HUBUNGAN PERILAKU KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF
KEPALA SEKOLAH, IKLIM ORGANISASI DAN EFIKASI
DIRI GURU DENGAN PERILAKU GURU DALAM
MENERAPKAN PENDIDIKAN KARAKTER
PADA SMA NEGERI
DI WILAYAH MEDAN UTARA
TESIS
OLEH
TUTIK SUGESTI
NIM. 8106132022
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
ABSTRAK
Tutik Sugesti. NIM. 8106132022. Hubungan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru Dalam Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di Wilayah Medan Utara. Tesis, Medan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara 2) Hubungan antara iklim organisasi dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara (3) Hubungan antara efikasi diri guru dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara (4) Hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif kepala sekolah, iklim organisasi dan effikasi diri guru secara bersama-sama dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara.
Metode penelitian ini adalah kuantitatif jenis deskriptif studi korelasional. Populasi target adalah seluruh guru SMA Negeri yang berada di wilayah Medan Utara, yang terdiri dari SMAN 9, SMAN 16, SMAN 19, dan SMAN 20.Untuk menentukan jumlah sampel digunakan teknik Stratified Proportional Random Sampling, serta tabel Kreicjie dan Morgan. Berdasarkan jumlah populasi tersebut, maka jumlah sampel sebesar 114 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik korelasi, regresi sederhana dan ganda.
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial yang meliputi analisis korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter tergolong kedalam kategori sedang.
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter, koefesien korelasi 0,239.Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Iklim Organisasi dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter, koefesien korelasi 0,422.Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter, koefesien korelasi 0,340.Terdapat hubungan yang positif dan signifikan secara bersama-sama Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara, nilai koefisien korelasi ganda sebesar 0,531. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi dengan dk = 112 dan pada α = 0,05, ini berarti bahwa untuk meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter dibutuhkan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru yang baik.
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Dinas Pendidikan kota Medan, kepala sekolah, dan guru, untuk meningkatkan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter, serta peneliti lainnya untuk memperdalam informasi terhadap penelitian lain yang relevan.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tesis yang berjudul: “Hubungan Perilaku Kepemimpinan
Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku
Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di Wilayah Medan
Utara”.
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Administrasi Pendidikan pada Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Usman Pelly, Ph.D. dan Dr. Arif Rahman, M.Pd sebagai pembimbing
tesis yang telah membimbing dan memberikan masukan yang demikian berharga
selama dalam penulisan tesis ini dari awal hingga selesai.
2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana, Dr.
Arif Rahman, M.Pd, Assisten Direktur I, dan Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd.
selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan, Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd
sebagai Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan yang telah memberi
kemudahan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Universitas Negeri
iv
3. Kepada Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, Dr. Zulkifli Matondang, M.Si, dan Dr.
Yasaratodo Wau, M.Pd sebagai nara sumber dan sekaligus penguji Tesis yang
telah banyak memberi masukan demi penyempurnaan Tesis ini.
4. Kepada Dr. Sukarman Purba, ST. M.Pd, selaku Validator instrumen penelitian,
yang juga demikian banyak memberikan masukan dalam penulisan tesis ini.
5. Seluruh Dosen Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas
Negeri Medan yang telah membekali ilmu dan pengetahuan penulis selama
mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
6. Kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, beserta seluruh kepala sekolah
SMA Negeri yang terdapat di wilayah Medan Utara, yang terdiri dari SMAN-9,
SMAN-16, SMAN-19 dan SMAN-20, yang telah memberikan ijin penelitian
kepada saya.
7. Seluruh staf dan pegawai program Pascasarjana, Henny S.Pd, M.Pd, Darmansyah
Pohan S.Pd, Mpd, Kamilin, S.Pd, M.Pd, Budi, Siti Robbingah, Enny Suhenny,
Vera N.Sihombing, serta seluruh rekan-rekan mahasiswa AP angkatan 18 yang
telah memberikan support dari mulai masa perkuliahan, sampai pada saat tesis ini
selesai dikerjakan.
8. Buat Suami tercinta Capt. R. Juli Moertiono, M.Mar. dan kedua putri kecilku
Rr. Wiryaningtyas Kusumawardhani dan Rr. Ayuningtyas Kusumawardhani,
v
9. Bagi seluruh keluarga besarku terutama kedua orang tuaku, adik-adikku:
Hadi Sunarto, A.Md, Sri Ningsih, S.Pdi, Irwansyah, Arifin, dan Surya Dharma,
S.Pd. M.Pd, yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian tesis ini.
Kiranya tesis ini dilanjutkan untuk dapat bermanfaat dan berguna bagi yang
membutuhkannya.
Medan, Juli 2013
Tutik Sugesti
vi
BAB II. DESKRIPSI TEORETIK, PENELITIAN YANG RELEVAN KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretik 1. Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter... 19
2. Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah... 30
3. Iklim Organisasi ... 40
4. Pengertian Efikasi Guru ... 54
B. Penelitian yang Relevan ... 67
C. Kerangka Berfikir ... 70
vii
Pendidikan Karakter di Sekolah ... 70
2. Hubungan Iklim Organisasi dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah ... 70
3. Hubungan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter ... 71
4. Hubungan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi, Efikasi Diri Guru secara bersama-sama dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter ... 72
D. Hipotesis Penelitian ... 74
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.. Tempat dan Waktu Penelitian ... 76
B. Metode Penelitian ... 77
C. Populasi dan Sampel ... 77
D. Defenisi Variabel Penelitian ... 78
1. Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter ... 78
2. Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah ... 79
3. Iklim Organisasi ... 81
3. Efikasi Diri Guru ... 82
E. Instrumen Penelitian ... 83
1. Uji Coba Instrumen ... 83
2. Uji Validitas (kesahihan) ... 84
3. Reliabilitas (keterandalan)... 86
F. Teknik Analisis Data ... 88
viii
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 96
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 108
C. Pengujian Hipotesis Penelitian... 116
D. Temuan Penelitian ... 134
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 139
F. Keterbatasan Penelitian ... 145
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 146
B. Implikasi ... 148
C. Saran ... 152
DAFTAR PUSTAKA ... 156
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Dimensi Iklim Psikologis Dan Defenisinya Menurut Koys Dan
DeCotis ... 51
Tabel 2.2 : Dimensi Iklim Organisasi Dan Defenisinya Menurut Ekffal ... 51
Tabel 2.3. : Dimensi Iklim Organisasi Dan Defenisinya Menurut Stringer .. 52
Tabel 2.4. : Dimensi Iklim Organisasi Beserta Scala/Indikatornya Menurut Hadiyanto ... 53
Tabel 2.5 : Sumber Efikasi Diri ... 60
Tabel 2.6 : Kombinasi Efikasi Dengan Lingkungan Sebagai Prediktor Tingkah Laku... 61
Tabel 3.1. : Jumlah Populasi Dan Sampel Guru-guru SMAN di wilayah Medan Utara ... 78
Tabel 3.2. : Kisi-kisi Instrumen Variabel Perilaku Guru Dalam Menerapkan Pendidikan Karakter ... 79
Tabel 3.3. : Kisi-kisi Instrumen Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 80
Tabel 3.4. : Kisi-kisi Instrumen Variabel Iklim Organisasi ... 81
Tabel 3.5. : Kisi-kisi Instrumen Variabel Efikasi Diri Guru ... 82
Tabel 3.6. : Kriteria Interpretasi Nilai Koefesien Korelasi ... 87
xi
Tabel 4.1. : Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif Data Variabel Penelitian... 96
Tabel 4.2 . : Distribusi frekuensi skor Perilaku dalam Menerapkan Pendidikan
Karakter (Y) ... 97
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1) ... 99
Tabel 4.4. : Distribusi frekuensi skor Iklim Organisasi (X2)... 101
Tabel 4.5 : Distribusi frekuensi skor Efikasi Diri Guru (X3) ... 103
Tabel 4.6 : Tingkat Kecenderungan Data Perilaku Guru dalam Menerapkan
Pendidikan Karakter ... 105
Tabel 4.7 :Tingkat Kecenderungan Data Perilaku Kepemimpinan
Partisipatif Kepala Sekolah (X1) ... 106
Tabel 4.8 : Tingkat Kecenderungan Data Iklim Organisasi ... 107
Tabel 4.9. : Tingkat Kecenderungan Data Efikasi Diri Guru ... 108
Tabel 4.10 : Rangkuman Uji Normalitas Data menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Test ... 109
Tabel 4.11 : Rangkuman ANAVA Uji Signifikansi dan Linieritas Regresi Ŷ = 67.251+ 0.165X1... 111
Tabel 4.12 : Rangkuman ANAVA, Uji Signifikansi, dan Linieritas Regresi Ŷ = 37,77 + 0,46X2... 112
Tabel 4.13.: Rangkuman ANAVA, Uji Signifikansi, dan Linieritas Regresi Ŷ = 51,72 + 0,32X3... 113
Tabel 4.14.: Rangkuman Uji Homogenitas Antar Pasangan Variabe Penelitian... 115
Tabel 4.15.: Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi (r) Sederhana
xii
Tabel 4.16.: Rangkuman Koefisien Korelasi dengan Uji Signifikansi
Menggunakan Uji-t ... 117
Tabel 4.17.: Ringkasan analisis perhitungan koefisien korelasi parsial dan
Uji Signifikansi... 124
Tabel 4.18.: Rangkuman hasil analisi regresi ganda... 132
Tabel 4.19.: Rangkuman bobot sumbangan prediktor... 133
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. : Variabel Yang Mempengaruhi Perilaku Dan Prestasi ... 20
Gambar 2.2. : Model Tujuan Perilaku (Kreitner dan Kinicki) ... 22
Gambar 2.3. : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi ... 47
Gambar 2.4. : Faktor-faktor Penyebab Iklim Organisasi ... 47
Gambar 2.5. : Hubungan Antara Kepemimpinan, Motivasi Dan Kinerja ... 49
Gambar 2.6. : Efikasi Diri Menguatkan Jalan Menuju Keberhasilan Dan Kegagalan ... 63
Gambar 2.7. : Self Efficacy Model ... 64
Gambar 3.1. : Model Teoritik Penelitian ... 73
Gambar 4.1. : Histogram Skor Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter (Y) ... 98
Gambar 4.2. : Histogram Skor Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah (X1) ... 100
Gambar 4.3. : Histogram Skor Iklim Organisasi (X2) ... 102
Gambar 4.4. : Histogram Skor Efikasi Diri Guru (X3) ... 104
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran.1. : Kuesioner Instrumen Penelitian... 160
Lampiran.2. : Laporan Uji Coba Instrumen Penelitian ... 176
Lampiran.3. : Data Induk Penelitian ... 202
Lampiran.4. : Rangkuman Data Induk Penelitian ... 214
Lampiran.5. : Perhitungan Analisis Deskriptif ... 217
Lampiran.6. : Perhitungan Tingkat Kecenderungan Data ... 224
Lampiran.7. : Pengujian Persyaratan Analisis ... 230
Lampiran.8. : Uji Signifikansi Koefesien Regresi dan Linieritas ... 235
Lampiran.9. : Homogenitas... 241
Lampiran.10. : Uji Independen Antar Variabel Bebas ... 253
Lampiran 11 : Perhitungan Korelasi Sederhana Variabel Bebas dan Terikat.... 256
Lampiran 12 : Perhitungan korelasi Parsial Antar Variabel Penelitian... 259
Lampiran 13 : Uji Signifikansi Keofesien Regresi dan Linieritas Ganda... 271
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Fungsi Pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan tujuan pendidikan nasional untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Implikasi dari Undang-Undang tersebut bahwa, pendidikan disetiap
jenjang, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara
terprogram dan sistematis mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan
2
Pendidikan sebagai sebuah sistem yang memainkan peran dan fungsi
dalam mewujudkan perubahan perilaku dan pembentukan watak atau
karakteristik sumber daya manusia, merupakan sektor yang berada digaris depan
dalam memikul tanggungjawab peningkatan kualitas dan produktifitas sumber
daya manusia. Sebagai sebuah proses yang bersifat kontiniu, dalam konteks
pendidikan sepanjang hayat, pendidikan akan menjangkau keseluruhan siklus
kehidupan manusia mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi yang dapat diwujudkan pada
jalur formal, non formal dan informal (Depdiknas 2007:49).
Dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur menuju perilaku
berkarakter, memerlukan perangkat pendukung berupa kebijakan, pedoman,
sumber daya, lingkungan, sarana dan prasarana, kebersamaan, dan komitmen
pemangku kepentingan, serta efikasi guru melalui pendidikan formal dan non-
formal dengan melibatkan pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Didalam pembentukan karakter pada pendidikan formal dan non-formal
eksistensi guru memegang peran yang demikian penting, karena guru merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter di
sekolah, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam
mengembangkan pribadinya secara utuh. Ini menunjukkan bahwa guru merupakan
pigur utama, serta contoh dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu, dalam
pendidikan karakter guru harus mulai dari dirinya sendiri agar apa-apa yang
3
Pendidikan sulit untuk menghasilkan sesuatu yang baik, tanpa dimulai oleh
guru-gurunya yang baik.
Guru hendaknya dapat menjadi contoh bagi peserta didik sebagai guru
yang berkarakter. Maksudnya, sikap dan tindakan guru menggambarkan karakter
yang diinternalisasikan kepada peserta didik. Dengan kata lain seperti peran guru
yang diajukan Ki Hajar Dewantara, bahwa guru yang dengan efektif dan efisien
mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha, ing
madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam hal ini Bung Karno
menyatakan semboyan: “orang tidak dapat mengajarkan apa yang
dikehendakinya, tidak juga apa yang diketahuinya, orang hanya dapat
mengajarkan apa yang dihayatinya”. Pendapat Bung Karno mempertegas bahwa
seorang guru tidak ada pilihan lain kecuali mempraktekan apa yang diajarkannya,
untuk dapat menghayati yang diajarkannya.
Kenyataan ini juga tidak jauh berbeda dengan guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan karakter tersebut. Selain tidak adanya dukungan dari
kepala sekolah, dilapangan terdapat beberapa perbuatan yang tidak terpuji dapat
ditemui baik pada diri pribadi guru maupun lingkungan dimana guru tersebut
bertempat tinggal dan bekerja. Seperti contoh guru dituntut untuk jujur dan
transfaran dalam melaksanakan pekerjaanya, namun kenyataannya pada saat guru
menerima uang tunjangan sertifikasi atau bentuk insentif lainnya sekalipun sudah
secara langsung diberikan ke rekening masing-masing, namun para guru tersebut
harus mengantarkan sekian persen dari yang diperolehnya kepada pejabat
4
untuk periode yang akan datang tidak menerima lagi. Demikian juga dalam
mengurus administrasi yang berhubungan dengan kenaikan pangkat dan golongan,
agar mempermudah urusan maka guru akan menyerahkan sebagian uangnya untuk
memudahkan urusannya tersebut.
Selain itu masih terdapat guru-guru yang tidak menujukan jati dirinya
sebagai sosok yang digugu dan ditiru, hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Johan Wahyudi dalam tulisannya pada Edukasi Kompasiana, tanggal 7 Mei 2012,
beliau mencatat bahwa berdasarkan pengamatan masih sering terlihat Lima
perilaku buruk guru yang tidak sesuai dengan tuntutan profesinya, diantaranya
adalah guru yang merokok pada saat mengajar, berkata jorok atau mengucapkan
kata-kata kasar dan tidak mendidik yang seharusnya tidak di ucapkan oleh seorang
guru, malas membaca dan menulis, hobi dalam mengkopy paste atau mencontek
perangkat pembelajaran dan juga karya-karya ilmiah untuk pengurusan kenaikan
pangkat, gemar bersolek atau berpenampilan secara berlebih-lebihan. Hal ini
senada seperti yang di tulis oleh Edy Surahmat dalam harian Waspada tanggal 12
Mei 2012, dimana masih terdapat sebagian guru yang suka memaki anak
muridnya sehingga menjatuhkan mental anak murid tersebut, malas untuk
membaca dan menulis, hobi copy paste, seperti dalam hal pembuatan
pembelajaran dan karya-karya ilmiah untuk pengurusan kenaikan pangkat,gemar
bersolek atau berpenampilan secara berlebihan. Lebih ironisnya lagi adalah
tindakan asusila yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru terhadap muridnya,
seperti yang terjadi di Belawa, Kabupaten Wajo dan di kecamatan Duampanua di
5
Seorang guru berinisial AR mengajar bahasa Jawa yang dibebastugaskan
mengajar karena memukul siswa. Guru dari SMPN 26 Purworejo ini kemudian
menjadi petugas perpustakaan karena menurut Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Purworejo Drs. Bambang Aryawan MM, agar yang bersangkutan
bisa introspeksi diri. (Suara Merdeka 18 Maret 2012).
Kasus serupa sebelumnya juga pernah terjadi di Jakarta.
Seorang guru berinisial PS, dikenai sanksi kedinasan dan oleh Eston Rimon
Nainggolan, Wakil Kepala Sekolah Negeri 79, PS dipindahtugaskan menjadi
pengelola perpustakaan sekolah dengan pertimbangan agar tidak berhubungan
langsung dengan siswa. (Koran Tempo, 19 Januari 2009).
Selain itu menurut Maufur dalam tulisannya yang berjudul “Memangkas
Benih Perilaku Korupsi di Sekolah” ( Harian Merdeka Jawa Tengah, 18 Agustus
2011) menyatakan berbagai sikap /perilaku guru terhadap peserta didik yang
dapat dipandang sebagai penanaman dan penyemaian benih-benih korupsi serta
perilaku buruk lainnya adalah:
1. Ketika para guru sedang bertugas mengawasi ujian, ternyata mereka tidak
melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana mestinya, tetapi hanya
sekedar menunggui. Setelah bel berbunyi tanda berakhirnya waktu ujian
mereka segera mengumpulkan hasil pekerjaan peserta didik. Padahal tugas
menunggu dan mengawas itu berbeda, tetapi mereka menerima honor sebagai
pengawas. Apalagi jika membiarkan peserta didik saling menyontek.
2. Para guru yang sering datang terlambat/tidak mengajar tanpa sebab yang
6
mencoba mencari jawab sendiri dengan kemampuan interpretasinya
masing-masing. Tentu saja terkadang benar, dan terkadang tidak sesuai dengan yang
terjadi.
3. Sebaliknya para guru yang membiarkan peserta didik sering terlambat datang
atau membolos, tanpa memberikan pengertian dan sanksi sesuai aturan yang
telah disepakati bersama, sehingga mereka menyimpulkan bahwa hal
demikian bukan merupakan permasalahan yang perlu dirisaukan,
dianggapnya sebagai suatu kelaziman.
4. Para guru yang menyimpan tabungan peserta didik, kemudian untuk
sementara waktu dipergunakan untuk keperluan sehari-hari, dan hal tersebut
diketahui peserta didik dan mengerti kalau perilaku gurunya tidak baik.
Apalagi jika ketika akhir tahun saat uang mereka dikembalikan, ternyata
guru tersebut menunda-nunda, bahkan sering kali menjadi kasus yang
diketahui masyarakat luas dikarenakan diberitakan media.
5. Para guru yang lebih aktif mengajar di luar jam pelajaran (less privat)
terhadap peserta didiknya sendiri, dibanding ketika mengajar sebagai tugas
pokoknya. Sebenarnya peserta didik merasakan, khususnya peserta didik
yang tidak mengikuti less, tetapi tidak berani bersuara, sehingga
memendamnya sampai mereka lulus dari sekolah yang bersangkutan.
6. Para guru yang dengan sengaja membocorkan soal ujian, karena memiliki
kekhawatiran kalau-kalau peserta didiknya banyak yang tidak lulus. Karena
guru berpandangan bahwa tingkat kelulusan peserta didik merupakan
7
7. Para guru yang menjualkan LKS milik penerbit tertentu berdasarkan intruksi
kepala sekolah karena sudah ada MOU. Padahal guru dan peserta didik
memahami bahwa LKS yang dibagikan tersebut, baik dari sisi isi maupun
sisi ujud bendanya berkualitas rendah, bahkan ada yang menyebutnya barang
kiloan (dijual menggunakan timbangan kilo gram).
8. Membiarkan peserta didik yang seharusnya tidak naik kelas atau tidak lulus,
menjadi naik atau lulus, hanya dengan pertimbangan rasa kasihan. Sementara
peserta didik bisa beranggapan bahwa dengan kemampuan dan usaha yang
dia lakukan saja dapat naik atau lulus tanpa harus berusaha belajar serius.
9. Upaya guru tidak sesuai dengan ketentuan dalam meningkatkan pangkat/
golongan, sehingga seeringkali berbenturan dengan aspek hukum, akhirnya
diketahui juga peserta didik yang kemudian mereka memiliki pemahaman
ketidakjujuran gurunya.
10.Ketika para guru menerima gratisan dan bonus dari biro perjalanan yang
digunakan sekolahnya berstudi tour, sementara dana bersumber dari peserta
didik/orang tua, dan sebagian dari mereka pun mengetahui hal tersebut.
Mereka hanya bergumam, “Enak juga ya”.
Perilaku yang ditunjukkan oleh guru tersebut tentu memberi dampak
terhadap pendidikan, seperti: menjadikan merosotnya kualitas pendidikan,
kerugian finansial, ketidakadilan sosial, hilangnya akhlak mulia, dan
keidakjujuran. Bukan hanya dialami oleh peserta didik saja, tetapi juga orang tua,
8
Secara lebih khusus bagi peserta didik sikap yang telah disebut diatas, jika
kemudian dicermati dan ditengarai (dititeni) oleh mereka, maka tidak menutup
kemungkinan menjadikannya sebagai salah satu refrensi dalam berperilaku
dikemudian hari. Karena apa yang dialami dan dirasakan oleh peserta didik
dalam perkembangan kejiwaan saat sekolah akan tetap membekas dan dibawa
mereka ke bangku kuliah. Apalagi jika dibangku kuliah pun mereka mendapat
kesempatan menyaksikan hal-hal sejenis dilakukan oleh para dosen dan lembaga
perguruan tingginya dalam memperlakukan dirinya, tentu akan menjadi lebih
lengkap. Hal ini tentu akan memengaruhi berbagai perilaku negatif yang bisa
menginternalisasi dalam dirinya sampai manusia dewasa kelak.
Dari pengamatan peneliti yang dilakukan pada tanggal 16 – 27 Mei 2013 pada
guru-guru yang mengajar pada SMA Negeri yang terdapat di wilayah Medan
Utara, yang terdiri dari SMAN 20, SMAN 9, SMAN 19 dan SMAN 16, peneliti
menemukan adanya indikasi sejumlah guru yang masih menunjukkan perilaku
yang tidak layak untuk ditiru, diantaranya masih terdapat guru yang datang
terlambat, ( padahal dalam roster tertulis secara jelas kalau guru tersebut masuk
pada les pertama), terlambat masuk kedalam kelas, merokok pada saat
memberikan pelajaran di dalam kelas, memainkan hand phone saat KBM
berlangsung ( padahal dalam tata tertib yang dibuat sekolah tercantum secara jelas
tidak dibenarkan guru merokok dan memainkan hand phone selama KBM
berlangsung), duduk di atas meja, marah-marah didalam kelas tanpa sebab,
mengucapkan kata-kata kasar dan tidak mendidik yang seharusnya tidak
9
sesama guru atau antar guru dan staf pegawai, masih banyak guru, terutama guru
wanita yang berpenampilan secara berlebihan baik dari cara berpakaian, maupun
dalam hal menggunakan perhiasan, duduk di warung kopi pada saat jam pelajaran
berlangsung, melakukan tindak kekerasan kepada siswa, suka bersenda gurau
sesama guru dengan meninggalkan ruangan kelas pada saat mengajar, sering tidak
masuk mengajar tanpa alasan yang jelas, bercerita pada saat upacara bendera
berlangsung, tidak memiliki visi kedepan, mengajar apa adanya, nkurang
membaca, suka mengkopy paste dalam membuat silabus dan RPP, dan bahkan
ada seorang guru yang berasal dari salah satu SMA Negeri tersebut yang
tersandung kasus narkoba.
Ada banyak faktor yang memengaruhi perilaku guru dalam menerapkan
pendidikan karakter di sekolah, diantaranya adalah perilaku kepemimpinan
kepala sekolah. Hal ini dikarenakan kepala sekolah memiliki peranan yang sangat
penting dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah, terutama dalam
mengoordinasikan, menggerakkan, dan menyelaraskan semua sumber daya
pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi yang sangat
berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah.
Menurut Mulyasa (2011 : 67) secara sederhana kepemimpinan kepala
sekolah dapat diartikan sebagai cara atau usaha kepala sekolah dalam
memengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, memberdayakan, dan
menggerakkan guru, staf, peserta didik, orang tua peserta didik, komite sekolah,
dewan pendidikan, dan pihak lain yang terkait, untuk mencapai tujuan pendidikan
10
bekerja untuk mencapai tujuan pendidikan karakter secara optimal, efektif,
efisien, mandiri, produktif, dan akuntabel. Selain itu, kepala sekolah juga dituntut
memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu
mengambil keputusan dan prakarsa implementasi pendidikan karakter untuk
meningkatkan mutu sekolah. Demikian juga kepala sekolah harus mampu
mengkomunikasikan perubahan tersebut kepada guru, staf administrasi, peserta
didik, dan bahkan mungkin orang tua peserta didik. Dengan demikian,
keberhasilan implementasi pendidikan karakter sangat ditentukan oleh
kepemimpinan kepala sekolah dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi terhadap implementasi pendidikan karakter di sekolah secara
keseluruhan. Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah dituntut untuk memiliki
karakter yang terpuji dan mampu mengimplementasikannya dalam pelaksanaan
tugas dan fungsinya, di sekolah dan lingkungannya, baik sebagai educator,
manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, maupun motivator, serta
menjadi contoh dan teladan bagi seluruh peserta didik dan tenaga kependidikan di
sekolah dan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa perilaku guru
dalam menerapkan pendidikan karakter, tergantung pada seberapa besar perhatian
dan keseriusan kepala sekolah dalam mendorong perwujudan visi, misi, tujuan
sekolah terutama dalam mengimplementasikan pendidikan karakter.
Penelitian Edmonds dalam Sagala (2007:90) memberi gambaran bahwa
kemampuan kepala sekolah menjadi jaminan apakah sekolah itu efektif atau tidak,
11
sekolah. Faktor-faktor tersebut menggambarkan dedikasi guru yang tinggi,
kepemimpinan kepala sekolah yang kuat, harapan-harapan bagi peserta didik dan
staf, pemantauan kemajuan peserta didik, iklim belajar yang positif, kesempatan
belajar yang cukup untuk belajar, pelibatan orangtua dan masyarakat dalam
pelaksanaan program-program sekolah.
Adrijanti, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Perilaku
Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap Kinerja Dosen di Universitas Gresik,
berdasarkan uji hipotesis secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan
dari perilaku kepemimpinan terhadap kinerja dosen di Universitas Gresik.
Berdasarkan uji hipotesis secara simultan perilaku kepemimpinan dan motivasi
secara serempak tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
dosen di Universitas Gresik.
Selain itu iklim organisasi sekolah juga memiliki pengaruh terhadap
perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah. Hal ini di
sebabkan karena iklim organisasi sekolah dapat menyebabkan perubahan tingkah
laku siswa dan juga guru, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Lewin (1935 :
182) yang berpendapat bahwa tingkah laku merupakan akibat keterkaitan antara
pribadi pegawai/guru dengan lingkungan. Dari pendekatan Lewin ini dapat
diketahui bahwa lingkungan dan kepribadian merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam pembentukan tingkah laku pegawai dan guru. Hal ini senada
dengan pendapat dari Murray, yang dikutip oleh Hadiyanto (2004 : 182) bahwa
tingkah laku seseorang dipengaruhi baik oleh kepribadian maupun oleh
12
yang dapat dianalogikan seperti halnya pribadi dan lingkungan. Kebutuhan
pribadi mengacu kepada motivasi individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu,
sedangkan lingkungan „press‟ merupakan situasi eksternal yang mendukung atau
bahkan malah menyebabkan kekacauan dalam mengungkapkan kebutuhan
pribadi.
Demikian pula dalam mensukseskan pendidikan karakter di sekolah harus
didukung oleh lingkungan yang kondusif-akademik, baik secara fisik maupun
non-fisik. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan tertib, dipadukan dengan
optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan
sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik merupakan iklim
yang dapat membangkitkan nafsu, gairah dan semangat belajar. Iklim yang
demikian akan mendorong terciptanya masyarakat belajar di sekolah, karena iklim
belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang
dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hyman (1980 : 185) bahwa iklim yang kondusif antara lain dapat
mendukung: (1) interaksi yang bermanfaat diantara peserta didik, (2) memperjelas
pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik, (3) menumbuhkan semangat
yang memungkinkan kegiatan-kegiatan dikelas maupun di sekolah berlangsung
dengan baik , dan (4) mendukung saling pengertian antara guru dengan peserta
didik.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa iklim organisasi sekolah yang
kondusif sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan pendidikan
13
menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Demikian juga lingkungan eksternal,
baik yang berasal dari keluarga dan masyarakat. Demikian besar pengaruhnya
terhadap pembentukan karakter siswa, seperti yang dikemukakan oleh Mulyasa
(2011 : 19) bahwa Lingkungan masyarakat, para pemimpin, pembuat kebijakan,
pemegang otoritas di masyarakat, orang tua harus menjadi role model yang baik
dalam menanamkan karakter yang baik kepada anaknya. Berbagai perilaku
ambigu dan inkonsistensi yang diperlihatkan masyarakat, baik langsung maupun
tidak langsung akan memberi kontribusi yang buruk yang secara signifikan dapat
melemahkan karakter peserta didik.
Selain iklim organisasi, hal lain yang memengaruhi perilaku guru dalam
menerapkan pendidikan karakter di sekolah adalah tinggi rendahnya efikasi diri
guru. Hal ini dikarenakan guru sebagai ujung tombak dalam menerapkan kegiatan
pembelajaran dan program-program pendidikan. Guru memiliki hubungan
emosional yang demikian dekat dengan siswa, apa yang dilakukan guru akan
secara langsung dilihat dan dicontoh oleh siswa, sehingga sungguh demikian
naifnya apabila guru kurang memperhatikan sikap dan tindakan yang
diberikannya kepada siswa yang cenderung berbuat sesuka hati tanpa memikirkan
dampak dari perilakunya kedepan dapat membentuk karakter negatif terhadap
siswa tersebut.
Dalam reviu terhadap beberapa penelitian, Pajares (1996: 12S) membuktikan
bahwa “self-efficacy is closely related to the academic performances.” (artinya
efikasi diri terkait erat dengan kinerja akademis). Demikian juga hasil penelitian
14
antara efikasi guru dengan kestabilan prilaku, harapan, kemarahan, rasa bersalah,
rasa rendah diri, dan ideologi siswa.
Menurut George dan Jones (2005:15): Self Efficacy adalah keyakinan
seseorang mengenai kemampuannya untuk melaksanakan suatu tugas tertentu
dengan berhasil. Hal ini hampir sama dengan pendapat James Kauzes (1997:121)
yang berpendapat bahwa keyakinan pada kemampuannya sendiri sangat penting,
karena keyakinan terhadap kemampuan diri akan mempengaruhi motivasi pribadi,
semakin besar keyakinan terhadap kemampuannya sendiri semakin tinggi tujuan
yang ditetapkan orang bagi dirinya sendiri dan semakin kokoh mereka dalam
komitmen kepada tujuan dan semakin mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
pilihan karir.
Dalam kaitanya dengan pendapat James Kauzes tersebut, maka guru harus
memiliki effikasi diri yang tinggi untuk bisa menerapkan pendidikan karakter di
sekolah, karena dengan effikasi diri yang tinggi, guru akan mampu memobilisasi
motivasi, baik secara kognitif, afektif dapat menanamkan dan menerapkan
nilai-nilai karakter pada peserta didik tersebut, dan warga sekolah lainnya.
Berdasarkan kajian teoritis dan praktis di atas maka perlu diadakan penelitian
dengan maupun tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai kegiatan
yang dianggap judul “Hubungan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah, Iklim Organisasi, dan Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam
Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara”.
Adapun lokasi penelitian yang dipilih adalah SMA Negeri yang berada di
15
1(satu) SMAN yaitu SMAN 20, kecamatan Medan Labuhan memiliki 2 (dua)
SMAN , yaitu SMAN 9 dan SMAN 19, Kecamatan Medan Marelan, memiliki
1(satu) SMAN yaitu SMAN 16, sedangkan Kecamatan Medan Deli tidak
memiliki SMA Negeri, sehingga jumlah SMA Negeri yang terdapat di wilayah
Medan Utara berjumlah Empat sekolah. Hal ini didasari, belum pernah
dilakukannya kajian sejenis di SMA Negeri yang terdapat di wilayah Medan Utara
tersebut, selain itu didasari juga tanggung jawab dan kesadaran moral peneliti,
karena peneliti merupakan alumni dari salah satu SMA Negeri tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah yang berhubungan erat dengan perilaku guru dalam menerapkan
pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara, antara lain:
Apakah iklim organisasi sekolah memiliki hubungan dengan perilaku guru dalam
menerapkan pendidikan karakter? Bagaimanakah tingkat kecenderungan iklim
organisasi pada SMAN di wilayah Medan Utara? Bagaimanakah kecenderungan
perilaku kepemimpinan partisipatif kepala sekolah pada SMAN di wilayah
Medan Utara? Bagaimanakah kecenderungan perilaku guru dalam menerapkan
pendidikan karakter di SMAN di wilayah Medan Utara? Apakah iklim organisasi
sekolah memiliki hubungan dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan
karakter di sekolah pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara? Apakah perilaku
kepemimpinan partisipatif kepala sekolah memiliki hubungan dengan perilaku
guru dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah pada SMA Negeri di
16
dengan perilaku guru? Apakah iklim organisasi sekolah, perilaku kepemimpinan
partisipatif kepala sekolah dan effikasi diri guru secara bersama-sama memiliki
hubungan dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada
SMA Negeri di wilayah Medan Utara?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, terlihat banyak
faktor yang memiliki hubungan dengan perilaku guru dalam menerapkan
pendidikan karakter sehingga penelitian perlu dibatasi, yaitu variabel perilaku
kepemimpinan partisipatif kepala sekolah, iklim organisasi sekolah, dan efikasi
diri guru. Pembatasan ini dilakukan bukan berarti mengabaikan faktor lainnya,
akan tetapi lebih karena pertimbangan waktu dan kemampuan yang tidak
memungkinkan untuk meneliti keseluruhan variabel penelitian tersebut.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah seperti
diuraikan sebelumnya, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif
kepala sekolah dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan
karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan Utara?
2. Apakah terdapat hubungan antara iklim organisasi dengan perilaku guru
dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah
17
3. Apakah terdapat hubungan antara effikasi diri guru dengan perilaku guru
dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah
Medan Utara?
4. Apakah terdapat hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif
kepala sekolah, iklim organisasi dan effikasi diri guru secara
bersama-sama dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada
SMA Negeri di wilayah Medan Utara?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif kepala sekolah
dengan perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA
Negeri di wilayah Medan Utara.
2. Hubungan antara iklim organisasi dengan perilaku guru dalam
menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan
Utara.
3. Hubungan antara efikasi diri guru dengan perilaku guru dalam
menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah Medan
Utara.
4. Hubungan antara perilaku kepemimpinan partisipatif kepala sekolah, iklim
organisasi dan effikasi diri guru secara bersama-sama dengan perilaku
guru dalam menerapkan pendidikan karakter pada SMA Negeri di wilayah
18
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi konstribusi yang baik
untuk:
1. Secara Teoritis
Mengembangkan khasanah pengetahuan tentang perilaku guru terutama
dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah.
2. Secara praktis
a. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan dan para stake holders yang terkait,
hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam merumuskan
kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
b.Bagi kepala sekolah sebagai bahan informasi untuk menentukan
kebijakan dalam melaksanakan pendidikan karakter di sekolah.
c.Bagi para guru dapat lebih meningkatkan perilaku yang positif agar
mempermudah pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
d.Bagi peneliti lainnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
146 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, analisis data dan pengujian
hipotesis seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Perilaku
Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah dengan Perilaku Guru dalam
Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di kawasan Medan
Utara, diperoleh rhitung sebesar 0,239 dengan rtabel pada α= 0,05 adalah
0,184 maka rhitung > rtabel yaitu 0,239 > 0,184. Perhitungan uji t diperoleh
thitung = 2,607 sedangkan ttabel = 1,980 dengan dk = 112 pada α = 0,05.
Hasil ini menunjukkan thitung > ttabel atau 2,607 > 1,980. Dengan demikian
Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah yang diterapkan
kepala sekolah mampu meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan
Pendidikan Karakter, sehingga semakin baik Perilaku Kepemimpinan
Partisipatif Kepala Sekolah maka semakin baik pula Perilaku Guru dalam
Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.
2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Iklim Organisasi
dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA
Negeri di kawasan Medan Utara, diperoleh rhitung sebesar 0,422 dengan
147
Perhitungan uji t diperoleh thitung = 4,919 sedangkan, ttabel = 1,980 dengan
dk = 112 dan pada α = 0,05. Hasil ini menunjukkan thitung > ttabel atau
4,919 > 1,980. Dengan demikian Iklim Organisasi kondusif yang
dirasakan dan dimiliki guru mampu meningkatkan Perilaku Guru dalam
Menerapkan Pendidikan Karakter, sehingga semakin kondusif Iklim
organisasi maka semakin baik pula Perilaku Guru dalam Menerapkan
Pendidikan Karakter di sekolah.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Efikasi Diri Guru
dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA
Negeri di kawasan Medan Utara, diperoleh rhitung sebesar 0,340 dengan
rtabel pada α= 0,05 adalah 0,184 maka rhitung > rtabel yaitu 0,340 > 0,184.
Perhitungan uji t diperoleh thitung = 3,823 sedangkan, ttabel = 1,980 dengan
dk = 112 dan pada α = 0,05. Hasil ini menunjukkan thitung > ttabel atau
3,823 > 1,980. Dengan demikian Efikasi yang dimiliki guru mampu
meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter,
sehingga semakin tinggi tingkat efikasi yang dimiliki guru maka semakin
baik pula Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter di
sekolah.
4. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan secara bersama-sama
Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan
Efikasi Diri Guru dengan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan
148
korelasi ganda sebesar 0,531, dari tabel diperoleh r kritis dengan dengan
n=114 pada α= 0,05 adalah 0,184 dengan demikian rhitung lebih besar dari
rtabel yaitu 0,531>0,184 adalah signifikan. Kuadrat dari koefisien korelasi
adalah koefisien determinasi, oleh karena Ry(1,2,3)= 0,531, maka
Pendidikan Karakter ditentukan secara bersama-sama oleh variabel
Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, Iklim Organisasi dan
Efikasi Diri Guru. Dengan demikian Perilaku Kepemimpinan Partisipatif
Kepala Sekolah, Iklim Organisasi, dan Efikasi Diri Guru mampu
meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter,
sehingga semakin baik penerapan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif
Kepala Sekolah, semakin kondusif Iklim Organisasi dan semakin tinggi
Efikasi yang dimiliki guru maka semakin baik pula Perilaku Guru dalam
Menerapkan Pendidikan Karakter pada SMA Negeri di kawasan Medan
Utara .
B. Implikasi
Implikasi penelitian menekankan pada upaya untuk meningkatkan Perilaku
Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah, mewujudkan Iklim Organisasi yang
kondusif serta meningkatkan Efikasi Diri Guru, akan dapat memberikan implikasi
yang baik terhadap Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter di
sekolah. Dengan terujinya, keempat hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
149
semakin tinggi, akan dapat meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan
Pendidikan Karakter di sekolah, dan semakin kondusif Iklim Organisasi, maka
Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter di sekolah juga semakin
baik, demikian juga semakin tinggi tingkat Efikasi Diri Guru, maka semakin baik
pula Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter di sekolah.
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, maka dapat dirumuskan
beberapa implikasi hasil penelitian ini sebagai berikut.
1. Upaya Peningkatan Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter.
Kepala sekolah merupakan pemimpin dari sebuah organisasi yaitu sekolah.
Ditangan kepala sekolahlah keputusan lahir. Perilaku Kepemimpinan Partisipatif
memberi beberapa amanat yang harus dilaksanakan kepala sekolah diantaranya
adalah melibatkan guru dalam pengambilan keputusan, meluangkan waktu untuk
berkomunikasi dengan warga sekolah, memilki visi dan harapan yang kuat dan
menegakkan disiplin waktu. Semua amanat diatas apabila dilaksanakan oleh
kepala sekolah akan menimbulkan sebuah kekuatan dalam diri guru untuk
melakukan inovasi pembelajaran. Salah satu inovasi pembelajaran yang dapat
dilakukan oleh guru yakni menerapkan pendidikan karakter. Untuk dapat
melakukan itu diperlukan dorongan bagi guru itu sendiri dapat berupa Perilaku
Kepemimpinan Partisipatif yang dilaksankan kepala sekolah. Perilaku
Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah berperan memacu untuk mencapai
150
Upaya yang dapat dilakukan agar Perilaku Kepemimpinan Partisipatif
Kepala Sekolah efektif, sehingga dapat memotivasi, membimbing, mengarahkan,
memberdayakan dan menggerakkan guru dalam meningkatkan perilaku positif
terutama dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah, selain harus
menunjukkan sikap teladannya kepada warga sekolah, terutama terhadap guru,
kepala sekolah juga harus mampu memberlakukan aturan yang jelas dan tegas
dengan sistem reward dan punishmen. Pemberlakuan ini membuat guru merasa
dilindungi, sehingga ketegasan ini mampu meningkatkan wibawa Perilaku
Kepemimpinan Partisipatif Kepala Sekolah.
2. Upaya Menciptakan Iklim Organisasi Yang Kondusif Untuk Meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter.
Iklim organisasi yang kondusif merupakan dambaan bagi setiap anggota
organisasi. Kondusifitas akan memberi rasa aman dan nyaman bagi guru untuk
melaksanakan tugas sehingga proses pembelajaran dapat berjalan optimal dengan
harapan mampu memberi hasil yang maksimal. Perilaku Guru dalam Menerapkan
Pendidikan Karakter berhubungan kepada Iklim Organisasi. Iklim Organisasi
yang kondusif merupakan salah satu kunci yang akan memengaruhi guru dalam
menunjukkan perilaku yang baik sehingga mempercepat proses penerapan
pendidikan karakter di sekolah, karena guru merupakan sosok yang senantiasa
menjadi anutan peserta didiknya setiap harinya.
Iklim Organisasi wajib mendapat perhatian yang serius dari seluruh warga
sekolah, karena berdasarkan hasil penelitian bahwa iklim organisi memiliki
151
menerapkan pendidikan karakter di sekolah, untuk itu hendaknya seluruh warga
sekolah memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk menciptakan Iklim
Organisasi sekolah yang kondusif, karena hal tersebut bukan semata-mata tugas
dan tanggung jawab kepala sekolah.
Upaya meningkatkan kondusifitas harus dilakukan oleh seluruh warga
sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi harus mampu menjadi teladan
bagi warga sekolah. Kepala sekolah yang melibatkan guru dalam pengambilan
keputusan, perencanaan sekolah, kebebasan mengeluarkan pendapat, menegakkan
disiplin merupakan sebagian dari upaya kepala sekolah meningkatkan
kondusifitas. Hubungan harmonis seluruh warga sekolah, adanya keterbukaan,
saling empati, komunikasi yang lancar, berdiskusi, merupakan upaya yang dapat
dilakukan oleh warga sekolah untuk meningkatan kondusfitas.
3. Upaya Meningkatkan Efikasi Diri Guru Untuk Meningkatkan Perilaku Guru dalam Menerapkan Pendidikan Karakter.
Guru merupakan salah satu tugas mulia dalam peradaban manusia. Dia
mengemban amanah berupa digugu dan ditiru. Amanah ini akan menjadi terasa
berat dan memberatkan jika guru belum bahkan tidak mempunyai kepercayaan
diri. Jika guru merasa tidak percaya diri maka sulit baginya untuk dapat
berperilaku dalam menerapkan pendidikan karakter, karena karakter menyatakan
eksistensi manusia, jika karakter hilang sesungguhnya semua telah hilang.
Guru yang berperilaku dan menerapkan pendidikan karakater adalah guru
dengan kepercayaan diri tinggi, menganggap kesulitan sebagai tantangan,
152
Semua hal tersebut di atas meupakan efikasi diri dari seorang guru. Dapat
dikatakan efikasi diri guru mempunyai hubungan dengan perilaku dalam
menerapkan pendidikan karakter.
Efikasi diri guru akan tumbuh dan berkembang ketika sesama guru teman
sejawat mempunyai komunikasi yang baik, saling membantu berdiskusi, dam
menemukan solusi atas kelemahan masing-masing, saling menuangkan ide segar,
hal ini akan mampu meningkatkan Efikasi Diri Guru.
C. Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan implikasi seperti di uraikan
di atas, maka disarankan:
a). Bagi Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Medan
harus menjadi contoh dalam menerapkan pendidikan karakter tidak
hanya kepada kepala-kepala sekolahnya saja, tetapi juga kepada seluruh
staf pegawai dalam naungan Dinas Pendidikan Kota Medan, keefektif
dan keefesiensian manajemen, transfaransi, perlu untuk dibenahi,
demikian juga dalam merekrut kepala sekolah harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang telah ada, dan bukan pengangkatan
kepala sekolah yg didalamnya masih terdapat unsur money politik.
Ketika penanaman nilai-nilai karakter itu sudah ada pada Dinas
Pendidikan Kota Medan, dan diterapkan selain pada staf pegawai, juga
kepada seluruh kepala sekolah dari seluruh jenjang pendidikan, maka
153
untuk menerapkannya kepada seluruh warga sekolah, terutama guru,
karena kepala sekolah didukung oleh Dinas Pendidikan Kota Medan .
b).Bagi Kepala Sekolah, hendaknya bersedia memperbaharui perilaku
kepemimpinannya terutama dalam hal melibatkan guru dalam mengambil
keputusan. Kepala sekolah diharapkan mampu menjaga kondusifitas
organisasi yang dipimpinnya. Hal ini dapat dilakukan melalui:
1).Kepala sekolah harus mampu mengordinasikan, menggerakkan, dan
menyelaraskan semua sumber daya pendidikan yang tersedia, tidak hanya
guru, staf pegawai, peserta didik, komite sekolah, tetapi juga orang tua
siswa, serta pihak lain yang terkait terutama dalam penanaman nilai-nilai
penididkan karakter di sekolah.
2).Kepala sekolah harus memiliki sikap tauladan sehingga dapat menjadi
panutan bagi peserta didik, guru, staf pegawai maupun warga sekolah
lainnya.
3).Kepala Sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen
kepemimpinan yang tangguh, agar bersama-sama guru mampu
mengambil keputusan dalam proses pengimplementasian pendidikan
karakter di sekolah, karena keberhasilan penerapan pendidikan karakter
sangat ditentukan oleh perilaku kepala sekolah dari mulai perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi secara keseluruhan. Untuk hal tersebut kepala
sekolah dituntut untuk memiliki karakter yang terpuji dan mampu
mengimplementasikan tugas dan fungsinya, baik sebagai educator,
154
c). Bagi Guru
1) Guru harus senantiasa memiliki sosok yang mampu untuk digugu dan
ditiru oleh siswanya setiap saat, bukan hanya di lingkungan sekolah,
tetapi juga dalam kesehariannya, karena guru senantiasa berhubungan
secara langsung dengan siswa, sehingga apapun yang dilakukan oleh
guru akan memiliki pengaruh yang demikian besar terhadap
perkembangan karakter siswa tersebut.
2) Oleh karena itu, dalam menerapkan pendidikan karakter guru harus
memulai dari dirinya sendiri, agar apa-apa yang dilakukannya dengan
baik, menjadi baik pula pengaruhnya terhadap peserta didik, karena
pendidikan sulit untuk menghasilkan sesuatu yang baik, tanpa dimulai
dari guru-guru yang baik.
3) Untuk hal tersebut, seorang guru juga harus memiliki efikasi diri yang
tinggi, karena efikasi diri guru yang tinggi akan memengaruhi motivsi
pribadi guru untuk senantiasa melakukan hal-hal baik atau
perbuatan-perbuatan baik untuk siswanya. Semakin tinggi efikasi yang dimiliki
oleh seorang guru, maka guru akan mampu memobilisasi motivasi,
baik secara kognitif, afektif, terutama dalam menerapkan pendidikan
karakter pada siswa dan warga sekolah lainnya.
4) Guru harus mampu menumbuhkan sifat loyal dan dedikasi yang tinggi
sehingga tercipta iklim organisasi yang kondusif, mampu berempati
155
seluruh warga sekolah mampu menjaga memperbaiki kualitas
kondusifitas iklim organisasi disekolah.
D). Bagi Peneliti
1) Untuk penelitian perilaku guru dalam menerapkan pendidikan karakter
lebih lanjut, perlu dilakukan dengan melibatkan variabel lain di luar
variabel yang diteliti, seperti, komitmen kerja, pengambilan keputusan.
2). Untuk melihat variable Perilaku Kepemimpinan Partisipatif Kepala
Sekolah, Iklim Organisasi dan Efikasi Diri Guru yang lebih baik, tidak
hanya melalui angket saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan
156
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, AR. 2008. “Pengaruh Self-Efficacy, Kecerdasan Emosional, Keinovatifan Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pejabat Eselon III Pemda Kota Palembang”. Sinopsis Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2008.
Ardana, Komang, Ni Wayan Mujiati dan Anak Agung Ayu Sriathi. 2009.
Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ananda, Nandang Kosasih. 2003. “Efikasi Guru Dan Tanggung Jawab Mengajar”. Jurnal Penelitian Pendidikan. Bandung: Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
Andrews, C. Dan Amal, I. 1993 “Hubungan Pusat dan Daerah Pembangunan”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Badiran, Muhammad. 2010 “Pembelajaran Dalam Perspektif Etika Dan Karakter Pendidikan”. Jurnal Vol.2 No. 1 April 2010. 43-55. Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Burns, James Mac Gregor. 1979. “Leadership” New York: Harper & Row Publisher.
Cassidy, Simon The Computer Self Efficacy Web Site, 1998 (http://www. Salford. ac.uk /health Sci / Self eff. html)
Decker A. Carol. 1996. “Training Transfer: Perception Of Computer Use Self EfficacyAmong University Employess”. Journal Of Vacational and
Technical Education.
Fitz – Enz, Jac. 2002. Roi Of Human Capital: “Measuring The Economic Value
Of Employee Performance”. American Management Association.
George, Jennifer M. And Gareth R. Jones. 2005. “Undertanding and Managing
Organizational Behavior”. New Jersey: Printice Hall.
Gibson, James L. John M. Ivancevich. James Donnely. Robert Konopaske. 2006.
“Organization: Behavior, Struktural, Process”. New York: The Mc
Graw-Hill Companies. Inc.
Hadiyanto. 2004. “Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan Di
Indonesia” Jakarta: Rineka Cipta.
157
Henny. 2012.”Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Komitmen Kerja Guru Di SMP Negeri Kec. Medan Kota”.
Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Hoy, WK dan Miskel, CG. 1987 “Educational Administration Theory, Research,
and Practice”. New York. Random House.
Hyman, R.T 1980 “School Administrator’s Handbook Of Teacher Supervision
and Evaluation Methods”, New Jersey: Prentice-Hall.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Kauzes, Jemes M. and Barry Z. Posner. 1997. “Kreadibilitas”. Terjemahan Anton Adiwijoyo. Jakarta: Profesional Bodes, 1997.
Kinicki, Angelo J. & Robert P. Vecchio. 1994. “Influences on Quality of Supervisor-Subordinate Relations: The Role of Time Pressure, Organizational Commitment, and Locus of Control”. Journal of Organizatioanl Behavior.
Kreitner, Robert dan Angelo J. Kinicki, 2007. “Organizational Behavior”
Boston: McGraw Hill.
Lewin, K. 1935. “A Dynamic Theory Of Personality”. New York: Mc. Graw-Hill Book Company.
Luthans, Fred. “Organizational Behavior”. 2007. New York: Mc Graw-Hill
Luthans, Fred. 2006. “Perilaku Organisasi” Yogyakarta: Andi
Muhammad, Arni. 2009. “Komunikasi Organisasi.” Jakarta: Bumi Aksara
Mulyasa, H.E. 2011. “Manajemen Pendidikan Karakter”. Jakarta: Bumi Aksara.
Manullang, Belferik & Sri Milfayetti. 2005. “Perspektif Ilmu Pendidikan
Membentuk Kepribadian. Esensi Pendidikan IQ-EQ-SQ”. Medan.
Yayasan Refleksi Pendidikan.
_________. 2012. “Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah”. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich, Masnur. 2011. “Pendidikan Karakter ( Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional)”. Jakarta: Bumi Aksara.
Newstrom, John W. and Keith Davis. 1997. “Organizational Behavior: Human
158
Ndraha, Taliziduhu. 1997. “Budaya Organisasi”. Jakarta: P.T. Rineka Cipta
Nurdin. 2011. “Pengembangan Program Sekolah Untuk Fasilitasi Pendidikan Karakter Bangsa”. Jurnal. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Pajares, F. 1996. “Self – Efficacy Belief in Academic Settings”. Review Of Educational Research, (http: // www. Coe. Ohio – state. Edu/ hypertext/ mac % 002/ speak 1/ paj. Html.
Purba, Sukarman. 2010. “Kinerja Pimpinan Jurusan Di Perguruan Tinggi”.
Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.
Rivai, Veitzhal. 2003. “Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sagala, Syaiful. 2007. “Desain Organisasi Pendidikan Dalam Implementasi”.
Bandung: Alfabeta.
Sandy D. Staples etc, 2006. “A Self Efficacy Theory Explanation for Management
Organization”. (http: // www. ascusss. org /www board. Html).
Saptono. 2011 “Dimensi – dimensi Pendidikan Karakter (Wawasan, Strategi, dan Langkah Praktis)”. Salatiga: Erlangga.
Sergiovanni, TJ and Robert J. Starrat. 1993. “Suppervision, Human Perspective”. New York: Mc. Graw – Hill. Book Company.
Setiadi, Riswanda 2007. “Efikasi Diri Dan Kinerja Guru Serta Hasil Belajar Literasi Siswa”. Makalah. Disampaikan dalam Forum Ilmiah Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.
Soehardi S, 2003 “Metodologi Penelitian Sosial, Bisnis, Manajemen”. BPFE; Yogyakarta.
Stajkovic and Fred Luthan, 1998. “Social Cognitive Theory and Self – Efficacy: Going Beyond Traditional and Behavioral Approaches, Organizational
Dynamics”. Sprilg.
Stinger, Robert. 2002. “Leadership and Organizatioanal Climate: The Cloud Chamber Effect”. Upper Saddle River. NJ: Prentice Hall.
Sudjana. 2002. “Metoda Statistika”. Bandung. Penerbit Tarsito
Sugiyono. 2009. “Statistik Untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta.
Tagiuri, R. Litwin G. 1968. “Organizational Climate: Expectations Of a
159
Wahjosumidjo. 2010. “Kepemimpinan Kepala Sekolah”. Jakarta: Rajawali Pers.
Waspodo, Muktiono. 2007. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Efikasi Diri Terhadap Hasil Belajar IPS – Ekonomi Pada Kelompok Belajar Paket B. (Studi Eksperimen pada Kelompok Belajar Paket B Setara SLTP di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Kabupaten Tangerang, Banten, (2005)”.
Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta,
2007.
Wayne, Pace R. and Don F.Faules. 2005. “Komunikasi Organisasi”. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wirawan. 2008. “Budaya dan Iklim Organisasi”. Jakarta. Salemba Empat.
Yukl, Gary. 2009. “Kepemimpinan Dalam Organisasi”. Jakarta: Indeks.
Yunita, Sri. 2010. “Pengaruh Metode Pemberian Tugas Dan Efikasi Diri Terhadap Hasil Belajar PKn Mahasiswa Jurusan PPKn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan”. Tesis. Medan: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.