUPATEN GARUT

LAPORAN TUGAS AKHIR

RISNA NURDIANA 020118047

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR BOGOR

2022

(2)

PERILAKU PETANI

DALAM PENGGUNAAN AGENSIA HAYATI (Trichoderma sp) PADA KOMODITAS CABAI DI KECAMATAN CIKAJANG

KABUPATEN GARUT

RISNA NURDIANA 020118047

LAPORAN TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar professional Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)

pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR BOGOR

2022

(3)

i

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Judul

Nama NIM

Program Studi Jurusan

:

: : : :

Perilaku Petani dalam Penggunaan Agensia Hayati (Trichoderma sp) pada Komoditas Cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut

Risna Nurdiana 020118047

Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Pertanian

Disahkan oleh:

Pembimbing I

Ait Maryani, SP., M.Pd.

NIP. 19591009 198202 2 001 Pembimbing II

Dedy Kusnadi, SP., M.Si NIP. 19571102 198202 1 001

Diketahui oleh:

Ketua Program Studi

Ait Maryani, SP., M.Pd.

NIP. 19591009 198202 2 001 Ketua Jurusan

Dr. Wahyu Trisnasari, S.ST., M.Si.

NIP. 19831017 2000604 2 002 Direktur

Dr. Detia Tri Yunandar, SP., M.Si.

NIP. 19800605 200312 1 003 Tanggal Lulus: 11 Agustus 2022

(4)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Judul

Nama NIM

Program Studi Jurusan

:

: : : :

Perilaku Petani dalam Penggunaan Agensia Hayati (Trichoderma sp) pada Komoditas Cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut

Risna Nurdiana 020118047

Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Pertanian

Laporan ini telah diuji dan dipertahankan di depan Sidang Ujian Akhir Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan, pada Tanggal 27 Juli 2022.

Disetujui oleh:

Ketua Penguji

Ait Maryani, SP., M.Pd.

NIP. 19591009 198202 2 001

Penguji I

Dedy Kusnadi, SP., M.Si NIP. 19571102 198202 1 001

Penguji II

Nawangwulan Widyastuti, SP., M.Si.

NIP. 19570913 198503 2 001

(5)

iii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah ucapan syukur penulis atas terselesaikan Karya Ilmiah ini.

Proses panjang yang menguras waktu, tenaga, juga mental pun sudah jadi makanan sehari-hari penulis saat penyusunan Karya Ilmiah ini, hal tersebut

Alhamdulillah dapat dilalui.

Yang paling setia menemani dalam menjalani proses penyelesaian Tugas Akhir ini ialah “Diri Sendiri”, tetapi bagaimanapun proses dan perjalannya akan selalu diwarnai oleh orang disekitar kita. Maka ucapan terimakasih penulis curahkan untuk setiap orang yang telah ikut andil dalam proses menyelesaikan Karya ini.

Tentunya dengan rasa syukur yang mendalam penulis persembahkan Karya ini untuk orang tua tercinta Bapak (Suhendi) dan Mamah (Elin Nurlaelah), yang tak

kenal rasa lelah dalam membimbing dan memberikan kasih sayang, serta tiada hentinya mendo’akan disetiap hembusan nafas dan bekerja keras demi anak-

anaknya berhasil menggapai cita-cita.

Tidak terlupa adikku tersayang (Rindu Fitriyani), terimakasih telah berbagi suka dan duka serta mewarnai hidup ini, dan untuk seseorang yang senantiasa selalu

mendampingi di balik layar terimakasih atas segalanya.

Kepada para Dosen dan Pembimbing terimakasih atas ilmu yang bermanfaat dan bimbingannya.

Tresa Maylina Anggraeni teman dalam segala hal, yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan Tugas akhir, terimakasih telah saling menemani satu sama

lain dari mulai Tingkat 1 sampai dengan sekarang ini.

Teruntuk teman-teman angkatan Colocasia esculenta terima kasih atas kisah selama empat tahun bersama.

(6)

iv

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati (Trichoderma sp) pada komoditas cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut” adalah karya saya sendiri yang dibuat dibawah arahan dan bimbingan Dosen Pembimbing. Judul ini belum pernah diajukan dalam bentuk penelitian apapun di perguruan tinggi manapun.

Bahan rujukan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tulisan ini.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan plagiarisme tulisan ini, maka saya akan siap menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

(7)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Risna Nurdiana dilahirkan di Kota Sumedang pada tanggal 01 Agustus 2001. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Suhendi dan Ibu Elin Nurlaelah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh di SD Negeri Ancol dan lulus tahun 2012. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh di SMP Negeri 1 Darmaraja dan lulus tahun 2015. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) ditempuh di Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK PP) Negeri Tanjungsari dan lulus pada tahun 2018. Pada tahun 2018, penulis diterima sebagai mahasiswi program sarjana terapan (D-IV) Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan, Jurusan Pertanian, di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor.

Selama mengikuti program D-IV, penulis menjadi anggota dan pemain simbal di Drum Band Canka Lembayung Muda pada tahun 2019. Penulis juga mengikuti kegiatan kursus bahasa inggris di Lembaga Bahasa LIA Bogor pada tahun 2020.

Bogor, 01 Juli 2022

Risna Nurdiana NIM. 02.01.18.047

(8)

vi

ABSTRAK

RISNA NURDIANA, Perilaku petani dalam Penggunaan Agensia Hayati (Trichoderma sp) pada Komoditas Cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut. Dibimbing oleh AIT MARYANI dan DEDY KUSNADI.

Agensia pengendali hayati adalah organisme musuh alami yang sudah atau sedang digunakan sebagai sarana pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman, berdasarkan hasil observasi di lapangan selama ini pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani menggunakan pestisida kimia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku petani dalam penggunaan agensia pengendali hayati Trichoderma sp pada komoditas cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut.

Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati (Trichoderma sp) pada komoditas cabai, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani penggunaan agensia hayati (Trichoderma sp) pada komoditas cabai, dan merumuskan strategi untuk meningkatkan perilaku petani penggunaan agensia hayati (Trichoderma sp) pada komoditas cabai.

Penelitian dilaksanakan pada tangal 15 Maret-15 Juni 2022. Responden berjumlah 52 orang, dipilih berdasarkan kriteria anggota kelompok tani yang aktif. Data yang digunakan berupa data primer dan skunder, dengan analisis data menggunakan analisis deskriptif dan regresi linier berganda. Hasil analisis deskripsi perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati (Trichoderma sp) pada komoditas cabai, khususnya pada indikator pengetahuan dan keterampilan berada di kategori tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani pada variabel (X3) yaitu agensia pengendali hayati. Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati Trichoderma sp pada Komoditas Cabai dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan kepada petani mengenai agensia pengendali hayati dan (Trichoderma sp).

Kata kunci: Agensia Pengendali Hayati, Perilaku, Trichoderma sp.

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Perilaku Petani dalam Penggunaan Agensia Hayati (Trichoderma sp) pada Komoditas Cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari banyak pihak yang telah memberikan perhatian dan bantuan serta dukungan selama menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ait Maryani, SP., M.Pd selaku Dosen Pembimbing 1, Dedy Kusnadi, SP., M. Si selaku Dosen Pembimbing 2. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Dr. Detia Tri Yunandar, SP., M.Si., selaku Direktur POLBANGTAN Bogor, Dr. Wahyu Trisnasari, S.ST., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pertanian, Ait Maryani, SP., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan, pihak Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cikajang, Kelompok Tani Yosen, Mukti Jando, Giriawas Tani V, Giri Purnama Alam, dan Fajar Tani, Orang tua tercinta dan keluarga, serta semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih memiliki kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan sarannya dari pembaca yang kiranya bersifat membangun guna menyempurnakan penyusunan Laporan ini, semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, 01 Juli 2022

Risna Nurdiana

(10)

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan 3

Manfaat 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Perilaku 5

Petani 7

Karakteristik Responden 7

Agensia Pengendali Hayati 8

Penyuluhan Pertanian 10

Pertanian Berkelanjutan 12

Tanaman Cabai 14

Penyakit Antraknosa 17

Kerangka Berpikir 18

METODE PELAKSANAAN 21

Pendekatan Pengkajian 21

Waktu dan Tempat 21

Populasi dan Sampel 22

Data dan Pengumpulan Data 24

Pengujian Instrumen 27

Analisis Data 29

HASIL DAN PEMBAHASAN 31

Gambaran Umum Wilayah 31

Deskripsi Variabel Penelitian 34

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani dalam Penggunaan Agensia

Hayati Trichoderma sp pada Komoditas Cabai 45

(11)

ix

Strategi untuk Meningkatkan Perilaku Petani dalam Penggunaan Agensia

Hayati Trichoderma sp pada Komoditas Cabai 53

RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENYULUHAN 55

Rancangan Kegiatan Penyuluhan 55

Pelaksanaan Penyuluhan 58

SIMPULAN DAN SARAN 65

Simpulan 65

Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 66

LAMPIRAN 71

(12)

x

DAFTAR TABEL

1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengkajian Tugas Akhir tahun 2022 21

2 Populasi Petani 22

3 Jumlah Sampel 24

4 Variabel, Indikator, Parameter, dan Skala Pengukuran 26

5 Luas Desa di Wilayah Kecamatan Cikajang 32

6 Data Penduduk Desa Berdasarkan Jenis Kelamin 32

7 Data Kelompok Tani Pertanian di Wilayah BPP Kecamatan Cikajang 33

8 Keragaan Umur Responden 34

9 Keragaan Pendidikan Responden 35

10 Keragaan Lama Usahatani 36

11 Keragaan Luas Lahan Usahatani 37

12 Keragaan Peran Penyuluh 38

13 Keragaan Intensitas Penyuluhan 39

14 Keragaan Materi penyuluhan 39

15 Keragaan Sifat Agensia Pengendali Hayati 40

16 Keragaan Teknis Pemanfaatan Agensia Pengendali Hayati 41

17 Keragaan Peranan Petugas POPT 42

18 Tingkat Perilaku Petani 42

19 Keragaan Pengetahuan 43

20 Keragaan Sikap 43

21 Keragaan Keterampilan 44

22 Model Summary 45

23 Hasil Regresi Linier Berganda 46

24 Skala Prioritas 54

25 Pelaksanaan Penyuluhan 58

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

1 Piramida ranah kognitif (Edunesiania 2017) 5

2 Tingkatan ranah afektif (Anjar 2016) 6

3 Tingkatan ranah psikomotorik (Melda 2017) 7

4 Trichoderma sp. 10

5 Kerangka berpikir perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati

(Trichoderma sp) pada komoditas cabai. 20

6 Strategi untuk meningkatkan perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati

Trichoderma sp. 53

7 Rancangan kegiatan penyuluhan 55

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 71

2 Daftar Hadir Pengisian Kuesioner Penelitian 74

3 Rekapitulasi Data 77

4 Tabulasi Data MSI 85

5 Hasil Analisis Data Karakteristik Responden menggunakan SPSS 93

6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda 95

7 Jurnal Harian 97

8 Kegiatan Penyuluhan 99

9 Dokumentasi Kegiatan Tugas Akhir 115

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmojo 2010).

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku petani adalah terbatasnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani. Hasil wawancara dengan petani selaku ketua GAPOKTAN di Desa Mekarsari Kecamatan Cikajang, petani yang menerapkan penggendalian OPT menggunakan agensia pengendali hayati masih sedikit, kemudian berdasarkan data pada programa kecamatan cikajang tahun 2021 mengenai pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dalam melaksanakan anjuran PHT dan OPT yang baik dan tepat baru mencapai 61%

Hasil identifikasi permasalahan di lapangan yang di lihat dari programa dan informasi langsung dari penyuluh dengan petani mengenai penggunaan teknologi khususnya untuk pengendalian OPT masih rendah. Pernyataan tersebut sesuai berdasarkan hasil observasi di lapangan mengenai teknologi pengendalian OPT khususnya untuk komoditas cabai masih rendah, selama ini pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani menggunakan pestisida kimia. Namun penggunaan pestisida kimia secara berkesinambungan dan tidak bijaksana dapat membahayakan organisme bukan sasaran, mencemari lingkungan dan dapat membahayakan manusia. Fungisida sintetik yang mencemari lingkungan telah menyebabkan kematian manusia di dunia hingga mencapai 40% (Wasilah et al.

2005).

Buah cabai merah (Capsicum annuum) di Indonesia merupakan komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi (Dewi 2009). disebabkan pada musim tertentu jumlah produksi tidak dapat mencukupi permintaan. Berdasarkan hasil observasi pada budidaya cabai yang mengalami penurunan produksi disebabkan oleh serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan, yang selama ini di tanggulangi dengan menggunakan pestisida kimia. Pada budidaya tanaman cabai sebagian besar dipengaruhi oleh hama, penyakit tanaman, dan gulma (OPT). Penggunaan

(16)

2

pestisida kimia secara langsung dapat menyebabkan resistannya OPT dan terjadinya degradasi kesuburan lahan serta matinya musuh alami yang dapat menekan perkembangan OPT pada area tanaman cabai.

Penyakit Antraknosa yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum sp (Marsuni 2020), merupakan salah satu faktor dominan rendahnya produktivitas cabai. Sebagian besar petani menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan penyakit ini. Hasil informasi dari penyuluh dengan petani di BPP Kecamatan Cikajang, diketahui beberapa permasalahan penting dari menurunnya hasil produksi tanaman cabai, diantaranya terdapat serangan penyakit Antraknosa. Efek terserang dapat menurunkan produktivitas hasil budidaya secara jumlah maupun kualitas menurun diakibatkan adanya serangan penyakit antraknosa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Colletrichum sp dan dapat menimbulkan kerugian hasil panen mencapai 65% (Hersanti et al. 2001).

Cara untuk mengatasi penyakit pada cabai umumnya dilakukan pengendalian secara konvensional yaitu penggunaan pestisida kimia karena dianggap paling mudah dan efektif. Penggunaan pestisida kimia yang kurang bijaksana ternyata banyak merugikan manusia dan agroekosistem oleh karena itu perlu dicari alternatif pengendalian yang aman dan ramah lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan cendawan antagonis Trichoderma sp sehingga penerapan Agen Pengendali Hayati (APH) diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia.

Berkaitan dengan permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan, sehingga diperlukan adanya suatu pengkajian lebih lanjut mengenai perilaku petani dalam penggunaan Agen Pengendali Hayati (APH) dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan Agen Pengendali Hayati (APH). Berdasarkan paparan tersebut maka tugas akhir ini bertujuan untuk mengkaji “Perilaku Petani dalam Penggunaan Agensia Hayati Trichoderma sp pada Komoditas Cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut”.

(17)

3

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tugas akhir ini, perumusan masalah yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati Thricoderma sp pada komoditas cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati Thricoderma sp pada komoditas cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut?

3. Bagaimana perumusan strategi untuk meningkatkan perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati Thricoderma sp pada komoditas cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut?

Tujuan

Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian tugas akhir ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati Thricoderma sp pada komoditas cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati Thricoderma sp pada komoditas cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut.

3. Merumuskan strategi untuk meningkatkan perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati Thricoderma sp pada komoditas cabai di Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut.

(18)

4 Manfaat

Hasil kajian mengenai perilaku petani dalam penggunaan agensia pengendali hayati ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Pelaku Utama dan Pelaku Usaha:

a) Berkesempatan terlibat langsung dalam penggunaan agensia pengendali hayati sehingga populasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat berkurang bahkan terkendali.

b) Memperoleh pengalaman dalam penggunaan agensia pengendali hayati dalam pengendalian hama dan penyakit.

2. Bagi Penentu Kebijakan dan Pemangku Kepentingan lainnya:

a) Memperoleh informasi tentang kondisi petani dan kondisi faktual tentang penggunaan agensia pengendali hayati.

b) Memperoleh bahan evaluasi dalam merumuskan kebijakan untuk mengatasi permasalahan pengendalian hama dan penyakit.

3. Bagi mahasiswa Polbangtan Bogor:

a) Memperoleh pengalaman langsung dalam merencanakan dan melaksanakan kajian terapan bidang penyuluhan.

b) Memperoleh pengalaman menemukan solusi alternatif pemecahan masalah sekaligus penerapan langsung bersama petani sebagai upaya mengatasi permasalahan yang terjadi dilapangan.

(19)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang) namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik ataupun faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan (Azwar 2016). Seorang ahli psikologi (Skinner 2014) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Utari (2011) menyatakan bahwa kerangka konsep taksonomi bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Bahua (2016) menjelaskan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang dapat dilakukan dengan mengubah tiga unsur perilaku, yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

Utari (2011) menyatakan bahwa ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Level ranah kognitif tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Piramida ranah kognitif (Edunesiania 2017)

(20)

6

Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat berikutnya, skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya (Utari 2011).

Sikap (Attitude)

Gunawan (2019) menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.

Sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari- hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Anjar (2016) menyatakan bahwa ranah afektif terdapat beberapa kategori, yakni menerima, menanggapi, menghargai, mengatur diri dan menjadikan pola hidup. Tingkatan ranah afektif dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2 Tingkatan ranah afektif (Anjar 2016)

Sampai saat ini ranah afektif belum mendapatkan perhatian, Attitude merupakan faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran karena attitude terbentuk sejak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi baru dilakukan pada ranah kognitif yang difokuskan pada knowledge (Utari 2011).

Keterampilan (Skill)

Gunawan (2019) menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu.

Keterampilan sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif yang menunjukkan perilaku atau

(21)

7

perbuatan tertentu dengan makna yang terkandung dalam aktivitas mental.

Tingkatan ranah psikomotorik dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3 Tingkatan ranah psikomotorik (Melda 2017)

Ranah psikomotorik terdiri beberapa kategori yakni meniru, menyusun, melakukan dengan prosedur seksama, melakukan dengan baik dan tepat, dan melakukan tindakan secara alami (Melda 2017). Skill menekankan aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani sehingga lebih tepat dipraktekan bukan dipelajari (Utari 2011).

Petani

Petani dapat didefinisikan sebagai pekerjaan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan mengunakan peralatan yang bersifat tradisional dan modern. Petani adalah orang yang melakukan usaha tani dengan memanfaatkan segala sumberdaya alam dan hayati seperti bercocok tanam dan bertenak untuk keberlangsungan hidup rumah tangga petani. Petani adalah orang yang memiliki dan menggarap tanah/lahan miliknya sendiri (Gunawan 2019).

Karakteristik Responden

Umur

Umur merupakan suatu indikator umum tentang kapan suatu perubahan harus terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman tindakannya berdasarkan usia yang dimiliki. Rakhmat (2007)

(22)

8

mengatakan bahwa kelompok orang tua melahirkan pola tindakan yang pasti berbeda dengan anak-anak muda. Kemampuan mental tubuh lebih cepat pada masa anak-anak sampai dengan pubertas, dan agak lambat sampai awal dua puluhan dan merosot perlahan-lahan sampai tahun-tahun terakhir. Menurut Dewi et al. (2016) kelompok usia produktif (20-54 tahun), usia tidak produktif penuh (55-64 tahun) dan usia inproduktif >64 tahun.

Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu faktor penting bagi kehidupan manusia.

Pendidikan merupakan proses pembentukan pribadi seseorang. Melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan baru. Pendidikan dapat mempengaruhi cara berfikir, cara merasa, dan cara bertindak, pendidikan seseorang mempengaruhi perilaku individu baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Mardikanto (1993) menyatakan bahwa pendidikan petani umumnya mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani. Pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin efisien bekerja dan semakin banyak mengetahui cara-cara atau teknik berusahatani yang lebih baik dan menguntungkan.

Pengalaman Berusaha Tani

Arimbawa (2004) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dalam suatu objek secara psikologis cenderung membentuk sikap yang negatif dalam objek tertentu. Bagi orang yang telah lama menggeluti suatu pekerjaan akan lebih terampil dan cenderung menghasilkan suatu hasil yang lebih baik daripada orang yang baru. Pengalaman seseorang bertambah sejalan dengan bertambahnya usia. Pengalaman dapat diukur secara kuantitatif berdasarkan jumlah tahun seseorang dalam bidang usaha tani, serta pengalaman yang bersifat kualitatif.

Agensia Pengendali Hayati

Halim (2018) menyatakan bahwa agensia pengendali hayati adalah musuh alami yang sudah atau sedang digunakan sebagai sarana (agens) untuk pengendalian hayati. Pengendalian hayati adalah tindakan manipulasi ekosistem

(23)

9

yang berkaitan dengan interaksi antara populasi musuh alami dengan populasi hama yang menjadi sasaran yang akan dikendalikan. Pengendalian hayati telah dilakukan terhadap hama, penyakit tumbuhan, dan gulma sehingga terdapat lima unsur yang mencakup agensia pengendali hayati, unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Parasitoid

Parasitoid adalah makhluk hidup yang hidup secara parasit di dalam atau di permukaan tubuh dan pada akhirnya menyebabkan kematian mahluk lain yang ditumpanginya. Makhluk lain yang ditumpangi parasitoid tersebut disebut inang (host) dan proses interaksinya disebut parasitasi.

2. Predator

Predator adalah makhluk hidup yang memangsa mahluk hidup lain yang lebih kecil atau lebih lemah dari dirinya. Makhluk hidup lain yang dimangsa oleh predator disebut mangsa (prey) dan proses pemakanannya disebut predasi.

3. Patogen

Patogen adalah makhluk hidup mikroskopik yang hidup secara parasit di dalam atau di permukaan tubuh dan pada akhirnya menyebabkan kematian makhluk hidup lain yang diserangnya, makhluk lain yang diserang patogen disebut inang (host). Jasad renik (mikroorganisme; cendawan bakteri, virus, nematoda) yang menyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit pada organisme pengganggu tanaman (OPT).

4. Antagonis

Antagonis yaitu makhluk hidup mikroskopik yang dapat menimbulkan pengaruh tidak menguntungkan bagi makhluk hidup lain melalui parasitasi, sekresi antibiotik, kerusakan fisik, dan bentuk-bentuk penghambatan lain seperti persaingan untuk memperoleh hara dan ruang tumbuh.

5. Pemakan gulma

Pemakan gulma yaitu makhluk hidup yang memakan gulma namun tidak memakan tumbuhan lain yang bermanfaat.

(24)

10 Trichoderma Sp

Trichoderma sp merupakan jamur tanah sehingga sangat mudah ditemukan pada berbagai macam tanah, permukaan akar tumbuhan, lahan pertanian, bahkan tanah yang miskin nutrisi. Trichoderma sp termasuk jamur filament berwama hijau terang, dengan konidia berbentuk bola yang melekat satu sama lainnya, miselium bersepta, dan pertumbuhannya cepat (Analismawati 2008).

Jamur ini non patogenik terhadap tanaman maupun hewan dan dapat digunakan sebagai biokontrol karena bersifat mikoparasitik sehingga potensial untuk dikembangkan dalam bidang pertanian. Jamur Trichoderma sp.

menghasilkan enzim ekstraseluler seperti selulase, xilanase, kitinase, dan protease yang memaninkan peranan dasar dalam proses pemanfaatan residu tanaman sebagai bahan nutrisi serta menghambat pertumbuhan jamur fitopatogenik.

Sejumlah mikroba telah dilaporkan dalam berbagai penelitian efektif sebagai agen pengendalian hayati hama dan penyakit tumbuhan, salah satunya adalah dari genus Trichoderma yang contohnya dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4 Trichoderma sp.

Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian menurut UU Nomor 16 tahun 2006 adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama maupun pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dirinya sendiri dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktvitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup (Noor 2011).

(25)

11

Secara harfiah penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor ataupun alat untuk menerangi keadaan yang gelap (Sunarko et al. 2018), menjelaskan bahwa penyuluhan pertanian merupakan proses: 1) membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan, 2) membantu petani menyadarkan dalam kemungkinan timbulkanya masalah dari analisis tersebut, 3) meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani, 4) membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan, 5) membantu petani menentukan keputusan yang tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal, 6) meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya, dan 7) membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.

Materi Penyuluhan Pertanian

Materi penyuluhan diartikan sebagai pesan yang akan disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran penyuluhan, pesan penyuluhan dapat berupa pesan kognitif, afektif, psikomotorik maupun pesan kreatif. Menurut Permentan No. 3 tahun 2018 materi penyuluhan pertanian adalah bahan untuk penyuluhan pertanian yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan dilakukan sesuai dengan permasalahan yang ada di lapangan, dan maateri penyuluhan didapatkan dari sumber resmi seperti dari instansi pemerintah dan lembaga-lembaga swasta atau lembaga swadaya masyarakat dan pengalaman petani.

Media Penyuluhan Pertanian

Media berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti perantara atau pengantar, makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima.

Sedangkan ”penyuluhan” berasal dari kata ”suluh” yaitu sesuatu yang digunakan untuk memberi penerang, sehingga media penyuluhan adalah suatu benda yang

(26)

12

dikemas sedemikian rupa untuk memudahkan penyampaian materi kepada sasaran agar sasaran dapat menyerap pesan dengan mudah dan jelas (Putri 2017).

Metode Penyuluhan Pertanian

Menurut Permentan No. 3 tahun 2018 metode penyuluhan pertanian adalah cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka tahu, mau, dan mampu menolong, dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pertanian Berkelanjutan

Paradigma pembangunan berkelanjutan menurut bank dunia diterjemahkan dalam bentuk kerangka segitiga pembangunan berkelanjutan (Environmentally sustainable development triangle) yang bertumpu pada keberlanjutan ekonomi, ekologi dan sosial. Berkelanjutan secara ekonomis mengandung pengertian bahwa suatu kegiatan pembangunan harus mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, penggunaan sumberdaya, serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis berarti bahwa kegiatan tersebut mampu mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan dan konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati (Biodiversity).

Keberlanjutan secara sosial diartikan bahwa pembangunan tersebut dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial dan pengembangan kelembagaan (Martha 2020).

Gapki (2018) menyatakan bahwa keprihatinan masyarakat global terhadap kondisi alam semakin meningkat, oleh karena itu dari keprihatinan ini melahirkan paradigma baru yakni paradigma sustainability, paradigma tersebut menegaskan bahwa sumberdaya alam dapat dimanfaatakan untuk pembangunan yang bermanfaat secara ekonomi dan sosial serta kelestarian lingkungan tetap dapat dipertahankan.

Wahyudin (2011) menyatakan bahwa paradigma sustainability mencangkup konsep keberlanjutan dan dengan paradigma ini menjadi harmoni aspek ekonomi,

(27)

13

sosial dan lingkungan atau yang dikenal Triple bottom lines (3P; Profit, Planet and People), adapun penjelasan nya sebagai berikut:

1. Profit (Ekonomi)

Untari (2013) menyatakan bahwa profit merupakan tujuan dari semua usaha, dan bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling essensial dalam usahanya menjaga eksistensi dan keberlanjutan pembangunan.

2. People (Manusia/masyarakat)

Untari (2013) menyatakan manusia dalam hal ini adalah masyarakat, dan masyarakat adalah lingkungan terdekat dari sebuah usaha, memberi banyak kontribusi bagi berjalannya pembangunan.

Ditengah dunia yang semakin dikuasai materialisme dan hedonisme yang egoistik merapuhkan sendi-sendi kemanusiaan dan menghancurkan pilar-pilar kemanusiaan kita, jelas bahwa etos melayani yang berintikan sikap altrustik ini sangat penting bukan hanya sebagai strategi sukses sejati, tetapi juga menjadi langkah penting untuk memanusiakan manusia kembali, oleh karena itu harus ada beberapa yang dibenahi terutama mindset atau paradigma masyarakat terkait dengan pembangunan.

3. Planet (Lingkungan)

Untari (2013) menyatakan bahwa lingkungan merupakan hal yang selalu terkait dengan seluruh kegiatan manusia, hubungan manusia dengan lingkungan adalah hubungan sebab akibat, sehingga sudah selayaknya pada.

Pertanian berkelanjutan mempunyai beberapa prinsip yaitu; 1) menggunakan sistem input luar yang efektif, produktif, murah dan membuang metode produksi yang menggunakan sistem input dari industri, 2) memahami dan menghargai kearifan lokal serta lebih banyak melibatkan peran petani dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pertanian, 3) melaksanakan konservasi sumber daya alam yang digunakan dalam sistem produksi (Budiasa 2011).

Persoalan yang sering dihadapi dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan adalah adanya tarik-menarik antara berbagai kepentingan pembangunan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertanian berkelanjutan antara lain faktor sosial, ekonomi, dan kelembagaan (Purwanto dan Cahyono 2012).

(28)

14

Tanaman Cabai

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika (Pratama et al.

2017).

Morfologi Tanaman Cabai

Bagian-bagian utama tanaman cabai meliputi bagian akar, batang, daun, bunga dan buah. Menurut Pratama et al.(2017) penjelasan bagian-bagian tersebut sebagai berikut:

1. Akar

Tanaman cabai mempunyai akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Akar lateral mengeluarkan serabut-serabut akar yang disebut akar tersier. Akar tersier menembus kedalaman tanah sampai 50 cm dan melebar sampai 45 cm. Rata-rata panjang akar primer antara 35 cm sampai 50 cm dan akar lateral sekitar 35 sampai 45 cm.

2. Batang

Batang cabai umumnya berwarna hijau tua, berkayu, bercabang lebar dengan jumlah cabang yang banyak. Panjang batang berkisar antara 30 cm sampai 37,5 cm dengan diameter 1,5 cm sampai 3 cm. Jumlah cabangnya berkisar antara 7 sampai 15 per tanaman. Panjang cabang sekitar 5 cm sampai 7 cm dengan diameter 0,5 cm sampai 1 cm. Pada daerah percabangan terdapat tangkai daun, ukuran tangkai daun ini sangat pendek yakni hanya 2 cm sampai 5 cm.

3. Daun

Daun cabai merupakan daun tunggal berwarna hijau sampai hijau tua dengan helai daun yang bervariasi bentuknya, daun muncul di tunas-tunas samping yang berurutan di batang utama yang tersusun sepiral.

4. Bunga

Bunga cabai merupakan bunga tunggal dan muncul di bagian ujung ruas tunas, mahkota bunga berwarna putih, kuning muda, kuning, ungu dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, atau ungu tergantung dari varietas. Bunga cabai

(29)

15

berbentuk seperti bintang dengan kelopak seperti lonceng. Alat kelamin jantan dan betina terletak di satu bunga sehingga tergolong bunga sempurna. Posisi bunga cabai ada yang menggantung, horizontal, dan tegak.

5. Buah

Buah cabai memiliki plasenta sebagai tempat melekatnya biji, plasenta ini terdapat pada bagian dalam buah. Pada umumnya daging buah cabai renyah dan ada pula yang lunak. Ukuran buah cabai beragam, mulai dari pendek sampai panjang dengan ujung tumpul atau runcing.

Budidaya Cabai

Secara umum cabai biasanya tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi mencapai ketinggian 2.000 meter di atas permukaan air laut. Penanaman cabai dapat dilakukan pada musim kemarau maupun musim hujan. Adapun tahapan proses budidaya cabai antara lain:

1. Pembibitan Tanaman Cabai

Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman adalah 150 - 300 gram dengan daya tumbuh lebih dari 90 %. Penyiapan media semai dari tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 yang dibuat bedengan setinggi ± 20 cm, lebar ± 1 m dan panjang 3-5 m serta diberi naungan dari jerami, alang-alang, daun kelapa.

Sebar benih secara merata atau ditebar dalam garikan dengan jarak antar garitan 5 cm dan ditutup tanah tipis-tipis lalu disiram. Pertahankan kelembaban tanah tetap baik agar biji cepat tumbuh (Arianto 2010).

2. Penyiapan Lahan

Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula untuk tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan bahan organik, dan tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (namatoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5,5-6,8, karena pada pH di bawah 5,5 atau di atas 6,8 hanya akan menghasilkan produksi yang rendah atau sedikit (Rukmana 1994).

Tanah setelah diolah lalu dibuat bedengan, untuk ukuran bedengan bermacam- macam ada yang lebar 90 cm, 100 cm, 125 cm, 150 cm atau 200 cm, jika akan

(30)

16

diberi mulsa plastik hitam perak selebar 120 cm. Mengenai panjang bedengan, bisa sekitar 5-15 m, tergantung keadaan lahan (Pracaya 1993).

3. Penanaman Tanaman Cabai

Waktu tanam paling baik adalah pagi atau sore hari, dan bibit cabai berumur 17-23 hari atau berdaun 2-4 helai. Sehari sebelum tanam, bedengan yang telah ditutup MPHP harus dibuatkan lubang tanam dulu. Jarak tanam untuk cabai merah hibrida adalah 60 x 70 cm atau 70x70 cm (Rukmana 1994) da bisa juga dengan jarak tanam 50 x 70 cm.

4. Pemeliharaan Tanaman Cabai

Pada fase awal pertumbuhan atau saat tanaman cabai masih menyesuaikan diri terhadap lingkungan kebun (adaptasi), penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap hari, terutama di musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, pengairan berikutnya dilakukan dengan cara di genangi air (leb) setiap 3-4 hari sekali. Genangan ini airnya cukup sampai batas antara tanah bagian bawah dengan ujung MPHP. Setelah tanah bedengan basah, airnya segera dibuang kembali menuju saluran pembuangan. Tanah yang becek atau menggenang akan memudahkan tanaman diserang penyakit layu (Rukmana 1993).

Pemangkasan tunas dan cabang pada tanaman cabai bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif (daun dan cabang) agar tanaman tidak terlalu rimbun, menghambat pertumbuhan tinggi tanaman untuk mempermudah pemeliharaan, menjaga kelembaban di sekitar tanaman tetap baik, sehingga mengurangi atau menekan pertumbuhan cendawan penyebab penyakit, meningkatkan pertumbuhan generatif (bunga dan buah), meningkatkan penerimaan cahaya matahari ke seluruh bagian tanaman, meningkatkan produksi buah, dan memperbesar batang utama (Cahyono 2003).

Cara pemupukan secara umum sesudah tanaman cabai berumur 2 bulan di lapangan, biasanya dilakukan bersama-sama dengan melakukan penyiangan dan pembumbuan. Pupuk ini ditebarkan di sekeliling tanaman dengan jarak 5- 10 cm (Setiadi 1993).

5. Panen Dan Pasca Panen Cabai

Pada umumnya tanaman cabai sudah menghasilkan buah setelah berumur kurang lebih tiga bulan setelah disemai. Warna buah sudah mulai hijau-kemerahan

(31)

17

atau sudah merah semua, pada waktu panen harus di usahakan tidak merusak cabang supaya tanaman masih dapat berproduksi lagi.

Panenan berikutnya dapat dilakukan setiap satu sampai dua minggu, tergantung dari kesehatan atau kesuburan tanaman (Pracaya 1994). Pada panenan cabai umumnya, patokan yang umum bagi cabai merah, bahwa usia produktif hanya sampai 6-7 bulan saja. Urutan panenan 3-4 hari sekali, ancar-ancar yang diberikan petani cabai pada umumnya panenan pertama rata-rata sekitar 40 kg/bahu (1 bahu kira-kira 0,75 ha), panen kedua rata-rata sekitar 120 kg/bahu, panen keempat rata- rata sekitar 240 kg/bahu, dan panen keenam rata-rata sekitar 480 kg/bahu

Setelah itu panen merosot sedikit demi sedikit sampai pada panen yang ke-15 atau yang ke-20 hasilnya mencapai titik minimum (Setiadi 1993). Pemanenan buah cabai dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya, pemetikan dilakukan dengan tangan tanpa menggunakan pisau atau gunting pemotong.

Tangkai buah diusahakan agar tidak lepas dari buahnya, tangkai yang terlepas dapat mengakibatkan buah cabai terinfeksi pathogen atau terserang penyakit selama masa penyimpanan. Pemetikan harus dilakukan dengan cermat dan hati- hati, agar tidak merusak daun dan rantingranting muda (Cahyono 2003).

Penyakit Antraknosa

Penyakit Antraknosa disebabkan oleh patogen Colletotrichumsp. Patogen Colletotrichum sp.adalah parasit lemah yang dapat menginfeksi melalui luka atau lantisel pada buah yang masih mudah dan berkembang pada jaringan yang telah menjadi lemah (Semangun 2000).

Penyakit busuk Antraknosa dapat menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian tanaman seperti pucuk, daun muda, dan ranting akan mudah terinfeksi penyakit ini ketika masih lunak (Cahyono 2010) namun serangan utama penyakit ini adalah bagian tanaman yang bernilai ekonomis yaitu pada buah (Dickman 1994). Gejala serangan pada buah ditandai dengan adanya bercak- bercak coklat atau hitam yang agak cekung ke dalam (Amusa et al. 2006).

Seringkali bercak-bercak tersebut mengumpul pada bagian pangkal buah, sehingga buah yang terinfeksi tidak dapat dikonsumsi (Indratmi 2009).

(32)

18

Kerangka Berpikir

Kajian ini memfokuskan pada perilaku petani dalam penggunaan agensia pengendali hayati pada komoditas cabai, kajian ini menganalisis pengaruh karakteristik responden sebagai variabel (X1) meliputi usia, tingkat pendidikan, lama usahatani, dan luas lahan usahatani. Faktor eksternal sebagai variabel (X2) meliputi peran penyuluh, rutinitas penyuluhan, meteri penyuluhan. Agensia Hayati sebagai variabel (X3) meliputi sifat agensia hayati, teknis pendekatan pemanfaatan agensia hayati, dan peranan petugas POPT. Dan perilaku (Y) meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Pembatasan Masalah

Adapun pembatasan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati Trichoderma sp pada komoditas cabai ini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

2. Faktor pembentuk perilaku dalam penelitian ini dibatasi pada faktor karakteristik petani dengan indikator umur, tingkat pendidikan, lama berusaha tani, dan luas lahan usaha tani. Faktor eksternal dengan indikator peran penyuluh, rutinitas kegiatan penyuluhan, dan materi penyuluhan. Faktor agensia pengendali hayati dengan indikator sifat agensia pengendali hayati, teknis pendekatan pemanfaatan agensia pengendali hayati, dan peranan petugas POPT.

Definisi Operasional

Definisi untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

X1.Karakteristik responden adalah identitas dari responden (petani) yang menggunakan agensia pengendali hayati dalam kegiatan budidaya. Effendy et al. (2020e) menyimpulkan bahwa karakteristik individu berpengaruh nyata pada perubahan perilaku petani. Adapun indikator dalam karakteristik responden yaitu:

X1.1 Umur, yang diukur dengan menghitung umur petani dimulai dari lahir sampai dengan menjadi responden.

X1.2Tingkat pendidikan, menurut Effendy et al. (2013) dapat diartikan bahwa pendidikan ialah lamanya seorang petani mengenyam pendidikan formal sejak kecil hingga saat ini. Gambaran tingkat pendidikan petani menunjukkan

(33)

19

sebagian besar petani responden memiliki kemampuan baca dan tulis yang baik, sehingga memungkinkan petani dapat mengakses informasi dari media massa sesuai kebutuhan.

X1.3 Lama usahatani, yaitu lamanya pengalaman atau waktu yang telah digunakan untuk berusahatani. Effendy et al. (2012) menyatakan bahwa pentingnya pengalaman bagi seorang petani terkait dengan pola pikir petani dalam pemanfaatan lahan pertanian.

X1.4 Luas lahan, yakni luasan pada setiap kepemilikan lahan atau luas lahan yang dimiliki petani, skala pengukuran untuk luas lahan menggunakan skala interval.

X2. Faktor eksternal adalah variabel yang mencakup perihal kegiatan penyuluhan pertanian. Adapun indikator dari variabel faktor eksternal sebagai berikut:

X2.1 Peran penyuluh adalah kontribusi yang diberikan penyuluh kepada kelompok tani dalam kegiatan budidaya pertanian

X2.2 Intensitas penyuluhan adalah intensitas pelaksanaan kegiatan penyuluhan, intensitas kegiatan penyuluhan dapat dilihat dari bukti buku kegiatan kelompok atau bukti kehadiran saat penyuluhan.

X2.3 Materi penyuluhan adalah informasi yang akan disampaikan saat pelaksanaan penyuluhan, materi penyuluhan disesuaikan dengan kondisi atau informasi yang petani butuhkan.

X3. Agensia pengendali hayati adalah upaya untuk mengendalikan organisme penganggu tanaman dengan memperhatikan aspek keberlanjutan atau tidak merusak ekosistem. Adapun indikator dari variabel agensia pengendali hayati sebagai berikut:

X3.1 Sifat agensia pengendali hayati adalah karakteristik atau ciri khas khusus yang dimunculkan oleh agensia pengendali hayati.

X3.2 Teknis dalam pemanfaatan agensia pengendali hayati adalah cara yang digunakan untuk mempertahankan populasi agensia pengendali hayati

X3.3 Peranan petugas pengendali organisme penganggu tanaman adalah kontribusi petugas POPT yang diberikan kepada kelompok tani dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman.

(34)

20

Y. Perilaku petani dalam penggunaan agensia pengendali hayati adalah tingkat perilaku dalam partisipasi penggunaan agensia pengendali hayati. Adapun indikator pada variabel dari perilaku sebagai berikut:

Y1 Pengetahuan adalah kemampuan berpikir petani perihal agensia pengendali hayati.

Y2. Keterampilan adalah kemampuan mempraktikan sesuatu dari yang telah petani putuskan.

Y3 Sikap adalah kemampuan untuk memutuskan sesuatu yang akan dilaksanakan.

Gambar 5 Kerangka berpikir perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati (Trichoderma sp) pada komoditas cabai.

Faktor Eksternal (X2) X2.1 Peran Penyuluh X2.2 Intensitas Penyuluhan X2.3 Materi Penyuluhan

Agensia Pengendali Hayati (X3)

X3.1 Sifat Agensia Pengendali Hayati X3.2 Teknis Pemanfaatan Agensia Pengendali Hayati

X3.3 Peranan petugas POPT

Tinggi Rendah Sedang

Perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati Trichoderma sp pada Komoditas Cabai

(Y) Y.1 Pengetahuan Y.2 Keterampilan Y.3 Sikap

Penyuluhan

Karakteristik Responden (X1)

X1.1 Usia

X1.2 Tingkat Pendidikan X1.3 Lama Usahatani X1.4 Luas Lahan Usahatani

Peningkatan perilaku petani dalam penggunaan agensia hayati Trichoderma sp pada Komoditas Cabai

(35)

21

METODE PELAKSANAAN

Pendekatan Pengkajian

Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yakni data yang berbentuk angka namun didukung pendekatan data kualitatif atau data yang berbentuk kata, skema, dan gambar (Sugiyono 2015) dengan analisis mencakup (1) analisis data deskriptif dan (2) analisis data inferensial. Analisis deskriptif berupa distribusi frekuensi, sedangkan analisis statistik inferensial adalah regresi linear berganda.

Waktu dan Tempat

Tugas Akhir (TA) ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2022. Adapun lokasi tugas akhir yaitu di tiga desa, diantaranya Desa Cikandang, Desa Giriawas, dan Desa Mekarsari Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (Purposive) dengan dasar pertimbangan bahwa lokasi tersebut adalah wilayah sentra pertanian dan banyak kelompok tani yang membudidayakan komoditas cabai, serta tergabung dalam kelompok tani.

Kegiatan survey identifikasi masalah, pengumpulan data, dan penyusunan proposal serta seminar proposal tugas akhir telah dilaksanakan pada bulan februari sampai awal maret 2022. Kegiatan pengkajian meliputi pelaksanaan di lapangan, penyusunan laporan hasil, seminar hasil, dan ujian komprehensif. Jadwal pelaksanaan kegiatan pengkajian yang telah dilaksanakan disusun dalam Tabel 1 disertai dengan rincian yang telah dilakukan.

Tabel 1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengkajian Tugas Akhir tahun 2022

No Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan (Bulan)

1 Penjelasan Umum Kegiatan TA Januari

2 Usulan Judul TA Januari

3. Penyusunan Proposal Februari

4 Seminar Proposal Maret

5. Pelaksanaan Kegiatan Dilapangan Maret-Juni

6. Penyusunan Laporan TA Juni

8. Seminar Hasil Juli

7. Ujian Komprehensif Juli

(36)

22

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2017). Adapun populasi dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini adalah petani cabai yang tersebar di Kecamatan Cikajang yaitu khususnya di tiga desa (Cikandang, Giriawas, dan Mekarsari) serta tergabung dalam kelompok tani.

Mengingat bahwasanya obyek yang dikaji sangat luas dan karena keterbatasan dari peneliti maka penentuan populasi hanya pada anggota kelompoktani yang aktif, dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling atau dipilih secara sengaja oleh peneliti (Sugiyono 2010). Populasi penelitian sebagaimana yang tersaji dalam Tabel 2 sebagai berikut

Tabel 2 Populasi Petani

No Desa Kelompok Tani Jumlah Anggota (Orang)

1 Cikandang Yosen

Mukti Jando

23 15

2 Giriawas Giriawas Tani V

Giri Purnama Alam

25 27

3 Mekarsari Fajar Tani 10

Jumlah 100

Sumber: Data Primer diolah 2022

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah populasinya adalah 100 orang, selanjutnya dari populasi tersebut perlu dilakukan pengambilan sampel.

Sampel

Sampel merupakan suatu pengamatan dan bagian dari populasi, yang berfungsi untuk mewakili semua populasi. Adapun tahapan dalam menentukan sampel yaitu sebagai berikut.

1. Penentuan Desa.

Desa yang dipilih sebagai sampel merupakan desa yang mayoritas petaninya melakukan usahatani cabai, maka diperoleh Desa Cikandang, Desa Giriawas, dan Desa Mekarsari.

(37)

23 2. Penentuan Kelompok Tani.

Kelompok Tani yang dipilih merupakan kelompok tani yang aktif dan melakukan usahatani cabai di lahannya, maka diperoleh kelompok tani Yosen, Mukti Jando, Giriawas Tani V, Giri Purnama Alam, dan Fajar Tani dengan total jumlah anggota terpilihnya sebanyak 100 orang.

3. Penentuan Sampel.

Penentuan dengan kriteria bersedia di wawancara, dapat berkomunikasi dengan baik, dapat membaca dan menulis serta rekomendasi dari penyuluh atau ketua kelompok tani. Jumlah sampel atau responden penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut.

Keterangan:

N : Besaran populasi n : Besaran sampel

e : Presentasi kelonggaran ketidaktelitian (presisi) karena kesalahan pengambilan sampel (10 %)

Sehingga dengan rumus tersebut diperoleh perhitungan untuk mendapatkan jumlah sampel sebanyak:

Perhitungan: n =

= = 50 orang

Selanjutnya untuk mendapatkan sampel dari masing-masing kelompok tani secara proporsional dilakukan dengan menggunakan rumus Rubin and Luck, sebagai berikut.

Keterangan :

ni : Jumlah sampel masing-masing kelompok tani Nk : Jumlah populasi masing-masing kelompok tani N : Jumlah total populasi

n : Jumlah sampel dari populasi

(38)

24

Proporsi sebaran sampel dari masing-masing kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah Sampel

No Desa Kelompok

Tani

Populasi (orang)

Proporsional Sampel (dibulatkan)

Jumlah Sampel 1 Cikandang Yosen

Mukti Jando

23 15

23/100 x 50 = 11,5(12)

15/100 x 50 = 7,5 (8) 20

2 Giriawas Giriawas Tani V Giri Purnama Alam

25 27

25/100 x 50= 12,5 (13)

27/100 x 50= 13,5 (14) 27

3 Mekarsari Fajar Tani 10 10/100 x 50= 5 5

Jumlah 52

Sumber: Data diolah 2022

Hasil dari Tabel 3 diperoleh jumlah responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 52 orang anggota kelompok tani.

Data dan Pengumpulan Data

Jenis data penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data untuk mengumpulkan data primer terdapat beberapa cara yaitu melalui wawancara, pengisian kuesioner, pengamatan atau observasi, dan diskusi kelompok. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data sekunder bersumber dari hasil pengkajian, catatan-catatan dan laporan-laporan tertulis.

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan, pertanyaan hanya diajukan oleh pengamat.

Wawancara yang akan dilakukan yakni wawancara mendalam (in depth interview) dan menggunakan instrumen kuesioner sebagai pedoman dalam melakukan wawancara.

2. Kuesioner

Instrumen kuesioner yang telah disusun kemudian diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu agar dapat diketahui bahwa kuesioner tersebut valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya), kemudian jika kuesioner tersebut sudah diuji validitas dan reliabilitasnya akan dilakukan penyebaran kepada responden yang nantinya data tersebut akan dianalisis.

(39)

25 3. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan (observasi) adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis, observasi yang akan dilakukan yakni observasi partisipan atau observasi yang dilakukan oleh pengamat, pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.

Data sekunder diperoleh melalui pencatatan data yang telah tersedia, baik dari penyuluh, pengurus kelompok maupun dari kantor desa, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (Petugas POPT Kecamatan Cikajang)

Kisi-kisi Instrumen Pengkajian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner tertutup atau kuesioner yang telah ada pilihan jawabannya. Instrumen yang digunakan berisi daftar pertanyaan dan pernyataan yang berhubungan dengan indikator kajian yang dikaji. Sebelum dilakukan pengambilan data menggunakan kuesioner pada responden yang sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba pengisian kuesioner pada responden lain yang mempunyai karakteristik yang sama. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang sudah dibuat.

Skala pengukuran pada instrumen menggunakan skala modifikasi likert karena untuk menghindari tendensi jawaban dari responden. Menurut Sugiyono (2019) skala modifikasi likert terdiri dari 4 kriteria. Skala pengukuran menggunakan skala modifikasi likert yang diberi numeric antara 1-4 yang terbagi dalam 4 kategori, yaitu ;

1. Nilai 4: Sangat berperan/sangat menerapkan/sangat menguntungkan/sangat sesuai/sangat mudah/sangat bisa dicoba/sangat bisa diamati/sangat tahu/

sangat setuju/sangat menerima/pernah mencoba diatas 2 kali/sangat menerapkan.

2. Nilai 3: Berperan/menerapkan/menguntungkan/sesuai/mudah/bisa dicoba/

bisa diamati/tahu/setuju/menerima/pernah mencoba 2 kali/menerapkan.

(40)

26

3. Nilai 2: Kurang berperan/kurang menguntungkan/kurang sesuai/kurang mudah/kurang bisa dicoba/kurang bisa diamati/kurang tahu/kurang setuju/

kurang menerima/pernah mencoba 1 kali/kurang menerapkan

4. Nilai 1 : Tidak berperan/tidak menguntungkan/tidak sesuai/tidak mudah/

tidak bisa dicoba/tidak bisa diamati/tidak tahu/tidak setuju/tidak menerima/

belum pernah mencoba/tidak menerapkan. Secara rinci variabel, indikator, dan parameter dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Variabel, Indikator, Parameter, dan Skala Pengukuran

Variabel Indikator Parameter Skala

pengukuran X1.

Karakteristik responden

X1.1 Usia X1.2 Tingkat pendidikan X1.3 Lama usaha tani X1.4 Luas lahan usaha tani

 Usia responden (tahun)

 Pendidikan terakhir yang telah diselesaikan responden

 Pengalaman responden berusahatani (tahun)

 Luas lahan yang dimiliki oleh petani (m2)

Skor 1,2,3,4 1 = Skor Terendah 4 = Skor Tertinggi X2.

Faktor Eksternal

X2.1

Peran Penyuluh

X2.2 Intensitas Penyuluhan X2.3 Materi Penyuluhan

Intensitas kunjungan ke lahan kelompok tani

Sebagai fasilitator

Sebagai komunikator

Sebagai motivator

Rutinitas kegiatan penyuluhan

Intensitas pertemuan penyuluh dan petani

Materi sesuai dengan kebutuhan petani

Penyampaian materi yang baik

Skor 1,2,3,4 1 = Skor Terendah 4 = Skor Tertinggi

X3. Agensia Pengendali Hayati

X3.1 Sifat agensia

pengendali hayati

X3.2 Teknis pendekatan dalam pemanfaatan agensia pengendali hayati

X3.3 Peranan petugas POPT

Kemudahan mendapatkan agensia pengendali hayati

Kemudahan pengaplikasian agensia pengendali hayati

Biaya yang digunakan untuk penggunaan agensia pengendali hayati

Keuntungan penggunaan agensia pengendali hayati

Jarak yang ditempuh dari tempat usaha tani dengan sumber agensia pengendali hayati

Teknik membudidayakan agensia pengendali hayati (introduksi, konservasi, augmentasi)

Pemeliharaan agensia pengendali hayati agar tidak punah

Efektifitas penggunaan agensia pengendali hayati

Petugas POPT membantu pengendalian hama penyakit

Kontribusi petugas POPT terhadap usahatani kelompok

Petugas POTP menyampaikan informasi

Petugas POPT memberi saran usahatani

Skor 1,2,3,4 1 = Skor Terendah 4 = Skor Tertinggi

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk karbon aktif pelepah aren yang diaktivasi dengan KOH didapat bahwa semakin besarnya suhu karbonisasi maka semakin meningkat juga bilangan iodin yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Two Stay Two Stray

Sistem komunikasi Pemerintah dalam menghadapi kompleksitas ini memroduksi informasi berupa SK yang salah satunya berisi pembatasan penjualan kambing PE kualitas bagus

Pada tahap 2, semua karya yang telah dikumpulkan dari setiap tim peserta kompetisi, akan dipilih 5 karya berdasarkan dokumen yang dikumpulkan dengan penjurian

Kata Kunci : Pengaruh Model VCT (Value Clarificate Technique) dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1)

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah nasabah pada PT Pegadaian Cabang Pegadaian Syariah Setia Budi yang memakai produk EmasKu pada tahun 2016, 2017, 2018 berjumlah

LAYANAN KONSELING DI MTS NEGERI I PESAWARAN KABUPATEN PESAWARAN" adalah benar-benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan. sumbernya. Apabila terdapa tkesalahan

Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan mixer pengaduk adonan kerupuk ini meliputi biaya sewa bengkel, biaya bahan, dan biaya tenaga kerja dengan rincian :. Biaya