DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN….………..………..……… i
SURAT PERNYATAAN ……… iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12
D. Struktur 0rganisasi Disertasi... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN ……….. 15
A. Pengembangan Kemampuan Profesional Dosen ………... 15
B. Kemampuan Profesional Dosen ………...………... 24
C. Manajemen Strategik dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia ……..…..………... 30
D. Pendekatan dalam Pengembangan Profesional Dosen.... 37
E. Tahap Pengembangan Profesional Dosen ………. 44
F. Kesimpulan Konsep Pengembangan Profesional Dosen.... 61
G. Penelitian Terdahulu ………...………... 69
BAB III METODE PENELITIAN ... 79
A. Lokasi Penelitian ……... 79
B. Desain Penelitian ……... 81
C. Pendekatan dan Metode Penelitian ………..…... 82
D. TeknikPengumpulan Data …..……... 86
E. Analisis Data ……….………... 91
BAB IV HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN ………... 93
A. Hasil Penelitian ………... 93
B. Pembahasan ………...…….…………... 155
C. Model Hipotetik Pengembangan Kemampuan Profesional Dosen ………....…….…………... 173
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 179
A. Kesimpulan ... 179
B. Saran ……..…... 185
DAFTAR PUSTAKA ... 189
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Keadaan Dosen IPDN berdasarkan Jenjang Pendidikan dan Bidang Keilmuan
……….. 7
Tabel 1.2. Keadaan Dosen STPB berdasarkan Jenjang Pendidikan dan Bidang Keilmuan
……….. 8
Tabel 1.3. Keadaan Dosen STKS berdasarkan Jenjang Pendidikan dan Bidang Keilmuan
……….. 9
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Pengumpulan Data
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1.
Faktor-faktor yang Mendukung Pengembangan Kemampuan
Profesional Dosen ……….……….. 11
Gambar 2.1.
Perbandingan Standar Kompetensi Guru-Dosen dalam UU Guru - Dosen dengan US NBPTS Amerika Serikat dan NPQTL-
AUSTRALIA ……….. 30
Gambar 2.2.
Tipologi pengembangan personil (Sumber Castetter, W.B. 1996:
232) ………..……….. 48
Gambar 2.3.
Kerangka Pemikiran Penelitian ………... 78
Gambar 4.1.
Tipologi pengembangan personil (Sumber Castetter, W.B. (1996:
232) ………. 175
Gambar 4.2.
Strategi Hipotetik (Alternatif) Pengembangan Kemampuan
Profesional Dosen ………...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. SK PEMBIMBING…...
2. SURAT IZIN PENELITIAN ………….………..
193
195
3. INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA ...
4. HASIL WAWANCARA DI IPDN ………..
199
206
5. HASIL WAWANCARA DI STPB …………...
6. HASIL WAWANCARA DI STKS …….………..
218
228
7. HASIL STUDI DOKUMENTASI DAN OBSERVASI ………...
8. RANGKUMAN HASIL PENELITIAN ………..
241
264
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini Indonesia memasuki era globalisasi, era informasi dan pasar bebas.
Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam teknologi informasi dan
komunikasi serta teknologi transportasi, telah membuka dunia. Aneka informasi baik dalam
bidang ilmu, sosial, budaya, ekonomi, politik, keamanan, dll, hampir dari seluruh dunia dapat
disampaikan dan diperoleh dengan cepat. Orang dapat berkomunikasi dengan relasinya
hampir dari seluruh pelosok dunia. Orang dapat bepergian dan barang dapat dikirimkan
kemana saja dengan sangat cepat. Dunia menjadi semakin terbuka, mengglobal dan
seolah-olah semakin sempit.
Dalam dunia yang terbuka dan bersifat global ini, terjadi persaingan yang sangat
ketat. Negara yang memiliki aset yang unggul, aset di bidang produk, bidang layanan, dan
bidang-bidang lainnya akan mampu bersaing dengan negara lain. Dalam banyak hal
Indonesia belum memiliki keunggulan dan daya saing tersebut, dan kelemahan ini berpangkal
pada mutu sumber daya manusia. Dalam menghadapi persaingan global dan pasar bebas
dewasa ini, daya saing Indonesia masih tergolong rendah.
Indeks pembangunan manusia (IPM) menunjukkan peringkat Indonesia yang
mengalami penurunan sejak tahun 1995, yaitu peringkat ke-104 pada tahun 1995, ke-109
pada tahun 2000, ke-110 pada tahun 2002, ke 112 pada tahun 2003, dan sedikit membaik
pada peringkat ke-111 pada tahun 2004 dan peringkat ke-110 pada tahun 2005 (Renstra
Depdiknas 2005 – 2025, sekarang „Kemendikbud‟). Penurunan indeks ini lebih banyak disebabkan oleh penurunan kinerja perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi
pertengahan tahun 1997.
Pada tahun-tahun berikutnya keadaannya tidak jauh berbeda, sebagaimana diutarakan
oleh kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat, Sugiri, Syarif (2007: 3)
berdasarkan penilaian lembaga kependudukan dunia United Nation Development Program
(UNDP), bahwa "Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2007 berada pada
urutan ke-108 dari 117 negara. Posisi Indonesia lebih rendah dari Malaysia, Filipina,
Vietnam, Kamboja, bahkan Laos". Demikian pula pada tahun 2009, "Human Development
Index (HDI) Report 2009 yang dikeluarkan UNDP, bahwa Indeks Pembangunan Manusia
ke 110 dari 182 negara. Apalagi jika dibandingkan dengan negara tetangga di Asia, seperti
Malaysia (ke-66) dan Singapura (ke-23), semakin terlihat ketertinggalan Indonesia (Kompas,
10 Agustus 2010: 12).
Salah satu komponen IPM atau HDI adalah indeks pendidikan, di samping indeks
kesehatan dan indeks daya beli (ekonomi). Hal itu dipertegas oleh Drucker (Dwidjowijoto,
2008: 577), bahwa "Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak karena SDM terdidik menjadi
sumber keunggulan dari negara tersebut".
Perguruan tinggi memegang peranan penting dalam menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas, hal itu tercantum pada PP 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaran Pendidikan Tinggi, bahwa tujuan pendidikan tinggi adalah: “membentuk insan yang: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur; sehat, berilmu, dan cakap; kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri
dan berjiwa wirausaha; serta toleran, peka sosial dan lingkungan, demokratis, dan
bertanggung jawab”. Untuk itu perguruan tinggi dengan berbagai perangkatnya, terutama tenaga akademik (dosen) yang merupakan penggerak utama aktivitas pembelajaran, perlu
memiliki kesiapan. “Sumber daya manusia pada pendidikan tinggi merupakan aset sosial, kekuatan moral, dan pembangun budaya bangsa yang sangat penting, dan hal itu memerlukan
pengelolaan yang sesuai dengan nilai dan norma pendidikan tinggi” (Strategi Jangka Panjang
Pendidikan Tinggi/HELTS 2003-2010, 2004: 11).
Walaupun peran perguruan tinggi dalam peningkatan sumber daya manusia sangat
besar, tetapi dewasa ini mutunya masih belum memenuhi harapan. Dibandingkan dengan
negara-negara lain, perguruan tinggi di Indonesia masih berada di barisan bawah. Menurut
publikasi Times bulan Oktober 2009 dalam “QS World University rank 2009”, dari 10 universitas terbaik di dunia enam ada di Amerika Serikat dan empat ada di Inggris. Tiga
perguruan tinggi terbaik Indonesia masih menempati urutan di bawah, yaitu Universitas
Indonesia peringkat ke 201, Universitas Gajah Mada ke 250 dan Institut Teknologi Bandung
ke 351. Walaupun dalam perkembangannya dari tahun 2005 sampai tahun 2009 beberapa
perguruan tinggi peringkat atas di Indonesia seperti UI, UGM, ITB, IPB, UNDIP, UNBRAW,
dll., telah menunjukkan peningkatan, tetapi baru berada pada peringkat ke 250 dunia dan 50
di Asia.
Perguruan tinggi memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa
dan negara, terutama dalam penyiapan tenaga akademik, vokasional dan profesional untuk
jumlah, terutama perguruan tinggi swasta pada saat ini sudah cukup menggembirakan,
walaupun dibandingkan dengan jumlah penduduk masih relatif kecil. Menurut data yang ada
pada Ditjen Dikti Depdiknas tahun 2007, sampai akhir tahun 2006 jumlah PTN ada 82 buah,
PTA 18 buah, dan PTS ada 2.750 buah, jumlah seluruh perguruan tinggi yang ada adalah
2.855 buah.
Daya tampung seluruh perguruan tinggi di Indonesia saat ini mencapai sekitar 3 juta
mahasiswa. Dengan demikian angka partisipasi kasar di tingkat perguruan tinggi baru
mencapai sekitar 12,8 %. Angka ini relatif masih jauh di bawah negara-negara lain, baik di
dunia maupun di Asia.
Dari segi mutu, perkembangan perguruan tinggi di Indonesia lebih memprihatinkan.
Upaya untuk mengukur tingkat kualitas minimal penyelenggaraan pendidikan tinggi telah
dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) melalui proses
akreditasi, pada tingkat institusi dan program studi. BAN PT menghadapi beberapa masalah
dalam melaksanakan tugas akreditasi. Hal itu terkait dengan banyaknya program studi yang
harus diakreditasi, dan kesiapan program studi untuk menyiapkan kelengkapan bahan yang
akan diakreditasi, di samping BAN PT sendiri harus menjaga kredibilitas proses dan hasil
akreditasi.
Hasil akreditasi BAN PT selama ini, menunjukkan bahwa, kondisi program studi di
Indonesia belum memenuhi harapan. Sebagian besar program studi berperingkat akreditasi B
atau C.
Rancangan Penataan Sistem Pendidikan Tinggi ditujukan agar kinerja perguruan tinggi di Indonesia dapat selalu mengacu pada “Peningkatan Kualitas yang Berkelanjutan“.
Hal ini dapat dicapai apabila semua pihak yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan
perguruan tinggi terutama para dosen dapat berperan optimal dalam pelaksanaan
tugas-tugasnya yang terrangkum dalam tri dharma perguruan tinggi, yaitu „pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat”
Perguruan tinggi sebagai lembaga profesional berfungsi menyediakan layanan dan
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu menghasilkan lulusan yang
menguasai ilmu dan teknologi, kecakapan atau ketrampilan kerja dan integritas pribadi yang
kuat agar dapat berkiprah dan berprestasi dalam pembangunan masyarakat. Setiap perguruan
tinggi sebagai lembaga akademis, vokasional, dan profesional harus mengarahkan
peningkatan kualitas yang berkelanjutan “ karena tuntutan perkembangan saat ini selalu
mengarah kepada hal tersebut.
Dalam pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi, dosen memiliki posisi yang
sangat sentral sebab memberikan pengaruh langsung terhadap proses pendidikan dan mutu
lulusan. Dalam program penjaminan mutu yang dikembangkan saat ini, telah menjadi acuan
bahwa dosen sebagai sumber daya yang berkorelasi tinggi terhadap kemampuan lulusan yang “competition ended, yaitu yang memiliki keahlian dan keilmuan yang sesuai dengan disiplin yang ditekuninya” (Djojonegoro, W. 2004: 13). Hal itu diperkuat oleh Makmun, Abin Syamsudin (Djuwita, 2008: 6) bahwa: “dosen sebagai tenaga edukatif mempunyai posisi yang strategis dan peran kontributif yang signifikan dalam keberhasilan upaya pembangunan
yang terarah kepada peningkatan taraf kualitas peradaban dan martabat hidup masyarakat,
bangsa serta umat manusia pada umumnya”.
Mengenai tugas dosen tersebut ditegaskan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, bahwa “dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuwan memiliki tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat” (Bab 1 Pasal 1 ayat 2). “Kualitas dan reputasi perguruan tinggi sangat ditentukan oleh kualitas pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi yang diembannya, dan dosen memegang peran
sentral dan strategis dalam pelaksanaan Tridharma, menentukan tinggi-rendahnya kualitas
suatu perguruan tinggi” (Renstra Pengembangan Dosen PTN 2010-2014, Dikti, 2010: 13). Berdasarkan tingkat pendidikan, komposisi populasi dosen perguruan tinggi negeri
saat ini, adalah: 14.907 orang (23,5%) dosen berkualifikasi pendidikan S1; 38.281 orang
(60,5%) dosen berkualifikasi pendidikan S2, dan 10.167 orang (16,0%) berkualifikasi S3
(Dikti, 2010: 23).
Dari komposisi tersebut tergambar, bahwa jumlah dosen yang masih berkualifikasi
pendidikan S1 sebanyak 23,5% , sehingga dalam skala nasional diperlukan program khusus
untuk meningkatkan kualifikasi pendidikannya guna memenuhi tuntutan undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005, bahwa pendidikan dosen minimum adalah strata S2.
Perguruan tinggi memegang peranan yang sangat penting dalam menyiapkan
lulusannya untuk hidup dan berkarya di masyarakat, sebagai pribadi dan warga masyarakat
yang bertanggung jawab, dan sebagai akademisi atau professional yang kreatif. Lulusan yang
bermutu demikian hanya dapat dihasilkan oleh proses pendidikan dan pembelajaran yang
pendidikan dan pembelajaran yang bermutu sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu,
faktor atau pelaku utamanya adalah dosen, yaitu dosen yang profesional.
Profesional adalah kemampuan, karakteristik dan tanggungjawab yang diperlihatkan
dosen dan menjadi sumber penghasilan hidupnya, yang memerlukan keahlian, kemahiran,
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi
Di satu pihak jumlah dosen yang berlatar belakang pendidikan S1 masih cukup besar
(23,5%), di pihak lain perguruan tinggi dituntut menghasilkan lulusan yang memiliki
pengetahuan, kecakapan-ketrampilan, motivasi dan kemandirian agar mampu hidup, berkarya
dan beradaptasi dengan dunia yang terus berubah dan berkembang. Dengan demikian
diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional dosen, agar dapat
menghasilkan lulusan sesuai dengan yang diharapakan. Kemampuan profesional bukan
sesuatu yang statis, tetapi dinamis terus dibina dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan
perubahan.
Mengingat begitu besarnya peranan perguruan tinggi dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang bermutu, dan begitu strategiknya kedudukan dosen dalam proses
pendidikan dan pembelajaran di perguruan tinggi, maka penelitian ini difokuskan pada “
Manajemen pengembangan kemampuan profesional dosen”.
Dari beberapa kajian terhadap hasil penelitian terdahulu ditemukan bahwa belum
banyak penelitian dilakukan pada perguruan tinggi kedinasan (PTK), padahal perguruan
tinggi ini jumlahnya cukup besar, yang “diselenggarakan oleh Kementerian (13 kementerian) ada 60 buah PTK dan oleh lembaga termasuk Kepolisian ada 8 PTK, sehingga jumlah
seluruhnya 68 PTK, dengan jumlah mahasiswa sekitar 70.000 orang” (Nurwahyudin. Agus,
Katalog PTK di Indonesia: Mei 2011, id. Wikipedia.org/). Menurut catatan Komisi VI DPR “anggaran pendidikan untuk PTK melebihi PTN yang jumlahnya lebih banyak, yaitu anggaran PTK (68 buah) anggarannya sebesar Rp 20 trilyun, sedang untuk PTN yang
jumlahnya 82 buah sebesar RP 13 trilyun”, http//alumni-stpp.cd.cc. Mei 2009).
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan pada perguruan tinggi kedinasan, untuk
mengetahui apakah kondisi dosen, khususnya pengembangan kemampuan profesionalnya
sudah cukup efektif. Pemilihan obyek penelitian juga dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa
perguruan tinggi ini telah memiliki pasar atau pengguna khusus, sehingga sasaran, standar
dan program pendidikannya lebih terarah dibandingkan dengan perguruan tinggi bukan
Di antara perguruan-perguruan tinggi kedinasan tersebut yang banyak diminanti
masyarakat, karena mutunya yang dipandang baik dan daya serapnya oleh pengguna yang
cukup tinggi adalah IPDN, STPB dan STKS. IPDN atau Institut Pemerintahan Dalam Negeri
berada di kabupaten Sumedang, STPB atau Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung dan STKS
adalah Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) yang keduanya berada di kota
Bandung. Ketiga perguruan tinggi kedinasan ini berada di Propinsi Jawa Barat.
Dari hasil studi pendahuluan, baik secara langsung pada lembaga yang bersangkutan
ataupun melalui internet diperoleh gambaran awal dari ketiga perguruan tinggi kedinasan
tersebut.
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang diresmikan tahun 2004, merupakan
pengembangan dari Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) yang berdiri tahun
1992, dan perguruan tinggi inipun merupakan pengembangan dan penggabungan dari 20
APDN yang tersebar di seluruh Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1956.
IPDN mempunyai tugas pokok, membantu Menteri di bidang pendidikan tinggi
kepamongprajaan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Menteri.
IPDN mempunyai fungsi: a) Melaksanakan pendidikan vokasi, akademik dan atau
profesi, b) Melaksanakan kegiatan penelitian baik dalam proses pengembangan ilmu,
pendidikan dan pengajaran, maupun pengabdian kepada masyarakat; melaksanakan
pengkajian ilmu dan masalah-masalah pemerintahan, c) Memberikan saran-saran dan
pertimbangan kepada Menteri Dalam Negeri dari aspek akademis terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dan otonomi daerah, d) Melaksanakan penatausahaan penyelenggaraan
pendidikan
IPDN yang semula hanya mengembangkan program Diploma III sejak tahun
akademik 1995/1996 ditingkatkan menjadi Program Diploma IV bidang studi Pemerintahan.
Lulusannya mendapat sebutan sebagai Sarjana Sains Terapan Pemerintahan (SSTP). Dewasa
ini IPDN memilki dua Faklutas, yaitu Fakultas Politik Pemerintahan dan Fakultas
Manajemen Pemerintahan.
Seiring dengan tuntutan kebutuhan sumber daya manusia berkualitas di lingkungan
Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, IPDN tahun 2000 telah membuka
Program Magister (S2), Program Studi Administrasi Pemerintahan Daerah (MAPD). Lulusan
IPDN diarahkan pada penguasaan tiga kompetensi dasar yaitu: a) Kepemimpinan
(Leadership), b) Kepelayanan (Stewardship), c) Kenegarawanan (Statemanship).
Tabel 1.1. Keadaan Dosen IPDN berdasarkan Jenjang Pendidikan dan Bidang Keilmuan
Jenjang IPDN
Pendidikan IP Non IP Jumlah
f % f % f %
S3
Berawal S3 Berawal S2
14 9,59 16 10,41 30
(14) (16)
20,55
S2
Sudah selesai S3 Berawal S2 Berawal S1
52 35,62 60 40,38 112
(16) (113)
(15)
76,71
S1
Sudah selesai S2 Berawal S1
4
(13)
2,74 0
(6)
0 4
(15) (19)
2,74
Jumlah 70 47,95 76 52,05 146 100
Keterangan: IP = Ilmu Pemerintahan
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB), didirikan tanggal 9 Oktober 1962
dengan nama Akademi Perhotelan dan Perestoran (APP). Dari sisi mutu STPB saat ini telah
diakui baik secara nasional maupun internasional, para lulusannya banyak yang bekerja pada
lembaga-lembaga pariwisata yang baik, di dalam maupun luar negeri. STPB memiliki fungsi
melaksanakan pendidikan keahlian kepariwisataan, penelitian terapan kepariwisataan,
pengabdian kepada masyarakat, pembinaan sivitas akademika dan hubungan dengan
lingkungan, dan pengelolaan administrasi.
Tujuan STPB adalah: a) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan dibidang kepariwisataan, memiliki kesadaran dan tanggung jawab,
berdisiplin dan jujur dalam melaksanakan pekerjaan dan kehidupan sebagai penerus
nilai-nilai UUD 45, b) Menghasilkan tenaga-tenaga profesional di bidang pariwisata sebagai aset
nasional yang berkualitas internasional serta memiliki kemampuan profesional, kreatif,
efisien dan wirausaha.
Pada saat ini STPB memiliki 3 (tiga) Jurusan, yaitu Jurusan Manajemen
Program Studi, Jurusan Manajemen Perjalanan dengan empat program Studi dan satu
program Pasca Sarjana (S2) dengan tiga konsentrasi.
Minat masyarakat untuk memasukan anak-anaknya pada lembaga pendidikan ini
sangat tinggi. Pendidikan tinggi ini memiliki keunikan/kekhasan karena menyelenggarakan
program dengan pendekatan spesialisasi, yang tidak tersedia di lembaga pendidikan tinggi
kepariwisataan lainnya. Pendidikan tinggi ini memiliki kemitraan, dan koordinasi dengan
usaha pariwisata, lembaga pendidikan dan instansi terkait, dan memperoleh subsidi biaya
pendidikan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Lembaga ini juga merupakan
satu-satunya perguruan tinggi yang memiliki legalitas dalam menyelenggarakan pascasarjana
pariwisata. Penyerapan lulusannya sangat tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri.
Tabel 1.2. Keadaan Dosen STPB berdasarkan Jenjang Pendidikan dan Bidang Keilmuan
Jenjang STPB
Pendidikan Par Non Par Jumlah
f % F % f %
S3
Berawal S3 Berawal S2
0 5 4,20 5
(0) (5)
4,20
S2
Sudah selesai S3 Berawal S2 Berawal S1
8 6,72 46 38,66 54
(5) (35) (24)
45,38
S1
Sudah selesai S2 Berawal S1 Berawal D4
42 35,29 10 8,41 52
(24) (40) (36)
43,70
D4
Sudah selesai S1 Berawal D4
8
(44)
6,72 0
(0)
0 8
(36) (44)
6,72
Jumlah 58 48,74 61 51,26 119 100
Keterangan: Par = Pariwisata
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung adalah lembaga pendidikan
profesional pekerjaan sosial yang berdiri sejak tahun 1964. STKS berperan dalam
meningkatkan kemampuan para karyawan Kementerian Sosial, tetapi menerima pula para
calon mahasiswa yang berasal dari pemerintah daerah dan lembaga kemasyarakatan dengan
status ikatan dinas.
Sebagai sebuah perguruan tinggi STKS mempunyai tugas pokok melaksanakan Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian serta
pokok tersebut STKS Bandung memiliki fungsi: a) menyelenggarakan pendidikan tinggi
Pekerjaan Sosial, b) melakukan penelitian Kesejahteraan Sosial, c) menyelenggarakan dan
meningkatkan pelayanan sosial melalui pengabdian kepada masyarakat, d)
menyelenggarakan kerjasama dalam dan luar negeri
Sampai dengan tahun 1970, STKS hanya menyelenggarakan pendidikan jenjang
Sarjana Muda, tahun 1971 mulai membuka program Sarjana (S-1). Tahun 1985 STKS juga
menyelenggarakan program Diploma III, dan tahun 1989 ditingkatkan menjadi program
Diploma IV. Dewasa ini STKS memiliki dua jurusan, yaitu Jurusan Rehabilitasi Sosial dan
Jurusan Pengembangan Masyarakat, serta satu program pascasarjana yaitu Program
Pascasarjana Magister Pengembangan Masyarakat (MPM).
Tabel 1.3. Keadaan Dosen STKS berdasarkan Jenjang Pendidikan dan Bidang Keilmuan
Jenjang STKS
Pendidikan Pek Sos Non Pek Sos Jumlah
f % f % f %
S3
Berawal S3 Berawal S2
5 7,14 7 10,00 12
(0) (12)
17,14
S2
Sudah selesai S3 Berawal S2 Berawal S1
10 14,29 48 68,57 58
(12) (10) (60)
82,86
S1
Sudah selesai S2 Berawal S1
0
(44)
0 0
(16)
0 0
(60) (60)
0
Jumlah 15 71,43 55 28,57 70 100
Keterangan: Pek Sos = Pekerjaan Sosial
Peningkatan mutu dosen tidak hanya dapat diselesaikan dengan memberi gaji dan
kesejahteraan yang cukup tetapi perlu dilakukan upaya-upaya pengembangan kompetensi
profesional yang memadai. Sumber daya manusia tidak dengan sendirinya menjadi sumber
keunggulan bersaing yang sinambung bagi suatu organisasi, ini sangat bergantung kepada
bagaimana kadar kualitas sumberdaya yang dimililki organisasi tersebut serta strategi
manajemen personalia yang diterapkannya. Pegawai pada suatu instansi akan jadi suatu
keunggulan bersaing bagi instansi yang bersangkutan hanya apabila menunjukkan kinerja
(job performance) yang sesuai dengan bahkan melebihi standar yang ditetapkan. Dengan kata
lain hanya pegawai yang mampu menunjukkan produktivitas kinerja yang tinggi yang
Dalam penelitian ini dosen merupakan salah satu komponen utama dalam sistem
perguruan tinggi yang memerlukan pengembangan secara efektif. Pengembangan
kemampuan profoseional dosen diharapkan memberi kontribusi terhadap organisasi dalam
melakukan persaingan melalui cara-cara yang diterapkan.
B.Fokusdan Perumusan Masalah
1. Fokus Masalah
Fokus masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah kemampuan profesional
dosen pada perguruan tinggi kedinasan. Kemampuan profesional dosen sesuai dengan fungsi
dosen sebagai pelaksana Tri dharma Perguruan Tinggi, meliputi kemampuan dalam: 1)
pendidikan dan pembelajaran, 2) penelitian, dan 3) pengabdian pada masyarakat. Penguasaan
kemampuan tri dharma sangat terkait erat dan didukung oleh kemampuan atau abilitas yang
dimiliki dosen, baik dalam aspek intelektual;, sosial, afektif maupun fisik-motorik, serta
pengalaman kerjanya. Kemampuan profesional dosen akan dikaji dalam kontek
pengembangannya, baik secara institusional maupun secara mandiri. Pengembangan secara
institusional dilakukan oleh institusi perguruan tinggi tempat mereka bekerja (PTK) dan oleh
institusi lain di luar perguruan tinggi tempat bekerja. Pengembangan secara mandiri
dilakukan oleh dosen sendiri, karena dosen sebagai pengajar di perguruan tinggi dan sebagai
akademisi dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan profesionalnya sebagai dosen.
Pengembangan kemampuan profesional dosen didukung oleh faktor-faktor internal dan
eksternal institusi. Faktor eksternal institusi meliputi: aspek sosial-budaya (kultur), kebijakan,
standar dan program pengembangan dosen dari kementerian yang menaungi.Faktor eksternal
lain adalah ketersediaan perguruan tinggi dan/atau lembaga lain sebagai mitra untuk
melaksanakan pengembangan, baik untuk lanjutan studi maupun pendidikan-pelatihan
singkat dan kegiatan-kegiatan akademis-ilmiah
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam institusi PTK yaitu: kebijakan
institusi PTK, program pengembangan dosen, serta sumberdaya pendidikan yang tersedia dan
menunjang pengembangan dosen, yang meliputi: pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
pentingnya adalah kesiapan dan adanya kegiatan pengembangan pada unit-unit di perguruan
tinggi tempat bekerja untuk melakukan kegiatan pengembangan.
Melalui kegiatan pengembangan secara mandiri, dan kegiatan institusional, dengan
dukungan faktor internal yang kuat serta ketersediaan program pengembangan pada faktor
eksternal yang efektif, kemampuan profesional dosen akan lebih meningkat. Keterkaitan
antar faktor dalam pengembangan kemampuan profesional dosen dapat dilihat dalam gambar
berikut.
Gambar 1.1: Faktor-faktor yang Mendukung Pengembangan Kemampuan Profesional Dosen
2. Perumusan Masalah
Pengembangan dosen atau tenaga akademik merupakan bagian dari pengembangan
sumber daya manusia (human resources development) di perguruan tinggi, dan ini merupakan
bagian dari manajemen sumber daya manusia. Rumusan masalah mengacu kepada
konsep dari Castetter, yaitu mengenai tahap dan lingkup kegiatan pengembangan
sumber daya manusia, yang mencakup: “1)Diagnosing development needs, 2) Design of development plans, 3) Implementing development programs, and 4)Evaluating the
staff development program” (Castetter, W.B. 1996: 236).
Dosen Profesional Pengembangan Dosen
-Studi Lanjut -Pelatihan, penataran -Kegiatan ilmiah (seminar, diskusi, workshop, dll) -Kegiatan tri dharma -Studi mandiri (Studi literatur) Faktor Eksternal
-Kebijakan Pemerintah -Sosial- budaya (kultur) -PerguruanTinggi lain -Lembaga Mitra
Faktor Internal PTK -Kebijakan institusi
-Program pengembangan Dosen -Sumber daya pendidikan Kemampuan Dosen
Sesuai dengan judul penelitian ini, pengembangan sumber daya manusia yang
diteliti hanya berkenaan dengan pengembangan kemampuan profesional, jadi dalam
komponen kebutuhan dan tujuan pengembangan ( development need and objectives)
dibatasi hanya pada pengembangan professional ( professional development).
Pengembangan profesional dalam penelitian ini, berkenaan dengan
pengembangan kemampuan atau kompetensi profesional dosen atau tenaga akademik
di perguruan tinggi. Rincian kemampuan profesional yang digunakan mengacu pada
Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Menurut rumusan dalam UU
No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ada empat kompetensi utama dari Dosen dan
guru, yaitu kompetensi: „pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial‟.
Program pengembangan kompetensi-kompetensi profesional tersebut, dalam
penelitian ini dibatasi pada pokok-pokok, yang dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Apakah program pengembangan kemampuan profesional dosen pada tiga perguruan
tinggi kedinasan didasarkan atas hasil diagnosis kebutuhan ?
b. Bagaimana perencanaan program pengembangan kemampuan profesional dosen pada
tiga perguruan tinggi kedinasan?
c. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pengembangan kemampuan profesional dosen pada
tiga perguruan tinggi kedinasan?
d. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengembangan
kemampuan profesional dosen pada tiga perguruan tinggi kedinasan?
e. Apa hasil yang telah dicapai dalam pengembangan kemampuan profesional dosen
pada tiga perguruan tinggi kedinasan?
f. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat kegiatan pengembangan
kemampuan profesional dosen pada tiga perguruan tinggi kedinasan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
manajemen pengembangan kemampuan profesional dosen pada perguruan tinggi kedinasan.
Tujuan ini dilandasi oleh fakta bahwa secara kelembagaan perguruan tinggi kedinasan berada
di bawah binaan kementerian yang menaunginya, tetapi secara akademis mengikuti kebijakan
tidak menimbulkan masalah dan sekaligus hambatan, sehingga mutu hasil, mutu proses dan
mutu faktor pendukungnya terutama faktor dosen lebih rendah dibandingkan dengan
perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah:
a. Memperoleh gambaran empirik tentang manajemen pengembangan kemampuan
profesional dosen PTK.
b. Menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan manajemen
pengembangan kemampuan profesional dosen PTK.
c. Mencari alternatif model manajemen pengembangan kemampuan profesional
dosen PTK secara hipotetik.
2. Manfaat Penelitian
Dari temuan-temuan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat teoretis
menemukan beberapa prinsip berkenaan dengan pengembangan kemampuan profesional
dosen, serta menemukan beberapa kekurangan atau kelemahan dalam kajian pustaka yang
menunjang penelitian ini.
Berkenaan dengan kebijakan diharapkan dapat memberikan masukan bagi para
pelaksana kebijakan dalam mengimplementasikan kebijakan pengembangan sumber daya
manusia, khususnya pengembangan kemampuan profesional dosen.
Secara praktis, temuan-temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi unsur pimpinan perguruan tinggi kedinasan pada tingkat instutut/sekolah
tinggi, fakultas maupun jurusan atau program studi untuk meningkatkan dan
menyempurnakan perencanaan maupun pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan
kemampuan professional dosen. Untuk para dosen perguruan tinggi kedinasan, juga
diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
kinerja profesionalnya sebagai dosen.
Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan masukan bagi para peneliti
lain yang akan mengadakan penelitian berkenaan dengan isu dan masalah pengembangan
kemampuan profesional dosen di perguruan tinggi kedinasan.
D. Struktur Organisasi Disertasi
Disertasi ini terdiri atas lima bab. Bab 1 (satu) Pendahuluan berisi tentang
penelitian, dan manfaat penelitian pengembangan kemampuan profesional dosen di
perguruan tinggi kedinasan (PTK).
Bab 2 (dua) Kajian Pustaka dan Pemikiran Penelitian, berisi teori-teori yang
berkenaan dengan manajemen pengembangan kemampuan profesional dosen. Kajian
teoretis dalam penelitian ini mencakup:Pengembangan Kemampuan Profesional Dosen,
Kemampuan Profesional Dosen, Manajemen Strategik dalam Pengembangan SDM,
Pendekatan dalam Pengembangan Kemampuan Profesional Dosen, Tahap Pengembangan
Profesional Dosen, Kesimpulan Konsep Pengembangan Kemampuan Dosen, dan Kerangka
Pemikiran Penelitian Pengembangan Profesional Dosen.
Bab 3 (tiga) Metodologi penelitian, dalam bab ini dijelaskan bahwa penelitian
dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam, studi dokumenter dan observasi lapangan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah rektor, pembantu rektor, ketua sekolah tinggi dan
para pembantunya, dekan, ketua jurusan/prodi, ketua lembaga, kepala bagian kepegawaian
dan para Dosen. Analisis data dilakukan secara naratif-kualitatif, menguraikan,
menghubungkan, menggabungkan dan memadukan data lapangan sesuai dengan tujuan
penelitian.
Bab 4 (empat) berisi uraian tentang temuan penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian berkenaan dengan diagnosis dan perencanaan pengembangan dosen,
pelaksanaan, evaluasi dan hasil serta faktor-faktor pendukung dan penghambatnya.
Pada bab ini juga dilengkapi dengan pembahasan terhadap temuan serta diakhir i
dengan model hipotetik pengembangan kemampuan profesional dosen.
Bab 5 (lima) Kesimpulan dan saran, menyajikan kesimpulan dari
pokok-pokok temuan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta saran-saran bagi
BAB III:
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian difokuskan pada pengembangan kemampuan professional dosen pada
perguruan tinggi kedinasan. Ada tiga perguruan tinggi kedinasan yang menjadi lokasi
penelitian, yaitu Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung (STPB), dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) yang berlokasi di
kabupaten Sumedang dan kota Bandung. IPDN merupakan perguruan tinggi kedinasan
di bawah Kementerian Dalam Negeri, STPB perguruan tinggi kedinasan di bawah
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (sebelumnya namanya Kementerian
Pariwisata dan Budaya), dan STKS merupakan perguruan tinggi kedinasan di bawah
Kementerian Sosial.
Mengapa ketiga perguruan tinggi kedinasan (PTK) tersebut yang menjadi lokasi
penelitian. Hal itu didasarkan atas beberapa alasan.
Alasan pertama, ketiga PTK tersebut memiliki sejarah perkembangan yang cukup
panjang. IPDN diresmikan tahun 2004, merupakan pengembangan dari STPDN yang
berdiri tahun 1992, dan merupakan penggabungan dan pengembangan dari 20 APDN yang
tersebar di seluruh Indonesia yang berdiri sejak tahun 1956. STPB berawal dari Akademi
Perhotelan dan Perestoran (APP) yang didirikan tahun 1962, berganti nama menjadi
Akademi Perhotelan Nasional, tahun 1967, bergabung dengan SKPP menjadi Pusat
Pendidikan Pariwisata (PUSDIKPAR), tahun 1970 mengganti nama kembali menjadi
Akademi Perhotelan Nasional (APN). Tahun 1973 diubah menjadi Pusat Pendidikan
Perhotelan (NHI), tahun 1976 diubah kembali menjadi Pusat Pendidikan Perhotelan dan
Pariwisata (NHTI), pada tahun 1981 berubah menjadi Balai Pendidikan dan Latihan
Pariwisata (BPLP) Bandung, dan tahun 1993 diubah menjadi STPB. STKS Bandung
berdiri tahun 1964, sebagai lembaga pendidikan pekerjaan sosial, merupakan
pengembangan dari Kursus Kejuruan Sosial Tingkat Tinggi (KKST) berjangka waktu
pendidikan 2 (dua) tahun, yang sebelumnya berbentuk Kursus Dinas Sosial A (KDSA)
Kedua, sejalan dengan perkembangan sejarahnya, ketiga PTK tersebut dalam
pengembangan organisasi dan program kelembagaannya sudah cukup bagus, telah
menghasilkan banyak sekali lulusan yang sudah banyak dipakai oleh lembaga atau instansi
pengguna masing-masing. Ketiga, dari hasil studi pendahuluan, diperoleh data bahwa
status dosennya adalah dosen murni yang direkrut dari awal sebgai dosen, berbeda dengan
beberapa PTK yang lain yang memiliki dosen eks pejabat yang menanti masa pensiun atau
memang pejabat yang sudah pensiun.
Pada ketiga PTK tersebut yang menjadi sumber data atau informan dalam
penelitian ini adalah: Rektor dan Pembantu Rektor, Dekan dan Pembantu Dekan, Ketua
Jurusan, ketua Prodi dan Dosen pada Institut. Pada sekolah tinggi informannya adalah
Ketua dan Pembantu Ketua, Ketua Jurusan, Ketua Program Studi, Kepala bagian dan
para Dosen.
Rektor pada institut dan Ketua pada Sekolah Tinggi merupakan informan
kelompok pertama yang menjadi sumber data, karena mereka adalah para penentu
kebijakan pada institusinya. Dari para informan kelompok ini diharapkan diperoleh data
berkenaan dengan kebijakan institusi, program utama sebagai penjabaran kebijakan dan
hal-hal pokok lainnya berkenaan dengan pengembangan kemampuan profesional dosen.
Para Pembantu Rektor dan Dekan serta Pembantu Dekan pada institut dan
Pembantu Dekan serta Ketua Jurusan pada Sekolah Tinggi merupakan informan
kelompok kedua sebagai pelaksana kebijakan dan pengembang program yang digariskan
oleh pimpinan institut atau sekolah tinggi. Dari informan kelompok kedua dan ketiga
diharapkan diperoleh program, baik rancangan maupun pelaksanaan pengembangan
kemampuan profesional dosen yang lebih rinci dan lebih spesifik, baik segi yang
dikembangkan, kegiatan pengembangan maupun waktunya.
Ketua Jurusan/Prodi serta Kepala bagian pada institut dan sekolah tinggi
merupakan informan kelompok ketiga sebagai pelaksana kebijakan dan pelaksana
program yang digariskan pimpinan institusi.
Dosen adalah informan kelompok keempat sebagai subyek yang berkembang
sendiri dan dikembangkan institusi. Dari kelompok informan ini diharapkan diperoleh
hasil serta faktor pendukung dan penghambat yang dialami. Dengan keempat kelompok
informan tersebut diharapkan diperoleh data yang utuh dan lengkap tentang
pengembangan kemampuan profesional dosen. Keempat kelompok informan tersebut
bukan sumber data yang terpisah terlepas satu sama lain, sesuai dengan prinsip
pengumpulan data pada penelitian kualitatif, data dari satu kelompok informan dicek dan
recek melalui triangulasi pada kelompok informan yang lain.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini berkenaan dengan Manajemen Pengembangan Kemampuan
Profesional Dosen PTK. Penelitian ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hasil serta faktor penunjang dan
penghambat pengembangan kemampuan Dosen PTK. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus pada tiga PTK, yaitu IPDN
berlokasi di kabupaten Sumedang, STPB dan STKS berlokasi di Kota Bandung.
Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini.
Langkah-langkah ini mengacu pada Langkah-langkah dari Creswell, John W. (2008: 240), yaitu: 1) Selects
participants and sites, 2) gains permission to conduct research, 3) decides on the type of data to collect, 4) develops means for recording information, and 5) administers the data collection.
1. Pemilihan Partisipan dan Lokasi.
Penelitian dilakukan pada tiga perguruan tinggi kedinasan (PTK) , yaitu IPDN,
STPB dan STKS. Para partisipan yang menjadi informan atau sumber data adalah Rektor
dan Pembantu Rektor, Dekan dan Pembantu Dekan, Ketua Jurusan/Ketua Prodi, Kepala
Biro dan Dosen pada institut, Ketua dan Pembantu Ketua Sekolah Tinggi, Ketua
Jurusan/Prodi, Kepala Bagian, dan Dosen pada Sekolah Tinggi.
2. Permintaan Izin Penelitian.
Permintaan izin dilakukan dengan cara datang sendiri menghadap pimpinan institut
3. Penentuan Jenis Data yang Dikumpulkan.
Macam-macam data yang dikumpulkan mengacu pada pertanyaan penelitian yang
dijabarkan dari tujuan penelitian. Secara garis besar jenis data, sumber dan teknik
pengumpulan datanya dapat dilihat dalam kisi-kisi pengumpulan data.
4. Cara Pengumpulan Data.
Cara pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri, karena peneliti berperan
sebagai instrumen utama dalam penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, dengan menggunakan alat bantu pedoman
wawancara, pedoman observasi, dan pedoman studi dokumentasi; serta alat perekam
berupa tape recorder dan kamera. Rincian jenis data yang diperoleh dengan teknik-teknik
pengumpulan data tersebut dapat dilihat pada kisi-kisi.
5. Pencatatan Data.
Pencatatan data dilakukan dengan menggunakan format catatan data lapangan,
dengan pengkodean tertentu. Pencatatan dan pengkodean akan memudahkan dalam
analisis data dan penafsiran
C. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Penggunaan pendekatan kualitatif ditujukan untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh dan mendalam tentang pengembangan kemampuan professional dosen pada
perguruan tinggi kedinasan. Hal itu didasarkan atas pertimbangan, bahwa dalam penelitian
kualitatif, data yang dikumpulkan tidak hanya berkenaan dengan fakta-fakta, tetapi juga
dengan aktivitas sosial, persepsi, kepercayaan, dan pemikiran partisipan yang diperoleh
Melalui interaksi langsung-tatap muka hal umum dapat digali sampai pada
hal-hal yang detil atau spesifik, sehingga diperoleh kajian yang mendalam, seperti
dikemukakan oleh Creswell, John W. 2008: 46)
Qualitative research is a type of educational research in which the researcher relies on the views of participants; asks broad, general questions, collects data consisting largely of words (or text) from participants; describes and analyzes these words for themes, and conducts the inquiry in a subjective, biased manner.
Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus, „obyek studi pengembangan
kemampuan profesional dosen pada IPDN, STPB dan STKS sebagai institusi perguruan
tinggi kedinasan yang lulusannya banyak terpakai di masyarakat‟. Dengan penelitian
kualitatif selain diharapkan diperoleh gambaran yang bersifat menyeluruh dan mendalam,
tetapi juga bersifat alamiah, sebagaimana adanya di lapangan dalam konteks situasi nyata,
tanpa pengaruh perlakuan-perlakuan khusus. Penelitian demikian dapat dicapai dengan
pendekatan penelitian kualitatif, seperti yang dikemukakan oleh McMillan, James H
(2008: 273)
There are two reasons for conducting research in the field. Qualitative researchers belive that (1) behavior is best understood as it is occurs without external constrains and control, and (2) the situational context is very important in understanding the behavior.
Penggalian proses pengembangan kemampuan profesional dosen, perlu dilakukan
secara mendalam, karena banyak aspek, pihak, kegiatan yang terlibat di dalamnya, dan
proses tersebut terus berlangsung dan berkembang. Situasi yang demikian hanya dapat di
kaji atau diteliti dengan penelitian kualitatif-naturalsistik. Hal itu didasarkan atas
pertimbangan, bahwa penelitian kualitatif-naturalistik didasari oleh filsafat kontruktivisme,
yang melihat kenyataan memiliki banyak aspek dan tahap, saling berinteraksi dan
mempengaruhi , juga diwarnai oleh pengalaman-pengalaman sosial individu.
Kenyataan itu merupakan rekonstruksi sosial, individu dan kelompok memperoleh
dan mengembangkan makna dari setiap peristiwa, proses, obyek dan orang yang
dihadapinya. Hal itu seperti dikemukakan oleh McMillan, James H and Schumaher, Sally.
Qualitative research is based on a constructivist philosophy that assumes reality as multilayer, interactive, and a shared social experience interpreted by individuals. Qualitative researcher believe that reality is social construction, that is, individuals and groups derive or ascribe meanings to specific entities, such as evens, persons, processes or objects.
Pertimbangan lain digunakannya penelitian kualitatif, karena pendekatan ini
bersifat naturalistik. Beberapa karakteristik utama dari penelitian kualitatif-naturalistik,
yang sekaligus merupakan kelebihan dari pendekatan ini dibandingkan dengan penelitian
kuantitatif, dikemukakan oleh Lincoln, Ivonna S. dan Guba, Egon G. (1985: 30-41)
sebagai berikut.
Natural setting, human instrument, utilization of tacit, qualitative method,
purposive sampling, inductive data analysis, grounded theory, emergent desaign, negotiated outcomes, case-study reporting mode, ideographic interpretation, tentative application, focused-determined boundaries, special criteria for trustworthiness.
Beberapa karakteristik utama dari penelitian kualitatif adalah: 1) penelitian
dilakukan di lapangan secara alamiah, 2) peneliti dalam pengumpulan data berperan
sebagai instrumen, 3) pengumpulan data dilakukan bukan hanya dengan pikiran dan indra
tetapi juga melalui intuisi, perasaan, 4) penggunaan metode disesuaikan kenyataan yang
memiliki banyak aspek dan bervariasi, 5) penentuan sampel disesuaikan dengan tujuan
penelitian, 6) analisis data dari kenyataan yang bervariasi dan spesik ditarik pada tema atau
kategori, 7) lebih menekankan teori yang berkembang dari dasar, 8) desain penelitian
disempurnakan secara berkelanjutan sesuai temuan lapangan, 9) hasil dimusyawarahkan
dengan informan, 10) laporan penelitiannya bersifat khusus, 11) penafsiran hanya berlaku
khusus untuk situasi yang diteliti, 12) penggunaannya bersifat kemungkinan bukan
kepastian, 13) penelitian diarahkan pada pengkajian fokus masalah yang terus
tumbuh-berkembang, 14) mengikuti kriterium-kriterium khusus dalam menentukan keterpecayaan
dan makna penelitian.
Penelitian kualitatif naturalistik ini ditujukan untuk menggali fakta-fakta dan
fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah
dan persepsinya. Data tersebut dalam penelitian kualitatif langsung dimaknai oleh peneliti
dengan melihat keterkaitan atau hubungan antar hal-hal tersebut. Menurut Sukmadinata
(2008: 94) bahwa "pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari
partisipan, dan melalui penguraian pemaknaan partisipan tentang situasi-situasi dan
peristiwa-peristiwa. Pemaknaan partisipan meliputi perasaan, keyakinan, ide-ide,
pemikiran dan kegiatan dari partisipan”
Penelitian ini juga dilakukan melalui penelitian kualitatif interaksif, pengumpulan
data dilakukan melalui interaksi langsung dengan partisipan terpilih. Hal itu sesuai dengan
pendapat McMillan, James H and Schumaher, Sally. (2001: 395)
Interactive qualitative research is inquiry in which researchers collect data in face to face situations by interacting with selected persons in their settings ( field research). Qualitative research describes and analyzed people’s individual and collecteve social actions, beliefs, thoughts, and perceptions.
Melalui penggunaan penelitian kualitatif-interaktif dimungkinkan dikemukakan
pertanyaan-pertanyaan yang luas dan umum tentang pandangan-pandangan informan.
"Metode penelitian kualitatif interaktif, merupakan studi yang mendalam menggunakan
teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya"
(Sukmadinata ; 2005 : 61).
Dalam penggunaan metode kualitatif interaktif, data diperoleh melalui interkasi
langsung, melalui wawancara yang bersifat mendalam (depth interview) dengan informan
atau sumber data. Dalam interaksi langsung tersebut dilakukan triangulasi, data yang
diperoleh dari wawancara dengan informan pertama, diperdalam, diperkuat, dikaji silang
dengan data yang diperoleh dari wawancara dengan informan kedua, dst., dan data yang
diperoleh dari hasil wawancara diperdalam, dikaji silang lagi dengan data dokumen dan
hasil-hasil observasi.
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, atau peneliti
sebagai instrumen, "Peneliti melaksanakan peran sosial interaktif, mereka melakukan
pengamatan, interviu, mencatat hasil pengamatan dan interaksi bersama partisipan"
Karakteristik tersebut sesuai dengan pendapat Bogdan dan Biklen (1982 : 27-30),
yang menyatakan bahwa karakteristik dari penelitian kualitatif interaktif, adalah: “a)
sumber data langsung dari situasi yang wajar, dimana peneliti sebagai instrument utama, b)
bersifat deskriptif, c) mengutamakan proses daripada produk, d) analisis data secara
induktif dan, e) mengutamakan makna". Prinsip-prinsip dan proses penelitian demikian
sangat cocok untuk mendapatkan data yang akurat, menyeluruh dan mendalam tentang
pengembangan dosen di perguruan tinggi (kedinasan).
Dengan munggunakan metode penelitian kualitatif-naturalistik-interaktif,
diharapkan peneliti memperoleh hasil : 1) menemukan gambaran yang menyeluruh dan
mendalam tentang pengembangan kemampuan professional dosen, dari mulai kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi hasil atau kemajuan yang diperlihatkan
dosen, dari berbagai sumber data, baik unsur pimpinan institut/tingkat sekolah tinggi,
jurusan atau program studi maupun dosen; 2) analisis dan penafsiran fakta, data,
informasi, konsep, gagasan, persepsi, berkenaan dengan kebutuhan, tujuan, rencana,
pelaksanaan sampai dengan hasil-hasil yang telah dicapai dalam pengembangan
kemampuan profesional dosen; 3) proses pengembangan dan dampaknya baik dirasakan
oleh dosen sendiri, maupun mahasiswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang bersifat menyeluruh dan mendalam diperlukan
beberapa teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang
digunakan, yaitu: wawancara, observasi dan studi dokumentasi;.
1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data
yang dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan langsung (tatap muka) secara individual,
ataupun kelompok. Wawancara digunakan dalam penelitian ini, karena dengan teknik ini
dimungkinkan pengungkapan data secara mendalam dan menyeluruh (in-depth interview),
dari informan, untuk mengungkap data yang lebih menyeluruh dan mendetil, minimal
menemukan aspek apa, bagaimana dan mengapa.
Wawancara dengan informan-informan berikutnya, juga tetap dikaitkan dengan data
yang diperoleh dari dari informan terdahulu, sehingga terjadi pendalaman, dan membentuk
satu keterpaduan. Proses pencocokan dan pendalaman data dari seorang informan dengan
informan lainnya, merupakan kegiatan triangulasi, yaitu triangulasi berdasarkan sumber
data atau informan.
Wawancara dilaksanakan untuk mengungkap kegiatan, pandangan dan pemikiran
partisipan, bagaimana dia menafsirkan dan menjelaskan perbuatan dan kegiatannya dalam
situasi yang berlangsung. Wawancara juga digunakan untuk melengkapi informasi yang
diperoleh dari observasi. “Interviews are used to gether information that cannot be obtained from field observations, and to verify observations. Their purpose is to explain the participants point of view, how they think and how they interpret and explain their behavior within a given setting” McMillan, James H and Schumaher, Sally. (2001: 442)
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara kualitatif, peneliti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terbuka, yang dari jawabannya memungkinkan peneliti mengajukan
pertanyaan berikutnya untuk perluasan dan pendalaman. Penggunaan wawancara kualitatif
ini sesuai dengan pendapat Creswell, John W. 2008: 225). “A qualitative interview occurs when researchers ask one or more participants general, open ended questions and record their answers… An open ended response to question allows the participant to create the options for responding”.
Berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan umum tersebut, dikemukakan
pertanyaan yang lebih rinci sebagai pendalaman terhadap informasi yang bersifat umum.
Karena tekanan kepada pendalaman ini maka proses wawancara itu disebut
wawancara mendalam. In-depht interviews are open-response questions to obtain data of
participant meanings- how individuals conceive of their world and how they explain or” make sense of the important events in their lives.” McMillan, James H and Schumaher, Sally. (2001: 443)
Wawancara mendalam dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
diarahkan kepada mengungkap konsep, persepsi, peranan, kegiatan, dan
peristiwa-peristiwa yang dialami berkenaan dengan fokus yang diteliti, yakni pengembangan
kemampuan profesional Dosen.
Kegiatan wawancara dalam penelitian ini, dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut: (1) menentukan actors, para partisipan atau informan yang akan diwawancarai; (2)
mempersiapkan kegiatan-kegiatan wawancara, sifat pertanyaan, alat bantu, menyesuaikan
waktu dan tempat, membuat janji; (3) langkah awal, menentukan fokus permasalahan,
membuat pertanyaan-pertanyaan pembuka (bersifat terbuka dan terstruktur), dan
mempersiapkan catatan sementara; (4) pelaksanaan, melakukan wawancara sesuai dengan
persiapan yang dikerjakan; (5) menutup pertemuan. Kelima tahap ini merupakan
rambu-rambu yang dikemukakan oleh Lincoln & Guba (1985: 270-271).
Wawancara diarahkan untuk memperoleh data dari para informan kunci (key or
expert informan) yang terbagi atas empat kelompok seperti yang telah disebutkan dimuka.
Pada prinsipnya semua data yang terkait dengan pertanyaan pokok penelitian digali dari
semua kelompok informan, tetapi dalam pendalaman dan perluasannya ada perbedaan
tekanan.
Pada kelompok pertama yaitu Rektor institut dan Ketua Sekolah Tinggi lebih
banyak digali data tentang diagnosis dasar dan kebutuhan pengembangan, perencanaan
dan hasil pengembangan kemampuan dosen. Pada kelompok kedua para Pembantu
Rektor, Dekan, Pembantu Dekan pada institut, Ketua, Pembantu Ketua dan Ketua
Jurusan pada Sekolah Tinggi lebih banyak digali data tentang perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, hasil dan faktor pendudkung dan penghambat, pada kelompok ketiga Ketua
Jurusan/Prodi serta Kepala Bagian pada institut dan sekolah tinggi lebih banyak digali
data tentang pelaksanaan, evaluasi, hasil dan faktor pendukung dan penghambat, sedang
pada kelompok keempat yaitu Dosen lebih banyak digali tentang pelaksanaan, dan hasil
pengembangan kemampuan profesional Dosen.
2. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau metode
sedang dilakukan, ”Observation is the process of gathering open –ended, firsthand
information by observing people and places at research site” (Creswell, John W. 2008: 221)
Data yang diperoleh dari penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini adalah
yang menunjang data yang diperoleh dari hasil wawancara, sehingga diperoleh data yang
lebih lengkap dan utuh, bukan hanya yang dinyatakan secara verbal tetapi yang
diperlihatkan dalam perilaku, baik secara individual maupun kelompok.
“By observing naturally occurring behavior over many hour or days, the researcher hope to obtain a rich understanding of the phenomenon being studied. The nature of observation is comprehensive in that it is continuous and total”.(McMillan, James H (2008: 278)
Bentuk observasi yang digunakan adalah bentuk observasi non partisipatif
(nonparticipatory observation), artinya peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan, peneliti
hanya bertindak sebagai pengamat, mencatat kegiatan yang sedang berlangsung.
Walaupun data yang diperoleh hanya bersifat melengkapi atau menunjang data hasil
wawancara, tetapi observasi merupakan teknik pengumpulan data yang cukup penting.
Observasi merupakan salah satu teknik yang dapat menghasilkan data lapangan secara
lebih obyektif, karena (a) didasari oleh pengamatan langsung di lapangan, (b) dapat
mengamati dan mencatat data mengenai perilaku dan kejadian sebagaimana adanya, (c)
dapat mengungkapkan suatu peristiwa dengan segala kaitannya, (d) dapat memperkecil
atau menghilangkan keraguan tentang data yang diperoleh, (e) memungkinkan untuk
memahami situasi yang rumit dan berbagai perilaku dalam suatu situasi yang kompleks, (f)
dapat mengungkapkan suatu kasus tertentu yang mungkin saja tidak dapat dilakukan
dengan teknik lain.
Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan pedoman observasi, tetapi hanya
berupa garis-garis besar atau butir-butir umum kegiatan yang diobservasi. Rincian dari
aspek-aspek yang diobservasi dikembangkan di lapangan dalam proses pelaksanaan
observasi.
Observasi dilaksanakan berdasarkan pengamatan langsung dan berstruktur serta
peristiwa, perkembangan, dan pertumbuhan, sewaktu kejadian atau perilaku itu
berlangsung. Pengamatan terstruktur berarti, bahwa apa yang diamati dapat
dikelompokkan, ada kategorisasi fenomena yang diamati, pencatatan yang sistematik atas
hasil pengamatan, penerimaan kelompok yang diamati terhadap kehadiran pengamat tanpa
kesan akan merugikan.
Dalam observasi digunakan instrumen pengumpulan data berupa pedoman
observasi. Pedoman ini hanya berupa garis-garis besar atau butir-butir umum kegiatan
yang diobservasi. Rincian dari aspek-aspek yang diobservasi dikembangkan di lapangan
dalam proses pelaksanaan observasi.
Dalam penelitian ini kegiatan observasi difokuskan pada pengumpulan data
tentang: pelaksanaan pengembangan kemampuan Dosen, dan kinerja Dosen dalam
mengaplikasikan hasil-hasil pengembangan kemampuan profesionalnya.
3. Studi Dokumentasi;
Studi dokumentasi (documentary study) merupakan teknik pengumpulan data berupa
kegiatan untuk menghimpun, menelaah dan menganalisis dokumen-dokumen yang
berkenaan dengan fokus penelitian, yaitu pengembangan kemampuan profesional Dosen.
Penggunaan teknik ini ditujukan untuk melengkapi dan mencocokan data yang diperoleh
dari hasil wawancara dan observasi.
Dengan studi dokumentasi; peneliti berusaha mengimpun berbagai data dokumen;
selengkap mungkin. Dokumen yang dihimpun berkenaan dengan dokumen formal yang
sengaja dibuat dan didokumentasikan, berupa kebijakan, peraturan, program, rencana
kerja, hasil atau kemajuan yang telah dicapai dll. Data dokumentasi; yang dihimpun juga
berupa dokumen informal atau dokumen perorangan, seperti: catatan-catatan pribadi,
dokumen elektronik, gambar, dll., yang ada pada unit-unit lembaga pendidikan ataupun
pada perorangan, yang tidak secara resmi dibuat dan disimpan sebagai dokumen.
Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Creswell, John W. (2008: 230),
Dalam studi dokumentasi; digunakan instrumen berupa pedoman studi
dokumentasi, yang berisi jenis-jenis data yang dihimpun. Pedoman ini, hanya sebagai
pegangan umum butir-butir pengumpulan data, tetapi dalam pelaksanaannya bisa
berkembang sesuai dengan kelengkapan jenis dokumen yang ada pada obyek penelitian.
Melalui studi dokumentasi dalam penelitian ini diharapkan diperoleh data dokumen
berkenaan dengan kebijakan, rencana, pelaksanaan, evaluasi serta hasil-hasil dari kegiatan
pengembangan kemampuan profesional dosen.
Kisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan
[image:33.611.81.529.315.616.2]dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data
No Pertanyaan Penelitian Teknik Pengumpulan Data Sumber data/Obyek
1. Apakah program pengembangan kemampuan profesional dosen didasarkan atas hasil diagnosis kebutuhan ? -Wawancara -Studi dokumentasi -Rektor/Ketua -PR/Pembantu Ketua/ -Dekan/ PD/KaLembaga -Dokumen 2 Bagaimana perencanaan
program pengembangan
kemampuan profesional dosen ?
-Wawancara -Studi dokumentasi -Rektor/Ketua -PR/Pembantu Ketua/ -Dekan/ PD/ KaLembaga -KaJur/Prodi/KaTU -Dokumen 3 Bagaimana pelaksanaan
kegiatan pengembangan
kemampuan profesional dosen ?
-Wawancara
-Observasi
Studi dokumentasi
-Rektor/Ketua
-PR/Pembantu Ketua/ -Dekan/ PD/ KaLemb -KaJur Ka Prodi/KaTU -Dosen
-Kegiatan pembinaan -Kegiatan Dosen
No Pertanyaan Penelitian Teknik Pengumpulan Data Sumber data/Obyek
4 Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengembangan
kemampuan profesional dosen ?
-Wawancara -Observasi -Studi dokumentasi -Rektor/Ketua -PR/Pembantu Ketua/ -Dekan/ PD/KaLembaga -KaJur Ka Prodi/KaTU -Dosen
-Kegiatan pembinaan -Kegiatan Dosen -Dokumern
5 Apa hasil yang telah dicapai dalam pengembangan
kemampuan profesonal dosen ?
-Wawancara -Observasi -Studi dokumentasi -Rektor/Ketua -PR/Pembantu Ketua/ -Dekan/ PD/KaLembaga -KaJur Ka Prodi/KaTU -Dosen
-Kegiatan Dosen
-Dokumen 6 Faktor-faktor pendukung dan
penghambat kegiatan pengembangan kemampuan profesional dosen ?
-Wawancara
-Studi dokumentasi
-Rektor/Ketua
-PR/Pembantu Ketua/ -Dekan/ PD/KaLembaga -KaJur Ka Prodi/KaTU -Dosen
-Dokumen
E. Analisis Data
Analisis data berfungsi menemukan keterkaitan atau hubungan antara data dalam
satu aspek atau antar aspek atau variabel. Analisis data dalam penelitian kualitatif
ditujukan pada pemaduan data yang diperoleh dari beberapa teknik pengumpulan data,
menemukan hubungan, kesamaan atau perbedaan antara data dari satu sumber data
dengan sumber data lainnya, yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumen,
dengan berbagai hal yang melatarbelakanginya.
Proses analisis dan penafsiran data merupakan kegiatan yang terjalin secara
terpadu, dan sudah mulai dilakukan sejak data awal diperoleh melalui wawancara,
1998), bahwa : "Analisis data telah dimulai sejak di lapangan. Pada saat itu sudah ada
penghalusan kategori dengan kawasannya, dan sudah ada upaya dalam rangka
penyusunan hipotesis, yaitu teorinya sendiri. Analisis data itu terintegrasi secara terpadu
dengan penafsiran data".
Analisis data kualitatif dapat dibantu dengan penggunaan format analisis data
kualitatif, yaitu suatu format yang menyajikan informasi secara sistematik. Format
tersebut dapat berwujud teks naratif, tabel ringkasan (matrik, bagan) atau gambar. Hal ini
seperti dikemukakan oleh Nasution (1988) yang menyatakan bahwa "Analisis data
kualitatif adalah proses menyusun data (menggolongkannya dalam pola, tema atau
kategori) agar dapat ditafsirkan". Analisis data dalam penelitian ini sangat bervariasi
tergantung pada fokus permasalahan, keluasan lingkup masalah, kedalaman kajian serta
kelengkapan data yang diperoleh.
Analisis kualitatif dalam penelitian ini difokuskan pada mendeskripsikan, melihat
persamaan, perbedaan, hubungan antara data yang berkenaan dengan: diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hasil pengembangan dan faktor pendukung dan
penghambat pengembangan kemampuan profesional dosen.
Dalam penelitian ini, tahapan analisis data mengikuti langkah analisis data dari
McMillan, James H.(2008:274), yaitu: “1) Gether extensive, detailed data, 2) Close reading of text and notes, 3) Code and verify data, 4) Create categories from code, 5)
Reduce categories to eliminate redundancy, 6) Conclusion, model, frame work or structures”.
Pengumpulan data secara ekstensif dan detil. Selama pengumpulan data,
sebenarnya proses analisis data kualitatif sudah mulai dilakukan, karena data yang
dikumpulkan diarahkan pada menghimpun data yang bersifat menyeluruh (ekstensif) dan
detil.
Mengakhiri pembacaan teks dan catatan. Selama pengumpulan data, peneliti
membuat catatan-catatan lapangan tentang hasil wawancara dan observasi dalam format
tertentu. Catatan-catatan tersebut bersama dengan data dokumentasi; dibaca dan dikaji
dengan cermat, kejelasan dan kelengkapan isinya. Bila semuanya sudah lengkap, maka
Verifikasi dan pemberian kode pada data. Data yang telah tersusun dalam catatan
lapangan atau format-format tersebut diverifikasi dan diberi kode. Verifikasi merupakan
tahap pencocokan dari data yang dikumpulkan dengan tujuan dari penelitian. Data yang
sudah diverifikasi kemudian diberi kode tertentu.
Menyusun kategori dari kode. Berdasarkan kode dari catatan data lapangan dapat
dilihat kategori dari data yang diperoleh dan keterkaitannya dengan tujuan penelitian.
Data dalam kategori yang sama tersebut disatukan.
Mereduksi kategori untuk mengurangi pengulangan. Data dalam kategori yang
sama mungkin melengkapi satu dengan yang lainnya tetapi mungkin juga menunjukkan
perbedaan, atau mungkin juga pengulangan. Data yang bersifat pengulangan dapat
dibuang.
Konklusi, model, kerangka atau struktur. Ini merupakan tahap akhir dari analisis
data. Tekanannya adalah pada menemukan makna dari hubungan antar data dalam satu
kategori ataupun antar kategori, Adanya keterkaitan yang bermakna antar kategori, antar
komponen atau aspek dapat mengarah pada adanya atau dapat disusunnya kerangka,
BAB V:
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sesuai dengan tujuan yang dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian
pada bab satu, dapat disimpulkan beberapa temuan pokok dari penelitian ini.
1. Diagnosis Kebutuhan Pengembangan
Ketiga perguruan tinggi kedinasan yang diteliti yaitu IPDN, STPB dan STKS
dalam pengembangan kelembagaan dan pengembangan SDM termasuk di dalamnya
pengemb