ix ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA AKU ISTIMEWA
UNTUK SISWA KELAS SATU (I) SEKOLAH DASAR
Soleman Haning
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan
contoh media pembelajaran konvensional yang mengakomodasi konsep
kecerdasan ganda. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan media pembelajaran konvensional ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Brod and Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana , yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, 5) revisi desain, hingga menghasilkan prototipe berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda untuk siswa kelas I sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SDN Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media konvesional berbasis kecerdasan ganda dan dua orang guru kelas I sekolah dasar.
Berdasarkan hasil validasi dua pakar media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,91 (Baik) dan 3,77 (Baik), dua guru kelas I SD menghasilkan skor 3,86 (Baik) dan 3,95 (Baik). media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda tersebut memperoleh rerata skor 3,87
dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategori dalam 3 aspek utama yaitu: (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, (3) aspek cakupan kecerdasan ganda.
Kata kunci : media pembelajaran konvensional, kecerdasan ganda, subtema Aku
x ABSTRACT
THE DEVELOPING OF CONVENTIONAL LEARNING MEDIA MULTIPLE INTELLIGENCE BASED ON THE SUB THEME AKU ISTIMEWA FOR
FOR GRADE ONE ( I ) ELEMENTARY SCHOOL.
Soleman Haning
Sanata Dharma University 2016
This research is conducted for the reason of many teachers still need the example of conventional learning media to accomodate the concept of multiple intelligence. The main purpose of this research is to produce a product in the form of conventional learning media multiple intelligence based on the sub theme i am special for for grade one ( i ) elementary school.
This research is kind of developing research. The developing of this conventional learning media is using the developing procedure of learning materials by Jerold E Kemp and developing learning materials that is stated by Brod and Gall. These two developing procedure then adapted become a simplier developing model, which is considered as basic in research. The developing procedure used in this research is consisted of : 1) the potent and problem, 2) data collecting, 3) product design, 4) expert validation, 5)design revise, up to the production of final product design of conventional learning media based on multiple intelligence for first grade of elementary school student. The instrument used in this research are lists of interview questions for the needed analysis and questioner. Interview is used for the needed analysis of the first grade teachers of SDN Kalasan 1, Sleman. However, questioner is used for the quality validation of conventional learning media multiple intelligence based by its two experts and two teachers of first grade elementary school.
Based on the validation result of the two experts of multiple intelligence based learning media the score resulted are 3,91 ( good) and 3,77 (good) the teachers scores are 3,86 (good) and 3,95 (good). The conventional learning media of multiple intelligence based the produce the average score 3,87 which is
categorized“good” the validation result is based on 14 assessment aspects which is categorized into 3 main aspects. They are: 1) content aspect, 2) using and presentation aspect and 3) scope of multiple inteligence aspect.
Key words: conventional learning media, multiple intelligences, Sub theme Aku
i
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA AKU ISTIMEWA
UNTUK SISWA KELAS SATU (I) SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh: Soleman Haning NIM. 121134270
RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kritus
Yang selalu memberi berkat, kekuatan dan kelancaran dalam
mengerjakan penelitian ini
Bapak Yusuf Haning dan Ibu Martha Haning yang Tercinta
selalu memberi perhatian doa, kasih sayang dan menjadi
motivator terbaik
kakak Thomas Haning Tersayang
Yang selalu mendukung dan mendoakan saya
Saudara-saudari tersayang
Omy, Roni, Gery, Rio, Yadi, Itin, Ika, Yen, Beni, Oby, Yus, Dicki,
Anges, Pink, Ien, Fifri, Yanus, dan Rian
yang selalu menghadirkan tawa dalam keletihanku
Keluarga Besarku
Yang selalu memberikan doa dan motivasi
Teman-teman PPGt Angkatan
2012
Yang selalu memberikan semangat, perhatian, dan motivasi
PGG
2011
dan2013
v
Teman-teman Tercinta
Milo, Gilli, Daus, Willi, Dance, Edo, Alvaro, Esan, Osias, Nadi,
Renold, Yaris, Bram, Rendy, Andi, Ester, Marselina, Marce, Elfry,
Yasni, dan Ayu
Yang selalu menemani dalam suka maupun duka
Pinsus Apolius Bame (Alm)
Yang selalu memberikan semangat dan motivasi
Agustina Modok Tersayang
Yang selalu menemani memberikan doa, dukungan dan perhatian
yang tulus
Clarisa M Haning Tersayang
Yang Selalu memberikan Semangat dalam menyelesaikan
perkulihan
Dosen-dosen Terbaik
Pak Puji, Ibu Maslichah, Pak Rohandi, Ibu Ika, Pak Galih, Pak
Rusmawan, Pak Adi, dan Pak Wahana
Yang selalu menesehati dan memperbaiki kesalahan selama
mengikuti perkulihan
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku
Universitas Sanata Dharma
vi MOTTO
“Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang lain”
(Amsal 4:14)
“Jagalah hatimu dekat dengan Tuhan”
“Tabahkanlah hatimu dan berjuang untuk meraih kesuksesan”
ix ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA AKU ISTIMEWA
UNTUK SISWA KELAS SATU (I) SEKOLAH DASAR
Soleman Haning
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh media pembelajaran konvensional yang mengakomodasi konsep kecerdasan ganda. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan media pembelajaran konvensional ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Brod and Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana , yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, 5) revisi desain, hingga menghasilkan prototipe berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda untuk siswa kelas I sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SDN Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media konvesional berbasis kecerdasan ganda dan dua orang guru kelas I sekolah dasar.
Berdasarkan hasil validasi dua pakar media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,91 (Baik) dan 3,77 (Baik), dua guru kelas I SD menghasilkan skor 3,86 (Baik) dan 3,95 (Baik). media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda tersebut memperoleh rerata skor 3,87
dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategori dalam 3 aspek utama yaitu: (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, (3) aspek cakupan kecerdasan ganda.
Kata kunci : media pembelajaran konvensional, kecerdasan ganda, subtema Aku
x ABSTRACT
THE DEVELOPING OF CONVENTIONAL LEARNING MEDIA MULTIPLE INTELLIGENCE BASED ON THE SUB THEME AKU ISTIMEWA FOR
FOR GRADE ONE ( I ) ELEMENTARY SCHOOL.
Soleman Haning
Sanata Dharma University 2016
This research is conducted for the reason of many teachers still need the example of conventional learning media to accomodate the concept of multiple intelligence. The main purpose of this research is to produce a product in the form of conventional learning media multiple intelligence based on the sub theme i am special for for grade one ( i ) elementary school.
This research is kind of developing research. The developing of this conventional learning media is using the developing procedure of learning materials by Jerold E Kemp and developing learning materials that is stated by Brod and Gall. These two developing procedure then adapted become a simplier developing model, which is considered as basic in research. The developing procedure used in this research is consisted of : 1) the potent and problem, 2) data collecting, 3) product design, 4) expert validation, 5)design revise, up to the production of final product design of conventional learning media based on multiple intelligence for first grade of elementary school student. The instrument used in this research are lists of interview questions for the needed analysis and questioner. Interview is used for the needed analysis of the first grade teachers of SDN Kalasan 1, Sleman. However, questioner is used for the quality validation of conventional learning media multiple intelligence based by its two experts and two teachers of first grade elementary school.
Based on the validation result of the two experts of multiple intelligence based learning media the score resulted are 3,91 ( good) and 3,77 (good) the teachers scores are 3,86 (good) and 3,95 (good). The conventional learning media of multiple intelligence based the produce the average score 3,87 which is
categorized“good” the validation result is based on 14 assessment aspects which
is categorized into 3 main aspects. They are: 1) content aspect, 2) using and presentation aspect and 3) scope of multiple inteligence aspect.
Key words: conventional learning media, multiple intelligences, Sub theme Aku
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
Pengembangan media Pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada Subtema Aku Istimewa untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar dapat peneliti
selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak
mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara
langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Chiristiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD.
3. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan serta masukan yang positif sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku validator pakar Media Pembelajaran
Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan
bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.
5. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku validator pakar Media Pembelajaran
Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan
bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.
6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.
7. Sarjono, S.Pd. SD. Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan I yang telah
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSUTUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR BAGAN ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Batasan Istilah... 6
F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 8
1. Media Pembelajaran ... 8
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 8
b. Fungsi Media Pembelajaran ... 8
xiv
d. Manfaat Media Pembelajaran ... 12
2. Kecerdasan Ganda ... 13
a. Pengertian Kecerdasan Ganda... 13
b. Jenis-jenis Kecerdasan Ganda ... 14
c. Dampak-dampak Intelligensi Ganda ... 20
3. Subtema Aku Istimewa Untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar ... 24
B. Penelitian Relevan ... 24
1. Penelitian Tentang Media Pembelajaran ... 24
2. Penelitian Tentang Multiple Intelligance ... 25
C. Karangka Berpikir ... 27
D. Pertanyaan Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Prosedur Pengembangan... 29
C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 33
D. Validasi Ahli Media Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 34
E. Instrument Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan... 44
1. Hasi Wawancara dan Analisis Kebutuhan ... 44
2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 46
B. Deskripsi Produk Awal ... 47
1. Silabus ... 47
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 48
3. Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 49
C. Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Ganda dan Revisi Produk ... 50
D. Data Hasil Validasi Guru SD Kelas I dan Revisi Produk ... 53
xv
1. Kajian Produk akhir ... 56
2. Pembahasan ... 57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67
B. Keterbatasan penelitian ... 68
C. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
LAMPIRAN ... 71
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Analisis Kebutuhan ... ………..34
Tabel 3.2 Kuesioner Instrumen Validasi Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 36
Tabel 3.3 Konversi Nilai Skala Empat ... 41
Tabel 3.4 Kriteria Skor Skala Lima ... 43
Tabel 4.1 Komentar & Saran Perbaikan Validator G.K dan Revisi... 52
Tabel 4.2 Komentar & Saran Perbaikan Validator P.P dan Revisi ... 52
Tabel 4.3 Komentar & Saran Perbaikan Validator F.H dan Revisi ... 54
Tabel 4.4 Komentar & Saran Perbaikan Validator E.S dan Revisi ... 55
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 26
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Lompat Katak ... 59
Gambar 4.2 Puzzle (anggota tubuh) ... 60
Gambar 4.3 Papan perbandingan tinggi, pendek badan ... 60
Gambar 4.4 Kartu estafet pakaian adat ... 61
Gambar 4.5 Buku doa ... 62
Gambar 4.6 Papan gambar buah-buahan ... 63
Gambar 4.7 Kartu cerita ... 63
Gambar 4.8 Papan penjodohan ... 64
Gambar 4.9 Bola ... 64
Gambar 4.10 Kartu warna-warni... 65
Gambar 4.11 Tutup botol warna-warni ... 65
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ... 72
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 73
Lampiran 3 Surat Ijin Validasi ... 74
Lampiran 4 Rangkuman Wawancara ... 75
Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvesional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 77
Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru SD Kelas I ... 85
Lampiara 7 Silabus ... 93
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 114
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Dasar 1945 dalam alinea keempat memuat
tentang salah satu tujuan dari Negara Indonesia adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara. Oleh karena itu dipersiapakan generasi masa depan yang
tangguh, cerdas, mandiri, dan berpegang pada nilai-nilai spiritual
(Kunandar,2014:15). Mereka harus ditempatkan pada suatu lingkungan
yang ideal, seperti pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal
yang dapat saling melangkapi dan memeperkaya.
Perubahan kurikulum merupakan suatu respon pendidikan terhadap
kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda
bangsanya. Menurut Kurinasih (2014:3) secara etimologis kurikulum
adalah tempat berlari dengan kata berasal dari bahasa latin curir yaitu
pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Dalam sejarahnya,
kurikulum merupakan suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai
dari garis awal atau start sampai dengan finish, kemudian pengertian
kurikulum tersebut juga mendapat tempat dalam dunia pendidikan, dengan
pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata
pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan
Menurut Hidayat (2013:157) kurikulum dan pembelajaran
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana
atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak
diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga
sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran
tidak akan berlangsung secara efektif. Siswa Sekolah Dasar memiliki
tingkatan intelektual operasional konkret. Kemampuan berpikir yang
dimiliki oleh siswa SD tersebut akan memengaruhi seluruh kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru yang didasarkan kepada
pengembangan kemampuan berpikir sesuai dengan biopsikologis siswa
yang hendaknya dijadikan tolak ukur guru, baik dalam pengembangan
materi, strategi mengajar, pendekatan, media, maupun dalam melakukan
evaluasi hasil belajar (Majid 2014:8). Dengan adanya kurikulum 2013,
guru dituntut untuk lebih kreatif dalam membuat dan menggunakan media
agar pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan siswa lebih mengerti
mengenai apa yang telah dijelaskan. Dalam kurikulum harus juga
diterapkan media pembelajaran sehingga proses mengajarnya lebih
menanyankan
Media Pembelajaran Konvensional merupakan proses produksi
dan penyimpanan data atau informasi yang dibagi menjadi dua bagian
yaitu media elektronik (televisi dan radio) dan media cetak (koran, CD,
atau dvd). Pada penggunaan media elektronik serta media cetak sangat
dipakai oleh media massa, dilihat jumlah produksi informasi yang
digunakan oleh media, adapun yang sering digunakan adalah koran,
majalah, radio, dan televisi. Jika dilihat media konvensional merupakan
bentuk dari jurnalistik konvensional atau dengan arti jurnalisme dengan
menggunakan media cetak ataupun media elektronik, dimana tetap
berpedoman dengan 5W+1H. Menurut Karwati dan Donny, (2014:224)
mengemukakan bahwa media merupakan Segala bentuk dan saluran yang
Menurut Hamidjojo (dalam Hosnan, 2014:111), mengatakan
bahwa media pembelajaran adalah media yang penggunaannya
diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud untuk
mempertinggi kegiatan belajar mengajar dalam segi mutu. Menurut
Gagne (dalam Karwati dan Donny, 2014:224), menjelaskan bahwa media
pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan
peserta didik yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar. Karwati
dan Donni (2014:224), menyatakan bahwa media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari guru ke peserta didik (ataupun sebaliknya) sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian peserta didik agar
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Kecerdasan ganda merupakan teori psikologi yang menyatakan
bahwa setiap manusia termasuk anak-anak memiliki berbagai jenis
kecerdasan dengan tingkat yang berbeda. Sekarang, kecerdasan ganda
telah menjadi paradigma besar semua lembaga pendidikan, tak terkecuali
seluruh Pendidikan anak usia dini (paud) di Indonesia. Hanya saja, efek
atau dampak dari teori ini belum dapat dirasakan perannya bagi
peningkatan kualitas pendidikan. Pemberian perspektif kecerdasan ganda
terhadap implementasi kurikulum 2013 diharapakan mampu memandu
peningkatan kualitas pembelajaran anak usia dini Indonesia (Suyadi dan
Dahlia 2014:82). Menurut Gardner (dalam Suyadi dan Dahlia, 2014:83),
menjelaskan bahwa jenis-jenis kecerdasan ganda ada 9 yaitu
verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, musik, intrapersonal,
interpersonal, kinestetik, naturalis dan eksistensial. Oleh karena itu, guru
perlu menggunakan berbagai strategi didalam pembelajaran sehingga
dapat mengembangkan kecerdasan bagi siswa secara optimal. Dalam
kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus lebih berorientasi pada
potensi siswa. Salah satu upaya yang dilakukan guru adalah
mengembangkan perangkat pembelajaran (RPPH, media, dan bahan ajar)
Tujuannya adalah membantu pengetahuan siswa dan memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi didalam kegiatan pembelajaran dan proses
belajar yang menyenangkan. Berdasarkan hal tersebut, dengan adanya
kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kecerdasan ganda dan
media agar memberikan kemudahan belajar bagi siswa yang dalam
melangsungkan aktivitas belajar yang menyenangkan dikelas.
Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait pengembangan
media konvensional berbasis kecerdasan ganda pada tangal 30 juli pukul
10.00 di SD Negeri Kalasan 1 dengan ibu guru F, media jarang digunakan
dalam kelas. Ibu guru F hanya menyampaikan meteri-meteri
pembelajaran. Oleh kerena itu pembelajaran di dalam kelas kurang
menyenangkan bagi siswa. Oleh sebab itu, media sangat membantu guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu F, terkait pengembangan
media pembelajaran konvensional berbsais kecerdasan ganda, media yang
bisa di gunakan dalam proses pembelajaran adalah bentuk media LCD,
Internet, dan benda-benda di kelas dan di luar kelas. Pada proses
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar media jarang di gunakan karena
waktu untuk menyiapkan media kurang, sehinga proses belajar mengajar
kurang menyenangkan dalam kelas. beliau masih kendala dalam membuat
media karena waktu, sejauh ini beliau berkeinginan membuat sendiri.
Alasannya karena media yang tersedia dari internet kurang efesien dan
kurang sesuai dengan materi pembelajaran. Terkait dengan pengembangan
media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, beliau
belum memahami tentang konsep kecerdasan ganda secara menyeluruh.
Beliau juga mengatakan perlu adanya pelatihan untuk guru-guru dalam
mendukung pembelajaran kecerdasan ganda sehingga dalam penerapan
pembelajaran kecerdasan ganda, semua jenis kecerdasan ganda
dikembangkan agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dalam hal ini guru menyadari kesulitan-kesulitan yang dialami
kecerdasan ganda yaitu kurangnya wawasan yang terkait dengan
kecerdasan ganda, ketersediaan sumber belajar yang masih minim, serta
sarana dan prasaran masih terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut, beliau
sudah usah mencari sumber-sumber belajar baik dari internet maupun
buku penunjang. Oleh karena itu guru sangat membutuhkan pelatihan
pengembangan media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda.
Berdasarkan permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru
masih mengalami kesulitan dalam membuat media pembelajaran
konvensional berbasis kecerdasan ganda, sehingga belum menerapkan
kecerdasan ganda secara menyeluruh. Oleh karena itu peneliti mencoba
memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan
mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan
ganda pada subtema Aku Istimewa unruk siswa kelas 1 sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan beberapa masalah
terkait penelitian yang di lakukan sebagai berikut:
1. Bagaimana mengembangkan produk media pembelajaran
konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa
untuk siswa kelas 1 sekolah dasar?
2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran konvensional berbasis
kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas 1
sekolah dasar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian, mengembangkan media pembelajaran
konvensional berbasis kecerdasan ganda ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengembangkan produk berupa pengembangan media
pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema
2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur media pembelajaran
konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa
untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.
D. Manfaat Peneltian
Adapun manfaat dari penelitian pengembangan media konvensional
berbasis kecerdasan ganda sebagai berikut
1. Bagi Peneliti
Bagi Peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian
Research and Development (R&D) khusus pengembangan media
pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema
Aku Istimewa untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.
2. Bagi guru
Bagi guru dapat memberikan inspirasi terkait dengan penelitian
Research and Development (R&D), memperoleh contoh media khusus
media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada
subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.
3. Bagi sekolah
Bagi sekolah dapat menambah refensi contoh media konvesional
berbasis kecerdasan ganda dan bacaan tambahan terkait dengan
penelitian Research and Development (R&D) khususnya
pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan
ganda pada subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.
4. Bagi Prodi PGSD
Bagi prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan
perpustakaan terkait dengan penelitian Research and Development
(R&D) khususnya pengembangan media pembelajaran konvensional
berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa untuk siswa
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka dijelaskan
beberapa pengertian sebagai berikut:
1. Media Konvesional adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan, pengetahuan ataupun informasi dari
pengirim atau guru kepada penerima siswa, sehingga dapat
merangsang pikiran, persaan, perhatian dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan atau dapat merasa puas dengan
hasil yang diperoleh baik para pendidik (guru) maupun siswa
2. Kecerdasan ganda adalah berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh
manusia seperti kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial
ruang, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis,
dan eksistensial.
3. Subtema Aku Istimewa. Subtema merupakan penjabaran dari tema
yang ada dalam kurikulum 2013, subtema Aku Istimewa
merupakan penjebaran dari tema Diriku untuk siswa kelas 1
sekolah dasar.
4. Kurikulum SD 2013 adalah kurikulum baru dengan penerapannya
menggunakan pendekatan saintifik integrative, menggunakan
penilaian otentik dan penyampaian antara kompetensi sikap,
ketrampilan dan pengetahuan secara holistik.
F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan
Produk yang dikembangkan memiliki spesifikasi antara lain:
1. Produk yang dikembangkan berupa media pembelajaran konvensional
berbasis 9 kecerdasan ganda yaitu kecerdasan linguistik, matematis
logis, spasial ruang, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal,
naturalis, dan eksistensial.
2. Media pembelajaran konvesional yang di kembangkan untuk siswa
3. Media pembelajaran konvesional berbasis kecerdasan ganda ini
digunakan dalam pembelajaran di kelas 1 SD pada subtema Aku
Istimewa. Media pembelajaran konvesional berupa: Media lompat
kata, puzzle, media papan gambar, media kartu estafet, media buku
Doa, media kartu cerita, media papan gambar penjodohan, media
estafet bola tangan, media kartu warna-warni, media tutupan botol
warna-warni, dan media kartu siswa.
9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN PUSTAKA 1. Media Pembelajaran
a. Pengertian media pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa Latin “medium”. Secara harfiah media merupakan perantara untuk menyampaikan pesan. National Education
Association (dalam Karwati dan Donni, 2014:224), menyatakan bahwa media
adalah bentuk-bentuk komunikasi yang tercetak maupun audiovisual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dilihat, dibaca, dan didengar. Selain itu,
menurut Association of Education and Communication Technology (dalam
Karwati dan Donny, 2014:224) Amerika mengemukakan bahwa media
merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/ informasi. Menurut Hamidjojo (dalam Hosnan, 2014:111),
mengatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang penggunaannya
diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud untuk
mempertinggi kegiatan belajar mengajar dalam segi mutu.
Menurut Gagne (dalam Karwati dan Donni, 2014:224), menjelaskan
bahwa media pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen dalam
lingkungan peserta didik yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar.
Karwati dan Donni (2014:224), menyatakan bahwa media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
guru ke peserta didik (ataupun sebaliknya) sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, minat, serta perhatian peserta didik agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang menjadi perantara demi
b. Fungsi media pembelajaran.
Azhar (2011:15) menjelaskan bahwa fungsi utama media pembelajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi,
dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan
menurut Hamalik (dalam Azhar 2011: 16 ) bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, 14 membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Levie dan Lentz dalam (Azhar 2003: 20) menyebutkan bahwa terdapat 4 fungsi
yang dimiliki media pembelajaran:
a. Fungsi Atensi
Media pembelajaran berfungsi sebagai inti dimana mampu menarik
dan mengarahkan perhatian siswa agar dapat berkonsentrasi pada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran. Sangat sering ditemui bahwa siswa tidak
fokus terhadap pembelajaran yang dilakukan, namun setelah menggunakan
media pembelajaran kemudian siswa tersebut dapat lebih diarahkan untuk
memperhatikan media pembelajaran yang digunakan.
b. Fungsi Afektif
Dapat dilihat dari kenikmatan siswa ketika belajar teks yang disertai
gambar. Media pembelajaran visual mampu menggugah emosi dan sikap
siswa, siswa dapat menganalisis dan menanggapi dengan perbuatan
terhadap fenomena yang ditampilkan. Media pembelajaran juga membuat
siswa tidak pasif, bahkan siswa juga mempelajari dan mempraktikan
penggunaan media pembelajaran yang digunakan.
c. Fungsi Kognitif
Media pembelajaran visual yang berisi lambang-lambang visual atau
gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung pada apa yang
[image:31.595.84.514.204.688.2]d. Fungsi Kompensatoris
Media visual yang memberi konteks untuk memahami teks membantu
siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi
dalam teks dan mengingatnya kembali. Media pembelajaran mampu
mengakomodasi peserta didik yang lemah dan lambat menerima dan
mempelajari pelajaran yang disajikan tanpa menggunakan media.
Berdasarkan uirian diatas di simpulkan bahwa ada berbagai
fungsi-fungsi yang digunakan dalam pembelajaran, antara lain yaitu, fungsi-fungsi
antensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi kompensatoris, masing-
masing fungsi dapat menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa.
c. Ciri-ciri media pembelajaran.
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk,
yakni media visual, media audio, media audio-visual, media cetak media
model, media realita, belajar benda sebenarnya melalui specimen, komputer,
multimedia, dan internet (Karwati dan Donni, 2014:235).
a. Media Visual.
Media visual merupakan media yang penyampaian terfokus melalui indera
penglihatan. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan
(projected visual) misalnya opaque projection, overhead projection (OHP),
slide projection, filmstrips atau film projection; media yang tidak dapat
diproyeksikan (non-projected visual) misalnya gambar fotografik, media
grafis yang terdiri dari sketsa, gambar, grafik, bagan, poster, kartun dan
karikatur, serta peta datar.
b. Media Audio.
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan peserta didik untuk mempelajari materi tertentu. Contoh media
c. Media Audio-Visual.
Media audio-visual merupakan kombinasi dari media audio dan media
visual yang bisa dilihat dan didengar. Contoh media audio-visual adalah
program televisi/ video pendidikan/ instruksional, program slide suara, dan
sebagainya.
d.Media Cetak
Media cetak merupakan sumber-sumber yang digunakan dalam kegiatan
belajar dan biasanya bebrbentuk buku. Contoh media cetak adalah buku
pelajaran, surat kabar dan majalah, ensiklopedi, buku suplemen, pengajaran
berprogram
e. Media Model
Media model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari
beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu
jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang
ditemukan, atau objek yang rumit untuk dibawa ke kelas dan sulit dipelajari
wujud aslinya.
f. Media Realita
Media realita merupakan alat bnatu visual dalam pembelajaran yang
berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada
peserta didik.
g. Belajar Benda Sebenarnya melalui Specimen
Specimen adalah benda- benda asli atau sebagian benda asli yang
digunakan sebagai contoh. Benda asli dapat juga dibuat oleh manusia.
Contoh specimen benda yang masih hidup adalah: akuarium, terrarium,
kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contoh specimen benda
yang sudah mati adalah: herbarium, teksidermi, awetan dalam botol, dan
awetan dalam cairan plastik. Contoh specimen benda yang tak hidup adalah
berbagai benda yang berasal dari batuan dan mineral.
h. Komputer.
Ada beberapa kegiatan pembelajaran yang terkait dengan pembelajaran
(Computer Managed Instruction). CAI memanfaatkan komputer bagi peserta
didik untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan pelatihan, dan
mengetes kemajuan belajar peserta didik secara langsung. CMI dimanfaatkan
sebagai pembantu pengajar menjalankan fungsi administratif yang
meningkat, seperti rekapitulasi data peserta didik, database buku/ e-library,
dan kegiatan administrasi sekolah.
i. Multimedia
Multimedia merupakan penggunaan media, baik yang bersifat visual,
audio, audio-visual, projected still media maupun projected motion media
yang dilakukan secara bersama-sama.
j. Internet.
Pembelajaran dengan memanfaatkan internet dapat disebut juga dengan
pembelajaran berbasis ICT atau e-learning. E-learning merupakan jenis
kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya materi
pembelajaran dengan memanfaatkan media internet, intranet, atau media
jaringan komputer lainnya.
d. Manfaat media pembelajaran.
Media pembelajaran memiliki sejumlah manfaat yang sangat penting dalam
suatu kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah manfaat-manfaat penggunaan
media pembelajaran (Karwati dan Donni, 2014:225) adalah sebagai berikut.
a. Mengatasi perbedaan pengalaman
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh peserta didik, karena pengalaman yang berbeda antara peserta
didik yang satu dengan lainnya, baik latar belakang kehidupan keluarganya,
maupun lingkungannya.
b. Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak
Konsep-konsep yang dirasakan bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara
langsung dapat dikonkretkan atau disederhanakan kepada peserta didik
c. Mengatasi keterbatasan
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan
waktu. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam
kelas oleh peserta didik.
d.Interaksi langsung
Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara
peserta didik dengan lingkungannya.
e. Menghasilkan keseragaman pengamatan
Persepsi yang dimiliki oleh peserta didik berbeda, apabila mereka hanya
mendengar saja tanpa pernah melihat sendiri. untuk itu, media pembelajaran
dapat membantu peserta didik untuk memiliki persepsi yang sama.
f. Menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis
Penggunaan media pembelajaran seperti gambar, film, objek, model,
grafik, dan lain-lain dapat memberikan konsep dasar yang benar.
g.Merangsang dan membangkitkan motivasi untuk belajar
Pemasangan gambar-gambar di papan tempel, pemutaran film,
mendengarkan rekaman atau radio merupakan rangsangan-rangsangan
tertentu ke arah rangsangan dan motivasi peserta didik untuk belajar.
h.Membangkitkan keinginan dan minat guru
Penggunaan media pembelajaran akan memperluas horizon pengalaman,
persepsi, serta konsep-konsep. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar
akan selalu meningkat.
i. Memberikan pengalaman integral
Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari
konkret sampai hal yang bersifat abstrak.
2. Kecerdasan Ganda
a. Pengertian kecerdasan ganda
Kecerdasan ganda merupakan teori psikologi yang menyatakan bahwa
setiap manusia termasuk anak-anak memiliki berbagai jenis kecerdasan dengan
semua lembaga pendidikan, tak terkecuali seluruh Pendidikan anak usia dini
(PAUD) di Indonesia. Hanya saja, efek atau dampak dari teori ini belum dapat
dirasakan perannya bagi peningkatan kualitas pendidikan. Pemberian perspektif
kecerdasan ganda terhadap implementasi kurikulum PAUD 2013 diharapakan
mampu memandu peningkatan kualitas pemebelajaran anak usia dini Indonesia
(Suyadi, 2014:82). Menurut Gardner (dalam Suyadi dan Dahlia, 2014:83),
menjelaskan bahwa jenis-jenis kecerdasan ganda ada 9 yaitu verbal-linguistik,
logis-matematis, visual-spasial, musik, intrapersonal, interpersonal, kinestetik,
naturalis dan eksistensial. Sedangkan menurut Fleetham (dalam Yuami dan
Nurdin , 2013:11) kecerdasan ganda adalah berbagai ketrampilan dan bakat yang
di miliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan ganda adalah berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh manusia seperti
kecerdasan lingiustik, matematis logis, spasial ruang, kinestetik, musikal,
interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial untuk memecahkan
persoalan nyata dalam berbagai macam kondisi kehidupan.
b. Jenis-Jenis Kecerdasan Ganda
Gardner (dalam Suparno 2004:21) menjelaskan bahwa suatu kemampuan
bahwa inteligensi di sebut suatu kemampuan bila menunjukan suatu kemarihan
dan ketrampilan seseorang untuk memecahlak persoalan kesulitan yang di
temukan dalam hidunya selanjutnya dapat pula menciptakan suatu produk baru
dan bahkan di ciptakan persoalan berikutnya yang memugkinkan pengembangan
pengetahuan baru. Jadi dalam kemampuan itu ada unsur pengetahuan dan
keahlian pengetahuan iti sungguh mempunyai dampak yaitu dapat memecahkan
persoalan yang di alami dala kesulitan nyata. Gardner (dalam Tobroni, 2015:198)
menjelaskan bahwa kecerdasan ganda adalah kemampuan menyelasaikan
masalah- masalah yang di hadapi dalam kehidupan dengan berbagai cara dan
hamper semua dipelajari secara alami.
Menurut Gardner (dalam Suparno 2004:25). Menyatakan bahwa ada
sembilan jenis-jenis atau ciri-ciri kecerdasan ganda yaitu: Inteligensi linguistik,
inteligensi musikal, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, inteligensi
lingkungan, dan inteligensi eksistensial. Berikut ini pengertian kesembilan
menurut Gardner (dalam Suparno 2004:25-44) sebagai berikut:
1. Kecerdasan Linguistik
Menurut Suparno (2004: 25-27) menyatakan bahwa Inteligensi linguistik
sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara
efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para pencipta puisi,
editor, jurnalis, dramawan, pemain sandiwara, maupun orator. Kemampuan
ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum.
Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan
lengkap. Ia mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan kempuan
berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa. Orang tersebut dengan mudah
mengerti urutan dan arti kata-kata dalam berbahsa. Mereka mudah untuk
menjelaskan, mengajar, menceritakan pemikirannya kepada orang lain.
Mereka lancar dalam berdebat. Dalam mempelajari dan membaca teks
sastra, dengan mudah akan mengingat dan bahkan menghafalkan puisi yang
begitu panjang. Analisis linguistiknya kuat. Dalam mengungkapkan suatu
fakta yang sama, orang ini akan lancar dan mencritakan dengan
perbendaharaan kata yang bervariasi sehingga tidak menjemukan. Dalam
menulis dan berbicara, kalimatnya sungguh hidup dan utuh serta bervariasi.
Banyak dari mereka mudah dan senang main drama, menulis puisi, dan
berpidato. Secara umum, meraka memang mampu untuk menguasai berbagai
bahasa dengan baik.
Menurut Armstrong (2013:6) menjelaskan bahwa linguistik merupakan
kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisan (
misalnya, sebagai seorang orator, pendongen atau politis) maupun tulisan
misalnya, sebagai penyair, penulis naskah drama, editor atau jurnalis.
2. Kecerdasan Matematis-Logis
Menurut Suparno (2004:28-30) Inteligensi matematis-logis adalah
kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika
logikus. Termasuk dalam inteligensi tersebut adalah kepakaan pada pola
logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan. Orang yang mempunyai
inteligensi matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan
ketegorisasi, dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Dalam menghadapi
banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokannya sehingga mudah
dilihat mana yang pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan antara satu dan
yang lain, serta mana yang merupakan persoalan yang lepas. Maka, dia tidak
mudah bingung. Mereka juga dengan mudah membuat absraksi dari suatu
persoalan yang luas dan bemacam-macam sehingga dapat melihat inti
persoalan yang dihadapi dengan jelas. Meraka suka dengan simbolisasi,
termasuk simbolisasi matematis. Pemikiran orang berinteligensi
matematis-logis adalah induktif dan deduktif. Jalan pikirannya bernalar dan dengan
mudah mengembangkan pola sebab akibat. Bila menghadapi persoalan, ia
akan lebih dulu menganalisisnya secara sistematis, baru kemudian
mengambil langkah untuk memecahkannya. Biasanya orang yang menonjol
dalam inteligensi ini dapat menjadi organisator yang baik.
Gardner (dalam Chatib dan Alamsyah, 2012:85) menyatakan bahwa
kecerdasan logis matematis adalah kemampuan yang berkaitan dengan
perhitungan secara matematis, bepikir logis, nalar, pemecahan masalah,
pertimbangan edukatif dan ketajaman hubungan antara pola-pola numerik.
3. Kecerdasan Ruang-Visual
Menurut Suparno (2004: 31-33) Inteligensi ruang (spatial intelligence)
atau kadang disebut inteligensi ruang –visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dipunyai para pemburu,
arsitek, navigator, dan dekorator. Termasuk didalamnya adalah kemampuan
untuk mengenal bentuk dan bendah secara tepat, melakukan perubahan suatu
benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarka suatu
hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta
mengungkapkan data dalam suatu grafik. Juga kepekaan terhadap
keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang. Orang yang
berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda-benda dalam ruang
secara tepat. Meski melihat dari jauh, ia dapat memperkirakan letak benda
itu. Itulah yang banyak dipunyai oleh para navigator ditengah lautan yang
luas. Seorang navigator yang tidak kuat inteligensi ruangannya pada jaman
dulu akan dengan mudah menabrakan kapal ke pulau karang karena salah
memperkirakan jarak.
Menurut Gardner (dalam Ula, 2013:91) kecerdasan ruang visual adalah
kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti
arsitek, fotografer, mekanik, navigator, decorator, pilot, pelukis, pengkuri,
tukang cet dan pemburu.
4. Kecerdasan Kinestetik-Badani
Menurut Suparno (2004:34:36) Inteligensi Kinestetik-Badani adalah
kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan
gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat. Dan ahli
bedah. Orang yang mempunyai inteligensi kinestetik-badani dengan mudah
dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka
pikirkan dan rasakan dengan mudah di ekspresikan dengan gerak tubuh,
dengan tarian dan ekspresi tubuh. Orang yang kuat dalam berinteligensi
kinestetik-badani juga sangat baik dalam menjalankan operasi bila ia seorang
dokter bedah. Beberapa tokoh berikut sering dimasukkan dalam mereka yang
berinteligensi kinestetik-badani tinggi, yaitu Martha Graham (penari balet),
Charlie Chaplin (pemain pantonin yang ulung), Dustin Hofftman (ator film),
Marcel Marceau (pemain pantonim), Kristi Yamaguchi (penari balet diatas
salju), Martina Navra-Tilova (pemain tenis).
Siswa yang mempunyai inteligensi kinestestik-badani biasanya suka
menari, olahraga dan suka bergerak. Siswa ini biasanya tidak suka diam,
ingin selalu menggerakkan tubuhnya. Bila waktu luang dan tidak ada
pelajaran, anak-anak ini dengan cepat akan main di lapangan. Bila belajar
menari, anak seperti ini dengan cepat akan bisa dan tidak kaku karena
tubuhnya fleksibel. Banyak dari siswa yang mempunyai inteligensi ini
yang inteligensi kinestetik-badaninya rendah meski sudah di latih lama, tetap
kurang begitu halus tariannya. Demikian pula seorang pelatih sepak bola
dengan cepat akan tahu siswa yang mana punya inteligensi ini dan mana yang
tidak. Dari gaya seorang siswa bermain dan memainkan bola dapat di lihat
apakah ia mempunyai inteligensi kinestetik-badani tinggi atau tidak.
5. Kecerdasan Musikal
Menurut Suparno (2004:37-38) Inteligensi musikal sebagai kemampuan
untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk
musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekan akan ritme, melodi, dan
intonasi; kemampuan memainkan alat musik; kemampuan menyanyi;
kemampuan untuk mencipta lagu; kemampuan untuk menikmati lagu, musik,
dan nyayian. Orang yang menonjol inteligensi musikalnya sangat peka
terhadap suara dan musik Mereka dengan mudah belajar dan main musik
secara baik.
Menurut Armstrong (2014:14) kecerdasan musical merupakan
kemampuan untuk memahami dan mengekspresikan komponem music,
termasuk pola melodi, nada maupun ritme, melalui cara-cara figural, atau
intuitif (musisi alami) atau cara analisis formal (musisi professional).
6. Kecerdasan Interpersonal
Menurut Suparno (2004:39) Inteligensi interpersonal adalah
kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi,
motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah,
suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara
umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk menjalin relaksi dan komunitasi dengan berbagai orang. Inteligensi ini
banyak di punyai oleh para komunikator, fasilitator, dan penggerak massa.
Orang yang kuat dalam inteligensi interpersonal biasanya sangat mudah
bekerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Menurut Suparno (2004:41) Inteligensi intrapersonal adalah
kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri
itu. Termasuk dalam inteligensi ini adalah kemampuan berefleksi dan
keseimbangan diri. Orang ini punya kesadaran tinggi akan
gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan
pribadi.ia sadar akan tujuan hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan
emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang menonjol dalam
inteligensi intrapersonal biasanya mudah berkonsentrasi dengan baik, ia
mempunyai kesadaran diri dan dapat mengekspresikan perasaan-perasaan
mereka yang berbeda dengan tenang.
8. Kecerdasan Lingkungan
Menurut Suparno (2004:42-43) Inteligensi lingkungan sebagai
kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik,
dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan
untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu
secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan
alam.
Drue dan gardner menjelaskan bahwa inteligensi lingkungan adalah
kemampuan manusiawi untuk mengenal tanaman, binatang, dan
bagian-bagian dari lingkungan alam seperti awan atau batu-batuan. Orang yang
punya inteligensi lingkungan tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah,
dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam, mudah membuat
identifikasi dan klafikasi tanaman dan binatang, Orang ini mempunyai
kemampuan mengenal sikap dan tingkah laku binatang, biasanya mencintai
lingkungan dan tidak suka merusak lingkungan hidup.
9. Kecerdasan Eksistensial
Menurut Suparno (2004:44) Intiligensi eksistensial ini lebih menyangkut
kepakaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan
terdalam eksistensis atau keberdayaan manusia. Orang tidak puas hanya
menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tapi mencoba
menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara
bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat
berkembang pada banyak filsufterlebih filsuf eksistensial yang selalu dan
mencoba menjawab persoalan eksistensis manusia, Anak yang menonjol
dengan inteligensi eksistensial akan mempersoalkan keberdayaannya di
tengah alam raya yang besar ini.
Dari sembilan inteligensi itu dalam diri seseorang dapat di kembangkan
dan di tingkatkan secara memadai sehingga dapat berfungsi bagi orang
tersebut. Ini menunjukan bahwa kesembilan inteligensi itu bukan hal yang
sudah mati tadak terkembang melainkan masih dapat di tingkatkan, di
sinilah pendidikan mempunyai fungsi yaitu membantu agar setiap inteligensi
pada setiap seseorang berkembang optimal. Dengan kata lain seorang anak
yang inteligensi musikalnya tidak tinggi dapat di bantu dan di latih sehingga
ia bisa bernyanyi meski berbedah dengan yang inteligensi musikalnya tinggi
demikiannya juga siswa yang inteligensi matematis-logis kurang baik dapat
di bantu untuk belajar matematika sampai pada level tertentu yang dapat
membantu hidupnya. .
c. Dampak –dampak Kecerdasan Ganda
Menurut Suparno (2004:51) teori inteligensi ganda ternyata membantu
banyak perubahan dalam sistem pengajaran dan pendidikan pada banyak
sekolah. Sekarang ini banyak sekolah menyusaikan kurikulum, pembelajaran,
pengaturan kelas dengan teori intelegensi ganda. Dibanyak tempat muncul
beberapa pusat pembelajaran yang mengikuti model intelegensi ganda. Berikut
ini dampak teori intelegensi ganda sebagai berikut :
1. Dampak Terhadap Pembelajaran.
Menurut Suparno (2004:53) teori kecerdasan ganda mempunyai
pengaruh besar dalam proses pembelajaran di sekolah. Banyak sekolah
seperti dan hasilnya yang dicapai adalah banyak siswa yang tadinya di
perkirakan tidak dapat berhasil dalam study mereka ternyata dapat dibantu,
dan berhasil dengan baik berkat pelajaran dengan intelegensi ganda.
anak didik karena mengajar dengan model yang sama terus-menerus
ternyata dapat membantu anak didik untuk berhasil karena mereka dapat
mengembangkan pengajaran yang bervariasi.
Menurut Gardner (dalam Suparno 2004: 55) menemukan banyak guru
seperti itu, guru yang mengajar hanya satu model yaitu yang sesuai dengan
intelegensinya sendiri yang menonjol. Banyak yang selalu mengajar dengan
cara yang sama, waktu yang sama,dan gaya yang sama. Padahal cara itu
tidak sesuai dengan beberapa siswa yang berbeda intelegensinya, maka
banyak siswa yang meskipun masuk sekolah tetapi merasa tidak pernah di
bantu belajar. Melihat hal itu mencoba membantu guru-guru tersebut untuk
mengubah cara mengajar mereka yaitu menggunakan intelegensi ganda
yang lebih bervariasi dan di sesuaikan dengan intelegensi siswa.
2. Dampak terhadap pengaturan kelas.
Menurut Suparno (2004:60) Pendekatan pembelajaran yang berbeda,
yang bervariasi karena intelegensi siswa dan guru yang berbeda, juga
mempengaruhi pengaturan kelas. Kelas tidak hanya di atur dalam satu
kedudukan yang tetap: berbaris dari depan ke belakang. Kadang kelas harus
diatur dengan kursi melingkar, atau harus di kosongkan untuk menari, atau
berkelompok kecil untuk berdiskusi, dan sebagainya. Jelas pengaturan kelas
pun harus lebih fleksibel, bervarisai sesuai dengan model intelegensi ganda
yang mau di tekankan.
Perlu di tekankan bahwa belajar tidak boleh dalam gedung kelas atau
sekolah. Kadang demi pemahaman yang lebih mendalam dan mudah,
belajar harus di lakukan di luar sekolah, bahkan di tempat yang sungguh
jauh. Maka, model live in, model study banding, model pengamatan di
candi dan pengunungan, semuanya membutuhkan belajar di luar sekolah,
pembelajaran model intelegensi ganda memerlukan model-model tersebut.
3. Dampak terhadap evaluasi
Suparno (2004:61) menyatakan bahwa sistem pembelajaran dan
juga pendekatan yang bervariasi, jelas bahwa sistem evaluasi pun harus
karena tidak mengungkapkan intelegensi yang bermacam-macam.
Gardner (dalam Suparno 2004:61) menemukan ada seorang siswa yang
sangat cerdas dalam menganalisis flora dan fauna, dan sangat kreatif
menjelaskan kepada siswa yang lain. Namun, siswa itu tidak berhasil,
karena sikap kali ujian dengan cara menulis esai selalu gagal. Ternyata
siswa ini mempunyai intelegensi interpersonal dan juga intelegensi
lingkungan tinggi, tetapi kurang menonjol dalam intelegensi linguistic,
jelas, siswa seperti ini membutuhkan evaluasi yang lain, barangkali
dengan lisan, atau di minta mengekspresikan dengan cara lain.
Menurut gardner (dalam Suparno 2004:61) evaluasi yang tepat
haruslah juga menggunakan macam-macam intelegensi yang di pakai
dalam pembelajaran. Evaluasi perlu menggunakan model yang memuat
kemampuan intelegensi matematis-logis, linguistik, kinestetik-badani,
musik, ruang-visual, interpersonal, dan sebagainya;
sekurang-kurangnya sesuai dengan pembelajarannya. Evaluasi yang di pandang
cocok untuk model pembelajaran intelegensi ganda adalah lewat
performa siswa dalam situasi yang real, seperti pentas music,
melakukan kerja nyata, menyelesaikan proyek bersama, lewat pratikum,
dan sebagainya. Dengan demikian evaluasi sungguh autentik, menurut
Armstrong (dalam Suparno 2004:62) agar evaluasi kita sunggu autentik
dan meyeluruh, beberapa hal yang dapat di lakukan seperti berikut:
1) Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukan prestasinya
berkaitan dengan intelegensi yang di gunakan.
2) Guru dapat mengumpulkan semua dokumen yang di hasilkan siswa
selama proses pembelajaran (portofalio) seperti tes formal,
informal, tulisan, foto, pekerjaan, video, yang di buat, jurnal yang di
tulis, hasil pekerjaan rumah, piagam, hasil interviu, pengamatan
selama pembelajaran keaktifan di kelas, dan senagainya.
3) Guru perlu melihat bagaimana hasil proyek bersama teman
4. Dampak terhadap pendidikan nilai
Suparno (2004: 63) menyatakan bahwa intelegensi ganda
merupakan pengelompokan kemampuan dalam diri seseorang sehingga
dapat berfungsi secara lebih penuh. Intelegensi ini jelas mempengaruhi
pula bila kita mau menanamkan nilai pada anak. Karena siswa lebih
dapat menangkap makna atau pun isi nilai dengan intelegensinya,
maka penyampaian pendidikan nilai pun perlu memperhatikan
intelegensi ganda tersebut. Misalnya, pendidik mau menyampaikan
nilai kejujuran, tetapi bisa melalui kerja kelompok, permainan,
pembahasan persoalan, music, olahraga, tari, dan sebagainya. Dengan
demikian, penyajian akan lebih bervariasi dan menarik bagi siswa.
Inte.legensi ganda adalah bahwa setiap orang mempunyai intelegensi
bermacam-macam, setiap orang berbeda dalam intelegensinya dan di
perlukan berbeda pula dengan kata lain manusia lebih di hargai sebagi
pribadi dengan kekhasannya masing-masing.
5. Sekolah Indivindul
Suparno (2004: 63) menyatakan bahwa inteligensi ganda, bahwa
setiap anak dapat dibantu belajar bila di ajar sesuai dengan intelingsi
mereka yang menonjol, dengan cepat menjadi pendorong bagi meraka
yang mau membuat individual. Kursus privat yang mebantu siswa
berdasarkan kekuatan dan kelemahan pribadi, yang berbeda dengan
teman lain. Dengan model ini pendekatan pribadi ini, jelas seorang
siswa akan lebih cepat maju dan guru lebih mudah menyesuaikan cara
mengajar sesuai dengan inteligensi siswa. Namun, kerana siswa
tertalu banyak tampaknya tidak mungkin seorang guru selalu
memperhatikan setiap siswa dan mengajar dengan cara yang berbeda.
6. Dampak terhadap kurikulum
Menurut Suparno (2004:51) kurikulum lebih di mengerti sebagai
semua pengelaman yang direncanakan untuk dialami siswa dalam
proses pendidikan sejak awal, Maka bentuknya dapat berupa:
pengelaman dalam kelas, diluar kelas, atau bahkan di luar kelas.
mau di pelajari siswa, metode pembelajaran yang mau dialami siswa
dan dibantu oleh guru, peralatan dan buku yang digunakan,
pengaturan waktu, cara evaluasi dan sebagainya.
Pengaruh yang menonjol adalah pemelihan materi pelajaran
lewat topik-topik tematik, bukan urutan daftar bab seperti model
kurikulum klasik. Inteligensi ganda juga mempengaruhi bagaimana
materi itu sendiri di sajikan dan dipelajari, pembelajaran berbeda
dengan model klasik yang hanya dengan ceramah dan hitungan,
tetapi lebih dengan inteligensi yang bervariasi, sehingga lebih
menyenangkan bagi siswa yang sedang belajar. Sekolah memang
tetap mengunakan susunan kurikulum klasik tetapi dengan program
dan kegiatan tambahan yang mengembangkan inteligensi ganda, ini
agar tidak terlalu mengubah kurikulum yang ada secara dratis yang
sudah berjalan lama, tetapi ada pembaruan dan dilengkapi dengan
unsur inteligensi ganda.
3. Subtema Aku Istimewa Untuk Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar
Subtema merupakan penjabaran dari tema yang ada dalam kurikulum
2013. Subtema Aku Istimewa merupakan tema dari Diriku untuk siswa
kelas satu sekolah dasar. Dalam subtema Aku Istimewa terdiri dari 6
pembelajaran, dari 6 pembelajaran ini digunakan untuk 6 kali pembelajaran
dalam satu minggu.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian tentang media Pembelajaran
Pertama, yang di lakukan oleh Risa Veti Perdani (2014) dengan
judul pengembangan media konvesional tematik kelas IV berbasis Multiple
Intellingence. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan
(Research and Development) dari B0rg dan Gall. Penelitian ini bertujuan
untuk: (1) menghasilkan media konvesional tematik, (2) menilai kualitas
prototype media konvesional tematik .tenik pengumpulan ini di gunakan
adalah kuesioner dan wawancara. Media yang di kembangkan meliputi
ini digunakan untuk 6 kali pembelajaran dalam satu minggu. Prosedur
pengembangan media konvesional tematik dilakukan dengan
langkah-langkah: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk
(4) validasi desain (5) revisi desain. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
media konvesional tematik memiliki kualitas yang baik.
Kedua, Mustofa (2001) dalam penelitian yang berjudul
pemanfaatan media cetak dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.
Penelitian yang di lakukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis-jenis media cetak dimanfaatkan
dalam media pembelajaran IPS di kelas IV SD sekecematan Sanan Wetan
Kotamadya Blitar meliputi buku teks, surat kabar, majalah dan gambar.
Pemanfaatan media tersebut oleh guru dan sekolah yang berbeda
menunjukan keragaman, tetapi buku teks menjadi cetak yang paling banyak
digunakan. Strategi pemanfaatan media cetak dalam pembelajaran IPS di
kelas IV SD se-kecematan Sanan Wetan Kotamadya Blitar terbagi dalam
tahapan perancanaan, pelaksaanaan dan penilaian juga menunjukan
keberagaman. Pemanfaatan keempat media cetak tersebut yang dominan
adalah Fase pelaksanaan sedangkan dalam tahap perancaan dan penilaian
tidak selalu dilakukan oleh guru.
2. Penelitian tentang Multiple Intellingence
Pertama, Putrawan dkk (2012) melakukan sebuah penelitian tindakan
kelas (PTK) dengan judul keefektifan strategi Multiple Intelleingence pada
pembelajaran IPS di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keefektifan pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan
uang melalui penggunaan strategi Multiple Intelligence pada peserta didik
kelas 3 SD Negri 3 Ngadipiro. Hasil peneli