• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI DAN EFIKASI DIRI GURU DENGAN PERILAKU GURU DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SMA NEGERI DI WILAYAH MEDAN UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI DAN EFIKASI DIRI GURU DENGAN PERILAKU GURU DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SMA NEGERI DI WILAYAH MEDAN UTARA."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF

KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI DAN EFIKASI

DIRI GURU DENGAN PERILAKU GURU DALAM

MENERAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER

PADA SMA NEGERI

DI WILAYAH MEDAN UTARA

TESIS

OLEH

TUTIK SUGESTI

NIM. 8106132022

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ii

ABSTRAK

Tutik Sugesti. NIM. 8106132022. Hubungan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru Dalam Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di Wilayah Medan Utara. Tesis, Medan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara 2) Hubungan antara iklim organisasi dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara (3) Hubungan antara efikasi diri guru dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara (4) Hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif kepala sekolah, iklim organisasi dan effikasi diri guru secara bersama-sama dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara.

Metode penelitian ini adalah kuantitatif jenis deskriptif studi korelasional. Populasi target adalah seluruh guru SMA Negeri yang berada di wilayah Medan Utara, yang terdiri dari SMAN 9, SMAN 16, SMAN 19, dan SMAN 20.Untuk menentukan jumlah sampel digunakan teknik Stratified Proportional Random Sampling, serta tabel Kreicjie dan Morgan. Berdasarkan jumlah populasi tersebut, maka jumlah sampel sebesar 114 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik korelasi, regresi sederhana dan ganda.

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial yang meliputi analisis korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter tergolong kedalam kategori sedang.

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter, koefesien korelasi 0,239.Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Iklim Organisasi dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter, koefesien korelasi 0,422.Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter, koefesien korelasi 0,340.Terdapat hubungan yang positif dan signifikan secara bersama-sama Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara, nilai koefisien korelasi ganda sebesar 0,531. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi dengan dk = 112 dan pada α = 0,05, ini berarti bahwa untuk meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter dibutuhkan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru yang baik.

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Dinas Pendidikan kota Medan, kepala sekolah, dan guru, untuk meningkatkan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter, serta peneliti lainnya untuk memperdalam informasi terhadap penelitian lain yang relevan.

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan Tesis yang berjudul: “Hubungan Perilaku Kepemimpinan

Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku

Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di Wilayah Medan

Utara”.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh gelar Magister Administrasi Pendidikan pada Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Usman Pelly, Ph.D. dan Dr. Arif Rahman, M.Pd sebagai pembimbing

tesis yang telah membimbing dan memberikan masukan yang demikian berharga

selama dalam penulisan tesis ini dari awal hingga selesai.

2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana, Dr.

Arif Rahman, M.Pd, Assisten Direktur I, dan Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd.

selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan, Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd

sebagai Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan yang telah memberi

kemudahan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Universitas Negeri

(6)

iv

3. Kepada Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, Dr. Zulkifli Matondang, M.Si, dan Dr.

Yasaratodo Wau, M.Pd sebagai nara sumber dan sekaligus penguji Tesis yang

telah banyak memberi masukan demi penyempurnaan Tesis ini.

4. Kepada Dr. Sukarman Purba, ST. M.Pd, selaku Validator instrumen penelitian,

yang juga demikian banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.

5. Seluruh Dosen Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas

Negeri Medan yang telah membekali ilmu dan pengetahuan penulis selama

mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

6. Kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, beserta seluruh kepala sekolah

SMA Negeri yang terdapat di wilayah Medan Utara, yang terdiri dari SMAN-9,

SMAN-16, SMAN-19 dan SMAN-20, yang telah memberikan ijin penelitian

kepada saya.

7. Seluruh staf dan pegawai program Pascasarjana, Henny S.Pd, M.Pd, Darmansyah

Pohan S.Pd, Mpd, Kamilin, S.Pd, M.Pd, Budi, Siti Robbingah, Enny Suhenny,

Vera N.Sihombing, serta seluruh rekan-rekan mahasiswa AP angkatan 18 yang

telah memberikan support dari mulai masa perkuliahan, sampai pada saat tesis ini

selesai dikerjakan.

8. Buat Suami tercinta Capt. R. Juli Moertiono, M.Mar. dan kedua putri kecilku

Rr. Wiryaningtyas Kusumawardhani dan Rr. Ayuningtyas Kusumawardhani,

(7)

v

9. Bagi seluruh keluarga besarku terutama kedua orang tuaku, adik-adikku:

Hadi Sunarto, A.Md, Sri Ningsih, S.Pdi, Irwansyah, Arifin, dan Surya Dharma,

S.Pd. M.Pd, yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian tesis ini.

Kiranya tesis ini dilanjutkan untuk dapat bermanfaat dan berguna bagi yang

membutuhkannya.

Medan, Juli 2013

Tutik Sugesti

(8)

vi

BAB II. DESKRIPSI TEORETIK, PENELITIAN YANG RELEVAN KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretik 1. Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter... 19

2. Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah... 30

3. Iklim Organisasi ... 40

4. Pengertian Efikasi Guru ... 54

B. Penelitian yang Relevan ... 67

C. Kerangka Berfikir ... 70

(9)

vii

Pendidikan Karakter di Sekolah ... 70

2. Hubungan Iklim Organisasi dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah ... 70

3. Hubungan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter ... 71

4. Hubungan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi, Efikasi Diri Guru secara bersama-sama dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter ... 72

D. Hipotesis Penelitian ... 74

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.. Tempat dan Waktu Penelitian ... 76

B. Metode Penelitian ... 77

C. Populasi dan Sampel ... 77

D. Defenisi Variabel Penelitian ... 78

1. Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter ... 78

2. Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah ... 79

3. Iklim Organisasi ... 81

3. Efikasi Diri Guru ... 82

E. Instrumen Penelitian ... 83

1. Uji Coba Instrumen ... 83

2. Uji Validitas (kesahihan) ... 84

3. Reliabilitas (keterandalan)... 86

F. Teknik Analisis Data ... 88

(10)

viii

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 96

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 108

C. Pengujian Hipotesis Penelitian... 116

D. Temuan Penelitian ... 134

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 139

F. Keterbatasan Penelitian ... 145

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 146

B. Implikasi ... 148

C. Saran ... 152

DAFTAR PUSTAKA ... 156

(11)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 : Dimensi Iklim Psikologis Dan Defenisinya Menurut Koys Dan

DeCotis ... 51

Tabel 2.2 : Dimensi Iklim Organisasi Dan Defenisinya Menurut Ekffal ... 51

Tabel 2.3. : Dimensi Iklim Organisasi Dan Defenisinya Menurut Stringer .. 52

Tabel 2.4. : Dimensi Iklim Organisasi Beserta Scala/Indikatornya Menurut Hadiyanto ... 53

Tabel 2.5 : Sumber Efikasi Diri ... 60

Tabel 2.6 : Kombinasi Efikasi Dengan Lingkungan Sebagai Prediktor Tingkah Laku... 61

Tabel 3.1. : Jumlah Populasi Dan Sampel Guru-guru SMAN di wilayah Medan Utara ... 78

Tabel 3.2. : Kisi-kisi Instrumen Variabel Perilaku Guru Dalam Menerapkan Pendidikan Karakter ... 79

Tabel 3.3. : Kisi-kisi Instrumen Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 80

Tabel 3.4. : Kisi-kisi Instrumen Variabel Iklim Organisasi ... 81

Tabel 3.5. : Kisi-kisi Instrumen Variabel Efikasi Diri Guru ... 82

Tabel 3.6. : Kriteria Interpretasi Nilai Koefesien Korelasi ... 87

(12)

xi

Tabel 4.1. : Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif Data Variabel Penelitian... 96

Tabel 4.2 . : Distribusi frekuensi skor Perilaku dalam Menerapkan Pendidikan

Karakter (Y) ... 97

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1) ... 99

Tabel 4.4. : Distribusi frekuensi skor Iklim Organisasi (X2)... 101

Tabel 4.5 : Distribusi frekuensi skor Efikasi Diri Guru (X3) ... 103

Tabel 4.6 : Tingkat Kecenderungan Data Perilaku Guru dalam Menerapkan

Pendidikan Karakter ... 105

Tabel 4.7 :Tingkat Kecenderungan Data Perilaku Kepemimpinan

Partisipatif Kepala Sekolah (X1) ... 106

Tabel 4.8 : Tingkat Kecenderungan Data Iklim Organisasi ... 107

Tabel 4.9. : Tingkat Kecenderungan Data Efikasi Diri Guru ... 108

Tabel 4.10 : Rangkuman Uji Normalitas Data menggunakan

Kolmogorov-Smirnov Test ... 109

Tabel 4.11 : Rangkuman ANAVA Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi Ŷ = 67.251+ 0.165X1... 111

Tabel 4.12 : Rangkuman ANAVA, Uji Signifikansi, dan Linieritas Regresi Ŷ = 37,77 + 0,46X2... 112

Tabel 4.13.: Rangkuman ANAVA, Uji Signifikansi, dan Linieritas Regresi Ŷ = 51,72 + 0,32X3... 113

Tabel 4.14.: Rangkuman Uji Homogenitas Antar Pasangan Variabe Penelitian... 115

Tabel 4.15.: Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi (r) Sederhana

(13)

xii

Tabel 4.16.: Rangkuman Koefisien Korelasi dengan Uji Signifikansi

Menggunakan Uji-t ... 117

Tabel 4.17.: Ringkasan analisis perhitungan koefisien korelasi parsial dan

Uji Signifikansi... 124

Tabel 4.18.: Rangkuman hasil analisi regresi ganda... 132

Tabel 4.19.: Rangkuman bobot sumbangan prediktor... 133

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. : Variabel Yang Mempengaruhi Perilaku Dan Prestasi ... 20

Gambar 2.2. : Model Tujuan Perilaku (Kreitner dan Kinicki) ... 22

Gambar 2.3. : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi ... 47

Gambar 2.4. : Faktor-faktor Penyebab Iklim Organisasi ... 47

Gambar 2.5. : Hubungan Antara Kepemimpinan, Motivasi Dan Kinerja ... 49

Gambar 2.6. : Efikasi Diri Menguatkan Jalan Menuju Keberhasilan Dan Kegagalan ... 63

Gambar 2.7. : Self Efficacy Model ... 64

Gambar 3.1. : Model Teoritik Penelitian ... 73

Gambar 4.1. : Histogram Skor Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter (Y) ... 98

Gambar 4.2. : Histogram Skor Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1) ... 100

Gambar 4.3. : Histogram Skor Iklim Organisasi (X2) ... 102

Gambar 4.4. : Histogram Skor Efikasi Diri Guru (X3) ... 104

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran.1. : Kuesioner Instrumen Penelitian... 160

Lampiran.2. : Laporan Uji Coba Instrumen Penelitian ... 176

Lampiran.3. : Data Induk Penelitian ... 202

Lampiran.4. : Rangkuman Data Induk Penelitian ... 214

Lampiran.5. : Perhitungan Analisis Deskriptif ... 217

Lampiran.6. : Perhitungan Tingkat Kecenderungan Data ... 224

Lampiran.7. : Pengujian Persyaratan Analisis ... 230

Lampiran.8. : Uji Signifikansi Koefesien Regresi dan Linieritas ... 235

Lampiran.9. : Homogenitas... 241

Lampiran.10. : Uji Independen Antar Variabel Bebas ... 253

Lampiran 11 : Perhitungan Korelasi Sederhana Variabel Bebas dan Terikat.... 256

Lampiran 12 : Perhitungan korelasi Parsial Antar Variabel Penelitian... 259

Lampiran 13 : Uji Signifikansi Keofesien Regresi dan Linieritas Ganda... 271

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Fungsi Pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan tujuan pendidikan nasional untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Implikasi dari Undang-Undang tersebut bahwa, pendidikan disetiap

jenjang, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara

terprogram dan sistematis mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan

(17)

2

Pendidikan sebagai sebuah sistem yang memainkan peran dan fungsi

dalam mewujudkan perubahan perilaku dan pembentukan watak atau

karakteristik sumber daya manusia, merupakan sektor yang berada digaris depan

dalam memikul tanggungjawab peningkatan kualitas dan produktifitas sumber

daya manusia. Sebagai sebuah proses yang bersifat kontiniu, dalam konteks

pendidikan sepanjang hayat, pendidikan akan menjangkau keseluruhan siklus

kehidupan manusia mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi yang dapat diwujudkan pada

jalur formal, non formal dan informal (Depdiknas 2007:49).

Dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur menuju perilaku

berkarakter, memerlukan perangkat pendukung berupa kebijakan, pedoman,

sumber daya, lingkungan, sarana dan prasarana, kebersamaan, dan komitmen

pemangku kepentingan, serta efikasi guru melalui pendidikan formal dan non-

formal dengan melibatkan pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Didalam pembentukan karakter pada pendidikan formal dan non-formal

eksistensi guru memegang peran yang demikian penting, karena guru merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter di

sekolah, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam

mengembangkan pribadinya secara utuh. Ini menunjukkan bahwa guru merupakan

pigur utama, serta contoh dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu, dalam

pendidikan karakter guru harus mulai dari dirinya sendiri agar apa-apa yang

(18)

3

Pendidikan sulit untuk menghasilkan sesuatu yang baik, tanpa dimulai oleh

guru-gurunya yang baik.

Guru hendaknya dapat menjadi contoh bagi peserta didik sebagai guru

yang berkarakter. Maksudnya, sikap dan tindakan guru menggambarkan karakter

yang diinternalisasikan kepada peserta didik. Dengan kata lain seperti peran guru

yang diajukan Ki Hajar Dewantara, bahwa guru yang dengan efektif dan efisien

mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha, ing

madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam hal ini Bung Karno

menyatakan semboyan: “orang tidak dapat mengajarkan apa yang

dikehendakinya, tidak juga apa yang diketahuinya, orang hanya dapat

mengajarkan apa yang dihayatinya”. Pendapat Bung Karno mempertegas bahwa

seorang guru tidak ada pilihan lain kecuali mempraktekan apa yang diajarkannya,

untuk dapat menghayati yang diajarkannya.

Kenyataan ini juga tidak jauh berbeda dengan guru sebagai ujung tombak

pelaksanaan pendidikan karakter tersebut. Selain tidak adanya dukungan dari

kepala sekolah, dilapangan terdapat beberapa perbuatan yang tidak terpuji dapat

ditemui baik pada diri pribadi guru maupun lingkungan dimana guru tersebut

bertempat tinggal dan bekerja. Seperti contoh guru dituntut untuk jujur dan

transfaran dalam melaksanakan pekerjaanya, namun kenyataannya pada saat guru

menerima uang tunjangan sertifikasi atau bentuk insentif lainnya sekalipun sudah

secara langsung diberikan ke rekening masing-masing, namun para guru tersebut

harus mengantarkan sekian persen dari yang diperolehnya kepada pejabat

(19)

4

untuk periode yang akan datang tidak menerima lagi. Demikian juga dalam

mengurus administrasi yang berhubungan dengan kenaikan pangkat dan golongan,

agar mempermudah urusan maka guru akan menyerahkan sebagian uangnya untuk

memudahkan urusannya tersebut.

Selain itu masih terdapat guru-guru yang tidak menujukan jati dirinya

sebagai sosok yang digugu dan ditiru, hal ini seperti yang dikemukakan oleh

Johan Wahyudi dalam tulisannya pada Edukasi Kompasiana, tanggal 7 Mei 2012,

beliau mencatat bahwa berdasarkan pengamatan masih sering terlihat Lima

perilaku buruk guru yang tidak sesuai dengan tuntutan profesinya, diantaranya

adalah guru yang merokok pada saat mengajar, berkata jorok atau mengucapkan

kata-kata kasar dan tidak mendidik yang seharusnya tidak di ucapkan oleh seorang

guru, malas membaca dan menulis, hobi dalam mengkopy paste atau mencontek

perangkat pembelajaran dan juga karya-karya ilmiah untuk pengurusan kenaikan

pangkat, gemar bersolek atau berpenampilan secara berlebih-lebihan. Hal ini

senada seperti yang di tulis oleh Edy Surahmat dalam harian Waspada tanggal 12

Mei 2012, dimana masih terdapat sebagian guru yang suka memaki anak

muridnya sehingga menjatuhkan mental anak murid tersebut, malas untuk

membaca dan menulis, hobi copy paste, seperti dalam hal pembuatan

pembelajaran dan karya-karya ilmiah untuk pengurusan kenaikan pangkat,gemar

bersolek atau berpenampilan secara berlebihan. Lebih ironisnya lagi adalah

tindakan asusila yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru terhadap muridnya,

seperti yang terjadi di Belawa, Kabupaten Wajo dan di kecamatan Duampanua di

(20)

5

Seorang guru berinisial AR mengajar bahasa Jawa yang dibebastugaskan

mengajar karena memukul siswa. Guru dari SMPN 26 Purworejo ini kemudian

menjadi petugas perpustakaan karena menurut Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Purworejo Drs. Bambang Aryawan MM, agar yang bersangkutan

bisa introspeksi diri. (Suara Merdeka 18 Maret 2012).

Kasus serupa sebelumnya juga pernah terjadi di Jakarta.

Seorang guru berinisial PS, dikenai sanksi kedinasan dan oleh Eston Rimon

Nainggolan, Wakil Kepala Sekolah Negeri 79, PS dipindahtugaskan menjadi

pengelola perpustakaan sekolah dengan pertimbangan agar tidak berhubungan

langsung dengan siswa. (Koran Tempo, 19 Januari 2009).

Selain itu menurut Maufur dalam tulisannya yang berjudul “Memangkas

Benih Perilaku Korupsi di Sekolah” ( Harian Merdeka Jawa Tengah, 18 Agustus

2011) menyatakan berbagai sikap /perilaku guru terhadap peserta didik yang

dapat dipandang sebagai penanaman dan penyemaian benih-benih korupsi serta

perilaku buruk lainnya adalah:

1. Ketika para guru sedang bertugas mengawasi ujian, ternyata mereka tidak

melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana mestinya, tetapi hanya

sekedar menunggui. Setelah bel berbunyi tanda berakhirnya waktu ujian

mereka segera mengumpulkan hasil pekerjaan peserta didik. Padahal tugas

menunggu dan mengawas itu berbeda, tetapi mereka menerima honor sebagai

pengawas. Apalagi jika membiarkan peserta didik saling menyontek.

2. Para guru yang sering datang terlambat/tidak mengajar tanpa sebab yang

(21)

6

mencoba mencari jawab sendiri dengan kemampuan interpretasinya

masing-masing. Tentu saja terkadang benar, dan terkadang tidak sesuai dengan yang

terjadi.

3. Sebaliknya para guru yang membiarkan peserta didik sering terlambat datang

atau membolos, tanpa memberikan pengertian dan sanksi sesuai aturan yang

telah disepakati bersama, sehingga mereka menyimpulkan bahwa hal

demikian bukan merupakan permasalahan yang perlu dirisaukan,

dianggapnya sebagai suatu kelaziman.

4. Para guru yang menyimpan tabungan peserta didik, kemudian untuk

sementara waktu dipergunakan untuk keperluan sehari-hari, dan hal tersebut

diketahui peserta didik dan mengerti kalau perilaku gurunya tidak baik.

Apalagi jika ketika akhir tahun saat uang mereka dikembalikan, ternyata

guru tersebut menunda-nunda, bahkan sering kali menjadi kasus yang

diketahui masyarakat luas dikarenakan diberitakan media.

5. Para guru yang lebih aktif mengajar di luar jam pelajaran (less privat)

terhadap peserta didiknya sendiri, dibanding ketika mengajar sebagai tugas

pokoknya. Sebenarnya peserta didik merasakan, khususnya peserta didik

yang tidak mengikuti less, tetapi tidak berani bersuara, sehingga

memendamnya sampai mereka lulus dari sekolah yang bersangkutan.

6. Para guru yang dengan sengaja membocorkan soal ujian, karena memiliki

kekhawatiran kalau-kalau peserta didiknya banyak yang tidak lulus. Karena

guru berpandangan bahwa tingkat kelulusan peserta didik merupakan

(22)

7

7. Para guru yang menjualkan LKS milik penerbit tertentu berdasarkan intruksi

kepala sekolah karena sudah ada MOU. Padahal guru dan peserta didik

memahami bahwa LKS yang dibagikan tersebut, baik dari sisi isi maupun

sisi ujud bendanya berkualitas rendah, bahkan ada yang menyebutnya barang

kiloan (dijual menggunakan timbangan kilo gram).

8. Membiarkan peserta didik yang seharusnya tidak naik kelas atau tidak lulus,

menjadi naik atau lulus, hanya dengan pertimbangan rasa kasihan. Sementara

peserta didik bisa beranggapan bahwa dengan kemampuan dan usaha yang

dia lakukan saja dapat naik atau lulus tanpa harus berusaha belajar serius.

9. Upaya guru tidak sesuai dengan ketentuan dalam meningkatkan pangkat/

golongan, sehingga seeringkali berbenturan dengan aspek hukum, akhirnya

diketahui juga peserta didik yang kemudian mereka memiliki pemahaman

ketidakjujuran gurunya.

10.Ketika para guru menerima gratisan dan bonus dari biro perjalanan yang

digunakan sekolahnya berstudi tour, sementara dana bersumber dari peserta

didik/orang tua, dan sebagian dari mereka pun mengetahui hal tersebut.

Mereka hanya bergumam, “Enak juga ya”.

Perilaku yang ditunjukkan oleh guru tersebut tentu memberi dampak

terhadap pendidikan, seperti: menjadikan merosotnya kualitas pendidikan,

kerugian finansial, ketidakadilan sosial, hilangnya akhlak mulia, dan

keidakjujuran. Bukan hanya dialami oleh peserta didik saja, tetapi juga orang tua,

(23)

8

Secara lebih khusus bagi peserta didik sikap yang telah disebut diatas, jika

kemudian dicermati dan ditengarai (dititeni) oleh mereka, maka tidak menutup

kemungkinan menjadikannya sebagai salah satu refrensi dalam berperilaku

dikemudian hari. Karena apa yang dialami dan dirasakan oleh peserta didik

dalam perkembangan kejiwaan saat sekolah akan tetap membekas dan dibawa

mereka ke bangku kuliah. Apalagi jika dibangku kuliah pun mereka mendapat

kesempatan menyaksikan hal-hal sejenis dilakukan oleh para dosen dan lembaga

perguruan tingginya dalam memperlakukan dirinya, tentu akan menjadi lebih

lengkap. Hal ini tentu akan memengaruhi berbagai perilaku negatif yang bisa

menginternalisasi dalam dirinya sampai manusia dewasa kelak.

Dari pengamatan peneliti yang dilakukan pada tanggal 16 27 Mei 2013 pada

guru-guru yang mengajar pada SMA Negeri yang terdapat di wilayah Medan

Utara, yang terdiri dari SMAN 20, SMAN 9, SMAN 19 dan SMAN 16, peneliti

menemukan adanya indikasi sejumlah guru yang masih menunjukkan perilaku

yang tidak layak untuk ditiru, diantaranya masih terdapat guru yang datang

terlambat, ( padahal dalam roster tertulis secara jelas kalau guru tersebut masuk

pada les pertama), terlambat masuk kedalam kelas, merokok pada saat

memberikan pelajaran di dalam kelas, memainkan hand phone saat KBM

berlangsung ( padahal dalam tata tertib yang dibuat sekolah tercantum secara jelas

tidak dibenarkan guru merokok dan memainkan hand phone selama KBM

berlangsung), duduk di atas meja, marah-marah didalam kelas tanpa sebab,

mengucapkan kata-kata kasar dan tidak mendidik yang seharusnya tidak

(24)

9

sesama guru atau antar guru dan staf pegawai, masih banyak guru, terutama guru

wanita yang berpenampilan secara berlebihan baik dari cara berpakaian, maupun

dalam hal menggunakan perhiasan, duduk di warung kopi pada saat jam pelajaran

berlangsung, melakukan tindak kekerasan kepada siswa, suka bersenda gurau

sesama guru dengan meninggalkan ruangan kelas pada saat mengajar, sering tidak

masuk mengajar tanpa alasan yang jelas, bercerita pada saat upacara bendera

berlangsung, tidak memiliki visi kedepan, mengajar apa adanya, nkurang

membaca, suka mengkopy paste dalam membuat silabus dan RPP, dan bahkan

ada seorang guru yang berasal dari salah satu SMA Negeri tersebut yang

tersandung kasus narkoba.

Ada banyak faktor yang memengaruhi perilaku guru dalam menerapkan

pendidikan karakter di sekolah, diantaranya adalah perilaku kepemimpinan

kepala sekolah. Hal ini dikarenakan kepala sekolah memiliki peranan yang sangat

penting dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah, terutama dalam

mengoordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya

pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi yang sangat

berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah.

Menurut Mulyasa (2011 : 67) secara sederhana kepemimpinan kepala

sekolah dapat diartikan sebagai cara atau usaha kepala sekolah dalam

memengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, memberdayakan, dan

menggerakkan guru, staf, peserta didik, orang tua peserta didik, komite sekolah,

dewan pendidikan, dan pihak lain yang terkait, untuk mencapai tujuan pendidikan

(25)

10

bekerja untuk mencapai tujuan pendidikan karakter secara optimal, efektif,

efisien, mandiri, produktif, dan akuntabel. Selain itu, kepala sekolah juga dituntut

memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu

mengambil keputusan dan prakarsa implementasi pendidikan karakter untuk

meningkatkan mutu sekolah. Demikian juga kepala sekolah harus mampu

mengkomunikasikan perubahan tersebut kepada guru, staf administrasi, peserta

didik, dan bahkan mungkin orang tua peserta didik. Dengan demikian,

keberhasilan implementasi pendidikan karakter sangat ditentukan oleh

kepemimpinan kepala sekolah dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi terhadap implementasi pendidikan karakter di sekolah secara

keseluruhan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah dituntut untuk memiliki

karakter yang terpuji dan mampu mengimplementasikannya dalam pelaksanaan

tugas dan fungsinya, di sekolah dan lingkungannya, baik sebagai educator,

manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, maupun motivator, serta

menjadi contoh dan teladan bagi seluruh peserta didik dan tenaga kependidikan di

sekolah dan lingkungannya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa perilaku guru

dalam menerapkan pendidikan karakter, tergantung pada seberapa besar perhatian

dan keseriusan kepala sekolah dalam mendorong perwujudan visi, misi, tujuan

sekolah terutama dalam mengimplementasikan pendidikan karakter.

Penelitian Edmonds dalam Sagala (2007:90) memberi gambaran bahwa

kemampuan kepala sekolah menjadi jaminan apakah sekolah itu efektif atau tidak,

(26)

11

sekolah. Faktor-faktor tersebut menggambarkan dedikasi guru yang tinggi,

kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, harapan-harapan bagi peserta didik dan

staf, pemantauan kemajuan peserta didik, iklim belajar yang positif, kesempatan

belajar yang cukup untuk belajar, pelibatan orangtua dan masyarakat dalam

pelaksanaan program-program sekolah.

Adrijanti, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Perilaku

Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Kinerja Dosen di Universitas Gresik,

berdasarkan uji hipotesis secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan

dari perilaku kepemimpinan terhadap kinerja dosen di Universitas Gresik.

Berdasarkan uji hipotesis secara simultan perilaku kepemimpinan dan motivasi

secara serempak tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

dosen di Universitas Gresik.

Selain itu iklim organisasi sekolah juga memiliki pengaruh terhadap

perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah. Hal ini di

sebabkan karena iklim organisasi sekolah dapat menyebabkan perubahan tingkah

laku siswa dan juga guru, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Lewin (1935 :

182) yang berpendapat bahwa tingkah laku merupakan akibat keterkaitan antara

pribadi pegawai/guru dengan lingkungan. Dari pendekatan Lewin ini dapat

diketahui bahwa lingkungan dan kepribadian merupakan faktor yang sangat

menentukan dalam pembentukan tingkah laku pegawai dan guru. Hal ini senada

dengan pendapat dari Murray, yang dikutip oleh Hadiyanto (2004 : 182) bahwa

tingkah laku seseorang dipengaruhi baik oleh kepribadian maupun oleh

(27)

12

yang dapat dianalogikan seperti halnya pribadi dan lingkungan. Kebutuhan

pribadi mengacu kepada motivasi individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu,

sedangkan lingkungan „press‟ merupakan situasi eksternal yang mendukung atau

bahkan malah menyebabkan kekacauan dalam mengungkapkan kebutuhan

pribadi.

Demikian pula dalam mensukseskan pendidikan karakter di sekolah harus

didukung oleh lingkungan yang kondusif-akademik, baik secara fisik maupun

non-fisik. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan tertib, dipadukan dengan

optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan

sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik merupakan iklim

yang dapat membangkitkan nafsu, gairah dan semangat belajar. Iklim yang

demikian akan mendorong terciptanya masyarakat belajar di sekolah, karena iklim

belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang

dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar. Hal ini sesuai dengan

pendapat Hyman (1980 : 185) bahwa iklim yang kondusif antara lain dapat

mendukung: (1) interaksi yang bermanfaat diantara peserta didik, (2) memperjelas

pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik, (3) menumbuhkan semangat

yang memungkinkan kegiatan-kegiatan dikelas maupun di sekolah berlangsung

dengan baik , dan (4) mendukung saling pengertian antara guru dengan peserta

didik.

Seperti yang telah dikemukakan bahwa iklim organisasi sekolah yang

kondusif sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan pendidikan

(28)

13

menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Demikian juga lingkungan eksternal,

baik yang berasal dari keluarga dan masyarakat. Demikian besar pengaruhnya

terhadap pembentukan karakter siswa, seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa

(2011 : 19) bahwa Lingkungan masyarakat, para pemimpin, pembuat kebijakan,

pemegang otoritas di masyarakat, orang tua harus menjadi role model yang baik

dalam menanamkan karakter yang baik kepada anaknya. Berbagai perilaku

ambigu dan inkonsistensi yang diperlihatkan masyarakat, baik langsung maupun

tidak langsung akan memberi kontribusi yang buruk yang secara signifikan dapat

melemahkan karakter peserta didik.

Selain iklim organisasi, hal lain yang memengaruhi perilaku guru dalam

menerapkan pendidikan karakter di sekolah adalah tinggi rendahnya efikasi diri

guru. Hal ini dikarenakan guru sebagai ujung tombak dalam menerapkan kegiatan

pembelajaran dan program-program pendidikan. Guru memiliki hubungan

emosional yang demikian dekat dengan siswa, apa yang dilakukan guru akan

secara langsung dilihat dan dicontoh oleh siswa, sehingga sungguh demikian

naifnya apabila guru kurang memperhatikan sikap dan tindakan yang

diberikannya kepada siswa yang cenderung berbuat sesuka hati tanpa memikirkan

dampak dari perilakunya kedepan dapat membentuk karakter negatif terhadap

siswa tersebut.

Dalam reviu terhadap beberapa penelitian, Pajares (1996: 12S) membuktikan

bahwa “self-efficacy is closely related to the academic performances.” (artinya

efikasi diri terkait erat dengan kinerja akademis). Demikian juga hasil penelitian

(29)

14

antara efikasi guru dengan kestabilan prilaku, harapan, kemarahan, rasa bersalah,

rasa rendah diri, dan ideologi siswa.

Menurut George dan Jones (2005:15): Self Efficacy adalah keyakinan

seseorang mengenai kemampuannya untuk melaksanakan suatu tugas tertentu

dengan berhasil. Hal ini hampir sama dengan pendapat James Kauzes (1997:121)

yang berpendapat bahwa keyakinan pada kemampuannya sendiri sangat penting,

karena keyakinan terhadap kemampuan diri akan mempengaruhi motivasi pribadi,

semakin besar keyakinan terhadap kemampuannya sendiri semakin tinggi tujuan

yang ditetapkan orang bagi dirinya sendiri dan semakin kokoh mereka dalam

komitmen kepada tujuan dan semakin mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi

pilihan karir.

Dalam kaitanya dengan pendapat James Kauzes tersebut, maka guru harus

memiliki effikasi diri yang tinggi untuk bisa menerapkan pendidikan karakter di

sekolah, karena dengan effikasi diri yang tinggi, guru akan mampu memobilisasi

motivasi, baik secara kognitif, afektif dapat menanamkan dan menerapkan

nilai-nilai karakter pada peserta didik tersebut, dan warga sekolah lainnya.

Berdasarkan kajian teoritis dan praktis di atas maka perlu diadakan penelitian

dengan maupun tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai kegiatan

yang dianggap judul “Hubungan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah, Iklim Organisasi, dan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam

Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara”.

Adapun lokasi penelitian yang dipilih adalah SMA Negeri yang berada di

(30)

15

1(satu) SMAN yaitu SMAN 20, kecamatan Medan Labuhan memiliki 2 (dua)

SMAN , yaitu SMAN 9 dan SMAN 19, Kecamatan Medan Marelan, memiliki

1(satu) SMAN yaitu SMAN 16, sedangkan Kecamatan Medan Deli tidak

memiliki SMA Negeri, sehingga jumlah SMA Negeri yang terdapat di wilayah

Medan Utara berjumlah Empat sekolah. Hal ini didasari, belum pernah

dilakukannya kajian sejenis di SMA Negeri yang terdapat di wilayah Medan Utara

tersebut, selain itu didasari juga tanggung jawab dan kesadaran moral peneliti,

karena peneliti merupakan alumni dari salah satu SMA Negeri tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah yang berhubungan erat dengan perilaku guru dalam menerapkan

pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara, antara lain:

Apakah iklim organisasi sekolah memiliki hubungan dengan perilaku guru dalam

menerapkan pendidikan karakter? Bagaimanakah tingkat kecenderungan iklim

organisasi pada SMAN di wilayah Medan Utara? Bagaimanakah kecenderungan

perilaku kepemimpinan partisipatif kepala sekolah pada SMAN di wilayah

Medan Utara? Bagaimanakah kecenderungan perilaku guru dalam menerapkan

pendidikan karakter di SMAN di wilayah Medan Utara? Apakah iklim organisasi

sekolah memiliki hubungan dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan

karakter di sekolah pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara? Apakah perilaku

kepemimpinan partisipatif kepala sekolah memiliki hubungan dengan perilaku

guru dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah pada SMA Negeri di

(31)

16

dengan perilaku guru? Apakah iklim organisasi sekolah, perilaku kepemimpinan

partisipatif kepala sekolah dan effikasi diri guru secara bersama-sama memiliki

hubungan dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada

SMA Negeri di wilayah Medan Utara?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, terlihat banyak

faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku guru dalam menerapkan

pendidikan karakter sehingga penelitian perlu dibatasi, yaitu variabel perilaku

kepemimpinan partisipatif kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, dan efikasi

diri guru. Pembatasan ini dilakukan bukan berarti mengabaikan faktor lainnya,

akan tetapi lebih karena pertimbangan waktu dan kemampuan yang tidak

memungkinkan untuk meneliti keseluruhan variabel penelitian tersebut.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah seperti

diuraikan sebelumnya, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif

kepala sekolah dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan

karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara?

2. Apakah terdapat hubungan antara iklim organisasi dengan perilaku guru

dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah

(32)

17

3. Apakah terdapat hubungan antara effikasi diri guru dengan perilaku guru

dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah

Medan Utara?

4. Apakah terdapat hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif

kepala sekolah, iklim organisasi dan effikasi diri guru secara

bersama-sama dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada

SMA Negeri di wilayah Medan Utara?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif kepala sekolah

dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA

Negeri di wilayah Medan Utara.

2. Hubungan antara iklim organisasi dengan perilaku guru dalam

menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan

Utara.

3. Hubungan antara efikasi diri guru dengan perilaku guru dalam

menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan

Utara.

4. Hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif kepala sekolah, iklim

organisasi dan effikasi diri guru secara bersama-sama dengan perilaku

guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah

(33)

18

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi konstribusi yang baik

untuk:

1. Secara Teoritis

Mengembangkan khasanah pengetahuan tentang perilaku guru terutama

dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah.

2. Secara praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan dan para stake holders yang terkait,

hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam merumuskan

kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.

b.Bagi kepala sekolah sebagai bahan informasi untuk menentukan

kebijakan dalam melaksanakan pendidikan karakter di sekolah.

c.Bagi para guru dapat lebih meningkatkan perilaku yang positif agar

mempermudah pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.

d.Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

(34)

146 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, analisis data dan pengujian

hipotesis seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Perilaku

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dengan Perilaku Guru dalam

Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di kawasan Medan

Utara, diperoleh rhitung sebesar 0,239 dengan rtabel pada α= 0,05 adalah

0,184 maka rhitung > rtabel yaitu 0,239 > 0,184. Perhitungan uji t diperoleh

thitung = 2,607 sedangkan ttabel = 1,980 dengan dk = 112 pada α = 0,05.

Hasil ini menunjukkan thitung > ttabel atau 2,607 > 1,980. Dengan demikian

Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah yang diterapkan

kepala sekolah mampu meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan

Pendidikan Karakter, sehingga semakin baik Perilaku Kepemimpinan

Partisipatif Kepala Sekolah maka semakin baik pula Perilaku Guru dalam

Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.

2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Iklim Organisasi

dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA

Negeri di kawasan Medan Utara, diperoleh rhitung sebesar 0,422 dengan

(35)

147

Perhitungan uji t diperoleh thitung = 4,919 sedangkan, ttabel = 1,980 dengan

dk = 112 dan pada α = 0,05. Hasil ini menunjukkan thitung > ttabel atau

4,919 > 1,980. Dengan demikian Iklim Organisasi kondusif yang

dirasakan dan dimiliki guru mampu meningkatkan Perilaku Guru dalam

Menerapkan Pendidikan Karakter, sehingga semakin kondusif Iklim

organisasi maka semakin baik pula Perilaku Guru dalam Menerapkan

Pendidikan Karakter di sekolah.

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Efikasi Diri Guru

dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA

Negeri di kawasan Medan Utara, diperoleh rhitung sebesar 0,340 dengan

rtabel pada α= 0,05 adalah 0,184 maka rhitung > rtabel yaitu 0,340 > 0,184.

Perhitungan uji t diperoleh thitung = 3,823 sedangkan, ttabel = 1,980 dengan

dk = 112 dan pada α = 0,05. Hasil ini menunjukkan thitung > ttabel atau

3,823 > 1,980. Dengan demikian Efikasi yang dimiliki guru mampu

meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter,

sehingga semakin tinggi tingkat efikasi yang dimiliki guru maka semakin

baik pula Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter di

sekolah.

4. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan secara bersama-sama

Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan

Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan

(36)

148

korelasi ganda sebesar 0,531, dari tabel diperoleh r kritis dengan dengan

n=114 pada α= 0,05 adalah 0,184 dengan demikian rhitung lebih besar dari

rtabel yaitu 0,531>0,184 adalah signifikan. Kuadrat dari koefisien korelasi

adalah koefisien determinasi, oleh karena Ry(1,2,3)= 0,531, maka

Pendidikan Karakter ditentukan secara bersama-sama oleh variabel

Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan

Efikasi Diri Guru. Dengan demikian Perilaku Kepemimpinan Partisipatif

Kepala Sekolah, Iklim Organisasi, dan Efikasi Diri Guru mampu

meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter,

sehingga semakin baik penerapan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif

Kepala Sekolah, semakin kondusif Iklim Organisasi dan semakin tinggi

Efikasi yang dimiliki guru maka semakin baik pula Perilaku Guru dalam

Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di kawasan Medan

Utara .

B. Implikasi

Implikasi penelitian menekankan pada upaya untuk meningkatkan Perilaku

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, mewujudkan Iklim Organisasi yang

kondusif serta meningkatkan Efikasi Diri Guru, akan dapat memberikan implikasi

yang baik terhadap Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter di

sekolah. Dengan terujinya, keempat hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

(37)

149

semakin tinggi, akan dapat meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan

Pendidikan Karakter di sekolah, dan semakin kondusif Iklim Organisasi, maka

Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter di sekolah juga semakin

baik, demikian juga semakin tinggi tingkat Efikasi Diri Guru, maka semakin baik

pula Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter di sekolah.

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, maka dapat dirumuskan

beberapa implikasi hasil penelitian ini sebagai berikut.

1. Upaya Peningkatan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter.

Kepala sekolah merupakan pemimpin dari sebuah organisasi yaitu sekolah.

Ditangan kepala sekolahlah keputusan lahir. Perilaku Kepemimpinan Partisipatif

memberi beberapa amanat yang harus dilaksanakan kepala sekolah diantaranya

adalah melibatkan guru dalam pengambilan keputusan, meluangkan waktu untuk

berkomunikasi dengan warga sekolah, memilki visi dan harapan yang kuat dan

menegakkan disiplin waktu. Semua amanat diatas apabila dilaksanakan oleh

kepala sekolah akan menimbulkan sebuah kekuatan dalam diri guru untuk

melakukan inovasi pembelajaran. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat

dilakukan oleh guru yakni menerapkan pendidikan karakter. Untuk dapat

melakukan itu diperlukan dorongan bagi guru itu sendiri dapat berupa Perilaku

Kepemimpinan Partisipatif yang dilaksankan kepala sekolah. Perilaku

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah berperan memacu untuk mencapai

(38)

150

Upaya yang dapat dilakukan agar Perilaku Kepemimpinan Partisipatif

Kepala Sekolah efektif, sehingga dapat memotivasi, membimbing, mengarahkan,

memberdayakan dan menggerakkan guru dalam meningkatkan perilaku positif

terutama dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah, selain harus

menunjukkan sikap teladannya kepada warga sekolah, terutama terhadap guru,

kepala sekolah juga harus mampu memberlakukan aturan yang jelas dan tegas

dengan sistem reward dan punishmen. Pemberlakuan ini membuat guru merasa

dilindungi, sehingga ketegasan ini mampu meningkatkan wibawa Perilaku

Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah.

2. Upaya Menciptakan Iklim Organisasi Yang Kondusif Untuk Meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter.

Iklim organisasi yang kondusif merupakan dambaan bagi setiap anggota

organisasi. Kondusifitas akan memberi rasa aman dan nyaman bagi guru untuk

melaksanakan tugas sehingga proses pembelajaran dapat berjalan optimal dengan

harapan mampu memberi hasil yang maksimal. Perilaku Guru dalam Menerapkan

Pendidikan Karakter berhubungan kepada Iklim Organisasi. Iklim Organisasi

yang kondusif merupakan salah satu kunci yang akan memengaruhi guru dalam

menunjukkan perilaku yang baik sehingga mempercepat proses penerapan

pendidikan karakter di sekolah, karena guru merupakan sosok yang senantiasa

menjadi anutan peserta didiknya setiap harinya.

Iklim Organisasi wajib mendapat perhatian yang serius dari seluruh warga

sekolah, karena berdasarkan hasil penelitian bahwa iklim organisi memiliki

(39)

151

menerapkan pendidikan karakter di sekolah, untuk itu hendaknya seluruh warga

sekolah memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk menciptakan Iklim

Organisasi sekolah yang kondusif, karena hal tersebut bukan semata-mata tugas

dan tanggung jawab kepala sekolah.

Upaya meningkatkan kondusifitas harus dilakukan oleh seluruh warga

sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi harus mampu menjadi teladan

bagi warga sekolah. Kepala sekolah yang melibatkan guru dalam pengambilan

keputusan, perencanaan sekolah, kebebasan mengeluarkan pendapat, menegakkan

disiplin merupakan sebagian dari upaya kepala sekolah meningkatkan

kondusifitas. Hubungan harmonis seluruh warga sekolah, adanya keterbukaan,

saling empati, komunikasi yang lancar, berdiskusi, merupakan upaya yang dapat

dilakukan oleh warga sekolah untuk meningkatan kondusfitas.

3. Upaya Meningkatkan Efikasi Diri Guru Untuk Meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter.

Guru merupakan salah satu tugas mulia dalam peradaban manusia. Dia

mengemban amanah berupa digugu dan ditiru. Amanah ini akan menjadi terasa

berat dan memberatkan jika guru belum bahkan tidak mempunyai kepercayaan

diri. Jika guru merasa tidak percaya diri maka sulit baginya untuk dapat

berperilaku dalam menerapkan pendidikan karakter, karena karakter menyatakan

eksistensi manusia, jika karakter hilang sesungguhnya semua telah hilang.

Guru yang berperilaku dan menerapkan pendidikan karakater adalah guru

dengan kepercayaan diri tinggi, menganggap kesulitan sebagai tantangan,

(40)

152

Semua hal tersebut di atas meupakan efikasi diri dari seorang guru. Dapat

dikatakan efikasi diri guru mempunyai hubungan dengan perilaku dalam

menerapkan pendidikan karakter.

Efikasi diri guru akan tumbuh dan berkembang ketika sesama guru teman

sejawat mempunyai komunikasi yang baik, saling membantu berdiskusi, dam

menemukan solusi atas kelemahan masing-masing, saling menuangkan ide segar,

hal ini akan mampu meningkatkan Efikasi Diri Guru.

C. Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan implikasi seperti di uraikan

di atas, maka disarankan:

a). Bagi Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Medan

harus menjadi contoh dalam menerapkan pendidikan karakter tidak

hanya kepada kepala-kepala sekolahnya saja, tetapi juga kepada seluruh

staf pegawai dalam naungan Dinas Pendidikan Kota Medan, keefektif

dan keefesiensian manajemen, transfaransi, perlu untuk dibenahi,

demikian juga dalam merekrut kepala sekolah harus dilakukan sesuai

dengan ketentuan dan peraturan yang telah ada, dan bukan pengangkatan

kepala sekolah yg didalamnya masih terdapat unsur money politik.

Ketika penanaman nilai-nilai karakter itu sudah ada pada Dinas

Pendidikan Kota Medan, dan diterapkan selain pada staf pegawai, juga

kepada seluruh kepala sekolah dari seluruh jenjang pendidikan, maka

(41)

153

untuk menerapkannya kepada seluruh warga sekolah, terutama guru,

karena kepala sekolah didukung oleh Dinas Pendidikan Kota Medan .

b).Bagi Kepala Sekolah, hendaknya bersedia memperbaharui perilaku

kepemimpinannya terutama dalam hal melibatkan guru dalam mengambil

keputusan. Kepala sekolah diharapkan mampu menjaga kondusifitas

organisasi yang dipimpinnya. Hal ini dapat dilakukan melalui:

1).Kepala sekolah harus mampu mengordinasikan, menggerakkan, dan

menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia, tidak hanya

guru, staf pegawai, peserta didik, komite sekolah, tetapi juga orang tua

siswa, serta pihak lain yang terkait terutama dalam penanaman nilai-nilai

penididkan karakter di sekolah.

2).Kepala sekolah harus memiliki sikap tauladan sehingga dapat menjadi

panutan bagi peserta didik, guru, staf pegawai maupun warga sekolah

lainnya.

3).Kepala Sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen

kepemimpinan yang tangguh, agar bersama-sama guru mampu

mengambil keputusan dalam proses pengimplementasian pendidikan

karakter di sekolah, karena keberhasilan penerapan pendidikan karakter

sangat ditentukan oleh perilaku kepala sekolah dari mulai perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi secara keseluruhan. Untuk hal tersebut kepala

sekolah dituntut untuk memiliki karakter yang terpuji dan mampu

mengimplementasikan tugas dan fungsinya, baik sebagai educator,

(42)

154

c). Bagi Guru

1) Guru harus senantiasa memiliki sosok yang mampu untuk digugu dan

ditiru oleh siswanya setiap saat, bukan hanya di lingkungan sekolah,

tetapi juga dalam kesehariannya, karena guru senantiasa berhubungan

secara langsung dengan siswa, sehingga apapun yang dilakukan oleh

guru akan memiliki pengaruh yang demikian besar terhadap

perkembangan karakter siswa tersebut.

2) Oleh karena itu, dalam menerapkan pendidikan karakter guru harus

memulai dari dirinya sendiri, agar apa-apa yang dilakukannya dengan

baik, menjadi baik pula pengaruhnya terhadap peserta didik, karena

pendidikan sulit untuk menghasilkan sesuatu yang baik, tanpa dimulai

dari guru-guru yang baik.

3) Untuk hal tersebut, seorang guru juga harus memiliki efikasi diri yang

tinggi, karena efikasi diri guru yang tinggi akan memengaruhi motivsi

pribadi guru untuk senantiasa melakukan hal-hal baik atau

perbuatan-perbuatan baik untuk siswanya. Semakin tinggi efikasi yang dimiliki

oleh seorang guru, maka guru akan mampu memobilisasi motivasi,

baik secara kognitif, afektif, terutama dalam menerapkan pendidikan

karakter pada siswa dan warga sekolah lainnya.

4) Guru harus mampu menumbuhkan sifat loyal dan dedikasi yang tinggi

sehingga tercipta iklim organisasi yang kondusif, mampu berempati

(43)

155

seluruh warga sekolah mampu menjaga memperbaiki kualitas

kondusifitas iklim organisasi disekolah.

D). Bagi Peneliti

1) Untuk penelitian perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter

lebih lanjut, perlu dilakukan dengan melibatkan variabel lain di luar

variabel yang diteliti, seperti, komitmen kerja, pengambilan keputusan.

2). Untuk melihat variable Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala

Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru yang lebih baik, tidak

hanya melalui angket saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan

(44)

156

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, AR. 2008. “Pengaruh Self-Efficacy, Kecerdasan Emosional, Keinovatifan Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pejabat Eselon III Pemda Kota Palembang”. Sinopsis Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2008.

Ardana, Komang, Ni Wayan Mujiati dan Anak Agung Ayu Sriathi. 2009.

Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ananda, Nandang Kosasih. 2003. “Efikasi Guru Dan Tanggung Jawab Mengajar”. Jurnal Penelitian Pendidikan. Bandung: Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia.

Andrews, C. Dan Amal, I. 1993 “Hubungan Pusat dan Daerah Pembangunan”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Badiran, Muhammad. 2010 “Pembelajaran Dalam Perspektif Etika Dan Karakter Pendidikan”. Jurnal Vol.2 No. 1 April 2010. 43-55. Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Burns, James Mac Gregor. 1979. “Leadership” New York: Harper & Row Publisher.

Cassidy, Simon The Computer Self Efficacy Web Site, 1998 (http://www. Salford. ac.uk /health Sci / Self eff. html)

Decker A. Carol. 1996. “Training Transfer: Perception Of Computer Use Self EfficacyAmong University Employess”. Journal Of Vacational and

Technical Education.

Fitz – Enz, Jac. 2002. Roi Of Human Capital: “Measuring The Economic Value

Of Employee Performance”. American Management Association.

George, Jennifer M. And Gareth R. Jones. 2005. “Undertanding and Managing

Organizational Behavior”. New Jersey: Printice Hall.

Gibson, James L. John M. Ivancevich. James Donnely. Robert Konopaske. 2006.

“Organization: Behavior, Struktural, Process”. New York: The Mc

Graw-Hill Companies. Inc.

Hadiyanto. 2004. “Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan Di

Indonesia” Jakarta: Rineka Cipta.

(45)

157

Henny. 2012.”Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Kerja Guru Di SMP Negeri Kec. Medan Kota”.

Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Hoy, WK dan Miskel, CG. 1987 “Educational Administration Theory, Research,

and Practice”. New York. Random House.

Hyman, R.T 1980 “School Administrator’s Handbook Of Teacher Supervision

and Evaluation Methods”, New Jersey: Prentice-Hall.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Kauzes, Jemes M. and Barry Z. Posner. 1997. “Kreadibilitas”. Terjemahan Anton Adiwijoyo. Jakarta: Profesional Bodes, 1997.

Kinicki, Angelo J. & Robert P. Vecchio. 1994. “Influences on Quality of Supervisor-Subordinate Relations: The Role of Time Pressure, Organizational Commitment, and Locus of Control”. Journal of Organizatioanl Behavior.

Kreitner, Robert dan Angelo J. Kinicki, 2007. “Organizational Behavior”

Boston: McGraw Hill.

Lewin, K. 1935. “A Dynamic Theory Of Personality”. New York: Mc. Graw-Hill Book Company.

Luthans, Fred. “Organizational Behavior”. 2007. New York: Mc Graw-Hill

Luthans, Fred. 2006. “Perilaku Organisasi” Yogyakarta: Andi

Muhammad, Arni. 2009. “Komunikasi Organisasi.” Jakarta: Bumi Aksara

Mulyasa, H.E. 2011. “Manajemen Pendidikan Karakter”. Jakarta: Bumi Aksara.

Manullang, Belferik & Sri Milfayetti. 2005. “Perspektif Ilmu Pendidikan

Membentuk Kepribadian. Esensi Pendidikan IQ-EQ-SQ”. Medan.

Yayasan Refleksi Pendidikan.

_________. 2012. “Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah”. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. 2011. “Pendidikan Karakter ( Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional)”. Jakarta: Bumi Aksara.

Newstrom, John W. and Keith Davis. 1997. “Organizational Behavior: Human

(46)

158

Ndraha, Taliziduhu. 1997. “Budaya Organisasi”. Jakarta: P.T. Rineka Cipta

Nurdin. 2011. “Pengembangan Program Sekolah Untuk Fasilitasi Pendidikan Karakter Bangsa”. Jurnal. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Pajares, F. 1996. “Self – Efficacy Belief in Academic Settings”. Review Of Educational Research, (http: // www. Coe. Ohio – state. Edu/ hypertext/ mac % 002/ speak 1/ paj. Html.

Purba, Sukarman. 2010. “Kinerja Pimpinan Jurusan Di Perguruan Tinggi”.

Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.

Rivai, Veitzhal. 2003. “Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2007. “Desain Organisasi Pendidikan Dalam Implementasi”.

Bandung: Alfabeta.

Sandy D. Staples etc, 2006. “A Self Efficacy Theory Explanation for Management

Organization”. (http: // www. ascusss. org /www board. Html).

Saptono. 2011 “Dimensi – dimensi Pendidikan Karakter (Wawasan, Strategi, dan Langkah Praktis)”. Salatiga: Erlangga.

Sergiovanni, TJ and Robert J. Starrat. 1993. “Suppervision, Human Perspective”. New York: Mc. Graw – Hill. Book Company.

Setiadi, Riswanda 2007. “Efikasi Diri Dan Kinerja Guru Serta Hasil Belajar Literasi Siswa”. Makalah. Disampaikan dalam Forum Ilmiah Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.

Soehardi S, 2003 “Metodologi Penelitian Sosial, Bisnis, Manajemen”. BPFE; Yogyakarta.

Stajkovic and Fred Luthan, 1998. “Social Cognitive Theory and Self – Efficacy: Going Beyond Traditional and Behavioral Approaches, Organizational

Dynamics”. Sprilg.

Stinger, Robert. 2002. “Leadership and Organizatioanal Climate: The Cloud Chamber Effect”. Upper Saddle River. NJ: Prentice Hall.

Sudjana. 2002. “Metoda Statistika”. Bandung. Penerbit Tarsito

Sugiyono. 2009. “Statistik Untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta.

Tagiuri, R. Litwin G. 1968. “Organizational Climate: Expectations Of a

(47)

159

Wahjosumidjo. 2010. “Kepemimpinan Kepala Sekolah”. Jakarta: Rajawali Pers.

Waspodo, Muktiono. 2007. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Efikasi Diri Terhadap Hasil Belajar IPS – Ekonomi Pada Kelompok Belajar Paket B. (Studi Eksperimen pada Kelompok Belajar Paket B Setara SLTP di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Kabupaten Tangerang, Banten, (2005)”.

Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta,

2007.

Wayne, Pace R. and Don F.Faules. 2005. “Komunikasi Organisasi”. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wirawan. 2008. “Budaya dan Iklim Organisasi”. Jakarta. Salemba Empat.

Yukl, Gary. 2009. “Kepemimpinan Dalam Organisasi”. Jakarta: Indeks.

Yunita, Sri. 2010. “Pengaruh Metode Pemberian Tugas Dan Efikasi Diri Terhadap Hasil Belajar PKn Mahasiswa Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan”. Tesis. Medan: Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Gambar

Tabel 4.16.: Rangkuman Koefisien Korelasi  dengan Uji Signifikansi                         Menggunakan  Uji-t .......................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan persepsi guru tentang perilaku kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan iklim komunikasi secara bersama-sama

Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Afektif Guru di SMP Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan positif yang signifikan antara: (1) persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, (2) iklim organisasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi berprestasi guru, pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara pandangan guru tentang kepemimpinan transformasional kepala sekolah, efikasi diri guru dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di sekolah Bodhisattva Bandar Lampung, (2) hubungan antara

Berdasarkan besarnya hubungan variabel kepemimpinan partisipatif dengan komitmen organisasi menandakan bahwa faktor kepemimpinan partisipatif kepala sekolah sangat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Secara parsial kepemimpinan partisipatif kepala sekolah tidak berpengaruh terhadap kinerja guru pada SMP di Kecamatan Samigaluh Kulon