• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LOGIKA-MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-GUGUS 1 KECAMATAN WATES TAHUN AJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LOGIKA-MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-GUGUS 1 KECAMATAN WATES TAHUN AJARAN 2015/2016."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LOGIKA-MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

SD NEGERI SE-GUGUS 1 KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Diyah Kurniasih NIM. 12108241041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Kita semua berbeda karena kita semua memiliki kombinasi kecerdasan yang berbeda. Bila kita mampu mengenalinya, saya kira kita akan mempunyai setidaknya sebuah kesempatan yang bagus untuk mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi di dunia” (Howard Gardner)

“Logika berperan sangat besar dalam pengambilan keputusan, kata-kata dan logika mempunyai daya panggil yang kuat dan berwibawa terhadapseseorang” (Mubarok Istitute)

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengharap ridho Allah SWT, Tugas Akhir Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta (Bapak Darmo Wiyono dan Ibu Sutasmi). 2. Agama, Nusa dan Bangsa.

(7)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LOGIKA-MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

SD NEGERI SE-GUGUS 1 KECAMATAN WATES TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh Diyah Kurniasih NIM 12108241041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerdasan logika-matematika, tingkat minat belajar logika-matematika, dan hubungan antara kecerdasan logika-matematika dengan minat belajar matematika siswa kelas V SD Negeri se-Gugus 1 Kecamatan Wates tahun ajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian ex-postfacto. Populasi pada penelitian ini 136 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, dalam menentukan jumlah sampel digunakan rumus Slovin, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 101 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan kuesioner. Instrumen ini telah diujicobakan pada 38 siswa. Uji validitas instrumen dalam penelitian ini adalah validitas isi dengan teknik expert judgment. Reliabilitas instrumen menggunakan nilai Alpha Cronbach. Uji prasyarat analisis yang dilakukan adalah uji linieritas dan normalitas. Analisisa data menggunakan teknik analisis korelasi sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: (1) tingkat kecerdasan logika-matematika siswa pada kategori rendah 6,93%, dibawah rata-rata 30,70%, rata-rata 27,72%, di atas rata-rata 21,78% dan tinggi 12,87%. (2) Tingkat minat belajar siswapada kategori rendah 4,96%, di bawah rata-rata 31,68%, rata-rata 32,68% di atas rata-rata 23,76% dan tinggi 7,92%, (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan logika-matematika dengan minat belajar matematika siswa yang dibuktikan dengan hasil uji korelasi dengan nilai r hitung 0,481dan nilai signifikansi o,ooo.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LOGIKA-MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI SE-GUGUS 1 KECAMATAN WATES TAHUN AJARAN 2015/2016”.

Penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan arahan serta kerjasama yang diberikan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, MA, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan studi pada program studi S1 PGSD,

2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian guna penyususnan Tugas Akhir Skripsi,

3. Bapak Dr. Suwarjo, M. Si, Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian guna Penyususnan Tugas Akhir Skripsi,

(9)

5. Ibu Dra. Murtiningsih, M. Pd, dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi,

6. Bapak Purwono PA, M. Pd, dosen pembimbing tugas akhir skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dalam penyusunan tugas skhir skripsi, 7. Ibu Aprilia Tina Lidyasari M. Pd, dosen experjudgmentyang memberikan

bimbingan dalam penyusunaninstrumen peneelitian,

8. Bapak dan Ibu guru kelas V SD Negeri se-Gugus 1 Kecamatan Watesyang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian,

9. Orang tua saya Bapak Darmo Wiyono dan Ibu Sutasmi serta kakak-kakak saya yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penyusunan skripsi ini, 10. Teman-teman mahasiswa PGSD Kampus Wates kelas F dan G angkatan 2012

yang selalu memberikan semangat, dukungan dan kebahagiaan,

11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan kritik, saran dan bantuan selama penyususnan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harakan. Akhir kata, penulis berharap semoga Tugas AkhirSkripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Maret 2016

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PERNYATAAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

MOTTO... v

LEMBAR PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK... vii A. Tinjauan Tentang Kecerdasan Logika-matematika ... 12

1. Pengertian Kecerdasan Logika-matematika ... 12

2. Ciri-ciri Kecerdasan Logika-matematika ... 14

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan ... 16

B. Tinjauan Minat Belajar Matematika ... 16

1. Pengertian Minat Belajar ... 16

2. Ciri-ciri Minat Belajar ... 18

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Minat ... 21

(11)

5. Peran Minat Dalam Pembelajaran ... 29

C. Tinjauan Tentang Matematika di Sekolah Dasar ... 30

1. Pengertian Matematika ... 30

2. Tujuan Matematika Sekolah Dasar ... 31

3. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar... 31

4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 33

D. Penelitian Yang Relevan ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 50

1. Tingkat Kecerdasan Logika-Matematika... 50

2. Tingkat minat belajar matematika... 56

3. Hubungan Antara Kecerdasan Logika-Matematika Dengan Minat Belajar Matematika... 64

B. Pembahasan... 67

C. Keterbatasan Penelitian... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA... 75

(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Distribusi Populasi Siswa ... 38

Tabel 2. Anggota Populasi dan Sampel ... 40

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Logika-matematika ... 42

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar Matematika ... 43

Tabel 5. Pola Penyekoran Instrumen Minat Belajar Matematika ...44

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Logika-matematika... 50

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecerdasan Logika-matematika... 52

Tabel 8. Hasil Skor Indikator Tes Kecerdasan Logika-matematika... 54

Tabel 9. Perolehan Skor Sub Indikator Tes Kecerdasan Logika-matematika.. 55

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Skor Minat Belajar Matematika... 57

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Tingkat Minat Belajar Matematika... 59

Tabel 12. Perolehan Skor Indikator Kuesioner Minat Belajar Matematika... 60

Tabel 13. Perolehan Skor Sub Indikator Kuesioner Minat Belajar Matematika 62 Tabel 14. Ringkasan Perbandingan Normalitas... 65

Tabel 15. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi... 66

(13)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Hubungan Kecerdasan Logika-matematika dengan Minat Belajar

Matematika ... 36 Gambar 2. Histogram Distribusi Skor Kecerdasan Logika-matematika... 51 Gambar 3. Diagram Batang Tingkat Kecerdasan Logika-matematika... 53 Gambar 4. Diagram Batang Perolehan Skor Rata-rata Indikator Tes

Kecerdasan Logika-matematika... 54 Gambar 5. Diagram Batang Perolehan Skor Rata-rata Sub Indikator Tes

Kecerdasan Logika-matematika... 56 Gambar 6. Histogram Distribusi Skor Minat Belajar Matematika... 57 Gambar 7. Diagram Batang Tingkat Minat Belajar Matematika... 59 Gambar 8. Diagram Batang Perolehan Skor Rata-rata Indikator Kuesioner

Minat Belajar Matematika... 60 Gambar 9. Diagram Batang Perolehan Skor Rata-rata Indikator Kuesioner

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Keterangan Expertjugment ... 79

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Uji Coba ... 80

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian ... 82

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 85

Lampiran 5. Instrumen Tes Sebelum Uji Coba ... 89

Lampiran 6. Kunci Jawaban Tes Sebelum Uji Coba ... 94

Lampiran 7. Data Hasil Uji Coba Tes... 95

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas Tes ... 96

Lampiran 9. Instrumen Kuesioner Sebelum Uji Coba... 100

Lampiran 10. Data Hasil Uji Coba Kuesioner... 101

Lampiran 11. Hasil Uji Validitas Kuesioner... 102

Lampiran 12. Hasil Uji Reliabilitas... 103

Lampiran 13. Instrumen Tes Setelah Uji Coba ... 106

Lampiran 14. Kunci Jawaban Tes Setelah Uji Coba ... 107

Lampiran 15. Instrumen Kuesioner Setelah Uji Coba ... 109

Lampiran 16. Data Hasil Penelitian Tes Kecerdasan Logika-matematika... 114

Lampiran 17. Data Hasil Penelitian Kuesioner... 119

Lampiran 18. Uji Prasyarat Analisis... 120

Lampiran 19. Analisis Uji Hipotesis... 121

Lampiran 20. Hasil Analisis Deskriptif... 122

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kecerdasan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilai dalam suatu budaya (Thomas, 2007: 11). Gardner (2003: 22) mendefinisikan kecerdasan yaitu kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan produk yang berharga dalam satu atu beberapa lingkungan budaya dan masyarakat. Shoimatul Ula (2013: 87) menyebutkan 9 jenis kecerdasan berdasarkan pemikiran dan penelitian Gardner pada tahun 1983. Kesembilan kecerdasan tersebut adalah: 1) kecerdasan linguistik, 2) kecerdasan logis matematis, 3) kecerdasan visual spasial, 4) kecerdasan kinestetik, 5) kecerdasan musikal, 6) kecerdasan interpersonal, 7) kecerdasan intrapersonal, 8) kecerdasan naturalistik, dan 9) kecerdasan eksistensial. Beberapa jenis kecerdasan tersebut dikenal dengan istilah kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk ini tidak bersifat mutlak dan ada kemungkinan masih terdapat banyak kecerdasan yang belum diteliti.

(16)

ketujuh kecerdasan. Hal ini dapat membuat siswa terangsang untuk mengembangkan salah kecerdasan yang dimilikinya salah satunya adalah kecerdasan logis-matematis.

Menurut Hurlock (1978: 114) “minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar”. Siswa yang berminat pada suatu kegiatan seperti permainan maupun pekerjaan akan berusaha lebih keras untuk mempelajari permainan atau pekerjaan tersebut. Demikian pula dalam hal pelajaran, siswa yang berminat pada pelajaran tertentu, akan berusaha lebih keras untuk mencapai prestasi yang diinginkan melalui pengalaman belajarnya.

Frymeir (dalam Farida Rahim, 2008: 28-29) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar yaitu (1) pengalaman sebelumnya, (2) konsep diri, (3) nilai-nilai moralitas, (4) mata pelajaran yang bermakna bagi dirinya, (5) tingkat keterlibatan tekanan dan (6) kekompleksitasan materi pelajaran.

Sekolah Dasar (SD) sebagai jenjang pendidikan formal yang terendah menyelenggarakan pendidikan bagi siswa melalui berbagai macam kegiatan. Kegiatan pendidikan di SD dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas yang dilakukan melalui bermacam-macam mata pelajaran maupun di luar mata pelajaran.

Salah satu mata pelajaranyang wajib diberikan di SD adalah matematika. Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 77I Ayat 1 yang menyatakan struktur kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang sederajat terdiri atas muatan:

1. pendidikan agama,

2. pendidikan kewarganegaraan, 3. bahasa,

(17)

5. ilmu pengetahuan alam, 6. ilmu pengetahuan sosial, 7. seni dan budaya,

8. pendidikan jasmani dan olahraga, 9. keterampilan/kejuruan, dan 10. muatan lokal.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting karena memberikan manfaat yang begitu besar. Matematika merupakan gerbang dan kunci dari berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian, telah jelas bahwa dengan mempelajari matematika, maka siswa akan lebih mudah untuk mempelajari ilmu pengetahuan lainnya (Anita Safitri, 2014: 2).

Namun, kenyataannya masih terdapat banyak masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika. Abdul Halim Fathani (2009: 83) menyatakan bahwa rendahnya minat siswa untuk menekuni matematika salah satunya disebabkan oleh adanya image yang mengganggu pikiran sebagian besar siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang super rumit, rajanya pelajaran studi, dan jelimet. Selanjutnya, rendahnya prestasi matematika dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan oleh International Association

of Educational Evaluation in Achievement (Moch. Masykur Ag dan Abdul

Halim Fathani, 2008: 34-35) yang menunjukkan prestasi belajar matematika 3 siswa-siswa sekolah usia 13 tahun di Indonesia berada pada urutan ke-40 dari 42 negara.

(18)

masalah-masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan mata pelajaran matemaika. Adapun masalah yang dihadapi diantaranya sebagai berikut.

Masalah pertama adanya beberapa siswa yang masih belum paham mengenai konsep bilangan negatif, bilangan positif, bilangan pecahan dan bilangan desimal. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam membandingkan 2 bilangan, misalnya bilangan desimal dengan bilangan pecahan.

Masalah yang kedua, siswa sering tidak memperhatikan penjelasan guru di kelas. Disaat guru menjelaskan, beberapa siswa asik bermain sendiri menggunakan pensil, pulpen dan penggaris. Ada juga yang mengobrol dengan teman sebangkunya. Bahkan ada pula yang menggambar atau sekedar mencoret-coret bukunya ketika pelajaran matematika berlangsung.

Masalah ketiga, beberapa siswa berbicara tidak sopan terhadap guru saat proses pembelajaran matematika berlangsung. Bahkan ada siswa yang mengumpat guru ketika guru sedang. Hal ini terihat jelas saat observasi berlangsung pada pelajaran matematika, ada siswa yang mengumpat bahkan berbicara tidak sopan dengan guru yang sedang menjelaskan.

(19)

tidak mau mengerjakan soal di depan kelas/di papan tulis dikarenakan siswa merasa malu, tidak percaya diri, takut salah sehingga takut ditertawakan teman jika jawaban yang mereka tuliskan tidak benar.

Masalah kelima, siswa merasa cepat bosan dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal ini terlihat dari sikap siswa saat proses pembelajaran matematika berlangsung. Beberapa siswa meletakkan kepalanya di meja dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Ada juga yang mencari kesibukan dengan bermain sendiri, misalnya dengan membuat pesawat dari kertas, mencoret-coret buku dan masih banyak lainnya. Bahkan ada siswa menceletuk bahwa pelajaran matematika membuatnya mengantuk.

Masalah keenam, sebagian besar siswa di kelas 5 Sekolah Dasar Negeri di Gugus 1 Wates tidak menyukai pelajaran matematika. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket dimana 70% siswa menyatakan bahwa dirinya tidak menyukai pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan menurut mereka matematika adalah pelajaran yang sulit dipahami. Selain itu pelajaran ini banyak menggunakan hitungan-hitungan angka yang membuat mereka kesulitan dalam menyelesaikannya. Belum lagi banyaknya rumus yang harus mereka hafal sehingga membuat mereka tidak menyukai pelajaran matematika.

(20)

dalam angket dimana siswa menyatakan bahwa mereka masih kesulitan dalam menyelesaikan operasi hitungan yaitu berupa perkalian dan pembagian.

Masalah kedelapan, siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang berkaitan dengan waktu. Hal ini terkait dengan pemahaman siswa mengenai hari, minggu, bulan, tahun, jam, menit dan detik. Jika siswa diminta untuk mengubah waktu dari jam ke menit beberapa siswa akan mengalami kebingungan. Begitu juga jika siswa ditanya mengenai 1 bulan ada berapa hari, beberapa siswa juga masih bingung. Ketika ditanya apayang menyebabkan mereka tidak bisa mengerjakan soal terkait waktu mereka menjawab lupa.

Masalah kesembilan, siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan operasi bilangan campuran. Mereka masih belum begitu paham jika ada operasi campuran operasi mana dulu yang harus dikerjakan. Sebagian besar siswa mengerjakan operasi yang ada didepan sesuai dengan urutan letak. Misalnya 12 + 8 : 4 = ...., sebagian siswa akan mengerjakan dengan menjumlah 12 dan 8 kemudian membagi dengan angka 4. Padahal seharusnya, siswa mengerjakan pembagian terlebih dahulu yaitu dengan membagi angka 8 dengan angka 2, kemudian baru menjumlahkan hasilnya dengan angka 12.

(21)

mengerjakan soal latihan. Mereka mengatakan bahwa soalnya begitu sulit untuk mereka kerjakan. Hal ini juga didukung dengan perolehan nilai siswa saat Ujian Tengah Semester yang sebagian besar siswa memperoleh nilai dibawah KKM. Begitupun juga dengan nilai ulangan harian siswa. banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Seperti yang disampaikan oleh guru kelas 5 di masing-masing Sekolah Dasar Negeri di Gugus 1 Wates yang menyatakan bahwa sebagian dari siswa dikelas mereka memiliki nilai matematika di bawah KKM. Adapun KKM yang digunakan di SD N Beji adalah 75, SD N 2 Wates 75, SD N Gadingan 70 dan di SD N Punukan 70.

Berdasarkan permasalahan yang disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa hampir 70% siswa kelas 5 di Sekolah Dasar Negeri di Gugus 1 Wates tidak berminat dalam mengikuti pelajaran matematika. Sebagian besar siswa mengungkapkan alasannya tidak berminat dalam mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut. Siswa mengaku merasa malas ketika mengikuti pelajaran matematika karena matematika merupakan pelajaran yang rumit dan selalu berkaitan dengan angka serta hitung menghitung. Beberapa siswa juga beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, sehingga mereka enggan menyelesaikan soal yang berkaitan dengan penyelesaian permasalahan-permasalahan matematika.

(22)

Sehingga, dapat dikatakan bahwa seorang anak yang memeiliki kecerdasan logika matematika yang tinggi akan memiliki minat belajar matematika yang tinggi pula.

Perkembangan intelegensi salah satunya dipengaruhi oleh minat atau pembawaan seperti yang diungkapkan Djaali (2008: 74) bahwa faktor yang memepngaruhi intelegensi adalah faktor pembawaan, faktor minat atau pembawaan yang khas, faktor pembentukan, faktor kematangan dan faktor kebebasan. Minat akan mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan dalam melakukan perbuatan, sehingga apa yang diminati akan memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

Berdasarkan dari uraian diatas, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan logika-matematika dengan minat belajar logika-matematika. Dengan demikian judul dari penelitan ini adalah “Hubungan antara Kecerdasan Logika Matematika dengan Minat Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Gugus I Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka muncul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kecerdasan logika matematika siswa belum berfungsi secara optimal hal ini ditunjukkan dengan:

(23)

b. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan operasi bilangan campuran. c. Siswa belum bisa perkalian dan pembagian sampai dengan 100.

2. Siswa tidak fokus dan tidak memperhatikan dalam mengikuti pelajaran matematika.

3. Siswa merasa cepat bosan ketika mengikuti pembelajaran matematika. 4. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal berkaitan dengan waktu. 5. Siswa tidak menyukai pelajaran matematika karena sulit.

6. Siswa masih belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran matematika.

7. Pada proses pembelajaran terlihat siswa tidak berminat dalam belajar. 8. Belum diketahui hubungan kecerdasan logika matematika dan minat belajar

Matematika pada siswa kelas V SD N se-Gugus 1, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang disebutkan di atas, peneliti hanya membatasi masalah pada hubungan kecerdasan logika matematika dan minat belajar Matematika pada siswa kelas V SD N se-Gugus 1, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti sebutkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

(24)

2. Seberapa besar tingkat minat belajar matematika siswa kelas V Gugus I Kecamatan Wates Tahun Ajaran 2015/2016?”

3. “Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan logika matematika dengan minat belajar matematika siswa kelas V Gugus I Kecamatan Wates Tahun Ajaran 2015/2016?”

E. Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebgai berikut.

1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan logika-matematika siswa kelas V SD N se-Gugus I Kecamatan Wates tahun ajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui tingkat minat belajar matematika siswa kelas V SD N se-Gugus I Kecamatan Wates tahun ajaran 2015/2016.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan logika-matematika dengan minat belajar matematika kelas V SD se-Gugus I Kecamatan Wates Tahun Ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara Praktis

(25)

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada siswa agar mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan logika-matematika sehingga siswa akan berminat terhadap Matematika. c. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan

menambah wawasan guru untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar terutama pada mata pelajaran matematika dengan menambah fasilitas dan media yang mendukung proses pembelajaran Matematika,sehingga dapat meningkatkan fungsi kecerdasan logika-matematika dan minat belajar Matematika siswa.

2. Secara Teoritis

a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan antara kecerdasan logika-matematika dengan minat belajar Matematika.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Kecerdasan Logika-matematika

1. Pengertian Kecerdasan Logika-matematika

Kecerdasan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilai dalam suatu budaya (Thomas, 2007: 11). Gardner (2003: 22) mendefinisikan kecerdasan yaitu kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat.

Logika berasal dari kata bahasa Yunani “logos”. Dalam bahasa Inggris berarti “word”, “speech”, atau “what is spoken”, lebih dekat lagi dengan istilah “thought” atau “reason”. Oleh karena itu, definisi logika

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau berkaitan dengan prinsip-prinsip dari penalaran argumen yang valid (Soesianto dan Djoni Dwijonio, 2006: 2). Hal ini serupa dengan apa yang disampaikan oleh Hasbullah Bakry (dalam Surajiyo dkk, 2006:7) yang menyatakan bahwa logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran. Aturan-aturan logika yang menggunakan kaidah-kaidah matematika tersebut dipergunakan untuk membuktikan validitas suatu argumen sehingga disebut Logika matematika (Soesianto dan Djoni Dwijonio, 2006: 4).

(27)

mengungkapkan bahwa kecerdasan logika matematika (mampu memberikan penjelasan-penjelasan dan mengenali pola atau cara yang digunakan ilmuan). Hal ini serupa dengan apa yang diungkapkan oleh Julia Jasmine (2007: 19) kecerdasan logis-matematis berhubungan dengan dan mencangkup kemampuan ilmiah.

Dwi Siswoyo (2011: 121) juga mengungkapkan bahwa kecerdasan matematik adalah kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan angka-angka secara efektif dan berfikir secara nalar. Masykur (2007: 153) juga berpendapat bahwa kecerdasan logis matematis merupakan kemampuan seseorang dalam menghitung, mengukur, dan menyelesaikan hal-hal yang bersifat matematis.

Menurut Linda dan Bruce Campbell (dalam Masykur 2007: 153) mengatakan bahwa intelegensi logika-matematika biasanya dikaitkan dengan otak yang melibatkan beberapa komponen, yaitu perhitungan secara matematis, berfikir logis, pemecahan masalah, pertimbangan induktif, pertimbangan deduktif dan ketajaman pola-pola serta hubungan-hubungan. Amstrong (dalam Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, 2010: 58) berpendapat bahwa kecerdasan Logika-matematika adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika.

(28)

ketajaman membuat pola-pola serta hubungan-hubungan yang logis dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ciri-ciri Kecerdasan Logika-matematika

Gardner (dalam Thomas, 2007: 11) mengembangkan seperangkat kriteria untuk menentukan serangkaian kecakapan kecerdasan. Sebuah kecerdasan dapat dianggap sebagai kecerdasan jika memenuhi beberapa kriteria di bawah ini:

a. Memiliki potensi untuk terisolasikan karena kerusakan otak.

b. Ditunjukkan dengan keberadaan orang idiot-genius, bakat, dan individu luar biasa lainnya yang memperlihatkan tingkat kecakapan tinggi pada suatu bidang.

c. Memiliki operasi inti atau seperangkat operasi yang dapat dikenali. d. Memiliki sejarah perkembangan yang berbeda, berikut serangkaian

kinerja puncak yang bisa didefinisikan.

e. Memiliki sejaran evolusioner atau probabilitas evolusioner.didukung dengan uji psikologis.`didukung temuan-temuan psikometrik.

f. Memiliki kelemahan terhadap pengodean.

Kecerdasan logika-matematika memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang dapat membedakan dengan jenis-jenis kecerdasan lainnya. Chairani (dalam Masykur, 2007: 105-106) mengungkapkan bahwa kecerdasan matematik memiliki beberapa ciri, yaitu:

a. menghitung problem aritmatematika dengan cepat di luar kepala,

b. suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya menganalisis, misalnya mengapa hujan turun?,

(29)

d. mampu menjelaskan masalah secara logis,

e. suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu,

f. menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam matematika dan IPA.

Sementara Masykur (2007: 157) sendiri berpendapat bahwa ciri-ciri dari kecerdasan logika-matematika adalah:

a. suka mencari penyelesaian suatu masalah,

b. mampu memikirkan dan menyususn solusi dengan urutan logis, c. menunjukkan minat yang besar terhadap analogi dan silogisme,

d. menyukai aktivitas yang melibatkan angka, urutan, pengukuran, dan perkiraan,

e. dapat mengerti pola hubungan,

f. mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif.

Linda Campbell, dkk (2002: 41) menguraikan, seseorang yag memiliki kecerasan logika matematika mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1) mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibat, 2) menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan secara nyata (konkret), baik objek maupun konsep-konsep, 3) memahami pola-pola dan hubungan-hubungan, 4) menyukai operasi yang kompleks seperti kalkulus, fisika, pemrograman komputer, atau metode penelitian. Teori inilah yang selanjutnya dijadikan dasar dalam pengembangan instrumen tes kecerdasan logika-matematika oleh peneliti.

Pendapat lain mengenai ciri-ciri kecerdasan logika-matematika juga disampaikan oleh Julia Jasmine (2007: 19-20), yang menyatakan bahwa:

(30)

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas,seseorang yang memiliki kecerdasan logika matematika memiliki kemampuan untuk memahami konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibat, pemahaman yang baik mengenai pola-pola dan hubungan-hubungan, serta kemampuan siswa dalam menyelesaikan operasi yang kompleks berupa operasi hitung campuran. Hal ini kemudian dijadikan dasar-dasar pengembangan indikator tes kecerdasan logika-matematika.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan

Intelegensi orang satu dengan yang lain cenderung berbeda-beda (Djaali, 2008:74). Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Djaali (2003: 74-75) faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut.

a. Faktor pembawaan, dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir.

b. Faktor minat dan pembawaan yang khas, di mana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

c. Faktor pembentukan, di mana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. d. Faktor kematangan, di mana tiap organ dalam tubuh manusia

mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh dan berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

e. Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

B. Tinjauan Minat Belajar

1. Pengertian Minat belajar

(31)

mereka bebas memilih. Hilgard (dalam Slameto, 2013: 57) memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut: “Interest is persisting

tendency to pay attention to and enjoy some activity or content”.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto, 2013: 57). Minat atau interest merupakan sumber motivasi yang mendorong anak untuk melakukan apa yang ia inginkan bila ia bebas memilih (Pustaka Familia, 2006: 129).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa minat adalah perasaan suka atau ketertarikan seseorang terhadap suatu kegiatan tanpa adanya paksaan dari siapapun. Dalam hal ini, minat dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam mencapai tujuan tertentu.

Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (dalam Slameto, 2013: 2). Santrock dan Yussen (dalam Sugihartono, dkk, 2012: 74) mendefinisikan belajar sebgai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Reber (dalam Sugiharto, dkk, 2012: 74) mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

(32)

kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungan. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Slameto (2013: 2) bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannyasendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah upaya yang dilakukan manusia secara sadar yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar adalah perasaan lebih suka seseorang untuk terus melakukan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya yang dilakukan secara terus-menerus tanpa ada yang menyuruh atau paksaaan dari siapapun.

2. Ciri-ciri Minat Belajar

Menurut Hurlock (2006: 115) ciri-ciri minat anak adalah sebagai berikut.

(33)

teman sebayanya sudah mencapai minat remaja. Dan sebaliknya, anak-anak yang berkembang lebih cepat juga akan mengalami masalah sosialnya karena minat teman sebayanya adalah minat anak sedangkan minatnya sudah minat remaja.

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental. Misalnya anak belum mempunyai minat terhadap sepak bola sebelum memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk bermain sepak bola.

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar. Lingkungan untuk belajar bagi siswa diawali dari rumah, maka minat anak terbatas pada rumah. Dengan bertambah luas lingkungan sosialnya, maka bertambah luaslah minat mereka.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas. Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial akan membatasi minat anak. Misalnya anak yang memiliki kecatatan fisik mungkin akan kurang berminat pada bidang olah raga.

(34)

f. Minat berbobot emosional. Bobot emosional yang kurang menyenangkan akan melemahkan minat dan bobot emosional yang menyenangkan akan memperkuat minat.

g. Minat itu egosentris. Sepanjang masa perkembangan anak-anak, minat itu egosentris. Misalnya anak laki-laki yang mempunyai minat pada Matematika karena berfikir bahwa Matematika merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan.

Menurut Slameto (2003: 58) indikator siswa yang mempunyai minat terhadap suatu kegiatan adalah mempunyai perhatian yang terus menerus terhadap kegiatan yang disenangi disertai rasa senang, memperoleh kepuasan dari kegiatan yang diminati, diimplementasikan melalui partisipasi aktif dan lebih menyukai kegiatan tertentu daripada kegiatan yang lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas peneliti ingin menggunakan indikator minat belajar menurut Slameto untuk dikembangkan dalam instrumen penelitian. Adapun indikator tersebut adalah sebagai berikut. a. Mempunyai perhatian yang terus menerus terhadap kegiatan yang

disenangi disertai rasa senang.

b. Memperoleh kepuasaan dari kegiatan yang diminati.

c. Minat pada kegiatan tertentu akan diimplementasikan melalui partisipasi aktif.

(35)

3. Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 2013: 57). Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan membuat siswa bersungguh-sungguh dalam belajar. Frymeir (dalam Farida Rahim, 2008: 28-29) mengidentifikasi enam faktor yang mempengaruhi perkembangan minat anak, yaitu sebagai berikut.

a. Pengalaman sebelumnya. Siswa akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu jika sebelumnya ia pernah mengalaminya.

b. Konsep tentang diri. Konsep diri berkaitan dengan berguna atau tidaknya bagi diri siswa. Siswa akan menerima informasi jika dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya.

c. Nilai-nilai. Minat siswa akan timbul jika suatu mata pelajaran disajikan oleh orang atau guru yang mempunyai wibawa.

d. Mata pelajaran yang bermakna. Mata pelajaran yang bermakna dapat diartikan bahwa materi yang disajikan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Materi yang disusun berdasarkan pengalaman siswa sehari-hari akan lebih mudah diterima oleh siswa dan akan menarik minat siswa.

(36)

f. Kekompleksitasan materi pelajaran. Siswa yang lebih mampu secara intelektual dan psikologis kecenderungan akan tertarik dengan materi pelajaran yang lebih kompleks.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar adalah pengalaman sebelumnya, konsepsinya tentang diri, nilai-nilai, mata pelajaran yang bermakna, tingkat keterlibatan tekanan, dan kekompleksitasan materi pelajaran.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Hal sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Slameto (2013: 54) Bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri siswa sementara faktor ekstern merupakan faktor yang ada di luar diri siswa.

Slameto, (2013:54-60) menyatakan bahwa faktor intern meliputi: a. Faktor jasmaniah

(37)

2) Cacat tubuh. Cacat tubuh adalah kondisi dimana kurang baiknya atau kurang sempurnanya kondisi tubuh/badan seseorang. Keadaan cacat tubuh ini juga akan mempengaruhi proses belajar.

b. Faktor psikologis

1) Intelegensi. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

2) Perhatian. Perhatian menurut Gazali (dalam Slameto, 2013:56) adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju pada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar.

(38)

4) Bakat. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. bahan pelajaran yang sesuai dengan bakat siswa hasilnya akan lebih baik dibandingkan bahan pelajaran yang tidak sesuai denganbakat siswa. sehingga sangat penting untuk mengetahui bakat siswa agar guru dapat menyesuai pola pengajaran yang digunakan.

5) Motif. Motif berhubungan erat dengan tujuan yang akan dicapai. Motif yang kuat sangat perlu dalam belajar, motif yang kuat dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan.

6) Kematangan. Kematangan adalah suatu tingkat ataufase dalam pertumbuhan seseorang dimana tubuhnya siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

7) Kesiapan. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi. Kesiapan iniperlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar pada kondisi yang sudah siap maka hasil belajarnya kan lebih baik.

8) Faktor kelelahan. Kelelahan pada seseorang sulit untuk dipisahkan namun, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat terlihat adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

(39)

a. Faktor keluarga

1) Cara orang tua mendidik. Cara orang tua mendidik anaknya jelas besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Hal ini dipertegas oleh Wirowidjodjo (dalam Slameto, 2012: 61) bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan.

2) Relasi antar anggota keluarga. Relasi anggota yang paling penting adalah relasi antara anak dan orang tuanya. Selain itu, relasi anak dengan saudara atau anggota keluarga laiinnya juga turut mempengaruhi belajar anak.

3) Suasana rumah. Suasanan rumah yang dimaksud adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga. Suasana rumah juga merupkan faktor yang penting, rumah yang suasananya gaduh dan semrawut tidak akan memberikan ketenangan kepada anak untuk belajar.

(40)

5) Pengertian orang tua. Anak belajar perlu dorongan dan pengertin dari orang tua. Jiaka anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami oleh anak.

6) Latar belakang kebudayaan. Tingkat pendidikan dan kebiasaan didalam keluarga mempengaruhi sikap belajar anak. Anak perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaaan yang baik agar mendorong semangat belajar anak.

b. Faktor sekolah

1) Metode mengajar. Metode mangajar adalah suatu cara/jalan yangharus dilalui dalam mengajar (Slameto, 2013: 65). Metode mangajar guru yang membosankan dan tidak menarik akan membuat anak kurang berminat untuk belajar. Hendaknya guru dalam mengajar memilih metode yang paling tepat, efektif dan efisien.

2) Kurikulum. Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. kurikulum hendaknya dibuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.

(41)

gurunya secara tidaklangsung siswa tersebut juga akan menyukai mata pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.

4) Relasi siswa dengan siswa. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tigkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, akan mempunyai rasa rendah diri. Hal ini akn membuat belajar anak menjadi terganggu. Maka, perlu menciptakan relasi yang baik antarsiswa agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

5) Disiplin sekolah. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah danjuga dalam belajar (Slameto, 2013: 67). Kedisiplinan sekolah mencangkup kedisiplinan dari seluruh anggota sekolah yaitu guru, kepala sekolah, staf dan juga penjaga sekolah. Seluruh komponen sekolah hendaknya memiliki kedisiplinan dalan melaksanakaan setiap tugas dan kewajibannya di sekolah.

6) Alat pelajaran. Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siwa, karena alat pelajaran yang digunakan oleh guru waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu, (Slameto, 2013: 68). Maka perlu untuk mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap agar guru dapat mengajar dengan baik.

(42)

sore/malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa, jika terjadi siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari atau siang hari, sebenarnya kurang efektif hal ini dikarenakan pada waktu-waktu tersebut merupakan waktu istirahat. Hal ini dapat menyebabkan siswa merasa mengantuk. Maka sebenarnya lebih efektif waktu sekolah siswa adalah pagi hari, dimana kondisi tubuh masih segar dan baik.

c. Faktor masyarakat

1) Kegiatan siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat dalam menguntungkan perkembangan pribadinya. Namun, perlu dibatasi pula kegiatan yang diikuti siswa dalam masyarakat. Jangan sampai kegiatan yang diikuti terlalu banyak sehingga menggangu siswa dalam belajarnya.

2) Media massa. Media massa meliputi TV, radio, bioskop, surat kabar, majalah, dan yang lainnya. Media massa dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa, namun,media massa juda dapat meberikan pengaruh yang buruk terhadap belajar siswa. Maka, perlu adanya bimbingan dan kontrol dari orang tua dalam menggunakan media massa.

(43)

Sehingga, perlu pengawasan dari orang tua agar siswa tidak terjerumus dalam pergaulan yang negatif.

4) Bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Siswa yang hidup di lingkungan masyarakat yang kurang baik akan mendapatkan pengaruh yang kurang baik pula, begitupun juga sebalinya.

5. Peran Minat dalam Pembelajaran

Minat mempunyai pengaruh yang penting terhadap sikap siswa. Menurut Hurlock (1978: 114) “minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar”. Dengan munculnya minat, anak akan terdorong melakukan

apa yang diinginkan. Daya dorong yang ditimbulkan oleh minat sangat kuat (Pustaka Familia, 2006: 130). Siswa yang berminat pada suatu kegiatan seperti permainan maupun pekerjaan akan berusaha lebih keras untuk mempelajari permainan atau pekerjaan tersebut. Demikian pula dalam hal pelajaran, siswa yang berminat pada pelajaran tertentu, akan berusaha lebih keras untuk mencapai prestasi yang diinginkan melalui pengalaman belajarnya.

Proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar kalau guru dan siswa mempunyai minat terhadap materi yang dipelajari. “Siswa yang

(44)

a. Membangkitkan rasa butuh pada siswa terhadap materi yang akan dipelajari misalnya kebutuhan untuk menghargai keindahan, mendapatkan penghargaan, meraih nilai tinggi, dan agar waspada terhadap bencana.

b. Menghubungkan materi dengan pengalaman yang lampau yang pernah dialami siswa.

c. Memberi kesempatan siswa untuk menghasilkan prestasi yang baik. Untuk itu materi yang disampaikan harus sesuai dengan kesanggupan siswa.

d. Menggunakan berbagai bentuk metode mengajar, seperti diskusi, kerja kelompok, demonstrasi, dan sebagainya.

Minat menjadi motivasi yang besar agar siswa menikmati proses belajar mengajar. Siswa yang berminat untuk belajar, ia akan berusaha sungguh-sungguh daripada siswa yang tidak suka belajar.

C. Tinjauan Matematika di Sekolah Dasar

1. Pengertian Matematika

Masykur dan Abdul Halim (2007: 42) menyatakan bahwa “Matematika menurut bahasa Sansekerta “medha” atau “widya” yang berarti kepandaian”. Dengan mempelajari matematika seseorang akan

(45)

yang tidak terdefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Matematika sama halnya dengan ilmu logika. “Kedudukan Matematika dalam ilmu pengetahuan adalah sebagai ilmu dasar”

(Masykur dan Abdul Halim, 2007: 42). Sehingga untuk menguasai sains, teknologi dan ilmu lainnya, langkah awal yang dikuasai adalah menguasai Matematika secara benar artinya dapat memahami makna-makna yang terkandung dalam simbol dan lambang dalam Matematika.“Matematika

juga merupakan alat komunikasi yang jelas, tepat dan singkat (Masykur dan Abdul Halim, 2007: 49). Dalam matematika, setiap konsep yang sifatnya abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap danbertahan lama didalam memori siswa.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu logika yang membawa seseorang yang belajar matematikan untuk berfikir secara logis. Matematika juga digunakan untuk dasar dalam menguasai sanis dan teknologi.

2. Tujuan Matematika Sekolah Dasar

Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 dijelaskan bahwa tujuan pelajaran Matematika di sekolah dasar agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut (Masykur, 2006: 52-53).

(46)

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari Matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

3. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Sebagian orang beranggapan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang membutuhkan kecerdasan yang tinggi. Sementara itu siswa yang memiliki kecerdasan yang sedang merasa kurang berminat dalam belajar matematika. Untuk itu, dalam proses pembelajaran guru harus bertindak efektif untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika pada siswa dengan cara sebagai berikut.

a. “Pembelajaran Matematika di sekolah dasar akan lebih menarik perhatian siswa jika proses pembelajarannya sesuai dengan konteks siswa”. (Masykur, 2006: 58). Konteks siswa yang dimaksud adalah melalui pengalaman yang terjadi di lingkungan siswa seperti latar belakang fisik, keluarga, keadaan sosial, keadaan ekonomi dan budaya. b. “Guru membantu dan mendorong siswa untuk mengembangkan

(47)

c. “Memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam pemahaman materi maupun kesulitan mengerjakan soal” (Masykur, 2006: 61). Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk kecil, pemberian model penyelesaian tugas, pemberitahuan kekeliruan, dan menjaga emosional siswa agar tidak frustasi.

d. “Menumbuhkan minat siswa dalam belajar Matematika” (Masykur, 2006: 70). Minat akan membantu siswa untuk menyenangi materi pelajaran Matematika. Tanpa minat, siswa akan malas untuk belajar. Menumbuhkan minat siswa akan terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode, ruang belajar, dan suasana belajar yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

4. Karakteristik siswa sekolah dasar

Karakteristik siswa, menurut Hamzah B Uno (2011: 20), adalah “aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang dimiliki”. Setiap siswa memiliki karakteristik yang

berbeda dalam hal fisik maupun psikisnya. Dalam perkembangannya, siswa sekolah dasar mempunyai karakteristik sebagai berikut. Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase:

a. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar (SD) yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun biasanya duduk di kelas 1,2 dan 3. Ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah SD adalah sebagai berikut.

1) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.

2) Suka memuji diri sendiri.

3) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggap tidak penting.

(48)

5) Suka meremehkan orang lain.

b. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar (SD) yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13 tahun, biasanya duduk di kelas 4,5 dan 6. Ciri-ciri anak masa kelas-kelas tinggi SD adalah sebagai berikut.

1) Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. 2) Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.

3) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.

4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

5) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup

untuk bermain bersama dan membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya (Rita Eka Izzaty dkk, 2008:116-117).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas V SD Negeri Gugus 1 Kecamatan Wates yang rata-rata berusia antara 10-12 tahun memiliki karakteristik diantaranya yaitu mempunyai perhatian pada kehidupan praktis sehari-hari, mempunyai minat pada mata pelajaran tertentu, selalu ingin tahu, ingin belajar, memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenaiprestasi belajarnya di sekolah dan suka membentuk kelompok sebaya dan membuat sendiri aturan dalam kelompoknya.

D. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Anita Safitri (2014) dengan judul “Hubungan antara

Kecerdasan Logika-Matematika dengan Kedisiplinan belajar Matematika siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Pengasih tahun ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan dan signifikansi.

Hasil penelitian Huri Suhendri (2012) dengan judul “Pengaruh

Kecerdasan Matematis Logis, Rasa Percaya Diri dan Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(49)

kecerdasan matematis-logis, ras apercaya diri, dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika.

Hasil penelitian Indrawati Moomin (2015) dengan judul “Hubungan Antara Minat Belajar dan Kecerdasan Logis Matematis dengan Hasil Belajar Fisika SMA”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan

yang positif antara minat dan kecerdasan logis matematis dengan hasil belajar siswa

Hasil penelitian Nurahmah (2015) dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Logik Matematika dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan logik matematik pengaruh langsung yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa, minat belajar memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa, dan kecerdasan logik matematik memiliki pengaruh tidak langsung terhadap prestasi belajar matematika siswa melalui minat belajar siswa.

E. Kerangka Berpikir

(50)

mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis.

Siswa yang memiliki kecerdasan logika matematika akan mudah dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Sebagaimana disampaikan May Lwin (dalam Anita Safitri, 2014: 36) bahwa anak-anak yang cerdas secara matematis memiliki ketertarikan pada bilangan dan pola sejak usia yang sangat muda, selain itu mereka menikmati kegiatan berhitung dan dapat dengan cepat belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ketertarikan secara terus menerus dan menikmati kegiatan ini dapat disebut sebagai minat. Sehingga dapat diketahui bahwa seorang siswa yang memiliki kecerdasan logika-matematika akan berminat pada pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan logika-matematika dengan minat belajar matematika. Penelitian ini merumuskan kecerdasan logika-matematika dan minat belajar matematika sebagai dua variabel yang berhubungan sebagaimana hasil penelitian Nurahmah (2015) bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan logik matematik dengan minat belajar dengan koefisien korelasi sebesar 0,308. Hubungan antara kecerdasan logika-matematika dengan minat belajar logika-matematika dapat digambarkan pada skema dibawah ini.

Gambar 1

Hubungan antara Kecerdasan Logika-Matematika dengan Minat Belajar Matematika

Minat Belajar Matematika Kecerdasan

(51)

F. Hipotesis Penelitian

1. Ha : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan logika-matematika dengan minat belajar matematika siswa kelas V SDN se-gugus 1 Kecamatan Wates tahun ajaran 2015/2016.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif karena data yang diperoleh berupa angka-angka dan selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis menggunakan statistik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan yang menjelaskan sebab-sebab perubahan dalam fakta-fakta soaial yang terukur (Nana Syaodih, 2010: 12).Penelitian kuantitatif memiliki berbagai metode penelitian seperti metode eksperimen, survey, dan ex post facto (Sugiyono, 2013: 17).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ex-postfacto, dimana variabel yang akan diteliti sudah ada dan terjadi secara

alami. Metode ini lebih ditunjukkan untuk melihat dan mengkaji hubungan antara dua variabel atau lebih, dimana variabel yang dikaji telah terjadi sebelumnya (Nana Sudjana, 2010: 54). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel kecerdasan logika-matematika dan variabel minat belajar matematika. Kedua variabel tersebut sudah terjadi ketika peneliti melakukan penelitian, sehingga tidak ada rekayasa maupun pemberian perlakuan tertentu terhadap variabel yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

(53)

penelitian pada SD Negeri yang ada di gugus 1 Wates, yaitu SD Negeri 2 Wates, SD Negeri Punukan, SD Negeri Gadingan dan SD Negeri Beji.

2. Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober hingga Februari 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (2010: 117). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo dengan jumlah siswa 136 siswa. berikut ini akan disajikan tabel distribusi populasi siswa.

Tabel 1. Distribusi Populasi Siswa

No Tempat Jumlah

1 SD Negeri 2 Wates 39 siswa

2 SD Negeri Punukan 25 siswa

3 SD Negeri Beji 35 siswa

4 SD Negeri Gadingan 37 siswa

Jumlah 136 siswa

Sumber: Buku Induk masing-masing sekolah

2. Sampel

(54)

penelitian ini adalah siswa normal yang dipilih secara acah dengan menggunakan undian. Langkah pengundian dalam menentukan sampel adalah sebagai berikut:

a. Memberikan nomor pada populasi.

b. Membuat gulungan kertas yang bertuliskan nomor sesuai dengan jumlah populasi.

c. Mengocok gulungan kertas sampai merata.

d. Mengambil jumlah gulungan kertas sesuai dengan jumlah populasi yang ditentukan.

Penentuan besarnya jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin.

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi E = taraf signifikansi

Anggota populasi pada penelitian ini berjumlah 136 siswa, dan berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Slovin diperoleh jumlah sampel sebanyak 101 siswa. Taraf signifkansi yang digunakan adalah 5%. Tabel 2. Anggota Populasi dan Sampel

(55)

D. Definisi Operasional Variabel

1. Kecerdasan logika-matematika adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibat, pemahaman yang baik tentang pola-pola dan hubungan-hubungan, serta kemampuan siswa dalam menyelesaikan operasi yang kompleks berupa operasi hitung campuran.

2. Minat belajar matematika adalah rasa lebih suka dan ketertarikan seseorang terhadap kegiatan belajar Matematika lebih dari kegiatan belajar pelajaran lain tanpa ada paksaan dari luar. Siswa yang mempunyai minat belajar akan mempunyai perhatian yang terus menerus terhadap kegiatan yang disenangi disertai rasa senang, memperoleh kepuasan dari kegiatan yang diminati, yang kemudian diimplementasikan melalui partisipasi aktif.

E. Metode Pengumpulan Data

(56)

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes dan angket.

1. Tes

Nana Sudjana (2009:35) menjelaskan bahwa tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Tes pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kecerdasan logika-matematika siswa. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban.

2. Metode Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010: 199). Kuesioner pada penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai minat belajar matematika siswa. Jenis kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner tertutup, dimana responden memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti.

F. Instrumen Penelitian

1. Pengembangan Instrumen Penelitian

(57)

penelitian ini, yaitu instrumen kecerdasan logika-matematika dan instrumen minat belajar matematika.

a. Tes kecerdasan logika-matematika

Dibawah ini akan diuraikan kisi-kisi instrumen kecerdasan logika- matematika.

Tabel 3. Kisi-kisi Kecerdasan Logika Matematika

Indikator Sub Indikator Nomor item Jumlah item

Jumlah tes pada variabel kecerdasan-logika matematikaadalah 40 item. Terdapat 4 alternatif jawaban pada setiap item dengan satu jawaban yang tepat. Pola penyekoran instrumen kecerdasan logika-matematika adalah jika benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0.

b. Kuesioner Minat Belajar Matematika

(58)

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar Matematika

a. Berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran

a. Lebih menyukai kegiatan yang berhubungan dengan

mengerjakan soal operasi hitungan dibanding menulis.

37, 38, 39, 40 4

Jumlah 40

(59)

Tabel 5. Pola Penyekoran Kuesioner Minat Belajar Matematika

Pernyataan Pilihan Jawaban

Sangat sesuai

Sesuai Tidak sesuai

Sangat tidak sesuai

Positif (+) 4 3 2 1

2. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen pada penelitian ini terdiri dari uji validitas dan uji relibilitas. Tujuan dari uji coba adalah untuk mendapatkan kualitas alat ukur yang memenuhi syarat sebagai alat ukur psikis (Purwanto, 2012: 111). Purwanto juga mengungkapkan bahwa peserta uji coba dapat berupa: (1) sampel lain yang tidak menjadi sampel responden penelitian, (2) kelompok di luar populasi yang mempunyai karakteristik mendekati responden penelitian, atau (3) peserta uji coba sekaligus menjadi responden penelitian (2012: 110).

Uji coba instrumen penelitian ini mengambil subjek di luar populasi, yaitu siswa kelas V SD N Darat dengan jumlah 17 siswa dan SD N Pleret Kidul dengan jumlah 23 siswa. Jadi jumlah sampel yang digunakan dalan uji coba instrumen berjumlah 40 siswa. Namun, pada saat pelaksanaan uji coba di masing SD Negeri terdapat satu siswa yang tidak hadir, sehingga jumlah sampel yang digunakan untuk uji coba instrumen adalah 38 siswa. a. Uji Validitas Instrumen

(60)

pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur (2010: 228). Ada beberapa macam validitas, yaitu validitas isi, konstruk dan kriteria.

Uji validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi dengan meminta pendapat dari ahli atau expert

judgement. Berdasarkan pendapat ahli untuk instrumen kuesioner

yang semula ada 5 indikator diubah menjadi 4 indikator dengan menggabungkan indikator 1 dan 2 karena dianggap memiliki kesamaan. Selanjutnya jawaban kuesioner yang semula oleh peneliti dibuat dalam pilihan ganda atas masukan dari expert judgement

diubah atau disediakan dalam bentuk kolom-kolom. Jumlah item yang disetujui oleh expert judgement untuk selanjutnya diujicobakan adalah sebanyak 40 item. Pendapat expert judgementuntuk instrumen tes antara lain materi tes harus disesuaikan dengan kemampuan siswa, item untuk sub indikator operasi hitung campuran ditambah yang awalnya hanya 5 item menjadi 10 item, selanjutnya setelah uji coba diketahui banyak item yang tidak valid sehingga atas masukan dari ahli beberapa item yang tidak valid diperbaiki dan diujicobakan kembali.

(61)

pearson seperti dibawah ini. Namun, peneliti menggunakan SPSS versi 16 untuk menguji validitas butirnya.

Rumus:

√ – ∑ .

Keterangan:

rhitung = koefisien korelasi

ΣX = jumlah skor item ΣY = jumlah skor total n = jumlah responden (Riduwan, 2011: 98).

Menurut Duwi Priyatno (2013: 20), keputusan untuk uji validitas menggunakan metode ini adalah jika r hitung > r tabel, maka dikatakan valid dan layak digunakan dalam penelitian. Jika r tabel < r tabel, maka dikatakan tidak valid. Jumlah siswa dalam uji coba ini adalah 38, maka N=38, sehingga diperoleh nilai r tabel yaitu 0,320.

Berdasakan hasil uji coba yang telah dilakukan banyak soal yang valid pada variabel Kecerdasan Logika-matematika adalah 26 soal dan jumlah kuesioner yang valid pada variabel Minat Belajar Matematika adalah 24. Item pada masing-masing variabel yang tidak valid selanjutnya dibuang, dan tidak digunakan dalam penelitian selanjutnya.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan kemampuan memberikan hasil pengukuran yang relatif tetap (Purwanto, 2012: 111). Menurut Uma Sakaran (dalam Duwi Priyatno, 2013: 30) pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas sebagai berikut:

(62)

2) Cronbach’s alpha 0,6 – 0,79 = reliabilitas diterima. 3) Cronbach’s alpha 0,8 = reliabilitas baik

Setelah diuji validitasnya, maka item-item yang tidak valid dibuang dan item yang valid dimasukkan ke dalam uji reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbach’s alpha. Selanjutnya dalan menghitung reliabilitasnya peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16 dengan rumus:

[ ] [ ∑ ]

Keterangan :

= reliabilitas instrumen

k = jumlah item

∑ = jumlah varians butir

= varians total (Suharsimi Arikunto, 2010: 239) Berdasarkan hasil uji coba yang telah dihitungan menggunakan SPSS, diperoleh nilai Cronbach’s alpha sebesar 0,843 untuk variabel Kecerdasan Logika-matematika dan 0,897 untuk variabel Minat Belajar Matematika. Dengan demikian nilai kedua variabel tersebut di atas 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian ini reliabel.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

(63)

minat belajar matematika. Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel secara signifikan mempunyai hubungan yang linear atau tidak (Duwi Priyatno, 2013: 40). Uji normalitas dilakukan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dan uji linearitasdilakukan dengan uji Mean >> Test for Linearity yang diolah menggunbakan program SPSS 19.

2. Uji Hipotesis

Uji korelasi digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini yang berbunyi “terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

kecerdasan logika-matematika dengan minat belajar matematika siswa kelas V SD N Gugus 1 Wates Tahun Ajaran 2015/2016”. Pengujian

hipotesis dapat menggunakan Person Product Moment dengan rumus:

√ Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y

∑ = jumlah skor x ∑ = jumlah skor y (Sugiyono, 2010: 255).

(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat Kecerdasan Logika-matematika

Analisis data pada variabel kecerdasan logika-matematika siswa kelas V SD Gugus 1 Kecamatan Wates menunjukkan hasil yang beragam. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, diperoleh nilai maksimum 25; nilai minimum 5; mean16,22 ; median 16 ; modus15; dan standar deviasi 5,23. Distribusi frekuensi skor kecerdasan logika-matematika akan disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Kecerdasan Logika-matematika

Interval Frekuensi Presentase

25 – 27 4 3, 96%

22 – 24 17 16, 83%

19 – 21 14 13, 86%

16 – 18 19 18, 81%

13 – 15 18 17,82%

10 – 12 19 18,81%

7 – 9 9 8,91%

4 – 6 1 1%

Jumlah 101 100%

Gambar

Gambar 1 Hubungan antara Kecerdasan Logika-Matematika dengan
Tabel 1. Distribusi Populasi Siswa
Tabel 2. Anggota Populasi dan Sampel
Tabel 3. Kisi-kisi Kecerdasan Logika Matematika
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sementara peta penggunaan lahan tahun 2010 diperoleh dari interpretasi citra Geoeye-1 Kota Bima dengan resolusi 0,41 meter atau 16 inci dan imagery date 30 April 2010

Masalah yang hendak diteliti adalah Bagaimana Pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mengenai penggunaan kartu Askeskin, partisipasi masyarakat

Berdasarkan hal tersebut, sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana

Pembangunan Talud Jalan Masjid Baiturrohman Desa Bojong Kec.. Desa Grugu -

Kepada Konsult an yang m asuk daft ar pendek di at as, diundang unt uk m engam bil dokum en pem ilihan dengan cara m engunduh sesuai dengan jadw al m elalui aplikasi SPSE w ebsit e :

Juni 2012 perihal Penawaran Pekerjaan Penyediaan Makanan dan Minuman Peserta dan Panitia Diklat Kepemimpinan Tingkat IV sebanyak 2 (dua) Angkatan Kabupaten Hulu

OH pada posisi orto di C-3’ dan C-4’ serta gugus fungsional okso pada posisi C-4 berpengaruh paling besar terhadap aktivitas antioksidan (Heim et al., 2002). Hasil analisis nilai

Berilah tanda ( √ ) pada alternatif jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan keadaan sebenarnya yang Bapak/Ibu/Sdr/Sdri alami selama bekerja di Rumah Sakit ini. Untuk