• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V A SEKOLAH DASAR NEGERI CEPIT, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V A SEKOLAH DASAR NEGERI CEPIT, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015."

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

IPA DI KELAS VA SEKOLAH DASAR NEGERI CEPIT, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Febriana Marthin Henukh NIM 11108249016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

mendapatkannya”.

(MAZMUR 34 :15)

“Jangan pernah berhenti untuk berusaha, yakinlah dan percayalah pada diri sendiri”.

(6)

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Keluarga Besarku, (terutama orang tua) yang senantiasa mendoakan serta memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Nusa bangsa dan agama.

3. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

Oleh

Febriana Marthin Henukh NIM 11108249016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA dikelas V A SD Negeri Cepit.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa di kelas V A SD Negeri Cepit Kecamatan Sewon. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara semi terstuktur, dan dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti yang dibantu dengan panduan observasi, panduan wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan metode alur yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Uji keabsahan data yang digunakan adalah uji kredibilitas dan uji dependabilitas. Uji kredibilitas dilakukan dengan cara triangulasi sumber dan bahan refrensi, sedangkan uji dependabilitas dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA di kelas V A Sekolah Dasar Negeri Cepit sudah berjalan baik yaitu melalui kegiatan pengamatan sudah dilaksanakan sesuai dengan pendekatan saintifik. Guru juga selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan. Mengajukan pertanyaan sudah dilaksanakan dengan baik dan benar. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan di setiap pembelajaran. Kegiatan menalar sudah sesuai dengan tahap pelaksanaan pendekatan saintifik, siswa sudah diberikan kesempatan untuk mengolah informasi. Kegiatan mencoba, guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan sesuai dengan pendekatan saintifik. Semuanya berjalan dengan baik dan benar. Siswa menjadi mudah paham dan mudah untuk bereksperimen dengan hal-hal yang baru yang terkait dengan proses pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar. Siswa bisa menerima dengan baik kegiatan percobaan yang dilakukan, siswa juga menjadi semakin lebih aktif, kreatif dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Melalui kegiatan mengkomunikasikan, siswa sudah bisa berkomunikasi dalam proses pembelajaran yaitu dengan menceritakan kembali pembelajaran yang dapat dipahami dan yang tidak dapat dipahami.

(8)

Puji syukur kehadirat TYME yang telah memberikan kekuatan, perlindungan

dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA dikelas V A Sekolah

Dasar Negeri Cepit, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul Yogyakarta”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana pendidikan. Tentu tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin berhasil disusun. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada

penulis untuk menuntut ilmu di kampus FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan berbagai

kemudahan.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dasar yang telah memberikan

menyetujui pemilihan judul karya ini.

4. H. Sujati. M. Pd. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan

waktunya dengan sabar membimbing, mengarahkan, serta memberi masukan

pada setiap masalah yang berhubungan dengan penelitian mulai dari awal

hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen jurusan PPSD (Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar)

Universitas Negeri Yogyakarta yang telah banyak membantu selama kuliah

(9)

7. Dinas Pendidikan Kabupaten Rote Ndao yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk melanjutkan studi di kota Yogyakarta.

8. Kedua orang tua saya tercinta, Ayah Yusuf Henukh dan Ibu Elisabeth

Henukh yang telah memberikan material, motivasi, dan kasih sayang serta

senantiasa berdoa tiada hentinya untuk saya.

9. Saudara saya (Ferdy Fernando Henukh, Lili Diana Henukh, Frida Moniana

Fransina Henukh, Haris Hermensen Henukh, Risna Jusella Henukh, Nirmala

Henukh, dan Nesya Ivana Henukh) yang telah membantu menghilangkan rasa

jenuh dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.

10. Keluarga besarku Henukh, Balla, dan Hilly yang selalu menyemangati dan

mendo’akan.

11. Teman-teman seperjuangan PPGT PGSD UNY 2011(Robinson Bara Inna,

Sangkani Dewi Puspita, Aser Rumbiak, Ismail Kamahi, Wita Juanti,

Dewiana, Elsa Monita, Silfina Nugrahwati, Camelia, Faisal, Finna Yuliska,

Muzdalifa, Eva Safitri, Lusi Safiana, Siti Fajaria Golu, Riberto Weni, Sesilia

Kendari Niron, Indah Haryati Amakae, Maria Yohanesti Gola Nuhan, Diana

Sulastry Bethan, Sufance Anaci Niab, Sesri Yunita Aplonia Masus, Mega

Selvira Paut, Justus Benyamin Batmalo, Yohanis Ndun, Yublina Kuanaben,

Oryanci Jermias, Yanus Nap, Candra Kirana, Maria Yunita Didja, dan Nova

(10)

13. Sahabat baikku Dhian, Candra, Elwan, Nando, Yuyun, Edo, Eman yang

selalu memberikanku motivasi dan semangat baru.

14. Sahabat KKN 23 UNY yang selalu memberikan motivasi dan semangat

dalam penyusunan skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga segala bantuan yang diberikan menjadi berkat dan mendapat umur

panjang dari TYME. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi keluarga,

nusa, bangsa dan agama.

Yogyakarta, September 2015

Febriana Marthin Henukh

(11)

HALAMAN JUDUL` ... i

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang pembelajaran IPA ... 9

1. Pengertian pembelajaran ... 9

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ... 11

B. Kajian tentang Pendekatan Saintifik ... 16

1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 16

(12)

B. Subjek Penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 31

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 36

H. Uji Keabsahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

B. Hasil Penelitian ... 41

C. Deskripsi Data ... 42

D. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(13)

hal

Gambar 1. Komponen dalam analisis data ... 36

Gambar 2. Ketika siswa sedang mengamati air dalam gelas yang isi pulpen yang bisa memantulkan cahaya untuk menyelesaikan tugas ... 45

Gambar 3. Ketika siswa sedang bertanya ... 47

Gambar 4. Ketika siswa sedang menalar ... 48

Gambar 5. Ketika siswa sedang mencoba ... 50

(14)

Lampiran 1. Panduan Wawancara... 62

Lampiran 2. Panduan Observasi ... 67

Lampiran 3. Redukdi Data ... 72

Lampiran 4. Display Data ... 87

Lampiran 5. Transkrip Data ... 88

Lampiran 6. Hasil Observasi ... 97

Lampiran 7. Foto Pendukung ... 132

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.Tujuan dari pembelajaran

adalah pembentukan warga negara menjadi warga negara lebih baik untuk

dapat bekerja di masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yakni:

“berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”(Abdullah Sani Ridwan, 2014: 45).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 35 yakni “Standar

nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum,

tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan”.

Karena proses kegiatan belajar mengajar belum sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional yang mengacu pada pendekatan ilmiah (Scientific) dalam pembelajaran Ipa kelas VA. Pendekatan saintifik disini adalah mengacu pada

pada 5M yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating),mencoba (experimentil), dan membentuk jejaring (networking)

(16)

Sains merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan merupakan

bagian dari pembelajaran sains. Belajar sains bukan hanya untuk memahami

konsep-konsep ilmiah dan aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga

untuk mengembangkan berbagai nilai. Sains IPA merupakan “suatu deretan

konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang

tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk

diamati dan di eksperimentasi lebih lanjut.

IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau

meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang

penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Oleh karena itu, untuk

menciptakan sekolah dengan suasana pembelajaran yang demokratis serta

menyenangkan, dibutuhkan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem

pendidikan. Perubahan tersebut berkaitan dengan kurikulum, karena kurikulum

merupakan suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan

bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara pedagogis,

kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk

peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar

yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki

kualitas yang diinginkan masyarakat bangsanya.

Proses pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan

(17)

approach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui

mengamati (observing), menanya (questioning), menalar

(associating),mencoba (experimentil), dan membentuk jejaring (networking).

Untuk setiap mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin

pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada

kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan

nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat

nonilmiah.

Abdullah Sani Ridwan, 2014: 50-51 mengemukakan bahwa pendekatan

saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) yang

umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan

untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data.

Langkah-langkah pendekatan pembelajaran saintifik tersebut yang

merujuk pada teknik-teknik investigasi atas sesuatu atau beberapa fenomena

atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan

pengetahuan sebelumnya.Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian

(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang

spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas

pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau

(18)

demikian, guru harus menerapkan 5M sesuai dengan pendekatan saintifik

dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik sangat penting untuk

diterapkan karena akan melahirkan anak yang berjiwa pemberani yang sudah

ditanamkan melalui jenjang pendidikan sesuai komponen pembelajaran

saintifik yang telah diterapkan di Sekolah Dasar. Proses pembelajaran

sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah pengembangan ranah

sikap, pengetahuan, dan keterampilan tersebut secara utuh/holistik, artinya

pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya.

Dengan demikian, proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi

yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap (afektif), pengetahuan

(kognitif), dan keterampilan yang terintegrasi (psikomotor).

Hasil studi awal melalui observasi dan wawancara dengan Wali Kelas

VA di SD Negeri Cepit peneliti menemukan permasalahan sebagai berikut: (1)

Pendekatan saintifik sudah berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dijelaskan

bahwa harapan guru kelas dengan proses pembelajaran saintifik belum bisa

mencapai target 100% tetapi masih mencapai target 70%; (2) Buku sumber

tentang KTSP belum mencukupi masih dalam tahap perlengkapan; (3) dalam

pembelajaran IPA sudah dilaksanakan pendekatan saintifik tetapi masih ada

tahap pokok-pokok tertentu yang belum dilaksanakan; (4) guru bingung untuk

menerapkan karena kurikulum selalu diganti terus; (5) siswa kurang aktif

(19)

prasarana; (6) dalam kelas untuk kelompok bawah sulit untuk mengikuti

kalangan kelompok atas yang sudah bisa mengikuti yang dikarenakan

kurangnya dorongan dan mativasi dari orang tua /wali untuk mendukung

anaknya di rumah dari yang kalangan rendah.

Berdasarkan uraian dan hasil pengamatan tentang Implementasi

pendekatan saintifik di Sekolah Dasar ternyata guru masih kurang efektif

untuk menerapkan pembelajaran saintifik sesuai UU PERMENDIKBUD NO

57 Tahun 2014 Pasal 11 (1) Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar

/Madrasah dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-terpadu. (2)

Pembelajaran tematik-terpadu merupakan Muatan pembelajaran dalam mata

pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang diorganisasikandalam

tema-tema. Kegiatan pembelajaran di SD Negeri Cepit dan berbagai

permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut

mengenai bagaimana mengimplementasi pembelajaran saintifik di SD Negeri

Cepit yang berkaitan dengan dengan peran guru kelas V terutama kelas VA

dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, maka peneliti mengangkat dengan

judul : “Implementasi pendekatan Saintifik dalam pembelajaran IPA di kelas

(20)

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat

diidentifikasikan beberapa masalah yang timbul di SDN CEPIT

KECAMATAN SEWON antara lain:

1. Pendekatan saintifik sudah berjalan tetapi belum sebagaimana mestinya.

2. Buku sumber tentang KTSP belum mencukupi masih dalam tahap

perlengkapan.

3. Pembelajaran IPA sudah menggunakan pendekatan saintifik tetapi belum

lengkap.

4. Siswa dengan kemampuan akademik rendah sulit untuk mengikuti siswa

yang kemampuan akademik atas.

C. Fokus penelitian

Melihat luasnya permasalahan yang ada pada penelitian ini, maka akan

difokuskan pada:

Peran guru dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam

pembelajaran IPA kelas VA yang belum maksimal sebagaimana mestinya di

SD Negeri Cepit Kecamatan Sewon.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dalam

penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah yaitu :

Bagaimana implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA kelas

(21)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA kelas VA di SD Negeri Cepit

Kecamatan Sewon. Namun secara khusus tujuan penelitian ini untuk :

Mendapatkan data empiris tentang implementasi pendekatan saintifik dalam

pembelajaran IPA di SD Negeri Cepit Kecamatan Sewon.

F. Manfaat penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini bermanfaat :

1. Secara teoritis

Memberi masukan dalam upaya mengimplementasikan pendekatan

saintifik dalam pembelajaran IPA

2. Secara praktis

a. Bagi Sekolah

1) Memberi gambaran sejauh mana implementasi pendekatan

saintifik dalam pembelajaran IPA itu diterapkan di sekolah

tersebut.

2) Meningkatkan kesadaran bagi sekolah untuk menampakkan

pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA sebagaimana

(22)

b. Bagi Guru

Memberi gambaran sejauh mana implementasi pendekatan saintifik

dalam pembelajaran IPA itu berjalan di dalam proses kegiatan belajar

mengajar di sekolah tersebut.

1) Meningkatkan motivasi bagi guru untuk memgimplementasikan

pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA .

c. Bagi Siswa

1) Memberi informasi bagi siswa agar siswa mendapatkan

pendekatan pembelajaran saintifik dalam pembelajaran yang

sebenarnya.

2) Membiasakan siswa untuk aktif mengamati, menanya, mencoba,

menalar dan membentuk jejaring pada pembelajaran IPA yang

(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang pembelajaran IPA

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas

pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama

keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan salah satu tindakan

edukatif yang dilakukan di dalam kelas. Tindakan dapat dikatakan bersifat

edukatif bila berorientasi pada pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan

sikap. Guru dituntut untuk mengembangkan semua aspek tersebut. Dengan

demikian guru harus berkompeten dalam mengembangkan suatu

pembelajaran (Wina Sanjaya 2006: 86).

Majid (Dedeng 201: 11) mengemukakan bahwa pembelajaran atau

pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Disisi lain,

Aunurrahman (2010: 9) menempatkan pembelajaran sebagai proses transfer

informasi atau transfer of knowledge dari guru kepada siswa. Sedangkan

Abdurrakhman (2010: 5) mempunyai pandangan berbeda tentang

pembelajaran. Pembelajaran baginya hanya kegiatan memotivasi dan

memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat belajar sendiri. Bahkan secara

filosofis, Razali (2006: 152) menguraikan pembelajaran sebagai suatu bentuk

(24)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

menyatakan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses

kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat

menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan

saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai

tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses

penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke

penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran atau media dan penerima

pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan

dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam

kurikulum, sumber pesannya bisa juga melalui guru, siswa, orang lain

ataupun penulis buku dan media. Demikian pula kunci pokok pembelajaran

ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran

hanya guru yang aktif sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan

kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran.Jadi, jika

pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif,

maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar maka diharuskan

(25)

pembelajaran dimana siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru

untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar.Hal

ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku

dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah

yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku

bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran mempunyai pengertian yang

mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Memurut Usman Samatowa (2011: 3) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa

Inggris science.Kata science sendiri berasal dari bahasa latin yaitu scientia

yang berarti saya tahu. Sedangkan science terdiri dari dua kata yaitu social science (Ilmu Pengetahuan Sosial ) dan natural science (Ilmu Pengetahuan

Alam). Namun dalam perkembangannya, science sering diterjemahkan

sebagai sains yang berarti ilmu pengetahuan alam saja. Oleh karena itu yang

menjadi pilihan dalam pembahasan ini untuk lebih fokus adalah diantara

(26)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari alam semesta,

benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa,

baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan

indera. Menurut H.W Fowler (Trianto 2010: 134), IPA adalah pengetahuan

yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gelaja-gejala

kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi.

Sedangkan Kardi dan Nur (Trianto 2010: 134) mengatakan bahwa IPA atau

ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun

benda mati yang diamati. Adapun menurut Wahana (Trianto 2010:136), IPA

adalah suatu kumpulan pengetahuaan yang tersusun secara sistematis dan

dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas

pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti

observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,

terbuka, jujur dan sebagainya.

Piaget (Usman Samatowa 2011: 5) mengatakan bahwa pengalaman

langsung memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya

perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak yang terjadi secara

spontan dari kecil (sejak lahir) sampai umur 12 tahun. Anak akan siap untuk

(27)

(skemata) yang terjadi prasyaratnya yakni perkembangan kognitif yang

bersifat hirarkhis dan integrative.

Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai disiplin ilmu dan

penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam)menjadi penting, tetapi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam perlu

diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses Ilmu

Pengetahuan Alam dan yang perlu dimodifikasikan sesuai dengan tahap

perkembangan kognitifnya (Usman Samatowa 2011: 5).

Keterampilan proses sains menurut kurikulum 2006 adalah

Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains

sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan

proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan

mampu memecahkan masalah yang dapat di definisikan dalam lima M yaitu

mengamati, menanya, mencoba, menalar, membentuk jejaring.

Wina Sanjaya (2011:157) mengatakan bahwa struktur kurikulum SD/

MI meliputi subtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang

pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI.

Struktur kurikulum SD disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan

standar kompetensi pembelajaran. Pembentukan kompetensi, dan karakter

peserta didik yang direncanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, pembelajaran merupakan suatu sistem,

(28)

berkaitan dan dengan demikian, maka merencanakan pelaksanaan

pembelajaran adalah merencanakan setiap komponen sesuai dengan struktur

dan tujuan dari pembelajaran.

Peraturan Pemerintah dalam Nomor 19 tahun 2005 bab IV pasal 20

yang menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus

dan pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya lima

komponen pokok, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, sumber belajar dan penilian hasil belajar. (1) tujuan

pembelajaran dalam standar isi dan standar kompetensi lulusan tujuan

pembelajaran di rumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai oleh

siswa setelah berakhir suatu proses pembelajaran (2) materi/isi pembelajaran

berkenaan dengan bahan pembelajaran yang harus dikuasai siswa sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran harus digali dari berbagai

sumber belajar sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai (3) metode

pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk dapat mendorong siswa

dalam beraktivitas sesuai dengan gaya belajarnya (4) media dan sumber

belajar. Media dalam proses pembelajaran dapat diartikan sebagai alat bantu

untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Sedangkan sumber

belajar adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang harus dipelajari

sesuai dengan materi pelajaran (5) Evaluasi dalam KTSP diarahkan bukan

(29)

hasil belajar, tetapi juga untuk mengumpulkan informasi tentang proses

pembelajaran yang dilakukan setiap siswa.

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP

secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi siswa

untuk mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam

rangka pelaksanaan KTSP, guru harus menyusun RPP dengan menyesuaikan

beberapa komponen dengan dokumen kurikulum tersebut. Selain itu di

dalam rencana pelaksanaan pembelajarannya harus menerapkan pendekatan

saintifik (scientific) dalam penyusunan kegiatan pembelajaran yaitu dengan merencanakan proses kegiatan pembelajaran.

Diketahui bahwa kurikulum KTSP mengembangkan dua modus

proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses

pembelajaran tidak langsung. “Proses pembelajaran langsung adalah proses

pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan,

kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi

langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP

berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung

tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya,

(30)

ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung

menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut

dengan instructional effect. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak

dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan

dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang

nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh

mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan

moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap

kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah dan masyarakat” (Kemendikbud,

2013: 17-18).

B. Kajian Tentang Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Hosnan (2014: 34) mengemukakan bahwa pendekatan saintifik adalah

proses pembelajarn yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan,

mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

ditemukan”.

Menurut Nur (Putra, 2013: 12) pendekatan saintifik merupakan

(31)

proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui

berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan

(scientific) dalam melakukan penyelidikan ilmiah yang artinya peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan

nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.

Pendekatan pembelajaran berbasis peningkatanketerampilan proses

sains adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan

proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu menurut Beyer

(Djohar, 2007: 20). Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian

pengetahuan dari pada transfer pengetahuan. Peserta didik dipandang sebagai

subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,

guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan

kegiatan belajar.

Menurut Daryanto (2014: 51) pembelajaran dengan pendekatan

saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar

peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui

tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan

masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

(32)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

saintifik merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran yang

mengintegrasikan keterampilan sains yaitu mencari tahu sendiri fakta-fakta

dan pengetahuan yang dikaitkan dengan materi pembelajaran. Pendekatan

saintifik lebih menekankan kepada peserta didik sebagai subjek belajar yang

harus dilibatkan secara aktif.

Pendekatan saintifik pada dasarnya memandang fenomena khusus

(unik) dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan pada

simpulan. Demikian diperlukan adanya penalaran dalam rangka pencarian.

Untuk dapat disebut sebagai pendekatan saintifik, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.

Penerapan pendekatan ilmiah memiliki beberapa kriteria yang harus

dipenuhi diantaranya adalah sebagai berikut (1) materi pembelajaran berbasis

pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran

tertentu dengan pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran; bukan

sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata (2) penjelasan

guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka

yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari

alur berpikir logis untuk guru harus mengetahui perencanaan pendekatan

saintifik dalam pembelajaran (3) mendorong dan menginspirasi siswa

(33)

memsahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi

pembelajaran (4) mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir

hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari

materi pembelajaran (5) mendorong dan menginspirasi siswa mampu

memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional

dan objektif dalam merespon materi pembelajaran (6) berbasis pada konsep,

teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan (7) tujuan

pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem

penyajiannya (Kemendikbud, 2013: 2-3).

Kegiatan Pelaksanaan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran adalah

guru harus perlu mengetahuai hal-hal pokok atau permasalahan yang ada

dalam penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA dikelas yaitu:

(1) bagaimana perencanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA (2)

bagaimana pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA (3) apa

yang menjadi kendala bagi guru kelas dalam mengimplementasikan

pendekatan saintifik dalam pembelajaran (4) bagaimana solusi yang

diterapkan oleh guru untuk mengatasi kendala dalam mengimplementasikan

pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam

Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 adalah menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau

(34)

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan

kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Dalam kegiatan ini, peserta didik

diharapkan sudah dapat mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian

ditampilkan didepan khalayak ramai sehingga rasa berani dan percaya dirinya

dapat lebih terasa. Peserta didik yang lain pun dapat memberikan komentar,

saran, atau perbaikan mengenai apa yang dipresentasikan oleh rekannya.

Berdasarkan teori Dyer (Ridwan Abdullah Sani, 2014:53-71)

pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah dalam pembelajaran memiliki

lima komponen sebagai berikut: mengamati, menanya, mencoba, menalar dan

membentuk jejaring.

a. Observasi (mengamati)

Mengamati adalah menggunakan panca indra untuk memperoleh

informasi. Sebuah benda dapat diobservasi untuk mengetahui

karakteristiknya, misalnya: warna, bentuk, suhu, volume, berat, bau,

suara, dan teksturnya. Benda dapat menunjukan karakteristik yang

berbeda jika dikenai pengaruh lingkungan.Perilaku manusia juga dapat

diobservasi untuk mengetahui sifat, kebiasaan, respons, pendapat, dan

karakteristik lainnya. Pengamatan dilakukan secara pengamatan kualitatif

untuk membuktikanya valid yang mengandalkan panca indra dan

hasilnya dideskripsikan secara naratif. Contoh data kualitatif adalah

(35)

permukaan yang kasar.Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup

beberapa hal untuk mendapatkan fakta yaitu dengan mencari informasi,

melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.

Menurut Hosnan (2014: 39-41) mengamati (observing)

merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan

pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan

siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Oleh karena

itu, siswa harus mengedepankan pengamatan langsung pada obyek yang

akan dipelajari agar siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang

obyektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.

Maka mengamati/ observing adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena social dan gejala-gejala psikis dengan jalan

pengamatan dan pencatatan.

Menurut Daryanto (2014: 60) metode mengamati sangat

bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga

proses pembelajaran memiliki makna yang tinggi. Kegiatan mengamati

dalam pembelajaran sebagaimana dinyatakan dalam Permendikbud

Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan memberi

kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:

melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi

peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk

(36)

suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah

melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

b. Menanya

Menanya adalah mengajukan pertanyaan. Siswa perlu dilatih untuk

merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari.

Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan

dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar

sepanjang hayat. Guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta

didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca

atau dilihat.

Hosnan (2014: 48) mengemukakan bahwa menanya (questioning) adalah dalam kegiatan belajarnya mengajukan pertanyaan tentang

informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan

untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai

dari pertanyaan factual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

Kompetensi yang dikembangkan adalah kreatititas, rasa ingin tahu,

kemampuan merumuskam pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis

yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.Pada kegiatan

pembelajaran ini, siswa melakukan pembelajaran bertanya. Bertanya

sendiri merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan.

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana

(37)

mengajukan pertanyaan tentang informasi yang dipahami dari apa yang

diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang

apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan factual sampai ke pertanyaan

yang bersifat hipotetik). Adapun adapun kompetensi yang diharapkan

dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreatifitas, rasa ingin tahu,

kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang

perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

Menurut Daryanto (2014: 64-65) dalam kegiatan mengamati, guru

membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya

mengenai apa yang dilihat, disimak dan dibaca. Guru perlu membimbing

peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil

obyek yang konkrit dan abstrak sesuai dengan konsep, fakta dan prosedur

yang terjadi.

Fungsinya untuk membangkitkan rasa ingin tahu, minat, peserta

didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran adalah dengan:

mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk tetap aktif belajar, serta

mengembangkan pertanyaan dari orang lain dan untuk dirinya sendiri;

mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan

rancangan untuk mencari solusinya; menstrukturkan tugas-tugas dan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap,

keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang

(38)

mendorong partisipasi dalamberdiskusi; membangun sikap keterbukaan

untuk saling member dan menerima pendapat atau gagasan; membiasakan

peserta didik berpikir spontan dan cepat; melatih kesantunan dalam

berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

Kriteria pertanyaan yang baik yaitu: singkat dan jelas; menginspirasi

jawaban;memiliki fokus; bersifat probing atau divergen, bersifat

validatifatau penguatan. Fungsi penguatan memberi kesempatan peserta

didik untuk berfikir ulang.

c. Mengumpulkan Informasi/ Melakukan Eksperimen

Mengumpulkan Informasi/ melakukan eksperimen merupakan

belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa

dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab

suatu permasalahan. Oleh karena itu guru juga dapat menugaskan siswa

untuk mengumpulkan data/ informasi dari berbagai sumber.

Menurut Hosnan (2014: 56) kegiatan “mengumpulkan informasi”

merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan

menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui

berbagai cara. Untuk itu, diharapkan peserta didik dapat membaca buku

yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti,

atau bahkan melakukan eksperimen. Eksperimen/ mencoba merupakan

kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk

(39)

percobaan yang dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan didalam

laboratorium, tetapi dapat dilakukan pada alam sekitar.

Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen,

membaca sumber lain selain buku teks, mengamati

objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan nara sumber, dan sebagainya.

Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti,

jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara

yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang

hayat.

d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar

Menalar adalah kemampuan mengolah informasi melalui penalaran

dan berfikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki

oleh siswa.Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang

dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi

dengan informasi lainnya dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola

yang ditemukan.

Menurut Hosnan (2014: 60) associating (menalar/mengelolah

informasi) adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta

empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa

(40)

entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara pikiran

atau kedekatan dalam ruang dan waktu.

Associating/ mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud

Nomor 81a tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah

dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen

maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan

informasi. Pengelolaan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat

menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengelolaan informasi

yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat

yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.Kegiatan ini dilakukan

untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,

menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.

Menurut Daryanto (2014: 75) terdapat dua cara menalar, yaitu

penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran induktif merupakan

cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut

khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi menalar secara induktif

adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata

seacara individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum dan

penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari

pertanyaan-pertanyaan fenomena yang bersifat umum menuju pada hal-hal

(41)

e. Membentuk Jejaring atau Mengkomunikasikan

Membentuk Jejaring atau Mengkomunikasikan dalam Pendekatan

Saintifik Maksudnya adalahguru diharapkan memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.

Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa

yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan

menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru

sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Kompetensi yang menjadi penting dalam membangun jaringan atau

disebut membentuuk jejaring adalah sebagai salah satu keterampilan

intrapersonal, keterampilan interpersonal, dan keterampilan organisasional

(social). Pengertian dari ketiga keterampilan ini adalah yang pertama:

Keterampilan intrapersonal terkait dengan kemampuan seseorang

mengenal keunikan dirinya dalam memahami dunia, diantaranya:

kesadaran emosi, penilaian diri secara akurat, penghargaan diri, kontrol

diri, manajemen diri dan motivasi diri. Kedua Keterampilan interpersonal

adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Contohnya:

empati, orientasi layanan, kesadaran organisasional, keterampilan

komunikasi, keterampilan negosiasi, kohesi social, dan kepemimpinan.

Sementara itu yang ketiga keterampilan organisasional (atau keterampilan

sosial) adalah kemampuan untuk berfungsi dalam struktur sosial sebuah

(42)

Menurut Hosnan (2014 :76-77) networking (membentuk jejaring) yang terbentuk dari model networked, model networked adalah model pembelajaran berupa kerja sama antara siswa dengan seorang ahli dalam

mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran

yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak

langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku

bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orang tua, atau guru

yang dianggap ahli olehnya.Siswa memperluas wawasan belajarnya

sendiri, artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang

besar dalam dirinya.

Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan,

kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media

lainnya.Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap

jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan

pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan

berbahasa yang baik dan benar. Pada tahapan ini, siswa mempresentasikan

kemampuan mereka mengenai apa yang telah dipelajari sementara siswa

lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa pertanyaan, sanggahan

(43)

C. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi pertanyaan peneliti adalah :

1. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memberikan siswa

kesempatan untuk melakukan pengamatan?

2. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memberikan siswa

kesempatan untuk mengajukan pertanyaan?

3. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memberikan siswa

kesempatan untuk melakukan penalaran?

4. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memberikan siswa

kesempatan untuk melakukan percobaan?

5. Apakah dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memberikan siswa

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang

disajikan berupa kata-kata. Nana Syaodih Sukmadinata, (2005; 12)

mengemukakan bahwa penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok. Penelitian ini untuk mendeskripsikan suatu

keadaan, melukiskan dan menggambarkan pelaksanaan pendekatan saintifik

dalam pembelajaran di SD Negeri Cepit. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif yang disajikan secara deskriptif. Oleh karena itu, penelitian

ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya

diperoleh keterangan dan untuk selanjutnya disebut informan. Penelitian ini

menggunakan kriteria berbasis seleksi (criterion-based selection) yang didasarkan pada asumsi bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema

penelitian. Peneliti dalam menentukan informan penelitian menggunakan model

snow ball untuk memperluas subjek penelitian. Teknik snow ball memulai dari jumlah subjek yang sedikit semakin lama berkembang menjadi banyak. Dengan

(45)

sesuai dengan kebutuhan dan terpenuhinya informasi. Penelitian ini mengambil

informan kunci. Maka dalam subjek penelitian ini adalah guru dan siswa

Sekolah Dasar Negeri Cepit Kecamatan Sewon, yang didasarkan pada alasan

guru dan siswa merupakan pelaksana utama dalam pembelajaran.

C. Sumber data

Penentuan sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling, Sugiyono (2007: 125) menjelaskan snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar.

Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang implementasi pendekatan

saintifik dalam proses pembelajaran, maka sampel datanya adalah guru dan

siswa kelas VA.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2015 hingga maret 2015 di SD

Negeri Cepit. SD Negeri Cepit terletak di Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul

Provinsi Yogyakarta jalan masuk jembatan depan lapangan bola. SD Negeri

Cepit ini setiap tahun selalu menampung dua ratus lebih siswa dengan

bermayoritas Islam, lokasi sekolah berada ditengah-tengah masyarakat. Hal ini

memberi keunikan tersendiri karena siswa yang berada di SD Negeri Cepit

hanya berasal dari daerah sekitar itu sendiri sehingga dalam proses pembelajaran

tidak membuat siswa untuk memikirkan waktu perjalanan saat pulang sekolah

(46)

karenanya kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam

pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang digunakan

peneliti untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2010: 62-63) teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian

kualitatif pengumpulan data yang dilakukan dalam kondisi yang alamiah

(naturalsetting), sumber data primer,dan teknik pengumpulan data yang lebih banyak pada observasi (pengamatan), interview (wawncara). Data yang

diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut.

1. Wawancara

Sugiyono (Esterberg 2002; 72) mendefinisikan wawancara adalah

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Esterberg (Sugiyono, 2005: 73-74) mengemukakan beberapa

macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur,

dan wawancara tak berstruktur. Maka peneliti memilih untuk menggunakan

wawancara semi-terstruktur karena wawancara ini termasuk kategori

wawancara mendalam (in-depht interview) adalah proses memperoleh

(47)

muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama

(Sutopo 2006: 72). dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan

dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara

diminta pendapat dan ide-idenya.

Peneliti menggunakan kepala sekolah sebagai informan utama dan

akan bertambah melibatkan guru kelas, dan siswa yang berada di SD Negeri

Cepit. Peneliti memilih informan berdasarkan dengan kebutuhan dan

terpenuhinya informasi mengenai pelaksanaan pendekatan saintifik dalam

pembelajaran SDN Cepit yaitu orang-orang yang memiliki peran penting

dalam permasalahan yang ingin diketahui untuk menjawab pertanyaan

penelitian.

2. Observasi

Nana syaodih Sukmadinata (2005: 220) menyatakan bahwa, observasi

(observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung.

Sanafiah Faisal (Sugiyono, 2010: 64-67) mengklasifikasikan

observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observasion)

(48)

data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau

peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden,observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observasion dan covert observacion) dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia akan melakukan

penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai

akhir tentang aktivitas si peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak

terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau

suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.

Kemungkinan kalau si peneliti menyatakan terus terang maka peneliti tidak

akan diijinkan untuk melakukan penelitian dan obsevasi yang tak berstruktur

(unstructured observasion) merupakan observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat

harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu

objek. Peneliti menggunakan observasi terus terang atau tersamar dalam

melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,

bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui

sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.

3. Dokumentasi

Nana syaodih (2005: 221) mengemukakan bahwa Studi dokumenter

(49)

gambar maupun elektronik. Sugiyono (2010: 82-83) menyatakan bahwa

dokumen catatan peristiwa peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Nasution (Sugiyono, 2007: 306) menyatakan bahwa dalam

penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen utama, karena segala sesuatunya

belum mempunyai bentuk yang pasti.Masalah, fokus penelitian, prosedur

penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, semuanya

belum dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Oleh karena itu, yang

menjadi intrumen adalah peneliti sendiri, yang bisa bertindak sebagai alat yang

adaptif serta responsif. Penelitian ini dibantu dengan instrumen pedoman

wawancara, pedoman observasi, serta dokumentasi.

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi

dan pedoman wawancara:

1. Pedoman Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh data situasi sosial yang

terdiri dari tempat (Place), pelaku (Actor), dan kegiatan (Activity). Peneliti menggunakan pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran saintifik di

sekolah.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara ini bertujuan memperoleh data melalui tanya jawab

(50)

guru dan siswa untuk mengetahui pendekatan saintifik dalam pembelajaran

IPA diSD Negeri Cepit. Wawancara ini menggunakan pedoman wawancara

guru kelas dan kepala sekolah tentang pelaksanaan pendekatan saintifik

dalam pembelajaran IPA yang diterapkan di SD Negeri Cepit melalui lima M.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan (Sugiyono, 2006: 334), analisis data kualitatif adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Miles dan Huberman,

(1992: 15-20) menyatakan bahwa data yang diperoleh dari berbagai sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

(triangulasi data), data dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

Aktivitas analisis data digambarkan seperti di bawah ini:

Gambar 1. Komponendalam analisis data (model interaktif)

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

(51)

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti unuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya

bila diperlukan.

Setelah peneliti mendapatkan data dari hasil observasi, wawancara,

dan dokumentasi maka peneliti akan mereduksi data atau menyingkirkan

beberapa data yang relevan kemudian memilih data yang relevan untuk

dijadikan fokus dalam penelitian.

2. Data Display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka tahap selanjutnya adalah penyajian data.

Pada tahap ini data yang telah dipilah-pilah diorganisasikan dalam kategori

tertentu dalam bentuk matriks (display data) agar memperoleh gambaran

secara utuh. Penyajian data dilakukan dengan cara penyampaian informasi

berdasarka data yang dimiliki dan disusun secara runtut dan baik dalam

bentuk naratif,sehingga mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing/verification (Penarikan Kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Sugiyono, (2007: 345)

menjelaskan bahwa, kesimpulan yang diambil masih bersifat sementara dan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan

pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka

(52)

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin

juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan

akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan untuk melakukan

penelitian.

H. Uji Keabsahan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji dependalitas dan uji

kredibilitas. Uji depenbilitas dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan dosen

pembimbing skripsi sebagai yang mengaudit keseluruhan proses penelitian

mulai dari penentuan masalah/ fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber

data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai

kesimpulan. Adapun cara pengujian kredibilitas data dilakukan melalui

triangulasi dan bahan referensi.

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2007: 330).

Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya

peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data.

Pada tahap ini peneliti menggunakan triangulasi sumber yang digunakan

(53)

yang diperoleh dari tiga wawancara tersebut mengalami keterkaitan maka data

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sekolah dasar yang terdapat di

kelurahan Panggung harjo kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Yogyakarta.

Lokasi SD ini berjarak 30 meter dari jalan besar, tidak diketahui secara pasti

kapan SD Cepit ini dibangun, namun menurut Kepala Sekolah SD Cepit pada

tahun 1959 SD Cepit sudah ada. Fasilitas yang dimiliki oleh SD Cepit berupa 12

ruang kelas, masing-masing kelas terdiri dari 2 kelas yaitu dari kelas I-VI.Ruang

Kepala Sekolah dipisahkan dengan ruang guru, hanya ada satu pintu di dalam

ruangan tersebut yang menghubungkan ruang Kepala Sekolah dan ruang guru.

SD Negeri memiliki 1 ruang perpustakaan di dalamnya satu kamar untuk

penjaga perpustakaan atau pengurus perpustakaan, 1 ruangan untuk ruang UKS

dan lab computer, dan ada 8 ruang toilet dan 1 ruangan luas untuk tempat parkir

sepeda motor murid-murid SD Negeri Cepit. SD Negeri Cepit mempunyai

halaman sekolah yang cukup luas sehingga mampu menampung seluruh siswa

dari kelas I-VI dan para guru untuk melaksanakan upacara. Selain itu di depan

bangunan sekolah SD Cepit terdapat lapangan bola milik masyarakat yang

biasanya digunakan siswa pada saat kegiatan olahraga maupun yang

lainnya,dibelakang bangunan SD Cepit juga terdapat bangunan masjid yang

(55)

SD Negeri Cepit memiliki 1 Kepala Sekolah, 12 guru kelas, 4 guru

bidang studi yaitu guru olahraga, guru pendidikan agama Islam, guru pendidikan

agama Kristen Khatolik, guru pendidikan Agama Kristen Protestan, guru

Kesenian, dan guru pendidikan Bahasa Jawa. SD ini memiliki 252 orang siswa,

yang terbagi menjadi 12 kelas mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI.Siswa

di SD ini berasal dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan ekonomi bawah,

ekonomi menengah, sampai kalangan ekonomi atas. Meskipun demikian semua

siswa tetap mendapatkan hak belajar yang sama sebagai siswa SD Negeri Cepit.

Siswa di SD ini juga berasal dari berbagai agama mulai dari agama Islam, agama

Kristen, dan juga agama Katholik.

Penetapan lokasi penelitian di SD Negeri Cepit dikarenakan sekolah ini

merupakan salah satu sekolah yang sudah menggunakan kurikulum 2006 yaitu

kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tetapi tetap

menerapkan pendekatan saintifik dalam setiap proses pembelajaran. Maka

peneliti mengajukan untuk melakukan penelitian di sekolah ini.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan guru kelas dan siswa,

catatan lapangan dan dokumentasi, didapatkan hasil penelitian tentang

pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA kelas V A sebagai

(56)

C. Deskripsi Data

1. Pelaksanaan pendekatan saintifik di Sekolah Dasar Negeri Cepit.

Guru kelas VA menjelaskan bahwa pendekatan saintifik adalah

pendekatan yang digunakan untuk pembelajaran dengan menggunakan

langkah-langkah ilmiah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan

infomasi/ mencoba, menalar/ mengasosiaikan, dan mengkomunikasikan/

membentuk jejaring. Penjelasan yang sama juga diutarakan oleh pak AK

selaku kepala sekolah tentang pendekatan saintifik, pak AK menjelasakan

bahwa pendekatan saintifik adalah sebuah pembelajaran yang diawali dari

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar/

mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan, dan urutan tersebut selalu

dimunculkan dalam setiap kali pertemuan.

Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan dan ibu “R”

selaku guru kelas V A tentang pendekatan saintifik mengungkapkan bahwa

dalam pembelajaran melalui pendekatan sainfik semuanya berjalan sesuai

rencana, guru sudah membuat langkah-langkah pendekatan saintifik sesuai

dengan yang dibutuhkan siswa, selain itu menggunakan referensi lain yaitu

buku-buku paket dan alam sekitar yang ada disekitar sekolah.

Dari hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru Ibu

“R” selaku guru kelas V A secara keseluruhan sudah memahami apa itu

pendekatan saintifik dan apa saja langkah-langkah yang ada dalam

(57)

hasil observasi yang dilakukuan peneliti dilapangan pada Senin, 18 Mei 2015

terkait dengan pelaksanaan pendekatan saintifik selama proses pembelajaran.

SD Negeri Cepit menerapkan pendekatan saintifik dalam

pembelajaran sejak kurikulum sesudah yaitu kurikulum 2013 dan kembali

pada kurikulum 2006 atau yang disebut KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan) pun masih diterapkan sehingga guru-guru tidak merasa sulit

dalam menerapkan langkah-langkah pendekatan saintifik dan guru-guru

merasa lebih nyaman menerapkan pendekatan saintifik pada kurikulum 2006

dari pada kurikulum 2013 karena akan menyita banyak waktu dan

menyulitkan guru pada saat penilaian.

Berikut ini juga adalah hasil wawancara peneliti dengan guru “R”

selaku guru kelas V A terkait dengan penerapan pendekatan saintifik :

Penyusunan RPP guru sudah menyusun sesuai dengan langkah-langkah

dalam pendekatan saintifik kesesuaian dan ketidak sesuaian yang dimaksud

yaitu dengan mengikuti sesuai materi yang dibutuhkan siswa dan guru kelas

juga mengakui sejauh ini tidak pernah mengalami kesulitan sejak kembali

pada kurikulum lama yaitu kurikulum 2006. Guru Sering menggunakan buku

yang lain misalnya buku paket, buku refrensi dan alam sekitar sesuai dengan

ada di alam sekitar sekolah.

Guru kelas menjelaskan bahwa dengan adanya kurikulum 2006

kembali diterapkan maka langkah-langkah pendekatan saintifik menjadi

Gambar

Gambar 1. Komponendalam analisis data (model interaktif)
Gambar 2. Ketika siswa sedang mengamati air dalam gelas yang isi pulpen yang bisa memantulkan cahaya untuk menyelesaikan tugas
Gambar 3. ketika siswa sedang bertanya.
Gambar 4. Ketika siswa sedang menalar
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil analisis menemukan bahwa meskipun dikeluarkan kebijakan asimilasi, semua responden masih menggunakan dan memberikan nama Tionghoa kepada putra-putrinya yang

Peneliti menginginkan pendapat anda mengenai “ PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL, GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA.. KARYAWAN

Sehubungan dengan Pelelangan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi yang di laksanakan oleh Panitia Pengadaan barang/Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan untuk

Di era digital ini, tantangan yang dihadapi oleh sebuah perpustakaan, antara lain adanya informasi tanpa batas, semakin beragamnya bahan pustaka, semakin kompleksnya

Sehubungan dengan Pelelangan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi yang di laksanakan oleh Panitia Pengadaan barang/Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan untuk

Kesenjangan antara kinerja dengan kepentingan adalah selisih antara nilai tingkat kinerja dengan nilai tingkat harapan dari pengguna moda transportasi speed

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang besar, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “ ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT AJAR TENTANG