1
BABBIB
PENDAHULUANB
B
A. LatarBBelakangBMasalahB
2
Bab I. Pendahuluan
Kedua, keterampilan menulis yang dianggap lebih tinggi kesulitannya tersebut, baik jenis narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi, ternyata masih bertingkat lagi derajat kesulitannya. Dari semua jenis tulisan atau karangan tersebut, karangan argumentatif dinyatakan paling sulit. Suparno dan Yunus (2005: 5.33) mengatakan, “… Corak karangan ini (argumentasi; pen.) termasuk karangan yang paling sulit bila dibandingkan dengan corak karangan yang lain…” Alasannya, “…kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan atau bukti yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinan kita” (2005: 5.33).
Sementara itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah, salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah proses pembelajaran yang dapat memberi kemudahan bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bab I. Pendahuluan
Keempat, upaya-upaya untuk keluar dari kesulitan menulis khususnya menulis argumentatif telah dilakukan, antara lain dengan penerapan model pembelajaran sebagaimana yang dilakukan oleh Setianingsih (2008) dan Sobari (2006). Setianingsih menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan Logika Toulmin efektif meningkatkan kemampuan menulis argumentatif dan keterampilan berpikir kritis. Lebih lanjut, pada bagian
Saran, dikatakannya bahwa penelitiannya tidak dapat digeneralisasikan karena penelitian tersebut hanya cocok diterapkan di perguruan tinggi yang memiliki karakteristik lebih kurang sama dengan kondisi Program Studi Farmasi. Sobari sendiri setelah membandingkan model Kooperatif Tipe Jigsaw dengan model Ekspositori dalam pembelajaran Menulis Paragraf dalam Karangan Argumentatif di SMU PGII 2 Bandung menyimpulkan bahwa model Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan model Ekspositori. Dalam Saran-nya, Sobari mengatakan bahwa selayaknya peneliti selanjutnya mengukur sense of interpersonal relationship (hubungan yang akrab antarsiswa) karena ditemukan beberapa siswa kurang aktif melakukan diskusi.
Setelah mencermati hal-hal yang dikemukakan di atas, maka diperlukan inovasi-inovasi untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang digagas adalah melalui penelitian penerapan model pembelajaran tertentu.
4
Bab I. Pendahuluan
tradisional (MHT). MH memiliki landasan filosofis pedagogis dan prinsip-prinsip serta karakteristik yang diekstrak dari ajaran agama Islam sebagai sebuah pedoman hidup (minhajul hayah). Salah satu prinsip dalam ajaran Islam adalah sebuah pekerjaan, perbuatan, tindakan, aksi, ucapan hendaknya dilandasi oleh alasan ilmiah. Prinsip ini diambil dari salah satu ayat Alquran yang terdapat dalam Surat Al-Isra ayat 36 yang menyatakan, Janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai
pertanggungjawabannya (Depag, 1971: 429) Oleh karena itu, berdasarkan prinsip ini, dalam MH pun setiap peserta halaqah harus melandasi setiap pendapat, sikap, dan keyakinannnya dengan pemahaman atau ilmu yang memadai.
Sementara itu, menulis argumentatif berarti mengemukakan pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat yang harus dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya melalui argumentasi dengan logika yang benar. Tampaknya, ada relevansi antara karakteristik halaqah sebagai sebuah model pembelajaran dengan karakteristik menulis argumentatif. Persamaan karakteristik tersebut menjadi titik singgung antara MH sebagai model pembelajaran dengan menulis argumentatif sebagai materi pembelajaran.
Bab I. Pendahuluan
penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penelitian tentang penerapan MH, baik berkaitan dengan kemampuan menulis pada umumnya maupun dengan kemampuan menulis argumentatif. Untuk itu, penelitian tentang MH menjadi penting untuk dilakukan.
B. BatasanBdanBRumusanBMasalahB 1. BatasanBMasalahB
Penelitian ini dirancang untuk mengkaji salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran, yaitu mengkaji keefektifan penggunaan sebuah model pembelajaran yang disebut model halaqah (MH) untuk peningkatan keterampilan menulis argumentatif. Oleh karena itu, penelitian difokuskan pada pengaruh proses pembelajaran melalui penerapan model halaqah terhadap keterampilan menulis argumentatif dengan mencermati (1) hasil menulis argumentatif, (2) keefektifan penerapan model halaqah, dan (3) respon guru terhadap pembelajaran model halaqah, dan (4) kepribadian menulis.
2. RumusanBMasalahB
Sesuai dengan batasan masalah, berikut ini diajukan rumusan masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
1) Apakah ada peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa dengan menggunakan MH?
6
Bab I. Pendahuluan
3) Bagaimanakah respon guru terhadap MH?
4) Apakah MH dapat membentuk kepribadian menulis?
C. BTujuanBPenelitianB
Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, penelitian dirancang untuk menemukan model pembelajaran menulis argumentatif yang teruji dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Model halaqah (MH) dimaksudkan untuk menjadi model alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif. Secara operasional, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1) mengetahui Bkeefektifan model halaqah bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif.B
2) menggambarkan sistem atau desain dan proses penerapan model halaqah dalam proses pembelajaran menulis argumentatif.B
3) memperolehBgambaran respon guru terhadap MH sebagai sebuah model pembelajaran yang diharapkan menjadi alternatif solutif bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif.B
4) mengetahui kepribadian menulis yang terbentuk melalui MH.B
B
D. ManfaatBHasilBPenelitianB
Bab I. Pendahuluan
berupa panduan praktis model halaqah yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat secara teoretis yang dapat memberi sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi dasar (KD) Menulis Argumentatif. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif model pembelajaran menulis argumentatif siswa SMA.
Jika hasil penelitian eksperimen menunjukkan keefektifan model halaqah dalam meningkatkan keterampilan menulis argumentatif siswa, maka hasil penelitian dapat direkomendasikan untuk menjadi model pembelajaran menulis argumentatif.
E. AsumsiB
Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah (1) menulis merupakan suatu proses dan (2) keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa dapat ditingkatkan kualitasnya melalui berbagai upaya.
F. HipotesisB
8
Bab I. Pendahuluan
Berdasarkan kajian terhadap latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah
a. Keterampilan menulis argumentatif siswa meningkat secara signifikan pada:
1) pembelajaran MHI dibandingkan dengan MHT dan MKonv. 2) pembelajaran MHT dibandingkan dengan MKonv.
b. MHI berkontribusi positif dalam menanggulangi kesulitan siswa dalam menulis argumentatif.
G. DefinisiBOperasionalB
Agar tidak terjadi salah pengertian tentang konsep-konsep yang dikaji dalam penelitian ini, maka dibutuhkan definisi operasional tentang keterampilan, menulis argumentatif, tulisan, model pembelajaran, dan model halaqah.
1. Menulis adalah proses mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, keinginan, kehendak, atau pengalaman) melalui lambang grafis yang tersusun menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf secara sistematis yang mengandung makna yang dapat dipahami oleh pembaca.
Bab I. Pendahuluan
3. Model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola pembelajaran yang secara khusus dirancang untuk pembelajaran menulis argumentatif.
4. Model halaqah adalah model pembelajaran dengan kelas kecil (berjumlah 15 – 20 orang) berbentuk lingkaran (halaqah), posisi guru dan murid setara dan saling berhadapan dengan tahap kegiatan belajar (1) iftitah (pembukaan), (2) pengungkapan kejadian di masyarakat, (3) pembuatan tulisan argumentatif, (4) penyampaian masalah dan kabar gembira, dan (5) ikhtitam (penutup) yang digunakan dalam penelitian ini.
5. Keterampilan adalah kecakapan tertentu untuk melakukan sesuatu secara baik berdasarkan ilmu yang dimiliki yang digunakan dalam penelitian ini.
6. Keterampilan menulis adalah kecakapan mengungkapkan pesan melalui lambang grafis secara sistematis dan logis menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf yang secara utuh menjadi sebuah wacana argumentatif.
10
Bab I. Pendahuluan
8. Pembelajaran adalah proses atau cara guru mengondisikan siswa belajar dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran menulis argumentatif dengan menggunakan model halaqah.
9. Kesulitan menulis adalah faktor penghambat atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mencapai keterampilan menulis argumentatif, baik berasal dari dalam dirinya (minat, motivasi, pengetahuan, sikap, anggapan) maupun dari lingkungan belajarnya. Dalam penelitian ini, kesulitan belajar diidentifikasi dan dianalisis untuk menjadi salah satu dasar perancangan model halaqah.
10. Kepribadian menulis adalah karakter, moral, atau akhlak dalam menulis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kesantunan, dan keadilan dalam menulis argumentatif.
H. ParadigmaBPenelitianB
Budaya literat merupakan budaya manusia berperadaban tinggi yang ditandai oleh kesadaran kolektif melek huruf yang bersifat komunal. Untuk menjadi bangsa yang berbudaya literat, dibutuhkan perubahan pola pikir (mind
Bab I. Pendahuluan
individu-individu, lalu perubahan komunitas, dan pada akhirnya perubahan kolektif pada bangsa tersebut.
Perubahan individu pun berawal dari perubahan pola pikir, lalu terinternalisasi menjadi perubahan sikap, dan akhirnya kepada perubahan tindakan dan perbuatan. Dengan alur yang sama, membentuk bangsa dan masyarakat literat dimulai dari membentuk individu-individu berbudaya literat.
Untuk melahirkan individu, masyarakat, dan bangsa yang berperadaban tinggi (berbudaya literat), maka pendidikan merupakan satu bidang terpenting dan utama untuk pembentukan masyarakat dan bangsa yang berperadaban tinggi (bangsa literat) tersebut. Lewat pendidikan (pembelajaran), pembentukan generasi masa depan bangsa yang melek huruf secara bertahap dapat dilakukan. Melalui pendidikanlah, generasi muda (siswa-siswa dan mahasiswa-mahasiswi) dapat dididik, dibina, dan dilatih untuk menjadi unsur-unsur perubah di tengah kehidupan menuju masyarakat dan bangsa yang berbudaya literat.
12
Bab I. Pendahuluan
Salah satu standar kompetensi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis. Dengan menulis, seorang siswa dididik dan dilatih untuk berbudaya literat dan di dalam standar kompetensi menulis itu terdapat berbagai kompetensi dasar, antara lain menulis paragraf argumentatif yang merupakan kompetensi yang relatif lebih sulit jika dibandingkan dengan menulis paragraf deskriptif, naratif, atau ekspositif.
Penerapan MH dalam penelitian ini merupakan salah satu upaya alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis khususnya keterampilan menulis argumentatif siswa. Jika hasil penelitian ini terbukti meningkatkan secara signifikan kemampuan menulis argumentatif siswa, maka dapat dijadikan rekomendasi bagi model pembelajaran di SMA.
MH dibangun di atas kesadaran bahwa keberhasilan pembelajaran bukan semata-mata didasari oleh paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa (student learning center ) atau pada keaktifan guru, melainkan perpaduan antara keduanya secara seimbang. MH mengutamakan keaktifan siswa, tetapi pada saat yang sama guru harus memainkan peran yang utuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, guru harus mengajar dan murid harus belajar, secara maksimal dan seoptimal mungkin.
Bab I. Pendahuluan
memantau hal ini sampai siswa mencapai karakteristik yang diinginkan. Sebagai
ulama (ilmuwan), guru hendaknya memiliki kapasitas ilmu yang memadai. Di mata siswa, guru adalah seorang cerdas dan tempat menimba ilmu. Sebagai
teladan, guru hendaknya menjadi model penulis yang dapat diteladani oleh siswa. Dalam mengajarkan menulis argumentatif, guru memperlihatkan hasil karya (tulisannya) kepada siswa. Guru tidak boleh menjadi periwayat ilmu belaka, tetapi ia harus mengamalkan ilmu yang diajarkannya yang dibuktikan oleh tulisan argumentatif yang dihasilkannya, sekurang-kurangnya guru mampu membuktikan diri kepada siswa bahwa ia pantas dijadikan teladan dalam hal menulis. Sebagai pemimpin, guru hendaknya dengan sabar menuntun siswa untuk belajar. Guru membantu siswa dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian kegiatan belajarnya. Guru harus menyediakan waktu ketika para siswanya membutuhkannya, karena ia bertanggung jawab penuh di dunia dan di akhirat akan kesuksesan para siswanya.
MHT sebagai model dasar dalam penelitian ini diaplikasikan dalam tiga tahap, yaitu
a. Tahap I: Pemilihan kompetensi dan materi pembelajaran; b. Tahap II: Pembentukan halaqah;
c. Tahap III: Kegiatan pembelajaran yang terdiri atas tujuh langkah: (1) Iftitah (pembukaan),
14
Bab I. Pendahuluan
(3) Talaqqi madah (penyampaian materi), diskusi, dan berlatih menulis argumentatif,
(4) Mutaba’ah (evaluasi) permasalahan dan kabar gembira, (5) Pengumuman dan penugasan
(6) Ikhtitam (penutupan)
Dengan menggunakan paradigma perubahan sebagaimana dikemukakan di atas, apabila model halaqahilmiah (MHI) – hasil transformasi dari MHT – terbukti meningkatkan keterampilan menulis argumentatif siswa yang dapat diketahui dari hasil karangan argumentatif siswa yang berkualitas, maka secara instruksional MHI dapat dijadikan model alternatif pembelajaran menulis argumentatif. Meningkatnya keterampilan menulis argumentatif, secara bertahap akan berdampak pada perbaikan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, selanjutnya berpengaruh pula pada kualitas siswa. Apabila para siswa meningkat kualitasnya, maka secara alami akan meningkat pula kualitas sekolah, lalu kualitas generasi muda, dan pada akhirnya kualitas masyarakat dan bangsa Indonesia yang berperadaban tinggi dan berbudaya literat.
209
BABBVBB
PEMBAHASANBHASILBPENELITIANB
Bahasan dalam bab ini berspa analisis mengenai temsan-temsan
penelitian. Temsan-temsan tersebst merspakan jawaban atas rsmssan
masalah penelitian sebagaimana dikemskakan pada Bab I bagian B poin 2. Oleh
karena its, hal-hal yang akan dibahas pada bagian ini adalah (1) hasil belajar
siswa sebelsm dan sessdah penerapan model, (2) keefektifan model halaqah
ilmiah (MHI), (3) ksalitas implementasi model, dan (4) perbaikan model.
A. PembahasanBHasilBBelajarByangBDiperolehBSebelumBdanBSesudahBPenerapanB
ModelBHalaqahB
1. AnalisisBHasilBBelajarBSebelumBPenerapanBMHB
Data hasil belajar yang akan dianalisis pada bagian ini adalah tslisan
argsmentatif yang dibsat oleh siswa kelas eksperimen halaqah ilmiah. Secara
ksalitatif, tslisan argsmentatif yang dibsat oleh siswa pada tes awal dapat
dikemskakan sebagai berikst.
b.BAnalsisBKomponenBSubstantifB
Dari segi ssbstansi tslisan atas karangan argsmentasi, hasil karangan siswa
pada tes awal belsm mensnjskkan kategori jenis karangan argsmentasi. Delapan
Bab V. Pembahasan
Akibatnya, karangan yang ditslis oleh siswa hanya massk pada kategori eksposisi,
deskriptif, atas narasi.
Pada tes awal (praperlaksan), dari 20 siswa, ksalitas keterampilan siswa
dalam menslis argsmentatif terkategorikan kurang sebanyak 18 orang (90%) dan
kategori cukup hanya 2 orang (10%). Dengan kategori kurang, berarti tslisan
siswa belsm memenshi kriteria sebagai karangan argsmentatif, karena tidak
memsat elemen pokok maspsn elemen pendsksng. Kategori cukup, berarti
tslisan yang dibsat siswa memenshi kriteria sebagai tslisan argsmentatif, yaits
memsat elemen pokok berspa pernyataan sikap dan alasan tanpa pembenaran.
b. AnalisisBKomponenBTekstualB
Pada tes awal, walaspsn secara ssbstansi belsm dapat dikategorikan
sebagai tslisan argsmentatif, namsn secara tekstsal ssdah terlihat snssr-snssr
pendahslsan, isi, dan penstsp atas kesimpslan. Tampaknya, pola tslisan siswa
belsm terbentsk menjadi bagian pendahslsan, isi, dan kesimpslan secara stsh.
Pada smsmnya, siswa tidak mengalami kendala dalam membsat
pendahslsan, karena semsa tslisan selals mengacs pada realitas kehidspan
nyata dengan cara menceritakan realitas kekinian. Akan tetapi, pada bagian isi
tslisan, rata-rata tslisan siswa belsm mensnjskkan kajian atas bahasan yang
memenshi kriteria argsmentatif. Demikian jsga pada bagian kesimpslan atas
211
Bab V. Pembahasan
Pada bagian pendahuluan atas pembukaan tslisan, selals dinyatakan
dengan frase berikst:
caat ini ....
Dewasa ini ....
Kita saksikan bahwa saat ini ....
... sudah tidak asing lagi ....
... sekarang ini sedang marak-maraknya ....
Di zaman sekarang ...
... sekarang ini ....
Adapsn pada bagian penstsp atas kesimpslan, tslisan siswa belsm
memperlihatkan ketepatan penyimpslan sebsah tslisan. Kebanyakan akhir
tslisan siswa masih mengambang, karena belsm hadirnya kesimpslan.
Secara keselsrshan, tslisan siswa yang ssdah mengarah kepada strsktsr
yang baiksebanyak 15%, cukupsebanyak 60%, dan kategorikurangsebanyak 25%.
Analisis aspek tekstsal dengan fakta seperti tersebst di atas, dapat menjadi
sebsah bahan pertimbangan bahwa tindak lanjst yang dapat dilakskan gsrs
pada saat pembelajaran tslisan argsmentatif melalsi model halaqah adalah
pengarahan fokss pada bagian isi dan penutup atas kesimpulan. Adapsn bagian
pendahuluan, csksp dengan pengarahan secara baik pada langkah pembelajaran
lintasan pikiran.
Bab V. Pembahasan
c. AnalisisBKomponenBLeksikalB
Dalam analisis komponen leksikal ini, yang diperhatikan adalah ketepatan
penggsnaan kosa kata dan aspek kebaksan kata yang digsnakan. Dari 20 tslisan
siswa pada tes awal, selsrshnya ditemskan kesalahan berspa penggsnaan kosa
kata nonbaks dan penggsnaan ragam bahasa lisan dalam tslisan. Delapan belas
(90%) tslisan siswa menggsnakan kosa kata nonbaks. Kosa kata nonbaks
tersebst tampaknya dipengarshi oleh gaya bahasa lisan yang dimasskkan ke
dalam tslisan. Dalam tslisan yang berkode T.Aw. 10 terdapat kalimat, “… sekali
nyontek maunya nyontek terus dech”. Pada tslisan dengan kode T.Aw. 14 dan 15
memang tidak ditemskan kosa kata nonbaks, tetapi kedsa tslisan tersebst
terkategori sangat miskin kosa kata.
Sebagaimana diketahsi bahwa tslisan argsmentaif adalah tslisan ragam
ilmiah, maka konseksensinya, seorang penslis dalam membsat tslisan
argsmentatif membstshkan pengalaman ilmiah yang diwsjsdkan dalam bentsk
kata-kata dan istilah-istilah denotatif. Ssdah barang tents, pemerolehan kosa
kata ilmiah harsslah melalsi forsm-forsm ilmiah atas bahan-bahan bacaan
ilmiah.
d. AnalisisBKomponenBSintaktisB
Komponen sintaksis yang dianalisis berkaitan dengan keefektifan kalimat
melipsti aspek kesepadanan, keparalelan, penegasan, kehematan, dan kelogisan.
213
Bab V. Pembahasan
tslisan atas 15% (T.Aw.05, 07, dan 20); kategori csksp sebanyak 15 tslisan atas
75% (T.Aw. 01, 02, 03, 04, 06, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, dan 19); kategori
ksrang sebanyak dsa tslisan atas 10% (T.Aw. 14 dan 18).
Pada tes awal ini, secara smsm terlihat bahwa keterampilan siswa dalam
membsat kalimat efektif belsm csksp yaits sebanyak 75%. Dengan demikian,
diperlskan penjelasan yang lebih detil tentang kalimat efektif di dalam halaqah.
e. AnalisisBKomponenBGrafologisB
Analisis komponen grafologis pada tes awal ditemskan 20 (100%) tslisan
yang mengandsng kesalahan.
Berdasarkan kriteria komponen grafologis, dari 20 siswa pada tes awal,
sebanyak 2 orang (10%) termassk kategori baik, 11 orang (55%) termassk
kategori csksp, dan tsjsh orang (35%) termassk kategori ksrang.
2. AnalisisBHasilBBelajarBSesudahBPenerapanBMHIB
Sebsah pertanyaan penting sntsk dijawab sehsbsngan dengan penerapan
model halaqah ilmiah (MHI) dalam penelitian ini adalah “apakah MHI dapat
meningkatkan keterampilan menslis argsmentatif?”. Untsk menjawab
pertanyaan ini, dibstshkan dsa hal, yaits membandingkan hasil tes keterampilan
menslis argsmentatif pada pretes dan postes dan melakskan sji signifikansi
Bab V. Pembahasan
Penganalisisan hasil belajar siswa pascapenerapan MHI pada tes akhir,
sebagaimana pada tes awal, didasarkan pada komponen kebahasaan tslisan
argsmentatif. Komponen yang dimakssd adalah (1) ssbstantif, (2) tekstsal, (3)
leksikal, (4) sintaksis, dan (5) grafologis. Analisis tslisan siswa pada tes akhir
dikemskakan sebagai berikst.
a. AnalisisBKomponenBSubstantifB
Dari komponen ssbstantif, keterampilan menslis argsmentatif siswa pasca
penerapan MHI mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tes akhir ini, dari
20 tslisan, hanya sats (5%) tslisan yang berkategori ksrang, yaits tslisan yang
berkode T.Akh.11. Keksrangan tersebst dikarenakan tidak adanya pernyataan
sikap. Akan tetapi, dari topik yang diangkatnya mensnjskkan adanya
kontroversial, yaits tentang Kebiasaan Merokok. Sebanyak 11 (55%) tslisan
berkategori sangat baik, di mana pada tslisan-tslisan tersebst (T.Akh.01, 02, 04,
06, 07, 10, 12, 13, 15, 17, dan 19) telah memsat elemen pokok dan elemen
pendsksng.
b. AnalisisBKomponenBTekstualB
Pada komponen tekstsal terkait aspek ketepatan ragam tslisan pada tes
akhir, dari 20 tslisan, 19 (95%) tslisan merspakan ragam argsmentatif. Hal ini
berbanding terbalik dengan hasil belajar pada tes awal, yaits 19 (95%) tslisan
bskan termassk tslisan argsmentatif. Pada tes akhir hanya sats (5%) tslisan yang
215
Bab V. Pembahasan
tidak ada pernyataan sikap, padahal di sana-sini dikemskakan argsmen-argsmen
dari realitas yang disampaikan di awal tslisan.
Pada aspek strsktsr atas organisasi tslisan, secara konsisten semsa tslisan
(100%) mengandsng bagian pembska atas pendahslsan, isi, dan penstsp atas
kesimpslan.
c. AnalisisBKomponenBLeksikalB
Dari hasil tes akhir diperoleh data pada komponen keterampilan memilih
kata (leksikal) siswa pada aspek kebaksan kata sebagai berikst.
Penggsnaan kata tapi berksrang intensitasnya, yang lebih banyak
digsnakan adalah kata tetapi. Walasn psn dari segi kebaksan penggsnaan kata
tapi merspakan sats kesalahan, tetapi tidak mengganggs makna. Oleh karena
its, dari segi indikator penilaian masih dapat dikategorikan baik.
d. AnalisisBKomponenBSintaktisB
Pada analisis komponen sintaksis, masih ditemskan kesalahan pemakaian
kalimat pada aspek kesepadanan, khssssnya kesalahan ketidakjelasan ssbjek.
Hal disebabkan oleh penggsnaan penggsnaan kata penghsbsng tetapi pada awal
kalimat (T.Akh.01, 04, dan 10).
Ditinjas dari komponen sintaksis, dari 20 tslisan pada tes akhir, termassk
kategori sangat baik sebanyak delapan (40%) tslisan (T.Akh.01, 02, 04, 06, 07, 08,
Bab V. Pembahasan
hasil belajar keterampilan menslis argsmentatif siswa pada komponen sintaksis
mensnjskkan adanya peningkatan dibandingkan dengan tes awal.
e. AnalisisBKomponenBGrafologisB
Pada komponen grafologis, tslisan argsmentatif siswa dianalsis dari segi
penggsnaan ejaan, dalam hal ini Ejaan yang Disempsrnakan (EYD).
Dari kesalahan grafologis pada tabel 5.5 tersebst, diperoleh informasi
bahwa kesalahan penggsnaan ejaan dari 10 aspek kesalahan disebabkan oleh (1)
ketidaktaatasasan atas ketidakkonsistenan dalam menggsnakan kosa kata
tertents, (2) ketiadaan pengetahsan yang memadai atas ketidakmengertian
tentang kaidah EYD, dan (3) ketidaktahsan konsep dasar sebsah bentsk.
Ketidaktaatasasan penggsnaan kaidah bahasa Indonesia dapat dibsktikan
dengan, misalnya, penggsnaan bentsk kata yang bersbah-sbah (tapi dan tetapi,
karna dan karena), pengslangan kata (anak’’ dan anak-anak, orang’’ dan
orang-orang). Adapsn kesalahan yang disebabkan oleh ketidakmengertian siswa
terhadap kaidah bahasa Indonesia (EYD) dapat dibsktikan dengan penslisan atas
pemakaian hsrsf, kata, atas tanda baca yang asal jadi, misalnya strees, sex,
tehnologi.Kesalahan yang disebabkan oleh ketidakpahaman terhadap konsep
kaidah bahasa, misalnya sslit membedakan cara penslisan awal di- dan
217
Bab V. Pembahasan
Ditinjas dari komponen grafologis, dari 20 tslisan argsmentatif siswa,
berkategori baik sebanyak 15 (75%) tslisan dan berkategori csksp sebanyak 5
(25%) tslisan, serta tidak sats psn yang mencapai kategori sangat baik.
Secara keselsrshan, keterampilan menslis argsmentatif siswa
pascaperlaksan atas penerapan model, baik its model konvensional, model
halaqah tradisional, maspsn model halaqah ilmiah mensnjskkan peningkatan
dalam semsa komponennya. Hal ini dapat dilihat pada meningkatnya ksalitas
tslisan dari berbagai komponen kebahasaan. Untsk mendapat gambaran yang
lebih jelas tentang peningkatan ksalitas keterampilan menslis argsmentatif
siswa pada semsa kelompok, dapat dilihat pada tabel berikst.
TabelB5.1B
PerbandinganBKualitasBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB
NoB ModelB TesBAwalB TesBAkhirB
1 MHI 69.75 (Ksrang) 90.25 (Sangan baik)
2 MHT 67.4 (Ksrang) 84.3 (Baik)
3 Mkonv. 62.591 (Ksrang) 71 (Csksp)
Tabel 5.6 memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan menslis
argsmentatif sebagai pengarsh atas dampak dari perlaksan model yang secara
bertsrst-tsrst pada MHI dari peringkat kurang menjadi sangat baik, MHT dari
Bab V. Pembahasan
B. KeefektifanBMHIB
Untsk mengetahsi keefektifan MHI perls dilakskan sji hipotesis yang
dalam penelitian ini digsnakan sji statistik parametrik dengan menggsnakan
software atas program SPSS versi 17. Sebelsm dilakskan sji hipotesis, data-data
yang diperoleh dari tes keterampilan menslis argsmentatif terlebih dahsls disji
sifat normalitas dan homogenitasnya.
Uji normalitas dimakssdkan sntsk mengetahsi apakah data yang akan
diolah terdistribssi normal atas tidak. Uji normalitas pada kelompok data tes
awal dan tes akhir MHI, MHT, dan MKonv. mensnjskkan bahwa data-data
tersebst terdistribssi normal. Dengan demikian, data telah memenshi syarat
sntsk diolah lebih lanjst.
Uji homogenitas dimakssdkan sntsk memperlihatkan bahwa dsa atas
lebih kelompok data sampel berasal dari popslasi yang memiliki variansi yang
sama. Harga sig. (sinifikansi) yang diperoleh dari perhitsngan (x2hitung)
selanjstnya dibandingkan dengan x2 dari tabel (x2tabel ), bila sig. yang
diperoleh<x2tabel (0,05) maka data berasal dari popslasi yang mempsnyai varian
tidak serspa (tidak homogen). Jika sig. yang diperoleh > 0,05 maka data berasal
dari popslasi yang mempsnyai varian yang serspa (homogen). Hasil sji
homogenitas semsa data mensnjskkan adanya sifat homogenitas pada
219
Bab V. Pembahasan
Uji hipotesis dilakskan dengan analisis varian dan kovarian dan analisis
perbedaan dsa rata-rata. Analisis varian dan kovarian terhadap MHI dengan
MKonv., MHI dengan MHT, MHT dengan MHI mensnjskkan adanya perbedaan
hasil yang signifikan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Ini memberi
informasi adanya pengarsh perlaksan terhadap peningkatan keterampilan
menslis argsmentatif baik pada halaqah ilmiah, halaqah tradisional, maspsn
pada kelas konvensional.
Analisis perbedaan rata-rata ketiga kelompok mensnjskkan bahwa
hipotesis yang diajskan dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis
yang diajskan berbsnyi: keterampilan menulis argumentatif siswa meningkat
secara signifikan pada pembelajaran MHI dibandingkan dengan MHT dan
Mkonv. dan pembelajaran MHT dibandingkan dengan Mkonv. diterima.
Peningkatan skor rata-rata keterampilan menslis dapat dilihat pada tabel
berikst.
TabelB5.2B
PerbedaanBNilaiBRata-rataBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB
ModelB Rata-rataBHasilBTesBAkhirB
Konvensional 72,60
Halaqah Tradisional 84,30
Bab V. Pembahasan
Meningkatnya skor rata-rata pada MHI, MHT, dan MKonv. mensnjskkan
pengarsh perlaksan. Tabel 5.1 menggambarkan adanya pengarsh MHI lebih baik
daripada MHT dan MKonv. Hal ini ditopang oleh perbedaan Gain, baik Gain per
individs maspsn Gain antarmodel sebagai berikst.
221
Jsmlah 1395B 1805B 2694 3372 2754B 3122B
Rata-rata 69.75B 90.25B 67.4B 84.3B 64B 73B
Sumber:BKapitulasiBJumlahBSkorBHasilBTesBKeterampilanBMenulisB ArgumentaifB
Dari Gain per siswa pada pretes dan postes diperoleh rata-rata: Mkonv.=
8,56; MHT = 16,95; dan MHI = 20,5. Ini mensnjskkan bahwa semsa model
pembelajaran yang digsnakan dalam penelitian ini memperlihatkan adanya
peningkatan keterampilan menslis argsmentatif dengan peringkat yang
berbeda-beda.
Bab V. Pembahasan
TabelB5.4B
GainBAntarmodelBPembelajaranByangBDigunakanB
B GAINB
Konvensional Halaqah Tradisional 11,345
Konvensional Halaqah Ilmiah 16,815
Halaqah Tradisional Halaqah Ilmiah 5,128
B
Kenaikan Gain antarkelompok model di atas semakin menegaskan bahwa
MHI lebih efektif meningkatkan keterampilan menslis argsmentatif siswa
dengan peningkatan sebesar 16,815 dibandingkan dengan MKonv. dan
peningkatan sebesar 5,128 dibandingkan dengan MHT.
Berdasarkan perbedaan skor rata-rata pretes-postes, skor rata-rata
antarkelompok model, dan perbedaan Gain antarkelompok tersebst, diperoleh
informasi bahwa MHI jash lebih baik dalam meningkatkan keterampilan menslis
argsmentatif siswa daripada MHT dan MKonv. Dengan demikian, pertanyaan
penelitian, Apakah ada peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa
dengan menggunakan MH?, ssdah terjawab. Demikian jsga dengan pertanyaan
Apakah penerapan MH efektif menanggulangi kesulitan menulis argmentatif,
dapat dijawab bahwa dengan meningkatnya keterampilan menslis argsmentatif
siswa sebagaimana ditsnjskkan dalam tabel 5.1 dan 5.2, maka kesslitan belajar
223
Bab V. Pembahasan
Adapsn tentang peningkatan Gain sebesar 5,128 antara MHT dan MHI,
dapat dimaknai sebagai pengarsh dari perbaikan MHT menjadi MHI, yaits
adanya penambahan kegiatan yang disebst ssprahalaqah. Tahap ssprahalaqah
pada MHI memsngkinkan terjadinya interaksi timbal balik antara gsrs-siswa,
siswa-gsrs, dan siswa-siswa. Dampak dari interaksi ini adalah
a. Meningkatnya aktivitas penyelesaian masalah belajar, khssssnya
berkaitan dengan keterampilan menslis argsmentatif. Hal ini memberi
efek pada berksrangnya tingkat kesslitan dari permasalahan yang
dialami oleh siswa.
b. Meningkatnya kenyamanan belajar siswa di dalam halaqah sehingga
kendala-kendala psikologis yang menjadi penghambat pembelajaran
dapat ditiadakan atas minimal dapat diksrangi.
c. Meningkatnya kerja sama antara siswa dengan gsrs atas siswa dengan
siswa. Jika kerja sama dilakskan antara siswa dengan siswa, maka
masih dibstshkan pihak ketiga (dalam hal ini gsrs) sntsk mengontrol
prodsk dari kerja sama tersebst. Akan tetapi, kerja sama antara siswa
dengan gsrs bernilai mslti efek, antara lain (1) kerja sama its bernilai
bimbingan, (2) kerja sama its bernilai perhatian, (3) kerja sama its
bernilai kasih sayang, (4) kerja sama its bernilai pertolongan, dan (5)
kerja sama its tidak lagi membstshkan pihak ketiga. Semsa its
Bab V. Pembahasan
kekagsman dan penghargaan siswa kepada gsrs yang akhirnya wibawa
gsrs semakin lebih baik di mata para siswanya.
C. KualitasBImplementasiB
1. KegiatanBGuruBB
Hasil observasi mensnjskkan bahwa kegiatan gsrs pada MHI relatif lebih
padat, karena kegiatan yang dilakskan sntsk pembelajaran menslis argsmentatif
tidak hanya dilakskan di dalam halaqah (kelas), tetapi jsga di lsar halaqah. Hal ini
memberi “beban” tersendiri kepada gsrs. Akan tetapi, jika memang seorang
gsrs berkeinginan ksat sntsk memajskan siswa-siswanya, maka gsrs harss
meningkatkan keikhlasannya. Dengan keikhlasan yang tinggi, maka beban
seberat apa psn akan terasa lebih ringan. Keikhlasan yang tinggi dan kesabaran
menanggsng beban berat its memberi nilai tinggi bagi kemsliaan profesi gsrs.
Beban berat yang harss dilakskan oleh gsrs tersebst, sebenarnya dapat
disiasati dengan membsat skala prioritas, yaits mendahslskan siswa yang
bermasalah dalam kegiatan ssprahalaqah. Jsga, bisa memanfaatkan siswa yang
berkemampsan lebih tinggi sntsk menjadi “sasdara” bagi siswa yang
berkemampsan rendah. Penanaman nilai-nilai kebersamaan dan
tolong-menolong dalam menyelesaikan tsgas-tsgas belajar perls terss disampaikan oleh
225
Bab V. Pembahasan
Hambatan yang dialami oleh gsrs dalam MHI adalah terbatasnya wakts
sang gsrs its sendiri dan banyaknya kegiatan siswa dari berbagai bidang stsdi
maspsn kegiatan ekstraksriksler. Apabila gsrs tidak pandai mengelola kegiatan,
sangat msngkin berdampak pada lahirnya pandangan bahwa MHI its
memberatkan para gsrs.
Secara srst, kegiatan gsrs dapat dilihat pada tabel berikst.
TabelB5.5B 20 orang dan menentskan ketsa halaqah sebagai penghsbsng antara halaqah dengan gsrs.
v
3 Memberi nama halaqah tersebst, misalnya halaqah Penslis Masa Depan.
v
4 Mengatsr posisi atas tempat dsdsk siswa dan gsrs membentsk lingkaran. Mengondisikan kelas seakrab msngkin, jashi hal-hal yang dapat menjadi hijab (kendala) psikologis sosial.
v
5 Memberi kesempatan kepada siswa sntsk memilih “sasdara” sebagai partner dalam menyelesaikan tsgas.
v
6 Memslai pembelajaran dengan menghsbsngkan antara aspek-aspek kebahasaan (misalnya menslis) dengan aspek spiritsal, yaits pertanggsngjawaban kepada Allah swt. Akan lebih baik jika diawali dengan membaca ayat-ayat dalam kitab ssci sehsbsngan dengan topik yang akan dibahas pada pertemsan its (yang relevan
Bab V. Pembahasan
dengan topik yang dibahas).
7 a. Menyampaikan lintasan pikiran tentang iss-iss dan realitas kekinian
b. Meminta peserta sntsk menyampaikan lintasan-lintasan pikiran terkait dengan masalah-masalah di masyarakat, misalnya masalah sosial, ekonomi, politik, moral, pendidikan, dan lain-lain.
c. Memberi kesempatan kepada siswa secara bergilir dan merata.
v
v
v
8 a. Meminta siswa sntsk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengandsng kontroversi (pro-kontra) di masyarakat. b. Meminta siswa sntsk menginventarisasi
masalah-masalah its menjadi topik-topik disertai alasan-alasan, baik alasan yang pro maspsn yang kontra.
v
v
9 a. Meminta siswa menentskan posisi atas sikap masing-masing terhadap masalah kontroversi yang sedang dibicarakan disertai alasan yang berasal dari keyakinan keagamaan, data-data ilmiah, dan sebagainya.
b. Mensntsn siswa sntsk memberikan argsmen perihal sikap yang dipilihnya
v
v
10 Menjelaskan kepada siswa tentang pemahaman dasar (teori) menslis argsmentatif.
v
11 Meminta siswa sntsk mensliskan realitas yang sedang dibicarakan disertai pernyataan sikap dan argsmentasinya, dengan dsksngan logika, data, pendapat, dan sebagainya.
v
12 Memperlihatkan contoh tslisan argsmentatif bsatan gsrs sendiri sebagai sebsah bentsk keteladanan seorang gsrs kepada siswanya.
v
13 Memberi kesempatan kepada siswa sntsk menyampaikan segala snek-snek, kesslitan, atas masalah dalam menslis argsmentatif.
227
Bab V. Pembahasan
14 Memberi kesempatan kepada selsrsh peserta halaqah sntsk memberi tanggapan disertai alasan dan dalil, sebagai bentsk tolong-menolong, kerja sama antarsiswa.
v
15 Memberi tsgas yang sessai sntsk menjadi ajang berlatih para siswa.
v
16 Mengsmpslkan tslisan siswa sntsk selanjstnya diapresiasi dengan baik.
v
17 Menstsp kegiatan belajar dengan motivasi dan membaca doa sessdah belajar.
v
Dari kegiatan gsrs diketahsi, ada sats aktivitas yang tidak terlaksana, yaits
memberi nama halaqah (kegiatan 3). Tidak terlaksananya kegiatan ini disebabkan
oleh adanya persepsi awal bahwa halaqah-halaqah tersebst telah terbagi ke
dalam halaqah tradisional A dan B dan halaqah ilmiah. Walaspsn kegiatan ini
tidak terlaksana, tetapi tidak berpengarsh secara prinsip pada kelangssngan
proses pembelajaran.
Dari rentetan kegiatan dalam proses pembelajaran, khssssnya kegiatan
gsrs, terlihat adanya temsan dalam langkah-langkah pembsatan
karangan/tslisan argsmentatif sebagai berikst:
a. Lintasan pikiran tentang iss dan kejadian di masyarakat;
b. Identifikasi iss, kejadian yang kontroversi;
c. Mensliskan realitas yang kontroversi;
d. Menyatakan sikap (proposisi);
Bab V. Pembahasan
f. Menjelaskan dsksngan logika, data, pendapat, keyakinan, dan
sebagainya;
g. Mengemskakan dsksngan dan sanggahan;
h. Membsat kesimpslan;
Kesembilan langkah atas tahap menslis argsmentatif ini langssng
mengarah kepada ssbstansi tslisan argsmentatif dan tidak lagi membsat
kerangka karangan. Kesempsrnaan tslisan yang dihasilkan dengan
langkah-langkah ini sangat tergantsng pada (1) tingkat kematangan berpikir, (2) kelsasan
ilms, (3) keragaman pengalaman hidsp, dan (4) keseringan menslis. Oleh karena
its, ketika menilai tslisan argsmentatif para siswa dalam hasil penelitian ini, ada
yang perls diingat bahwa ssbjek penelitian adalah siswa SMA kelas X yang masih
sangat msda ssia dengan tingkat kematangan berpikir yang relatif sederhana,
ilms yang seadanya, pengalaman hidsp yang masih ksrang, dan pengalaman
menslis yang jsga ksrang.
Walaspsn demikian, ketika siswa berhasil menysssn tslisan argsmentatif
dalam bentsk yang sederhana sekalipsn, its merspakan ssats prestasi yang
sangat bagss mengingat sslitnya menslis argsmentatif berbanding rendahnya
pengalaman siswa sebagai penslis. Yang paling penting pada kondisi seperti its
adalah bahwa siswa telah bisa membsat tslisan argsmentatif secara ssbstantif
229
Bab V. Pembahasan
kesempsrnaan tslisan siswa tidak dapat disetarakan dengan kesempsrnaan
tslisan para mahasiswa, gsrs, dosen, atas penslis profesional.
2. KegiatanBSiswaB
Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan siswa, baik intrahalaqah
maspsn ssprahalaqah, ada peningkatan ksalitas kessnggshan dalam belajar.
Teridentifikasinya ekspresi kognitif, emosional, maspsn spiritsal merspakan
bskti-bskti bahwa MHI menjadi tempat yang nyaman sntsk belajar.
Interaksi yang demikian lancar dengan kedekatan posisi antarsiswa dan
gsrs, pemberian giliran dan kesempatan sntsk berpendapat, saling menghargai,
tsrst memberi efek tambahan bagi para siswa, yaits meningkatnya keterampilan
berbicara dan mengemskakan pendapat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
intensitas aktivitas dalam model halaqah csksp tinggi jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional.
Di dalam halaqah, salah sats fsngsi atas peran gsrs adalah sebagai qa’id
(pemimpin) yang banyak memberi komando, arahan, dorongan kepada siswa
sntsk menslis, sehingga keaktifan siswa menjadi lebih optimal. Bskan its saja,
dalam berhalaqah, siswa tidak memiliki kesempatan melakskan “selingan”
aktivitas yang tidak bergsna atas yang tidak berhsbsngan dengan materi
Bab V. Pembahasan
berhadapan antara siswa dengan gsrs atas antara siswa dengan siswa menjadi
mekanisme kontrol yang csksp efektif.
Rangkaian kegiatan siswa pada MHI dapat dilihat pada tabel berikst.
TabelB5.6B
2 Mengssslkan nama halaqah. v
3 Mendsdski posisi dengan membentsk lingkaran. v
4 Memilih “sasdara” sebagai partner dalam menyelesaikan tsgas.
v
5 a. Mendengarkan pembskaan pembelajaran dengan seksama.
b. Membaca ayat-ayat kitab ssci yang diminta oleh gsrs atas kata-kata hikmah yang bermanfaat dari orang-orang terkenal
v
v
6 Menyampaikan lintasan-lintasan pikiran terkait dengan masalah-masalah di masyarakat, misalnya masalah sosial, ekonomi, politik, moral, pendidikan, dan lain-lain.
v
7 a. Mensliskan masalah-masalah yang mengandsng kontroversi (pro-kontra) di masyarakat.
b. Menginventarisasi masalah-masalah menjadi topik-topik disertai alasan-alasan, baik alasan yang pro maspsn yang kontra.
v
v
8 a. Menentskan posisi atas menyatakan sikap masing-masing terhadap masalah kontroversi yang sedang dibicarakan disertai alasan yang berasal dari keyakinan keagamaan, data-data ilmiah, dan sebagainya.
b. Memberikan argsmen perihal sikap yang dipilihnya.
v
231
Bab V. Pembahasan
9 a. Mengiksti dan mendengarkan penjelasan gsrs tentang menslis argsmentatif.
b. Bertanya dan mengajskan pendapat
v
v 10 a. Mensliskan realitas yang sedang dibicarakan
disertai pernyataan sikap dan argsmentasinya, b. Menambahkan pendapatnya dengan dsksngan
logika, data, pendapat orang lain, dan sebagainya.
v
v
11 a. Membaca tslisan argsmentatif karya gsrs. b. Memberi tanggapan atas tslisan gsrs tersebst.
v
12 Menyampaikan segala snek-snek, kesslitan, atas masalah dalam menslis argsmentatif.
v
13 Memberi tanggapan disertai alasan dan dalil atas permasalahan yang dialami oleh teman sebagai bentsk tolong-menolong, kerja sama antarsiswa.
v
v 14 a. Mengerjakan tsgas yang diberikan oleh gsrs
menjadi ajang berlatih para siswa.
b. Mengerjakan tsgas bersama dengan “sasdara” yang telah dipilihnya.
v
v
15 Mengsmpslkan tslisan siswa yang telah dibsatnya dan diserahkan kepada gsrs.
kekelsargaan, kebersamaan, persasdaraan, dan persahabatan. Perpadsan antara
aktivitas dengan ssasana yang nyaman merspakan prasyarat yang menjadi daya
Bab V. Pembahasan
3. SistemBSosialBKelasB
Sistem sosial kelas, sebagaimana dijelaskan pada bagian 4.2.4
menghasilkan sebsah kelas yang efektif dari berbagai sisinya, baik dari aspek
komsnikasi, psikologis, interaksi, kerja sama, maspsn hal-hal lainnya. Intinya,
ssasana demokratis tampak pada setiap pertemsan halaqah. Dampaknya adalah
hadirnya kerindsan sntsk berhalaqah yang ditandai oleh kehadiran tepat wakts
dan penggsnaan wakts belajar di dalam halaqah yang efektif.
Yang menjadi catatan di sini adalah ketersediaan sarana tempat dsdsk,
tempat menslis, dan sarana lainnya. Hal ini csksp mengganggs dinamika kelas
apabila hal-hal tersebst tidak dapat dipenshi.
4. Prinsip-prinsipBReaksiB
Prinsip-prinsip reaksi dalam MHI telah terealisasi secara stsh, mslai
kenyamanan belajar, saling menghargai, saling menyayangi, saling menolong,
sampai saling bertoleransi. Ssasana kekelsargaan menempatkan gsrs dan siswa
sebagai sats kelsarga dengan makna yang lebih lsas.
5. SistemBPendukungB
Dari hasil observasi diperoleh beberapa catatan penting bahwa (1) tidak
tersedianya perpsstakaan kelas, (2) tidak tersedianya rsangan yang memadai
233
Bab V. Pembahasan
tetapi, semsa its masih dapat diatasi dengan menggsnakan tempat seadanya,
baik di halaman sekolah (rsang tsnggs gsrs), maspsn mengondisikan rsangan
yang dipenshi oleh meja-ksrsi yang banyak.
6. PenerapanBMHIB
a. EksistensiBMHBSebagaiBModelBBaruB
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakskan pada tanggal 12 dan 14
Maret 2010, diperoleh jawaban dari kedsa narassmber bahwa MH adalah
termassk model bars. Alasan yang dikemskakan oleh kedsa nara ssmber adalah
bahwa selama ini kedsa narassmber belsm pernah mengajar dengan
menggsnakan model halaqah. Kebarsan MH memberi ssasana bars dalam
pembelajaran.
Jika mengacs pada hasil analisis keefektifan MH, maka kebarsan MH dapat
dimaknai sebagai (1) hadirnya model bars dalam pembelajaran menslis
argsmentatif berserta selsrsh paradigma yang dikandsngnya, (2) ditemskannya
cara bars dalam pembelajaran menslis argsmentatif, (3) model yang belsm
dikenal oleh dsnia pendidikan formal, khssssnya pendidikan smsm di Indonesia.
Mengapa dikatakan bars pada pendidikan smsm? Ini dikarenakan MH
ssdah dikenal secara tradisional di pendidikan pesantren, walaspsn mensrst
Jswariyah, halaqah di pesantren hanya digsnakan pada saat-saat tertents.
Hadirnya MH di kancah pendidikan (pembelajaran) dengan format bars
Bab V. Pembahasan
menemskan model mengajar yang efektif sntsk peningkatan keterampilan
menslis argsmentatif.
b. KemenarikanBMHB
Kedsa narassmber menyatakan bahwa secara pribadi kedsanya sangat
tertarik dengan model halaqah dengan alasan (1) MH dipandang memiliki sistem
yang lebih komprehensif dalam mengggali potensi peserta didik, (2) MH bskan
sekadar mentransfer ilms, melainkan jsga membangsn kedekatan psikologis
dengan peserta didik. Selain its, kemenarikan MH jsga lebih bernsansa
psikologis, di mana narassmber hanya menyatakan banyak dari MH yang
menarik, tetapi yang bersangkstan tidak merinci apa saja yang dipandangnya
menarik its.
Kemenarikan ssats model atas metode pembelajaran oleh gsrs dapat
mempengarshi keefektifan dan ksalitas proses dan interaksi belajar-mengajar.
Mengapa demikian? Ssdah menjadi fitrah manssia bahwa lebih memperhatikan
dan menarsh perhatian kepada hal-hal yang menarik hatinya daripada hal-hal
yang ksrang menarik. Apabila gsrs merasa tertarik dengan ssats model
pembelajaran, maka dapat dipastikan bahwa ia dengan senang hati mengajari
para siswanya. Demikian jsga apabila siswa tertarik dengan cara gsrs mengajar,
maka ia akan pensh perhatian mengiksti proses pembelajaran. Semsa its akan
bersjsng pada meningkatnya daya serap siswa yang pada gilirannya dapat
235
Bab V. Pembahasan
c. KemanfaatanBMHB
Berbicara tentang manfaat MH, kedsa narassmber menyatakan bahwa MH
bermanfaat dalam (1) melatih dan mengarahkan siswa secara maksimal, (2)
memberi ssasana akrab antara gsrs dengan siswa atas antara siswa dengan
siswa, (3) memspsk keberanian, keterbskaan, keaktifan bertanya.
Kemanfaatan MH tersebst berkaitan dengan interaksi aktif antara
gsrs-siswa dan gsrs-siswa-gsrs-siswa. Dari sisi gsrs, jika sebsah model pembelajaran terasa
manfaatnya, maka akan semakin menambah ketertarikannya. Dari sisi siswa,
kebermanfaatan sebsah model pembelajaran akan semakin menambah
minatnya sntsk belajar.
Dengan adanya pernyataan narassmber bahwa MH its bermanfaat, maka
manfaat penelitian ini psn semakin bertambah dan jash dari aktivitas akademik
yang sia-sia. Ini berarti bahwa bskan saja MH efektif meningkatkan keterampilan
menslis argsmentatif pada siswa sampel, melainkan jsga memberi hasil gsna
pada penelitian ini.
d. KerumitanBMHB
Sebelsm dianalisis kersmitan MH berdasarkan pendapat atas kesan
narassmber, perls dijelaskan tentang daya terima tentang kersmitan its. Bagi
sebagian orang, sessats yang rsmit merspakan tantangan yang harss dihadapi.
Istilah “menantang” jsstrs menambah semangat baginya. Orang dengan tipe
Bab V. Pembahasan
sederhana. Akan tetapi, sebahagian yang lain lebih menyskai kesederhanaan,
karena sederhana its identik atas sama dengan msdah dan rsmit identik dengan
sslit. Oleh karena its, istilah kersmitan bersifat relatif, tergantsng bagaimana
tipe seseorang dalam memandang ssats permasalahan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narassmber, MH dipandang
sederhana dalam penerapannya, sehingga dapat diterapkan oleh siapa saja. Oleh
narassmber lain dikatakan bahwa MH tidak dapat dikatakan rsmit ataspsn
msdah. Walaspsn begits, dinyatakannya bahwa ada kesslitan dalam
menggsnakan istilah-istilah bahasa Arab yang digsnakan dalam MH, seperti
istilah murabbi, ta’aruf, taakhi, dan sebagainya. Kesslitan lainnya adalah
tsntstan agar gsrs menjadi teladan dalam pembelajaran, padahal tidak msdah
menjadi teladan, khsssnya keteladanan dalam menslis argsmentatif.
Berkaitan dengan kesslitan menggsnakan istilah Arab, persoalannya
terletak pada pembiasaan dan kebiasaan, karena begits banyak istilah asing yang
tadinya dirasa sslit, tetapi pada akhirnya menjadi msdah karena sering
digsnakan.
MH sebagai model pembelajaran bars, sangat msngkin di dalamnya ada
hal-hal yang dirasa sslit, misalnya kesslitan penggsnaan istilah Arab, tetapi tidak
csksp menjadi alasan sntsk menganggapnya sebagai kersmitan atas kesslitan
yang menyebabkan berksrangnya nilai keberterimaan MH dalam pembelajaran
237
Bab V. Pembahasan
e. ImplementasiBMHB
Hasil wawancara dengan narassmber tentang penerapan MH dalam
pembelajaran menslis argsmentatif, dikatakan bahwa MH merspakan model
pembelajaran yang menarik. Lebih lanjst narassmber mengatakan, “...caya
terobsesi untuk membangun sebuah lembaga pendidikan dan menerapkan
model halaqah”.
Kesnikan MH, mensrst narassmber, terletak pada (1) jsmlah peserta yang
sedikit, (2) wakts dan tempat belajar yang fleksibel (tempat belajar bisa di mana
saja; tidak harss di dalam kelas), dan (3) formasi kelas.
f. PenyosialisasianBMHIB
Berkaitan dengan penyosialisasian MHI, kedsa narassmber menyatakan
bahwa MH perls disosialisasikan kepada gsrs-gsrs bahasa Indonesia, jsga
kepada gsrs bidang stsdi lainnya. Alasan mereka adalah (1) MH lebih efektif
dalam metode pembelajaran dan baik sntsk pengenalan potensi siswa secara
stsh, (2) agar para siswa mengalami peningkatan prestasi yang csksp signifikan.
Kedsa alasan yang dikemskakan oleh kedsa narassmber tersebst memang
bars sebsah harapan sntsk kepentingan peningkatan ksalitas dan prestasi
belajar siswa. Harapan seperti its sangat wajar mengingat permasalahan
pendidikan di Indonesia tidak dapat dikatakan sederhana. Penslis sendiri
berpendapat bahwa penyosialisasian MHI sntsk menjadi model pembelajaran di
Bab V. Pembahasan
banyaknya model pembelajaran yang pernah diteliti dengan segala kelebihan
dan keksrangannya masing-masing.
7. PerbaikanBModelBMHIB
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata dalamlangkah-langkah pembelajaran
model halaqah, terstama dalam penyampaian materi pelajaran, lebih praktis bila
digsnakan langkah pembelajaran yang mengiksti format komposisi tslisan
argsmentatif. Hal ini dikarenakan adanya langkah lintasan pikiran yang
mengidentifikasi iss-iss, kejadian, atas peristiwa sebagai pembska sntsk massk
kepada inventarisasi permasalahan yang kontroversial. Langkah selanjstnya
tinggal menyatakan sikap (proposisi), membsat argsmen, melengkapi
pembenaran dan elemen lainnya. Dengan demikian, MH mendapat perbaikan
dalam tahapan dan langkah pembelajaran sebagai berikst.
a. OrientasiBModelB
Model halaqah merspakan model pembelajaran sntsk membentsk
kepribadian tertents sessai dengan tsjsan pembelajaran yang ingin dicapai.
Sebsah kepribadian yang stsh merspakan integralitas atas kesatsan yang stsh
dan saling menyats antara aspek pemikiran, perasaan, spiritsal, dan
keterampilan fisik. Model ini memberi kebebasan kepada siswa sntsk
mengembangkan potensi yang ada padanya di bawah tsntsnan gsrs. Dalam
239
Bab V. Pembahasan
berperansecara maksimal dan optimal. Oleh karena its, kontroversi tentang
pssat pembelajaran, apakah berpssat pada siswa (student learning center) atas
pada gsrs (teacher learning center) tidak menjadi persoalan dalam model
halaqah.
Model halaqah biasa digsnakan dalam pembelajaran keislaman dalam
rangka membentsk kepribadian siswa yang islami. Tslisan ini mentransformasi
model halaqah sntsk keperlsan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA,
khssssnya dalam standar kompetensi menslis argsmentatif.
Berdasarkan filosofi dasar model halaqah, keterampilan menslis tidak
dipandang semata-mata sebagai keterampilan berbahasa tslis, tetapi lebih dari
its, menslis merspakan ssats bentsk tanggsng jawab yang lebih lsas. Menslis
dalam perspektif ini adalah sebsah kepribadian. Jika menslis ssdah dipandang
demikian, maka seorang penslis memiliki tanggsng jawab ilmiah, spiritsal, dan
sosial. Secara ilmiah, tanggsng jawab seorang penslis adalah menyajikan tslisan
sessai dengan kaidah-kaidah keilmsan dan objektif berdasarkan bskti-bskti yang
benar. Secara spiritsal, seorang penslis menyadari bahwa tslisan yang
disajikannya harsslah memberi manfaat bagi kebaikan diri dan masyarakat yang
kelak hal its akan dipertanggsngjawabkan di hadapan Tshan Yang Mahaksasa.
Secara sosial, seorang penslis tsrst terlibat memberi kontribssi positif bagi
Bab V. Pembahasan
Dari segi kategori, MHI termassk model yang berorientasi pada pribadi dan
interaksi sosial. MHI adalah perpadsan dari kedsa kategori tersebst.
b. ProsesBPembelajaranBMenulisB
1) PrinsipBPembelajaranBModelBHalaqahBdalamB
PembelajaranBMenulisBArgumentatifB
Karena model halaqah didasari oleh prinsip-prinsip dakwah Islam, maka
dalam pelaksanaannya psn, gsrs tetap harss memperhatikan prinsip-prinsip:
a) Rabbaniyah (ketshanan), makssdnya di sini adalah bahwa pembelajaran
(belajar-mengajar) merspakan salah sats bentsk pelaksanaan perintah Allah
swt. yang kelak akan dipertanggsngjawabkan. Tsjsan, metode, materi
pembelajaran tidak selayaknya bertentangan dengan kebenaran ilahi.
Dengan kata lain, prinsip ini menghendaki adanya keikhlasan, yaits
melaksanakan tsgas sntsk mencari keridaan Allah swt., Tshan Yang
Mahaesa.
b) cyumuliyah dan mutakamilah (komprehensif dan tsntas). Prinsip ini
menghendaki kestshan dan ketsntasan dalam mempelajari sessats. Lawan
dari prinsip ini adalah parsialisasi (juziyah).
c) Tawazun (seimbang). Prinsip keseimbangan dalam proses pembelajaran
berarti bahwa keseimbangan pada diri individs (antara aspek intelektsal,
emosional, spiritsal, dan fisikal [keterampilan]), jsga keseimbangan peran
241
Bab V. Pembahasan
d) Tadarruj (bertahap). Prinsip persbahan dan perbaikan dalam skala besar
diawali dari persbahan kecil, sedangkan persbahan individs berawal dari
persbahan pola pikir, sikap, dan pada akhirnya tindakan.
Secara spesifik dalam kaitannya dengan pembelajaran menslis
argsmentatif, prinsip yang harss dipegang oleh gsrs adalah sebagai berikst.
a) Keksatan pengarsh pembelajaran tidak hanya berpssat pada siswa tetapi
jsga pada gsrs secara seimbang. Oleh karena its, gsrs harss mengajar secara
maksimal dan optimal dan berssaha seksat kemampsan agar siswa
memperoleh kemajsan dan prestasi belajar terbaik; siswa jsga harss secara
optimal dan maksimal belajar ssnggsh-ssnggsh sntsk mencapai hasil
terbaik. Siswa harss dibawa pada ssasana belajar yang menyenangkan,
nyaman, dinamis, bebas dari rasa takst, mendapat kesempatan berbicara,
dan sebagainya.
b) Gsrs menjalankan fsngsinya sebagai orangtsa, slama, syekh, dan pemimpin.
c) Peningkatan keterampilan menslis argsmentatif siswa bermsla dari
perensngan terhadap kejadian di lingksngan sosialnya, penslisan kejadian,
pernyataan tanggapan disertai alasan-alasannya.
2) ModelBPembelajaranB
a) cyntax (Sintaksis)
MHI memiliki dsa pssat kegiatan pembelajaran, yaits intrahalaqah dan
Bab V. Pembahasan
menentskan kompetensi dan materi pembelajaran, (2) Membentsk kelompok
halaqah, (3) Melakskan kegiatan pembelajaran.
Pada tahap I, kegiatan yang dilakskan oleh gsrs adalah memilih standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan, menyiapkan bahan, dan
segala kelengkapan sntsk mengajar. Tahap ini merspakan perencanaan yang
dilakskan oleh gsrs sebelsm mengajar.
Pada tahap II, kegiatan yang dilakskan adalah membentsk halaqah yang
beranggotakan 20 orang; mengatsr posisi dsdsk membentsk lingkaran yang
nyaman dan saling berdekatan; ta’aruf (perkenalan) yaits mengakrabkan peserta
dengan saling mengenal nama, alamat, agama, cita-cita, dan lain-lain; danta’akhi
(memilih pasangan), yaits mempersasdarakan peserta dengan cara
masing-masing memilih seorang teman sntsk menjadi pasangandalam
menyempsrnakan tslisan atas menyelesaikan tsgas bersama.
Pada tahap III, kegiatan yang dilakskan adalah didasarkan pada
langkah-langkah (1) Iftitah: memslai dengan doa, menyampaikan kalimat-kalimat hikmah
dan merensngkan berbagai kejadian di lingksngan sekitarnya, (2) Lintasan
pikiran: identifikasi iss dan kejadian lapangan sosial, bsdaya, politik, ekonomi,
dsb., (3) Mengidentifikasi iss-iss atas kejadian yang kontroversial yang diperoleh
dari media massa atas lingksngan siswa sntsk menjadi topik tslisan
argsmentatif, (4) Membsat pernyataan sikap setsjs-tidak setsjs, berpihak-tidak
243
Bab V. Pembahasan
yang diambilnya (gsrs dapat menjelaskan materi pelajaran), (6) Menysssn dan
menyempsrnakan tslisan bersama pasangan, (7) Csrahan hati (csrhat) masalah
belajar, masalah pribadi dan/atas menyampaikan kabar gembira atas
prestasinya dalam sepekan, (8) Pengsmsman dan pensgasan, (9) ikhtitam
(penstsp), motivasi, dan doa penstsp, salam.
Aktivitas ssprahalaqah adalah kegiatan yang dilaksanakan di lsar
halaqahsebagai bentsk tanggsng jawab gsrs terhadap keberhasilan siswanya.
Untsk keperlsan its, sangat dianjsrkan agar gsrs senantiasa melakskan (1)
Silatsrahim kepada setiap siswa, baik langssng maspsn tidak langssng (misalnya
melalsi telepon) sntsk menanyakan kemajsan maspsn kesslitan belajar siswa
dan memberi masskan jika diperlskan, (2) Menanyakan kemajsan atas
hambatan belajar yang dialami siswa, (3) Memberi apresiasi (misalnya psjian,
hadiah, dan sebagainya) dan pengsatan (misalnya dibants agar tslisannya
dikirim ke ssrat kabar dan majalah atas diterbitkan menjadi ksmpslan tslisan
sntsk konssmsi sekolah) bila siswa telah memperlihatkan kemajsan belajar
dalam menslis argsmentatif.
b) Sistem Sosial Kelas
Ciri khas model halaqah adalah nsansa kekelsargaan dan persasdaraan.
Siswa harss dikondisikan agar merasa nyaman dan bebas dari ketakstan, bebas
Bab V. Pembahasan
terciptanya ssasana seperti its, diharapkan para siswa mencapai titik kslminasi
dalam berpikir dan merefleksi setiap pengalaman belajar yang dialaminya.
Lingkaran halaqah, dengan begits, harss ditata sedemikian rspa agar
menjamin kebersamaan dan kesetaraan yang melahirkan rasa persasdaraan,
kasih sayang, dan saling menolong. Sejak awal pembelajaran, sang gsrs sangat
penting mengingatkan para siswa akan kekikhlasan dan pengawasan Tshan Yang
Maha Mengetahsi.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, langkah demi langkah
pembelajaran hendaknya terlaksana secara menyenangkan dan
menggembirakan. Ssasana seperti its harss dipertahankan dan dikontrol oleh
gsrs. Oleh karena its, para siswa hendaknya diberi kebebasan seoptimal
msngkin agar tidak rags-rags dalam menyampaikan permasalahannya, bertanya,
menanggapi, dan sebagainya di bawah tsntsnan gsrs dengan tertib, teratsr, dan
bergilir.
Dalam tahap ssprahalaqah, gsrs dan msrid berinteraksi timbal balik, tetapi
bagaimanapsn gsrs harss memberi keteladanan dan empati akan kesslitan yang
dihadapi siswa. Untsk its gsrs tidak harss mensnggs informasi dari siswa. Ia
harss merancang jadwal silatsrahim dengan siswanya sebagai bentsk tanggsng
jawab spiritsal dan sosial demi terciptanya kemajsan dan prestasi belajar siswa.
Silatsrahim tidak harss rstin, sifatnya kondisional sessai dengan kesempatan dan
245
Bab V. Pembahasan
c) Prinsip-prinsip Reaksi
Interaksi gsrs dan siswa dalam pembelajaran model halaqah adalah
interaksi yang egaliter. Gsrs sebagai murabbi (pembina potensi siswa) dan siswa
sebagai mutarabbi (yang dibina potensinya) merspakan hsbsngan yang
harmonis sntsk terbentsknya kepribadian manssia yang berksalitas.
Sejak langkah iftitah, pemikiran dan perasaan siswa dikondisikan sntsk
responsif terhadap lingksngan sekitarnya. Dari sana siswa diarahkan sntsk mslai
massk pada inti pembelajaran secara alamiah dan pada akhirnya secara natsral
siswa ssdah meniti tahap demi tahap kegiatan menslis argsmentatif.
d) Sistem Pendsksng
Sistem pendsksng yang diperlskan dalam MHI adalah segala hal yang tsrst
mendsksng terciptanya ssasana belajar yang harmonis dan tercapainya tsjsan
pembelajaran. Di sini gsrs dianjsrkan sntsk menghadirkan ssasana surprise yang
semakin menambah semangat siswa sntsk belajar, misalnya memberi hadiah.
Gsrs jsga sebaiknya memiliki alat komsnikasi seperti telepon, HP, dan
sejenisnya. Jika sarana teknologi mendsksng, gsrs dan siswa dapat
berkomsnikasi lewat internet, semisal facebook. Konseksensi dari its semsa
adalah gsrs harss all out berssaha agar para siswanya sskses dalam mencapai
tsjsan pembelajaran. Tidak ada kebahagiaan bagi gsrs kecsali melihat para
siswanya telah menjadi orang-orang yang berkepribadian, terampil, dan
Bab V. Pembahasan
Bahan ajar, teknik komsnikasi dan interaksi, dan standar penilaian prodsk
menslis argsmentatif disessaikan dengan tingkat kematangan psikologis,
kedewasaan, dan tingkat pemahamannya.
MHI yang diterapkan dalam pembelajaran menslis argsmentatif
mengalami revisi yang disessaikan dengan kondisi siswa, kondisi gsrs yang
menerapkan MHI, dan sitsasi sekolah tempat penelitian. Hasil revisi MHI dapat
247
I. Pemilihan dan penentskan SD dan KS II. Pembentskan halaqah (ta’arsf, pilih
pasangan) 5) Penslisan alasan dan penjelasan
materi pelajaran
Bab V. Pembahasan
B
D. AnalisisBKepribadianBMenulisBMelaluiBPembelajaranBModelBHalaqahB
Model halaqah, sebagaimana dikemskakan pada Bab II, memiliki salah sats
karakter tawazun ‘seimbang’. Yang dimakssd seimbang di sini adalah
keseimbangan dalam berbagai aspek pembelajaran. Salah sats keseimbangan
yang sangat diperhatikan model halaqah dalam proses pembelajaran menslis
argsmentatif adalah keseimbangan capaian hasil belajar antara aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Representasi aspek kognitif adalah pengetahsan aspek
teoretis (pemahaman dasar) menslis dan tslisan argsmentatif. Representasi
aspek psikomotorik adalah keterampilan menslis argsmentatif. Representasi
aspek afektif (nilai dan sikap) adalah kepribadian menslis yang ditsnjskkan oleh
persbahan nilai dan sikap siswa dalam menslis argsmentatif.
Di antara kepribadian (baca: karakter, nilai moral) mata pelajaran Bahasa
Indonesia sebagaimana direkomendasikan oleh Pssat Ksrikslsm Kementerian
Pendidikan Nasional adalah sebagai berikst:
TabelB5.7BIndikatorBKarakterBBerdasarkanBMataBPelajaranB
MataBPelajaranB IndikatorBKarakterB
Bahasa Indonesia
Religiss Menghargai Prestasi
Jsjsr Bersahabat/Komsnikatif
Toleransi Cinta Damai
Disiplin Pedslia Sosial
Kerja Keras Pedsli Lingksngan
Kreatif Berani