• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

Helen Martanilova

0909148

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung)

Oleh Helen Martanilova

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Helen Martanilova 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung)

Oleh:

Helen Martanilova NIM. 0909148

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dr. H. Tatang Mulyana, M.Pd. NIP. 195101061976031004

Pembimbing II,

Drs. Nar Herrhyanto, M.Pd. NIP. 196106181987031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Helen Martanilova (0909148). Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik

Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

SMP.

ABSTRAK. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa SMP. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen menggunakan desain kelompok kontrol non-ekivalen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII disalah satu SMPN di Kabupaten Bandung, sedangkan sampel yang terpilih adalah dua kelas dari populasi. Pembelajaran matematika yang digunakan pada kelas eksperimen adalah pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Instrumen dalam penelitian ini meliputi seperangkat alat tes kemampuan komunikasi matematis, angket sikap siswa, dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map secara signifikan memiliki peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map termasuk kedalam kategori sedang. Sementara itu, hasil pengolahan angket menunjukkan bahwa siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map.

(5)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Helen Martanilova (0909148). Contextual Learning with Mind Map Techniques to Improve Junior High School Students’ Mathematical Communication Ability.

ABSTRACT. This research was motivated by students’ lack ability of mathematical communication in junior high school. One of the efforts to improve

students’ mathematical communication ability is by applying contextual learning with mind map technique. The method used in this research is quasi-experimental method and the design is non equivalent group control. The population in this research were all of 7th grade students in one of Junior High School in Bandung Regency, whereas the selected samples were only two classes of the population. Mathematical learning used in experiment class was contextual learning with mind map technique, while in control class was conventional learning. The instrument in this research includes a set of mathematical communication skill

analysis, student’s attitude questionnaire and observation sheet. The result showed that students who learned with contextual learning with mind map technique have significantly improved their mathematical communication skills which is higher than students who learned with conventional learning. The quality of

improvement of students’ mathematical communication ability who learned with contextual learning with mind map technique included into medium category. Meanwhile the result of questionnaire showed that students gave a positive attitude towards contextual learning with mind map technique.

(6)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 9

B. Pembelajaran Kontekstual ... 13

C. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kontekstual ... 17

D. Mind Map (Peta Pikiran) ... 22

E. Pembelajaran Konvensional ... 25

F. Sikap terhadap Pembelajaran Matematika ... 26

G. Hubungan antara Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map dan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 27

(7)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

I. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 32

C. Variabel Penelitian ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 33

E. Perangkat Pembelajaran ... 44

F. Prosedur Penelitian ... 45

G. Teknik Pengolahan Data... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57

B. Pembahasan ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN ... 91

(8)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

halaman Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan

Pembelajaran Konvensional ... 16

Tabel 3.1 Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematis ... 34

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 36

Tabel 3.3 Hasil Uji Keberartian Koefisien Validitas Tiap Butir Soal ... 37

Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas ... 38

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 40

Tabel 3.6 Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 40

Tabel 3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 41

Tabel 3.8 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ... 41

Tabel 3.9 Rekapitulasi Analisis Tiap Butir Soal ... 42

Tabel 3.10 Kriteria Indeks Gain ... 55

Tabel 3.11 Pembobotan Jawaban Angket ... 56

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretes ... 58

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 60

Tabel 4.3 Hasil Homogenitas Varians Data Pretes ... 61

Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data Pretes ... 62

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Data Postes ... 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Postes ... 64

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Postes ... 66

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Data Indeks Gain ... 67

Tabel 4.9 Kualitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 67

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Indeks Gain ... 68

Tabel 4.11 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Indeks Gain ... 70

(9)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.13 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Kontekstual dengan

Teknik Mind Map ... 72

Tabel 4.14 Sikap Siswa terhadap Soal-soal Kemampuan

Komunikasi Matematis Matematika ... 73

Tabel 4.15 Keseluruhan Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Kontekstual

dengan Teknik Mind Map ... 74

(10)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR DIAGRAM

(11)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

(12)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

halaman

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN

Lampiran A.1 RPP Kelas Eksperimen ... 93

Lampiran A.2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 128

Lampiran A.3 RPP Kelas Kontrol ... 158

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran B.1 Kisi-kisi Soal Uji Instrumen/Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 191

Lampiran B.2 Kisi-kisi Soal Postes Kemampuan Komunikasi Matematis... 199

Lampiran B.3 Soal Uji Instrumen/Pretes ... 207

Lampiran B.4 Soal Postes ... 208

Lampiran B.5 Kisi-kisi Angket Sikap Siswa... 209

Lampiran B.6 Angket Sikap Siswa ... 210

Lampiran B.7 Lembar Observasi ... 212

LAMPIRAN C PENGOLAHAN HASIL UJI COBA INSTRUMEN TES Lampiran C.1 Skor Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 216

Lampiran C.2 Hasil Uji Instrumen dengan ANATES Versi 4.0 ... 217

Lampiran C.3 Tabel Korelasi Product Moment Pearson ... 223

LAMPIRAN D HASIL PENGOLAHAN DATA Lampiran D.1 Rekapitulasi Data Skor Pretes, Postes dan Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 225

Lampiran D.2 Output Analisis Data Pretes dengan SPSS versi 20.0 for windows ...229

(13)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran D.4 Output Analisis Data Indeks Gain dengan SPSS versi 20.0

for windows ... 233

Lampiran D.5 Hasil Pengolahan Data Angket ... 235

Lampiran D.6 Hasil Pengolahan Data Lembar Observasi ... 238

LAMPIRAN E HASIL PENGUMPULAN DATA Lampiran E.1 Contoh Jawaban Uji Instrumen ... 241

Lampiran E.2 Contoh Jawaban Pretes Kelas Eksperimen ... 243

Lampiran E.3 Contoh Jawaban Pretes Kelas Kontrol ... 245

Lampiran E.4 Contoh Jawaban Postes Kelas Eksperimen ... 247

Lampiran E.5 Contoh Jawaban Postes Kelas Kontrol ... 250

Lampiran E.6 Contoh Jawaban LKS Kelas Eksperimen ... 252

Lampiran E.7 Contoh Jawaban Angket Siswa ... 282

Lampiran E.8 Contoh Isian Lembar Observasi Guru ... 284

Lampiran E.9 Contoh Isian Lembar Observasi Siswa ... 294

Lampiran E.10 Contoh Hasil Mind Map Siswa ... 299

Lampiran E.11 Dokumentasi Penelitian ... 305

LAMPIRAN F SURAT-SURAT Lampiran F.1 Surat Izin Uji Instrumen dan Izin Penelitian ... 307

Lampiran F.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Instrumen dan Penelitian ... 308

Lampiran F.3 Kartu Bimbingan Skripsi ... 309

(14)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu serta dapat memajukan daya pikir

manusia. Oleh karena itu, matematika perlu diberikan kepada semua siswa di seluruh jenjang pendidikan formal guna membekali diri sejak dini agar mampu bertahan hidup pada era globalisai yang berteknologi modern, dinamis, dan kompetitif ini.

Adapun tujuan pembelajaran matematika di sekolah tercantum dalam Permendiknas Tahun 2006 (BSNP, 2006), yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam Principles and Standards For School

Mathematics (NCTM, 2000) disebutkan juga bahwa tujuan pembelajaran

(15)

2

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan komunikasi matematis menjadi salah satu orientasi pembelajaran matematika dan penting untuk dikuasai oleh siswa.

Menurut Baroody (Lim dan Chew, 2007), sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu dikuasai oleh siswa, yaitu: (1) matematika merupakan bahasa bagi matematika itu sendiri, matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan, tetapi matematika juga alat untuk mengkomunikasikan pikiran siswa tentang berbagai ide dengan jelas, tepat,

dan ringkas; (2) matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, sebagai wahana interaksi antar siswa dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

Pentingnya komunikasi juga diungkapkan oleh Kusumah (2008), yaitu komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Melalui komunikasi, ide-ide matematika dapat dieksploitasi dalam berbagai perspektif, cara berpikir siswa dapat dipertajam, pertumbuhan pemahaman dapat diukur, pemikiran siswa dapat dikonsolidasikan dan diorganisir, pengetahuan matematika dan pengembangan masalah siswa dikonstruksi, penalaran siswa dapat ditingkatkan dan komunitas siswa dapat dibentuk. Jadi, jelaslah bahwa kemampuan komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa.

Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. Berdasarkan pada hasil survey Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2003 yang mengukur kemampuan matematis anak usia 15 tahun berupa kemampuan menganalisis, bernalar, dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya secara efektif, serta mampu memecahkan dan menginterpretasikan

(16)

3

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PISA 2009 sangat memprihatikan, dimana skor yang diperoleh menurun menjadi 371, sehingga menempatkan Indonesia pada peringkat ke-61 dari 65 negara peserta (OECD, 2010). Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa kemampuan matematis siswa Indonesia masih sangat rendah dan jauh dari standar internasional khususnya kemampuan komunikasi matematis. Lebih lanjut, hal ini dipertegas dengan hasil penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Rohaeti (2003) dan Wachyar (2012) yang menyatakan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa SMP berada dalam kategori kurang.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap beberapa siswa kelas VII di salah satu SMPN di Kabupaten Bandung, diperoleh informasi bahwa kemampuan komunikasi matematis mereka belum optimal. Ketika siswa diberi soal yang mengharuskan mereka memberikan penjelasan atau argumen secara logis, hampir semua siswa tidak memberikan jawaban yang tepat. Selain itu, masih banyak siswa yang tidak tepat dan teliti dalam menggunakan bahasa atau simbol matematika pada proses pemecahan masalah. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika menyatakan bahwa siswa masih sulit menyatakan permasalahan matematis menjadi suatu model matematika dan belum terbiasa dengan soal-soal yang mengharuskan mereka memberikan penjelasan matematika secara logis.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Sullivan dan Mousley (Anjani, 2013:2), diantaranya: (1) dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal, (2) siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru, kemudian guru mencoba memecahkan soal sendiri dengan satu cara penyelesaian, dan memberi soal latihan.

Hal senada dikemukakan oleh Turmudi (2008:84) bahwa pembelajaran

(17)

4

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Utari, Rukmana, dan Suhendra (Istiqomah, 2008:4) berdasarkan penelitiannya yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika di Indonesia saat ini dirasakan masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan gagasan matematika yang dimilikinya.

Pembelajaran yang didominasi oleh guru sangat memungkinkan bagi siswa untuk merasa bosan dan kurang termotivasi dalam belajar, sehingga menyebabkan menurunnya prestasi (Stipek, dalam Turmudi, 2008:87). Pengetahuan yang diperoleh juga tidak bermakna, karena bukan dari hasil mengkonstruksi sendiri.

Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa siswa akan memiliki anggapan atau sikap yang negatif terhadap matematika dan sikap yang negatif terhadap matematika akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan sikap positif siswa terhadap matematika. Seperti yang dikatakan oleh Ruseffendi (1991), bahwa sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi belajar siswa.

Agar siswa bersikap positif terhadap matematika dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya, perlu disusun suatu pembelajaran yang menarik dan menekankan pada siswa aktif dengan berbekal kemampuan komunikasi. Seperti yang diungkapkan Yusup (2010:5), kegiatan belajar yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi adalah kegiatan belajar yang mengandung unsur menggali informasi dan bertanya agar terjadi interaksi antarsiswa maupun antara siswa dengan guru. Kegiatan belajar tersebut meliputi beraktivitas dalam hal mengkonstruksi, menemukan, mengumpulkan data, dan menganalisis serta membuat kesimpulan sendiri lalu menginterpretasikan ide atau gagasan matematik tersebut. Salah satu alternatif pembelajaran yang bisa digunakan adalah pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

(18)

5

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(reflection), dan (7) penilaian yang sebenarnya (autentic assesment). Ini berarti, pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar (learning

community), dimana siswa aktif mengkonstruksi pengetahuannya dengan

melakukan penemuan (inquiry) yang berhubungan dengan konteks sehari-harinya, berdiskusi, bertanya (questioning) baik kepada sesama teman kelompok maupun kepada guru, dan melakukan pemodelan (modelling). Pada akhir pembelajaran, siswa melakukan refleksi (reflection) tentang apa saja yang telah dipelajari atau apa saja yang telah dihasilkan sebagai evaluasi diri untuk meningkatkan

kemampuannya. Pembelajaran dinilai dengan penilaian yang sebenarnya (autentic assesment) agar diketahui tingkat pencapaian kompetensi selama dan setelah pembelajaran. Dengan melihat secara keseluruhan terhadap komponen-komponen penyusun pembelajaran kontekstual di atas, sangat memungkinkan terciptanya komunikasi dua arah, baik antarsiswa maupun antar siswa dengan guru.

Materi pelajaran yang telah diperoleh akan diubah dalam bentuk ingatan dan disimpan di dalam otak. Salah satu upaya yang untuk mengingat kembali informasi yang tersimpan adalah dengan pencatatan. Salah satu teknik mencatat yang dianggap menarik dan tidak membosankan adalah mind map. Seperti yang didefinisikan oleh Buzan (2005), mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Konsep dari mind map yaitu menggambarkan dan mengkomunikasikan cara berpikir secara terstruktur. Selain dapat memudahkan siswa untuk mengingat banyak informasi, mind map juga dapat membantu siswa untuk menemukan konsep-konsep yang berhubungan dari suatu materi pelajaran. Sehingga siswa mampu membangun suatu pemahaman yang menyeluruh dan pada akhirnya ia mampu mengkomunikasikan ide, gagasan atau informasi-informasi tersebut secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis ingin mengkaji sejauh mana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dalam pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map yang

dituangkan dalam judul “Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map

(19)

6

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Apakah pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa SMP?”. Selanjutnya rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map lebih tinggi

daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map?

3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran kontekstual dengan teknik

mind map?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dan yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map.

3. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan yang

berarti bagi pihak-pihak berikut:

(20)

7

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberi informasi tentang pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map guna meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam memilih model-model pembelajaran matematika yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka ada beberapa istilah-istilah yang perlu didefinisikan sebagai berikut:

1. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam hal, yaitu sebagai berikut:

1) Menulis (written text), yaitu memberikan penjelasan matematis yang logis dan benar atau menyusun argumen yang didasarkan pada analisis terhadap konsep matematika.

2) Menggambar (drawing), yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar dan diagram kedalam ide-ide matematika atau sebaliknya, ide-ide matematika kedalam gambar atau diagram.

3) Ekspresi matematika (mathematical expression), yaitu mengekspresikan konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika

2. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran matematika yang didasarkan pada pandangan konstruktivisme, dengan materi dalam bentuk permasalahan yang konteksnya cocok dengan lingkungan kehidupan sehari-hari siswa, disajikan menggunakan strategi bertanya (questioning), metode penemuan

(inquiry), dan dalam prosesnya pembelajarannya mengandung komponen

(21)

8

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Mind map atau peta pikiran adalah cara mencatat kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran dengan cara meringkas materi yang telah dipelajari dan memproyeksikan kedalam bentuk peta sehingga lebih mudah memahaminya.

4. Pembelajaran kontekstual dengan tekni mind map, merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan penulis sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan dibantu oleh teknik mind map pada

pelaksanaannya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Membentuk kelompok belajar dan menciptakan komunikasi interaktif, baik antarsiswa maupun antara guru dengan siswa (learning community). 2) Memanfaatkan pengetahuan yang telah dimiliki dan mengkonstruksi

sendiri pengetahuan barunya (constructivism).

3) Menggali fenomena yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dikuasai sebagai titik awal siswa melakukan penemuan (inquiry).

4) Melalui pertanyaan, guru mendorong, membimbing, mengembangkan rasa ingin tahu siswa (questioning).

5) Melakukan pemodelan dengan menampilkan contoh atau rujukan pembelajaran (modeling).

6) Bertukar informasi dan melakukan review mengenai materi yang telah diperoleh dalam bentuk mind map (reflection).

7) Melakukan penilaian dengan berpijak pada kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung (authentic assessment).

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang pada umumnya digunakan di sekolah dengan langkah-langkah pembelajarannya, yaitu: guru

(22)

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi-eksperimen, sebab dalam penelitian ini peneliti tidak memilih siswa secara acak untuk dikelompokkan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol, tetapi peneliti

menggunakan kelas yang ada. Menurut Ruseffendi (2005:52) pada penelitian kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Pemilihan sampel secara tidak acak dilakukan dengan pertimbangan bahwa pihak sekolah tidak ingin membentuk kelas yang baru yang menyebabkan perubahan jadwal yang ada, sehingga peneliti menggunakan kelas yang sudah ada.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen (the nonequivalent control group design), dimana pada desain penelitian ini melibatkan dua kelompok yang tidak dipilih secara acak. Kelompok pertama memperoleh perlakuan yaitu pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map, sedangkan kelompok lainnya memperoleh pembelajaran konvensional. Masing-masing kelompok diberi tes sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan (pretes) dan sesudah perlakuan (postes). Kemudian dilihat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara kedua kelompok. Dengan demikian desain penelitiannya (Ruseffendi, 2005: 53) adalah sebagai berikut:

O X O

O O

Dimana, O : Pretes atau postes.

X : Perlakuan berupa pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map.

(23)

32

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di salah satu SMPN di Kabupaten Bandung. Dasar pertimbangan populasi siswa kelas VII adalah ditinjau dari segi umur, dimana siswa kelas VII SMP memiliki kisaran umur 11-13 tahun. Menurut Piaget (Suherman, 2003:42) perkembangan kognitif anak yang berumur 11 tahun ke atas berada pada tahap operasi formal dengan karakteristik dapat mulai belajar untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Sehingga

pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map cocok diterapkan kepada siswa dengan umur tersebut. Sedangkan untuk sampel dalam penelitian ini akan dipilih dua kelas dari populasi tersebut, dimana dalam pemilihan kelasnya dilakukan secara tidak acak dengan teknik non probability sampling yaitudengan purposive sampling. Menurut Sudjana (2005:168), sampling purposive dikenal juga sebagai sampling pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti. Dikarenakan peneliti akan melakukan penelitian di sekolah yang kelasnya sudah terbentuk, maka pemilihan kelas berdasarkan pertimbangan guru matematika. Menurut guru matematika pada sekolah tersebut, kemampuan matematika setiap kelas homogen, dimana pada masing-masing kelasnya terdapat siswa berkemampuan rendah hingga tinggi, sehingga dapat diambil dua kelas yang ada untuk dijadikan sampel penelitian.

Dua kelas yang dijadikan sampel penelitian terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh perlakuan khusus berupa pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map, dan kelas kontrol memperoleh perlakuan berupa pembelajaran konvensional.

C. Variabel Penelitian

(24)

33

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map, sedangkan aspek yang diukurnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dan variabel terikatnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa instrumen data kuantitatif yaitu tes kemampuan komunikasi matematis, sedangkan instrumen nontes berupa instrumen data kualitatif yaitu angket dan lembar observasi. Data-data tersebut diperlukan untuk menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Oleh sebab itu, dibuatlah seperangkat instrumen yang terdiri dari instrumen data kuantitatif dan instrumen data kualitatif.

1. Instrumen Data Kuantitatif

a. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Tes kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam tes, yaitu:

1) Pretes, diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis awal siswa sebelum menerima perlakuan.

2) Postes, diberikan dengan tujuan melihat kemampuan komunikasi matematis akhir siswa setelah menerima perlakuan.

Tes ini dikembangkan berdasarkan pada indikator kemampuan komunikasi matematis. Bentuk tes (pretes dan postes) yang diberikan berupa soal uraian (subjektif), karena melalui tes berbentuk uraian siswa dituntut

untuk menjawabnya secara rinci, sehingga proses berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan ide atau gagasan matematika dapat dievaluasi (Suherman dan Kusumah, 1990:95).

(25)

34

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan komunikasi matematis, rancangan butir soal beserta kunci jawabannya, dan terakhir pemberian skor untuk masing-masing butir soal.

Adapun pedoman pemberian skor jawaban soal kemampuan komunikasi matematis yang digunakan adalah pedoman pemberian skor menurut Cai, Lame, dan Jakabscin (Ansari, 2003), namun sudah diadaptasi oleh penulis yang disajikan pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematis

Skor Menulis (Written Text)

Menggambar (Drawing)

Ekspresi Matematika (Mathematical

Expression) 0 Tidak ada jawaban sama sekali.

1 Ada jawaban, tetapi hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.

2

Penjelasan secara matematis masuk akal namun hanya sebagian yang benar.

Melukiskan diagram, gambar, atau tabel namun kurang lengkap dan benar.

Membuat simbol atau model matematika, namun hanya sebagian yang benar.

3

Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat

kesalahan bahasa.

Melukiskan diagram, gambar, atau tabel secara lengkap namun ada sedikit kesalahan.

Membuat simbol atau model matematika dengan benar dan melakukan perhitungan, namun ada sedikit kesalahan atau salah dalam mendapatkan solusi.

4

Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, serta tersusun secara lengkap logis.

Melukiskan diagram, gambar, atau tabel secara lengkap dan benar.

Membuat simbol atau model matematika dengan benar kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar.

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:134), untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik, diperlukan alat evaluasi yang kualitasnya baik pula.

(26)

35

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sampel, dimana siswa tersebut sudah pernah mendapatkan materi pembelajaran yang akan diteliti.

Uji coba instrumen dilakukan kepada siswa kelas IX di salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang. Pemberian skor dilakukan secara manual dengan menggunakan pedoman pemberian skor yang sebelumnya telah disajikan pada Tabel 3.1. Adapun hasil pemberian skor hasil uji instrumen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1.

Data berupa skor hasil uji coba instrumen tersebut, selanjutnya dilakukan analisis butir soal uraian yang meliputi validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, serta daya pembeda, guna memperoleh keterangan layak atau tidaknya soal tersebut digunakan dalam penelitian. Pengolahan data hasil uji coba instrumen menggunakan bantuan software Anates 4.0 tipe uraian.

1) Validitas

Suherman dan Kusumah (1990:135) mengemukakan bahwa suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih), apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya bergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya.

Validitas butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson memakai angka kasar (Suherman dan Kusumah, 1990:154), yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dengan, : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

: skor siswa pada tiap butir soal

: skor total tiap siswa : banyak siswa.

(27)

36

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Validitas

Nilai rxy Interpretasi

Validitas sangat tingggi (sangat baik)

Validitas tinggi (baik)

Validitas sedang (cukup)

Validitas rendah (kurang)

Validitas sangat rendah Tidak valid

Setelah nilai koefisien validitas diperoleh, maka nilainya harus diuji keberartiannya. Untuk menguji keberartian koefisien rxy valid atau tidak valid, dilakukan dengan membandingkan antara rhitung dengan rtabel korelasi product moment pearson.

Adapun perumusan hipotesisnya sebagai berikut: H0 : Butir soal tidak valid.

H1 : Butir soal valid.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : a) Jika nilai rhitung ˂ rtabel, maka H0 diterima. b) Jika nilai rhitung ≥ rtabel, maka H0 ditolak.

Kesimpulan : Penafsiran dari H0 diterima atau ditolak.

Dengan demikian, adapun langkah-langkah perhitungan yang dilakukan terhadap nilai koefisien validitas yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

a) Perumusan hipotesisnya adalah: H0: Butir soal nomor 1 tidak valid. H1: Butir soal nomor 1 valid.

b) Besaran-besaran yang diperlukan, yaitu:

(28)

37

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d) Kesimpulan

Dengan mengambil taraf nyata  = 5% dan , dari Tabel Korelasi Product Moment Pearson diperoleh rtabel = 0,329. Karena rhitung > rtabel, maka Ho ditolak. Sehingga disimpulkan bahwa butir soal nomor 1 valid.

Dengan melakukan langkah perhitungan sama, hasil uji keberartian koefisien validitas dari tiap butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3

Hasil Uji Keberartian Koefisien Validitas Tiap Butir Soal

No.

Soal Kriteria Interpretasi 1 0,718 0,329 Valid Validitas tinggi (baik) 2 0,581 0,329 Valid Validitas sedang (cukup) 3 0,775 0,329 Valid Validitas tinggi (baik) 4 0,826 0,329 Valid Validitas sangat tingggi (sangat baik) 5 0,650 0,329 Valid Validitas tinggi (baik) 6 0,852 0,329 Valid Validitas sangat tingggi (sangat baik)

Dari hasil uji keberartian koefisien validitas, semua butir soal valid yang artinya semua butir soal dapat digunakan karena sesuai dengan indikator yang akan diukur. Hasil perhitungan koefisien validitas tiap butir soal menggunakan software Anates 4.0 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

2) Reliabilitas

(29)

38

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990:194), yaitu:

Dengan, r11 : koefisien reliabilitas. n : banyak butir soal.

∑ : jumlah varians skor tiap soal. : varians skor total.

dimana,

∑ ∑

Dengan, : varians.

∑ : jumlah skor kuadrat tiap soal. ∑ : jumlah skor tiap soal.

: banyak siswa.

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat

digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990:177) yang disajikan pada Tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Reliabilitas

Nilai Interpretasi

Derajat reliabilitas sangat rendah

Derajat reliabilitas rendah

Derajat reliabilitas sedang

Derajat reliabilitas tinggi

Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software Anates

(30)

39

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki derajat realibilitas sangat tinggi. Hasil perhitungan koefisien reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

3) Daya Pembeda

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:199-200), daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Derajat daya pembeda suatu butir soal dinyatakan dengan Indeks Diskriminasi (Discriminating Index) yang bernilai dari -1,00 sampai dengan 1,00. Jika Indeks Diskriminasi semakin mendekati 1,00; berarti daya pembeda soal tersebut makin baik, sebaliknya jika semakin mendekati 0,00; berarti daya pembeda soal tersebut makin buruk (Suherman dan Kusumah, 1990:201). Sebelum menghitung daya pembeda, terlebih dahulu mengambil sampel sebesar 27% untuk kelompok atas (kelompok siswa yang berkemampuan tingg) dan 27% untuk kelompok bawah

(kelompok siswa yang berkemampuan rendah) dari jumlah populasi yang ada. Untuk menghitung daya pembeda butir soal bentuk uraian dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

Dengan, DP : daya pembeda.

̅̅̅̅ : rata-rata skor dari siswa-siswa kelompok atas yang menjawab

benar untuk butir soal yang akan dicari daya pembedanya. ̅̅̅̅ : rata-rata skor dari siswa-siswa kelompok bawah yang

menjawab benar untuk butir soal yang akan dicari daya pembedanya.

SMI : skor maksimum ideal.

(31)

40

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.5

Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

[image:31.595.118.511.217.628.2]

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software Anates 4.0 diperoleh daya pembeda tiap butir soal tes yang terangkum dalam Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No. Soal Nilai DP Interpretasi

1 0,62 Baik

2 0,55 Baik

3 0,75 Sangat Baik

4 0,82 Sangat Baik

5 0,57 Baik

6 0,62 Baik

Hasil perhitungan daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2.

4) Indeks Kesukaran

(32)

41

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumus untuk menentukan indeks kesukaran soal bentuk uraian adalah sebagai berikut:

̅

Dengan, ̅ : rata-rata skor setiap butir soal. SMI : skor maksimum ideal.

[image:32.595.117.512.223.627.2]

Klasifikasi interpretasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah (1990:213) disajikan pada Tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interpretasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software Anates 4.0, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal tes yang terangkum dalam Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.8

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

No. Soal Nilai IK Interpretasi

1 0,68 Soal sedang

2 0,57 Soal sedang

3 0,50 Soal sedang

4 0,51 Soal sedang

5 0,68 Soal sedang

6 0,61 Soal sedang

(33)

42

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[image:33.595.115.525.160.662.2]

Secara keseluruhan hasil analisis tiap butir soal (rekapitulasi analisis tiap butir soal) disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini.

Tabel 3.9

Rekapitulasi Analisis Tiap Butir Soal

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran

Ket Koefisien

Validitas Interpretasi DP Interpretasi IK Interpretasi

1 0,718 Baik 0,62 Baik 0,68 Sedang Digunakan

2 0,581 Cukup 0,55 Baik 0,57 Sedang Digunakan

3 0,775 Baik 0,75 Sangat Baik 0,50 Sedang Digunakan

4 0,826 Sangat Baik 0,82 Sangat Baik 0,51 Sedang Digunakan

5 0,650 Baik 0,57 Baik 0,68 Sedang Digunakan

6 0,852 Sangat Baik 0,62 Baik 0,61 Sedang Digunakan

Reliabilitas sangat tinggi ( = 0,86)

Berdasarkan validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran dari setiap butir soal yang diujicobakan serta mempertimbangkan indikator yang terkandung dalam butir soal tersebut, maka semua soal

digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian ini.

2. Instrumen Data Kualitatif

a. Angket

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:70), angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi oleh orang yang akan dievaluasi (responden). Penggunaan angket dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. Pengisian angket dilakukan pada saat penelitian yaitu setelah siswa melakukan postes.

Angket dibedakan menjadi empat jenis (Suherman dan Kusumah, 1990:71), yaitu:

(34)

43

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup tak langsung, karena pada angket ini responden hanya memilih jawaban yang telah disediakan, dimana jawaban tidak berkenaan dengan data diri responden melainkan berupa pendapat/penilaian diluar diri responden dalam hal ini responden berpendapat mengenai pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. Jawaban yang diberikan oleh responden bersifat subjektif bergantung pada kondisi sikap masing-masing individu. Pengisian angket dilakukan oleh responden dengan cara membubuhkan tanda checklist (√) pada

kolom yang tersedia.

Skala yang digunakan untuk angket pada penelitian ini adalah skala Likert. Ada dua jenis pernyataan dalam skala Likert yaitu pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Jawaban pernyataan positif dan negatif dalam skala Likert dikategorikan dalam skala Sangat Tidak Seuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Dalam penelitian ini, pernyataan netral tidak diikutsertakan, hal ini dimaksudkan agar siswa menjawab angket secara konsekuen (Suherman dan Kusumah, 1990:237).

b. Lembar Observasi

Lembar observasi berisi pernyataan tertulis yang digunakan sebagai pedoman untuk mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map berlangsung. Lembar observasi yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Observer harus membubuhkan tanda

checklist () pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi. Adapun yang bertindak sebagai observer adalah guru mata pelajaran

matematika atau rekan mahasiswa dari jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung.

(35)

44

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahan evaluasi dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan pada pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik.

E. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan skenario

kegiatan pembelajaran yang dibuat oleh guru tentang langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat KBM, sehingga pelaksanaan pembelajaran terarah dan sistematis untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

RPP dibuat untuk setiap pertemuan, dimana dalam penelitian ini dibuat RPP untuk lima kali pertemuan pada masing-masing kelas penelitian. Pada kelas eksperimen, RPP dibuat berkarakter dan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. Sedangkan pada kelas kontrol, RPP dibuat berkarakter dan menggunakan langkah-langkah pembelajaran konvensional.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menunjang kepada pencapaian indikator melalui berbuat (Hands on Activity) dan berpikir (Minds on Activity) sehingga siswa memperoleh kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Lembar kegiatan siswa disusun mengikuti karakteristik pembelajaran yang digunakan dan mencerminkan aspek-aspek kemampuan komunikasi

(36)

45

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam melaksanakan penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Mengidentifikasi permasalahan.

b. Mengajukan judul penelitian yang akan dilaksanakan. c. Membuat proposal penelitian.

d. Konsultasi dengan pembimbing selama pembuatan proposal.

e. Mengidentifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan pembelajaran, serta alat dan bahan yang akan digunakan.

f. Melakukan seminar proposal penelitian. g. Melakukan perbaikan proposal penelitian.

h. Membuat surat perizinan ke sekolah untuk dijadikan tempat penelitian. i. Menyusun RPP, LKS, bahan ajar, dan instrumen penelitian.

j. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui kualitasnya.

k. Menganalisis hasil uji coba instrumen.

l. Melakukan revisi instrumen penelitian (jika diperlukan).

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kedua kelas penelitian. c. Pengisian lembar observasi pada setiap pertemuan.

d. Memberikan postes pada kedua kelas tersebut.

e. Pengisian angket setelah seluruh kegiatan pembelajaran

3. Tahap Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Mengumpulkan hasil data kuantitatif dan kualitatif. b. Mengolah dan menganalisis data kuantitatif dan kualitatif.

(37)

46

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Tahap Penulisan Laporan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan.

b. Menyusun hasil laporan penelitian.

c. Merevisi laporan setelah melakukan bimbingan.

G. Teknik Pengolahan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan memberikan tes, pengisian angket, dan pengisian lembar observasi. Tes berupa pretes dan postes diberikan kepada kedua kelas penelitian. Sedangkan angket hanya khusus diberikan pada kelas eksperimen untuk melihat sikap siswa terhadap pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. Untuk menunjang kebenaran sikap siswa terhadap pengisisan angket, maka dilengkapi dengan lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian, kemudian dikategorikan kedalam jenis data kuantitatif dan jenis data kualitatif. Data kuantitatif meliputi data hasil pretes dan postes, sedangkan data kualitatif meliputi data hasil pengisian angket dan lembar observasi. Penjelasan mengenai teknik pengolahan data yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Pengolahan Data kuantitatif

(38)

47

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Diagram 3.1

Alur Prosedur Pengolahan Data Pretes

Sedangkan alur pengolahan data postes dan indeks gain disajikan pada Diagram 3.2 berikut ini.

Diagram 3.2

Alur Prosedur Pengolahan Data Postes dan Indeks Gain

Uji Homogenitas Varians (Uji Levene’s)

Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji t)

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji t’

Kesimpulan

Populasi berdistribusi normal tetapi tidak homogen Populasi berdistribusi

normal dan homogen

Data Pretes Uji Normalitas (Uji Saphiro-Wilk) Uji Nonparametrik (Uji Mann-Whitney) Populasi berdistribusi normal Populasi berdistribusi tidak normal

Uji Homogenitas Varians (Uji Levene’s)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji t)

Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji t’

Kesimpulan

Populasi berdistribusi normal tetapi tidak homogen Populasi berdistribusi

normal dan homogen

(39)

48

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun pengolahan data kuantitatif yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Data Pretes

Pengolahan data pretes pada kelas eksperimen dan kontrol bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis awal antara siswa yang akan memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dan siswa yang akan memperoleh pembelajaran konvensional atau tidak. Analisis data pretes dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut.: 1) Analisis Data Secara Deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap deskriptif data pretes yang meliputi rata-rata, simpangan baku, nilai maksimum, dan nilai minimum. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai data pretes yang diperoleh.

2) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data pretes yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan untuk mengolah data pretes adalah uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5% (α 0,05). Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretes adalah sebagai berikut:

H0 : Data pretes berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Data pretes berasal dari populasi berdistribusi tidak normal Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya ≥ 0,05, maka H0 diterima.

(40)

49

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karena data pretes kedua kelas berasal dari populasi berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians kelas.

3) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data pretes dari kedua kelas penelitian memiliki variansi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji statistik Levene’s dengantaraf signifikansi 5% (α 0,05). Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas varians data pretes adalah sebagai

berikut:

H0 : Varians data pretes untuk kelas yang akan memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dan kelas yang akan memperoleh pembelajaran konvensional homogen.

H1 : Varians data pretes untuk kelas yang akan memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dan kelas yang akan memperoleh pembelajaran konvensional tidak homogen. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya ≥ 0,05, maka H0 diterima. b) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya < 0,05, maka H0 ditolak.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS versi 20.0 for windows, diperoleh hasil uji homogenitas varians data pretes yang menunjukkan bahwa varians data pretes untuk kelas yang akan memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dan kelas yang akan memperoleh pembelajaran konvensional homogen.

4) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah

(41)

50

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis awal siswa pada kedua kelas atau tidak, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t, yaitu Independent Sample T-Tes. Perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji kesamaan dua rata-rata kemampuan komunikasi matematis awal adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis awal antara siswa yang akan memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dan siswa yang akan memperoleh

pembelajaran konvensional.

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis awal antara siswa yang akan memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dan siswa yang akan memperoleh pembelajaran konvensional.

Kriteria pengujiannya adalah sebagi berikut:

a) Jika nilai signifikansi (sig. 2-tailed) pengujiannya ≥ 0,05, maka H0 diterima.

b) Jika nilai signifikansi (sig. 2-tailed) pengujiannya < 0,05, maka H0 ditolak.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS versi 20.0 for windows, diperoleh hasil uji kesamaan dua rata-rata data pretes yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis awal yang signifikan antara siswa yang akan memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dan siswa yang akan memperoleh pembelajaran konvensional.

b. Analisis Data Postes

(42)

51

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Analisis Data Secara Deskriptif

Analisis secara deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai data postes yang diperoleh. Adapun deskriptif data postes yang dianalisis meliputi rata-rata, simpangan baku, nilai maksimum, dan nilai minimum.

2) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data postes berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.

Pengujian normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Saphiro-Wilk dengan taraf nyata 5%. Perumusan hipotesis yang

digunakan pada uji normalitas data postes adalah sebagai berikut: H0 : Data postes berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Data postes berasal dari populasi berdistribusi tidak normal Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya ≥ 0,05, maka H0 diterima. b) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya < 0,05, maka H0 ditolak.

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software SPSS versi 20.0 for windows, diperoleh hasil uji normalitas data postes yang menunjukkan bahwa salah satu dari kedua kelas penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Karena data postes dari salah satu kelas penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians melainkan dilakukan uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji statistika nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney dengan taraf signifikansi 5%.

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah

(43)

52

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

statistik nonparametrik Mann-Whitney dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Adapun perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji perbedaan dua rata-rata kemampuan komunikasi matematis adalah sebagai berikut: H0 : Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map tidak lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. H1 : Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh

pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map lebih tinggi

daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Kriteria pengujiannya adalah sebagi berikut:

a) Jika setengah dari nilai signifikansi (sig. 2-tailed) pengujiannya ≥ 0,05, maka H0 diterima.

b) Jika setengah dari nilai signifikansi (sig. 2-tailed) pengujiannya < 0,05, maka H0 ditolak.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS versi 20.0 for windows, diperoleh hasil uji perbedaan dua rata-rata data postes yang menunjukkan bahwa secara signifikan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

c. Analisis Data Indeks Gain

Apabila hasil analisis data pretes menunjukkan tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis awal yang siginifikan antara siswa yang akan memperoleh pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map dan siswa yang akan memperoleh pembelajaran konvensional, maka

(44)

53

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa digunakan data postes dan data indeks gain

Data indeks gain diperoleh dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi dari Meltzer (Nurhayati, 2012:41), yaitu sebagai berikut:

Setelah diperoleh data indeks gain, kemudian data tersebut dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Analisis Data Secara Deskriptif

Analisis secara deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai indeks gain yang diperoleh. Adapun deskriptif data postes yang dianalisis meliputi rata-rata, simpangan baku, nilai maksimum, dan nilai minimum.

2) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah indeks gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Saphiro-Wilk dengan taraf nyata 5%. Adapun perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data postes adalah sebagai berikut:

H0 : Data indeks gain berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Data indeks gain berasal dari populasi berdistribusi tidak normal Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya ≥ 0,05, maka H0 diterima. b) Jika nilai signifikansi (sig.) pengujiannya < 0,05, maka H0 ditolak.

(45)

54

Helen Martanilova, 2014

Pembelajaran Kontekstual dengan Teknik Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa S

Gambar

Tabel 4.13 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Kontekstual dengan Mind Map
Gambar 4.1 Aktivitas Guru sebagai Fasilitator dalam Pembelajaran ............... 83
gambar, atau tabel
Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi berpengaruh terhadap minat berwirausaha pada peserta didik di SMK Purnawarman Purwakarta, artinya semakin tinggi motivasi wirausaha dalam diri peserta didik

Apa saja saran yang dapat Bapak ajukan untuk perbaikan

Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini, maka saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian yang akan dilakukan oleh saudari

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Secara umum waktu yang dihabiskan siswa kelas VII SMP N 29 Bandung untuk menonton tayangan kekerasan di televisi

Nurhartadi, 2013.Kajian Karakteristik dan Fisiokimia Bubuk Terasi Udang dengan Penambahan Angkak Sebagai Bahan Pewarna Alami dan Sumber Antioksidan.. Jurnal Teknosains

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2015-2019. PEMERINTAH

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan

dalam kasus ini / panwaslu kota yogyakarta mengalami kesulitan untuk menyelesaikan persoalan tersebut pembakaran bendera parpol merupakan tindak pidana pemilu dan jika diteruskan