• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema aku istimewa untuk siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema aku istimewa untuk siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar."

Copied!
322
0
0

Teks penuh

(1)

ix ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA AKU ISTIMEWA

UNTUK SISWA KELAS SATU (I) SEKOLAH DASAR

Soleman Haning

Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan

contoh media pembelajaran konvensional yang mengakomodasi konsep

kecerdasan ganda. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan media pembelajaran konvensional ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Brod and Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana , yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, 5) revisi desain, hingga menghasilkan prototipe berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda untuk siswa kelas I sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SDN Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media konvesional berbasis kecerdasan ganda dan dua orang guru kelas I sekolah dasar.

Berdasarkan hasil validasi dua pakar media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,91 (Baik) dan 3,77 (Baik), dua guru kelas I SD menghasilkan skor 3,86 (Baik) dan 3,95 (Baik). media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda tersebut memperoleh rerata skor 3,87

dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategori dalam 3 aspek utama yaitu: (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, (3) aspek cakupan kecerdasan ganda.

Kata kunci : media pembelajaran konvensional, kecerdasan ganda, subtema Aku

(2)

x ABSTRACT

THE DEVELOPING OF CONVENTIONAL LEARNING MEDIA MULTIPLE INTELLIGENCE BASED ON THE SUB THEME AKU ISTIMEWA FOR

FOR GRADE ONE ( I ) ELEMENTARY SCHOOL.

Soleman Haning

Sanata Dharma University 2016

This research is conducted for the reason of many teachers still need the example of conventional learning media to accomodate the concept of multiple intelligence. The main purpose of this research is to produce a product in the form of conventional learning media multiple intelligence based on the sub theme i am special for for grade one ( i ) elementary school.

This research is kind of developing research. The developing of this conventional learning media is using the developing procedure of learning materials by Jerold E Kemp and developing learning materials that is stated by Brod and Gall. These two developing procedure then adapted become a simplier developing model, which is considered as basic in research. The developing procedure used in this research is consisted of : 1) the potent and problem, 2) data collecting, 3) product design, 4) expert validation, 5)design revise, up to the production of final product design of conventional learning media based on multiple intelligence for first grade of elementary school student. The instrument used in this research are lists of interview questions for the needed analysis and questioner. Interview is used for the needed analysis of the first grade teachers of SDN Kalasan 1, Sleman. However, questioner is used for the quality validation of conventional learning media multiple intelligence based by its two experts and two teachers of first grade elementary school.

Based on the validation result of the two experts of multiple intelligence based learning media the score resulted are 3,91 ( good) and 3,77 (good) the teachers scores are 3,86 (good) and 3,95 (good). The conventional learning media of multiple intelligence based the produce the average score 3,87 which is

categorized“good” the validation result is based on 14 assessment aspects which is categorized into 3 main aspects. They are: 1) content aspect, 2) using and presentation aspect and 3) scope of multiple inteligence aspect.

Key words: conventional learning media, multiple intelligences, Sub theme Aku

(3)

i

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA AKU ISTIMEWA

UNTUK SISWA KELAS SATU (I) SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Soleman Haning NIM. 121134270

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kritus

Yang selalu memberi berkat, kekuatan dan kelancaran dalam

mengerjakan penelitian ini

Bapak Yusuf Haning dan Ibu Martha Haning yang Tercinta

selalu memberi perhatian doa, kasih sayang dan menjadi

motivator terbaik

kakak Thomas Haning Tersayang

Yang selalu mendukung dan mendoakan saya

Saudara-saudari tersayang

Omy, Roni, Gery, Rio, Yadi, Itin, Ika, Yen, Beni, Oby, Yus, Dicki,

Anges, Pink, Ien, Fifri, Yanus, dan Rian

yang selalu menghadirkan tawa dalam keletihanku

Keluarga Besarku

Yang selalu memberikan doa dan motivasi

Teman-teman PPGt Angkatan

2012

Yang selalu memberikan semangat, perhatian, dan motivasi

PGG

2011

dan

2013

(7)

v

Teman-teman Tercinta

Milo, Gilli, Daus, Willi, Dance, Edo, Alvaro, Esan, Osias, Nadi,

Renold, Yaris, Bram, Rendy, Andi, Ester, Marselina, Marce, Elfry,

Yasni, dan Ayu

Yang selalu menemani dalam suka maupun duka

Pinsus Apolius Bame (Alm)

Yang selalu memberikan semangat dan motivasi

Agustina Modok Tersayang

Yang selalu menemani memberikan doa, dukungan dan perhatian

yang tulus

Clarisa M Haning Tersayang

Yang Selalu memberikan Semangat dalam menyelesaikan

perkulihan

Dosen-dosen Terbaik

Pak Puji, Ibu Maslichah, Pak Rohandi, Ibu Ika, Pak Galih, Pak

Rusmawan, Pak Adi, dan Pak Wahana

Yang selalu menesehati dan memperbaiki kesalahan selama

mengikuti perkulihan

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku

Universitas Sanata Dharma

(8)

vi MOTTO

“Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang lain”

(Amsal 4:14)

“Jagalah hatimu dekat dengan Tuhan”

“Tabahkanlah hatimu dan berjuang untuk meraih kesuksesan”

(9)
(10)
(11)

ix ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

BERBASIS KECERDASAN GANDA PADA SUBTEMA AKU ISTIMEWA

UNTUK SISWA KELAS SATU (I) SEKOLAH DASAR

Soleman Haning

Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh media pembelajaran konvensional yang mengakomodasi konsep kecerdasan ganda. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan media pembelajaran konvensional ini menggunakan prosedur pengembangan perangkat pembelajaran Jerold E Kemp dan prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Brod and Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana , yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima langkah yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi ahli, 5) revisi desain, hingga menghasilkan prototipe berupa media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda untuk siswa kelas I sekolah dasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas I SDN Kalasan 1, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda oleh dua orang pakar media konvesional berbasis kecerdasan ganda dan dua orang guru kelas I sekolah dasar.

Berdasarkan hasil validasi dua pakar media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,91 (Baik) dan 3,77 (Baik), dua guru kelas I SD menghasilkan skor 3,86 (Baik) dan 3,95 (Baik). media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda tersebut memperoleh rerata skor 3,87

dengan kategori “Baik”. Hasil validasi tersebut berpedoman pada 14 aspek penilaian yang dikategori dalam 3 aspek utama yaitu: (1) aspek konten atau isi, (2) aspek penggunaan dan penyajian, (3) aspek cakupan kecerdasan ganda.

Kata kunci : media pembelajaran konvensional, kecerdasan ganda, subtema Aku

(12)

x ABSTRACT

THE DEVELOPING OF CONVENTIONAL LEARNING MEDIA MULTIPLE INTELLIGENCE BASED ON THE SUB THEME AKU ISTIMEWA FOR

FOR GRADE ONE ( I ) ELEMENTARY SCHOOL.

Soleman Haning

Sanata Dharma University 2016

This research is conducted for the reason of many teachers still need the example of conventional learning media to accomodate the concept of multiple intelligence. The main purpose of this research is to produce a product in the form of conventional learning media multiple intelligence based on the sub theme i am special for for grade one ( i ) elementary school.

This research is kind of developing research. The developing of this conventional learning media is using the developing procedure of learning materials by Jerold E Kemp and developing learning materials that is stated by Brod and Gall. These two developing procedure then adapted become a simplier developing model, which is considered as basic in research. The developing procedure used in this research is consisted of : 1) the potent and problem, 2) data collecting, 3) product design, 4) expert validation, 5)design revise, up to the production of final product design of conventional learning media based on multiple intelligence for first grade of elementary school student. The instrument used in this research are lists of interview questions for the needed analysis and questioner. Interview is used for the needed analysis of the first grade teachers of SDN Kalasan 1, Sleman. However, questioner is used for the quality validation of conventional learning media multiple intelligence based by its two experts and two teachers of first grade elementary school.

Based on the validation result of the two experts of multiple intelligence based learning media the score resulted are 3,91 ( good) and 3,77 (good) the teachers scores are 3,86 (good) and 3,95 (good). The conventional learning media of multiple intelligence based the produce the average score 3,87 which is

categorized“good” the validation result is based on 14 assessment aspects which

is categorized into 3 main aspects. They are: 1) content aspect, 2) using and presentation aspect and 3) scope of multiple inteligence aspect.

Key words: conventional learning media, multiple intelligences, Sub theme Aku

(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

Pengembangan media Pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada Subtema Aku Istimewa untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar dapat peneliti

selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak

mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara

langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Chiristiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan serta masukan yang positif sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku validator pakar Media Pembelajaran

Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan

bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku validator pakar Media Pembelajaran

Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda yang telah memberikan

bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

7. Sarjono, S.Pd. SD. Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan I yang telah

(14)
(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSUTUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah... 6

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 8

1. Media Pembelajaran ... 8

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 8

b. Fungsi Media Pembelajaran ... 8

(16)

xiv

d. Manfaat Media Pembelajaran ... 12

2. Kecerdasan Ganda ... 13

a. Pengertian Kecerdasan Ganda... 13

b. Jenis-jenis Kecerdasan Ganda ... 14

c. Dampak-dampak Intelligensi Ganda ... 20

3. Subtema Aku Istimewa Untuk Siswa Kelas I Sekolah Dasar ... 24

B. Penelitian Relevan ... 24

1. Penelitian Tentang Media Pembelajaran ... 24

2. Penelitian Tentang Multiple Intelligance ... 25

C. Karangka Berpikir ... 27

D. Pertanyaan Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Prosedur Pengembangan... 29

C. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 33

D. Validasi Ahli Media Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 34

E. Instrument Penelitian ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan... 44

1. Hasi Wawancara dan Analisis Kebutuhan ... 44

2. Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 46

B. Deskripsi Produk Awal ... 47

1. Silabus ... 47

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 48

3. Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 49

C. Data Hasil Validasi Pakar Media Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Ganda dan Revisi Produk ... 50

D. Data Hasil Validasi Guru SD Kelas I dan Revisi Produk ... 53

(17)

xv

1. Kajian Produk akhir ... 56

2. Pembahasan ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Keterbatasan penelitian ... 68

C. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 71

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Analisis Kebutuhan ... ………..34

Tabel 3.2 Kuesioner Instrumen Validasi Media Pembelajaran Konvensional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 36

Tabel 3.3 Konversi Nilai Skala Empat ... 41

Tabel 3.4 Kriteria Skor Skala Lima ... 43

Tabel 4.1 Komentar & Saran Perbaikan Validator G.K dan Revisi... 52

Tabel 4.2 Komentar & Saran Perbaikan Validator P.P dan Revisi ... 52

Tabel 4.3 Komentar & Saran Perbaikan Validator F.H dan Revisi ... 54

Tabel 4.4 Komentar & Saran Perbaikan Validator E.S dan Revisi ... 55

(19)

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Lompat Katak ... 59

Gambar 4.2 Puzzle (anggota tubuh) ... 60

Gambar 4.3 Papan perbandingan tinggi, pendek badan ... 60

Gambar 4.4 Kartu estafet pakaian adat ... 61

Gambar 4.5 Buku doa ... 62

Gambar 4.6 Papan gambar buah-buahan ... 63

Gambar 4.7 Kartu cerita ... 63

Gambar 4.8 Papan penjodohan ... 64

Gambar 4.9 Bola ... 64

Gambar 4.10 Kartu warna-warni... 65

Gambar 4.11 Tutup botol warna-warni ... 65

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian ... 72

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 73

Lampiran 3 Surat Ijin Validasi ... 74

Lampiran 4 Rangkuman Wawancara ... 75

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Pakar Media Pembelajaran Konvesional Berbasis Kecerdasan Ganda ... 77

Lampiran 6 Data Mentah Skor Validasi Guru SD Kelas I ... 85

Lampiara 7 Silabus ... 93

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 114

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Dasar 1945 dalam alinea keempat memuat

tentang salah satu tujuan dari Negara Indonesia adalah untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan Negara. Oleh karena itu dipersiapakan generasi masa depan yang

tangguh, cerdas, mandiri, dan berpegang pada nilai-nilai spiritual

(Kunandar,2014:15). Mereka harus ditempatkan pada suatu lingkungan

yang ideal, seperti pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal

yang dapat saling melangkapi dan memeperkaya.

Perubahan kurikulum merupakan suatu respon pendidikan terhadap

kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda

bangsanya. Menurut Kurinasih (2014:3) secara etimologis kurikulum

adalah tempat berlari dengan kata berasal dari bahasa latin curir yaitu

pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Dalam sejarahnya,

kurikulum merupakan suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai

dari garis awal atau start sampai dengan finish, kemudian pengertian

kurikulum tersebut juga mendapat tempat dalam dunia pendidikan, dengan

pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata

pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan

(23)

Menurut Hidayat (2013:157) kurikulum dan pembelajaran

merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai suatu rencana

atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak

diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga

sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran

tidak akan berlangsung secara efektif. Siswa Sekolah Dasar memiliki

tingkatan intelektual operasional konkret. Kemampuan berpikir yang

dimiliki oleh siswa SD tersebut akan memengaruhi seluruh kegiatan

pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru yang didasarkan kepada

pengembangan kemampuan berpikir sesuai dengan biopsikologis siswa

yang hendaknya dijadikan tolak ukur guru, baik dalam pengembangan

materi, strategi mengajar, pendekatan, media, maupun dalam melakukan

evaluasi hasil belajar (Majid 2014:8). Dengan adanya kurikulum 2013,

guru dituntut untuk lebih kreatif dalam membuat dan menggunakan media

agar pembelajaran bisa berjalan dengan baik dan siswa lebih mengerti

mengenai apa yang telah dijelaskan. Dalam kurikulum harus juga

diterapkan media pembelajaran sehingga proses mengajarnya lebih

menanyankan

Media Pembelajaran Konvensional merupakan proses produksi

dan penyimpanan data atau informasi yang dibagi menjadi dua bagian

yaitu media elektronik (televisi dan radio) dan media cetak (koran, CD,

atau dvd). Pada penggunaan media elektronik serta media cetak sangat

dipakai oleh media massa, dilihat jumlah produksi informasi yang

digunakan oleh media, adapun yang sering digunakan adalah koran,

majalah, radio, dan televisi. Jika dilihat media konvensional merupakan

bentuk dari jurnalistik konvensional atau dengan arti jurnalisme dengan

menggunakan media cetak ataupun media elektronik, dimana tetap

berpedoman dengan 5W+1H. Menurut Karwati dan Donny, (2014:224)

mengemukakan bahwa media merupakan Segala bentuk dan saluran yang

(24)

Menurut Hamidjojo (dalam Hosnan, 2014:111), mengatakan

bahwa media pembelajaran adalah media yang penggunaannya

diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud untuk

mempertinggi kegiatan belajar mengajar dalam segi mutu. Menurut

Gagne (dalam Karwati dan Donny, 2014:224), menjelaskan bahwa media

pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan

peserta didik yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar. Karwati

dan Donni (2014:224), menyatakan bahwa media pembelajaran

merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan

dari guru ke peserta didik (ataupun sebaliknya) sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian peserta didik agar

proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Kecerdasan ganda merupakan teori psikologi yang menyatakan

bahwa setiap manusia termasuk anak-anak memiliki berbagai jenis

kecerdasan dengan tingkat yang berbeda. Sekarang, kecerdasan ganda

telah menjadi paradigma besar semua lembaga pendidikan, tak terkecuali

seluruh Pendidikan anak usia dini (paud) di Indonesia. Hanya saja, efek

atau dampak dari teori ini belum dapat dirasakan perannya bagi

peningkatan kualitas pendidikan. Pemberian perspektif kecerdasan ganda

terhadap implementasi kurikulum 2013 diharapakan mampu memandu

peningkatan kualitas pembelajaran anak usia dini Indonesia (Suyadi dan

Dahlia 2014:82). Menurut Gardner (dalam Suyadi dan Dahlia, 2014:83),

menjelaskan bahwa jenis-jenis kecerdasan ganda ada 9 yaitu

verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, musik, intrapersonal,

interpersonal, kinestetik, naturalis dan eksistensial. Oleh karena itu, guru

perlu menggunakan berbagai strategi didalam pembelajaran sehingga

dapat mengembangkan kecerdasan bagi siswa secara optimal. Dalam

kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus lebih berorientasi pada

potensi siswa. Salah satu upaya yang dilakukan guru adalah

mengembangkan perangkat pembelajaran (RPPH, media, dan bahan ajar)

(25)

Tujuannya adalah membantu pengetahuan siswa dan memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi didalam kegiatan pembelajaran dan proses

belajar yang menyenangkan. Berdasarkan hal tersebut, dengan adanya

kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kecerdasan ganda dan

media agar memberikan kemudahan belajar bagi siswa yang dalam

melangsungkan aktivitas belajar yang menyenangkan dikelas.

Berdasarkan hasil survei kebutuhan guru terkait pengembangan

media konvensional berbasis kecerdasan ganda pada tangal 30 juli pukul

10.00 di SD Negeri Kalasan 1 dengan ibu guru F, media jarang digunakan

dalam kelas. Ibu guru F hanya menyampaikan meteri-meteri

pembelajaran. Oleh kerena itu pembelajaran di dalam kelas kurang

menyenangkan bagi siswa. Oleh sebab itu, media sangat membantu guru

dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu F, terkait pengembangan

media pembelajaran konvensional berbsais kecerdasan ganda, media yang

bisa di gunakan dalam proses pembelajaran adalah bentuk media LCD,

Internet, dan benda-benda di kelas dan di luar kelas. Pada proses

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar media jarang di gunakan karena

waktu untuk menyiapkan media kurang, sehinga proses belajar mengajar

kurang menyenangkan dalam kelas. beliau masih kendala dalam membuat

media karena waktu, sejauh ini beliau berkeinginan membuat sendiri.

Alasannya karena media yang tersedia dari internet kurang efesien dan

kurang sesuai dengan materi pembelajaran. Terkait dengan pengembangan

media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda, beliau

belum memahami tentang konsep kecerdasan ganda secara menyeluruh.

Beliau juga mengatakan perlu adanya pelatihan untuk guru-guru dalam

mendukung pembelajaran kecerdasan ganda sehingga dalam penerapan

pembelajaran kecerdasan ganda, semua jenis kecerdasan ganda

dikembangkan agar mendapatkan hasil yang memuaskan.

Dalam hal ini guru menyadari kesulitan-kesulitan yang dialami

(26)

kecerdasan ganda yaitu kurangnya wawasan yang terkait dengan

kecerdasan ganda, ketersediaan sumber belajar yang masih minim, serta

sarana dan prasaran masih terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut, beliau

sudah usah mencari sumber-sumber belajar baik dari internet maupun

buku penunjang. Oleh karena itu guru sangat membutuhkan pelatihan

pengembangan media pembelajaran berbasis kecerdasan ganda.

Berdasarkan permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru

masih mengalami kesulitan dalam membuat media pembelajaran

konvensional berbasis kecerdasan ganda, sehingga belum menerapkan

kecerdasan ganda secara menyeluruh. Oleh karena itu peneliti mencoba

memberi solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan

mengembangkan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan

ganda pada subtema Aku Istimewa unruk siswa kelas 1 sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan beberapa masalah

terkait penelitian yang di lakukan sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan produk media pembelajaran

konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa

untuk siswa kelas 1 sekolah dasar?

2. Bagaimana kualitas produk media pembelajaran konvensional berbasis

kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas 1

sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian, mengembangkan media pembelajaran

konvensional berbasis kecerdasan ganda ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengembangkan produk berupa pengembangan media

pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema

(27)

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur media pembelajaran

konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa

untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

D. Manfaat Peneltian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan media konvensional

berbasis kecerdasan ganda sebagai berikut

1. Bagi Peneliti

Bagi Peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian

Research and Development (R&D) khusus pengembangan media

pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada subtema

Aku Istimewa untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

2. Bagi guru

Bagi guru dapat memberikan inspirasi terkait dengan penelitian

Research and Development (R&D), memperoleh contoh media khusus

media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan ganda pada

subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

3. Bagi sekolah

Bagi sekolah dapat menambah refensi contoh media konvesional

berbasis kecerdasan ganda dan bacaan tambahan terkait dengan

penelitian Research and Development (R&D) khususnya

pengembangan media pembelajaran konvensional berbasis kecerdasan

ganda pada subtema Aku Istimewa untuk siswa kelas 1 sekolah dasar.

4. Bagi Prodi PGSD

Bagi prodi PGSD dapat memperoleh bahan bacaan tambahan

perpustakaan terkait dengan penelitian Research and Development

(R&D) khususnya pengembangan media pembelajaran konvensional

berbasis kecerdasan ganda pada subtema Aku Istimewa untuk siswa

(28)

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka dijelaskan

beberapa pengertian sebagai berikut:

1. Media Konvesional adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan, pengetahuan ataupun informasi dari

pengirim atau guru kepada penerima siswa, sehingga dapat

merangsang pikiran, persaan, perhatian dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan atau dapat merasa puas dengan

hasil yang diperoleh baik para pendidik (guru) maupun siswa

2. Kecerdasan ganda adalah berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh

manusia seperti kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial

ruang, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis,

dan eksistensial.

3. Subtema Aku Istimewa. Subtema merupakan penjabaran dari tema

yang ada dalam kurikulum 2013, subtema Aku Istimewa

merupakan penjebaran dari tema Diriku untuk siswa kelas 1

sekolah dasar.

4. Kurikulum SD 2013 adalah kurikulum baru dengan penerapannya

menggunakan pendekatan saintifik integrative, menggunakan

penilaian otentik dan penyampaian antara kompetensi sikap,

ketrampilan dan pengetahuan secara holistik.

F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan memiliki spesifikasi antara lain:

1. Produk yang dikembangkan berupa media pembelajaran konvensional

berbasis 9 kecerdasan ganda yaitu kecerdasan linguistik, matematis

logis, spasial ruang, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal,

naturalis, dan eksistensial.

2. Media pembelajaran konvesional yang di kembangkan untuk siswa

(29)

3. Media pembelajaran konvesional berbasis kecerdasan ganda ini

digunakan dalam pembelajaran di kelas 1 SD pada subtema Aku

Istimewa. Media pembelajaran konvesional berupa: Media lompat

kata, puzzle, media papan gambar, media kartu estafet, media buku

Doa, media kartu cerita, media papan gambar penjodohan, media

estafet bola tangan, media kartu warna-warni, media tutupan botol

warna-warni, dan media kartu siswa.

(30)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA 1. Media Pembelajaran

a. Pengertian media pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa Latin “medium”. Secara harfiah media merupakan perantara untuk menyampaikan pesan. National Education

Association (dalam Karwati dan Donni, 2014:224), menyatakan bahwa media

adalah bentuk-bentuk komunikasi yang tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya. Media hendaknya dapat dilihat, dibaca, dan didengar. Selain itu,

menurut Association of Education and Communication Technology (dalam

Karwati dan Donny, 2014:224) Amerika mengemukakan bahwa media

merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk

menyalurkan pesan/ informasi. Menurut Hamidjojo (dalam Hosnan, 2014:111),

mengatakan bahwa media pembelajaran adalah media yang penggunaannya

diintegrasikan dengan tujuan dan isi pelajaran yang bermaksud untuk

mempertinggi kegiatan belajar mengajar dalam segi mutu.

Menurut Gagne (dalam Karwati dan Donni, 2014:224), menjelaskan

bahwa media pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen dalam

lingkungan peserta didik yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar.

Karwati dan Donni (2014:224), menyatakan bahwa media pembelajaran

merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

guru ke peserta didik (ataupun sebaliknya) sehingga dapat merangsang pikiran,

perasaan, minat, serta perhatian peserta didik agar proses pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran merupakan segala sesuatu yang menjadi perantara demi

(31)

b. Fungsi media pembelajaran.

Azhar (2011:15) menjelaskan bahwa fungsi utama media pembelajaran

adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi,

dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan

menurut Hamalik (dalam Azhar 2011: 16 ) bahwa pemakaian media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan

dan minat yang baru, 14 membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan

belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Levie dan Lentz dalam (Azhar 2003: 20) menyebutkan bahwa terdapat 4 fungsi

yang dimiliki media pembelajaran:

a. Fungsi Atensi

Media pembelajaran berfungsi sebagai inti dimana mampu menarik

dan mengarahkan perhatian siswa agar dapat berkonsentrasi pada isi

pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau

menyertai teks materi pelajaran. Sangat sering ditemui bahwa siswa tidak

fokus terhadap pembelajaran yang dilakukan, namun setelah menggunakan

media pembelajaran kemudian siswa tersebut dapat lebih diarahkan untuk

memperhatikan media pembelajaran yang digunakan.

b. Fungsi Afektif

Dapat dilihat dari kenikmatan siswa ketika belajar teks yang disertai

gambar. Media pembelajaran visual mampu menggugah emosi dan sikap

siswa, siswa dapat menganalisis dan menanggapi dengan perbuatan

terhadap fenomena yang ditampilkan. Media pembelajaran juga membuat

siswa tidak pasif, bahkan siswa juga mempelajari dan mempraktikan

penggunaan media pembelajaran yang digunakan.

c. Fungsi Kognitif

Media pembelajaran visual yang berisi lambang-lambang visual atau

gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan

mengingat informasi atau pesan yang terkandung pada apa yang

[image:31.595.84.514.204.688.2]
(32)

d. Fungsi Kompensatoris

Media visual yang memberi konteks untuk memahami teks membantu

siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi

dalam teks dan mengingatnya kembali. Media pembelajaran mampu

mengakomodasi peserta didik yang lemah dan lambat menerima dan

mempelajari pelajaran yang disajikan tanpa menggunakan media.

Berdasarkan uirian diatas di simpulkan bahwa ada berbagai

fungsi-fungsi yang digunakan dalam pembelajaran, antara lain yaitu, fungsi-fungsi

antensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi kompensatoris, masing-

masing fungsi dapat menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa.

c. Ciri-ciri media pembelajaran.

Media pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk,

yakni media visual, media audio, media audio-visual, media cetak media

model, media realita, belajar benda sebenarnya melalui specimen, komputer,

multimedia, dan internet (Karwati dan Donni, 2014:235).

a. Media Visual.

Media visual merupakan media yang penyampaian terfokus melalui indera

penglihatan. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan

(projected visual) misalnya opaque projection, overhead projection (OHP),

slide projection, filmstrips atau film projection; media yang tidak dapat

diproyeksikan (non-projected visual) misalnya gambar fotografik, media

grafis yang terdiri dari sketsa, gambar, grafik, bagan, poster, kartun dan

karikatur, serta peta datar.

b. Media Audio.

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,

dan kemauan peserta didik untuk mempelajari materi tertentu. Contoh media

(33)

c. Media Audio-Visual.

Media audio-visual merupakan kombinasi dari media audio dan media

visual yang bisa dilihat dan didengar. Contoh media audio-visual adalah

program televisi/ video pendidikan/ instruksional, program slide suara, dan

sebagainya.

d.Media Cetak

Media cetak merupakan sumber-sumber yang digunakan dalam kegiatan

belajar dan biasanya bebrbentuk buku. Contoh media cetak adalah buku

pelajaran, surat kabar dan majalah, ensiklopedi, buku suplemen, pengajaran

berprogram

e. Media Model

Media model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari

beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu

jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang

ditemukan, atau objek yang rumit untuk dibawa ke kelas dan sulit dipelajari

wujud aslinya.

f. Media Realita

Media realita merupakan alat bnatu visual dalam pembelajaran yang

berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada

peserta didik.

g. Belajar Benda Sebenarnya melalui Specimen

Specimen adalah benda- benda asli atau sebagian benda asli yang

digunakan sebagai contoh. Benda asli dapat juga dibuat oleh manusia.

Contoh specimen benda yang masih hidup adalah: akuarium, terrarium,

kebun binatang, kebun percobaan, dan insektarium. Contoh specimen benda

yang sudah mati adalah: herbarium, teksidermi, awetan dalam botol, dan

awetan dalam cairan plastik. Contoh specimen benda yang tak hidup adalah

berbagai benda yang berasal dari batuan dan mineral.

h. Komputer.

Ada beberapa kegiatan pembelajaran yang terkait dengan pembelajaran

(34)

(Computer Managed Instruction). CAI memanfaatkan komputer bagi peserta

didik untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan pelatihan, dan

mengetes kemajuan belajar peserta didik secara langsung. CMI dimanfaatkan

sebagai pembantu pengajar menjalankan fungsi administratif yang

meningkat, seperti rekapitulasi data peserta didik, database buku/ e-library,

dan kegiatan administrasi sekolah.

i. Multimedia

Multimedia merupakan penggunaan media, baik yang bersifat visual,

audio, audio-visual, projected still media maupun projected motion media

yang dilakukan secara bersama-sama.

j. Internet.

Pembelajaran dengan memanfaatkan internet dapat disebut juga dengan

pembelajaran berbasis ICT atau e-learning. E-learning merupakan jenis

kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya materi

pembelajaran dengan memanfaatkan media internet, intranet, atau media

jaringan komputer lainnya.

d. Manfaat media pembelajaran.

Media pembelajaran memiliki sejumlah manfaat yang sangat penting dalam

suatu kegiatan pembelajaran. Berikut ini adalah manfaat-manfaat penggunaan

media pembelajaran (Karwati dan Donni, 2014:225) adalah sebagai berikut.

a. Mengatasi perbedaan pengalaman

Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang

dimiliki oleh peserta didik, karena pengalaman yang berbeda antara peserta

didik yang satu dengan lainnya, baik latar belakang kehidupan keluarganya,

maupun lingkungannya.

b. Mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak

Konsep-konsep yang dirasakan bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara

langsung dapat dikonkretkan atau disederhanakan kepada peserta didik

(35)

c. Mengatasi keterbatasan

Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan

waktu. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam

kelas oleh peserta didik.

d.Interaksi langsung

Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara

peserta didik dengan lingkungannya.

e. Menghasilkan keseragaman pengamatan

Persepsi yang dimiliki oleh peserta didik berbeda, apabila mereka hanya

mendengar saja tanpa pernah melihat sendiri. untuk itu, media pembelajaran

dapat membantu peserta didik untuk memiliki persepsi yang sama.

f. Menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis

Penggunaan media pembelajaran seperti gambar, film, objek, model,

grafik, dan lain-lain dapat memberikan konsep dasar yang benar.

g.Merangsang dan membangkitkan motivasi untuk belajar

Pemasangan gambar-gambar di papan tempel, pemutaran film,

mendengarkan rekaman atau radio merupakan rangsangan-rangsangan

tertentu ke arah rangsangan dan motivasi peserta didik untuk belajar.

h.Membangkitkan keinginan dan minat guru

Penggunaan media pembelajaran akan memperluas horizon pengalaman,

persepsi, serta konsep-konsep. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar

akan selalu meningkat.

i. Memberikan pengalaman integral

Media memberikan pengalaman yang integral atau menyeluruh dari

konkret sampai hal yang bersifat abstrak.

2. Kecerdasan Ganda

a. Pengertian kecerdasan ganda

Kecerdasan ganda merupakan teori psikologi yang menyatakan bahwa

setiap manusia termasuk anak-anak memiliki berbagai jenis kecerdasan dengan

(36)

semua lembaga pendidikan, tak terkecuali seluruh Pendidikan anak usia dini

(PAUD) di Indonesia. Hanya saja, efek atau dampak dari teori ini belum dapat

dirasakan perannya bagi peningkatan kualitas pendidikan. Pemberian perspektif

kecerdasan ganda terhadap implementasi kurikulum PAUD 2013 diharapakan

mampu memandu peningkatan kualitas pemebelajaran anak usia dini Indonesia

(Suyadi, 2014:82). Menurut Gardner (dalam Suyadi dan Dahlia, 2014:83),

menjelaskan bahwa jenis-jenis kecerdasan ganda ada 9 yaitu verbal-linguistik,

logis-matematis, visual-spasial, musik, intrapersonal, interpersonal, kinestetik,

naturalis dan eksistensial. Sedangkan menurut Fleetham (dalam Yuami dan

Nurdin , 2013:11) kecerdasan ganda adalah berbagai ketrampilan dan bakat yang

di miliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan ganda adalah berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh manusia seperti

kecerdasan lingiustik, matematis logis, spasial ruang, kinestetik, musikal,

interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial untuk memecahkan

persoalan nyata dalam berbagai macam kondisi kehidupan.

b. Jenis-Jenis Kecerdasan Ganda

Gardner (dalam Suparno 2004:21) menjelaskan bahwa suatu kemampuan

bahwa inteligensi di sebut suatu kemampuan bila menunjukan suatu kemarihan

dan ketrampilan seseorang untuk memecahlak persoalan kesulitan yang di

temukan dalam hidunya selanjutnya dapat pula menciptakan suatu produk baru

dan bahkan di ciptakan persoalan berikutnya yang memugkinkan pengembangan

pengetahuan baru. Jadi dalam kemampuan itu ada unsur pengetahuan dan

keahlian pengetahuan iti sungguh mempunyai dampak yaitu dapat memecahkan

persoalan yang di alami dala kesulitan nyata. Gardner (dalam Tobroni, 2015:198)

menjelaskan bahwa kecerdasan ganda adalah kemampuan menyelasaikan

masalah- masalah yang di hadapi dalam kehidupan dengan berbagai cara dan

hamper semua dipelajari secara alami.

Menurut Gardner (dalam Suparno 2004:25). Menyatakan bahwa ada

sembilan jenis-jenis atau ciri-ciri kecerdasan ganda yaitu: Inteligensi linguistik,

(37)

inteligensi musikal, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, inteligensi

lingkungan, dan inteligensi eksistensial. Berikut ini pengertian kesembilan

menurut Gardner (dalam Suparno 2004:25-44) sebagai berikut:

1. Kecerdasan Linguistik

Menurut Suparno (2004: 25-27) menyatakan bahwa Inteligensi linguistik

sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara

efektif baik secara oral maupun tertulis seperti dimiliki para pencipta puisi,

editor, jurnalis, dramawan, pemain sandiwara, maupun orator. Kemampuan

ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa secara umum.

Orang yang berinteligensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan

lengkap. Ia mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan kempuan

berbahasa, mudah belajar beberapa bahasa. Orang tersebut dengan mudah

mengerti urutan dan arti kata-kata dalam berbahsa. Mereka mudah untuk

menjelaskan, mengajar, menceritakan pemikirannya kepada orang lain.

Mereka lancar dalam berdebat. Dalam mempelajari dan membaca teks

sastra, dengan mudah akan mengingat dan bahkan menghafalkan puisi yang

begitu panjang. Analisis linguistiknya kuat. Dalam mengungkapkan suatu

fakta yang sama, orang ini akan lancar dan mencritakan dengan

perbendaharaan kata yang bervariasi sehingga tidak menjemukan. Dalam

menulis dan berbicara, kalimatnya sungguh hidup dan utuh serta bervariasi.

Banyak dari mereka mudah dan senang main drama, menulis puisi, dan

berpidato. Secara umum, meraka memang mampu untuk menguasai berbagai

bahasa dengan baik.

Menurut Armstrong (2013:6) menjelaskan bahwa linguistik merupakan

kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisan (

misalnya, sebagai seorang orator, pendongen atau politis) maupun tulisan

misalnya, sebagai penyair, penulis naskah drama, editor atau jurnalis.

2. Kecerdasan Matematis-Logis

Menurut Suparno (2004:28-30) Inteligensi matematis-logis adalah

kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika

(38)

logikus. Termasuk dalam inteligensi tersebut adalah kepakaan pada pola

logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan. Orang yang mempunyai

inteligensi matematis-logis sangat mudah membuat klasifikasi dan

ketegorisasi, dalam pemikiran serta cara mereka bekerja. Dalam menghadapi

banyak persoalan, dia akan mencoba mengelompokannya sehingga mudah

dilihat mana yang pokok dan yang tidak, mana yang berkaitan antara satu dan

yang lain, serta mana yang merupakan persoalan yang lepas. Maka, dia tidak

mudah bingung. Mereka juga dengan mudah membuat absraksi dari suatu

persoalan yang luas dan bemacam-macam sehingga dapat melihat inti

persoalan yang dihadapi dengan jelas. Meraka suka dengan simbolisasi,

termasuk simbolisasi matematis. Pemikiran orang berinteligensi

matematis-logis adalah induktif dan deduktif. Jalan pikirannya bernalar dan dengan

mudah mengembangkan pola sebab akibat. Bila menghadapi persoalan, ia

akan lebih dulu menganalisisnya secara sistematis, baru kemudian

mengambil langkah untuk memecahkannya. Biasanya orang yang menonjol

dalam inteligensi ini dapat menjadi organisator yang baik.

Gardner (dalam Chatib dan Alamsyah, 2012:85) menyatakan bahwa

kecerdasan logis matematis adalah kemampuan yang berkaitan dengan

perhitungan secara matematis, bepikir logis, nalar, pemecahan masalah,

pertimbangan edukatif dan ketajaman hubungan antara pola-pola numerik.

3. Kecerdasan Ruang-Visual

Menurut Suparno (2004: 31-33) Inteligensi ruang (spatial intelligence)

atau kadang disebut inteligensi ruang –visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dipunyai para pemburu,

arsitek, navigator, dan dekorator. Termasuk didalamnya adalah kemampuan

untuk mengenal bentuk dan bendah secara tepat, melakukan perubahan suatu

benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan itu, menggambarka suatu

hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata, serta

mengungkapkan data dalam suatu grafik. Juga kepekaan terhadap

keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang. Orang yang

(39)

berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda-benda dalam ruang

secara tepat. Meski melihat dari jauh, ia dapat memperkirakan letak benda

itu. Itulah yang banyak dipunyai oleh para navigator ditengah lautan yang

luas. Seorang navigator yang tidak kuat inteligensi ruangannya pada jaman

dulu akan dengan mudah menabrakan kapal ke pulau karang karena salah

memperkirakan jarak.

Menurut Gardner (dalam Ula, 2013:91) kecerdasan ruang visual adalah

kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti

arsitek, fotografer, mekanik, navigator, decorator, pilot, pelukis, pengkuri,

tukang cet dan pemburu.

4. Kecerdasan Kinestetik-Badani

Menurut Suparno (2004:34:36) Inteligensi Kinestetik-Badani adalah

kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan

gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor, atlet, penari, pemahat. Dan ahli

bedah. Orang yang mempunyai inteligensi kinestetik-badani dengan mudah

dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka

pikirkan dan rasakan dengan mudah di ekspresikan dengan gerak tubuh,

dengan tarian dan ekspresi tubuh. Orang yang kuat dalam berinteligensi

kinestetik-badani juga sangat baik dalam menjalankan operasi bila ia seorang

dokter bedah. Beberapa tokoh berikut sering dimasukkan dalam mereka yang

berinteligensi kinestetik-badani tinggi, yaitu Martha Graham (penari balet),

Charlie Chaplin (pemain pantonin yang ulung), Dustin Hofftman (ator film),

Marcel Marceau (pemain pantonim), Kristi Yamaguchi (penari balet diatas

salju), Martina Navra-Tilova (pemain tenis).

Siswa yang mempunyai inteligensi kinestestik-badani biasanya suka

menari, olahraga dan suka bergerak. Siswa ini biasanya tidak suka diam,

ingin selalu menggerakkan tubuhnya. Bila waktu luang dan tidak ada

pelajaran, anak-anak ini dengan cepat akan main di lapangan. Bila belajar

menari, anak seperti ini dengan cepat akan bisa dan tidak kaku karena

tubuhnya fleksibel. Banyak dari siswa yang mempunyai inteligensi ini

(40)

yang inteligensi kinestetik-badaninya rendah meski sudah di latih lama, tetap

kurang begitu halus tariannya. Demikian pula seorang pelatih sepak bola

dengan cepat akan tahu siswa yang mana punya inteligensi ini dan mana yang

tidak. Dari gaya seorang siswa bermain dan memainkan bola dapat di lihat

apakah ia mempunyai inteligensi kinestetik-badani tinggi atau tidak.

5. Kecerdasan Musikal

Menurut Suparno (2004:37-38) Inteligensi musikal sebagai kemampuan

untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk

musik dan suara. Di dalamnya termasuk kepekan akan ritme, melodi, dan

intonasi; kemampuan memainkan alat musik; kemampuan menyanyi;

kemampuan untuk mencipta lagu; kemampuan untuk menikmati lagu, musik,

dan nyayian. Orang yang menonjol inteligensi musikalnya sangat peka

terhadap suara dan musik Mereka dengan mudah belajar dan main musik

secara baik.

Menurut Armstrong (2014:14) kecerdasan musical merupakan

kemampuan untuk memahami dan mengekspresikan komponem music,

termasuk pola melodi, nada maupun ritme, melalui cara-cara figural, atau

intuitif (musisi alami) atau cara analisis formal (musisi professional).

6. Kecerdasan Interpersonal

Menurut Suparno (2004:39) Inteligensi interpersonal adalah

kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi,

motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah,

suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara

umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk menjalin relaksi dan komunitasi dengan berbagai orang. Inteligensi ini

banyak di punyai oleh para komunikator, fasilitator, dan penggerak massa.

Orang yang kuat dalam inteligensi interpersonal biasanya sangat mudah

bekerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Menurut Suparno (2004:41) Inteligensi intrapersonal adalah

(41)

kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri

itu. Termasuk dalam inteligensi ini adalah kemampuan berefleksi dan

keseimbangan diri. Orang ini punya kesadaran tinggi akan

gagasan-gagasannya, dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan

pribadi.ia sadar akan tujuan hidupnya. Ia dapat mengatur perasaan dan

emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang menonjol dalam

inteligensi intrapersonal biasanya mudah berkonsentrasi dengan baik, ia

mempunyai kesadaran diri dan dapat mengekspresikan perasaan-perasaan

mereka yang berbeda dengan tenang.

8. Kecerdasan Lingkungan

Menurut Suparno (2004:42-43) Inteligensi lingkungan sebagai

kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik,

dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan

untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu

secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan

alam.

Drue dan gardner menjelaskan bahwa inteligensi lingkungan adalah

kemampuan manusiawi untuk mengenal tanaman, binatang, dan

bagian-bagian dari lingkungan alam seperti awan atau batu-batuan. Orang yang

punya inteligensi lingkungan tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah,

dapat berkawan dan berhubungan baik dengan alam, mudah membuat

identifikasi dan klafikasi tanaman dan binatang, Orang ini mempunyai

kemampuan mengenal sikap dan tingkah laku binatang, biasanya mencintai

lingkungan dan tidak suka merusak lingkungan hidup.

9. Kecerdasan Eksistensial

Menurut Suparno (2004:44) Intiligensi eksistensial ini lebih menyangkut

kepakaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan

terdalam eksistensis atau keberdayaan manusia. Orang tidak puas hanya

menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis, tapi mencoba

menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu antara

(42)

bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat

berkembang pada banyak filsufterlebih filsuf eksistensial yang selalu dan

mencoba menjawab persoalan eksistensis manusia, Anak yang menonjol

dengan inteligensi eksistensial akan mempersoalkan keberdayaannya di

tengah alam raya yang besar ini.

Dari sembilan inteligensi itu dalam diri seseorang dapat di kembangkan

dan di tingkatkan secara memadai sehingga dapat berfungsi bagi orang

tersebut. Ini menunjukan bahwa kesembilan inteligensi itu bukan hal yang

sudah mati tadak terkembang melainkan masih dapat di tingkatkan, di

sinilah pendidikan mempunyai fungsi yaitu membantu agar setiap inteligensi

pada setiap seseorang berkembang optimal. Dengan kata lain seorang anak

yang inteligensi musikalnya tidak tinggi dapat di bantu dan di latih sehingga

ia bisa bernyanyi meski berbedah dengan yang inteligensi musikalnya tinggi

demikiannya juga siswa yang inteligensi matematis-logis kurang baik dapat

di bantu untuk belajar matematika sampai pada level tertentu yang dapat

membantu hidupnya. .

c. Dampak –dampak Kecerdasan Ganda

Menurut Suparno (2004:51) teori inteligensi ganda ternyata membantu

banyak perubahan dalam sistem pengajaran dan pendidikan pada banyak

sekolah. Sekarang ini banyak sekolah menyusaikan kurikulum, pembelajaran,

pengaturan kelas dengan teori intelegensi ganda. Dibanyak tempat muncul

beberapa pusat pembelajaran yang mengikuti model intelegensi ganda. Berikut

ini dampak teori intelegensi ganda sebagai berikut :

1. Dampak Terhadap Pembelajaran.

Menurut Suparno (2004:53) teori kecerdasan ganda mempunyai

pengaruh besar dalam proses pembelajaran di sekolah. Banyak sekolah

seperti dan hasilnya yang dicapai adalah banyak siswa yang tadinya di

perkirakan tidak dapat berhasil dalam study mereka ternyata dapat dibantu,

dan berhasil dengan baik berkat pelajaran dengan intelegensi ganda.

(43)

anak didik karena mengajar dengan model yang sama terus-menerus

ternyata dapat membantu anak didik untuk berhasil karena mereka dapat

mengembangkan pengajaran yang bervariasi.

Menurut Gardner (dalam Suparno 2004: 55) menemukan banyak guru

seperti itu, guru yang mengajar hanya satu model yaitu yang sesuai dengan

intelegensinya sendiri yang menonjol. Banyak yang selalu mengajar dengan

cara yang sama, waktu yang sama,dan gaya yang sama. Padahal cara itu

tidak sesuai dengan beberapa siswa yang berbeda intelegensinya, maka

banyak siswa yang meskipun masuk sekolah tetapi merasa tidak pernah di

bantu belajar. Melihat hal itu mencoba membantu guru-guru tersebut untuk

mengubah cara mengajar mereka yaitu menggunakan intelegensi ganda

yang lebih bervariasi dan di sesuaikan dengan intelegensi siswa.

2. Dampak terhadap pengaturan kelas.

Menurut Suparno (2004:60) Pendekatan pembelajaran yang berbeda,

yang bervariasi karena intelegensi siswa dan guru yang berbeda, juga

mempengaruhi pengaturan kelas. Kelas tidak hanya di atur dalam satu

kedudukan yang tetap: berbaris dari depan ke belakang. Kadang kelas harus

diatur dengan kursi melingkar, atau harus di kosongkan untuk menari, atau

berkelompok kecil untuk berdiskusi, dan sebagainya. Jelas pengaturan kelas

pun harus lebih fleksibel, bervarisai sesuai dengan model intelegensi ganda

yang mau di tekankan.

Perlu di tekankan bahwa belajar tidak boleh dalam gedung kelas atau

sekolah. Kadang demi pemahaman yang lebih mendalam dan mudah,

belajar harus di lakukan di luar sekolah, bahkan di tempat yang sungguh

jauh. Maka, model live in, model study banding, model pengamatan di

candi dan pengunungan, semuanya membutuhkan belajar di luar sekolah,

pembelajaran model intelegensi ganda memerlukan model-model tersebut.

3. Dampak terhadap evaluasi

Suparno (2004:61) menyatakan bahwa sistem pembelajaran dan

juga pendekatan yang bervariasi, jelas bahwa sistem evaluasi pun harus

(44)

karena tidak mengungkapkan intelegensi yang bermacam-macam.

Gardner (dalam Suparno 2004:61) menemukan ada seorang siswa yang

sangat cerdas dalam menganalisis flora dan fauna, dan sangat kreatif

menjelaskan kepada siswa yang lain. Namun, siswa itu tidak berhasil,

karena sikap kali ujian dengan cara menulis esai selalu gagal. Ternyata

siswa ini mempunyai intelegensi interpersonal dan juga intelegensi

lingkungan tinggi, tetapi kurang menonjol dalam intelegensi linguistic,

jelas, siswa seperti ini membutuhkan evaluasi yang lain, barangkali

dengan lisan, atau di minta mengekspresikan dengan cara lain.

Menurut gardner (dalam Suparno 2004:61) evaluasi yang tepat

haruslah juga menggunakan macam-macam intelegensi yang di pakai

dalam pembelajaran. Evaluasi perlu menggunakan model yang memuat

kemampuan intelegensi matematis-logis, linguistik, kinestetik-badani,

musik, ruang-visual, interpersonal, dan sebagainya;

sekurang-kurangnya sesuai dengan pembelajarannya. Evaluasi yang di pandang

cocok untuk model pembelajaran intelegensi ganda adalah lewat

performa siswa dalam situasi yang real, seperti pentas music,

melakukan kerja nyata, menyelesaikan proyek bersama, lewat pratikum,

dan sebagainya. Dengan demikian evaluasi sungguh autentik, menurut

Armstrong (dalam Suparno 2004:62) agar evaluasi kita sunggu autentik

dan meyeluruh, beberapa hal yang dapat di lakukan seperti berikut:

1) Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukan prestasinya

berkaitan dengan intelegensi yang di gunakan.

2) Guru dapat mengumpulkan semua dokumen yang di hasilkan siswa

selama proses pembelajaran (portofalio) seperti tes formal,

informal, tulisan, foto, pekerjaan, video, yang di buat, jurnal yang di

tulis, hasil pekerjaan rumah, piagam, hasil interviu, pengamatan

selama pembelajaran keaktifan di kelas, dan senagainya.

3) Guru perlu melihat bagaimana hasil proyek bersama teman

(45)

4. Dampak terhadap pendidikan nilai

Suparno (2004: 63) menyatakan bahwa intelegensi ganda

merupakan pengelompokan kemampuan dalam diri seseorang sehingga

dapat berfungsi secara lebih penuh. Intelegensi ini jelas mempengaruhi

pula bila kita mau menanamkan nilai pada anak. Karena siswa lebih

dapat menangkap makna atau pun isi nilai dengan intelegensinya,

maka penyampaian pendidikan nilai pun perlu memperhatikan

intelegensi ganda tersebut. Misalnya, pendidik mau menyampaikan

nilai kejujuran, tetapi bisa melalui kerja kelompok, permainan,

pembahasan persoalan, music, olahraga, tari, dan sebagainya. Dengan

demikian, penyajian akan lebih bervariasi dan menarik bagi siswa.

Inte.legensi ganda adalah bahwa setiap orang mempunyai intelegensi

bermacam-macam, setiap orang berbeda dalam intelegensinya dan di

perlukan berbeda pula dengan kata lain manusia lebih di hargai sebagi

pribadi dengan kekhasannya masing-masing.

5. Sekolah Indivindul

Suparno (2004: 63) menyatakan bahwa inteligensi ganda, bahwa

setiap anak dapat dibantu belajar bila di ajar sesuai dengan intelingsi

mereka yang menonjol, dengan cepat menjadi pendorong bagi meraka

yang mau membuat individual. Kursus privat yang mebantu siswa

berdasarkan kekuatan dan kelemahan pribadi, yang berbeda dengan

teman lain. Dengan model ini pendekatan pribadi ini, jelas seorang

siswa akan lebih cepat maju dan guru lebih mudah menyesuaikan cara

mengajar sesuai dengan inteligensi siswa. Namun, kerana siswa

tertalu banyak tampaknya tidak mungkin seorang guru selalu

memperhatikan setiap siswa dan mengajar dengan cara yang berbeda.

6. Dampak terhadap kurikulum

Menurut Suparno (2004:51) kurikulum lebih di mengerti sebagai

semua pengelaman yang direncanakan untuk dialami siswa dalam

proses pendidikan sejak awal, Maka bentuknya dapat berupa:

pengelaman dalam kelas, diluar kelas, atau bahkan di luar kelas.

(46)

mau di pelajari siswa, metode pembelajaran yang mau dialami siswa

dan dibantu oleh guru, peralatan dan buku yang digunakan,

pengaturan waktu, cara evaluasi dan sebagainya.

Pengaruh yang menonjol adalah pemelihan materi pelajaran

lewat topik-topik tematik, bukan urutan daftar bab seperti model

kurikulum klasik. Inteligensi ganda juga mempengaruhi bagaimana

materi itu sendiri di sajikan dan dipelajari, pembelajaran berbeda

dengan model klasik yang hanya dengan ceramah dan hitungan,

tetapi lebih dengan inteligensi yang bervariasi, sehingga lebih

menyenangkan bagi siswa yang sedang belajar. Sekolah memang

tetap mengunakan susunan kurikulum klasik tetapi dengan program

dan kegiatan tambahan yang mengembangkan inteligensi ganda, ini

agar tidak terlalu mengubah kurikulum yang ada secara dratis yang

sudah berjalan lama, tetapi ada pembaruan dan dilengkapi dengan

unsur inteligensi ganda.

3. Subtema Aku Istimewa Untuk Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar

Subtema merupakan penjabaran dari tema yang ada dalam kurikulum

2013. Subtema Aku Istimewa merupakan tema dari Diriku untuk siswa

kelas satu sekolah dasar. Dalam subtema Aku Istimewa terdiri dari 6

pembelajaran, dari 6 pembelajaran ini digunakan untuk 6 kali pembelajaran

dalam satu minggu.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian tentang media Pembelajaran

Pertama, yang di lakukan oleh Risa Veti Perdani (2014) dengan

judul pengembangan media konvesional tematik kelas IV berbasis Multiple

Intellingence. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan

(Research and Development) dari B0rg dan Gall. Penelitian ini bertujuan

untuk: (1) menghasilkan media konvesional tematik, (2) menilai kualitas

prototype media konvesional tematik .tenik pengumpulan ini di gunakan

adalah kuesioner dan wawancara. Media yang di kembangkan meliputi

(47)

ini digunakan untuk 6 kali pembelajaran dalam satu minggu. Prosedur

pengembangan media konvesional tematik dilakukan dengan

langkah-langkah: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk

(4) validasi desain (5) revisi desain. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

media konvesional tematik memiliki kualitas yang baik.

Kedua, Mustofa (2001) dalam penelitian yang berjudul

pemanfaatan media cetak dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar.

Penelitian yang di lakukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis-jenis media cetak dimanfaatkan

dalam media pembelajaran IPS di kelas IV SD sekecematan Sanan Wetan

Kotamadya Blitar meliputi buku teks, surat kabar, majalah dan gambar.

Pemanfaatan media tersebut oleh guru dan sekolah yang berbeda

menunjukan keragaman, tetapi buku teks menjadi cetak yang paling banyak

digunakan. Strategi pemanfaatan media cetak dalam pembelajaran IPS di

kelas IV SD se-kecematan Sanan Wetan Kotamadya Blitar terbagi dalam

tahapan perancanaan, pelaksaanaan dan penilaian juga menunjukan

keberagaman. Pemanfaatan keempat media cetak tersebut yang dominan

adalah Fase pelaksanaan sedangkan dalam tahap perancaan dan penilaian

tidak selalu dilakukan oleh guru.

2. Penelitian tentang Multiple Intellingence

Pertama, Putrawan dkk (2012) melakukan sebuah penelitian tindakan

kelas (PTK) dengan judul keefektifan strategi Multiple Intelleingence pada

pembelajaran IPS di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan keefektifan pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan

uang melalui penggunaan strategi Multiple Intelligence pada peserta didik

kelas 3 SD Negri 3 Ngadipiro. Hasil peneli

Gambar

gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
gambar, media kartu estafet, media buku Doa, media kartu cerita, media papan
Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Analisi Kebutuhan
Gambar yang digunakan pada media
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terbuktinya hipotesis 2 penelitian ini yaitu, investor bereaksi positif terhadap sustainability information yang diukur berdasarkan TVA, menunjukan bahwa

sistem pengukuran kinerja perusahaan (Mahmudi: 2005). Kepuasan pelanggan adalah target yang harus dicapai dalam suatu pengukuran kinerja. Metode QFD dapat digunakan untuk

batik adalah gambar/lukisan yang dibuat pada kain dengan bahan lilin dan pewarna (napthol), menggunakan alat canting dan atau kuas serta teknik tutup- celup. Batik dapat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum spontan di RSUD Kota Surakarta, tujuan khususnya

Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep perkembangan yaitu anak-anak tidak belajar suatu hal melalui instruksi langsung, akan tetapi mereka belajar melalui

[r]

kDcED nqck B4 sd4N

Harahap, M Yahya. Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika. Ibrahim Johny, Teori dan