• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN SELADA AIR (NASTURTIUM OFFICINALE) SEBAGAI SALAH SATU INDIKASI GEOGRAFIS KECAMATAN PARONGPONG, KABUPATEN BANDUNG BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESESUAIAN LAHAN TANAMAN SELADA AIR (NASTURTIUM OFFICINALE) SEBAGAI SALAH SATU INDIKASI GEOGRAFIS KECAMATAN PARONGPONG, KABUPATEN BANDUNG BARAT."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 2024/UN.40.2.4/PL/2014

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN SELADA AIR (NASTURTIUM OFFICINALE) SEBAGAI SALAH SATU INDIKASI GEOGRAFIS KECAMATAN PARONGPONG,

KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh Revi Mainaki NIM. 1005785

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN SELADA AIR (NASTURTIUM OFFICINALE) SEBAGAI SALAH SATU INDIKASI GEOGRAFIS KECAMATAN PARONGPONG,

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh Revi Mainaki

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Geografi pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Revi Mainaki 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN SELADA AIR (NASTURTIUM OFFICINALE) SEBAGAI SALAH SATU INDIKASI GEOGRAFIS KECAMATAN PARONGPONG,

KABUPATEN BANDUNG BARAT

LAND SUITABILITY OF WATER LETTUCE (NASTRIUM OFFICINALE) AS ONE OF GEOGRAPHICAL INDICATION IN SUB DISTRICT PARONGPONG, DISTRICT

BANDUNG BARAT

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S., NIP. 196001211985032001

Pembimbing II

Drs. Jupri, MT., NIP. 196006151988031003

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 26 JUNI 2014

PANITIA UJIAN SIDANG SARJANA PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

Ketua : Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si.,

NIP. 19700814 199402 1 001

Sekretaris : Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd., NIP. 19620304 198704 2 001

Penguji : Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd., 19620512 198703 1 002

(5)

i Revi Mainaki, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Indikasi Geografis ... 8

1. Pengertian dan Konsep Indikasi Geografis ... 8

2. Syarat dan Ketentuan Indikasi Geografis ... 12

3. Macam Indikasi Geografis ... 13

a. Berdasarkan Produknya ... 13

b. Berdasarkan Dasar Hukum ... 14

c. Berdasarkan Asalnya ... 14

d. Berdasarkan Potensi Perlindungannya ... 14

4. Tujuan Adanya Aturan Indikasi Geografis ... 15

5. Manfaat dan Pentingnya Indikasi Geografi ... 15

6. Masalah Pengembangan Indikasi Geografis di Indonesia ... 18

B. Selada Air ... 19

1. Asal Usul Selada Air ... 19

2. Karakteristik Umum Selada Air ... 20

3. Taksonomi Selada Air ... 20

4. Manfaat dan Kandungan Selada Air ... 22

5. Penanaman Selada Air ... 23

(6)

ii Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Lokasi Penelitian ... 27

B. Desain Penelitian ... 29

C. Populasi Sampel ... 29

1. Populasi ... 29

a. Populasi Penduduk ... 30

b. Populasi Wilayah ... 30

2. Sampel ... 32

a. Sampel Penduduk ... 32

b. Sampel Wilayah ... 32

D. Metode Penelitian... 33

E. Variabel Penelitian ... 34

F. Definisi Operasional... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ... 36

1. Observasi ... 37

2. Wawancara ... 37

3. Studi Pustaka ... 37

4. Studi Dokumentasi ... 38

H. Instrumen Penelitian... 38

1. Instrumen yang Digunakan ... 38

a. Lembar Observasi ... 38

b. Lembar Pertanyaan Wawancara ... 38

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 38

a. Validitas Instrumen ... 39

b. Reliabilitas Instrumen ... 39

3. Proses Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Penelitian ... 39

I. Teknik Analisis Data ... 41

1. Langkah Analisis Data ... 41

2. Teknik Analisis yang Digunakan ... 42

a. Analisis Koefisiensi Lokasi (LQ)... 42

b. Skala Persentasi ... 43

c. Analisis Iklim ... 44

1) Berdasarkan Ketinggian (Junghun) ... 44

2) Berdasarkan Curah Hujan (Schmidt dan Ferguson) ... 44

d. Analisis Deskriptif ... 45

e. Analisis Skala Linkert ... 45

(7)

iii Revi Mainaki, 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

1. Kondisi Geografi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat ... 47

a. Kondisi Fisik Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat ... 47

1) Kondisi Iklim ... 47

a) Berdasarkan Ketinggian (Junghun) ... 47

b) Berdasarkan Curah Hujan (Schmidt dan Ferguson)... 49

2) Kondisi Geomorfologi ... 51

3) Kondisi Geologi ... 54

4) Kondisi Jenis Tanah ... 56

5) Kondisi Hidrologi... 58

b. Kondisi Sosial di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat .... 60

1) Jumlah Penduduk ... 60

2) Kepadatan Penduduk ... 60

3) Pertumbuhan Penduduk ... 61

4) Komposisi Penduduk ... 62

a) Komposisi Berdasarkan Usia ... 62

b) Komposisi Berdasarkan Mata Pencaharian ... 63

c) Komposisi Berdasarkan Pendidikan ... 63

d) Komposisi Berdasarkan Agama atau Kepercayaan ... 64

2. Karakteristik Responden ... 64

3. Lokasi Budidaya Selada Air... 67

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ... 70

1. Faktor Geografi yang Mempengaruhi Selada Air di Kecamatan Parongpong ... 70

a. Faktor Fisik yang Mempengaruhi Budidaya Selada Air di Kecamatan Parongpong ... 70

1) Kondisi Iklim Lahan Selada Air ... 70

2) Kondisi Geomorfologi Lahan Selada Air ... 74

3) Kondisi Geologi Lokasi Lahan Selada Air ... 77

4) Jenis Tanah Lahan Selada Air ... 79

5) Kondisi Hidrologi Lokasi Penanaman Selada Air ... 81

6) Kondisi Fisik Lahan yang Sesuai Untuk Selada Air di Kecamatan Parongpong ... 83

b. Faktor sosial yang Mempengaruhi Budidaya Selada Air di Kecamatan Parongpong ... 85

(8)

iv Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Pengetahuan ... 86

3) Minat dan Motivasi Penduduk Terlibat ... 88

4) Keterampilan Penduduk Terlibat ... 89

2. Budidaya Selada Air di Kecamatan Parongpong ... 91

a. Input ... 91

1) Luas dan Status Kepemilikan Lahan ... 91

2) Modal ... 92

3) Tenaga Kerja ... 92

b. Proses ... 95

1) Proses Penanaman ... 95

2) Proses Pemeliharaan... 96

c. Output ... 97

1) Panen ... 97

2) Pengangkutan ... 98

3) Pengolahan ... 98

4) Penjualan ... 101

3. Keunggulan Selada Air Dibandingkan dengan Komoditas Pertanian Lain di Kecamatan Parongpong ... 102

a. Keunggulan Berdasarkan Produksi ... 102

b. Keunggulan Berdasarkan Luas Tanam ... 104

c. Keunggulan Berdasarkan Pendapatan dan Harga ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 109

A. Simpulan ... 110

B. Rekomendasi ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

LAMPIRAN ... 114

(9)

v Revi Mainaki, 2014

Gambar 3.1 Peta administrasi kecamatan Parongpong,

kabupaten Bandung Barat. ... 28

Gambar 3.2 Desain penelitian yang ditentukan. ... 29

Gambar 3.3 Peta ilustrasi lokasi penanaman selada air (populasi penelitian). ... 31

Gambar 3.4 Bagan variabel penelitian. ... 35

Gambar 3.5 Kerangka pemikiran penelitian. ... 46

Gambar 4.1 Peta ketinggian diatas permukaan laut kecamatan Parongpong... 48

Gambar 4.2 Peta sebaran curah hujan (isohyet) di kecamatan Parongpong. ... 50

Gambar 4.3 Peta bentukan morfologi kecamatan Parongpong. ... 52

Gambar 4.4 Peta kondisi kemiringan lereng kecamatan Parongpong... 53

Gambar 4.5 Peta kondisi geologi kecamatan Parongpong. ... 55

Gambar 4.6 Peta jenis tanah kecamatan Parongpong. ... 57

Gambar 4.7 Peta kondisi hidrologi kecamatan Parongpong. ... 59

Gambar 4.8 Piramida penduduk kecamatan Parongpong tahun 2012. ... 62

Gambar 4.9 Peta ilustrasi lokasi penanaman dan pos pengangkutan selada air di kecamatan Parongpong (populasi dan sampel penelitian). ... 68

Gambar 4.10 Peta sebaran lokasi pengolahan selada air di kecamatan Parongpong ... 69

Gambar 4.11 Peta ketinggian (mdpl) lokasi penanaman selada air. ... Gambar 4.12 Kondisi sebaran curah hujan (isohyet) lokasi penanaman selada air. ... 71

Gambar 4.13 Kondisi bentukan morfologi lokasi penanaman selada air... 73

Gambar 4.14 Peta kemiringan lereng lokasi penanaman selada air. ... 74

Gambar 4.15 Modifikasi kondisi morfologi lahan untuk penanaman selada air... 77

Gambar 4.16 Peta geologi lokasi penanaman selada air. ... 78

Gambar 4.17 Kondisi tanah yang dapat menahan air untuk kebutuhan penanaman selada air. ... 79

Gambar 4.18 Peta jenis tanah lokasi penanaman selada air. ... 80

Gambar 4.19 Peta kondisi hidrologi lokasi penanaman selada air. ... 82

Gambar 4.20 Peta lahan yang sesuai untuk penanaman selada air ... 84

Gambar 4.21 Proses penanaman dan pemeliharaan selada air di kecamatan Parongpong dengan teknologi sederhana. ... 95

Gambar 4.22 Proses panen dan pengangkutan selada air dengan alat tradisional yang dikenal dengan istilah Ngunder. ... 98

Gambar 4.23 Selada air yang sudah dan sedang dibersihkan (nyetek). ... 99

Gambar 4.24 Selada air yang sudah dipotong (Reping). ... 100

(10)

vi Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Produksi komoditas pertanian kabupaten

Bandung Barat dalam Kwintal (Kw) Tahun 2013. ... 3

Tabel 1.2 Luas tanam komoditas pertanian kabupaten Bandung Barat dalam Hektar (Ha) Tahun 2013. ... 4

Tabel 3.1 Sebaran penduduk terlibat budidaya selada air di kecamatan Parongpong ... 30

Tabel 3.2 Sebaran luas tanam selada air di kecamatan Parongpong ... 30

Tabel 3.3 Kisi-kisi pengembangan instrumen penelitian. ... 40

Tabel 3.4 Skor jawaban responden ... 45

Tabel 4.1 Curah hujan kecamatan Parongpong 10 tahun terakhir. ... 49

Tabel 4.2 Jumlah penduduk (jiwa) di kecamatan Parongpong tahun 2012. ... 60

Tabel 4.3 Kepadatan penduduk (Jiwa/Km2) di kecamatan… ... 61

Tabel 4.4 Pertumbuhan penduduk (jiwa) di kecamatan Parongpong tahun 2012. ... 61

Tabel 4.5 Sebaran usia (Tahun) penduduk (Jiwa) di kecamatan Parongpong tahun 2012. ... 62

Tabel 4.6 Mata pencaharian penduduk (Jiwa) di kecamatan Parongpong tahun 2012. ... 63

Tabel 4.7 Pendidikan penduduk (Jiwa) di kecamatan Parongpong tahun 2012. ... 63

Tabel 4.8 Agama dan kepercayaan penduduk (Jiwa) di kecamatan Parongpong tahun 2012. ... 64

Tabel 4.9 Jenis kelamin penduduk terlibat budidaya selada air. ... 65

Tabel 4.10 Usia penduduk terlibat budidaya selada air. ... 65

Tabel 4.11 Anggota keluarga penduduk terlibat budidaya selada air. ... 65

Tabel 4.12 Pendidikan penduduk terlibat budidaya selada air ... 66

Tabel 4.13 Pekerjaan lain penduduk terlibat budidaya selada air ... 66

Tabel 4.14 Lama penduduk terlibat budidaya selada air... 66

Tabel 4.15 Persebaran pos pengangkutan selada air pasca panen di kecamatan Parongpong. ... 67

Tabel 4.16 Sebaran lokasi pengolahan selada air di kecamatan Parongpong. ... 70

(11)

vii Revi Mainaki, 2014

Tabel 4.18 Ringkasan tabel kondisi fisik lahan yang sesuai untuk selada air

di Kecamatan Parongpong. ... 83

Tabel 4.19 Senang tidaknya terlibat budidaya selada air. ... 85

Tabel 4.20 Setuju tidaknya didaftarkan sebagai indikasi geografis ... 86

Tabel 4.21 Pengetahuan mengenai asal usur selada air. ... 87

Tabel 4.22 Pengetahuan mengenai kondisi fisik yang baik bagi selada air ... 87

Tabel 4.23 Pengetahuan mengenai Manfaat dan Kandungan Nutrisi selada air ... 87

Tabel 4.24 Pengetahuan mengenai karakteristik selada air yang bagus ... 88

Tabel 4.25 Asal keterampilan penduduk dalam membudidayakan selada air. ... 88

Tabel 4.26 Waktu memiliki keterampilan membudidayakan selada air. ... 89

Tabel 4.27 Keterampilan menanam selada air. ... 89

Tabel 4.28 Keterampilan memanen selada air. ... 89

Tabel 4.29 Keterampilan pengolahan selada air. ... 90

Tabel 4.30 Jenis keterampilan pengolahan selada air. ... 90

Tabel 4.31 Minat dan motivasi penduduk membudidayakan selada air. ... 90

Tabel 4.32 Luas lahan yang digunakan penduduk untuk menghasilkan selada air. ... 91

Tabel 4.33 Status kepemilikan lahan yang digunakan penduduk untuk menghasilkan selada air. ... 92

Tabel 4.34 Modal awal uang ... 92

Tabel 4.35 Asal modal uang... 92

Tabel 4.36 Asal benih ... 93

Tabel 4.37 Asal modal alat untuk budidaya selada air. ... 93

Tabel 4.38 Sistem kerja budidaya selada air. ... 93

Tabel 4.39 Posisi penduduk dalam budidaya selada air ... 94

Tabel 4.40 Banyaknya pegawai para pemilik modal. ... 94

Tabel 4.41 Pembagian kerja pegawai dalam budidaya selada air. ... 94

Tabel 4.42 Kisaran pendapatan penduduk terlibat dalam 1 kali gaji. ... 95

Tabel 4.43 Penggunaan pupuk dalam budidaya selada air. ... 96

Tabel 4.44 Rekapitulasi produksi komoditas pertanian Kabupaten Bandung Barat dalam Kwintal (Kw) Tahun 2013. ... 102

Tabel 4.45 Nilai LQ berdasarkan jumlah produksi komoditas pertanian Kabupaten Bandung Barat tahun 2013... 103

Tabel 4.46 Kisaran waktu panen komoditas sayuran ... 104

(12)

viii Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.45 Nilai LQ berdasarkan luas tanam komoditas

pertanian Bandung Barat tahun 2013. ... 105 Tabel 4.46 Pendapatan Dalam Milyar (M) Dari Komoditas

(13)

ix Revi Mainaki, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi ... 116

Lampiran 2 Pedoman Wawancara ... 117

Lampiran 4 SK Pembimbing Skripsi ... 122

(14)

ii Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN SELADA AIR (NASTURTIUM

OFFICINALE) SEBAGAI SALAH SATU INDIKASI GEOGRAFIS

KECAMATAN PARONGPONG, KABUPATEN BANDUNG BARAT

Tempat merupakan salah satu konsep geografi yang terbentuk dari kondisi fisik dan sosial secara terintegrasi, menghasilkan sebuah produk khas dan tidak dapat di temui di tempat lain yang ada di bumi. Produk tersebut dikenal dengan nama indikasi geografis (Geographical Indication). Selada air di Kecamatan Parongpong memiliki potensi untuk dijadikan indikasi geografis karena tumbuh pada kondisi geografis yang khas dan sampai saat ini sudah dipasarkan di luar negeri.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, bertujuan untuk mengumpulkan data dari sampel yang dapat mewakili seluruh populasi sehingga dapat menggambarkan jawaban dari rumusan masalah. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan koefisiensi lokasi (LQ), presentase, deskriptif, skala linkert, overlay, klasifikasi iklim Junghun dan Schmidt-Ferguson.

Selada air di Kecamatan Parongpong tumbuh pada iklim agak basah (Schmidt-Ferguson) dan sedang sejuk (Junghun) dengan suhu 28° sampai 23º Celcius. Kondisi morfologi dimodifikasi secara khas, agar sesuai untuk lokasi penanaman. Sementara kondisi hidrologi berintegrasi dengan kondisi geologi dan tanah sehingga kebutuhan air dari tanaman ini dapat terpenuhi dengan baik. Penduduk yang terlibat budidaya selada air memiliki sikap cukup senang terlibat budidaya selada air dan cukup setuju selada air didaftarkan sebagai indikasi geografis, pengetahuan dan keterampilan yang baik. Lebih menguntungkan, mudah dilakukan dan kondisi alam (fisik) di Kecamatan Parongpong menjadi minat sekaligus motivasi penduduk untuk membudidayakan selada air.

Penanaman dilakukan dengan membuat petak-petak khusus pada lahan. Kemudian lahan diberi pupuk dan dibersihkan dari tanaman liar sampai waktu panen. Setelah 2 bulan selada air dipanen dan dibawa ke lokasi pengolahan (ngunder). Kemudian disortir, dibersihkan (nyetek), dipotong (reping) dan dikemas yang selanjutnya dijual ke penampung untuk dipasarkan di dalam dan luar negeri.

Selada air memiliki keunggulan produksi, luas tanam dan pendapatan penduduk, dengan nilai LQ > 1. Waktu panen selada air lebih cepat dibandingkan 14 jenis sayuran lain. Harga selada air juga lebih mahal dibandingkan dengan jagung, ubi kayu, beberapa jenis sayuran, buah-buahan dan tanaman hias

(15)

iii Revi Mainaki, 2014

ABSTRACT

LAND SUITABILITY OF WATER LETTUCE (NASTRIUM OFFICINALE) AS ONE OF GEOGRAPHICAL INDICATION IN SUB DISTRICT PARONGPONG,

DISTRICT BANDUNG BARAT

Place is one of molded geography concept of condition of physical and particular social. Condition of physical and interacting particular social each other somewhere will result one typical product and can't at elsewhere find which is at earth. Product is recognised by the name of geographical indication (Indikasi Geografis). Water lettuce at Parongpong's sub district have potency to be made geographical indication because growing on condition of geographical typical one and until now was marketted at another country.

This research using descriptive method, to collect data from sample to represent all of population to answer purpose from research. Data collecting did by observation, interview, book study and documentation. That fact then analyst by Location Quentient (LQ), presetation, linkert's scale, overlay, climatic classification Junghun and Schmidt Ferguson .

Water lettuce at Parongpong's district grows up on climate slightly nabs (Schmidt Ferguson) and be balmy (Junghun) with temperature 28° until 23º Celcius. Condition of modified morphology typically, that fits for instilling location. While hidrologi's condition gets integration with condition of geology and soil so amount of water required of this plant get with every consideration been accomplished. Conductings the interesting resident water lettuce have adequately leisured and adequately accepts if water lettuce became geographical indication, knowllege and good skill. More advantages, easy to do and condition of nature (physical) at Parongpong's sub district becomes proclivity and motivation of resident to cultivate water lettuce.

Instilling did by makes special terracing on farm. Then farm was given to manure and is cleared from wild until reaping time plant. After 2 months water lettuce is harvested and is taken in to processing location( ngunder ). Then is sorted out, cleared (nyetek ), cutting (reping) and is packed that succeeding being sold to distibutor to been marketted local dan international market.

Water lettuce has production top, far ranging implant and resident income, with LQ's point> 1. Faster water lettuce reaping time than 14 other vegetable types. Water lettuce price also more expensive as compared to corn, cassava, some type vegetable, fruis and flower.

(16)

1 Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tempat merupakan salah satu konsep geografi yang terbentuk dari kondisi fisik dan sosial tertentu, seperti dikemukakan Maryani (2011: 22) bahwa “tempat dibentuk oleh karakteristik fisik dan sosial yang melekat keberadaanya di suatu

daerah”. Setiap tempat memiliki karakteristik yang khas yang tidak dapat ditemui di tempat lain karena merupakan perpaduan kondisi fisik dan sosial yang saling berinteraksi. Indonesia secara fisik merupakan negara kepulauan dengan iklim tropis, juga dilalui 2 jalur pegunungan dunia (sirkum pasifik, sirkum mediteran) dan secara sosial merupakan negara dengan masyarakat yang multikultural menjadikan Indonesia negara yang memiliki keanekaragaman tempat.

Kondisi fisik dan sosial tertentu yang saling berinteraksi satu sama lain di suatu tempat akan menghasilkan sebuah produk khas dan tidak dapat ditemui di tempat lain yang ada di bumi, produk tersebut dikenal dengan nama indikasi geografis (Geographical Indication). Sebagai negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) khususnya World Trade Organization (WTO) atau organisasi

perdagangan di bawah naungan PBB, Indonesia diwajibkan untuk melindungi hak

atas kekayaan indikasi geografisnya, seperti tertuang dalam Trade Related

Intellectual Property Rights (TRIPs) artikel 22 sampai 24 mengenai indikasi geografis

atau Geographical Indication. Aturan tersebut kemudian diturunkan dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang merek dan diturunkan kembali dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 51 tahun 2007 tentang indikasi geografis.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) nomor 51 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa:

(17)

2

Revi Mainaki, 2014

Tanda yang dimaksud dalam pengertian di atas dapat berupa nama tempat

atau tanda lainnya, seperti dalam pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Tanda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 merupakan nama tempat atau daerah maupun tanda tertentu lainnya yang menunjukkan asal tempat dihasilkannya barang yang dilindungi oleh Indikasi-geografis” (PP nomor 51 tahun 2007). PP yang sama pasal 6 ayat 3 point c dan d yang menerangkan tentang syarat indikasi geografis yakni memiliki karakteristik dan kualitas yang membedakannya dari barang lain yang sejenis yang dihasilkan di tempat lain, juga penjelasan mengenai kondisi geografis yang menghasilkan barang tersebut.

Indikasi geografis tidak langsung menggambarkan kondisi geografis dari tempat yang menghasilkannya, tetapi melalui indikasi geografis ini dapat mengenal tempat dimana barang tersebut dihasilkan. Jadi intinya, indikasi geografis ditujukan untuk melindungi dan menghargai keterkaitan reputasi kualitas produk dengan tempat yang menghasilkan barang yang dimaksud, bukan untuk secara langsung menggambarkan kondisi geografis tempat yang menghasilkan barang tersebut (Kementrian Pertanian, 2012: 7). Barang dalam

indikasi geografis adalah “Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa hasil pertanian, produk olahan, hasil kerajinan tangan, atau barang lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1” (PP nomor 51 tahun 2007).

Berdasarkan pemaparan di atas disimpulkan bahwa Indikasi geografis merupakan produk yang dihasilkan oleh tempat tertentu berupa hasil pertanian, produk olahan, hasil kerajinan tangan, atau barang lainnya yang merupakan hasil dari kondisi fisik atau sosial atau kombinasi dari keduanya, dengan karakteristik dan kualitas yang tidak dapat ditemui di tempat lain.

Indonesia yang memiliki berbagai tempat, tentunya memiliki banyak produk indikasi geografis, namun pada kenyataanya produk tersebut ada yang terdaftar dan ada juga yang belum terdaftar secara hukum seperti yang diungkapkan oleh Kementrian Pertanian (2012: 2) bahwa:

(18)

3

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Produk pertanian Indonesia menurut catatan neraca perdagangan nasional setiap tahunnya memiliki kontribusi sekitar 16% nilai ekspor non migas peningkatan ekspor sekitar 20% setiap tahunnya, Kontribusi tersebut, sekitar 93 % disumbang oleh produk perkebunan (Kementrian Pertanian 2012: 1).

Produk pertanian yang sudah terdaftar sebagai indikasi geografis adalah kopi arabika Gayo dari Aceh, Kopi Toraja dari Sulawesi, kopi Kintamani dari Bali dan lain sebagainya (Oktafia, 2012) dan produk yang terdaftar tentunya hanya sedikit dibandingkan indikasi geografis yang belum terdaftar contoh kopi arabika kalosi dari Sulawesi, kangkung Lombok dari NTB (Gregorius, 2012), dodol Garut dari Jawa Barat, markisa Medan dari Sumatera (HKI, 2008).

Kabupaten Bandung Barat yang memiliki luas wilayah sekitar 130.577.40 Ha atau sekitar 1.305.77 Km2 (BPS Bandung Barat, 2014: 3) tentunya memiliki keanekaragaman tempat yang menghasilkan berbagai produk pertanian seperti pada tabel 1.1 dan 1.2, dari berbagai produk pertanian tersebut ada yang masuk sebagai indikasi geografis walaupun belum terdaftar secara hukum yang sah sebagai indikasi geografis.

Tabel 1.1 Produksi komoditas pertanian Kabupaten Bandung Barat dalam Kwintal (Kw) Tahun 2013.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Bandung Barat Tahun 2013

(19)

4

Revi Mainaki, 2014

Tabel 1.2 Luas tanam komoditas pertanian Kabupaten Bandung Barat dalam Hektar (Ha) Tahun 2013.

Tabel 1.2 Luas lahan komoditas pertanian Kabupaten Bandung Barat.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Bandung Barat Tahun 2013

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Bandung Barat tahun 2013 Terlihat bahwa selada air di Kabupaten Bandung Barat dominan di Kecamatan Parongpong. Berbeda dengan komoditas lain yang banyak ditemui di kecamatan lain. Dimana penduduk yang terlibat budidaya selada air memasarkan produknya ke luar negeri.

B. Identifikasi Masalah

Wulandari (2013) memberitakan bahwa selada air yang ada di Jawa Barat, tepatnya dari Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat sudah mencapai pasar di Singapura. Namun selain dikonsumsi oleh masyarakat Singapura juga kembali dipasarkan ke Jepang, Hongkong dan Korea. Selada air yang termasuk dalam golongan sayur mayur asal Indonesia khususnya dari Jawa Barat sangat disukai oleh konsumen luar negeri (Sastraatmaja, 1985: 128).

(20)

5

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Saat ini, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kementerian Hukum dan HAM sedang gencar merangsang pemkab dan pemkot untuk mendaftarkan produk berpotensi indikasi geografis di wilayahnya masing-masing.

Selada air di Kecamatan Parongpong hanya memiliki luas tanam sekitar 46 hektar, dengan angka produksi yang kecil jika dibandingkan dengan komoditas pertanian lain di Bandung Barat, namun selada air dapat mencapai pasar di Singapura dan dapat memberikan kontribusi pendapatan sekitar 5 milyar rupiah pada tahun 2013.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, menarik untuk dikaji sebagai skripsi dengan judul “Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium officinale) Sebagai Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten

Bandung Barat”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya dan syarat serta ketentuan akan indikasi geografis maka rumusan masalah untuk mengarahkan dan memperjelas penelitian ini adalah.

1. Faktor geografi apa saja yang mempengaruhi budidaya selada air di Kecamatan Parongpong?

2. Bagaimana budidaya selada air di kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?

3. Bagaimana keunggulan selada air sebagai indikasi geografis dibandingkan dengan produk pertanian lain yang ada di Kecamatan Parongpong?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari kajian ini berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis faktor geografi yang mempengaruhi budidaya selada air di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

(21)

6

Revi Mainaki, 2014

3. Menganalisis keunggulan selada air sebagai indikasi geografis dibandingkan dengan produk pertanian lain di Kecamatan Parongpong.

E. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari kajian ini, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Sebagai salah satu bahan dalam memperkaya kajian teoritis dalam bidang ilmu geografi dan menambah wawasan mengenai indikasi geografis bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

2. Sebagai salah satu bahan pengayaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran geografi di jenjang sekolah menengah, pada materi yang berkenaan dengan sumberdaya dan interaksi manusia dengan lingkungan.

3. Sebagai bahan masukan bagi organisasi terkait dan instansi yang berwenang untuk mendaftarkan selada air di Kecamatan Parongpong sebagai indikasi geografis yang dilindungi secara hukum.

4. Sebagai bahan masukan bagi para petani selada air di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur mengandung arti cara segala sesuatu disusun atau dibangun, sedangkan organisasi merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian tertentu yang tersusun untuk mencapai tujuan tertentu (Yufid, 2010). Jadi struktur organisasi skripsi merupakan susunan dari bagian-bagian skripsi. Berikut merupakan struktur organisasi dari skripsi ini.

BAB I PENDAHULUAN

(22)

7

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB II KAJIAN PUSTAKA

Sementara bab ini merupakan berbagai kajian pustaka, yeng meliputi berbagai teori yang relevan mendukung penelitian. Bab ini meliputi kajian mengenai indikasi geografis, selada air dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dimana setiap teori memberikan gambaran mengenai dasar teori terkait dengan penelitian, kerangka pemikiran dalam penelitian juga masuk dalam bab ini.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan mengenai metode penelitian dalam skripsi yang diambil oleh peneliti, yang meliputi langkah serta berbagai metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil dari penelitian. Bab ini meliputi populasi sampel, teknik analisis data, teknik pengolahan data, definisi operasional, metode penelitian dan instrumen penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pemaparan hasil dari penelitian, merupakan jawaban dari rumusan masalah yang ada di Bab I. Bab ini meliputi hasil dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan uraian mengenai simpulan atau intisari dari hasil penelitian dan saran berdasarkan hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka merupakan daftar berbagai referensi baik itu berupa buku, jurnal atau tulisan dari internet yang disandur dalam skripsi ini terutama dalam bab kajian pustaka (BAB II).

LAMPIRAN

(23)

27 Revi Mainaki, 2014

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, secara administratif berada di bagian timur dari Kabupaten Bandung Barat. Dimana di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciater (Kabupaten Subang), sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cimahi Utara (kota Cimahi), sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lembang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cisarua. Kecamatan ini memiliki luas wilayah sekitar 3.213.234 ha dan memiliki 7 desa yakni Karyawangi, Cihanjuang, Cihanjuang Rahayu, Ciwaruga, Cihideng, Sariwangi dan Cigugur Girang.

Dilihat dari kondisi aksebilitasnya Kecamatan Parongpong, memiliki jarak ke ibu kota kecamatan sekitar 1 km, ada 1 unit kendaraan umum yang menuju ibukota Kecamatan. Kemudian jarak ke ibukota kabupaten adalah sekitar 14 km, dengan ada 3 unit kendaraan umum yang menuju ke ibukota Kabupaten. Selanjutnya jarak menuju ibukota provinsi adalah sekitar 26 km dan ada 3 unit kendaraan umum yang menuju ibukota provinsi.

Parongpong merupakan Kecamatan yang berada di daerah perbukitan dengan ketinggian beragam, dari 822 mdpl sampai dengan 2300 mdpl. Kantor Kecamatan Parongpong sendiri terletak pada ketinggian 1200 mdpl. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

(24)

28

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(25)

29

Revi Mainaki, 2014 B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan atau pedoman yang dijadikan acuan penelitian, meliputi alur dan langkah penelitian (Bungin, 2010: 87). Desain juga dikatakan sebagai rencana atau kerangka serta langkah penelitian dari awal hingga akhir yang sebelumnya ditentukan (Tika 2005: 12). Desain penelitian adalah sebagai berikut (modifikasi Tika, 2005: 12).

1. Menentukan topik (tema) yang menarik.

2. Menentukan judul sekaligus lokasi dan objek penelitian. 3. Menentukan tujuan dan masalah penelitian.

4. Menentukan metode sesuai tujuan dan masalah penelitian.

5. Menentukan populasi dan sampel sesuai dengan data yang dibutuhkan. 6. Pengumpulan data berdasarkan metode yang telah ditentukan.

7. Pengolahan dan analisis data, sehingga didapat kesimpulan penelitian. 8. Pelaporan keseluruhan hasil penelitian dalam bentuk deskripsi.

Gambar 3.2 Desain penelitian yang ditentukan. C. Populasi Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2011: 61) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Populasi yang ditentukan oleh peneliti dalam penelitian

ini terdiri dari populasi wilayah dan populasi penduduk.

1. Penentuan Topik 2. Penentuan Judul 3. Penentuan Masalah dan Tujuan 4. Penentuan Metode 5. Penentuan Populasi dan Sampel 6. Pengumpulan data 7. Pengolahan dan Analisis Data 8. Pelaporan Hasil penelitian Saling Terintegrasi Berdasarkan Berdasarkan Didapat Kesimpulan

(26)

30

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Populasi Penduduk

Seluruh penduduk yang terlibat dalam budidaya selada air di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat menjadi populasi dalam penelitian ini. Tercatat ada sekitar 125 orang, yang tersebar di Desa Cihanjuang Rahayu, Karyawangi, Cigugur Girang dan Sariwangi seperti pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sebaran penduduk terlibat budidaya selada air di Kecamatan Parongpong

No Desa

Penduduk Terlibat (orang) dalam Budidaya Selada Air di Kecamatan

Parongpong

1 Cihanjuang Rahayu 94

2 Karyawangi 3

3 Cigugur Girang 22

4 Sariwangi 6

Jumlah 125

Sumber: Kelompok petani selada air Kecamatan Parongpong 2013 UPTD Kecamatan Parongpong 2013

b. Populasi Wilayah

Populasi wilayah dalam penelitian ini adalah seluruh lahan di Kecamatan Parongpong yang dijadikan sebagai lokasi budidaya selada air. Tercatat sekitar 46 Ha lahan yang digunakan untuk budidaya selada air, tersebar di desa Cihanjuang Rahayu, Karyawangi, Cigugur Girang, Sariwangi seperti pada gambar 3.3 dan tabel 3.2.

Tabel 3.2 Sebaran luas tanam selada air di Kecamatan Parongpong

No Desa Luas Tanam (Ha) Selada air di

Kecamatan Parongpong

1 Cihanjuang Rahayu 26.1

2 Karyawangi 7.2

3 Cigugur Girang 9.3

4 Sariwangi 3.4

Jumlah 46

(27)

31

Revi Mainaki, 2014

(28)

32

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil untuk dapat mewakili keseluruhan populasi, seperti yang dikemukakan Sugiyono (2011: 62) bahwa:

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya karena keterbatasan dana, waktu dan

tenaga… sampel yang diambil harus benar-benar mewakili populasi.

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari sampel wilayah dan sampel penduduk.

a. Sampel Wilayah

Sampel wilayah dalam penelitian ini adalah sampel jenuh yakni keseluruhan populasi menjadi sampel penelitian, bertujuan memperkecil kesalahan dalam analisis dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2009: 68).

b. Sampel Penduduk

Teknik yang digunakan adalah insidental, yaitu pengambilan sampel dari populasi berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti, bila dipandang cocok dijadikan sebagai responden (Sugiyono, 2010: 67). Jumlah sampel ditentukan dengan persamaan Slevin dengan tingkat kesalahan 10% dan kepercayaan 90% sebagai berikut (Aida, 2011: 32):

Keterangan:

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

e : Nilai kesalahan yang masih bisa ditolerir 10% dan tingkat kepercayaan 90%

1 : Nilai konstanta

Jadi jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian adalah:

(29)

33

Revi Mainaki, 2014

Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 56 orang dengan sebaran sebagai berikut:

Cihanjuang Rahayu

Orang

Karyawangi

1 Orang

Cigugur Girang

10 Orang

Sariwangi

3 Orang

D. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara atau langkah secara garis besar yang digunakan untuk mecapai tujuan (Surachmad, 1982: 131). Metode juga merupakan bagian dari metodologi dan merupakan keseluruhan atau sebagian cara serta langkah dan prosedur dalam menemukan solusi dari suatu masalah penelitian (Silalahi, 2010: 12). Bailey (1987: 2-3) menyatakan metode penelitian adalah

research technique or tool user too gather data”. Teknik pengumpulan data

merupakan bagian dari metode penelitian yang hasilnya disajikan dalam informasi deskriptif (Arikunto, 1997: 3; Black dan Champion, 2009: 73).

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yakni metode dalam melakukan pengumpulan data penelitian dari sampel yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan untuk dapat menggambarkan keterkaitan variabel dan memecahkan masalah penelitian sebagai hasil dari pengumpulan, penyusunan, pengelompokan dan analisis data (Nuraeni, 2012: 32). Metode deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan data dan mengukur suatu dimensi dalam bentuk wawancara, angket dan lainnya (Surachmad, 1982: 139).

(30)

34

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti sebagai objek penelitian untuk dikaji dan dipelajari sehingga kita mendapat informasi yang akan mendukung suatu penelitian, seperti Sugiyono (2011: 2)

yang menyatakan bahwa “Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini setiap variabel memiliki hubungan yang bersifat simetris.

Hubungan asimetris adalah dimana satu variabel dengan variabel lainnya tidak saling mempengaruhi dan satu variabel tidak disebabkan oleh variabel lainnya, namun setiap variabel dalam penelitian ini tetap memiliki hubungan fungsional (Zuriah, 146: 2006). Berdasarkan pengertian tersebut, maka variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor fisik. Yakni yang mempengaruhi tumbuhnya selada air di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, meliputi kondisi iklim, morfologi, geologi, jenis tanah dan kondisi hidrologi

2. Faktor sosial. Tepatnya yang mempengaruhi penduduk untuk ikut terlibat dalam membudidayakan selada air meliputi keterampilan, pengetahuan, sikap, minat dan motivasi.

3. Budidaya Selada Air. Budidaya selada air di Kecamatan Parongpong meliputi keseluruhan proses produksinya dilihat dari input (luas tanam, tenaga kerja, modal), proses (penanaman, pemeliharaan), output (panen, pengangkutan, pengolahan dan penjualan)

4. Keunggulan selada air sebagai indikasi geografis. Sebagai indikasi geografis selada air memiliki keunggulan dibandingkan dengan komoditas lain yang ada di Kecamatan Parongpong, keunggulan tersebut dilihat dari produksi (kualitas dan kuantitas), luas tanam, harga dan pendapatan masyarakat dari selada air.

(31)

35

[image:31.595.119.501.74.389.2]

Revi Mainaki, 2014

Gambar 3.4 Bagan variabel penelitian.

F. Definisi Operasional

Judul dalam penelitian ini adalah “Potensi Budidaya Selada Air (Nasturtium officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan

Parongpong, Kabupaten Bandung Barat” dengan variabel yang sebelumnya telah diuraikan, tentunya kesalahan dalam penafsiran apa yang diteliti dalam penelitian ini dapat memberikan kesimpulan lain dalam penelitian. Dengan demikian definisi operasional diberikan untuk memperjelas dan memberikan batasan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kesesuaian Lahan. Lahan merupakan tanah terbuka yang mencakup kondisi litosfer, atmosfer dan hidrosfer tanah tersebut (Yuku, 2010). Kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah kondisi fisik lahan (litosfer, atmosfer dan hidrosfer) yang cocok untuk selada air, sehingga ketika mendengar tanaman selada air dapat memberi gambaran kondisi lahan yang menghasilkannya, sekaligus memberikan gambaran jika selada air ini didaftarkan sebagai salah satu syarat menjadi indikasi geografis Kecamatan Parongpong.

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air

Sebagai Indikasi Geografis

Faktor Fisik

- Iklim

- Geomorfologi - Geologi - Tanah - Hidrologi

Faktor Sosial

- Sikap - Pengetahuan - Keterampilan - Minat dan Motivasi

Budidaya Selada Air

- Input (luas tanam, tenaga kerja, modal)

- Proses (penanaman, pemeliharaan) - Output (panen, pengangkutan, pengolahan dan penjualan)

Keunggulan Sebagai Indikasi Geografis

- Produksi (Kualitas dan Kuantitas) - Luas tanam

(32)

36

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Faktor-faktor geografi. Faktor berarti segala sesuatu yang ikut menyebabkan dan mempengaruhi, sedangkan geografi merupakan ilmu yang berbicara mengenai geosfer meliputi atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer dan antroposfer (Yuku, 2008). Faktor geografi dalam penelitian ini adalah segala sesuatu berkenaan dengan geosfer yang ikut mempengaruhi selada air meliputi faktor fisik dan sosial.

3. Budidaya. Budidaya merupakan suatu tindakan yang dimaksudkan untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan segala sesuatu (Atna, 2009). Budidaya dalam penelitian ini adalah keseluruhan tindakan menjaga, memelihara dan mengembangkan selada air di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat terdiri dari inpu, proses dan output.

4. Selada Air. Selada air yang dimaksud adalah selada air yang dihasilkan di di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat dengan seluruh kondisi geografi.

5. Indikasi geografis. Indikasi geografis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selada air, dan tergolong dalam produk pertanian yang dihasilkan di Kecamatan Parongpong. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, selada air tidak langsung menggambarkan kondisi tempat (secara geografis). Namun dengan indikasi geografis diharapkan selada air terbesar di Kabupaten Bandung Barat ini dan sudah mencapai pasar ekspor dapat dikenal sebagai produk asli Parongpong dan didaftarkan oleh yang berwenang sebagai indikasi geografis yang dilindungi secara hukum.

6. Keunggulan. Keunggulan mengandung arti lebih tinggi jika dibandingkan dengan sejenisnya (Yufid, 2010). Sebelum menjadi indikasi geografis selada air juga memiliki aspek yang lebih tinggi dari sejenisnya dilihat dari produksi, luas tanam dan pendapatan penduduk dari selada air.

G. Teknik Pengumpulan Data

(33)

37

Revi Mainaki, 2014 1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mencatat hasil pengamatan secara langsung dan sistematis gejala yang ada di lapangan, sesuai dengan metode yang digunakan maka dalam penelitian ini digunakan teknik observasi langsung yang dimana observer ada di lokasi penelitian bersama objek penelitian (Tika, 2005: 44; Idrus, 2009: 101).

Metode ini digunakan untuk melakukan pengamatan langsung ke lokasi budidaya selada air baik itu lokasi penanaman atau pengolahannya. Metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan data sebagian data kondisi fisik lokasi penanaman dan keseluruhan proses budidaya selada air.

2. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk komunikasi verbal, dengan tanya jawab dan dikerjakan secara sistematis, wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Yakni dilakukan penyusunan daftar pertanyaan sebelumnya. Berupa pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disediakan jawabannya, sementara pertanyaan terbuka sebaliknya (Tika, 2005: 49; Idrus, 2009: 100-104).

Wawancara dilakukan kepada penduduk yang terlibat dalam budidaya selada air selaku responden, guna mendapatkan data faktor sosial (sikap pengetahuan, keterampilan, minat dan motivasi) yang mempengaruhi budidaya selada air dan keseluruhan proses budidaya selada air (input, output dan proses ).

3. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah kegiatan yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai referensi berupa hasil penelitian sebelumnya, yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti untuk menunjang data yang dikumpulkan.

(34)

38

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Studi Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data melalui dokumen-dokumen terkait yang ada di instansi tertentu (Odebhora, 2011). Studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan dokumen yang berisi data dari instansi terkait yang ada di Kecamatan Parongpong untuk melengkapi dan mendukung data penelitian. Meliputi data kondisi geografi dan komoditas pertanian Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu dalam penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data dengan demikian instrumen juga dapat dikatakan sebagai alat pengumpul data (Tika, 2005: 43; Idrus, 2009: 99).

1. Instrumen yang Digunakan a. Lembar Observasi

Intrumen yang digunakan dalam teknik observasi adalah berupa tabel ceklist (instrumen terlampir) yakni penggambaran nama objek dan fenomena yang diamati saat melakukan observasi (Tika, 2005: 48). Dimaksudkan untuk mencatat berbagai hal yang diperlukan saat observasi (Idrus, 2009: 99).

b. Lembar Pertanyaan Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah jenis wawancara terstruktur dimana pertanyaan dalam wawancara telah disiapkan sebelumnya, yang dilandasi oleh tujuan dan variabel penelitian (Idrus, 2009: 107; Tika, 2005: 43). Garis besar hal yang akan ditanyakan terdapat dalam instrumen (terlampir).

2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(35)

39

Revi Mainaki, 2014

Sehingga validitas dan reliabilitas instrumen didapatkan ketika data jenuh yaitu kapanpun, dimanapun dan pada siapapun yang mengajukan pertanyaan dalam instrumen hasilnya akan tetap sama, pengujian tersebut dikenal dengan istilah triangulasi data (Idrus, 2009: 145).

a. Validitas Instrumen

Idrus (2009: 123) menyatakan “Validitas adalah kemampuan instrumen

dalam mendukung konstruk dalam penelitian, suatu instrumen dikatakan valid jika

memang mengukur yang seharusnya”. Sebagai contoh meteran akan valid jika

digunakan untuk mengukur panjang. Sesuai dengan sifat data yang akan dicari maka pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini mengacu pada Meleong (Idrus, 2009: 145) yakni dengan menggunakan berbagai bahan referensi dalam pengembangannya, memperpanjang waktu observasi, menggunakan teknik pengambilan data yang beragam dan membicarakan instrumen serta hasilnya dengan orang yang lebih ahli dalam bidangnya.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen mengandung makna konsistensi atau keajegan suatu instrumen, berapa kalipun pengukuran dilakukan hasilnya tetap sama (Idrus, 2009: 130). Maka sesuai dengan sifat dari data yang ingin diperoleh pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini mengacu pada Meleong (Idrus, 2009: 145) validitas dan reliabilitas instrumen itu dilihat dari kredibilitas dan interpretasi data, sehingga reliabilitas data dilakukan dengan pengamatan yang sistematis dan melakukan tes secara berulang dalam waktu yang berbeda kemudian dilihat apakah data yang didapatkan reliabel atau tidak.

3. Proses Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Penelitian

(36)

40

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

[image:36.595.113.524.122.770.2]
(37)

41

Revi Mainaki, 2014

I. Teknik Analisis Data 1. Langkah Analisis Data

Melakukan analisis data, tentunya hal tersebut dilakukan secara bertahap dengan langkah-langkah yang telah disusun sebelumnya. Adapun langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

a. Pengelompokan data. Data yang telah diperoleh kemudian dikelompokan berdasarkan jenisnya, untuk mempermudah pemrosesan data.

b. Melakukan pemprosesan data. Yakni upaya dalam memproses atau mengolah data menjadi lebih sederhana dan mudah difahami (Silalahi, 2009: 320). c. Menyunting data. Memeriksa kembali relevansi, kelengkapan, keakuratan

kekurangan dari data (Silalahi, 2009: 320).

d. Tabulasi. Menyusun data dalam bentuk tabel agar lebih mudah di baca dan difahami (Silalahi, 2009: 331).

e. Pengkodean data. Yakni proses penyusunan data mentah secara sistematis ke dalam bentuk data yang lebih mudah dibaca dengan simbol atau huruf dan angka

f. Analisis data. Yakni merupakan proses pengolahan dan pengorganisasian data yangdisajikan kembali dalam bentuk yang sesuai atau relevan dengan keperluan penelitian (Silalahi, 2009: 319)

g. Verifikasi dan penarikan kesimpulan. Data yang telah dikumpulkan dan dianalisis kemudian diverifikasi kembali dan ditarik kesimpulannya (Idrus, 2009: 151)

(38)

42

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Teknik Analisis yang Digunakan

a. Analisis Koefisiensi Lokasi (LQ)

Location quontient (koefisiensi lokasi) yang disingkat dengan LQ adalah

perbandingan tentang besarnya suatu sektor dalam tingkat daerah tertentu terhadap besarnya peranan sektor tersebut dalam tingkat daerah tertentu yang lebih luas, ada banyak variabel yang boleh digunakan namun yang paling umum digunakan adalah nilai tambah (Tarigan, 2007: 82).

Analisis ini digunakan untuk menganalisis bagaimana keunggulan selada air dari sisi produksi, luas tanam dan pendapatan penduduk dari selada air di Kecamatan Parongpong, dibandingkan dengan komoditas pertanian lain yang ada di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Tarigan, 2007: 82; Rudana, 2008: 6):

LQ =

LQ = Koefisiensi lokasi

li = Banyaknya komoditi jenis i di wilayah analisis e = Banyaknya komoditi di wilayah analisis Li = Banyaknya komoditi jenis i secara nasional E = Banyaknya komoditi secara nasional Catatan:

Jenis komoditi dapat diganti dengan jenis variabel lain seperti luas lahan, pendapatan dan lain sebagainya. Secara umum jika wilayah analisis adalah Kecamatan, maka wilayah secara nasional yang dimaksud dapat disesuaikan menjadi Kabupaten, provinsi atau satu negara.

Skala yang digunakan untuk nilai LQ adalah sebagai berikut (Tarigan, 2007: 82; Rudana, 2008: 6):

(39)

43

Revi Mainaki, 2014

2) LQ lebih kecil dari 1 (LQ < 1). Jika LQ lebih kecil maka kebalikan dari LQ lebih besar dari 1 maka komoditi tersebut belum mencukupi kebutuhan konsumsi didaerah yang menghasilkan komoditi tersebut, sehingga daerah tersebut mendatangkan sisanya dari daerah lainnya, sehingga secara nasional komoditi tersebut kurang berperan.

3) LQ sama dengan 1 (LQ = 1). Komoditi yang dihasilkan hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan daerah yang menghasilkan komoditi tersebut, sehingga secara nasional komoditi tersebut kuran berperan.

b. Skala Persentasi

Analisis persentasi digunakan untuk mengelola dan menginterpretasi data secara kuantitatif data yang berbentuk angka atau bersifat sistematis, dengan menggunakan rumus (Nuraeni, 2012: 41):

P = x 100%

P = Persentasi.

ƒ = Jumlah responden yang memilih alternatif jawaban N = Jumlah keseluruhan jawaban responden

Kemudian hasil persentasi tersebut digolongkan dalam interval sebagai berikut (Arikunto, 2006: 47):

0% = Tak ada seorangpun

1% - 24% = Sebagian kecil 25% - 49% = Kurang dari setengah

50% = Setengahnya

51% - 74% = Lebih dari setengah 75% - 99% = Sebagian besar 100% = Seluruhnya

(40)

44

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Analisis Iklim

1) Berdasarkan Ketinggian (Junghun)

Analisis ini merupakan analisis yang digunakan untuk mengklasifikasikan kondisi iklim lokasi penanaman selada air yang ada di Kecamatan Parongpong secara lebih spesifik, iklim dan suhu udara tersebut didasarkan pada ketinggian meter di atas permukaan laut (mdpl). Berikut merupakan klasifikasi iklim dan

suhu udara berdasarkan Junghun (Rafi’i, 1995: 194).

a) Zona Iklim Panas. Daerah dengan ketinggian 0 sampai 700 mdpl dengan suhu udara berkisar antara 30° sampai 26º Celcius.

b) Zona Iklim sedang sejuk. Daerah dengan ketinggian 700 sampai 1500 mdpl dengan suhu udara berkisar antara 28° sampai 23º Celcius.

c) Zona Iklim sejuk. Daerah dengan ketinggian 1500 sampai 2500 mdpl dengan suhu udara sekitar 20º sampai 18° Celcius.

d) Zona Iklim Dingin. Daerah dengan ketinggian di atas 2500 mdpl dengan suhu udara berkisar antara 20° sampai 15º Celcius.

2) Berdasarkan Curah Hujan (Schmidt dan Ferguson)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi iklim Kecamatan Parongpong secara keseluruhan berdasarkan data curah hujan 10 tahun terakhir.

Analisis ini menggunakan persamaan sebagai berikut (Rafi’i, 1995: 259-260):

Q =

x 100% Md =

Mw =

Keterangan:

Q = Klasifikasi iklim Scmidt dan Ferguson (SF) Md = Rata-rata buan kering

Mw = Rata-rata bulan basah

∑fd = Jumlah bulan kering

∑fw = Jumlah bulan basah Bulan Kering (fd) = < 60 mm Bulan Lembab (fh) = 60 – 100 mm Bulan Basah (fw) = > 100 mm Klasifikasi Nilai Q (Rafi’i, 1995: 262).

(41)

45

Revi Mainaki, 2014

60% < Q < 100% = Tipe D Sedang 100% < Q < 167% = Tipe E Agak Kering 167% < Q < 300% = Tipe F Kering

300% < Q < 700% = Tipe G Sangat Kering 700% < Q = Tipe H Ekstrem Kering d. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data secara deskriptif, analisis ini dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena atau gejala yang bersifat fisik secara umum dan tidak teknis (Tika, 2005: 116).

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan faktor geografi (fisik dan sosial) yang mempengaruhi dan bagaimana keseluruhan proses budidaya selada air di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

e. Analisis Skala Likert

[image:41.595.159.484.440.549.2]

Skala linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi masyarakat terhadap sesuatu hal (Sugyono dalam Mitha, 19: 2014). Dengan melakukan skoring pada jawaban yang sudah disediakan seperti pada tabel 3.2.

Tabel 3.4 Skor jawaban responden.

No Keterangan Simbol Skor Item

1 Sangat Senang /Setuju SS 5

2 Cukup Senang /Setuju CS 4

3 Biasa Saja BS 3

4 Kurang Senang/Setuju KS 2

5 Sangat Tidak Senang/Setuju ST 1

Skor tersebut dituangkan dalam pedoman wawancara dengan pertanyaan tertutup. Item akan dijumlahkan dan dimasukan kedalam persamaan sebagai berikut (modifikasi Riduwan, 2011: 13).

Total skor = ((F1 x 5) + (F2 x 4) + (F3 x 3) + (F4 x 2) + (F5 x 1))

Keterangan:

F1 = Frekuensi responden yang menjawab SS F2 = Frekuensi responden yang menjawab CS F3 = Frekuensi responden yang menjawab BS F4 = Frekuensi responden yang menjawab KS F5 = Frekuensi responden yang menjawab ST

(42)

46

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk melihat sikap masyarakat secara menyeluruh, hasil perhitungan skor tersebut dilakukan dengan langkah sebagai berikut (Ridwan, 2011: 13).

1) Menentukan total skor maksimal = skor tertinggi x jumlah responden 2) Menentukan total skor minimal = skor terendah x jumlah responden 3) Persentasi skor = (total skor: total skor maksimal) x 100%

Interpretasi hasil dari perhitungan tersebut digunakan skala sebagai berikut (modifikasi Riduwan, 2011:15):

0% sampai 20% = Sangat Tidak Senang/Setuju 21% sampai 40% = Kurang senang/Setuju 41% sampai 60% = Biasa Saja

61% sampai 80% = Cukup Senang/Setuju 81% sampai 100% = Sangat Senang/Setuju

Persamaan ini digunakan untuk mengetahui senang tidaknya penduduk terlibat budidaya selada air dan setuju tidaknya didaftarkan sebagai indikasi geografis.

f. Analisis Overlay

Merupakan analisis tumpang susun untuk menginterpretasikan 2 objek atau lebih data sepasial dari peta yang berbeda sehingga menghasilkan peta baru (Setiawan, 2010: 35). Analisis ini digunakan untuk melakukan tumpang tindih peta kondisi fisik lokasi penanaman selada air di kecamatan Parongpong, sehingga didapatkan peta baru yakni peta lahan yang sesuai untuk penanaman selada air. J. Kerangka Pemikiran Penelitian

(43)

113 Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bailey. Kenneth. (1987). Methods of Social Research. Free Press: London.

Black dan Champions. (2009). Metode dan Masalah Penelitian Sosial Cetakan Keempat. Bandung: Refika Aditama.

Bungin, M.B. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Cetakan kelima. Jakarta: Kencana.

BPS Bandung Barat. (2014) Kabupaten Bandung Barat dalam Angka Tahun 2013. Bandung Barat: Badan Pusat Statistik Bandung Barat.

BPS Bandung Barat. (2014) Kecamatan Parongpong dalam Angka Tahun 2013. Bandung Barat: Badan Pusat Statistik Bandung Barat.

Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta : Erlangga.

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. (2012). Pedoman Teknis Pelaksanaan Indikasi Geografis. Jakarta: Kementrian Pertanian.

Maryani, E. (2011). Geografi Pariwisata. Handout Kuliah Geografi Pariwisata, Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Bandung.

Rafi’I, S. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung: Angkasa.

Riduwan. (2011). Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Rubatszky, V. dan Yamaguchi, M. (1998). Sayuran Dunia 2. Bandung: Institut

Teknologi Bandung.

Sastramaatmaja, E. (1985). Ekonomi Pertanian Indonesia. Bandung: Angkasa. Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan keempat. Jakarta: Rineka Cipta.

(44)

114

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Geografis Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setiawan, I. (2010). Dasar-dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Buana Nusantara Press.

Surachmad. (1982). Pengantar Metode Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Tika, M. Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Cetakan pertama. Jakarta: Bumi Aksara.

Tarigan, R. (2007). Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara

Yufid. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia Android. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Yuku. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Android. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara.

Skripsi

Aida, L (2011). Budidaya Paprika (Capsicum annuum var grossum L.) Sebagai Produk

Unggulan Holtikultura di Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Bandung: Skripsi FPIPS UPI.

Mitha. (2013). Respon Masyarakat Terhadap Rencana Pembangunan Bandara

Internasional Jawa Barat di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka.

Bandung: Skripsi FPIPS UPI.

Nuraeni, W. (2012). Analisis Produk Unggulan Kecamatan Brebes Dan Dampaknya

Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat. Bandung: Skripsi FPIPS UPI.

Internet

Agustina, A. (2013). Dirjen HKI Dorong Patenkan Potensi Ekonomi Daerah. [Online]. Tersedia : http://m.inilah.com/read/detail/1994778/kembangkan-ekonomi-daerah-butuh-dukungan-perbankan. (2 Maret 2013).

(45)

115

Revi Mainaki, 2014

Kesesuaian Lahan Tanaman Selada Air (Nasturtium Officinale) Sebagai Salah Satu Indikasi Gregorius, C. (2012). Hanya Enrekang Kantongi Sertifikat Indikasi Geografis.

[Online]. Tersedia:

http://beritakotaonline.com/2012/hanyaerengkrangkantongi.html. (20 Februari 2014).

Harapan, S. (2003). Pentingnya Perlindungan Indikasi Geografis Terhadap Produk

Lokal. [Online]. Tersedia :

http://m.inilah.com/read/detail/1994778/kembangkan-ekonomi-daerah-butuh-dukungan-perbankan. (2 Maret 2013).

Hartini, S. (2012). Selada Air / Kenci (Nasturtium officinale). [Online]. Tersedia :

http://tinsdara.blogspot.com/. (2 Maret 2013).

HKI. (2008). Produk Khas dan Sertifikasi. [Online]. Tersedia:

http://tentanghki.blogspot.com/. (20 Februari 2014).

Khan, R. (2012). Cara Menanam Selada Air. [Online]. Tersedia : http://www.ulan-news.com/. (2 Maret 2013).

Oktafia, I. (2012). Sertifikasi Indikasi Geografis Sebagai Upaya Meningkatkan Nilai Tambah Komoditas Kopi Kintamani. [Online]. Tersedia:

http://ceritairaoktafia.blogspot.com/2012/03/abstraksi-undang-undang.html. (20 Februari 2014).

PPI. (2004). Indonesia Tidak Punya UU Indikasi Geografis. [Online]. Tersedia :

http://www.wartaekonomi.com/detail.asp?aid=1906&cid=22. (3 Maret 2013). Rudana, N. (2008). Analisis Location Quentient (LQ) di Provinsi Bali dalam

Menentukan Sektor Ekonomi Unggulan. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/6469624/Analisis-Location-Quentient-(LQ)-di- Provinsi-Bali-dalam-Menentukan-Sektor-Ekonomi-Unggulan. (3 Maret 2013).

Setiana, R. (2013). Selada Air, Sayuran Hijau yang Super. [Online]. Tersedia :

http://mjeducation.co/author/rika-setiana/. (2 Maret 2013).

Utaya, S. (2011). Pengendalian Keseimbangan Air Tanah Di Kota dengan Pendekatan Geografi. [Online]. Tersedia: http://fis.um.ac.id/pengendalian-keseimbangan-air-tanah-di-kota-dengan-pendekatan-geografi/. (25 Mei 2014). Wulandari, D. (2011). Sayur Jabar Tembus Singapura. [Online]. Tersedia :

http://www.Bbisnis.com. (2 Maret 2013). Sumber Lainnya

Gambar

Tabel 1.1 Produksi komoditas pertanian Kabupaten Bandung Barat  dalam    Kwintal (Kw) Tahun 2013
Tabel 1.2 Luas lahan komoditas pertanian Kabupaten Bandung Barat.
Gambar 3.1 Peta administrasi Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Gambar 3.2 Desain penelitian yang ditentukan.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan aktual dan potensial tanaman jati (Tectona grandis L.F) di DAS Tirtomoyo bagian hulu, dan (2)

Variabel yang diamati dalam penelitian yakni karateristik dan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman pangan adalah morfologi dan fisik tanah serta sifat

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana kesesuaian lahan taman keanekaragaman hayati untuk penanaman tanaman endemik Jawa Barat (Bouea macrophyla,

Evaluasi Kesesuian Lahan Desa Sihiong Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir Untuk Tanaman Anggur, Stroberi, Apel, dan Jambu Biji.. Pengaruh Kondisi Ekosistem

Berdasarkan asumsi kemungkinan mudah tidaknya dilakukan perbaikan terhadap faktor pembatasnya secara potensial kesesuaian lahan pada lokasi penelitian untuk pengembangan tanaman padi