• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) DALAM PELAJARAN IPS DI SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) DALAM PELAJARAN IPS DI SD."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

1

BABBIB

PENDAHULUANB

B

A. LatarBBelakangBMasalahB

(2)

2

Bab I. Pendahuluan

Kedua, keterampilan menulis yang dianggap lebih tinggi kesulitannya tersebut, baik jenis narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi, ternyata masih bertingkat lagi derajat kesulitannya. Dari semua jenis tulisan atau karangan tersebut, karangan argumentatif dinyatakan paling sulit. Suparno dan Yunus (2005: 5.33) mengatakan, “… Corak karangan ini (argumentasi; pen.) termasuk karangan yang paling sulit bila dibandingkan dengan corak karangan yang lain…” Alasannya, “…kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan atau bukti yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinan kita” (2005: 5.33).

Sementara itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah, salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah proses pembelajaran yang dapat memberi kemudahan bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(3)

Bab I. Pendahuluan

Keempat, upaya-upaya untuk keluar dari kesulitan menulis khususnya menulis argumentatif telah dilakukan, antara lain dengan penerapan model pembelajaran sebagaimana yang dilakukan oleh Setianingsih (2008) dan Sobari (2006). Setianingsih menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan Logika Toulmin efektif meningkatkan kemampuan menulis argumentatif dan keterampilan berpikir kritis. Lebih lanjut, pada bagian

Saran, dikatakannya bahwa penelitiannya tidak dapat digeneralisasikan karena penelitian tersebut hanya cocok diterapkan di perguruan tinggi yang memiliki karakteristik lebih kurang sama dengan kondisi Program Studi Farmasi. Sobari sendiri setelah membandingkan model Kooperatif Tipe Jigsaw dengan model Ekspositori dalam pembelajaran Menulis Paragraf dalam Karangan Argumentatif di SMU PGII 2 Bandung menyimpulkan bahwa model Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan model Ekspositori. Dalam Saran-nya, Sobari mengatakan bahwa selayaknya peneliti selanjutnya mengukur sense of interpersonal relationship (hubungan yang akrab antarsiswa) karena ditemukan beberapa siswa kurang aktif melakukan diskusi.

Setelah mencermati hal-hal yang dikemukakan di atas, maka diperlukan inovasi-inovasi untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang digagas adalah melalui penelitian penerapan model pembelajaran tertentu.

(4)

4

Bab I. Pendahuluan

tradisional (MHT). MH memiliki landasan filosofis pedagogis dan prinsip-prinsip serta karakteristik yang diekstrak dari ajaran agama Islam sebagai sebuah pedoman hidup (minhajul hayah). Salah satu prinsip dalam ajaran Islam adalah sebuah pekerjaan, perbuatan, tindakan, aksi, ucapan hendaknya dilandasi oleh alasan ilmiah. Prinsip ini diambil dari salah satu ayat Alquran yang terdapat dalam Surat Al-Isra ayat 36 yang menyatakan, Janganlah kamu mengikuti apa

yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya

pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai

pertanggungjawabannya (Depag, 1971: 429) Oleh karena itu, berdasarkan prinsip ini, dalam MH pun setiap peserta halaqah harus melandasi setiap pendapat, sikap, dan keyakinannnya dengan pemahaman atau ilmu yang memadai.

Sementara itu, menulis argumentatif berarti mengemukakan pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat yang harus dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya melalui argumentasi dengan logika yang benar. Tampaknya, ada relevansi antara karakteristik halaqah sebagai sebuah model pembelajaran dengan karakteristik menulis argumentatif. Persamaan karakteristik tersebut menjadi titik singgung antara MH sebagai model pembelajaran dengan menulis argumentatif sebagai materi pembelajaran.

(5)

Bab I. Pendahuluan

penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penelitian tentang penerapan MH, baik berkaitan dengan kemampuan menulis pada umumnya maupun dengan kemampuan menulis argumentatif. Untuk itu, penelitian tentang MH menjadi penting untuk dilakukan.

B. BatasanBdanBRumusanBMasalahB 1. BatasanBMasalahB

Penelitian ini dirancang untuk mengkaji salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran, yaitu mengkaji keefektifan penggunaan sebuah model pembelajaran yang disebut model halaqah (MH) untuk peningkatan keterampilan menulis argumentatif. Oleh karena itu, penelitian difokuskan pada pengaruh proses pembelajaran melalui penerapan model halaqah terhadap keterampilan menulis argumentatif dengan mencermati (1) hasil menulis argumentatif, (2) keefektifan penerapan model halaqah, dan (3) respon guru terhadap pembelajaran model halaqah, dan (4) kepribadian menulis.

2. RumusanBMasalahB

Sesuai dengan batasan masalah, berikut ini diajukan rumusan masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.

1) Apakah ada peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa dengan menggunakan MH?

(6)

6

Bab I. Pendahuluan

3) Bagaimanakah respon guru terhadap MH?

4) Apakah MH dapat membentuk kepribadian menulis?

C. BTujuanBPenelitianB

Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, penelitian dirancang untuk menemukan model pembelajaran menulis argumentatif yang teruji dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Model halaqah (MH) dimaksudkan untuk menjadi model alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif. Secara operasional, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1) mengetahui Bkeefektifan model halaqah bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif.B

2) menggambarkan sistem atau desain dan proses penerapan model halaqah dalam proses pembelajaran menulis argumentatif.B

3) memperolehBgambaran respon guru terhadap MH sebagai sebuah model pembelajaran yang diharapkan menjadi alternatif solutif bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif.B

4) mengetahui kepribadian menulis yang terbentuk melalui MH.B

B

D. ManfaatBHasilBPenelitianB

(7)

Bab I. Pendahuluan

berupa panduan praktis model halaqah yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat secara teoretis yang dapat memberi sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi dasar (KD) Menulis Argumentatif. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif model pembelajaran menulis argumentatif siswa SMA.

Jika hasil penelitian eksperimen menunjukkan keefektifan model halaqah dalam meningkatkan keterampilan menulis argumentatif siswa, maka hasil penelitian dapat direkomendasikan untuk menjadi model pembelajaran menulis argumentatif.

E. AsumsiB

Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah (1) menulis merupakan suatu proses dan (2) keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa dapat ditingkatkan kualitasnya melalui berbagai upaya.

F. HipotesisB

(8)

8

Bab I. Pendahuluan

Berdasarkan kajian terhadap latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah

a. Keterampilan menulis argumentatif siswa meningkat secara signifikan pada:

1) pembelajaran MHI dibandingkan dengan MHT dan MKonv. 2) pembelajaran MHT dibandingkan dengan MKonv.

b. MHI berkontribusi positif dalam menanggulangi kesulitan siswa dalam menulis argumentatif.

G. DefinisiBOperasionalB

Agar tidak terjadi salah pengertian tentang konsep-konsep yang dikaji dalam penelitian ini, maka dibutuhkan definisi operasional tentang keterampilan, menulis argumentatif, tulisan, model pembelajaran, dan model halaqah.

1. Menulis adalah proses mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, keinginan, kehendak, atau pengalaman) melalui lambang grafis yang tersusun menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf secara sistematis yang mengandung makna yang dapat dipahami oleh pembaca.

(9)

Bab I. Pendahuluan

3. Model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola pembelajaran yang secara khusus dirancang untuk pembelajaran menulis argumentatif.

4. Model halaqah adalah model pembelajaran dengan kelas kecil (berjumlah 15 – 20 orang) berbentuk lingkaran (halaqah), posisi guru dan murid setara dan saling berhadapan dengan tahap kegiatan belajar (1) iftitah (pembukaan), (2) pengungkapan kejadian di masyarakat, (3) pembuatan tulisan argumentatif, (4) penyampaian masalah dan kabar gembira, dan (5) ikhtitam (penutup) yang digunakan dalam penelitian ini.

5. Keterampilan adalah kecakapan tertentu untuk melakukan sesuatu secara baik berdasarkan ilmu yang dimiliki yang digunakan dalam penelitian ini.

6. Keterampilan menulis adalah kecakapan mengungkapkan pesan melalui lambang grafis secara sistematis dan logis menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf yang secara utuh menjadi sebuah wacana argumentatif.

(10)

10

Bab I. Pendahuluan

8. Pembelajaran adalah proses atau cara guru mengondisikan siswa belajar dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran menulis argumentatif dengan menggunakan model halaqah.

9. Kesulitan menulis adalah faktor penghambat atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mencapai keterampilan menulis argumentatif, baik berasal dari dalam dirinya (minat, motivasi, pengetahuan, sikap, anggapan) maupun dari lingkungan belajarnya. Dalam penelitian ini, kesulitan belajar diidentifikasi dan dianalisis untuk menjadi salah satu dasar perancangan model halaqah.

10. Kepribadian menulis adalah karakter, moral, atau akhlak dalam menulis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kesantunan, dan keadilan dalam menulis argumentatif.

H. ParadigmaBPenelitianB

Budaya literat merupakan budaya manusia berperadaban tinggi yang ditandai oleh kesadaran kolektif melek huruf yang bersifat komunal. Untuk menjadi bangsa yang berbudaya literat, dibutuhkan perubahan pola pikir (mind

(11)

Bab I. Pendahuluan

individu-individu, lalu perubahan komunitas, dan pada akhirnya perubahan kolektif pada bangsa tersebut.

Perubahan individu pun berawal dari perubahan pola pikir, lalu terinternalisasi menjadi perubahan sikap, dan akhirnya kepada perubahan tindakan dan perbuatan. Dengan alur yang sama, membentuk bangsa dan masyarakat literat dimulai dari membentuk individu-individu berbudaya literat.

Untuk melahirkan individu, masyarakat, dan bangsa yang berperadaban tinggi (berbudaya literat), maka pendidikan merupakan satu bidang terpenting dan utama untuk pembentukan masyarakat dan bangsa yang berperadaban tinggi (bangsa literat) tersebut. Lewat pendidikan (pembelajaran), pembentukan generasi masa depan bangsa yang melek huruf secara bertahap dapat dilakukan. Melalui pendidikanlah, generasi muda (siswa-siswa dan mahasiswa-mahasiswi) dapat dididik, dibina, dan dilatih untuk menjadi unsur-unsur perubah di tengah kehidupan menuju masyarakat dan bangsa yang berbudaya literat.

(12)

12

Bab I. Pendahuluan

Salah satu standar kompetensi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis. Dengan menulis, seorang siswa dididik dan dilatih untuk berbudaya literat dan di dalam standar kompetensi menulis itu terdapat berbagai kompetensi dasar, antara lain menulis paragraf argumentatif yang merupakan kompetensi yang relatif lebih sulit jika dibandingkan dengan menulis paragraf deskriptif, naratif, atau ekspositif.

Penerapan MH dalam penelitian ini merupakan salah satu upaya alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis khususnya keterampilan menulis argumentatif siswa. Jika hasil penelitian ini terbukti meningkatkan secara signifikan kemampuan menulis argumentatif siswa, maka dapat dijadikan rekomendasi bagi model pembelajaran di SMA.

MH dibangun di atas kesadaran bahwa keberhasilan pembelajaran bukan semata-mata didasari oleh paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa (student learning center ) atau pada keaktifan guru, melainkan perpaduan antara keduanya secara seimbang. MH mengutamakan keaktifan siswa, tetapi pada saat yang sama guru harus memainkan peran yang utuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, guru harus mengajar dan murid harus belajar, secara maksimal dan seoptimal mungkin.

(13)

Bab I. Pendahuluan

memantau hal ini sampai siswa mencapai karakteristik yang diinginkan. Sebagai

ulama (ilmuwan), guru hendaknya memiliki kapasitas ilmu yang memadai. Di mata siswa, guru adalah seorang cerdas dan tempat menimba ilmu. Sebagai

teladan, guru hendaknya menjadi model penulis yang dapat diteladani oleh siswa. Dalam mengajarkan menulis argumentatif, guru memperlihatkan hasil karya (tulisannya) kepada siswa. Guru tidak boleh menjadi periwayat ilmu belaka, tetapi ia harus mengamalkan ilmu yang diajarkannya yang dibuktikan oleh tulisan argumentatif yang dihasilkannya, sekurang-kurangnya guru mampu membuktikan diri kepada siswa bahwa ia pantas dijadikan teladan dalam hal menulis. Sebagai pemimpin, guru hendaknya dengan sabar menuntun siswa untuk belajar. Guru membantu siswa dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian kegiatan belajarnya. Guru harus menyediakan waktu ketika para siswanya membutuhkannya, karena ia bertanggung jawab penuh di dunia dan di akhirat akan kesuksesan para siswanya.

MHT sebagai model dasar dalam penelitian ini diaplikasikan dalam tiga tahap, yaitu

a. Tahap I: Pemilihan kompetensi dan materi pembelajaran; b. Tahap II: Pembentukan halaqah;

c. Tahap III: Kegiatan pembelajaran yang terdiri atas tujuh langkah: (1) Iftitah (pembukaan),

(14)

14

Bab I. Pendahuluan

(3) Talaqqi madah (penyampaian materi), diskusi, dan berlatih menulis argumentatif,

(4) Mutaba’ah (evaluasi) permasalahan dan kabar gembira, (5) Pengumuman dan penugasan

(6) Ikhtitam (penutupan)

Dengan menggunakan paradigma perubahan sebagaimana dikemukakan di atas, apabila model halaqahilmiah (MHI) – hasil transformasi dari MHT – terbukti meningkatkan keterampilan menulis argumentatif siswa yang dapat diketahui dari hasil karangan argumentatif siswa yang berkualitas, maka secara instruksional MHI dapat dijadikan model alternatif pembelajaran menulis argumentatif. Meningkatnya keterampilan menulis argumentatif, secara bertahap akan berdampak pada perbaikan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, selanjutnya berpengaruh pula pada kualitas siswa. Apabila para siswa meningkat kualitasnya, maka secara alami akan meningkat pula kualitas sekolah, lalu kualitas generasi muda, dan pada akhirnya kualitas masyarakat dan bangsa Indonesia yang berperadaban tinggi dan berbudaya literat.

(15)
(16)

209

BABBVBB

PEMBAHASANBHASILBPENELITIANB

Bahasan dalam bab ini berspa analisis mengenai temsan-temsan

penelitian. Temsan-temsan tersebst merspakan jawaban atas rsmssan

masalah penelitian sebagaimana dikemskakan pada Bab I bagian B poin 2. Oleh

karena its, hal-hal yang akan dibahas pada bagian ini adalah (1) hasil belajar

siswa sebelsm dan sessdah penerapan model, (2) keefektifan model halaqah

ilmiah (MHI), (3) ksalitas implementasi model, dan (4) perbaikan model.

A. PembahasanBHasilBBelajarByangBDiperolehBSebelumBdanBSesudahBPenerapanB

ModelBHalaqahB

1. AnalisisBHasilBBelajarBSebelumBPenerapanBMHB

Data hasil belajar yang akan dianalisis pada bagian ini adalah tslisan

argsmentatif yang dibsat oleh siswa kelas eksperimen halaqah ilmiah. Secara

ksalitatif, tslisan argsmentatif yang dibsat oleh siswa pada tes awal dapat

dikemskakan sebagai berikst.

b.BAnalsisBKomponenBSubstantifB

Dari segi ssbstansi tslisan atas karangan argsmentasi, hasil karangan siswa

pada tes awal belsm mensnjskkan kategori jenis karangan argsmentasi. Delapan

(17)

Bab V. Pembahasan

Akibatnya, karangan yang ditslis oleh siswa hanya massk pada kategori eksposisi,

deskriptif, atas narasi.

Pada tes awal (praperlaksan), dari 20 siswa, ksalitas keterampilan siswa

dalam menslis argsmentatif terkategorikan kurang sebanyak 18 orang (90%) dan

kategori cukup hanya 2 orang (10%). Dengan kategori kurang, berarti tslisan

siswa belsm memenshi kriteria sebagai karangan argsmentatif, karena tidak

memsat elemen pokok maspsn elemen pendsksng. Kategori cukup, berarti

tslisan yang dibsat siswa memenshi kriteria sebagai tslisan argsmentatif, yaits

memsat elemen pokok berspa pernyataan sikap dan alasan tanpa pembenaran.

b. AnalisisBKomponenBTekstualB

Pada tes awal, walaspsn secara ssbstansi belsm dapat dikategorikan

sebagai tslisan argsmentatif, namsn secara tekstsal ssdah terlihat snssr-snssr

pendahslsan, isi, dan penstsp atas kesimpslan. Tampaknya, pola tslisan siswa

belsm terbentsk menjadi bagian pendahslsan, isi, dan kesimpslan secara stsh.

Pada smsmnya, siswa tidak mengalami kendala dalam membsat

pendahslsan, karena semsa tslisan selals mengacs pada realitas kehidspan

nyata dengan cara menceritakan realitas kekinian. Akan tetapi, pada bagian isi

tslisan, rata-rata tslisan siswa belsm mensnjskkan kajian atas bahasan yang

memenshi kriteria argsmentatif. Demikian jsga pada bagian kesimpslan atas

(18)

211

Bab V. Pembahasan

Pada bagian pendahuluan atas pembukaan tslisan, selals dinyatakan

dengan frase berikst:

caat ini ....

Dewasa ini ....

Kita saksikan bahwa saat ini ....

... sudah tidak asing lagi ....

... sekarang ini sedang marak-maraknya ....

Di zaman sekarang ...

... sekarang ini ....

Adapsn pada bagian penstsp atas kesimpslan, tslisan siswa belsm

memperlihatkan ketepatan penyimpslan sebsah tslisan. Kebanyakan akhir

tslisan siswa masih mengambang, karena belsm hadirnya kesimpslan.

Secara keselsrshan, tslisan siswa yang ssdah mengarah kepada strsktsr

yang baiksebanyak 15%, cukupsebanyak 60%, dan kategorikurangsebanyak 25%.

Analisis aspek tekstsal dengan fakta seperti tersebst di atas, dapat menjadi

sebsah bahan pertimbangan bahwa tindak lanjst yang dapat dilakskan gsrs

pada saat pembelajaran tslisan argsmentatif melalsi model halaqah adalah

pengarahan fokss pada bagian isi dan penutup atas kesimpulan. Adapsn bagian

pendahuluan, csksp dengan pengarahan secara baik pada langkah pembelajaran

lintasan pikiran.

(19)

Bab V. Pembahasan

c. AnalisisBKomponenBLeksikalB

Dalam analisis komponen leksikal ini, yang diperhatikan adalah ketepatan

penggsnaan kosa kata dan aspek kebaksan kata yang digsnakan. Dari 20 tslisan

siswa pada tes awal, selsrshnya ditemskan kesalahan berspa penggsnaan kosa

kata nonbaks dan penggsnaan ragam bahasa lisan dalam tslisan. Delapan belas

(90%) tslisan siswa menggsnakan kosa kata nonbaks. Kosa kata nonbaks

tersebst tampaknya dipengarshi oleh gaya bahasa lisan yang dimasskkan ke

dalam tslisan. Dalam tslisan yang berkode T.Aw. 10 terdapat kalimat, “… sekali

nyontek maunya nyontek terus dech”. Pada tslisan dengan kode T.Aw. 14 dan 15

memang tidak ditemskan kosa kata nonbaks, tetapi kedsa tslisan tersebst

terkategori sangat miskin kosa kata.

Sebagaimana diketahsi bahwa tslisan argsmentaif adalah tslisan ragam

ilmiah, maka konseksensinya, seorang penslis dalam membsat tslisan

argsmentatif membstshkan pengalaman ilmiah yang diwsjsdkan dalam bentsk

kata-kata dan istilah-istilah denotatif. Ssdah barang tents, pemerolehan kosa

kata ilmiah harsslah melalsi forsm-forsm ilmiah atas bahan-bahan bacaan

ilmiah.

d. AnalisisBKomponenBSintaktisB

Komponen sintaksis yang dianalisis berkaitan dengan keefektifan kalimat

melipsti aspek kesepadanan, keparalelan, penegasan, kehematan, dan kelogisan.

(20)

213

Bab V. Pembahasan

tslisan atas 15% (T.Aw.05, 07, dan 20); kategori csksp sebanyak 15 tslisan atas

75% (T.Aw. 01, 02, 03, 04, 06, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, dan 19); kategori

ksrang sebanyak dsa tslisan atas 10% (T.Aw. 14 dan 18).

Pada tes awal ini, secara smsm terlihat bahwa keterampilan siswa dalam

membsat kalimat efektif belsm csksp yaits sebanyak 75%. Dengan demikian,

diperlskan penjelasan yang lebih detil tentang kalimat efektif di dalam halaqah.

e. AnalisisBKomponenBGrafologisB

Analisis komponen grafologis pada tes awal ditemskan 20 (100%) tslisan

yang mengandsng kesalahan.

Berdasarkan kriteria komponen grafologis, dari 20 siswa pada tes awal,

sebanyak 2 orang (10%) termassk kategori baik, 11 orang (55%) termassk

kategori csksp, dan tsjsh orang (35%) termassk kategori ksrang.

2. AnalisisBHasilBBelajarBSesudahBPenerapanBMHIB

Sebsah pertanyaan penting sntsk dijawab sehsbsngan dengan penerapan

model halaqah ilmiah (MHI) dalam penelitian ini adalah “apakah MHI dapat

meningkatkan keterampilan menslis argsmentatif?”. Untsk menjawab

pertanyaan ini, dibstshkan dsa hal, yaits membandingkan hasil tes keterampilan

menslis argsmentatif pada pretes dan postes dan melakskan sji signifikansi

(21)

Bab V. Pembahasan

Penganalisisan hasil belajar siswa pascapenerapan MHI pada tes akhir,

sebagaimana pada tes awal, didasarkan pada komponen kebahasaan tslisan

argsmentatif. Komponen yang dimakssd adalah (1) ssbstantif, (2) tekstsal, (3)

leksikal, (4) sintaksis, dan (5) grafologis. Analisis tslisan siswa pada tes akhir

dikemskakan sebagai berikst.

a. AnalisisBKomponenBSubstantifB

Dari komponen ssbstantif, keterampilan menslis argsmentatif siswa pasca

penerapan MHI mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tes akhir ini, dari

20 tslisan, hanya sats (5%) tslisan yang berkategori ksrang, yaits tslisan yang

berkode T.Akh.11. Keksrangan tersebst dikarenakan tidak adanya pernyataan

sikap. Akan tetapi, dari topik yang diangkatnya mensnjskkan adanya

kontroversial, yaits tentang Kebiasaan Merokok. Sebanyak 11 (55%) tslisan

berkategori sangat baik, di mana pada tslisan-tslisan tersebst (T.Akh.01, 02, 04,

06, 07, 10, 12, 13, 15, 17, dan 19) telah memsat elemen pokok dan elemen

pendsksng.

b. AnalisisBKomponenBTekstualB

Pada komponen tekstsal terkait aspek ketepatan ragam tslisan pada tes

akhir, dari 20 tslisan, 19 (95%) tslisan merspakan ragam argsmentatif. Hal ini

berbanding terbalik dengan hasil belajar pada tes awal, yaits 19 (95%) tslisan

bskan termassk tslisan argsmentatif. Pada tes akhir hanya sats (5%) tslisan yang

(22)

215

Bab V. Pembahasan

tidak ada pernyataan sikap, padahal di sana-sini dikemskakan argsmen-argsmen

dari realitas yang disampaikan di awal tslisan.

Pada aspek strsktsr atas organisasi tslisan, secara konsisten semsa tslisan

(100%) mengandsng bagian pembska atas pendahslsan, isi, dan penstsp atas

kesimpslan.

c. AnalisisBKomponenBLeksikalB

Dari hasil tes akhir diperoleh data pada komponen keterampilan memilih

kata (leksikal) siswa pada aspek kebaksan kata sebagai berikst.

Penggsnaan kata tapi berksrang intensitasnya, yang lebih banyak

digsnakan adalah kata tetapi. Walasn psn dari segi kebaksan penggsnaan kata

tapi merspakan sats kesalahan, tetapi tidak mengganggs makna. Oleh karena

its, dari segi indikator penilaian masih dapat dikategorikan baik.

d. AnalisisBKomponenBSintaktisB

Pada analisis komponen sintaksis, masih ditemskan kesalahan pemakaian

kalimat pada aspek kesepadanan, khssssnya kesalahan ketidakjelasan ssbjek.

Hal disebabkan oleh penggsnaan penggsnaan kata penghsbsng tetapi pada awal

kalimat (T.Akh.01, 04, dan 10).

Ditinjas dari komponen sintaksis, dari 20 tslisan pada tes akhir, termassk

kategori sangat baik sebanyak delapan (40%) tslisan (T.Akh.01, 02, 04, 06, 07, 08,

(23)

Bab V. Pembahasan

hasil belajar keterampilan menslis argsmentatif siswa pada komponen sintaksis

mensnjskkan adanya peningkatan dibandingkan dengan tes awal.

e. AnalisisBKomponenBGrafologisB

Pada komponen grafologis, tslisan argsmentatif siswa dianalsis dari segi

penggsnaan ejaan, dalam hal ini Ejaan yang Disempsrnakan (EYD).

Dari kesalahan grafologis pada tabel 5.5 tersebst, diperoleh informasi

bahwa kesalahan penggsnaan ejaan dari 10 aspek kesalahan disebabkan oleh (1)

ketidaktaatasasan atas ketidakkonsistenan dalam menggsnakan kosa kata

tertents, (2) ketiadaan pengetahsan yang memadai atas ketidakmengertian

tentang kaidah EYD, dan (3) ketidaktahsan konsep dasar sebsah bentsk.

Ketidaktaatasasan penggsnaan kaidah bahasa Indonesia dapat dibsktikan

dengan, misalnya, penggsnaan bentsk kata yang bersbah-sbah (tapi dan tetapi,

karna dan karena), pengslangan kata (anak’’ dan anak-anak, orang’’ dan

orang-orang). Adapsn kesalahan yang disebabkan oleh ketidakmengertian siswa

terhadap kaidah bahasa Indonesia (EYD) dapat dibsktikan dengan penslisan atas

pemakaian hsrsf, kata, atas tanda baca yang asal jadi, misalnya strees, sex,

tehnologi.Kesalahan yang disebabkan oleh ketidakpahaman terhadap konsep

kaidah bahasa, misalnya sslit membedakan cara penslisan awal di- dan

(24)

217

Bab V. Pembahasan

Ditinjas dari komponen grafologis, dari 20 tslisan argsmentatif siswa,

berkategori baik sebanyak 15 (75%) tslisan dan berkategori csksp sebanyak 5

(25%) tslisan, serta tidak sats psn yang mencapai kategori sangat baik.

Secara keselsrshan, keterampilan menslis argsmentatif siswa

pascaperlaksan atas penerapan model, baik its model konvensional, model

halaqah tradisional, maspsn model halaqah ilmiah mensnjskkan peningkatan

dalam semsa komponennya. Hal ini dapat dilihat pada meningkatnya ksalitas

tslisan dari berbagai komponen kebahasaan. Untsk mendapat gambaran yang

lebih jelas tentang peningkatan ksalitas keterampilan menslis argsmentatif

siswa pada semsa kelompok, dapat dilihat pada tabel berikst.

TabelB5.1B

PerbandinganBKualitasBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB

NoB ModelB TesBAwalB TesBAkhirB

1 MHI 69.75 (Ksrang) 90.25 (Sangan baik)

2 MHT 67.4 (Ksrang) 84.3 (Baik)

3 Mkonv. 62.591 (Ksrang) 71 (Csksp)

Tabel 5.6 memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan menslis

argsmentatif sebagai pengarsh atas dampak dari perlaksan model yang secara

bertsrst-tsrst pada MHI dari peringkat kurang menjadi sangat baik, MHT dari

(25)

Bab V. Pembahasan

B. KeefektifanBMHIB

Untsk mengetahsi keefektifan MHI perls dilakskan sji hipotesis yang

dalam penelitian ini digsnakan sji statistik parametrik dengan menggsnakan

software atas program SPSS versi 17. Sebelsm dilakskan sji hipotesis, data-data

yang diperoleh dari tes keterampilan menslis argsmentatif terlebih dahsls disji

sifat normalitas dan homogenitasnya.

Uji normalitas dimakssdkan sntsk mengetahsi apakah data yang akan

diolah terdistribssi normal atas tidak. Uji normalitas pada kelompok data tes

awal dan tes akhir MHI, MHT, dan MKonv. mensnjskkan bahwa data-data

tersebst terdistribssi normal. Dengan demikian, data telah memenshi syarat

sntsk diolah lebih lanjst.

Uji homogenitas dimakssdkan sntsk memperlihatkan bahwa dsa atas

lebih kelompok data sampel berasal dari popslasi yang memiliki variansi yang

sama. Harga sig. (sinifikansi) yang diperoleh dari perhitsngan (x2hitung)

selanjstnya dibandingkan dengan x2 dari tabel (x2tabel ), bila sig. yang

diperoleh<x2tabel (0,05) maka data berasal dari popslasi yang mempsnyai varian

tidak serspa (tidak homogen). Jika sig. yang diperoleh > 0,05 maka data berasal

dari popslasi yang mempsnyai varian yang serspa (homogen). Hasil sji

homogenitas semsa data mensnjskkan adanya sifat homogenitas pada

(26)

219

Bab V. Pembahasan

Uji hipotesis dilakskan dengan analisis varian dan kovarian dan analisis

perbedaan dsa rata-rata. Analisis varian dan kovarian terhadap MHI dengan

MKonv., MHI dengan MHT, MHT dengan MHI mensnjskkan adanya perbedaan

hasil yang signifikan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Ini memberi

informasi adanya pengarsh perlaksan terhadap peningkatan keterampilan

menslis argsmentatif baik pada halaqah ilmiah, halaqah tradisional, maspsn

pada kelas konvensional.

Analisis perbedaan rata-rata ketiga kelompok mensnjskkan bahwa

hipotesis yang diajskan dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis

yang diajskan berbsnyi: keterampilan menulis argumentatif siswa meningkat

secara signifikan pada pembelajaran MHI dibandingkan dengan MHT dan

Mkonv. dan pembelajaran MHT dibandingkan dengan Mkonv. diterima.

Peningkatan skor rata-rata keterampilan menslis dapat dilihat pada tabel

berikst.

TabelB5.2B

PerbedaanBNilaiBRata-rataBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB

ModelB Rata-rataBHasilBTesBAkhirB

Konvensional 72,60

Halaqah Tradisional 84,30

(27)

Bab V. Pembahasan

Meningkatnya skor rata-rata pada MHI, MHT, dan MKonv. mensnjskkan

pengarsh perlaksan. Tabel 5.1 menggambarkan adanya pengarsh MHI lebih baik

daripada MHT dan MKonv. Hal ini ditopang oleh perbedaan Gain, baik Gain per

individs maspsn Gain antarmodel sebagai berikst.

(28)

221

Jsmlah 1395B 1805B 2694 3372 2754B 3122B

Rata-rata 69.75B 90.25B 67.4B 84.3B 64B 73B

Sumber:BKapitulasiBJumlahBSkorBHasilBTesBKeterampilanBMenulisB ArgumentaifB

Dari Gain per siswa pada pretes dan postes diperoleh rata-rata: Mkonv.=

8,56; MHT = 16,95; dan MHI = 20,5. Ini mensnjskkan bahwa semsa model

pembelajaran yang digsnakan dalam penelitian ini memperlihatkan adanya

peningkatan keterampilan menslis argsmentatif dengan peringkat yang

berbeda-beda.

(29)

Bab V. Pembahasan

TabelB5.4B

GainBAntarmodelBPembelajaranByangBDigunakanB

B GAINB

Konvensional Halaqah Tradisional 11,345

Konvensional Halaqah Ilmiah 16,815

Halaqah Tradisional Halaqah Ilmiah 5,128

B

Kenaikan Gain antarkelompok model di atas semakin menegaskan bahwa

MHI lebih efektif meningkatkan keterampilan menslis argsmentatif siswa

dengan peningkatan sebesar 16,815 dibandingkan dengan MKonv. dan

peningkatan sebesar 5,128 dibandingkan dengan MHT.

Berdasarkan perbedaan skor rata-rata pretes-postes, skor rata-rata

antarkelompok model, dan perbedaan Gain antarkelompok tersebst, diperoleh

informasi bahwa MHI jash lebih baik dalam meningkatkan keterampilan menslis

argsmentatif siswa daripada MHT dan MKonv. Dengan demikian, pertanyaan

penelitian, Apakah ada peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa

dengan menggunakan MH?, ssdah terjawab. Demikian jsga dengan pertanyaan

Apakah penerapan MH efektif menanggulangi kesulitan menulis argmentatif,

dapat dijawab bahwa dengan meningkatnya keterampilan menslis argsmentatif

siswa sebagaimana ditsnjskkan dalam tabel 5.1 dan 5.2, maka kesslitan belajar

(30)

223

Bab V. Pembahasan

Adapsn tentang peningkatan Gain sebesar 5,128 antara MHT dan MHI,

dapat dimaknai sebagai pengarsh dari perbaikan MHT menjadi MHI, yaits

adanya penambahan kegiatan yang disebst ssprahalaqah. Tahap ssprahalaqah

pada MHI memsngkinkan terjadinya interaksi timbal balik antara gsrs-siswa,

siswa-gsrs, dan siswa-siswa. Dampak dari interaksi ini adalah

a. Meningkatnya aktivitas penyelesaian masalah belajar, khssssnya

berkaitan dengan keterampilan menslis argsmentatif. Hal ini memberi

efek pada berksrangnya tingkat kesslitan dari permasalahan yang

dialami oleh siswa.

b. Meningkatnya kenyamanan belajar siswa di dalam halaqah sehingga

kendala-kendala psikologis yang menjadi penghambat pembelajaran

dapat ditiadakan atas minimal dapat diksrangi.

c. Meningkatnya kerja sama antara siswa dengan gsrs atas siswa dengan

siswa. Jika kerja sama dilakskan antara siswa dengan siswa, maka

masih dibstshkan pihak ketiga (dalam hal ini gsrs) sntsk mengontrol

prodsk dari kerja sama tersebst. Akan tetapi, kerja sama antara siswa

dengan gsrs bernilai mslti efek, antara lain (1) kerja sama its bernilai

bimbingan, (2) kerja sama its bernilai perhatian, (3) kerja sama its

bernilai kasih sayang, (4) kerja sama its bernilai pertolongan, dan (5)

kerja sama its tidak lagi membstshkan pihak ketiga. Semsa its

(31)

Bab V. Pembahasan

kekagsman dan penghargaan siswa kepada gsrs yang akhirnya wibawa

gsrs semakin lebih baik di mata para siswanya.

C. KualitasBImplementasiB

1. KegiatanBGuruBB

Hasil observasi mensnjskkan bahwa kegiatan gsrs pada MHI relatif lebih

padat, karena kegiatan yang dilakskan sntsk pembelajaran menslis argsmentatif

tidak hanya dilakskan di dalam halaqah (kelas), tetapi jsga di lsar halaqah. Hal ini

memberi “beban” tersendiri kepada gsrs. Akan tetapi, jika memang seorang

gsrs berkeinginan ksat sntsk memajskan siswa-siswanya, maka gsrs harss

meningkatkan keikhlasannya. Dengan keikhlasan yang tinggi, maka beban

seberat apa psn akan terasa lebih ringan. Keikhlasan yang tinggi dan kesabaran

menanggsng beban berat its memberi nilai tinggi bagi kemsliaan profesi gsrs.

Beban berat yang harss dilakskan oleh gsrs tersebst, sebenarnya dapat

disiasati dengan membsat skala prioritas, yaits mendahslskan siswa yang

bermasalah dalam kegiatan ssprahalaqah. Jsga, bisa memanfaatkan siswa yang

berkemampsan lebih tinggi sntsk menjadi “sasdara” bagi siswa yang

berkemampsan rendah. Penanaman nilai-nilai kebersamaan dan

tolong-menolong dalam menyelesaikan tsgas-tsgas belajar perls terss disampaikan oleh

(32)

225

Bab V. Pembahasan

Hambatan yang dialami oleh gsrs dalam MHI adalah terbatasnya wakts

sang gsrs its sendiri dan banyaknya kegiatan siswa dari berbagai bidang stsdi

maspsn kegiatan ekstraksriksler. Apabila gsrs tidak pandai mengelola kegiatan,

sangat msngkin berdampak pada lahirnya pandangan bahwa MHI its

memberatkan para gsrs.

Secara srst, kegiatan gsrs dapat dilihat pada tabel berikst.

TabelB5.5B 20 orang dan menentskan ketsa halaqah sebagai penghsbsng antara halaqah dengan gsrs.

v

3 Memberi nama halaqah tersebst, misalnya halaqah Penslis Masa Depan.

v

4 Mengatsr posisi atas tempat dsdsk siswa dan gsrs membentsk lingkaran. Mengondisikan kelas seakrab msngkin, jashi hal-hal yang dapat menjadi hijab (kendala) psikologis sosial.

v

5 Memberi kesempatan kepada siswa sntsk memilih “sasdara” sebagai partner dalam menyelesaikan tsgas.

v

6 Memslai pembelajaran dengan menghsbsngkan antara aspek-aspek kebahasaan (misalnya menslis) dengan aspek spiritsal, yaits pertanggsngjawaban kepada Allah swt. Akan lebih baik jika diawali dengan membaca ayat-ayat dalam kitab ssci sehsbsngan dengan topik yang akan dibahas pada pertemsan its (yang relevan

(33)

Bab V. Pembahasan

dengan topik yang dibahas).

7 a. Menyampaikan lintasan pikiran tentang iss-iss dan realitas kekinian

b. Meminta peserta sntsk menyampaikan lintasan-lintasan pikiran terkait dengan masalah-masalah di masyarakat, misalnya masalah sosial, ekonomi, politik, moral, pendidikan, dan lain-lain.

c. Memberi kesempatan kepada siswa secara bergilir dan merata.

v

v

v

8 a. Meminta siswa sntsk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengandsng kontroversi (pro-kontra) di masyarakat. b. Meminta siswa sntsk menginventarisasi

masalah-masalah its menjadi topik-topik disertai alasan-alasan, baik alasan yang pro maspsn yang kontra.

v

v

9 a. Meminta siswa menentskan posisi atas sikap masing-masing terhadap masalah kontroversi yang sedang dibicarakan disertai alasan yang berasal dari keyakinan keagamaan, data-data ilmiah, dan sebagainya.

b. Mensntsn siswa sntsk memberikan argsmen perihal sikap yang dipilihnya

v

v

10 Menjelaskan kepada siswa tentang pemahaman dasar (teori) menslis argsmentatif.

v

11 Meminta siswa sntsk mensliskan realitas yang sedang dibicarakan disertai pernyataan sikap dan argsmentasinya, dengan dsksngan logika, data, pendapat, dan sebagainya.

v

12 Memperlihatkan contoh tslisan argsmentatif bsatan gsrs sendiri sebagai sebsah bentsk keteladanan seorang gsrs kepada siswanya.

v

13 Memberi kesempatan kepada siswa sntsk menyampaikan segala snek-snek, kesslitan, atas masalah dalam menslis argsmentatif.

(34)

227

Bab V. Pembahasan

14 Memberi kesempatan kepada selsrsh peserta halaqah sntsk memberi tanggapan disertai alasan dan dalil, sebagai bentsk tolong-menolong, kerja sama antarsiswa.

v

15 Memberi tsgas yang sessai sntsk menjadi ajang berlatih para siswa.

v

16 Mengsmpslkan tslisan siswa sntsk selanjstnya diapresiasi dengan baik.

v

17 Menstsp kegiatan belajar dengan motivasi dan membaca doa sessdah belajar.

v

Dari kegiatan gsrs diketahsi, ada sats aktivitas yang tidak terlaksana, yaits

memberi nama halaqah (kegiatan 3). Tidak terlaksananya kegiatan ini disebabkan

oleh adanya persepsi awal bahwa halaqah-halaqah tersebst telah terbagi ke

dalam halaqah tradisional A dan B dan halaqah ilmiah. Walaspsn kegiatan ini

tidak terlaksana, tetapi tidak berpengarsh secara prinsip pada kelangssngan

proses pembelajaran.

Dari rentetan kegiatan dalam proses pembelajaran, khssssnya kegiatan

gsrs, terlihat adanya temsan dalam langkah-langkah pembsatan

karangan/tslisan argsmentatif sebagai berikst:

a. Lintasan pikiran tentang iss dan kejadian di masyarakat;

b. Identifikasi iss, kejadian yang kontroversi;

c. Mensliskan realitas yang kontroversi;

d. Menyatakan sikap (proposisi);

(35)

Bab V. Pembahasan

f. Menjelaskan dsksngan logika, data, pendapat, keyakinan, dan

sebagainya;

g. Mengemskakan dsksngan dan sanggahan;

h. Membsat kesimpslan;

Kesembilan langkah atas tahap menslis argsmentatif ini langssng

mengarah kepada ssbstansi tslisan argsmentatif dan tidak lagi membsat

kerangka karangan. Kesempsrnaan tslisan yang dihasilkan dengan

langkah-langkah ini sangat tergantsng pada (1) tingkat kematangan berpikir, (2) kelsasan

ilms, (3) keragaman pengalaman hidsp, dan (4) keseringan menslis. Oleh karena

its, ketika menilai tslisan argsmentatif para siswa dalam hasil penelitian ini, ada

yang perls diingat bahwa ssbjek penelitian adalah siswa SMA kelas X yang masih

sangat msda ssia dengan tingkat kematangan berpikir yang relatif sederhana,

ilms yang seadanya, pengalaman hidsp yang masih ksrang, dan pengalaman

menslis yang jsga ksrang.

Walaspsn demikian, ketika siswa berhasil menysssn tslisan argsmentatif

dalam bentsk yang sederhana sekalipsn, its merspakan ssats prestasi yang

sangat bagss mengingat sslitnya menslis argsmentatif berbanding rendahnya

pengalaman siswa sebagai penslis. Yang paling penting pada kondisi seperti its

adalah bahwa siswa telah bisa membsat tslisan argsmentatif secara ssbstantif

(36)

229

Bab V. Pembahasan

kesempsrnaan tslisan siswa tidak dapat disetarakan dengan kesempsrnaan

tslisan para mahasiswa, gsrs, dosen, atas penslis profesional.

2. KegiatanBSiswaB

Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan siswa, baik intrahalaqah

maspsn ssprahalaqah, ada peningkatan ksalitas kessnggshan dalam belajar.

Teridentifikasinya ekspresi kognitif, emosional, maspsn spiritsal merspakan

bskti-bskti bahwa MHI menjadi tempat yang nyaman sntsk belajar.

Interaksi yang demikian lancar dengan kedekatan posisi antarsiswa dan

gsrs, pemberian giliran dan kesempatan sntsk berpendapat, saling menghargai,

tsrst memberi efek tambahan bagi para siswa, yaits meningkatnya keterampilan

berbicara dan mengemskakan pendapat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa

intensitas aktivitas dalam model halaqah csksp tinggi jika dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional.

Di dalam halaqah, salah sats fsngsi atas peran gsrs adalah sebagai qa’id

(pemimpin) yang banyak memberi komando, arahan, dorongan kepada siswa

sntsk menslis, sehingga keaktifan siswa menjadi lebih optimal. Bskan its saja,

dalam berhalaqah, siswa tidak memiliki kesempatan melakskan “selingan”

aktivitas yang tidak bergsna atas yang tidak berhsbsngan dengan materi

(37)

Bab V. Pembahasan

berhadapan antara siswa dengan gsrs atas antara siswa dengan siswa menjadi

mekanisme kontrol yang csksp efektif.

Rangkaian kegiatan siswa pada MHI dapat dilihat pada tabel berikst.

TabelB5.6B

2 Mengssslkan nama halaqah. v

3 Mendsdski posisi dengan membentsk lingkaran. v

4 Memilih “sasdara” sebagai partner dalam menyelesaikan tsgas.

v

5 a. Mendengarkan pembskaan pembelajaran dengan seksama.

b. Membaca ayat-ayat kitab ssci yang diminta oleh gsrs atas kata-kata hikmah yang bermanfaat dari orang-orang terkenal

v

v

6 Menyampaikan lintasan-lintasan pikiran terkait dengan masalah-masalah di masyarakat, misalnya masalah sosial, ekonomi, politik, moral, pendidikan, dan lain-lain.

v

7 a. Mensliskan masalah-masalah yang mengandsng kontroversi (pro-kontra) di masyarakat.

b. Menginventarisasi masalah-masalah menjadi topik-topik disertai alasan-alasan, baik alasan yang pro maspsn yang kontra.

v

v

8 a. Menentskan posisi atas menyatakan sikap masing-masing terhadap masalah kontroversi yang sedang dibicarakan disertai alasan yang berasal dari keyakinan keagamaan, data-data ilmiah, dan sebagainya.

b. Memberikan argsmen perihal sikap yang dipilihnya.

v

(38)

231

Bab V. Pembahasan

9 a. Mengiksti dan mendengarkan penjelasan gsrs tentang menslis argsmentatif.

b. Bertanya dan mengajskan pendapat

v

v 10 a. Mensliskan realitas yang sedang dibicarakan

disertai pernyataan sikap dan argsmentasinya, b. Menambahkan pendapatnya dengan dsksngan

logika, data, pendapat orang lain, dan sebagainya.

v

v

11 a. Membaca tslisan argsmentatif karya gsrs. b. Memberi tanggapan atas tslisan gsrs tersebst.

v

12 Menyampaikan segala snek-snek, kesslitan, atas masalah dalam menslis argsmentatif.

v

13 Memberi tanggapan disertai alasan dan dalil atas permasalahan yang dialami oleh teman sebagai bentsk tolong-menolong, kerja sama antarsiswa.

v

v 14 a. Mengerjakan tsgas yang diberikan oleh gsrs

menjadi ajang berlatih para siswa.

b. Mengerjakan tsgas bersama dengan “sasdara” yang telah dipilihnya.

v

v

15 Mengsmpslkan tslisan siswa yang telah dibsatnya dan diserahkan kepada gsrs.

kekelsargaan, kebersamaan, persasdaraan, dan persahabatan. Perpadsan antara

aktivitas dengan ssasana yang nyaman merspakan prasyarat yang menjadi daya

(39)

Bab V. Pembahasan

3. SistemBSosialBKelasB

Sistem sosial kelas, sebagaimana dijelaskan pada bagian 4.2.4

menghasilkan sebsah kelas yang efektif dari berbagai sisinya, baik dari aspek

komsnikasi, psikologis, interaksi, kerja sama, maspsn hal-hal lainnya. Intinya,

ssasana demokratis tampak pada setiap pertemsan halaqah. Dampaknya adalah

hadirnya kerindsan sntsk berhalaqah yang ditandai oleh kehadiran tepat wakts

dan penggsnaan wakts belajar di dalam halaqah yang efektif.

Yang menjadi catatan di sini adalah ketersediaan sarana tempat dsdsk,

tempat menslis, dan sarana lainnya. Hal ini csksp mengganggs dinamika kelas

apabila hal-hal tersebst tidak dapat dipenshi.

4. Prinsip-prinsipBReaksiB

Prinsip-prinsip reaksi dalam MHI telah terealisasi secara stsh, mslai

kenyamanan belajar, saling menghargai, saling menyayangi, saling menolong,

sampai saling bertoleransi. Ssasana kekelsargaan menempatkan gsrs dan siswa

sebagai sats kelsarga dengan makna yang lebih lsas.

5. SistemBPendukungB

Dari hasil observasi diperoleh beberapa catatan penting bahwa (1) tidak

tersedianya perpsstakaan kelas, (2) tidak tersedianya rsangan yang memadai

(40)

233

Bab V. Pembahasan

tetapi, semsa its masih dapat diatasi dengan menggsnakan tempat seadanya,

baik di halaman sekolah (rsang tsnggs gsrs), maspsn mengondisikan rsangan

yang dipenshi oleh meja-ksrsi yang banyak.

6. PenerapanBMHIB

a. EksistensiBMHBSebagaiBModelBBaruB

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakskan pada tanggal 12 dan 14

Maret 2010, diperoleh jawaban dari kedsa narassmber bahwa MH adalah

termassk model bars. Alasan yang dikemskakan oleh kedsa nara ssmber adalah

bahwa selama ini kedsa narassmber belsm pernah mengajar dengan

menggsnakan model halaqah. Kebarsan MH memberi ssasana bars dalam

pembelajaran.

Jika mengacs pada hasil analisis keefektifan MH, maka kebarsan MH dapat

dimaknai sebagai (1) hadirnya model bars dalam pembelajaran menslis

argsmentatif berserta selsrsh paradigma yang dikandsngnya, (2) ditemskannya

cara bars dalam pembelajaran menslis argsmentatif, (3) model yang belsm

dikenal oleh dsnia pendidikan formal, khssssnya pendidikan smsm di Indonesia.

Mengapa dikatakan bars pada pendidikan smsm? Ini dikarenakan MH

ssdah dikenal secara tradisional di pendidikan pesantren, walaspsn mensrst

Jswariyah, halaqah di pesantren hanya digsnakan pada saat-saat tertents.

Hadirnya MH di kancah pendidikan (pembelajaran) dengan format bars

(41)

Bab V. Pembahasan

menemskan model mengajar yang efektif sntsk peningkatan keterampilan

menslis argsmentatif.

b. KemenarikanBMHB

Kedsa narassmber menyatakan bahwa secara pribadi kedsanya sangat

tertarik dengan model halaqah dengan alasan (1) MH dipandang memiliki sistem

yang lebih komprehensif dalam mengggali potensi peserta didik, (2) MH bskan

sekadar mentransfer ilms, melainkan jsga membangsn kedekatan psikologis

dengan peserta didik. Selain its, kemenarikan MH jsga lebih bernsansa

psikologis, di mana narassmber hanya menyatakan banyak dari MH yang

menarik, tetapi yang bersangkstan tidak merinci apa saja yang dipandangnya

menarik its.

Kemenarikan ssats model atas metode pembelajaran oleh gsrs dapat

mempengarshi keefektifan dan ksalitas proses dan interaksi belajar-mengajar.

Mengapa demikian? Ssdah menjadi fitrah manssia bahwa lebih memperhatikan

dan menarsh perhatian kepada hal-hal yang menarik hatinya daripada hal-hal

yang ksrang menarik. Apabila gsrs merasa tertarik dengan ssats model

pembelajaran, maka dapat dipastikan bahwa ia dengan senang hati mengajari

para siswanya. Demikian jsga apabila siswa tertarik dengan cara gsrs mengajar,

maka ia akan pensh perhatian mengiksti proses pembelajaran. Semsa its akan

bersjsng pada meningkatnya daya serap siswa yang pada gilirannya dapat

(42)

235

Bab V. Pembahasan

c. KemanfaatanBMHB

Berbicara tentang manfaat MH, kedsa narassmber menyatakan bahwa MH

bermanfaat dalam (1) melatih dan mengarahkan siswa secara maksimal, (2)

memberi ssasana akrab antara gsrs dengan siswa atas antara siswa dengan

siswa, (3) memspsk keberanian, keterbskaan, keaktifan bertanya.

Kemanfaatan MH tersebst berkaitan dengan interaksi aktif antara

gsrs-siswa dan gsrs-siswa-gsrs-siswa. Dari sisi gsrs, jika sebsah model pembelajaran terasa

manfaatnya, maka akan semakin menambah ketertarikannya. Dari sisi siswa,

kebermanfaatan sebsah model pembelajaran akan semakin menambah

minatnya sntsk belajar.

Dengan adanya pernyataan narassmber bahwa MH its bermanfaat, maka

manfaat penelitian ini psn semakin bertambah dan jash dari aktivitas akademik

yang sia-sia. Ini berarti bahwa bskan saja MH efektif meningkatkan keterampilan

menslis argsmentatif pada siswa sampel, melainkan jsga memberi hasil gsna

pada penelitian ini.

d. KerumitanBMHB

Sebelsm dianalisis kersmitan MH berdasarkan pendapat atas kesan

narassmber, perls dijelaskan tentang daya terima tentang kersmitan its. Bagi

sebagian orang, sessats yang rsmit merspakan tantangan yang harss dihadapi.

Istilah “menantang” jsstrs menambah semangat baginya. Orang dengan tipe

(43)

Bab V. Pembahasan

sederhana. Akan tetapi, sebahagian yang lain lebih menyskai kesederhanaan,

karena sederhana its identik atas sama dengan msdah dan rsmit identik dengan

sslit. Oleh karena its, istilah kersmitan bersifat relatif, tergantsng bagaimana

tipe seseorang dalam memandang ssats permasalahan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narassmber, MH dipandang

sederhana dalam penerapannya, sehingga dapat diterapkan oleh siapa saja. Oleh

narassmber lain dikatakan bahwa MH tidak dapat dikatakan rsmit ataspsn

msdah. Walaspsn begits, dinyatakannya bahwa ada kesslitan dalam

menggsnakan istilah-istilah bahasa Arab yang digsnakan dalam MH, seperti

istilah murabbi, ta’aruf, taakhi, dan sebagainya. Kesslitan lainnya adalah

tsntstan agar gsrs menjadi teladan dalam pembelajaran, padahal tidak msdah

menjadi teladan, khsssnya keteladanan dalam menslis argsmentatif.

Berkaitan dengan kesslitan menggsnakan istilah Arab, persoalannya

terletak pada pembiasaan dan kebiasaan, karena begits banyak istilah asing yang

tadinya dirasa sslit, tetapi pada akhirnya menjadi msdah karena sering

digsnakan.

MH sebagai model pembelajaran bars, sangat msngkin di dalamnya ada

hal-hal yang dirasa sslit, misalnya kesslitan penggsnaan istilah Arab, tetapi tidak

csksp menjadi alasan sntsk menganggapnya sebagai kersmitan atas kesslitan

yang menyebabkan berksrangnya nilai keberterimaan MH dalam pembelajaran

(44)

237

Bab V. Pembahasan

e. ImplementasiBMHB

Hasil wawancara dengan narassmber tentang penerapan MH dalam

pembelajaran menslis argsmentatif, dikatakan bahwa MH merspakan model

pembelajaran yang menarik. Lebih lanjst narassmber mengatakan, “...caya

terobsesi untuk membangun sebuah lembaga pendidikan dan menerapkan

model halaqah”.

Kesnikan MH, mensrst narassmber, terletak pada (1) jsmlah peserta yang

sedikit, (2) wakts dan tempat belajar yang fleksibel (tempat belajar bisa di mana

saja; tidak harss di dalam kelas), dan (3) formasi kelas.

f. PenyosialisasianBMHIB

Berkaitan dengan penyosialisasian MHI, kedsa narassmber menyatakan

bahwa MH perls disosialisasikan kepada gsrs-gsrs bahasa Indonesia, jsga

kepada gsrs bidang stsdi lainnya. Alasan mereka adalah (1) MH lebih efektif

dalam metode pembelajaran dan baik sntsk pengenalan potensi siswa secara

stsh, (2) agar para siswa mengalami peningkatan prestasi yang csksp signifikan.

Kedsa alasan yang dikemskakan oleh kedsa narassmber tersebst memang

bars sebsah harapan sntsk kepentingan peningkatan ksalitas dan prestasi

belajar siswa. Harapan seperti its sangat wajar mengingat permasalahan

pendidikan di Indonesia tidak dapat dikatakan sederhana. Penslis sendiri

berpendapat bahwa penyosialisasian MHI sntsk menjadi model pembelajaran di

(45)

Bab V. Pembahasan

banyaknya model pembelajaran yang pernah diteliti dengan segala kelebihan

dan keksrangannya masing-masing.

7. PerbaikanBModelBMHIB

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata dalamlangkah-langkah pembelajaran

model halaqah, terstama dalam penyampaian materi pelajaran, lebih praktis bila

digsnakan langkah pembelajaran yang mengiksti format komposisi tslisan

argsmentatif. Hal ini dikarenakan adanya langkah lintasan pikiran yang

mengidentifikasi iss-iss, kejadian, atas peristiwa sebagai pembska sntsk massk

kepada inventarisasi permasalahan yang kontroversial. Langkah selanjstnya

tinggal menyatakan sikap (proposisi), membsat argsmen, melengkapi

pembenaran dan elemen lainnya. Dengan demikian, MH mendapat perbaikan

dalam tahapan dan langkah pembelajaran sebagai berikst.

a. OrientasiBModelB

Model halaqah merspakan model pembelajaran sntsk membentsk

kepribadian tertents sessai dengan tsjsan pembelajaran yang ingin dicapai.

Sebsah kepribadian yang stsh merspakan integralitas atas kesatsan yang stsh

dan saling menyats antara aspek pemikiran, perasaan, spiritsal, dan

keterampilan fisik. Model ini memberi kebebasan kepada siswa sntsk

mengembangkan potensi yang ada padanya di bawah tsntsnan gsrs. Dalam

(46)

239

Bab V. Pembahasan

berperansecara maksimal dan optimal. Oleh karena its, kontroversi tentang

pssat pembelajaran, apakah berpssat pada siswa (student learning center) atas

pada gsrs (teacher learning center) tidak menjadi persoalan dalam model

halaqah.

Model halaqah biasa digsnakan dalam pembelajaran keislaman dalam

rangka membentsk kepribadian siswa yang islami. Tslisan ini mentransformasi

model halaqah sntsk keperlsan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA,

khssssnya dalam standar kompetensi menslis argsmentatif.

Berdasarkan filosofi dasar model halaqah, keterampilan menslis tidak

dipandang semata-mata sebagai keterampilan berbahasa tslis, tetapi lebih dari

its, menslis merspakan ssats bentsk tanggsng jawab yang lebih lsas. Menslis

dalam perspektif ini adalah sebsah kepribadian. Jika menslis ssdah dipandang

demikian, maka seorang penslis memiliki tanggsng jawab ilmiah, spiritsal, dan

sosial. Secara ilmiah, tanggsng jawab seorang penslis adalah menyajikan tslisan

sessai dengan kaidah-kaidah keilmsan dan objektif berdasarkan bskti-bskti yang

benar. Secara spiritsal, seorang penslis menyadari bahwa tslisan yang

disajikannya harsslah memberi manfaat bagi kebaikan diri dan masyarakat yang

kelak hal its akan dipertanggsngjawabkan di hadapan Tshan Yang Mahaksasa.

Secara sosial, seorang penslis tsrst terlibat memberi kontribssi positif bagi

(47)

Bab V. Pembahasan

Dari segi kategori, MHI termassk model yang berorientasi pada pribadi dan

interaksi sosial. MHI adalah perpadsan dari kedsa kategori tersebst.

b. ProsesBPembelajaranBMenulisB

1) PrinsipBPembelajaranBModelBHalaqahBdalamB

PembelajaranBMenulisBArgumentatifB

Karena model halaqah didasari oleh prinsip-prinsip dakwah Islam, maka

dalam pelaksanaannya psn, gsrs tetap harss memperhatikan prinsip-prinsip:

a) Rabbaniyah (ketshanan), makssdnya di sini adalah bahwa pembelajaran

(belajar-mengajar) merspakan salah sats bentsk pelaksanaan perintah Allah

swt. yang kelak akan dipertanggsngjawabkan. Tsjsan, metode, materi

pembelajaran tidak selayaknya bertentangan dengan kebenaran ilahi.

Dengan kata lain, prinsip ini menghendaki adanya keikhlasan, yaits

melaksanakan tsgas sntsk mencari keridaan Allah swt., Tshan Yang

Mahaesa.

b) cyumuliyah dan mutakamilah (komprehensif dan tsntas). Prinsip ini

menghendaki kestshan dan ketsntasan dalam mempelajari sessats. Lawan

dari prinsip ini adalah parsialisasi (juziyah).

c) Tawazun (seimbang). Prinsip keseimbangan dalam proses pembelajaran

berarti bahwa keseimbangan pada diri individs (antara aspek intelektsal,

emosional, spiritsal, dan fisikal [keterampilan]), jsga keseimbangan peran

(48)

241

Bab V. Pembahasan

d) Tadarruj (bertahap). Prinsip persbahan dan perbaikan dalam skala besar

diawali dari persbahan kecil, sedangkan persbahan individs berawal dari

persbahan pola pikir, sikap, dan pada akhirnya tindakan.

Secara spesifik dalam kaitannya dengan pembelajaran menslis

argsmentatif, prinsip yang harss dipegang oleh gsrs adalah sebagai berikst.

a) Keksatan pengarsh pembelajaran tidak hanya berpssat pada siswa tetapi

jsga pada gsrs secara seimbang. Oleh karena its, gsrs harss mengajar secara

maksimal dan optimal dan berssaha seksat kemampsan agar siswa

memperoleh kemajsan dan prestasi belajar terbaik; siswa jsga harss secara

optimal dan maksimal belajar ssnggsh-ssnggsh sntsk mencapai hasil

terbaik. Siswa harss dibawa pada ssasana belajar yang menyenangkan,

nyaman, dinamis, bebas dari rasa takst, mendapat kesempatan berbicara,

dan sebagainya.

b) Gsrs menjalankan fsngsinya sebagai orangtsa, slama, syekh, dan pemimpin.

c) Peningkatan keterampilan menslis argsmentatif siswa bermsla dari

perensngan terhadap kejadian di lingksngan sosialnya, penslisan kejadian,

pernyataan tanggapan disertai alasan-alasannya.

2) ModelBPembelajaranB

a) cyntax (Sintaksis)

MHI memiliki dsa pssat kegiatan pembelajaran, yaits intrahalaqah dan

(49)

Bab V. Pembahasan

menentskan kompetensi dan materi pembelajaran, (2) Membentsk kelompok

halaqah, (3) Melakskan kegiatan pembelajaran.

Pada tahap I, kegiatan yang dilakskan oleh gsrs adalah memilih standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan, menyiapkan bahan, dan

segala kelengkapan sntsk mengajar. Tahap ini merspakan perencanaan yang

dilakskan oleh gsrs sebelsm mengajar.

Pada tahap II, kegiatan yang dilakskan adalah membentsk halaqah yang

beranggotakan 20 orang; mengatsr posisi dsdsk membentsk lingkaran yang

nyaman dan saling berdekatan; ta’aruf (perkenalan) yaits mengakrabkan peserta

dengan saling mengenal nama, alamat, agama, cita-cita, dan lain-lain; danta’akhi

(memilih pasangan), yaits mempersasdarakan peserta dengan cara

masing-masing memilih seorang teman sntsk menjadi pasangandalam

menyempsrnakan tslisan atas menyelesaikan tsgas bersama.

Pada tahap III, kegiatan yang dilakskan adalah didasarkan pada

langkah-langkah (1) Iftitah: memslai dengan doa, menyampaikan kalimat-kalimat hikmah

dan merensngkan berbagai kejadian di lingksngan sekitarnya, (2) Lintasan

pikiran: identifikasi iss dan kejadian lapangan sosial, bsdaya, politik, ekonomi,

dsb., (3) Mengidentifikasi iss-iss atas kejadian yang kontroversial yang diperoleh

dari media massa atas lingksngan siswa sntsk menjadi topik tslisan

argsmentatif, (4) Membsat pernyataan sikap setsjs-tidak setsjs, berpihak-tidak

(50)

243

Bab V. Pembahasan

yang diambilnya (gsrs dapat menjelaskan materi pelajaran), (6) Menysssn dan

menyempsrnakan tslisan bersama pasangan, (7) Csrahan hati (csrhat) masalah

belajar, masalah pribadi dan/atas menyampaikan kabar gembira atas

prestasinya dalam sepekan, (8) Pengsmsman dan pensgasan, (9) ikhtitam

(penstsp), motivasi, dan doa penstsp, salam.

Aktivitas ssprahalaqah adalah kegiatan yang dilaksanakan di lsar

halaqahsebagai bentsk tanggsng jawab gsrs terhadap keberhasilan siswanya.

Untsk keperlsan its, sangat dianjsrkan agar gsrs senantiasa melakskan (1)

Silatsrahim kepada setiap siswa, baik langssng maspsn tidak langssng (misalnya

melalsi telepon) sntsk menanyakan kemajsan maspsn kesslitan belajar siswa

dan memberi masskan jika diperlskan, (2) Menanyakan kemajsan atas

hambatan belajar yang dialami siswa, (3) Memberi apresiasi (misalnya psjian,

hadiah, dan sebagainya) dan pengsatan (misalnya dibants agar tslisannya

dikirim ke ssrat kabar dan majalah atas diterbitkan menjadi ksmpslan tslisan

sntsk konssmsi sekolah) bila siswa telah memperlihatkan kemajsan belajar

dalam menslis argsmentatif.

b) Sistem Sosial Kelas

Ciri khas model halaqah adalah nsansa kekelsargaan dan persasdaraan.

Siswa harss dikondisikan agar merasa nyaman dan bebas dari ketakstan, bebas

(51)

Bab V. Pembahasan

terciptanya ssasana seperti its, diharapkan para siswa mencapai titik kslminasi

dalam berpikir dan merefleksi setiap pengalaman belajar yang dialaminya.

Lingkaran halaqah, dengan begits, harss ditata sedemikian rspa agar

menjamin kebersamaan dan kesetaraan yang melahirkan rasa persasdaraan,

kasih sayang, dan saling menolong. Sejak awal pembelajaran, sang gsrs sangat

penting mengingatkan para siswa akan kekikhlasan dan pengawasan Tshan Yang

Maha Mengetahsi.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran, langkah demi langkah

pembelajaran hendaknya terlaksana secara menyenangkan dan

menggembirakan. Ssasana seperti its harss dipertahankan dan dikontrol oleh

gsrs. Oleh karena its, para siswa hendaknya diberi kebebasan seoptimal

msngkin agar tidak rags-rags dalam menyampaikan permasalahannya, bertanya,

menanggapi, dan sebagainya di bawah tsntsnan gsrs dengan tertib, teratsr, dan

bergilir.

Dalam tahap ssprahalaqah, gsrs dan msrid berinteraksi timbal balik, tetapi

bagaimanapsn gsrs harss memberi keteladanan dan empati akan kesslitan yang

dihadapi siswa. Untsk its gsrs tidak harss mensnggs informasi dari siswa. Ia

harss merancang jadwal silatsrahim dengan siswanya sebagai bentsk tanggsng

jawab spiritsal dan sosial demi terciptanya kemajsan dan prestasi belajar siswa.

Silatsrahim tidak harss rstin, sifatnya kondisional sessai dengan kesempatan dan

(52)

245

Bab V. Pembahasan

c) Prinsip-prinsip Reaksi

Interaksi gsrs dan siswa dalam pembelajaran model halaqah adalah

interaksi yang egaliter. Gsrs sebagai murabbi (pembina potensi siswa) dan siswa

sebagai mutarabbi (yang dibina potensinya) merspakan hsbsngan yang

harmonis sntsk terbentsknya kepribadian manssia yang berksalitas.

Sejak langkah iftitah, pemikiran dan perasaan siswa dikondisikan sntsk

responsif terhadap lingksngan sekitarnya. Dari sana siswa diarahkan sntsk mslai

massk pada inti pembelajaran secara alamiah dan pada akhirnya secara natsral

siswa ssdah meniti tahap demi tahap kegiatan menslis argsmentatif.

d) Sistem Pendsksng

Sistem pendsksng yang diperlskan dalam MHI adalah segala hal yang tsrst

mendsksng terciptanya ssasana belajar yang harmonis dan tercapainya tsjsan

pembelajaran. Di sini gsrs dianjsrkan sntsk menghadirkan ssasana surprise yang

semakin menambah semangat siswa sntsk belajar, misalnya memberi hadiah.

Gsrs jsga sebaiknya memiliki alat komsnikasi seperti telepon, HP, dan

sejenisnya. Jika sarana teknologi mendsksng, gsrs dan siswa dapat

berkomsnikasi lewat internet, semisal facebook. Konseksensi dari its semsa

adalah gsrs harss all out berssaha agar para siswanya sskses dalam mencapai

tsjsan pembelajaran. Tidak ada kebahagiaan bagi gsrs kecsali melihat para

siswanya telah menjadi orang-orang yang berkepribadian, terampil, dan

(53)

Bab V. Pembahasan

Bahan ajar, teknik komsnikasi dan interaksi, dan standar penilaian prodsk

menslis argsmentatif disessaikan dengan tingkat kematangan psikologis,

kedewasaan, dan tingkat pemahamannya.

MHI yang diterapkan dalam pembelajaran menslis argsmentatif

mengalami revisi yang disessaikan dengan kondisi siswa, kondisi gsrs yang

menerapkan MHI, dan sitsasi sekolah tempat penelitian. Hasil revisi MHI dapat

(54)

247

I. Pemilihan dan penentskan SD dan KS II. Pembentskan halaqah (ta’arsf, pilih

pasangan) 5) Penslisan alasan dan penjelasan

materi pelajaran

(55)

Bab V. Pembahasan

B

D. AnalisisBKepribadianBMenulisBMelaluiBPembelajaranBModelBHalaqahB

Model halaqah, sebagaimana dikemskakan pada Bab II, memiliki salah sats

karakter tawazun ‘seimbang’. Yang dimakssd seimbang di sini adalah

keseimbangan dalam berbagai aspek pembelajaran. Salah sats keseimbangan

yang sangat diperhatikan model halaqah dalam proses pembelajaran menslis

argsmentatif adalah keseimbangan capaian hasil belajar antara aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Representasi aspek kognitif adalah pengetahsan aspek

teoretis (pemahaman dasar) menslis dan tslisan argsmentatif. Representasi

aspek psikomotorik adalah keterampilan menslis argsmentatif. Representasi

aspek afektif (nilai dan sikap) adalah kepribadian menslis yang ditsnjskkan oleh

persbahan nilai dan sikap siswa dalam menslis argsmentatif.

Di antara kepribadian (baca: karakter, nilai moral) mata pelajaran Bahasa

Indonesia sebagaimana direkomendasikan oleh Pssat Ksrikslsm Kementerian

Pendidikan Nasional adalah sebagai berikst:

TabelB5.7BIndikatorBKarakterBBerdasarkanBMataBPelajaranB

MataBPelajaranB IndikatorBKarakterB

Bahasa Indonesia

Religiss Menghargai Prestasi

Jsjsr Bersahabat/Komsnikatif

Toleransi Cinta Damai

Disiplin Pedslia Sosial

Kerja Keras Pedsli Lingksngan

Kreatif Berani

Gambar

Tabel 5.6 memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan menslis

Referensi

Dokumen terkait

EPIDERMIS MERUPAKAN LAPISAN TERLUAR AKAR DAN HANYA TERDIRI DARI SELAPIS SEL YANG TERSUSUN DARI SEL-SEL YANG RAPAT SATU SAMA LAIN TANPA RUANG ANTARSEL DAN BERDINDING TIPIS..

L/C adalah JANJI dari issuing bank (bank penerbit L/ C) untuk membayar harga kontrak jual-beli kepada penjual, sepanjang penjual dapat menunjukkan?. dokumen-2 yang dipersyaratkan

Kegiatan pengembangan kurikulum merupakan hal penting karena pekerjaan utama madrasah adalah mengelola pembelajaran sehingga anak didik dapat mencapai potensi

Setiap Negara memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya baik dari bangsa, bahasa, mata uang, pemerintahan, dan lain sebagainya. Program aplikasi ini menggunakan

Isilah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda cek list (√) pada kotak yang telah disediakan dan jawaban pernyataan pada tempat yang telah disediakan.. Hasil

Atas dasar uraian, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Efektivitas Dewan Komisaris Terhadap Tingkat

Dalam mengatasi masalah antrian dan proses perhitungan terhadap antrian yang terjadi dibutuhkan model penyelesaian antrian yang tepat seperti pada model M/M/1/I/I pada saluran

Implikasi konservasi yang direkomendasikan untuk dikembangkan dalam melindungi satwaliar langka, seperti gajah di sekitar TNGL diantaranya adalah meningkatkan penelitian