• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI STRATEGI THOMAS ARMSTRONG DI KELAS II SD N SUROKARSAN 2 KOTA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI STRATEGI THOMAS ARMSTRONG DI KELAS II SD N SUROKARSAN 2 KOTA YOGYAKARTA."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

 

PE

PRO

ENINGKAT STRATEG

SD N SU

Diaj un guna OGRAM ST JURUS FA UNIV TAN KETE GI THOMA UROKARSA ukan kepada Universita ntuk Memenu Memperole Li NIM UDI PEND AN PENDI AKULTAS VERSITAS NERAMPILA AS ARMSTR AN 2KOTA SKRIPSI

a Fakultas Il as Negeri Yo uhi Sebagian eh Gelar Sarj

Oleh istyaningrum M 121082440

IDIKAN G IDIKAN SE S ILMU PEN

(2)

 

(3)

 

(4)

 

(5)

 

v   

MOTTO

“Ilmu itu lebih baik daripadaharta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu berkurang

apabila dibelanjakan, tapi ilmu akan bertambah apabila dibelanjakan”. (Ali bin Abi Thalib)

(6)

 

vi   

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua, Bapak dan Ibu saya yang tidak pernah berhenti mendoakan dan mendukung saya

(7)

 

vii   

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI STRATEGI THOMAS ARMSTRONG DI KELAS II

SD N SUROKARSAN 2 KOTA YOGYAKARTA

Oleh Listyaningrum NIM 12108244020

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui Strategi Thomas Armstrong di kelas II SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta. Keterampilan sosial merupakan keterampilan yang wajib dimiliki oleh siswa. Beberapa siswa di kelas II belum menunjukkan keterampilan sosial yang cukup, maka aspek keterampilan sosial siswa kelas II perlu ditingkatkan. Hal ini ditandai dengan kurangnya pemahaman komunikasi antar guru dan siswa, tidak pedulinya siswa dengan kegiatan belajar mengajar, dan ada siswa yang merasa tertolak dengan lingkungannya.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (Action Research). Desain penelitian ini menggunakan model Muir. Subjek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta sebanyak 24 anak terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi oleh Thomas Armstrong dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Pada siklus I, indikator keberhasilan mencapai 65,04% dan siklus II mencapai 87,67% untuk tabel observasi tindakan keterampilan sosial. Penilaian diri dari siswa mencapai 84,5% untuk pretest dan 98,75% untuk post test. Pada siklus II, Strategi dan tindakan telah diperbaiki dan mengalami keberhasilan dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan maka, penelitian berhenti pada siklus II.

(8)

 

viii   

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Keterampilan Sosial melalui Strategi Thomas Armstrong di Kelas II SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunannya banyak sekali arahan, motivasi serta dorongan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasihkepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., MA, Rektor Universitas NegeriYogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untukmenyelesaikan studi di kampus tercinta ini.

2. Dr. Haryanto, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yangmemberikan izin pada penelitian ini.

3. Suparlan, M. Pd. I, Ketua Jurusan PSD, Fakultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dankemudahan sehingga karya ini dapat terselesaikan dengan baik 4. Bapak Agung Hastomo, M. Pd. Sebagai Dosen Pembimbing Skripsi

(9)

 

ix   

5. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M. Pd. Sebagai Dosen Penasehat Akademik yang tidak henti memberikan dukungankepada penulis dari awal studi hingga akhir masa studi.

6. Bapak dan ibu dosen PGSD FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmupengetahuan kepada penulis.

7. Ibu Kepala Sekolah SD NegeriSurokarsan 2 Yogyakarta yang telahmemberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.

8. Ibu Windarti sebagai guru kelas dua SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta yang selalu mendampingi penulis pada masa-masa pelaksanaan penelitian. 9. Siswa-siswa kelas dua SD NegeriSurokarsan 2 Yogyakarta yang telah

menyambut penulis dengan hangat dan membantu penulis dalam proses pengumpulandata.

10.Para guru SD NegeriSurokarsan 2 Yogyakarta yang tidak pernah berhenti membantu peneliti dari awal hingga akhir penelitian.

11.Orang tua tercinta atas segala dukungan, doa dan upaya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

12.Keluarga besar tercinta yang selalu mendoakan penulis agar segera jadi sarjana.

13.Teman-teman PGSD kelas E angkatan 2012 yang telah memberikan banyakpengalaman berharga, persahabatan, serta kebersamaan yang tak terlupakan kepada penulis.

(10)

 

(11)

 

xi   

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Sosial ... 9

B. Kecerdasan Interpersonal ... 11

1. Pengertian Kecerdasan Interpersonal ... 11

2. Indikator Kecerdasan Interpersonal ... 12

3. Pentingnya Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal ... 15

C. Hubungan antara Keterampilan Sosial dan Kecerdasan Interpersonal ... 17

(12)

 

xii   

1. Karakteristik Siswa Kelas Rendah ... 19

2. Prinsip Pembelajaran Siswa Kelas Rendah ... 19

E. Strategi Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal ... 22

1. Strategi oleh Thomas Armstrong ... 22

2. Strategi Linda Campbell ... 24

F. Kerangka Pikir ... 30

G. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 32

C. Setting Penelitian ... 32

D. Prosedur Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Desain Tindakan ... 37

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 44

H. Metode Analisis Data ... 47

I. Indikator Keberhasilan ... 48

J. Definsi Operasional... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 50

B. Hasil Penelitian ... 50

C. Pembahasan ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89

B. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(13)

 

xiii   

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Teknik Penelitian Siklus I ... 40

Tabel 2. Teknik Penelitian Siklus II... 42

Tabel 3. Penerapan Strategi Armstrong dalam Pembelajaran ... 43

Tabel 4. Penilaian Diri ... 45

Tabel 5. Tabel Indikator Observasi Keterampilan Sosial ... 45

Tabel 6. Indikator Keberhasilan Strategi Armstrong ... 46

Tabel 7. Persentase Taraf Keberhasilan Penelitian ... 48

Tabel 8. Hasil Pretest Penilaian Diri ... 51

Tabel 9. Tabel Observasi Keterampilan Sosial Siklus I... 61

Tabel 10. Tabel Perbandingan Ketuntasan Aspek Keterampilan Sosial Siklus I ... 62

Tabel 11. Tabel Ketercapaian Strategi oleh Thomas Armstrong Siklus I ... 64

Tabel 12. Tabel Hasil Refleksi Siklus I ... 66

Tabel 13. Tabel Observasi Kecerdasan Interpersonal Siklus II ... 77

Tabel 14. Tabel Perbandingan Ketuntasan Aspek Keterampilan Sosial Siklus II ... 78

Tabel 15. Tabel Ketercapaian Strategi oleh Thomas Armstrong Siklus II .. 80

Tabel 16. Hasil Post Test Penilaian Diri ... 82

(14)

 

xiv   

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Pikir Peningkatan Kecerdasan Interpersonal

melalui Strategi oleh Thomas Armstrong ... 30

Gambar 2. Model Kompleksitas dari Muir ... 37

Gambar 3. Perbandingan Ketuntasan Aspek Kecerdasan Interpersonal ... 62

Gambar 4. Histogram Kecerdasan Interpersonal Siswa Siklus I ... 63

Gambar 5. Persentase Indikator Keberhasilan Strategi Thomas Armstrong pada Siklus I ... 65

Gambar6. Perbandingan Ketuntasan Aspek Kecerdasan Interpersonal Siklus I dan Siklus II ... 78

Gambar 7. Persentase Indikator Keberhasilan Strategi Thomas Armstrong pada siklus II ... 81

(15)

 

xv   

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap insan manusia.

Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan

membentuk latihan. Menurut Sugihartono dalam (Muhammad Irham,

2013: 19) pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang

dilakukan pendidik untuk mengubah tingkah laku manusia, baik secara

individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia tersebut

melalui proses pengajaran dan latihan. Pendidikan adalah sesuatu yang

penting bagi semua manusia. Hal ini tercantum dalam tujuan negara pada

pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yang berbunyi, “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Terbukti bahwa pemerintah mewajibkan pendidikan

dipentingkan bagi bangsa dan negara. Pemerintah mencanangkan program

wajib belajar selama 12 tahun demi pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Pendidikan adalah agen perubahan, yaitu mengubah kehidupan

manusia menjadi lebih baik. Poerbakawatja dan Harahap dalam Muhibbin

Syah (2002: 10) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha secara

sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan kedewasaan yang selalu

diartikan sebagai kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap segala

perbuatannya. Pada pendapat tersebut, pendidikan diyakini dapat

mengubah kedewasaan dan tanggung jawab pada diri seseorang. Selain

(17)

2

untuk meningkatkan potensi diri bagi seseorang. Hal ini tercantum pada

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Dampak dari adanya pendidikan adalah timbul sebuah kecerdasan.

Kecerdasan dapat timbul dari proses pembelajaran di sekolah maupun

kegiatan di rumah. Hal tersebut dapat berarti pendidikan digunakan untuk

mengembangkan kecerdasan. Howard Gardner dalam Thirteen ed Online

(www.thirteen.org, 2004) membagi kecerdasan menjadi sembilan macam

yaitu:

1) Kecerdasan linguistik, 2) kecerdasan logis-matematis, 3) kecerdasan spasial-visual, 4) kecerdasan kinestetik-jasmani, 5) kecerdasan musikal,

6) kecerdasan antarpribadi, 7) kecerdasan intrapribadi, 8) kecerdasan naturalis, dan 9) kecerdasan eksistensial.

Beberapa kecerdasan yang telah disebutkan di atas, kecerdasan

yang terdapat pada siswa dan perlu dikembangkan ialah kecerdasan

antarpribadi atau interpersonal. Kecerdasan interpersonal timbul karena

manusia adalah makhluk sosial, maka kecerdasan interpersonal merupakan

(18)

3

Howard Gardner (1993: 253) In an advanced form, interpersonal

knowledge permits a skilled adult to read the intentions and desires—even

when these have been hidden—of many other individuals and, potentially,

to act upon this knowledge—for example, by influencing a group of

disparate individuals to behave along desired lines. Kecerdasan ini

meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat; kemampuan

membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan

menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis

tertentu misalnya, memengaruhi sekelompok orang untuk melakukan

tindakan tertentu.

Kecerdasan ini terutama menuntut kemampuan untuk menyerap

dan tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat dan hasrat orang lain.

Kecerdasan interpersonal termasuk kecerdasan yang perlu dikembangkan

karena berkaitan dengan hubungan antar siswa. Siswa yang memiliki

kecerdasan interpersonal yang baik dapat membina hubungan baik diantara

teman-temannya maupun orang-orang di sekitarnya.

Dampak dari adanya kecerdasan interpersonal adalah keterampilan

sosial. Siswa yang dapat membina hubungan baik dengan siswa lain

adalah siswa yang memiliki keterampilan sosial yang tinggi. Sri Habsari

(2005: 5) keterampilan sosial yaitu bentuk kecakapan dalam menggugah

tanggapan yang dikehendaki pada orang lain. Kecakapan ini meliputi

pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen

(19)

4

tim. Dapat dikatakan bahwa keterampilan sosial dan kecerdasan

interpersonal sama-sama berperan dalam menjalin interaksi yang baik

antar individu.

Hasil observasi peneliti di SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta,

siswa kelas dua suka bermain. Bermain merupakan kebutuhan anak. Hal

ini selaras dengan pendapat Rita Eka Izzati dkk (2008: 114) menyatakan

bahwa bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan sosial

anak. Dengan bermain anak dapat berinteraksi dengan teman yang banyak

memberikan berbagai pengalaman berharga. Siswa suka memainkan

permainan tradisional yang bersifat individu maupun kelompok. Tidak

sedikit juga yang suka membeli mainan untuk dirinya sendiri.

Pada kenyataannya, sebagian kecil siswa yang suka bermain ini

tidak hanya bermain pada saat jam istirahat, namun pada saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung. Hal ini dapat mengganggu tingkat

konsentrasi baik dirinya sendiri maupun teman-teman yang lain. Guru

kelas mengalami kesulitan dalam menggunakan komunikasi verbal

maupun non verbal untuk meningkatkan perhatian siswa. Siswa tidak

menghiraukan nasihat gurunya ketika diberikan pengarahan.

Reaksi anak-anak dalam kegiatan belajar mengajar ada

bermacam-macam. Siswa ada yang memperhatikan, ada pula yang asyik dengan

dunianya. Menurut guru kelas, siswa yang terlihat diam di kelas,

merupakan siswa yang tidak peduli terhadap kegiatan belajar mengajar di

(20)

5

mengajar ialah anak-anak yang kurang disukai oleh teman-temannya.

Anak-anak yang kurang disukai oleh teman-temannya termasuk kategori

anak yang tidak populer. Hal ini juga disampaikan oleh Rita Eka Izzaty,

dkk. (2008: 94) yang menjelaskan bahwa anak yang disukai dapat

meningkatkan kemampuan anak, tidak hanya dalam sosialnya namun juga

meningkatkan kemampuan kognitifnya. Terbukti pada respon terhadap

kegiatan belajar mengajar, anak yang tidak populer mempunyai

kecenderungan untuk tidak peduli. Dalam kehidupan sehari-hari, anak

yang mempunyai keterampilan sosial rendah akan berakibat pada interaksi

yang kurang kompleks dan menyenangkan. Anak menjadi kesulitan

bergabung dengan teman-temannya sehingga terjerat dalam lingkaran

penolakan dalam setiap tahap perkembangannya.

Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan yang diperlukan oleh

setiap siswa agar dapat berkembang lebih baik dalam hal interaksi maupun

aspek yang lain, termasuk keterampilan sosial. Setiap siswa perlu

memahami pendapat siswa satu sama lain, mengerti tentang kebutuhan

teman sebaya, guru, dan orang-orang di sekitarnya. Setiap siswa perlu

melatih keterampilan sosial satu sama lain dengan baik. Berdasarkan hal

tersebut, peneliti akan melaksanakan penelitian dengan judul: “Peningkatan Keterampilan Sosial melalui Strategi Thomas Armstrong di

(21)

6 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian masalah, beberapa hal yang menjadi masalah

pada penelitian, yaitu:

1. Beberapa siswa tidak memperhatikan guru ketika kegiatan belajar

mengajar berlangsung,

2. Siswa kurang mengerti tentang komunikasi terhadap gurunya ditandai

dengan tidak merespon apa yang guru sampaikan,

3. Beberapa siswa tidak peduli terhadap kegiatan belajar mengajar, dan

4. Beberapa siswa ada yang merasa tertolak oleh teman-teman sebayanya

C. Batasan Masalah

Beberapa siswa tidak memperhatikan kegiatan belajar mengajar,

kurang mengerti komunikasi terhadap guru kelas, dan merasa tertolak oleh

teman-teman sebayanya merupakan beberapa hal yang mengindikasikan

bahwa keterampilan sosial siswa kelas II SD Negeri Surokarsan 2 Kota

Yogyakarta perlu ditingkatkan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan maka

rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah ”Bagaimana

(22)

7 E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan sosial

siswa kelas II SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, manfaat dari

penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah

khazanah ilmu pengetahuan dan pengembangan teori terkait dengan

cara meningkatkan keterampilan sosial pada anak.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat

kepada:

a. Guru

Sebagai guru diharapkan dapat mengetahui berbagai teknik atau

cara untuk meningkatkan keterampilan sosial terhadap anak didik

demi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Salah satunya,

guru menggunakan Strategi Thomas Armstrong pada saat kegiatan

(23)

8 b. Siswa atau Anak

Sebagai anak didik atau siswa diharapkan mengalami peningkatan

keterampilan sosial demi pengembangan kepribadian yang lebih

(24)

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Sosial

1. Pengertian Keterampilan Sosial

Sri Habsari (2005: 5) keterampilan sosial yaitu bentuk kecakapan

dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.

Kecakapan ini meliputi pengaruh, komunikasi, kepemimpinan,

katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi,

dan kooperasi serta kemampuan tim. Nancy J. Patrick (2008: 42)

berpendapat bahwa:

Social skills are the capabilities that we are expected to use to interact with others in our society. They are based on the social norms of our society and they tell us what attitudes and behaviors are considered to be normal, acceptable and expected in a particular social situation.For you and me social skills are important because they allow us to interact with each other with predictability, so that we can more readily understand each other and be understood.

Keterampilan sosial adalah kemampuan yang diharapkan untuk menggunakan interaksi dengan yang lain di lingkungan kita sendiri. Keterampilan sosial berdasar pada norma sosial dalam lingkungan dan berisi tentang sikap, kebiasaan yang dipertimbangkan untuk menjadi normal, dapat diterima, dan diharapkan pada situasi sosial yang khusus. Keterampilan sosial adalah penting karena mampu berinteraksi satu sama lain dengan hal yang dapat diramalkan, jadi kita dapat lebih siap untuk mengerti dan dimengerti.

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah keterampilan

sosial merupakan kemampuan untuk menanggapi orang lain dalam

berinteraksi melalui sikap dan kebiasaan yang dapat diterima oleh

(25)

10 2. Ciri-Ciri Keterampilan Sosial

Nancy J. Patrick (2008: 43) Social skills consist of three basic

elements: social intake, internal process, and social output. Social intake

refers to our seeing and understanding the words, vocal inflection, body

language, eye contact, posture, gestures, and other cultural behaviors

accompanying a social message. Keterampilan sosial terdiri atas tiga

elemen: asupan sosial, proses internal, dan keluaran sosial. Asupan sosial

merujuk pada melihat dan memaknai kata, perubahan suara, bahasa

tubuh, kontak mata, postur, gestur, dan kebiasaan yang membudaya

lainnya yang mengantarkan pesan tertentu.

Euis Sunarti dan Rulli Purwani (2005:xxiv) mengungkapkan

bahwa keterampilan sosial merupakan salah satu keterampilan hidup (life

skill) yang harus dajarkan kepada anak sejak dini. Keterampilan sosial

adalah keterampilan primer yang perlu dimiliki oleh setiap individu

untuk menciptakan komunikasi efektif baik verbal dan non verbal kepada

individu yang lain.

Kesimpulan dari pendapat di atas adalah keterampilan sosial terdiri

dari tiga elemen yaitu: asupan sosial, proses internal, dan keluaran sosial

serta perlu untuk diajarkan sejak dini agar keterampilan berinteraksi

(26)

11 B. Kecerdasan Interpersonal

1. Pengertian Kecerdasan Interpersonal

Howard Gardner (1993: 253) In an advanced form, interpersonal

knowledge permits a skilled adult to read the intentions and desires—

even when these have been hidden—of many other individuals and,

potentially, to act upon this knowledge—for example, by influencing a

group of disparate individuals to behave along desired lines. Kecerdasan

ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat;

kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan

kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan

pragmatis tertentu misalnya, memengaruhi sekelompok orang untuk

melakukan tindakan tertentu.

Kecerdasan interpersonal disebut juga kecerdasan antarpribadi. Ini

adalah kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang

lain. Kecerdasan ini terutama menuntut kemampuan untuk mencerap dan

tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat dan hasrat orang lain

(Armstrong, 2002: 4).

Julia Jasmine (2012: 26) berpendapat bahwa kecerdasan

interpersonal ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan

dalam berbagai macam aktivitas sosial serta ketaknyamanan atau

keengganan dalam kesendirian dan menyendiri. Orang yang memiliki

jenis kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara

(27)

12

sama, juga kerap merasa senang bertindak sebagai penengah atau

mediator dalam perselisihan dan pertikaian baik di sekolah maupun di

rumah.

Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami

dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Hal ini terlihat pada

guru, pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses adalah pendapat Linda

Campbell, dkk (2002: 3)

May Lwin, dkk (2008: 197) menerangkan bahwa kecerdasan

interpersonal merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan

orang-orang di sekitar kita. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk

memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati,

maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak.

Kecerdasan inilah yang memungkinkan kita untuk membangun

kedekatan, pengaruh, pimpinan dan membangun hubungan dengan

masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, kecerdasan interpersonal merupakan

kecerdasan yang merujuk pada kemampuan berinteraksi dengan orang

lain secara layak.

2. Indikator Kecerdasan Interpersonal

Robert Bolton (dalam Armstrong, 2002: 106) membagi komunikasi

antarpribadi menjadi empat area dasar, yaitu: keterampilan

(28)

13

untuk menyelesaikan masalah. Saran yang diberikan Bolton untuk

meningkatkan kemampuan mendengarkan secara aktif di antaranya:

a. Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian b. Mempertahankan sikap terbuka

c. Menghindari gerakan yang mengganggu d. Menjalin kontak mata yang baik

e. Menggunakan kalimat pembuka yang cocok untuk berkomunikasi f. Memberikan isyarat sederhana selama berkomunikasi untuk

mendorong seseorang menyampaikan kisahnya

g. Mempertahankan sikap diam yang penuh perhatian ketika orang lain sedang berbicara

h. Merumuskan kembali pokok pembicaraan orang lain

i. Menunjukkan empati kepada orang lain, dan dengan ringkas menyarikan inti percakapan.

Sebuah inteligensi interpersonal memungkinkan kita untuk bisa

memahami dan berkomunikasi dengan orang lain melihat perbedaan

dalam mood, temperamen, motivasi, dan kemampuan. Termasuk juga

kemampuan untuk membentuk dan juga menjaga hubungan, serta

mengetahui berbagai peranan yang terdapat dalam suatu kelompok, baik

sebagai anggota, maupun sebagai pemimpin. Kemampuan interpersonal

ini terlihat jelas pada orang-orang yang memiliki kemampuan sosial yang

baik, seperti pemimpin politik atau agama, para orang tua yang trampil,

guru, ahli terapi, ataupun konselor. Individu yang memiliki komitmen

yang nyata dan ahli dalam membuat orang lain hidup lebih baik, bahwa

menunjukkan kemampuan inteligensi interpersonal siswa berkembang

positif.

Gordon Dryden dan Dr. Jeanette Vos (1999: 352) menambahkan

(29)

14

pada: politisi, guru, pemimpin religius, penasihat, penjual, manajer, relasi

publik, dan orang yang senang bergaul. Dapat dibagi atas ciri-ciri

berikut:

a. Kemampuan negosiasi tinggi

b. Mahir berhubungan dengan orang lain, c. Mampu membaca maksud hati orang lain

d. Menikmati berada di tengah-tengah orang banyak e. Memiliki banyak teman

f. Mampu berkomunikasi dengan baik, kadang-kadang bermain manipulasi

g. Menikmati kegiatan bersama h. Suka menengahi pertengkaran i. Suka bekerjasama

j. Membaca situasi sosial dengan baik.

Gordon Dryden dan Dr. Jeanette Vos (1999: 352) juga menjelaskan

cara mudah dalam membelajarkan kecerdasan interpersonal terhadap

peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Melakukan aktivitas belajar bersama-sama.

b. Memberi banyak waktu rehat untuk bersosialisasi. c. Gunakan aktivitas belajar “pasangandan berbagi”. d. Gunakan keterampilan berhubungan dan berkomunikasi. e. Adakan pesta dan perayaan belajar.

f. Padukan sosialisasi dengan seluruh mata pelajaran. g. Bekerja dalam tim dan belajar lewat layanan. h. Ajari orang lain.

i. Gunakan sebab akibat.

N.K. Humphrey (dalam Linda Campbell, dkk 2002: 172)

berpendapat bahwa ciri-ciri orang yang memiliki inteligensi interpersonal

yang bagus antara lain:

a. Terikat dengan orang tua dan berinteraksi dengan orang lain. b. Membentuk dan menjaga hubungan sosial.

c. Mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain.

(30)

15

e. Berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksanakan oleh bawahan sampai pimpinan, dalam suatu usaha bersama.

f. Mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain.

g. Memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik dengan cara verbal maupun nonverbal.

h. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan grup yang berbeda dan juga umpan balik (feedback) dari orang lain.

i. Menerima perspektif yang bermacam-macam dalam masalah sosial dan politik.

j. Mempelajari ketrampilan yang berhubungan dengan penengah sengketa (mediator), berhubungan dengan mengorganisasikan orang untuk bekerjasama ataupun bekerja sama dengan orang dari berbagai macam background dan usia.

k. Tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal seperti mengajar, pekerjaan sosial, konseling, manajemen atau politik.

l. Membentuk proses sosial atau model yang baru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

ciri-ciri atau indikator orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal

tinggi adalah orang-orang yang dapat memahami perasaan orang lain,

mendahulukan kepentingan orang lain, menjaga hubungan sosial dengan

baik, serta dapat menyesuaikan diri dengan orang-orang di lingkungan

sekitar maupun di lingkungan baru. Kemudian, beberapa profesi yang

membutuhkan kecerdasan interpersonal yang baik adalah politisi, guru,

pemimpin religius, penasihat, penjual, manajer, relasi publik, dan orang

yang senang bergaul.

3. Pentingnya Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal

May Lwin, dkk (2008: 198) berpendapat bahwa mengembangkan

kecerdasan interpersonal adalah penting karena beberapa alasan berikut

(31)

16

a. Untuk menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial dan mudah

menyesuaikan diri.

b. Menjadi berhasil dalam pekerjaan.

c. Demi kesejahteraan emosional dan fisik.

Sedangkan Andyda Meliala (2004: 77) menjelaskan bahwa anak

yang memiliki kecerdasan interpersonal mempunyai kelebihan sebagai

berikut:

a. Mudah mendapatkan teman dan tidak pemalu.

b. Senang berada di sekitar orang-orang dengan kata lain mudah menyesuaikan diri.

c. Rasa ingin tahu yang dalam terhadap orang lain, meliputi perasaan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain.

d. Cenderung terlebih dahulu mengajak berbicara orang-orang yang baru dikenal, lebih cepat membangun keakraban.

e. Berbagi mainan dan makanan terhadap teman. f. Mengalah pada anak lain.

g. Mau menunggu giliran dalam bermain, tidak egois.

Goleman (1995) dalam buku Thomas R. Hoerr (2007: 109) dengan

judul Buku Kerja Multiple Intelligences menjelaskan bahwa banyak

bukti yang menyatakan bahwa orang-orang yang cakap secara emosional

yang mengetahui dan mengelola perasaan-perasaan siswa sendiri dengan

baik, dan yang dapat membaca dan menanggapi perasaan orang lain

secara efektif adalah orang yang sangat beruntung dalam segala bidang

kehidupan. Orang-orang yang cakap secara emosional yang berkembang

baik cenderung puas dan efektif dalam kehidupannya, menguasai

kebiasaan-kebiasaan pikiran yang meningkatkan produktivitas siswa.

Pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manfaat dari

(32)

17

secara emosional yang mengetahui dan mengelola perasaan-perasaan

dengan baik, dan yang dapat membaca dan menanggapi perasaan orang

lain secara efektif serta sangat menguntungkan di dalam segala bidang

kehidupan pada masa-masa mendatang.

C. Hubungan antara Keterampilan Sosial dan Kecerdasan

Interpersonal

Sri Habsari (2005: 5) keterampilan sosial yaitu bentuk kecakapan

dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.

Kecakapan ini meliputi pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator

perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi, dan

kooperasi serta kemampuan tim.

Howard Gardner (1993: 253) In an advanced form, interpersonal

knowledge permits a skilled adult to read the intentions and desires—even

when these have been hidden—of many other individuals and, potentially,

to act upon this knowledge—for example, by influencing a group of

disparate individuals to behave along desired lines. Kecerdasan ini

meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat; kemampuan

membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan

menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis

tertentu misalnya, memengaruhi sekelompok orang untuk melakukan

(33)

18

Keterampilan sosial dan kecerdasan interpersonal adalah

kemampuan untuk menanggapi secara efektif interaksi antar individu di

dalam setiap situasi sosial tertentu. Dengan kata lain, baik keterampilan

sosial maupun kecerdasan interpersonal adalah saling mempengaruhi

seperti yang diungkapkan oleh Richard M. Eisler (1980: 20) Individuals

who have been exposed to inadequate models or who are reinforced for

inappropriate social behaviour typically do not develop the social skills to

be successful in their interpersonal relationship. Individu yang memiliki

kekurangan contoh atau yang diperkuat dengan kebiasaan sosial yang tidak

pantas, dia tidak berhasil mengembangkan keterampilan sosial dalam

hubungan interpersonalnya. Ditambah dengan pendapat dari Zigler and

Philips (dalam Richard M. Eisler, 1980: 5) A second notion of personal

competence utilized the concept of social attainment. That is, competence

was based on the individual’s ability to achieve and maintain

interpersonal relationships necessary to succeed in a number of socially

important areas of life, such as marriage, education, and occupation.

Dugaan kedua adalah kompetensi personal digunakan pada konsep

pencapaian sosial. Maka, kompetensi sosial didasarkan pada kemampuan

individu untuk mencapai dan memelihara hubungan interpersonal untuk

beberapa area kehidupan seperti pernikahan, pendidikan dan pekerjaan.

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah keterampilan

(34)

19

diperlukan untuk memelihara hubungan sosial dalam berbagai aspek

kehidupan.

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

1. Karakteristik Siswa Kelas Rendah

Rita Eka Izzati, dkk (2008: 116) menyatakan bahwa masa kanak-kanak

dibagi atas dua fase yaitu:

a) Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara

usia 6/7 tahun – 9/10 tahun, biasanya siswa dudu di kelas 1, 2, dan 3

Sekolah Dasar, dan

b) Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara

usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 4, 5,

dan 6 Sekolah Dasar.

Adapun ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar antara lain:

a) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.

b) Suka memuji diri sendiri.

c) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.

d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.

e) Suka meremehkan orang lain.

2. Prinsip Pembelajaran Siswa Kelas Rendah

Piaget (1950 dalam Sekar Purbarini Kawuryan) menyatakan bahwa

setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan

beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif).

(35)

20

schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil

pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman

tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi

(menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran)

dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran

untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus

menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi

seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat

membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perilaku belajar anak sangat

dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya.

Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses

belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional konkret.

Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar

sebagai berikut:

1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.

2) Mulai berpikir secara operasional.

3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda.

4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.

(36)

21

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut,

kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

1) Konkrit

Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal

yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak

atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber

belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil

belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan

peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga

lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat

dipertanggungjawabkan.

2) Integratif

Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang

dipelajari sebagai suatu keutuhan, siswa belum mampu memilah-milah

konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak

yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

3) Hierarkis

Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang

secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih

kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan

mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan

(37)

22

E.Strategi untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal

1. Strategi Thomas Armstrong

Dalam buku Thomas Armstrong yang berjudul Sekolah Para Juara,

terdapat bagaimana cara untuk mengajarkan kecerdasan majemuk,

khususnya meningkatkan keterampilan sosial siswa. Strategi pengajaran

yang disusun oleh Thomas Armstrong adalah sebagai berikut:

a) Berbagi rasa dengan teman sekelas

Strategi berbagi rasa dengan teman sekelas adalah strategi yang

paling mudah dilakukan. Strategi ini melibatkan teman sekelas untuk

menjadi partner dalam membagi perasaan atau materi yang akan

disampaikan. Guru akan meminta siswa untuk berpasangan (memilih

sendiri atau di lotre). Setelah berpasangan, siswa diminta untuk membagi

materi yang ia dapatkan melalui cerita atau saling melempar pertanyaan

dengan teman yang menjadi pasangannya. Disini teman dapat menjadi

tutor (tutor teman sebaya).

b) Formasi Patung dari Orang

Formasi patung dari orang adalah sebuah strategi dimana teman

menjadi sebuah alat peraga bagi pasangannya. Misal, dalam keadaan

berpasangan atau berkelompok, siswa sedang membahas materi rangka.

Beberapa siswa berfungsi sebagai masing-masing tulang di dalam tubuh

manusia. Misal, seorang anak menjadi tulang paha, satu anak lagi

(38)

23

di kelas. Strategi ini bersifat fleksibel terhadap segala materi

pembelajaran.

c) Kerja kelompok

Pembentukan kelompok kecil untuk mencapai tujuan pengajaran

umum adalah komponen utama model belajar kelompok. Kelompok akan

efektif jika terdiri dari tiga sampai delapan siswa. Setiap siswa

mempunyai cara tersendiri untuk mengerjakan tugasnya. Setiap anggota

kelompok mempunyai tanggung jawab tersendiri. Kerja kelompok

memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama untuk mencapai

suatu tujuan.

d) Board games/ permainan papan

Board games adalah cara belajar pada konteks lingkungan sosial

informal yang menyenangkan. Di satu sisi, siswa dapat mengobrol,

mendiskusikan aturan permainan, melemparkan dadu, dan tertawa.

Namun, di sisi yang lain, siswa terlibat dalam proses mempelajari

keterampilan atau topik yang menjadi fokus game tersebut. Game

semacam ini bisa dikatakan mirip ular tangga, halma, atau permainan

papan yang lainnya namun pada kotak-kotak tertentu diberikan lipatan

kertas kecil atau kode yang berisi pertanyaan atau pernyataan. Papan

dapat di desain sedemikian rupa sehingga dapat digunakan secara

(39)

24 e) Simulasi

Simulasi melibatkan sekelompok orang yang secara bersama-sama menciptakan lingkungan “serba seandainya”. Tatanan sementara ini

mempersiapkan suasana untuk kontak yang lebih langsung dengan materi

yang dipelajari. Misalnya, siswa sedang mempelajari periode sejarah

tertentu, kemudian siswa mengenakan pakaian pada era tertentu, serta

kelas diatur sebagaimana konteks yang sedang dijalankan. Simulasi ini

dapat bersifat improvisasi dan spontan, memainkan skenario yang dibuat

oleh guru. Meskipun melibatkan sejumlah kecerdasan (di antaranya

kecerdasan kinestetis, linguistik, dan spasial), strategi ini dimasukkan ke

dalam kategori interpersonal karena interaksi antar siswa yang terjadi

dapat membantu siswa mengembangkan tingkat pemahaman yang baru.

Melalui percakapan dan bentuk-bentuk interaksi yang lain, siswa

mendapatkan pandangan dari sudut pandang orang-orang yang langsung

mengalami topik yang dipelajari. Hampir sama dengan pembelajaran

kontekstual dimana siswa seakan-akan mempelajari materi dengan nyata.

2. Strategi Linda Campbell

Linda Campbell, (2002: 173) berpendapat bahwa kecerdasan

interpersonal sangatlah erat kaitannya dengan orang lain, sehingga

banyak pengajar yang kesulitan apabila tidak mengelompokkan

(40)

25

Berikut adalah tahapan proses pembelajaran kolaborasi serta

kategori-kategori lain mengenai aktivitas pembelajaran interpersonal:

a) Membangun lingkungan interpersonal yang positif

Membangun lingkungan yang positif dapat membentuk kecerdasan

interpersonal terutama pada siswa. Membangun lingkungan positif pada

siswa dapat dilakukan dalam proses belajar. Belajar akan lebih produktif

dan menyenangkan jika siswa merasakan suatu perasaan memiliki dan

siswa merasa kelasnya berfungsi sebagai komunitas yang mendukung

dan peduli. Cara membentuk lingkungan komunitas yang peduli salah

satunya adalah mengubah individu di kelas tersebut menjadi suatu goup

yang efektif dan kohesif. Kriteria group yang efektif dan kohesif di kelas

dapat dilakukan dengan:

b) Penetapan Peraturan dan Norma Kelas

Penetapan norma dan peraturan kelas dilakukan secara

bersama-sama sehingga siswa dapat mengetahui apa yang diharapkan dari siswa

dan teman-teman sebayanya, serta dalam menumbuhkan hubungan yang

positif dapat lebih mudah untuk di bentuk. Dengan menggunakan proses

demokrasi dalam menentukan norma dan peraturan kelas, para siswa

dapat bertanggung jawab atas perbuatan siswa sendiri dan juga atas

partisipasinya sebagai anggota kelompok.

c) Pertemuan Kelas

Jika peraturan kelas sudah terlaksana, hubungan antara siswa pun

(41)

26

pertemuan kelas dalam sekali seminggu. Pertemuan kelas seperti ini

dapat membantu perkembangan etnis, sosial dan afeksi siswa pada kelas

tersebut, serta dapat membantu terbentuknya rasa kebersamaan dan juga

bisa saling membantu tumbuhnya sportifitas antara guru dengan siswa.

d) Pembelajaran kolaboratif

Pembelajaran kolaboratif dapat diwujudkan dengan pembelajaran

kooperatif. Dimana pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran

dengan membentuk kelompok dalam kelompok. Tujuannya akan ditemui

banyak perbedaan pendapat dan pikiran dari masing-masing anggota,

maka terjadilah proses kolaboratif dalam pengambilan kesimpulan.

e) Penanganan konflik

Konflik merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dalam hidup.

Konflik dapat dipandang sebagai suatu tantangan yang mampu

mengajarkan cara-cara positif dan konstruktif dalam menangani masalah

perselisihan. Salah satu cara untuk mengenalkan manajemen konflik pada

anak adalah dengan cara mengidentifikasi sebab-sebab umum konflik.

Sebab-sebab umum konflik antara lain:

1) kepentingan individu tidak terpenuhi, 2) kekuatan tidak sama,

3) komunikasi tidak efektif/ tidak terjadi komunikasi, 4) perbedaan nilai dan prioritas,

5) perbedaan persepsi dalam memandang situasi, dan 6) pendekatan belajar dan personalitas berbeda.

Aspek menarik lainnya adalah bagaimana seseorang merespon

konflik itu. Ada banyak cara dalam menangani konflik yaitu

(42)

27

kompromi. Dengan mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi konflik

maka dapat meningkatkan hubungan positif terhadap anak, peduli

terhadap orang lain, kemampuan dan keinginan untuk berbagi,

bekerjasama dan saling membantu dalam kesulitan.

f) Belajar melalui tugas sosial/jasa

Dengan belajar melalui pelayanan sosial anak dapat memupuk

suatu bentuk kepedulian dan persamaan dalam suatu sekolah yang

bersifat positif antara teman dan lingkungan sekitarnya. Anak dapat

memperoleh wawasan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman

pelayanan sosial. Anak akan menghargai bagaimana kebersamaan yang

telah diciptakan.

g) Menghargai perbedaan

Strategi ini membantu siswa dalam membangun kemampuan untuk

menghargai perbedaan. Hal tersebut sangatlah penting untuk memberi

contoh perilaku yang baik dalam lingkungan belajar. Perbedaan individu

menjadi hal yang krusial dalam sebuah pembelajaran. Siswa diminta

untuk menerima sifat dan kebiasaan dari teman lain karena memang

siswa satu dengan siswa lainnya diciptakan berbeda-beda.

h) Membangun perspektif yang beragam

Persepsi kita terhadap orang lain dan terhadap situasi yang berbeda

berasal dari pengalaman hidup, sistem nilai asumsi dan pengharapan

dapat dinyatakan bahwa setiap orang merasakan dunia secara berbeda.

(43)

28

siswa sekolah dasar adalah dengan mempelajari suatu cerita dari sudut

pandang yang beragam.

i) Pemecahan masalah global dan lokal dalam pendidikan multikultural

Mengintegrasikan informasi multikultur dalam isi area bertujuan

untuk meleburkan pembelajaran multikultural ke dalam kurikulum

dengan sukses. Guru harus melihat bahwa sangatlah penting untuk

memakai contoh dan isi dari budaya yang beragam dalam seluruh area

disiplin ilmu pengetahuan.

j) Teknologi yang meningkatkan inteligensi interpersonal

Pendidikan jarak jauh memfasilitasi komunikasi antara guru dan

siswa di belahan bumi lain. Teknologi interaktif ini menciptakan

hubungan interpersonal yang meluas, meningkat, dan bahkan dapat

menghancurkan penghalang budaya. Karena itu, siswa dan guru dapat

belajar berkomunikasi dengan cara baru yang tepat.

Diantara Strategi Thomas Armstrong dan Campbell, peneliti

memilih Strategi Thomas Armstrong dikarenakan indikator kegiatan dari

strategi tersebut memungkinkan untuk dilakukan di dalam kelas dengan

cara dikolaborasikan kan dengan semua mata pelajaran.

F. Kerangka Pikir

Julia Jasmine (2012: 26) berpendapat bahwa kecerdasan

interpersonal ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan

(44)

29

keengganan dalam kesendirian dan menyendiri. Orang yang memiliki jenis

kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok

(bekerja kelompok), belajar sambil berinteraksi dan bekerja sama, juga

kerap merasa senang bertindak sebagai penengah atau mediator dalam

perselisihan dan pertikaian baik di sekolah maupun di rumah. Kecerdasan

interpersonal memiliki dampak terhadap timbulnya keterampilan sosial.

Keterampilan sosial siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2

Yogyakarta belum berkembang secara optimal. Hal ini ditandai dengan

sebagian besar siswa belum mengerti makna komunikasi verbal dan non

verbal. Pada saat pembelajaran di kelas, siswa banyak yang tidak

memperhatikan. Pada saat guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar

Kemudian, ada juga siswa yang suka mengganggu temannya. Adanya

siswa yang merasa tertolak oleh teman-temannya di kelas, dan belum ada

upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan keterampilan sosial siswa.

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

keterampilan sosial siswa, salah satunya strategi dari Thomas Armstrong.

Strategi ini mempunyai cara-cara yang dapat dikolaborasikan pada setiap

pembelajaran. Upaya untuk meningkatkan keterampilan sosial tidak dapat

berdiri sendiri, maka dari itu cara-cara tersebut diaplikasikan melalui

(45)
[image:45.595.157.527.92.312.2]

30

Gambar 1. Kerangka Pikir Peningkatan Keterampilan Sosial melalui Strategi Thomas Armstrong

Gambar di atas menunjukkan bahwa strategi untuk meningkatkan

keterampilan sosial adalah dengan berbagi rasa dengan teman sekelas,

formasi patung dari orang, kerja kelompok, board games atau permainan

papan, simulasi, jurnal guru, dan buku harian siswa.

G.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan hal tersebut, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

keterampilan sosial siswa kelas II SD Negeri Surokarsan 2 Kota

Yogyakarta dapat meningkat melalui strategi Thomas Armstrong.

Meningkatkan Keterampilan

Sosial a) Berbagi rasa dengan

teman sekelas b) Formasi patung dari

orang

c) Kerja kelompok d) Board games/

permainan papan e) Simulasi

f) Jurnal Guru

(46)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian tindakan dalam

melakukan penelitian ini. Dalam bahasa Inggris, Penelitian Tindakan

disebut juga Action Research. Ebbutt (1985 dalam Rochiati Wiriaatmadja,

2005: 12) mengemukakan penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari

upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru

dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan

refleksi siswa mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Dave Ebbutt dan Kemmis (1985, dalam David Hopkins, 2011: 88)

menulis bahwa penelitian tindakan merupakan studi sistematis yang

dilaksanakan oleh sekelompok partisipan untuk meningkatkan praktik

pendidikan dengan tindakan-tindakan praktis siswa sendiri dan refleksi

siswa terhadap pengaruh dari tindakan itu sendiri. Sederhananya,

penelitian tindakan merupakan cara yang digunakan sekelompok orang

untuk mengorganisasi kondisi-kondisi yang di dalamnya siswa dapat

belajar dari pengalamannya sendiri. (Kemmis).

Penelitian tindakan merupakan uji coba gagasan dalam bentuk

praktik dengan harapan agar mampu mengembangkan atau mengubah

sesuatu, mencoba memberikan pengaruh nyata terhadap situasi tertentu.

(47)

32

Penelitian tindakan adalah perbaikan yang dilakukan secara

terencana, bertujuan, sistematis, terstruktur, dan terukur melalui penelitian.

Dengan demikian, penelitian tindakan merupakan penelitian yang

mengupayakan perbaikan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah semua anak kelas dua SD Negeri

Surokarsan 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Anak didik berjumlah

24 anak yang terdiri 16 laki-laki dan 8 anak perempuan. Objek penelitian

adalah peningkatan keterampilan sosial melalui Strategi Thomas

Armstrong.

C. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Lokasi Penelitian Tindakan ini dilakukan di SD Negeri Surokarsan

2 Yogyakarta. Sekolah Dasar Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta terletak

Jalan Taman Siswa Gang Basuki, MG II/582 Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester dua (genap) tahun pelajaran

2015/2016, pada bulan Februari sampai dengan Maret. Waktu

(48)

33 D. Prosedur Penelitian

Model penelitian yang dipilih peneliti adalah model kompleksitas

oleh Muir dalam (Nusa Putra, 2014: 50). Secara hakiki model ini tidak

berbeda dengan model-model yang lain. Cara penggambarannya

menunjukkan kompleksitas yang lebih terurai karena ada perbedaan

tahapan dan siklus. Dalam pelaksanaan, tahapan dan siklus bisa terus

bertambah sesuai dengan kompleksitas tujuan dan masalahnya. Untuk

mendapatkan gambaran yang jelas sehubungan dengan proses penelitian

tindakan, berikut ini penjelasan prosesnya:

1. Tahap Pencaritemuan dan Perumusan Masalah

Pencaritemuan dan perumusan masalah dilakukan secara induktif,

berdasarkan data lapangan yang berasal dari latar atau konteks

penelitian. Pencaritemuan dan perumusan masalah bisa dilakukan oleh

peneliti dari luar yang melakukan pengamatan, wawancara, dan

analisis dokumen di dalam konteks penelitian.

2. Perumusan Rencana Tindakan

Perumusan dimulai dengan perumusan tujuan-tujuan khusus tindakan

yang diuraikan dengan jelas, terukur, dan spesifik. Tujuan-tujuan

khusus inilah yang aka dicapai melalui pelaksanaan tindakan.

Selanjutnya, ditentukan indikator pencapaian tujuan, diikuti

(49)

34 3. Pengumpulan Data Awal

Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti harus mendapatkan data terkait

dengan keterampilan sosial siswa kelas dua SD Negeri Surokarsan 2.

Peneliti mendapatkan data awal tersebut melalui wawancara dengan

guru kelas dua sebagai narasumbernya.

4. Pelaksanaan Tindakan

Dalam penelitian tindakan, pelaksanaan tindakan merupakan tahapan

yang sangat penting sebab perubahan menuju perbaikan dilakukan

pada tahap ini. Oleh karena itu, perencanaan tindakan yang telah

disusun dengan jelas dan terperinci harus dipastikan dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Keterlibatan peneliti dapat

dikategorikan sebagai berikut:

a. Terlibat dalam pelaksanaan kegiatan, misalnya mengarahkan agar

kegiatan berjalan dengan sebaik-baiknya.

b. Terlibat mengawasi dan mengontrol agar kegiatan dilakukan sesuai

dengan rencana serta mencapai tujuan.

c. Terlibat mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara.

Dalam hal ini peneliti menggunakan keterlibatan poin a, karena

pelaksana proses kegiatan belajar mengajar adalah guru, bukan

peneliti.

5. Observasi/Monitoring

Selama pelaksanaan tindakan yang terdiri dari rangkaian kegiatan,

(50)

35

monitoring atau pemantauan. Peneliti menggunakan lembar observasi

agar terfokus dan terstruktur.

6. Pengumpulan Data dan Analisis Data

Seluruh data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan sifat

data. Data kualitatif dianalisis secara kualititatif, dan data kuantitatif

dianalisis secara kuantitatif. Analisis data harus menggambarkan

proses dan hasil pelaksanaan penelitian tindakan. Hasil analisis data

yang rinci akan membantu proses refleksi.

7. Refleksi

Pada hakikatnya, refleksi adalah penilaian yang mendalam, lengkap,

dan terperinci dengan cara mempertanyakan. Ini sangat penting,

dilakukan karena refleksi bukan hanya digunakan untuk menilai

pelaksanaan tindakan, tetapi lebih dari itu, refleksi dipakai sebagai

dasar untuk meningkatkan rencana tindakan bagi pelaksanaan tindakan

pada siklus berikutnya.

8. Penyusunan Rencana Tindakan Selanjutnya

Hasil refleksi kemudian dimanfaatkan untuk menyusun rencana

tindakan berikutnya. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan

dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnya, yaitu pertama,

penyusunan rencana tindakan pada tahapan ini merupakan kelanjutan

dari tindakan pada tahapan sebelumnya. Oleh sebab itu, harus terlihat

adanya kemajuan. Kedua, harus ada fokus baru, dan ketiga harus

(51)

36 9. Pelaksanaan Tindakan Lanjutan

Setelah rencana tindakan disusun, dilakukanlah pelaksanaan tindakan.

Prinsip-prinsip pelaksanaan tindakan sama seperti pada tahapan

pelaksanaan tindakan sebelumnya.

10.Analisis Data Akhir dan Pembuatan Laporan Akhir

Setelah semua siklus dilalui, peneliti harus mengumpulkan semua data.

Tujuan dari analisis data akhir ini adalah mencaritemukan berbagai

kelebihan dan kekurangan rencana pelaksanaan tindakan. Dengan

demikian, diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang tahapan dan

proses penelitian. Begitu pula dengan hasil-hasil yang diperoleh

dikaitkan dengan pemenuhan indikator dan pencapaian tujuan-tujuan

khusus dan tujuan umum. Hasil analisis akhir ini kemudian menjadi

bahan untuk laporan akhir. Dalam laporan akhir semua yang terkait

dengan penelitian ini harus dijelaskan. Oleh karena itu, laporan akhir

ini juga harus diperkaya dengan foto-foto pelaksanaan kegiatan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Nana Syaodih Sukmadinata (2012: 216) menyatakan bahwa ada

beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, angket, observasi

dan studi dokumenter. Peneliti mengumpulkan data melalui observasi.

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau

cara mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan terhadap

(52)

37

parsitipatif ataupun nonparsitipatif. Dalam observasi parsitipatif

(participatory observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang

sedang berlangsung. Sedangkan observasi nonpartisipatif

(nonparticipatory observation) peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan, dia

hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan (Nana

Syaodih Sukmadinata, 2012: 220).

Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi nonpartisipatif.

Peneliti mengamati proses pembelajaran dengan Strategi Thomas

Armstrong di kelas dua SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta.

F. Desain Tindakan

Desain tindakan yang dipakai oleh peneliti adalah desain tindakan

kompleksitas dari Muir dalam (Nusa Putra, 2014: 50). Desain tindakan

[image:52.595.153.560.486.682.2]

tersebut berbentuk spiral seperti gambar di bawah ini:

(53)

38

Secara detail, langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Siklus I

Langkah-langkah siklus I adalah sebagai berikut:

a. Observasi (Defining the Issue Initial Observations and Existing

Data)

Dalam tahapan yang pertama kali, peneliti melakukan observasi

terkait dengan keterampilan sosial siswa kelas dua SD Negeri

Surokarsan 2 Yogyakarta.

b. Perencanaan (Planning Action Intervention)

Pada tahapan perencanaan di setiap siklus, peneliti menyusun

perencanaan antara program guru dengan siswa melalui kegiatan

belajar mengajar di kelas. Strategi Thomas Armstrong yang

dilakukan ditambah dengan program yang dibuat oleh peneliti pada

teknik tertulis. Kegiatan perencanaan program guru dengan siswa

yaitu:

1. Teknik Tertulis

a) Jurnal Guru

Jurnal Guru berisi tentang kolaborasi antara jadwal pelajaran

dan strategi dari Thomas Armstrong yang akan dipakai

untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas dua SD

Negeri Surokarsan 2. Jurnal Guru sebagai alat untuk

(54)

39

guru untuk mengajarkan kepada siswa, khususnya mata

pelajaran dan strategi pembelajaran yang akan

dikolaborasikan.

b) Buku Harian Siswa

Buku harian siswa berisi tentang refleksi siswa dan partner

kerja nya pada hari itu. Siswa dapat menulis secara bebas

pada setiap satu halaman buku harian siswa.

2. Teknik Mengajar dengan Strategi Thomas Armstrong

a) Mengajar menggunakan strategi berbagi rasa dengan teman

sekelas.

b) Mengajar menggunakan strategi formasi patung dari orang.

c) Mengajar menggunakan strategi kerja kelompok.

c. Tindakan (Taking Action/ Intervening)

Tahap ketiga dari siklus adalah tindakan peneliti dalam

meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas dua SD Negeri

Surokarsan 2 Yogyakarta. Tindakan akan dilakukan selama dua

(55)
[image:55.595.184.517.89.334.2]

40

Tabel 1. Teknik Penelitian Siklus I Minggu Hari Mata

Pelajaran Teknik Tertulis Teknik Mengajar Minggu I

Senin Matematika JG BHS

Kerja kelompok

Selasa Bahasa Indonesia JG BHS Berbagi rasa dengan teman sekelas

Rabu IPA JG

BHS

Formasi patung dari orang Minggu

II

Senin PKn JG

BHS

Berbagi rasa dengan teman

sekelas Rabu Bahasa

Indonesia

JG BHS

Formasi patung dari orang Kamis Matematika JG

BHS

Kerja kelompok

Keterangan: JG = Jurnal Guru

BHS = Buku Harian Siswa

Setelah menggunakan Strategi Thomas Armstrong dalam proses

kegiatan belajar mengajar, maka kemudian peneliti memantau

peningkatan keterampilan sosial siswa kelas dua SD Negeri

Surokarsan 2 Yogyakarta dengan menggunakan tabel indikator

keterampilan sosial siswa.

d. Analisis dan Refleksi (Analyzing and Reflecting on

Action/Intervention)

Tahap terakhir dari siklus ini adalan menganalisis dan refleksi.

Tujuannya untuk memantau bagaimana peningkatan keterampilan

sosial siswa kelas dua SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta. Selain

(56)

41

peneliti dan guru bertukar pikiran terhadap kekurangan terkait

dengan strategi pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Siklus II

Tahapan yang dilakukan adalah sama yaitu observasi, perencanaan,

tindakan, dan analisis data dan refleksi kemudian dibandingkan pada

siklus awal, indikator peningkatan, dan kondisi pada siklus akhir.

Langkah-langkah siklus II adalah sebagai berikut:

a. Observasi (Defining the Issue Initial Observations and Existing

Data)

Siklus berikutnya dilaksanakan untuk memperbaiki siklus

sebelumnya. Terdapat perbedaan materi pada siklus yang kedua

dengan memperhatikan kendala-kendala yang dihadapi peneliti pada

saat melakukan siklus sebelumnya.

b. Perencanaan (Planning Action Intervention)

Pada tahapan perencanaan, peneliti menyusun perencanaan antara

program guru dengan siswa melalui kegiatan belajar mengajar di

kelas. Program tersebut masih sama dengan siklus sebelumnya.

Kegiatan perencanaan program guru dengan siswa yaitu:

1. Teknik Tertulis

a) Jurnal Guru

Jurnal Guru berisi tentang kolaborasi antara jadwal pelajaran

(57)

42

untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas dua SD

Negeri Surokarsan 2.

b) Buku Harian Siswa

Buku harian siswa berisi tentang refleksi siswa dan partner

kerja nya pada hari itu. Siswa dapat menulis secara bebas

pada setiap satu halaman buku harian siswa.

c. Tindakan (Taking Action/Intervening)

Tahap ketiga dari siklus II adalah tindakan peneliti dalam

meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas dua SD Negeri

Surokarsan 2 Yogyakarta. Tindakan akan dilakukan selama dua

minggu dengan tiga kali pertemuan pada setiap minggunya.

Tabel 2. Teknik Penelitian Siklus II

Minggu Hari Mata Pelajaran Teknik Tertulis Teknik Mengajar Minggu III

Selasa Matematika JG BHS

Board Games

Rabu IPA JG

BHS

Simulasi

Kamis IPS JG

BHS Berbagi rasa dengan teman sekelas Minggu IV

Senin PKn JG

BHS

Simulasi

Rabu Bahasa Indonesia

JG BHS

Board Games

Kamis Matematika JG BHS

Berbagi rasa dengan teman

sekelas

Keterangan: JG = Jurnal Guru

(58)

43

Pada pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, setiap strategi

[image:58.595.181.517.162.628.2]

dipaparkan pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Penerapan Strategi Thomas Armstrong pada Pembelajaran

Strategi Tindakan

Berbagi rasa dengan teman sekelas

Siswa diminta untuk membentuk kelompok, kemudian diadakan diskusi. Disitu siswa akan bertukar pikiran dan perasaan tentang hal-hal yang berhubungan dengan apa yang dipresentasikan.

Formasi patung dari orang Siswa diminta untuk berkelompok dan memperagakan apa yang sedang diajarkan (misal: pada saat membahas profesi, siswa diminta untuk memperagakan profesi tersebut)

Kerja kelompok Siswa diminta untuk berkelompok untuk mengerjakan suatu

pekerjaan, kemudian

dipresentasikan. Melibatkan kerjasama antar anggotanya. Board Game Siswa diminta berkelompok untuk

memainkan halma/ular

tangga/games mencari jejak dengan aturan siapa yang benar menjawab pertanyaan/soal dia dapat

melanjutkan perjalanan

Simulasi Siswa diminta untuk mengonsep suasana kelas menjadi “serba seandainya”. Melalui cerita guru atau skenario, siswa akan

(59)

44

d. Analisis dan Refleksi (Analyzing and Reflecting on

Action/Intervention)

Tahap terakhir dari siklus ini adalah menganalisis dan refleksi.

Tujuannya untuk memantau bagaimana peningkatan keterampilan

sosial siswa kelas dua SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta.

Kemudian peneliti akan menyimpulkan bahwa siklus akan

dilanjutkan atau dihentikan. Siklus akan dihentikan apabila

indikator keberhasilan sudah tercapai. Kemudian jika indikator

keberhasilan belum tercapai, maka akan dilakukan siklus yang

ketiga.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi

Arikunto, 2010: 265). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

instrumen pengumpulan data yang berupa lembar observasi. Lembar

observasi berisi tahapan kegiatan secara berurutan dari awal hingga akhir,

terdiri atas butir-butir kegiatan (Nusa Putra, 2014: 56). Lembar observasi

yang digunakan oleh peneliti adalah instrumen. Berikut adalah kisi-kisi

(60)
[image:60.595.171.518.90.302.2]

45 Tabel 4. Penilaian Diri

No Kisi-Kisi Ya Tidak

1 Saya senang berteman

2 Saya senang menjadi pemimpin

3 Saya senang memberi nasihat kepada teman yang mempunyai masalah

4 Saya mudah bergaul

5 Saya menjadi sosok yang penting diantara teman-teman saya

6 Saya senang mengajari teman yang kesulitan 7 Saya suka bermain dengan teman

8 Saya mempunyai dua atau lebih teman dekat 9 Saya memiliki empati yang baik atau

perhatian kepada teman 10 Saya banyak disukai teman

Kemudian, untuk dapat mengetahui seberapa besar peningkatan

keterampilan sosial

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Peningkatan Keterampilan Sosial melalui
Gambar 2. Model Kompleksitas dari Muir
Tabel 1. Teknik Penelitian Siklus I
Tabel 3. Penerapan Strategi Thomas Armstrong pada Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), stimulasi verbal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengembangkan kemampuan bicara

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Kuesioner kategori pertama merupakan kuesioner yang berhubungan dengan pembangunan flyover secara umum, dimana dari data yang telah terkumpul dan kemudian diolah,

perlu untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Komunikasi, Pengetahuan Patients Safety dan Motivasi Perawat terhadap Pelaksanaan program Patients Safety di Ruang Rawat Inap

Pasal sanksi pidana berupa denda bagi muzakki yang tidak menunaikan zakat yang terdapat dalam Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 tentang Baitul Maal dan Peraturan

UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM.. PROGRAM

Menyatakan bahwa penelitian yang peneliti buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Fakultas Psikologi UIN Malang dengan judul : Hubungan Konsep Diri Siswa Akselerasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak n-heksana daun pucuk merah pada dosis 100, 200, dan 400 mg/kg bb dapat