• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMA NEGERI 6 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI SMA NEGERI 6 BANDUNG."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Mata Pelajaran Akuntansi di

SMA Negeri 6 Bandung

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh: MARIANA ULFA

NIM.0906488

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2014

(2)
(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI

SMA NEGERI 6 BANDUNG

Oleh Mariana Ulfa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© 2014 Mariana Ulfa Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 10

C. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 12

1. Manfaat Teoritis ... 12

2. Manfaat Praktis ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Teori yang Relevan dan Hasil Penelitian Terdahulu ... 14

1. Keaktifan Belajar ... 14

a. Belajar dan Pembelajaran ... 14

b. Alasan Pentingnya Keaktifan Siswa dalam Belajar ... 15

c. Pengertian Keaktifan Belajar ... 16

d. Ciri-ciri yang Harus Nampak dalam Proses Belajar Aktif ... 16

e. Indikator Keaktifan Belajar ... 17

(6)

a. Pengertian ... 19

b. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran... 19

c. Macam-macam Model Pembelajaran ... 20

3. Model Cooperative Learning ... 21

a. Pengertian ... 21

b. Tujuan ... 22

c. Unsur-unsur ... 23

d. Ciri-ciri Cooperative Learning ... 24

e. Macam-macam Cooperative Learning ... 24

f. Keunggulan dan Kelemahan ... 25

4. Model Cooperative Learning Student Team Achievement Division (STAD) ... 26

a. Pengertian ... 26

b. Komponen Utama ... 26

c. Langkah-langkah Penerapan Model STAD ... 28

d. Pembentukkan dan Penghargaan Kelompok pada Model Cooperative Learning ... 29

5. Hasil Penelitian Terdahulu ... 33

B. Kerangka Pemikiran ... 35

C. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Desain Penelitian... 45

B. Operasionalisasi Variabel ... 48

C. Populasi dan Sampel ... 50

(7)

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 52

1. Teknik Analisis Instrumen ... 53

2. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Gambaran Objek Penelitian ... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 73

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN- LAMPIRAN :

1. Instrumen Penelitian

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

3. Hasil Uji Keaktifan Sebelum dan Sesudah Treatmen 4. Dokumentasi Penelitian

5. Surat Permohonan Izin Melaksanakan penelitian Eksperimen 6. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian Eksperimen 7. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

8. Lembar Evaluasi Presentasi Rancangan UP untuk Skripsi 9. Frekuensi Bimbingan

10. Uji Normalitas dan Uji Wilcoxon 11. Pedoman Wawancara

(8)

13. SK Judul

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Kategori Keaktifan Siswa ... 3

1.2 Tingkat Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung ... 4

2.1 Pembentukkan Kelompok pada Tipe STAD ... 30

2.2 Poin Kemajuan dalam Tipe STAD ... 31

2.3 Lembar Skor Kuis yang Telah Dimodifikasi ... 32

2.4 Lembar Rangkuman Tim ... 32

2.5 Tingkatan Penghargaan dalam Tipe STAD ... 33

2.6 Posisi Penelitian Relevan dan Perbedaan Penelitian ... 35

3.1 Operasionalisasi Variabel... 49

3.2 Jumlah Siswa IX IPS ... 50

3.3 Hasil Uji Validitas ... 54

3.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 55

3.5 Kriteria Keputusan Uji Gain ... 60

4.1 Kategori Keaktifan Siswa ... 65

4.2 Tingkat Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung ... 66

(9)

4.4 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) ... 70 4.5 Hasil Observasi Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa

SebelumDiterapkan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dan Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Student

Team Achievement Division (STAD) Data ... 72

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)
(12)

Penerapan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division(STAD) untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Mata Pelajaran Akuntansi di

SMA Negeri 6 Bandung Oleh :

Mariana Ulfa

Pembimbing : Drs. Rahmat Moeslihat ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat keaktifan siswa pada pembelajaran Akuntansi, hal ini terlihat dari tingkat persentase keaktifan siswa yang rendah pada saat observasi dan wawancara di SMA Negeri 6 Bandung. Hal ini disebabkan karena strategi pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional, sehingga pembelajaran kurang menarik bagi siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat keaktifan siswa sebelum penerapan Model Pembelajaran Student team Achievement Division (STAD) dan sesudah penerapan Model Pembelajaran Student team Achievement Division (STAD). Metode yang digunakan adalah metode eksperimen quasi experimental design, adapun desain penelitian yang digunakan yaitu one-group pretest-posttest design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Bandung yang berjumlah 45 orang. Instrumen pembelajaran yang digunakan adalah lembar observasi keaktifan. Teknik pengolahan data berupa pengolahan data kuantitatif yang meliputi uji normalitas data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 20.0 for windows dan pengujian hipotesis nonparametrik dengan uji wilcoxon.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa sebelum dan sesudah treatment. Indikator aktif mencari dan memberi informasi meningkat dari 73% menjadi 98%. Indikator aktif bertanya kepada guru atau siswa lain meningkat dari 87% menjadi 100%. Indikator aktif mengajukan pendapat atau komentar kepada guru atau kepada siswa meningkat dari 31% menjadi 80%. Indikator aktif diskusi atau memecahkan masalah meningkat dari 76% menjadi 98%. Indikator menilai dan memperbaiki pekerjaannya meningkat dari 27% menjadi 100%. Indikator aktif membuat kesimpulan sendiri tentang pelajaran yang diterimanya meningkat dari 2,2% menjadi 56%. Indikator aktif menjawab pertanyaan guru dengan tepat pada saat berlangsungnya pengajaran meningkat dari 24% menjadi 44%. Indikator aktif untuk mempelajari bahan pelajaran atau stimulus yang diberikan guru meningkat dari 64% menjadi 93%. Indikator aktif bekerja sama dan berhubungan dengan siswa lain meningkat dari 76% menjadi 96%. Indikator senang apabila diberi tugas belajar meningkat dari 18% menjadi 91%. Indikator aktif menjawab pertanyaan yang diberikan guru pada akhir pelajaran meningkat dari 16% menjadi 56%.

(13)

The Implementation of Student Team Achievement Division (STAD) Teaching Model to Increase Student Activity in Accounting at SMA Negeri 6

Bandung By: Mariana Ulfa

Preceptor: Drs. Rahmat Moeslihat ABSTRACT

This research is based on the low of student activity in accounting, it is visible from percentage rate of student activity from observation and interview at SMA Negeri 6 Bandung. It is due because teaching strategy that use in the class still conventional, because of that students become not interest in teaching. This research is aimed to know the distinction between student activity rate before the implementation of student achievement division (STAD) teaching model and after the implementation of student achievement division (STAD) teaching model. Method that use in this research is experiment quasi experimental design, design research that use is one group pretest-postest design. Subject in this research are 45 students at XI IPS 2 SMA Negeri 6 Bandung. Teaching instrument that use is activity observation letter. Data processing technique use os quantitative data processing with normality test SPSS 20.0 for windows and non-parametric hypotesis test with wilcoxon test. Based on this research we can conlude that student activity is increase before and after the treatment. Acive indicator seek and give information is increase from 73% to 98%. Active indicator of ask a question to the teacher or other students increase from 87% to 100%. Active indicator give an opinion and commentary to the teacher or to the other students are increase froam 31% to 80%. Active indicator discussion and problem solving increase from 76% to 98%. Indicator to assess and to correct student assignment increase from 27% to 100%. Active indicator to make self conclusion about subject which student gave increase from 2,2% to 56%. Active indicator to answer the question from the teacher that appropriate in teaching increase from 24% to 44%. Active indicator to study a subject or stimulus that teacher give is increase from 64% to 93%. Active indicator to work together and connected with other students are increase form 76% to 96%. Active indicator that students are happy while they have assignment from the teacher are incresed from 18 to 91%. Active indicator to answer the question gave by teacher in the end of teaching is increase from 16% to 56%.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tujuan pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam UU No.20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Proses pembelajaran merupakan salah satu cara di dunia pendidikan

untuk menyampaikan materi dan informasi kepada orang lain. Di jenjang pendidikan seperti halnya sekolah, proses pembelajaran di kelas terjadi antara guru dan siswa dimana guru mengajarkan suatu disiplin ilmu, tidak hanya

mengajarkan disiplin ilmu namun guru juga membimbing siswa baik dalam memahami konsep pelajaran dan pengaplikasiannya dan juga menanamkan nilai-nilai moral pada siswa. Siswa merupakan individu yang akan menjadi

sumber daya manusia untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mutu-mutu lainnya dalam memajukan negara. Untuk itu guru harus mengembangkan dan

(15)

2

Ciri proses pembelajaran yang berhasil salah satunya adalah dilihat dari kadar kegiatan belajar siswa. Makin tinggi kegiatan belajar siswa, makin

tinggi peluang berhasilnya proses pembelajaran. Begitu juga pada proses pembelajaran akuntansi, keberhasilan proses pembelajaran dilihat dari

kegiatan para siswa dalam mengikuti pembelajaran akuntansi. Dalam hal ini siswa tidak lagi diposisikan sebagai objek belajar, melainkan siswa diposisikan sebagai subjek yang belajar sesuai bakat, minat dan kemampuan

yang dimilikinya. Peran guru bukan lagi sebagai sumber belajar saja, melainkan berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar siswa mau dan

mampu untuk belajar.

Menurut Sophocles dalam Warsono dan Hariyanto (2013:3), “

Seseorang harus belajar dengan cara melakukan sesuatu, Anda tidak akan

memiliki kepastian tentang hal tersebut sampai Anda mencoba melakukan sendiri”. Dengan kata lain, untuk memperoleh pengetahuan, siswa harus aktif

mengalaminya sendiri. Lebih lanjut lagi Zuckerman dalam Warsono dan Hariyanto (2013:4) ,“ Para pakar meyakini bahwa belajar akan diperoleh

melalui pengalaman ( learning for experience), melalui pembelajaran aktif

(active learning), dan dengan cara melakukan interaksi dengan bahan ajar maupun dengan orang lain (interacting with learning material and with

people)”.

Pendapat para ahli di atas menunjukkan pentingnya siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa dikatakan belajar jika mereka ikut aktif mengalaminya

(16)

3

mengetahui tingkat keaktifan di suatu sekolah, apakah tingkat keaktifannya sudah bagus atau masih kurang. Di bawah ini kategori keaktifan siswa yang

dijadikan tolak ukur. Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:125) siswa yang aktif digolongkan berdasarkan persentase keaktifan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1.Kategori Keaktifan Siswa

Skala Keaktifan Kategori

80 atau lebih Sangat baik

60-79,99 Baik

40-59,99 Cukup

20-39,99 Kurang

0-19,99 Sangat kurang

Di bawah ini peneliti memiliki data keaktifan siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMA Negeri 6 Bandung. Data ini yang dijadikan dasar peneliti melakukan penelitian mengenai keaktifan siswa di SMA Negeri 6

(17)

4

Tabel 1.2.Tingkat Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung

(Sumber: wawancara dan observasi, data diolah)

Dari keseluruhan data tingkat keaktifan siswa yang didapatkan oleh peneliti dengan cara observasi dan wawancara dengan guru akuntasi pada tanggal 30 Agustus 2013 dalam mata pelajaran akuntansi masih kurang, data

yang dikumpulkan diperoleh dari 3 kelas XI IPS yang berbeda, dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tingkat keaktifan siswa dalam belajar

akuntansi masih kurang yaitu dibawah 20%, hal ini disimpulkan berdasarkan kategori keaktifan pada tabel 1.1. Tingkat keaktifan di kelas XI IPS 1 sebesar 20%, kelas XI IPS 1 tingkat keaktifannya masuk kategori kurang. Tingkat

keaktifan di kelas XI IPS 2 sebesar 10,87%, kelas XI IPS 2 tingkat keaktifannya masuk kategori sangat kurang. Sedangkan di kelas XI IPS 3

tingkat keaktifannya sebesar 16,67% dan masuk kategori keaktifan sangat kurang.

Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam mata pelajaran akuntansi di

SMA Negeri 6 Bandung ini menjadi masalah dalam penelitian ini. Seperti Kelas Jumlah

Siswa

Persentase (tingkat

keaktifan siswa) Kategori

XI IPS 1 45 siswa 20% Kurang

XI IPS 2 46 siswa 10,87% Sangat kurang

XI IPS 3 48 siswa 16,67% Sangat kurang

(18)

5

yang sudah dijelaskan sebelumnya, keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh kadar kegiatan siswa. Rendahnya tingkat keaktifan siswa,

jelas mengindikasikan adanya permasalahan serius dalam proses

pembelajaran Akuntansi yang harus segera dicarikan solusinya. Karena menurut Sudjana (2010:5) “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Kadar keaktifan belajar sisw yang

optimal menyebabkan siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal juga.

Proses pembelajaran menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin sehingga mampu mengubah tingkah laku siswa secara lebih efektif

dan efisien. Jika siswa memiliki tingkat keaktifan rendah maka proses pembelajaran siswa di kelas diduga akan berjalan kurang optimal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa menurut Syah

(2012: 146), yaitu “Faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal (faktor dari

dalam peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning)”.

Secara sederhana faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar

peserta didik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

peserta didik itu sendiri, yang meliputi:

(19)

sendi-6

sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran.

b. aspek psikologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja

mempengaruhi belajar seseorang. Adapun faktor psikologis peserta didik yang mempengaruhi keaktifan belajarnya adalah sbegai berikut: (1) inteligensi, tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) peserta didik

tidak dapat diragukan lagi dalam menentukan keaktifan dan keberhasilan belajar peserta didik. Ini bermakna bahwa semakin tinggi

tingkat inteligensinya maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, begitu juga sebaliknya; (2) sikap, adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau

merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif; (3) bakat, adalah

potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir yang berguna untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing; (4) minat, adalah kecenderungan atau

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; dan (5) motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

2. Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar siswa yakni

(20)

7

ekstrenal di anataranya adalah: (a) lingkungan sosial, yang meliputi: para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas; serta (b) lingkungan

non sosial, yang meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.

3. Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu.

Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi, agar

siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah guru harus menguasai teknik-teknik penyajian materi pembelajaran. Cooperative

learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang diduga berdasarkan faham konstruktivisme. Cooperative learning

merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan

saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam

(21)

8

proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya”.

Beberapa model pembelajaran kooperatif yang telah banyak

dikembangkan, tiga diantaranya adalah model yang dapat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu Student Team-Achivement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua lainnya adalah

dirancang untuk mata pelajaran khusus pada tingkat tertentu yaitu, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Team

Accelerated Instruction (TAI). Kelimanya melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tingkat keaktifan yang rendah di kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung adalah dengan menerapkan

salah satu model pembelajaran kooperatif, yaitu model pembelajaran STAD yang diduga dapat meningkatkan kadar kegiatan siswa atau dapat mengaktifan siswa. Model ini dipilih karena STAD merupakan salah satu

model cooperative learning yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru mencoba

menerapkan cooperative learning dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Slavin (dalam Narjo, 2011:23) “Model ini sangat cocok untuk menyajikan materi pembelajaran terstruktur, yang terdiri dari beberapa bagian

(22)

9

mata pelajaran akuntansi yang materinya saling berhubungan, khususnya materi kertas kerja yang akan menjadi pokok bahasan yang diterapkan model

pembelajaran STAD.

Menurut Mulyanti et al (2009:206) “Kertas kerja atau neraca lajur

(worksheet) merupakan suatu daftar berlajur atau berkolom yang dirancang sedemikian rupa untuk mempermudah dan memperlancar penyusunan laporan keuangan yang benar”. Kolom–kolom tersebut terdiri dari neraca saldo, jurnal

penyesuaian neraca saldo setelah penyesuaian, laporan laba-rugi dan laporan neraca yang semuanya saling berhubungan. Model pembelajaran ini

diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep akuntansi terutama materi kertas kerja, karena materi kertas kerja yang saling berhubungan sesuai dengan karakteristik model STAD yang cocok untuk materi yang saling

berhubungan.

Menurut Benner (2010:125),”The basic structure of the model is a

fourphase approach, heterogeneous groups of students study previously

taught material together, take tests individually, and earn team points based

on individual improvement.”

Dari pendapat Banner di atas mengenai komponen dan struktur dasar dari model pembelajaran STAD ini dapat dilihat bahwa karakteristik dari

model ini adalah proses pembelajaran secara berkelompok. Meskipun berkelompok, masing-masing anggota memiliki tanggung jawab terhadap kemajuan individu maupun untuk kemajuan kelompoknya. Pemilihan anggota

(23)

10

memiliki anggota yang memiliki kemampuan yang beragam agar antar anggota saling bekerja sama.

Model pembelajaran STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada, model ini paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi

yang sudah terdefinisikan dengan jelas. Gagasan utama dari model pembelajaran STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan

yang disampaikan oleh guru karena model pembelajaran STAD merupakan pembelajaran kelompok. Dalam model ini setiap anggota kelompok memiliki

kesempatan untuk menjadi yang terbaik tiap pertemuannya, sehingga siswa bisa lebih aktif untuk berusaha menjadi yang terbaik.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

lebih lanjut dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran

Student Team Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Mata Pelajaran Akuntansi di SMA Negeri 6 Bandung.”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

(24)

11

2. Bagaimana tingkat keaktifan siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team-Achievement Divisions) di

kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandung

3. Apakah ada perbedaan keaktifan siswa sebelum dan sesudah menggunakan

model pembelajaran STAD (Student Team-Achievement Divisions) di kelas XI IPS SMA Negeri 6 Bandung

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis penggunaan model pembelajaran STAD (Student Team-Achievement Divisions) dalam mata

pelajaran akuntansi.

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk :

1. Memperoleh gambaran tingkat keaktifan siswa sesuai dengan fenomena

yang ada di SMA Negeri 6 Bandung.

2. Mengetahui tingkat keaktifan siswa sebelum dan sesudah menggunakan

model pembelajaran STAD (Student Team-Achievement Divisions).

3. Mengetahui apakah ada perbedaan tingkat keaktifan siswa sebelum menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team-Achievement

Divisions) dan tingkat keaktifan siswa setelah menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team-Achievement Divisions) di kelas XI IPS

(25)

12

D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah akan diperoleh pandangan bahwa penggunaan model pembelajaran STAD dalam proses

pembelajaran akuntansi dapat membantu guru dalam menyampaikan materi akuntansi karena model pembelajaran akan mempengaruhi bentuk strategi belajar mengajar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar akuntansi sehingga akan

berdampak positif terhadap proses pembelajaran. b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada guru dalam penggunaan model pembelajaran agar lebih kreatif dan suasana belajar tidak membosankan agar siswa lebih antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran dan diharapkan keaktifan siswa pun meningkat. c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada sekolah untuk menyediakan fasilitas yang dapat menunjang penerapan berbagai model pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang lebih kreatif dan

(26)

13

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh gambaran dari

penerapan model pembelajaran terhadap tingkat keaktifan siswa yang nantinya akan bermanfaat untuk perbaikan proses pembelajaran di masa

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian memaparkan apa, mengapa, dan bagaimana masalah tersebut diteliti dengan menggunakan prinsip-prinsip metodologis. Penyusunan desain ini dilakukan setelah kita menetapkan topik (judul)

penelitian yang akan dilaksanakan. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Quasi Experimental Design. Bentuk design eksperimen ini

merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan. Dalam penelitian ini terdapat kelompok yang mendapat

treatment berupa model pembelajaran STAD. Lalu dilihat perbedaannya sebelum diterapkan model pembelajaran STAD dan setelah diterapkan model pembelajaran STAD.

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan seperti tabel berikut ini :

(Sugiyono, 2009:75) Keterangan:

X : penggunaan Metode Pembelajaran STAD

: tingkat keaktifan siswa sebelum treatment

(28)

46

Dalam penelitian ini kelompok eksperimen akan diamati menggunakan lembar observasi untuk mengetahui tingkat keaktifan awal

siswa. Kemudian kelompok eksperimen diberikan treatment berupa proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD. Kemudian pada

tahap akhir kelompok eksperimen diamati lagi menggunakan lembar observasi untuk melihat perbedaan tingkat keaktifan belajar siswa, apakah terdapat perbedaan yang meningkat dibandingkan sebelum ditreatment.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam desain ini adalah:

1. Memilih sampel dari populasi untuk menentukan kelompok eksperimen.

2. Pertemuan pertama, guru menyampaikan materi dengan metode ceramah dan diakhir pelajaran, siswa diberikan tugas berupa LKS. Pada pertemuan ini, observer melakukan pengamatan keaktifan siswa

menggunakan lembar observasi. Hasil dari pengisian LKS akan dijadikan dasar oleh guru untuk membagi siswa ke dalam kelompok

kecil yang heterogen.

3. Pertemuan kedua, guru mulai menerapkan Model Pembelajaran STAD dalam proses pembelajaran. Dalam pertemuan ini, observer melakukan

pengamatan keaktifan siswa kembali selama proses pembelajaran berlangsung. Langkah- langkah penerapan Model Pembelajaran STAD

sebagai berikut:

(29)

47

b. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen berdasarkan nilai tes pada pertemuan sebelumnya.

c. Guru mempresentasikan materi ajar kepada siswa dengan metode ceramah.

d. Guru membagikan LKS pertemuan sebelumnya yang sudah dinilai dan siswa harus memperbaikinya jika ada yang salah dengan cara diskusi bersama anggota kelompoknya.

e. Selesai memperbaiki LKS siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya mengenai materi pelajaran yang telah dijelaskan

sebelumnya oleh guru, sampai semua anggota kelompok mengerti. f. Lalu guru membagikan LKS kepada tiap kelompok dan harus

dikerjakan dengan cara diskusi bersama anggota kelompoknya.

Nanti hasilnya akan menjadi nilai kelompok.

g. Setelah mengerjakan LKS kelompok, siswa duduk seperti semula

lagi, lalu siswa mengerjakan LKS individu tanpa bantuan teman satu kelompoknya ataupun guru. Nanti hasilnya akan menjadi nilai individu.

h. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer mengamati semua kegiatan yang dilakukan siswa dan mencatatnya dalam

lembar observasi.

(30)

48

pada proses pembelajaran. Lalu guru mengumumkan kelompok mana yang menjadi super tim dan menyerahkan sertifikat penghargaan.

B. Operasionalisasi Variabel

Menurut Suwarno dalam Riduwan & Sunarto (2010:8), variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari sesuatu (objek), dan mampu memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori. Penelitian ini

melibatkan satu variabel yang diberikan perlakuan (treatment) pada objek penelitian, kemudian dilakukan perbandingan antara kondisi saat sebelum

dilakukan treatment dan saat sudah dilakukan treatment pada kelas eksperimen.

Di dalam penelitian ini hanya ada satu variabel, yaitu keaktifan

siswa. Keaktifan siswa itu sendiri adalah suatu keadaan dimana siswa ikut terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dan siswa pun banyak

melakukan aktivitas, tentunya aktivitas yang positif yang dapat mendukung terselenggaranya proses pembelajaran yang diharapkan.

Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa dimensi yang

dapat mengaktifkan siswa, yaitu aktivitas belajar siswa, aktivitas guru mengajar, program belajar, suasana belajar, dan sarana belajar. Dalam

penelitian ini, peneliti hanya mengamati dari sisi aktivitas belajar siswa. Dalam penelitian ini guru dan peneliti melakukan perencanaan bersama, kemudian guru menerapkan model pembelajaran STAD dalam proses belajar

(31)

49

yang mengukur tingkat keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.1.Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Keaktifan Siswa

Aktivitas siswa belajar

1. Adanya aktifitas belajar siswa secara individual

untuk penerapan

(32)

50

menilai hasil belajar yang dicapainya.

10.Adanya upaya siswa untuk bertanya kepada guru dan atau meminta

Sujarweni & Endrayanto (2012: 13) mengemukakan bahwa

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Sesuai dengan judul dalam penelitian ini, maka yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS SMA NEGERI 6 Bandung yang terdaftar pada Tahun Pelajaran 2013/2014:

Tabel 3.2. Jumlah Siswa XI IPS

(33)

51

Sujarweni & Endrayanto (2012:13) mengemukakan bahwa

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.”

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

teknik “Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.” Sujarweni &

Endrayanto (2012:15).

Jenis teknik nonprobability samplingnya adalah sampling

purposive yang mempertimbangkan sampel atas pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. “ Purposive Sampling ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan

tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk

tujuan tertentu.”(Riduwan,2013:63). Adapun sampel dalam penelitan ini

diambil berdasarkan tingkat keaktifan siswa saat mengambil data awal dengan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Akuntansi, jadi peneliti memutuskan untuk mengambil sampel kelas XI IPS 2 karena

memiliki tingkat keaktifan belajar siswa paling rendah dari dua kelas lainnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara atau

(34)

52

menjawab permasalahan penelitian. Pengumpulan data yang akan dilakukan

yaitu dengan melakukan observasi kegiatan belajar siswa. “ Observasi yaitu

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan”(Riduwan,2013:104). Oleh karena itu,

instrumen yang akan digunakan adalah lembar observasi. Lembar observasi ini untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa setelah penerapan model pembelajaran STAD. Lembar observasi mengadaptasi dari Sudjana

(2010:113).

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data yang telah dikumpulkan melalui instrumen penelitian dimaksudkan untuk menguji sejauh mana hipotesis yang telah dikemukakan

sebelumnya dapat diterima. Dalam hubungan ini data tersebut perlu dianalisis agar dapat dipergunakan bagi pengujian hipotesis tersebut. Data yang masih

ada dalam lembar-lembar instrumen masih berupa data mentah dan memerlukan pengolahan agar dapat digunakan dalam proses analisis selanjutnya. Analisis tersebut terdiri dari analisis data itu sendiri dan analisis

uji hipotesis.

Analisis yang akan dilakukan yaitu validitas dan reliabilitas. Untuk

pengujian instrument akan digunakan pengujian normalitas data dan pengujian hipotesis. Berikut merupakan analisis data tersebut:

(35)

53

Sujarweni & Endrayanto (2012: 177) mengemukakan bahwa

“Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam

suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.”

Uji validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2009:72) Keterangan :

: Koefisien korelasi antara variable X dan variabel Y

: Jumlah responden

∑ : Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden

∑ : Jumlah skor X

∑ : Jumlah skor Y

∑ : Kuadrat jumlah skor X

∑ : Kuadrat jumlah skor Y

Jika maka valid

Jika maka tidak valid ∑ ∑ ∑

(36)

54

Tabel 3.3. Hasil uji validitas

Sumber : Hasil penelitian (data diolah)

Jadi berdasarkan pengujian validitas menggunakan software SPSS 20, dari 15 item pernyataan hanya 11 pernyataan yang dinyatakan valid. Pernyataan yang dinyatakan tidak valid harus dihapus dari

(37)

55

b. Uji Reliabilitas

Sujarweni & Endrayanto (2012: 186) mengemukakan bahwa

“Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan

kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuisioner ”.

Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas

soal bentuk uraian adalah dengan rumus Alpha sebagai berikut:

( )

Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas

(38)

56

Dari hasil uji reliabilitas menggunakan software SPSS 20, r hitung lebih besar daripada r tabel. Maka dinyatakan intrumen

penelitian reliabel.

2. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis a. Uji Normalitas

Data sebelum diolah menggunakan pengujian parametrik maupun non parametrik harus diuji normalitas. Statistik parametrik

tidak dapat digunakan jika data tidak normal. Data tidak normal pengujian dapat dilakukan dengan statistik non parametrik. Untuk

melihat data berdistribusi normal atau tidak, digunakan Chi Kuadrat

. Langkah-langkah yang digunakan untuk menguji normalitas adalah sebagai berikut:

a) Menentukan skor terbesar dan terkecil b) Menentukan rentangan (R)

R= Skor terbesar-Skor terkecil

c) Menentuan banyaknya kelas

BK= 1 + 3,3 log n

d) Menentukan panjang interval

(39)

57

f) Menentukan rata-rata / mean

i) Mencari chi-kuadrat hitung ( )

(Riduwan & Sunarto, 2010 : 68)

Kriteria pengujian :

jika nilai signifikasi (sig)> 0,05 maka data berdistribusi normal

(40)

58

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang didasarkan

pada bukti sampel dan teori probabilitas yang digunakan untuk menentukan apakah suatu hipotesis adalah pernyataan yang beralasan

dan harus diterima, atau tidak beralasan sehingga harus ditolak. Langkah-langkah yang digunakan untuk pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

a) Menentukan hipotesis ( dan )

: = , tidak terdapat peningkatan yang signifikan keaktifan siswa sebelum menerapkan model pembelajaran STAD dan sesudah menerapkan model pembelajaran STAD.

: , terdapat peningkatan yang signifikan keaktifan siswa sebelum menerapkan model pembelajaran STAD dan sesudah menerapkan model pembelajaaran STAD.

b) Mencari dengan rumus

t = ̅ ̅ √

di mana

(Sudjana, 2004:162) Keterangan:

(41)

59

= Jumlah sampel

̅ = rata-rata sampel 1

̅ = rata-rata sampel 2

= Standar deviasi sampel ke-1

= Standar deviasi sampel ke-2

= Varians sampel ke-1

= Varians sampel ke-1

c) Menentukkan kriteria pengujian

 Taraf signifikansinya

 dk =

 Kriteria pengujian dua pihak

Jika p value > alpha (0,05), maka Ho gagal ditolak (diterima)

Jika p value< alpha (0,05), maka Ho ditolak

d) Membandingkan antara p value dengan alpha

e) Kesimpulan

Jika data berdistribusi normal, maka untuk uji hipotesis akan menggunakan statistik parametrik yaitu uji t. Namun, jika data tidak

(42)

60

c. Uji N-Gain

Setelah dilakukan uji coba instrument tes yang selanjutnya dilakukan adalah menganalisis. Kemudian akan dilaksanakan pretest dan posttest. Setelah diperoleh data selanjutnya akan dilakukan analisis

dengan cara menghitung rata-rata N-Gain dari tingkat keaktifan siswa sebelum menggunakan model pembelajaran STAD dengan tingkat keaktifan siswa setelah menggunakan model pembelajaran STAD. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan tingkat keaktifan siswa setelah menggunakan model pembelajaran STAD. N-Gain dihitung

dengan rumus:

(Meltzer, 2002 : 1260) Keterangan:

= nilai normalisasi gain

= Skor post-test = Skor pre-test

= Skor maksimal (Skor pre-test + Skor post-test) Kriteria keputusan menurut Meltzer (2002 : 1260) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5. Kriteria Keputusan Uji Gain

Kriteria Keterangan

0,00 <g≤ 0,30 Rendah

0,31 <g≤ 0,70 Sedang

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran tingkat keaktifan siswa sesuai dengan fenomena yang didapat peneliti di tiga kelas XI IPS masuk kategori sangat

kurang. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase perilaku keaktifan yang dilakukan siswa.

2. Sebelum diterapkan model pembelajaran Student Team

Achievement Division (STAD) apabila dilihat dari hasil observasi dengan lembar observasi dalam proses pembelajaran akuntansi

tergolong kategori cukup dan setelah diterapkan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam mata

pelajaran akuntansi dari kategori cukup menjadi kategori sangat baik.

3. Terdapat perbedaan tingkat keaktifan siswa yang signifikan sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran Student

(44)

71

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA

Negeri 6 Bandung, peneliti memberikan saran dengan

mempertimbangkan hasil temuan di lapangan, yaitu:

1. Model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran akuntansi bagi guru khususnya bagi guru mata pelajaran

akuntansi, karena dengan menerapkan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan

keaktifan siswa pada mata pelajaran akuntansi.

2. Penerapan suatu model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik dari materi yang akan disampaikan, oleh karena itu

untuk guru yang akan menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) diharapkan dapat

memperhatikan karakteristik materi yang akan diberikan kepada siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat lebih teliti lagi ketika

proses pengambilan data agar data berdistribusi normal. Lalu penerapan model pembelajaran Student Team Achievement

(45)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Arikunto,S.( 2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Benner, Susan. (2010). Promising Practices for Elementary Teachers. Thousand

Oaks: Corwin Press.

Dimyati dan Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gulӧ, W.(2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Isjoni. (2013). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Riduwan & Sunarto.(2010). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Riduwan.(2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung:Alfabeta. Roestiyah. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rusman. (2011). Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Silberman,Melvin L.(1996). Active Learning:101 Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn & Bacon.

Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media.

Sudjana, N. (2010). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana. (2000). Statistika untuk Ekonomi dan Niaga I. Bandung : Tarsito. Sudjana. (2004). Statistika untuk Ekonomi dan Niaga II. Bandung : Tarsito.

Sudjana,N.&Suwariyah,W.(2010). Model-Model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(46)

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius Yogyakarta.

Syah, Muhibbin.(2012). Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Warsono dan Hariyanto.(2013). Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

,(2013). Pedoman Operasional Penulisan Skripsi (POPS). Bandung: Program Studi Pendidikan Akuntansi.

Jurnal :

Febrina, Nuansa Ayu dan Isroah. (2012). “Peningkatkan Aktivitas Belajar

Akuntansi Melalui Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) pada Siswa Kelas X AK 3 Program Keahlian Akuntansi SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012”. Vol.X,No.2.

Majoka, Muhammad Iqbal, Malik Hukam Dad, dan Tariq Mahmood. (2010).

“Student Team Achievement Division (STAD) As An Active Learning Strategy: Empirical Evidence From Mathematics Classroom”. Journal of Education and Sociology, ISSN: 2078-032X,

Meltzer, David E. (2002). “The Relationship Beetwen Mathemathic Preparation

and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in

Diagnostic Pretest Scores.” American Journal of Physics 70 (12). P.1259

-1267

Wyk, Micheal M van.(2012).” The Effects of the STAD-Cooperative Learning Method on Student Achievement, Attitude and Motivation in Economics Education”. J Soc Sci, 33(2): 261-270 (2012)

Skripsi :

Muharam, B. (2013). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Kartika Siliwangi 2 pada Mata Pelajaran Akuntansi (Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Narjo. (2011). Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

(47)

Resmisari, A.(2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Brain Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa. Skripsi, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sari, Ratna Nur Indah (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA 9 Bandung). Skripsi, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

PERATURAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

Gambar

Tabel                                                                                                         Halaman
Tabel 1.1.Kategori Keaktifan Siswa
Tabel 1.2.Tingkat Keaktifan Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Bandung
Tabel 3.1.Operasionalisasi Variabel
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada Mega Electronik Store, pengolahan data dalam hal pemesanan barang electronik masih dilakukan secara manual, dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas tentang pembuatan

Tabel 3.28 Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes Keterampilan Sosial 124 Tabel 3.29 Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Postes Keterampilan Sosial 125 Tabel 3.30

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan sediaan gel penyembuh luka dengan ekstrak daun mengkudu dan gelling agent karbopol 940 yang dapat memiliki sifat fisik dan

jarang menggunakan media, sehingga cenderung abstrak. Minat belajar siswa dalam keterampilan menulis cerita masih tergolong. rendah. Nilai rata-rata kelas dalam keterampilan

[r]

Penulisan keramik raku fungsional ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses penciptaan dan hasil karya keramik fungsional dengan ide dasar penyu. Serta menjelaskan

Penelitian mengenai komposisi proksimat, asam lemak, dan jaringan baby fish ikan nila berdasarkan perbedaan umur panen masih belum ada, sehingga perlu dilakukan