Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
vii
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 15
F. Asumsi Penelitian ... 16
BAB II KONSEP DISIPLIN DIRI SISWA, PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL DAN ASSERTIVE TRAINING ... 18
A. Konsep Disiplin Diri Siswa ... 18
B. Konsep Assertive Training ... 31
C. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial ... 39
D. Program Bimbingan Pribadi-Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa ... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 64
A. Pendekatan Penelitian ... 64
B. Metode Penelitian ... 65
C. Desain Penelitian ... 66
D. Langkah-Langkah Penelitian ... 67
E. Populasi Penelitian ... 68
F. Definisi Operasional... 68
G. Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen... 72
H. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data ... 73
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
viii
J. Teknik Analisis Data ... 80
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 81
A. Hasil Penelitian ... 81
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...123
C. Keterbatasan Penelitian ...133
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...134
A. Simpulan ...134
B. Rekomendasi ...134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. SK Pengangkatan Pembimbing dan Surat Izin Penelitian
2. Panduan Pelaksanaan Program Bimbingan Pribadi Sosial menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
3. Instrumen Penelitian
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
ix
DAFTAR TABEL
Tabel hal
4.1 Profil Disiplin Diri SiswaKelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 82
4.2 Profil Disiplin Diri Siswa Tiap Indikator ... 84
4.3 Hasil Penimbangan Pakar Terhadap Program Bimbingan
Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training ... 93
4.4 Pengembangan Materi Program ... 103
4.5 Matrik Tahap Pelaksanaan Program Bimbingan Pribadi-Sosial
Menggunakan Assertive Training untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 107
4.6 Data Deskriptif Perbandingan Kelas Eksperimen ... 119
4.7 Hasil Uji T Perbandingan Data Kelas Eksperimen
antara Pre-Test dan Post-Test ... 120
4.8 Data Deskriptif Perbandingan Kelas Kontrol ... 121
4.9 Hasil Uji T Perbandingan Data Kelas Kontrol
antara Pre-Test dan Post-Test ... 122
4.10 Perbandingan Skor Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
dalam Setiap Aspek Disiplin Diri ... 128
4.11 Perbandingan skor Skor Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik hal
4.1 Profil Disiplin Diri Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 82 4.2 Gambaran Umum Dimensi Disiplin Diri Siswa Kelas XI ... 83 4.3 Gambaran Keseluruhan Aspek Disiplin Diri Siswa Kelas XI ... 84 4.4 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI
Pada Aspek Penerimaan ... 86 4.5 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI
Pada Aspek Kemauan ... 87 4.6 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI
Pada Aspek Kerja Keras ... 88 4.7 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI
Pada Aspek Kerajinan ... 88 4.8 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI
Pada Aspek Ketekunan ... 89 4.9 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI
Pada Aspek Peraturan ... 90 4.10 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI
Pada Aspek Hukuman ... 91 4.11 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI
Pada Aspek Penghargaan ... 91 4.12 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI
Pada Aspek Konsistensi ... 92 4.13 Perbandingan Hasil Skor Aspek Pada Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ... 129 4.14 Perbandingan Hasil Skor Indikator Pada Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ... 131 4.15 Perbandingan Rata-Rata Skor Disiplin Diri Hasil
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan hal-hal yang mengarah pada penelitian. Pokok
pembahasan dalam bab ini antara lain: (a) latar belakang masalah; (b) rumusan
masalah; (c) tujuan penelitian; (d) variabel penelitian dan definisi operasional; (e)
manfaat penelitian; (f) asumsi penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang dijadikan sasaran
dalam pengembangan pembangunan jangka panjang, terselenggaranya pendidikan
yang berkualitas akan mewujudkan manusia yang bermutu tinggi, berbudi pekerti
luhur, dan berakhlak mulia. Pendidikan memegang peranan penting dalam
meningkatkan mutu siswa, guru maupun lingkungan sekolah. Dalam peningkatan
mutu, dalam suatu pendidikan terdapat beberapa aspek yang berkaitan erat dengan
mutu sekolah yakni proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen
sekolah, serta kultur sekolah.
Pendidikan secara umum bertanggung jawab terhadap proses
pembelajaran. Mengimplementasikan adanya proses pendidikan yang mengarah
kepada perwujudan kepribadian. Dalam tingkat SMA merupakan perkembangan
yang sangat rentan dalam disiplin diri siswa. Dilihat dari tujuan yang bersifat
umum dan mendasari pendidikan selanjutnya. Pendidikan harus memberikan
dampak positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan nasional (Depdikbud,
2003:149). Sesuai dengan pernyataan tersebut bahwa pendidikan merupakan
unsur yang sangat penting dalam membangun masyarakat, kebudayaan dan
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Proses Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
dilaksanakan melalui proses belajar aktif yang erat kaitannya dengan disiplin diri
siswa (Yosef, 2008). Sesuai dengan prinsip pengembangan nilai harus dilakukan
secara aktif oleh siswa (dirinya subyek yang akan menerima, menjadikan nilai
sebagai miliknya dan menjadikan nilai-nilai yang sudah dipelajarinya sebagai
dasar dalam setiap tindakan) maka posisi peserta didik sebagai subyek yang aktif
dalam belajar adalah prinsip utama belajar aktif.
Dalam pendidikan saat ini terdapat gerakan nasional untuk menciptakan
sekolah yang membina generasi muda yang beretika, bertanggung jawab, dan
perduli melalui pemodelan dan mengajarkan karakter baik dengan penekanan
pada nilai universal yang kita setujui bersama. Ini adalah suatu usaha yang
disengaja dan proaktif baik dari sekolah, daerah, dan juga negara untuk
menanamkan siswanya pada nilai etika utama seperti menghargai diri sendiri dan
orang lain, bertanggung jawab, integritas, dan disiplin diri. Pendidikan karakter
menjadi bagian ranah salah satu dimensi disiplin diri siswa, oleh karena itu
pendidikan karakter erat kaitannya dengan disiplin sebagai pembelajaran sosial
dan emosi siswa.
Pembelajaran sosial emosi siswa juga dapat membantu mengembangkan
kapasitas sosial dan emosional yang memungkinkan siswa untuk mewujudkan
disiplin yang berhubungan dengan tujuan pendidikan karakter, yang meliputi
membuat keputusan yang bertanggung jawab didasarkan pada pemikiran moral
dan kemampuan untuk menunjukkan kualitas seperti hormat, ketahanan,
kesopanan, mengatasi masalah dan pemahaman diri (Berkowitz & Schwartz,
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Tujuan utama pendidikan secara umum adalah mengembangkan disiplin
diri dikalangan pelajar, baik menunjukkan secara sosial maupun perilaku
bertanggung jawab secara moral. Tujuan ini bertepatan dengan tujuan pendidikan
yang penting, serta sebagai alternatif dari disiplin yakni untuk memperbaiki
perilaku yang menciptakan dan memelihara lingkungan yang aman, tertib dan
kondusif untuk belajar (Bear, 2005).
Bimbingan konseling memegang peranan penting dalam proses disiplin,
karena bimbingan konseling secara langsung menangani siswa asuhnya. Dalam
menangani disiplin siswa, bimbingan konseling sedemikian rupa harus dapat
membuat program layanan bimbingan konseling. Guru pembimbing harus terlibat
secara langsung demi keberhasilan disiplin siswa dengan pembiasaan yang secara
rutin dilakukan.
Siswa pada tingkat Sekolah Menengah Atas sebagai generasi muda berada
pada rentang masa remaja awal yaitu antara usia 13-17 tahun (Hurlock,
1992-206). Secara umum perkembangan siswa remaja awal ditandai dengan perubahan
kemampuan-kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial yang lebih luas. Pada masa remaja awal berlangsung kira-kira
13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16
atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum”. Siswa
merupakan individu yang secara langsung melakukan proses pembelajaran,
sehingga siswa harus dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan aktif,
mampu mengungkapkan gagasan-gagasan, serta mampu menyertakan segala
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
belajar, dan disiplin belajar. Berdasarkan hal-hal di atas diharapkan akan tercapai
hasil belajar yang memuaskan.
Suasana damai di sekolah sangat terganggu dengan kurangnya disiplin
dalam menaati peraturan-peraturan sekolah. Pada dasarnya peraturan yang ada di
sekolah sudah cukup banyak, namun hal tersebut belum cukup efektif karena
faktor pelakunya. Siswa kadang merasa peraturannya tidak adil dan terlalu keras,
apalagi mereka tidak dilibatkan dalam perumusan sehingga merasa sah-sah saja
untuk melanggar (Tribun News; 22 September 2011). Perilaku kurang disiplin
yang disebutkan subjek adalah: membolos sekolah, terlambat masuk sekolah,
membawa barang-barang yang tidak diperbolehkan, ramai saat jam kosong,
berpakaian dan berpenampilan sembarangan, merokok.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko Sumarno (2006:23) berdasarkan
data dari koordinator guru bimbingan dan konseling data pelanggaran disiplin
sekolah adalah sebagai berikut: semester ganjil, (1) presentase siswa tidak masuk
sekolah tanpa keterangan/alpa sebesar 0,13 %; (2) siswa terlambat lebih dari 10
menit sebanyak 32 kasus; (3) pelanggaran seragam sekolah sebanyak 76 kasus; (4)
perkelahian antar siswa 5 kali; (5) kasus perncurian 1 kali; (6) meminta uang
kepada siswa lain dengan paksaan/ancaman sebanyak 4 kasus; (7) meninggalkan
pelajaran tanpa ijin sebanyak 16 kasus. Sedangkan data pada semester genap, (1)
presentase siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan /alpa sebesar 0,09 %; (2)
siswa terlambar lebih dari 10 menit sebanyak 31 kasus; (3) pelanggaran seragam
sekolah sebanyak 81 kasus; (4) perkelahian antar siswa 4 kasus; (5) kasus
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
sebanyak 2 kasus; (7) membolos/meninggalkan pelajaran tanpa ijin sebanyak 20
kasus.
Studi pendahuluan yang dilakukan Puspita (2010:7) siswa kelas XI SMA
di Tasikmalaya ditemukan beberapa persentase tentang kondisi disiplin diri siswa
diantaranya yaitu kesiangan atau terlambat masuk sekolah sebesar 28,7% dan
penampilan yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah sebesar 10,2 % dari
sejumlah siswa 334 orang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melina Lestari
(2006:65) menunjukkan beberapa aspek pelanggaran kedisiplinan yang tergolong
tinggi tingkat pelanggarannya adalah aspek sopan santun (93%), kehadiran (87%),
kegiatan belajar (83%), dan penampilan (71%), sedangkan sisanya tergolong
kedalam kategori sedang yaitu menjaga sarana dan prasarana (60%) dan dari data
aspek upacara (68%), dengan kata lain tingkat kedisiplinan siswa masih sangat
rendah. Dari data yang tersebut menunjukkan bahwa permasalahan kedisiplinan
yang terjadi setiap tahun ajaran bisa terjadi dengan berbagai macam pelanggaran.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 6
dengan menggunakan sampel dari 133 orang siswa bahwa terdapat 35,34% atau
47 siswa berada pada tingkat kategori rendah, selanjutnya ada 39,85% atau 53
siswa berada pada tingkat rendah, sedangkan 33 siswa atau 24,81% berada pada
tingkat kategori tinggi. Dari hasil penelitian diatas dapat menggambarkan bahwa
masih banyak siswa yang kurang disiplin. Jika kondisi seperti di atas terus
dibiarkan tanpa ada tindakan yang tepat maka akan menimbulkan masalah bagi
siswa .
Kemudian sebagai salah satu pelanggaran disiplin juga sering terjadi di
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
dan kurang membentuk kesanggupan disiplin diri. Berdasarkan data SMAN N di
Kalimantan bahwa tidak adanya disiplin dimulai dari pelanggaran terhadap
peraturan-peraturan kecil, siswa menganggap enteng datang terlambat atau
membolos. Peraturan terlalu ketat dan kadang tidak adil karena sering tidak
menanyakan alasan kenapa siswa terlambat. Terkadang merokok didalam kelas
dan tawuran dengan sekolah lain. (www.tribunnews.com).
Disiplin diri siswa di dalam pengelolaan pengajaran merupakan suatu
masalah yang sangat penting. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan
melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya, disiplin diri siswa tidak
mungkin dapat mencapai target maksimal. Disiplin diri siswa merupakan salah
satu sikap atau perilaku yang harus dimiliki oleh siswa. Siswa akan memperoleh
hasil belajar yang memuaskan apabila siswa mampu mengatur waktu dan kegiatan
belajarnya. Pencapaian hasil belajar yang baik selain karena adanya tingkat
kecerdasan yang cukup, baik, dan sangat baik, juga didukung oleh adanya disiplin
yang konsisten, disiplin siswa dalam belajar, dan juga karena perilaku yang baik.
Sebaliknya ada siswa yang hasil belajarnya kurang memuaskan meskipun tingkat
kecerdasannya baik atau sangat baik, hal itu terjadi karena siswa kurang tertib dan
kurang teratur dalam belajar.
Berdasarkan keterangan di atas, permasalahan pelanggaran disiplin di
sekolah dapat dilihat dalam berbagai hal. Disiplin di sekolah merupakan usaha
untuk memperkenalkan cara atau memberikan pengalaman yang baik. Disiplin
salah suatunya adalah tata tertib sekolah serta tanggung jawab setiap siswa
mempunyai kedisiplinan, maka tata tertib sekolah akan terjamin dan disiplin akan
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
memilih perbuatan-perbuatan yang diharapkan darinya. Karena kedisiplinan
sangat berhubungan erat dengan motivasi belajar seseorang siswa.
Disiplin diri merujuk pada asumsi tanggung jawab sosial dan moral atas
tindakannya sendiri, dan melakukan dengan kemauan sendiri (bukan semata-mata
karena takut hukuman atau untuk memperoleh perhargaan di sekolah). Pengaturan
diri (self-regulation) dan pengendalian diri (self-control) sebagai bagian penting
dalam pendidikan karekter dan pembelajaran sosial dan emosional. Dengan
demikian (Bear, 2005) mengembangkan disiplin diri, guru pembimbing harus
memberikan pemahaman kepada siswa menilai perbedaan antara yang benar dan
salah, mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka, menyadari pentingnya
hubungan kerjasama dan menunjukkan kepedulian yang tulus kepada orang lain.
Di lingkungan sekolah sebetulnya sudah ada tata tertib untuk mengatur
siswa, namun kenyataannya masih terdapat pelanggaran-pelanggaran dalam
pelaksanaannya. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa yang terlambat datang ke
sekolah, tidak mengerjakan tugas, malas belajar, dan gaduh saat kegiatan belajar
mengajar sedang berlangsung. Pembinaan disiplin perlu diadakan baik di sekolah
maupun di rumah. Pembinaan disiplin di sekolah dapat dilakukan dengan cara
memberikan bimbingan, penyuluhan dan menumbuhkan kesadaran pada siswa
akan pentingnya disiplin belajar. Shariffudin (2011) disiplin diri adalah sebagai
arah positif dari perilaku yang standar yang di tetapkan oleh kode etik berdasarkan
alasan, penilaian dan pertimbangan orang lain.
Bimbingan dan konseling sebagai suatu sub sistem sekolah yang memiliki
peran penting dalam mendukung pencapaian proses pembelajaran dengan
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Salah satu perkembangannya yang harus dicapai di sekolah adalah perkembangan
pribadi dan sosial terutama untuk meningkatkan disiplin diri siswa. Secara khusus
pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial dengan menggunakan pendekatan
behavioral adalah assertive training diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan disiplin diri. Assertive training bisa diterapkan pada siswa yang
mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau
menegaskan diri adalah tindakan layak atau benar.
Penggunaan assertive training didasarkan pada asumsi bahwa banyak
orang yang menderita perasaan cemas dalam berbagai situasi interpersonal.
Latihan asertif merupakan sasaran membantu individu dalam mengembangkan
cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal
(Corey, 2010 : 215).
Assertive training akan membantu bagi orang-orang yang (1) tidak dapat
mengungkapkan kemarahan atau kejengkelannya; (2) mereka yang sopan
berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan daripadanya;
(3)mereka yang mengalami kesulitan dalam berkata “TIDAK”; (4) mereka yang
sukar menyatakan cinta dan respon positif lainya; (5) mereka yang merasakan
tidak punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikiran (Sofyan 2007:72).
“The goal of Assertive Discipline is to foster in students a feeling that they
are "in charge" in the classroom” (Daniel Linden dan Mackel Duke ; 2012)
menerangkan bahwa tujuan disiplin asertif adalah untuk mendorong siswa merasa
bertanggung jawab di dalam kelas. Oleh karena itu diperlukan assertive training
kepada siswa dengan jelas untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Assertive training ini sangat diperlukan sejak dini, karena hal ini akan membantu
untuk bersikap tegas dalam situasi dimana hak-hak seseorang dilanggar,
khususnya dalam disiplin diri.
Kepedulian bimbingan dan konseling terhadap disiplin siswa juga telah
menjadi kepedulian dalam sekolah dan bidang kependidikan saat ini. Berbagai
upaya pengembangan disiplin dari seluruh siswa yang sifatnya menyeluruh.
Kepedulian dan keinginan guru pembimbing mengenai disiplin siswa akhirnya
berakumulasi dalam kebijakan sekolah mengenai pendidikan displin siswa melalui
program layanan bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training.
Rancangan program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training ini
menjadi suatu pedoman bagi siswa dalam meningkatkan siswa disiplin.
Disiplin diri yang ideal adalah sebagai pengarahan diri dan pengendalian
diri. Siswa akan bersemangat untuk belajar di kelas apabila suasana belajar
nyaman dan kondusif, selanjutnya hal ini akan memotivasi siswa untuk lebih
berprestasi dalam belajar. Pembinaan disiplin di rumah perlu juga dilakukan
karena orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam penanaman disiplin
belajar siswa. Wujud pembinaan itu dapat dilakukan dengan mengingatkan waktu
belajar, memperhatikan kebutuhan anaknya, dan menjalin komunikasi yang baik
dengan anak. Syafruddin (2011) menyebutkan bahwa kedisiplinan dalam belajar
siswa itu meliputi mentaati dan mematuhi tata tertib sekolah, masuk kelas tepat
waktu, ketertiban diri saat belajar di kelas, mengatur waktu belajar di rumah,
mengulang kembali pelajaran di rumah, mengerjakan tugas sekolah di rumah.
Berdasarkan hal tersebut akan pentingnya disiplin diri, maka peneliti
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Assertive Training Untuk Mengembangkan Disiplin Diri Siswa” (Studi Quasi
Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran
2011/2012)
B. Rumusan Masalah
Secara umum penelitian ini difokuskan untuk menjawab bagaimana
bentuk program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training dalam
meningkatkan disiplin diri siswa. Ringkasan permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini diperinci dalam pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Bagaimana gambaran tentang disiplin diri siswa kelas XI SMA N 6 Bandung
Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimana rumusan program bimbingan pribadi-sosial menggunakan
assertive training secara hipotetik untuk meningkatkan disiplin diri siswa
kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012?
3. Bagaimana efektivitas program bimbingan pribadi-sosial menggunakan
assertive training terhadap disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 6
Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan program
bimbingan pribadi-sosial menggunakan latihan assertive training untuk
meningkatkan disiplin diri siswa, peran guru pembimbing dalam penerapan
program layanan bimbingan pribadi-sosial menggunakan latihan assertive
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
pendukung dalam mengembangkan disiplin diri siswa. Secara khusus penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang:
1. Disiplin diri siswa kelas XI SMA N 6 Bandung Tahun Pelajaran
2011/2012.
2. Rumusan program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive
training secara hipotetik untuk meningkatkan disiplin diri siswa kelas XI
SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Efektivitas program bimbingan konseling menggunakan assertive training
untuk meningkatkan disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung
Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan
variabel bebas. (a) disiplin diri sebagai variabel terikat, dan (b) assertive training
dan program bimbingan pribadi sosial sebagai variabel bebas.
2. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah penelitian,
maka istilah-istilah dalam penelitian ini dijelaskan secara operasional dalam
uraian berikut:
a. Disiplin Diri
Perkins (2003: 4) menyatakan bahwa disiplin diri merupakan upaya sadar
dan bertanggungjawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan dan
mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar seluruh keberadaannya tidak
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Disiplin diri memiliki kecenderungan disiplin yang positif, yaitu disiplin
yang didasarkan pada kontrol dalam diri sendiri dan disiplin diri sebagai kekuatan
kontrol dari luar. Stevepavlina (2005: 5) mendefinisikan disiplin diri sebagai
kemampuan untuk mengumpulkan tekad untuk mencapai tujuan dan menjunjung
tingggi pribadi dari apa yang diinginkan. Disiplin diri siswa, khususnya dalam
mentaati peraturan/tata tertib sekolah merupakan bentuk disiplin yang
dilaksanakan oleh seorang siswa yang memiliki disiplin yang baik akan
memperhatikan perilaku yang sesuai dengan aturan yang ada dengan penuh
tanggung jawab.
Secara operasional disiplin diri diartikan sebagai norma dan tanggung
jawab individu dalam memenuhi norma-norma aturan-aturan yang berlaku. Secara
lebih spesifik disiplin diri adalah kemampuan kontrol diri siswa kelas XI SMA
Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam mengendalikan, mengatur
tingkah laku secara bertanggung jawab menaati tata tertib sekolah dan atau
peraturan lain yang ada di sekolah, sehingga siswa mampu berprilaku disiplin.
Aspek –aspek dalam disiplin diri terbagi dalam dua yakni dimensi internal dan
dimensi eksternal. Yang termasuk dalam dimensi internal diantaranya
penerimaan, kemauan, kerja keras, kerajinan, dan ketekunan, sedangkan yang
termasuk dalam dimensi eksternal adalah peraturan, hukuman, penghargaan dan
konsistensi Sekolah merupakan faktor yang berarti bagi siswa, baik dalam cara
berfikir, bersikap maupun berprilaku.
b. Assertive Training
Assertive training merupakan suatu bentuk pelatihan kepada siswa kelas
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
membantu orang-orang berdiri untuk dirinya sendiri dan memperkuat dirinya
sendiri. Menurut (Jakubowski, 1977) prosedur pelatihan yang efektif sebagai
model pembelajaran yang terdiri dari petunjuk, pemodelan, latihan perilaku dan
pembinaan. Tujuan dari assertive training adalah untuk mengajarkan siswa
mengenai strategi yang tepat untuk mengidentifikasi dalam bertindak terhadap
kebutuhan, hasrat, dan pendapat sendiri sementara tetap menghargai orang lain.
Assertive training digunakan sebagai ketegasan dan disiplin siswa dalam
mengambil keputusan berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional
dan tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Aspek-aspek perilaku asertif
yaitu.
a) Kemampuan untuk mau menerima disiplin dengan kerja keras yang ada di
dalam diri siswa, meliputi indikator: menunjukkan sikap disiplin terhadap tata
tertib, memiliki batasan-batasan disiplin, merasa mampu melaksanakan
disiplin; memiliki kemauan melaksanakan tata tertib, memiliki sikap disiplin
dalam mengerjakan tugas, memiliki kemauan diri dalam meraih cita-cita;
memiliki kesanggupan melaksankan tata tertib, dan memiliki kesanggupan
sadar disiplin;
b) Kemampuan mempertahankan kerajinan dan ketekunan dalam disiplin,
meliputi indikator: mampu mengelola waktu, mampu menunjukkan
penampilan yang sesuai dengan disiplin, menunjukkan pengaruh disiplin yang
menghambat, dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang ada di sekolah;
c) Kemampuan untuk konsistensi disiplin, meliputi indikator: memiliki
tanggung jawab terhadap peraturan sekolah, memiliki komitmen dalam
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
d) Kemampuan untuk menaati peraturan, meliputi indikator: menjalankan aturan
sesuai dengan kemampuan, memiliki keesungguhan terhadap peraturan di
sekolah, menunjukkan disiplin terhadap tata tertib yang di buat di sekolah;
e) Kemampuan untuk menerima penghargaan dan hukuman, meliputi indi kator:
menerima pujian sebagai siswa yang berdisiplin diri, menerima hadiah dalam
kelompok maupun pribadi, menerima sanksi yang ada di sekolah, menerima
hukuman sesuai dengan pelanggaran, dan memiliki perasaan bersalah saat
melakukan pelanggaran.
c. Program Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi sosial adalah suatu jenis bimbingan dalam rangka
mengembangkan kemampuan dalam berhubungan sosial yang baik dengan
lingkungannya.
Tujuan dari program bimbingan pribadi sosial ialah agar siswa dapat
mengembangkan prilaku disiplin sesuai dengan tata tertib sekolah. Dalam
penelitian ini, program bimbingan yang dimaksud merupakan upaya peneliti dan
guru bimbingan dan konseling untuk mengarahkan pribadi siswa kelas XI SMA
Negeri 6 Bandung tahun pelajaran 2011/2012 secara bertanggung jawab dalam
mengembangkan disiplin siswa yang lebih baik melalui serangkaian kegiatan
yaitu perencanaan, perancangan, penerapan dan evaluasi, yaitu berupa layanan
klasikal dan strategi yang tepat.
Program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk
meningkatkan disiplin diri siswa digunakan untuk membantu mengintegrasikan
siswa dan menentukan pedoman bagi siswa dalam mengekspresikan diri dengan
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri serta untuk mengetahui kekuatan
kita sendiri dan keterbatasan secara bertanggungjawab sesuai dengan tujuan
pribadi yang diinginkan.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan teori maupun praktik di Sekolah Menengah Atas, dan khususnya
meningkatkan disiplin diri siswa. Secara teoretis, manfaat penelitian ini
menambah khazanah keilmuan mengenai program bimbingan pribadi sosial
menggunakan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa.
Adapun manfaat secara praktis yang dapat diperoleh adalah sebagai
berikut.
1. Bagi Guru BK, hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan disiplin diri
siswa di Sekolah Menengah Atas dan diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan peran,
tugas serta tanggung jawabnya terhadap peserta didik.
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji berbagai isu dan teknik
penelitian tentang disiplin diri.
F. Asumsi Penelitian
Penelitian ini berdasarkan pada asumsi-asumsi dasar sebagai berikut.
a. Disiplin diri; perilaku yang dikehendaki masyarakat beradab. Secara moral
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
menunjuk pada perilaku yang memiliki ciri tertib, tertentu ajeg dan
normatif;
b. Mendefinisikan disiplin dengan berfokus sebagai pengembangan
pengendalian diri melalui pengajaran keterampilan pemecahan masalah
dan belajar lebih produktif untuk mengekspresikan perasaan (Dupper,
2010:15).
c. Assertive training pada dasarnya merupakan penerapan latihan bagi
perkembangan individu untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Pada
perilaku asertif tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga
dapat membaca situasi yang terjadi disekelilingnya, yang memudahkannya
untuk menempatkan diri dan melakukannya secara strategis, terarah dan
terkendali dengan mantap (Corey, 2012:248).
d. Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat
bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat (Rochman Natawidjaya dalam Winkel, 1997:67)
e. Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu
para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi sosial
(Juntika Nurihsan, 2003:21).
f. Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan yang membantu para
siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial pribadi
seperti masalah pergaulan, penyelesaian konflik, penyesuaian diri dan
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab tiga ini diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan
penelitian, metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian,
populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, penyusunan kisi-kisi
instrument, uji coba instrument dan pengumpulan data, prosedur pengolahan data,
dan teknik analisis data.
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan
penelitian yang dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian secara spesifik
dengan penggunaan analisis statistik. Metode penelitian yang digunakan adalah
quasi experiment. Melalui pendekatan ini dapat diharapkan memperoleh data
mengenai gambaran secara empirik disiplin diri siswa sebelum dan setelah
pemberian layanan.
Penelitian eksperimen merupakan penelitian percobaan, yakni penelitian
yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok diberi
perlakuan tertentu dan satu kelompok (kelompok kontrol) lagi dikendalikan pada
suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Selisih tanggap
antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh
perlakuan yang diberikan kepada kelompok perlakuan itu (Margono, 2007:110).
Pendekatan penelitian eksperimen menurut John W. Creswall (2008:299)
menyebutkan “in an experiment, you test an idea (or practice or procedure) to
determine whether it influences an outcome or dependent variable.” Artinya
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
prosedur) untuk melihat apakah memiliki pengaruh terhadap hasil atau variabel
dependen. Maka, langkah pertama dalam penelitian ekperimen ini ialah
menentukan ide (praktek atau prosedur) yang akan dieksperimenkan, selanjutnya
membantu suatu individu atau kelompok mengalami pengalaman (praktek atau
prosedur) tersebut dan selanjutnya melihat dan menentukan apakah ide (praktek
atau prosedur) yang dialami oleh individu atau kelompok tersebut menunjukan
hasil yang lebih baik dari pada individu atau kelompok yang tidak diberi
perlakuan (praktek atau prosedur) tersebut.
Penelitian ekperimen ini dilakukan ketika peneliti ingin melihat
kemungkinan sebab dan akibat antara variabel independent dengan variabel
dependen. Oleh karena itu peneliti perlu berusaha mengontrol semua variabel
yang mempengaruhi hasil kecuali pada variabel independent. Selanjutnya ketika
variabel independen mempengaruhi variabel dependen, dapatlah dikatakan
variabel independen menyebabkan variabel dependen.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen, dengan desain
non-equivalent pretest-postest control group design (Sugiyono 2012:79). Dalam
desain penelitian quasi eksperimen, terdapat penggontrolan terhdap kelompok
pengontrol atau pembanding, adanya pemberian tes awal sebelum diberi
perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen.
Ada dua kelompok yang dipilih secara tidak acak (random) yaitu
kelompok perlakuan (eksperimen) dan kelompok kontrol. Keduanya memperoleh
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
eksperiment dan kelompok kontrol dapat menunjukan efektif atau tidaknya
perlakuan (layanan dasar) yang diberikan kepada kelompok eksperimen.
C. Desain Penelitian
Dalam quasi eksperimen terdapat kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen yakni kelompok diamana yang mendapat
perlakuan atau pengamatan tentang disiplin diri siswa. Sedangkan kelompok
kontrol merupakan kelompok pembanding atau kelompok yang tidak mendapat
perlakuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan atau teratment
berpengaruh terhadap peningkatan disiplin diri siswa. Berikut ini desain penelitian
non-equivalent pretest-postest control group design (Sugiyono, 2012:79).
E O1 X O2
K O3 O4
Keterangan:
O1 dan O3 : Pengukuran sebelum treatment (pengukuran awal), pengukuran
tentang disiplin diri sebelum mendapatkan program bimbingan
pribadi sosial
O2 : Pengukuran sesudah treatment (pengukuran dilakukan kembali),
pengukuran tentang disiplin diri sesudah mendapatkan program
bimbingan pribadi sosial
O : Pengukuran tidak diberikan treatment (pengukuran dilakukan
kembali), pengukuran tentang disiplin diri tidak menggunakan
treatment
X : Treatment (perlakuan), pemberian program bimbingan pribadi
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
D. Langkah-langkah Penelitian
Berikut ini langkah-langkah penelitian yang di lakukan, diantaranya.
a. Studi literatur, kegiatan yang di lakukan yaitu studi literatur berdasarkan
teori-teori yang berkaitan dengan disiplin diri, gambaran disiplin diri siswa di
sekolah, fakta-fakta di lapangan tentang disiplin diri serta pelaksanaan
program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training di SMA
Negeri 6 Bandung;
b. Penyusunan instrument untuk mengungkap disiplin diri siswa. Validasi
instrument di lakukan oleh pakar.
c. Penyusunan rencana program bimbingan pribadi sosial menggunakan
assertive training;
d. Validasi program untuk mengetahui kelayakan program hipotetik. Validasi ini
di lakukan oleh pakar dan praktisi BK;
e. Revisi program, yang dilakukan atas dasar validasi oleh pakar dan praktisi
BK sehingga diperoleh program akhir;
f. Melaksanakan eksperimen, pelaksanaan ekperimen meliputi tahapan prosedur
yang tepat dengan pemilihan desain, terdiri dari:
1) Test awal (pre test)
2) Memberikan perlakuan eksperimen untuk kelompok yang di treatment
3) Tes akhir (post test)
g. Pengolahan data, analisis data dan menuliskan hasil eksperimen
h. Pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
E. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011: 117) populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian untuk di tarik
kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang melainkan benda alam yang lain.
Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek /obyek itu.
Dalam penelitian ini lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah SMA N
6 Bandung di Jl. Pasir Kaliki No. 51 Bandung. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 324 siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran
2011/2012.
Menurut Sugiyono (2011 : 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel salam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau pengambilan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011 : 124). Pengambilan sampel
dengan menggunakan pendapat Surakhmad (Riduwan, 2006: 65) menyatakan
apabila populasi kurang dari 100, maka pengambilan sampel
sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi 100 sampai
dengan 1000, maka dipergunakan sampel sebesar 15%-50%.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah penelitian,
maka istilah-istilah dalam penelitian ini dijelaskan secara operasional dalam
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
a. Disiplin Diri
Perkins (2003: 4) menyatakan bahwa disiplin diri merupakan upaya sadar
dan bertanggungjawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan dan
mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar seluruh keberadaannya tidak
merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
Disiplin diri memiliki kecenderungan disiplin yang positif, yaitu disiplin
yang didasarkan pada kontrol dalam diri sendiri dan disiplin diri sebagai kekuatan
kontrol dari luar. Stevepavlina (2005: 5) mendefinisikan disiplin diri sebagai
kemampuan untuk mengumpulkan tekad untuk mencapai tujuan dan menjunjung
tingggi pribadi dari apa yang diinginkan. Disiplin diri siswa, khususnya dalam
mentaati peraturan/tata tertib sekolah merupakan bentuk disiplin yang
dilaksanakan oleh seorang siswa yang memiliki disiplin yang baik akan
memperhatikan perilaku yang sesuai dengan aturan yang ada dengan penuh
tanggung jawab.
Secara operasional disiplin diri diartikan sebagai norma dan tanggung
jawab individu dalam memenuhi norma-norma aturan-aturan yang berlaku. Secara
lebih spesifik disiplin diri adalah kemampuan kontrol diri siswa kelas XI SMA
Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam mengendalikan, mengatur
tingkah laku secara bertanggung jawab menaati tata tertib sekolah dan atau
peraturan lain yang ada di sekolah, sehingga siswa mampu berprilaku disiplin.
Aspek –aspek dalam disiplin diri terbagi dalam dua yakni dimensi internal dan
dimensi eksternal. Yang termasuk dalam dimensi internal diantaranya
penerimaan, kemauan, kerja keras, kerajinan, dan ketekunan, sedangkan yang
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
konsistensi Sekolah merupakan faktor yang berarti bagi siswa, baik dalam cara
berfikir, bersikap maupun berprilaku.
b. Assertive Training
Assertive training merupakan suatu bentuk pelatihan kepada siswa kelas
XI SMA Negeri 6 Bandung tahun pelajaran 2011/2012 dengan tujuan untuk
membantu orang-orang berdiri untuk dirinya sendiri dan memperkuat dirinya
sendiri. Menurut (Jakubowski, 1977) prosedur pelatihan yang efektif sebagai
model pembelajaran yang terdiri dari petunjuk, pemodelan, latihan perilaku dan
pembinaan. Tujuan dari assertive training adalah untuk mengajarkan siswa
mengenai strategi yang tepat untuk mengidentifikasi dalam bertindak terhadap
kebutuhan, hasrat, dan pendapat sendiri sementara tetap menghargai orang lain.
Assertive training digunakan sebagai ketegasan dan disiplin siswa dalam
mengambil keputusan berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional
dan tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Aspek-aspek perilaku asertif
yaitu.
a) Kemampuan untuk mau menerima disiplin dengan kerja keras yang ada di
dalam diri siswa, meliputi indikator: menunjukkan sikap disiplin terhadap tata
tertib, memiliki batasan-batasan disiplin, merasa mampu melaksanakan
disiplin; memiliki kemauan melaksanakan tata tertib, memiliki sikap disiplin
dalam mengerjakan tugas, memiliki kemauan diri dalam meraih cita-cita;
memiliki kesanggupan melaksankan tata tertib, dan memiliki kesanggupan
sadar disiplin;
b) Kemampuan mempertahankan kerajinan dan ketekunan dalam disiplin,
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
penampilan yang sesuai dengan disiplin, menunjukkan pengaruh disiplin yang
menghambat, dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang ada di sekolah;
c) Kemampuan untuk konsistensi disiplin, meliputi indikator: memiliki
tanggung jawab terhadap peraturan sekolah, memiliki komitmen dalam
menjaga nama baik sekolah;
d) Kemampuan untuk menaati peraturan, meliputi indikator: menjalankan aturan
sesuai dengan kemampuan, memiliki keesungguhan terhadap peraturan di
sekolah, menunjukkan disiplin terhadap tata tertib yang di buat di sekolah;
e) Kemampuan untuk menerima penghargaan dan hukuman, meliputi indikator:
menerima pujian sebagai siswa yang berdisiplin diri, menerima hadiah dalam
kelompok maupun pribadi, menerima sanksi yang ada di sekolah, menerima
hukuman sesuai dengan pelanggaran, dan memiliki perasaan bersalah saat
melakukan pelanggaran.
c. Program Bimbingan Pribadi Sosial
Bimbingan pribadi sosial adalah suatu jenis bimbingan dalam rangka
mengembangkan kemampuan dalam berhubungan sosial yang baik dengan
lingkungannya.
Tujuan dari program bimbingan pribadi sosial ialah agar siswa dapat
mengembangkan prilaku disiplin sesuai dengan tata tertib sekolah. Dalam
penelitian ini, program bimbingan yang dimaksud upaya peneliti dan guru
bimbingan dan konseling untuk mengarahkan pribadi siswa kelas XI SMA Negeri
6 Bandung tahun pelajaran 2011/2012 secara bertanggung jawab dalam
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
yaitu perencanaan, perancangan, penerapan dan evaluasi, yaitu berupa layanan
klasikal dan strategi yang tepat.
Program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk
meningkatkan disiplin diri siswa digunakan untuk membantu mengintegrasikan
siswa dan menentukan pedoman bagi siswa dalam mengekspresikan diri dengan
jelas, langsung dan tepat, untuk menghargai apa dipikirkan dan dirasakan, untuk
memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri serta untuk mengetahui kekuatan
kita sendiri dan keterbatasan secara bertanggungjawab sesuai dengan tujuan
pribadi yang diinginkan.
G. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen
Rumusan instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan pada definisi
operasional disiplin diri yang terdiri dari dua dimensi dengan, sembilan aspek
dengan duapuluh dua indikator. Kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam
penelitian dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian disilpin diri
siswa.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Disiplin Diri Siswa (sebelum uji coba)
Variabel Dimensi Aspek Indikator No.Item Jumlah Soal
+ -
Disiplin diri (Self-discipline)
1. Internal 1.1 Penerimaan 1.1.1 Menunjukkan sikap disiplin
terhadap tata tertib
1.2 Kemauan 1.2.1 Memiliki kemauan untuk
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
1.3 Kerja Keras 1.3.1 Memiliki kesanggupan
melaksanakan tata tertib
1.4 Kerajinan 1.4.1 Mampu mengelola waktu
1.4.2 Mampu menunjukkan
1.5 Ketekunan 1.5.1 Menunjukkan pengaruh disiplin yang menghambat
2. Eksternal 2.1 Peraturan 2.1.1 Menjalankan aturan sesuai dengan kemampuan
2.2 Hukuman 2.2.1 Menerima sanksi yang ada di sekolah
2.3 Penghargaan 2.3.1 Menerima pujian sebagai siswa yang berdisiplin diri
2.4 Konsistensi 2.4.1 Memiliki tanggung jawab terhadap peraturan sekolah
2.4.2 Memiliki komitmen dalam
menjaga nama baik sekolah 50
H. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data
1. Uji Kelayakan Instrumen
Sebelum instrumen penelitian digunakan pada sampel yang telah di
tetapkan, terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan terhadap instrument tersebut
dengan cara ditimbang oleh tiga orang ahli (expert judgement). Validasi
instrument dilakukan untuk melihat konstruk dan validitas isi atau pengembangan
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Validitas Instrumen
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat
kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.
Uji validitas diuji cobakan pada kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap
konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Suatu instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur tersebut dapat
digunakan untuk mengukur yang sebenarnya harus diukur.
Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program
SPSS 16.0 for windows. Kegiatan uji validitas butir item dilakukan untuk
mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan
untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2007: 267). Semakin tinggi
nilai validitas soal menunjukkan semakin valid instrumen tersebut digunakan di
lapangan.
Dari 53 item pernyataan disiplin diri, diperoleh 2 item pernyataan yang
tidak valid, sehingga total item pernyataan valid berjumlah 51. Berikut ini
merupakan hasil uji coba validasi instrument disiplin diri siswa.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas
Keterangan Item ∑
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53
51
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Dari hasil pengujian dengan bantuan computer program SPSS for windows
versi 16.0, dengan analisis korelasi dapat diketahui subyek sebanyak 133 siswa,
dan 57 item pernyataan dapat diperoleh 51 item pernyataan yang di nyatakan
valid, sedangkan 2 item pernyataan dinyatakan tidak valid, yaitu diantaranya
nomor 10 dan 39. Maka 51 pernyataan yang valid bisa langsung dipakai dan 2
pernyataan langsung dibuang. Oleh karena itu, item alat pengungkap data disiplin
diri siswa yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah 51 pernyataan. Hasil
perhitungan validits dapat dilihat pada lampiran.
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen menunjukkan derajat keajegan (konsistensi) skor
yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi
yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor
perolehan subjek. Skor perolehan terdiri dari skor-skor murni dan skor kekeliruan
galat pengukuran. Reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai
koefisien korelasi (r).
Perolehan skor tingkat reliabilitas instrumen diperoleh dengan
memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for
window yaitu dengan teknik atau model skala alpha.
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik belah dua daro Spearman Brown (Split half), dengan rumus sebagai
berikut.
b b i
r r r
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Keterangan :
ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.
Secara keseluruhan perhitungan ini dibantu dengan menggunakan program
komputer SPSS for Windows veri 16. Kriteria untuk mengetahui reliabilitas,
menggunakan klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Riduwan (2006:138)
yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Kriteria Reliabilitas Instrumen
0.80 – 1.000 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0.60 – 0.799 Derajat reliabilitas tinggi 0.40 – 0.599 Derajat reliabilitas sedang 0.20 – 0.399 Derajat reliabilitas rendah
0.00 – 0.199 Derajat reliabilitas sangat rendah
Uji reliabilitas instrument disiplin diri siswa hanya dilakukan pada butir
item pernyataan yang telah memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila r hitung
> r tabel, maka butir item pernyataan reliable, sebaliknya apabila r hitung < r
tabel, maka butir item pernyataan tidak reliable. Berikut ini hasil uji reliabilitas
menggunakan Spss for windows versi 16.0.
Table 3.4 Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
N of Items
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Berdasarkan hasil reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai
reliabilitas instrument disiplin diri sebesar 0,740 berada pada kategori tinggi,
artinya instrument ini mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan
konsisten.
I. Prosedur Pengolahan Data
1. Penyeleksian Data
Penyeleksian data bertujuan untuk memilih data yang memadai untuk
diolah berdasarkan kelngkapan jawaban, baik identitas maupun jawaban. Jumlah
angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebar.
2. Penyekoran
Penyekoran instrumen dalam penelitian disusun dalam bentuk skala
ordinal. Skala ordinal yaitu skala yang menunjukkan perbedaan tingkatan subjek
secara kuantitatif (Furqon, 1997:7). Skala ordinal didasarkan pada peringkat yang
diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terrendah atau sebaliknya.
Jenis instrumen disiplin diri ini menggunakan model rating-scale yang
digunakan yaitu summated ratings (Likert) dengan alternatif respons pernyataan
subjek skala 4 (empat). Keempat alternatif respon bersifat kontinum, artinya,
semakin tinggi respon yang dipilih oleh siswa, maka semakin tinggi tinggi disipiln
diri siswa. Begipun sebaliknya, semakin rendah respon yang dipilih oleh siswa,
maka semakin rendah pula disipilin diri siswa. Berikut ini kategori pemberian
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
Tabel 3.5
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Alternatif jawaban Pemberian Skor
Positif Negatif
Selanjutnya menetapkan standarisasi penafsiran skor yang ditujukan untuk
mengetahui makna skor yang dicapai siswa dalam pendistribusian respon terhadap
instrumen, serta untuk menentukan pengelempokkan tingkat disiplin diri siswa.
Kategori pada skor disusun berdasarkan skor total pada instrumen yang kemudian
dikonversikan menjadi tiga kategori yang mengacu pada landasan teori disiplin
diri siswa. Pembagian tiga kategori disiplin diri siswa dari hasil pengungkapan
awal dilakukan mengacu pada perhitungan skor z data responden pada proses
pengungkapan awal. Berikut ini kriteria skor disiplin siswa yang telah dirumuskan
berdasarkan perhitungan skor z.
Tabel 3.6
Kategori Disiplin Diri Siswa SMA Kategori Disiplin
Diri Siswa SMA Kriteria
Siswa Kelas XI
Kategori tersebut diperoleh dari hasil pengungkapan awal terhadap 133
siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. Deskripsi untuk masing-masing kategori
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
menunjukkan tingkat disiplin diri untuk setiap siswa. Berikut ini setiap kategori
interval mengandung pengertian sebagai berikut.
Tabel 3.7
Deskripsi Kategori Disiplin Diri Siswa SMA
Kategori Kriteria Deskripsi
Tinggi
X
Siswa yang masuk dalam kategori tinggi telah menunjukkan disiplin diri yang
ditandai dengan a) siswa mampu
menunjukkan sikap disiplin terhadap tatatertib, sehingga siswa mampu melaksanakan disiplin dengan tegas, b) siswa mampu memiliki sikap disiplin dalam mengerjakan tugas dan memiliki kemauan dan ketegasan untuk mematuhi tatatertib, c) siswa memiliki tanggung jawab terhadap peraturan sekolah dan siswa mamdpu memiliki komitmen dalam menjaga nama
baik sekolah, d) siswa mampu
melaksanakan kewajiban-kewajiban yang sudah ada di sekolah dengan baik, sehingga siswa dapat mempertahankan disiplin diri.
Sedang 146 – 166
Siswa yang masuk dalam kategori sedang sudah mulai menunjukkan disiplin diri yang baik, namun belum konsisten dengan sikap dan perilaku yang ditunjukkan dalam keseharian siswa. Siswa yang telah menunjukkan ke dalam kategori sedang ditandai dengan a) siswa sudah mampu menjalankan aturan sesuai dengan kemampuan, sehingga siswa dapat memiliki kemampuan tegas dalam disiplin b) siswa memiliki rasa bersalah apabila melakukan pelanggaran, sehingga siswa langsung tidak mengulangi lagi apa yang telah di langgar.
Rendah X 145
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
3. Pengelompokkan Skor
Penentuan pengelompokkan skor digunakan sebagai standardisasi dalam
menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai
siswa dalam pendistribusian respon terhadap instrumen. Pengelompokkan skor
disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek
maupun skor total instrumen. Untuk mengetahui disiplin diri dilakukan
pembuatan kategori dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menghitung skor total masing-masing responden
b. Menentukan nilai tertinggi dan terendah
c. Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah
d. Selisih yang diperoleh kemudian dibagi dua
e. Hasil selisih yang diperoleh adalah besar rentang dari kedua kategori
f. Menentukan kategori disiplin diri
Disiplin diri dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam dua dimensi
yaitu disiplin diri dari dalan (internal) dan disiplin diri dari luar (eksternal).
J. Teknik Analisis Data
Penelitian ini mengumpulkan data kuantitatif mengenai profil disiplin diri
siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung dan data uji efektivitas program
bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training. Dalam menganalisis
data yang di peroleh, digunakan analisis statistik Data kuantitaif dianalisis
menggunakan perhitungan statistik melalui uji perbedaan rata-rata dengan uji-t
(t-test).
Dalam upaya mengetahui efektifitas program bimbingan pribadi sosial
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu 2
SMA Negeri 6 Bandung dilakukan dengan teknik uji dua data sampel independen
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Untuk melihat gambaran disiplin diri siswa SMA secara keseluruhan
maupun gambaran pada setiap aspek, dipergunakan teknik menghitung secara
persentase. Rumus persentase yang digunakan adalah sebagai berikut.
Persentase aspek = Σ skor responden per aspek x 100%
Tujuan uji-t adalah untuk membandingkan data sebelum treatment dan
setelah treatment sama atau berbeda. Uji ini menggunakan rumus Furqon
Sgab= simpangan baku gabungan kedua sampel
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dari penelitian
program bimingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk
meningkatkan disiplin diri siswa selanjutnya diperoleh simpulan dan
rekomendasi.
A. Simpulan
Kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pembahasan dapat
disimpulkan hal-hal berikut ini.
1. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas
XI SMA Negeri 6 Bandung berada pada kategori disiplin diri yang sedang.
Pada aspek dan indikator tertentu siswa memiliki tingkat pencapaian yang
rendah.
2. Rancangan bimbingan yang dirancang dan diterapkan efektif dalam
meningkatkan disiplin diri siswa, hal ini dapat dilihat dari persentase
pretest dan posttest disiplin diri siswa.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian maka diberikan rekomendasi kepada
pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut.
1. Guru bimbingan dan konseling, program bimbingan pribadi-sosial
menggunakan assertive training terbukti efektif dalam meningkatkan
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training ini lebih lanjut
kepada seluruh siswa SMA pada kegiatan klasikal, bimbingan kelompok.
2. Peneliti selanjutnya, dapat mengaplikasikan teknik dan strategi yang ada
dalam program bimbingan pribadi-sosial menjadi acuan berbagai implikasi
Yohana Oktariana, 2012
Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ardias, Puspita. 2011. Disiplin Diri Siswa Ditelaah berdasarkan Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya pada Layanan Bimbingan dan Konseling. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Ausubel, D.P. 1971. A New Look at Clasroom Discipline. Dalam J. Raths, J.R. Pancella, & J.S. Van Ness (Eds.), Study Teaching (hal.384-385). Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.
Bear, George. 2005. Discipline:Effective School Practies. NASP: Helping Childern at Home and School III.
Berkowitz, Schwartz dan Walter Doyle. 2006. How Can We Improve School Discipline. Educational Reasearcher: AERA.
Cavanagh, Michael E. 1982. The Counseling Experience, A Theoretical and Practical Approach. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company.
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Alih bahasa (2010) E. Koswara. Bandung: Refika Aditama.
Creswell, Jhon. W. 2008. Education Research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research. America:Person Prentice Hall.
Depdikbud. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaran Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.
Dupper, David R. 2010. A New Model Of School Discipline (Engaging Student and Preventing Behavior Problems). New York: Oxford University Pers.
Furqon. 1997. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.