• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL MENGGUNAKAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DIRI SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL MENGGUNAKAN ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN DIRI SISWA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

vii

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 15

F. Asumsi Penelitian ... 16

BAB II KONSEP DISIPLIN DIRI SISWA, PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL DAN ASSERTIVE TRAINING ... 18

A. Konsep Disiplin Diri Siswa ... 18

B. Konsep Assertive Training ... 31

C. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial ... 39

D. Program Bimbingan Pribadi-Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 64

A. Pendekatan Penelitian ... 64

B. Metode Penelitian ... 65

C. Desain Penelitian ... 66

D. Langkah-Langkah Penelitian ... 67

E. Populasi Penelitian ... 68

F. Definisi Operasional... 68

G. Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen... 72

H. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data ... 73

(2)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

viii

J. Teknik Analisis Data ... 80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Hasil Penelitian ... 81

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...123

C. Keterbatasan Penelitian ...133

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ...134

A. Simpulan ...134

B. Rekomendasi ...134

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. SK Pengangkatan Pembimbing dan Surat Izin Penelitian

2. Panduan Pelaksanaan Program Bimbingan Pribadi Sosial menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

3. Instrumen Penelitian

(3)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

ix

DAFTAR TABEL

Tabel hal

4.1 Profil Disiplin Diri SiswaKelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 82

4.2 Profil Disiplin Diri Siswa Tiap Indikator ... 84

4.3 Hasil Penimbangan Pakar Terhadap Program Bimbingan

Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training ... 93

4.4 Pengembangan Materi Program ... 103

4.5 Matrik Tahap Pelaksanaan Program Bimbingan Pribadi-Sosial

Menggunakan Assertive Training untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 107

4.6 Data Deskriptif Perbandingan Kelas Eksperimen ... 119

4.7 Hasil Uji T Perbandingan Data Kelas Eksperimen

antara Pre-Test dan Post-Test ... 120

4.8 Data Deskriptif Perbandingan Kelas Kontrol ... 121

4.9 Hasil Uji T Perbandingan Data Kelas Kontrol

antara Pre-Test dan Post-Test ... 122

4.10 Perbandingan Skor Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

dalam Setiap Aspek Disiplin Diri ... 128

4.11 Perbandingan skor Skor Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

(4)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik hal

4.1 Profil Disiplin Diri Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung ... 82 4.2 Gambaran Umum Dimensi Disiplin Diri Siswa Kelas XI ... 83 4.3 Gambaran Keseluruhan Aspek Disiplin Diri Siswa Kelas XI ... 84 4.4 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Penerimaan ... 86 4.5 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Kemauan ... 87 4.6 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Kerja Keras ... 88 4.7 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Kerajinan ... 88 4.8 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Ketekunan ... 89 4.9 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Peraturan ... 90 4.10 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Hukuman ... 91 4.11 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Penghargaan ... 91 4.12 Gambaran Indikator Disiplin Diri Siswa Kelas XI

Pada Aspek Konsistensi ... 92 4.13 Perbandingan Hasil Skor Aspek Pada Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ... 129 4.14 Perbandingan Hasil Skor Indikator Pada Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ... 131 4.15 Perbandingan Rata-Rata Skor Disiplin Diri Hasil

(5)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan hal-hal yang mengarah pada penelitian. Pokok

pembahasan dalam bab ini antara lain: (a) latar belakang masalah; (b) rumusan

masalah; (c) tujuan penelitian; (d) variabel penelitian dan definisi operasional; (e)

manfaat penelitian; (f) asumsi penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang dijadikan sasaran

dalam pengembangan pembangunan jangka panjang, terselenggaranya pendidikan

yang berkualitas akan mewujudkan manusia yang bermutu tinggi, berbudi pekerti

luhur, dan berakhlak mulia. Pendidikan memegang peranan penting dalam

meningkatkan mutu siswa, guru maupun lingkungan sekolah. Dalam peningkatan

mutu, dalam suatu pendidikan terdapat beberapa aspek yang berkaitan erat dengan

mutu sekolah yakni proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen

sekolah, serta kultur sekolah.

Pendidikan secara umum bertanggung jawab terhadap proses

pembelajaran. Mengimplementasikan adanya proses pendidikan yang mengarah

kepada perwujudan kepribadian. Dalam tingkat SMA merupakan perkembangan

yang sangat rentan dalam disiplin diri siswa. Dilihat dari tujuan yang bersifat

umum dan mendasari pendidikan selanjutnya. Pendidikan harus memberikan

dampak positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan nasional (Depdikbud,

2003:149). Sesuai dengan pernyataan tersebut bahwa pendidikan merupakan

unsur yang sangat penting dalam membangun masyarakat, kebudayaan dan

(6)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Proses Pembelajaran Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

dilaksanakan melalui proses belajar aktif yang erat kaitannya dengan disiplin diri

siswa (Yosef, 2008). Sesuai dengan prinsip pengembangan nilai harus dilakukan

secara aktif oleh siswa (dirinya subyek yang akan menerima, menjadikan nilai

sebagai miliknya dan menjadikan nilai-nilai yang sudah dipelajarinya sebagai

dasar dalam setiap tindakan) maka posisi peserta didik sebagai subyek yang aktif

dalam belajar adalah prinsip utama belajar aktif.

Dalam pendidikan saat ini terdapat gerakan nasional untuk menciptakan

sekolah yang membina generasi muda yang beretika, bertanggung jawab, dan

perduli melalui pemodelan dan mengajarkan karakter baik dengan penekanan

pada nilai universal yang kita setujui bersama. Ini adalah suatu usaha yang

disengaja dan proaktif baik dari sekolah, daerah, dan juga negara untuk

menanamkan siswanya pada nilai etika utama seperti menghargai diri sendiri dan

orang lain, bertanggung jawab, integritas, dan disiplin diri. Pendidikan karakter

menjadi bagian ranah salah satu dimensi disiplin diri siswa, oleh karena itu

pendidikan karakter erat kaitannya dengan disiplin sebagai pembelajaran sosial

dan emosi siswa.

Pembelajaran sosial emosi siswa juga dapat membantu mengembangkan

kapasitas sosial dan emosional yang memungkinkan siswa untuk mewujudkan

disiplin yang berhubungan dengan tujuan pendidikan karakter, yang meliputi

membuat keputusan yang bertanggung jawab didasarkan pada pemikiran moral

dan kemampuan untuk menunjukkan kualitas seperti hormat, ketahanan,

kesopanan, mengatasi masalah dan pemahaman diri (Berkowitz & Schwartz,

(7)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Tujuan utama pendidikan secara umum adalah mengembangkan disiplin

diri dikalangan pelajar, baik menunjukkan secara sosial maupun perilaku

bertanggung jawab secara moral. Tujuan ini bertepatan dengan tujuan pendidikan

yang penting, serta sebagai alternatif dari disiplin yakni untuk memperbaiki

perilaku yang menciptakan dan memelihara lingkungan yang aman, tertib dan

kondusif untuk belajar (Bear, 2005).

Bimbingan konseling memegang peranan penting dalam proses disiplin,

karena bimbingan konseling secara langsung menangani siswa asuhnya. Dalam

menangani disiplin siswa, bimbingan konseling sedemikian rupa harus dapat

membuat program layanan bimbingan konseling. Guru pembimbing harus terlibat

secara langsung demi keberhasilan disiplin siswa dengan pembiasaan yang secara

rutin dilakukan.

Siswa pada tingkat Sekolah Menengah Atas sebagai generasi muda berada

pada rentang masa remaja awal yaitu antara usia 13-17 tahun (Hurlock,

1992-206). Secara umum perkembangan siswa remaja awal ditandai dengan perubahan

kemampuan-kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial yang lebih luas. Pada masa remaja awal berlangsung kira-kira

13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16

atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum”. Siswa

merupakan individu yang secara langsung melakukan proses pembelajaran,

sehingga siswa harus dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan aktif,

mampu mengungkapkan gagasan-gagasan, serta mampu menyertakan segala

(8)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

belajar, dan disiplin belajar. Berdasarkan hal-hal di atas diharapkan akan tercapai

hasil belajar yang memuaskan.

Suasana damai di sekolah sangat terganggu dengan kurangnya disiplin

dalam menaati peraturan-peraturan sekolah. Pada dasarnya peraturan yang ada di

sekolah sudah cukup banyak, namun hal tersebut belum cukup efektif karena

faktor pelakunya. Siswa kadang merasa peraturannya tidak adil dan terlalu keras,

apalagi mereka tidak dilibatkan dalam perumusan sehingga merasa sah-sah saja

untuk melanggar (Tribun News; 22 September 2011). Perilaku kurang disiplin

yang disebutkan subjek adalah: membolos sekolah, terlambat masuk sekolah,

membawa barang-barang yang tidak diperbolehkan, ramai saat jam kosong,

berpakaian dan berpenampilan sembarangan, merokok.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko Sumarno (2006:23) berdasarkan

data dari koordinator guru bimbingan dan konseling data pelanggaran disiplin

sekolah adalah sebagai berikut: semester ganjil, (1) presentase siswa tidak masuk

sekolah tanpa keterangan/alpa sebesar 0,13 %; (2) siswa terlambat lebih dari 10

menit sebanyak 32 kasus; (3) pelanggaran seragam sekolah sebanyak 76 kasus; (4)

perkelahian antar siswa 5 kali; (5) kasus perncurian 1 kali; (6) meminta uang

kepada siswa lain dengan paksaan/ancaman sebanyak 4 kasus; (7) meninggalkan

pelajaran tanpa ijin sebanyak 16 kasus. Sedangkan data pada semester genap, (1)

presentase siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan /alpa sebesar 0,09 %; (2)

siswa terlambar lebih dari 10 menit sebanyak 31 kasus; (3) pelanggaran seragam

sekolah sebanyak 81 kasus; (4) perkelahian antar siswa 4 kasus; (5) kasus

(9)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

sebanyak 2 kasus; (7) membolos/meninggalkan pelajaran tanpa ijin sebanyak 20

kasus.

Studi pendahuluan yang dilakukan Puspita (2010:7) siswa kelas XI SMA

di Tasikmalaya ditemukan beberapa persentase tentang kondisi disiplin diri siswa

diantaranya yaitu kesiangan atau terlambat masuk sekolah sebesar 28,7% dan

penampilan yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah sebesar 10,2 % dari

sejumlah siswa 334 orang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melina Lestari

(2006:65) menunjukkan beberapa aspek pelanggaran kedisiplinan yang tergolong

tinggi tingkat pelanggarannya adalah aspek sopan santun (93%), kehadiran (87%),

kegiatan belajar (83%), dan penampilan (71%), sedangkan sisanya tergolong

kedalam kategori sedang yaitu menjaga sarana dan prasarana (60%) dan dari data

aspek upacara (68%), dengan kata lain tingkat kedisiplinan siswa masih sangat

rendah. Dari data yang tersebut menunjukkan bahwa permasalahan kedisiplinan

yang terjadi setiap tahun ajaran bisa terjadi dengan berbagai macam pelanggaran.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 6

dengan menggunakan sampel dari 133 orang siswa bahwa terdapat 35,34% atau

47 siswa berada pada tingkat kategori rendah, selanjutnya ada 39,85% atau 53

siswa berada pada tingkat rendah, sedangkan 33 siswa atau 24,81% berada pada

tingkat kategori tinggi. Dari hasil penelitian diatas dapat menggambarkan bahwa

masih banyak siswa yang kurang disiplin. Jika kondisi seperti di atas terus

dibiarkan tanpa ada tindakan yang tepat maka akan menimbulkan masalah bagi

siswa .

Kemudian sebagai salah satu pelanggaran disiplin juga sering terjadi di

(10)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

dan kurang membentuk kesanggupan disiplin diri. Berdasarkan data SMAN N di

Kalimantan bahwa tidak adanya disiplin dimulai dari pelanggaran terhadap

peraturan-peraturan kecil, siswa menganggap enteng datang terlambat atau

membolos. Peraturan terlalu ketat dan kadang tidak adil karena sering tidak

menanyakan alasan kenapa siswa terlambat. Terkadang merokok didalam kelas

dan tawuran dengan sekolah lain. (www.tribunnews.com).

Disiplin diri siswa di dalam pengelolaan pengajaran merupakan suatu

masalah yang sangat penting. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan

melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya, disiplin diri siswa tidak

mungkin dapat mencapai target maksimal. Disiplin diri siswa merupakan salah

satu sikap atau perilaku yang harus dimiliki oleh siswa. Siswa akan memperoleh

hasil belajar yang memuaskan apabila siswa mampu mengatur waktu dan kegiatan

belajarnya. Pencapaian hasil belajar yang baik selain karena adanya tingkat

kecerdasan yang cukup, baik, dan sangat baik, juga didukung oleh adanya disiplin

yang konsisten, disiplin siswa dalam belajar, dan juga karena perilaku yang baik.

Sebaliknya ada siswa yang hasil belajarnya kurang memuaskan meskipun tingkat

kecerdasannya baik atau sangat baik, hal itu terjadi karena siswa kurang tertib dan

kurang teratur dalam belajar.

Berdasarkan keterangan di atas, permasalahan pelanggaran disiplin di

sekolah dapat dilihat dalam berbagai hal. Disiplin di sekolah merupakan usaha

untuk memperkenalkan cara atau memberikan pengalaman yang baik. Disiplin

salah suatunya adalah tata tertib sekolah serta tanggung jawab setiap siswa

mempunyai kedisiplinan, maka tata tertib sekolah akan terjamin dan disiplin akan

(11)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

memilih perbuatan-perbuatan yang diharapkan darinya. Karena kedisiplinan

sangat berhubungan erat dengan motivasi belajar seseorang siswa.

Disiplin diri merujuk pada asumsi tanggung jawab sosial dan moral atas

tindakannya sendiri, dan melakukan dengan kemauan sendiri (bukan semata-mata

karena takut hukuman atau untuk memperoleh perhargaan di sekolah). Pengaturan

diri (self-regulation) dan pengendalian diri (self-control) sebagai bagian penting

dalam pendidikan karekter dan pembelajaran sosial dan emosional. Dengan

demikian (Bear, 2005) mengembangkan disiplin diri, guru pembimbing harus

memberikan pemahaman kepada siswa menilai perbedaan antara yang benar dan

salah, mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka, menyadari pentingnya

hubungan kerjasama dan menunjukkan kepedulian yang tulus kepada orang lain.

Di lingkungan sekolah sebetulnya sudah ada tata tertib untuk mengatur

siswa, namun kenyataannya masih terdapat pelanggaran-pelanggaran dalam

pelaksanaannya. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa yang terlambat datang ke

sekolah, tidak mengerjakan tugas, malas belajar, dan gaduh saat kegiatan belajar

mengajar sedang berlangsung. Pembinaan disiplin perlu diadakan baik di sekolah

maupun di rumah. Pembinaan disiplin di sekolah dapat dilakukan dengan cara

memberikan bimbingan, penyuluhan dan menumbuhkan kesadaran pada siswa

akan pentingnya disiplin belajar. Shariffudin (2011) disiplin diri adalah sebagai

arah positif dari perilaku yang standar yang di tetapkan oleh kode etik berdasarkan

alasan, penilaian dan pertimbangan orang lain.

Bimbingan dan konseling sebagai suatu sub sistem sekolah yang memiliki

peran penting dalam mendukung pencapaian proses pembelajaran dengan

(12)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Salah satu perkembangannya yang harus dicapai di sekolah adalah perkembangan

pribadi dan sosial terutama untuk meningkatkan disiplin diri siswa. Secara khusus

pelaksanaan program bimbingan pribadi sosial dengan menggunakan pendekatan

behavioral adalah assertive training diharapkan dapat digunakan untuk

meningkatkan disiplin diri. Assertive training bisa diterapkan pada siswa yang

mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau

menegaskan diri adalah tindakan layak atau benar.

Penggunaan assertive training didasarkan pada asumsi bahwa banyak

orang yang menderita perasaan cemas dalam berbagai situasi interpersonal.

Latihan asertif merupakan sasaran membantu individu dalam mengembangkan

cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal

(Corey, 2010 : 215).

Assertive training akan membantu bagi orang-orang yang (1) tidak dapat

mengungkapkan kemarahan atau kejengkelannya; (2) mereka yang sopan

berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan daripadanya;

(3)mereka yang mengalami kesulitan dalam berkata “TIDAK”; (4) mereka yang

sukar menyatakan cinta dan respon positif lainya; (5) mereka yang merasakan

tidak punya hak untuk menyatakan pendapat dan pikiran (Sofyan 2007:72).

“The goal of Assertive Discipline is to foster in students a feeling that they

are "in charge" in the classroom” (Daniel Linden dan Mackel Duke ; 2012)

menerangkan bahwa tujuan disiplin asertif adalah untuk mendorong siswa merasa

bertanggung jawab di dalam kelas. Oleh karena itu diperlukan assertive training

kepada siswa dengan jelas untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan

(13)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Assertive training ini sangat diperlukan sejak dini, karena hal ini akan membantu

untuk bersikap tegas dalam situasi dimana hak-hak seseorang dilanggar,

khususnya dalam disiplin diri.

Kepedulian bimbingan dan konseling terhadap disiplin siswa juga telah

menjadi kepedulian dalam sekolah dan bidang kependidikan saat ini. Berbagai

upaya pengembangan disiplin dari seluruh siswa yang sifatnya menyeluruh.

Kepedulian dan keinginan guru pembimbing mengenai disiplin siswa akhirnya

berakumulasi dalam kebijakan sekolah mengenai pendidikan displin siswa melalui

program layanan bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training.

Rancangan program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training ini

menjadi suatu pedoman bagi siswa dalam meningkatkan siswa disiplin.

Disiplin diri yang ideal adalah sebagai pengarahan diri dan pengendalian

diri. Siswa akan bersemangat untuk belajar di kelas apabila suasana belajar

nyaman dan kondusif, selanjutnya hal ini akan memotivasi siswa untuk lebih

berprestasi dalam belajar. Pembinaan disiplin di rumah perlu juga dilakukan

karena orang tua mempunyai peran yang sangat besar dalam penanaman disiplin

belajar siswa. Wujud pembinaan itu dapat dilakukan dengan mengingatkan waktu

belajar, memperhatikan kebutuhan anaknya, dan menjalin komunikasi yang baik

dengan anak. Syafruddin (2011) menyebutkan bahwa kedisiplinan dalam belajar

siswa itu meliputi mentaati dan mematuhi tata tertib sekolah, masuk kelas tepat

waktu, ketertiban diri saat belajar di kelas, mengatur waktu belajar di rumah,

mengulang kembali pelajaran di rumah, mengerjakan tugas sekolah di rumah.

Berdasarkan hal tersebut akan pentingnya disiplin diri, maka peneliti

(14)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Assertive Training Untuk Mengembangkan Disiplin Diri Siswa” (Studi Quasi

Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran

2011/2012)

B. Rumusan Masalah

Secara umum penelitian ini difokuskan untuk menjawab bagaimana

bentuk program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training dalam

meningkatkan disiplin diri siswa. Ringkasan permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini diperinci dalam pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Bagaimana gambaran tentang disiplin diri siswa kelas XI SMA N 6 Bandung

Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Bagaimana rumusan program bimbingan pribadi-sosial menggunakan

assertive training secara hipotetik untuk meningkatkan disiplin diri siswa

kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012?

3. Bagaimana efektivitas program bimbingan pribadi-sosial menggunakan

assertive training terhadap disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 6

Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menemukan program

bimbingan pribadi-sosial menggunakan latihan assertive training untuk

meningkatkan disiplin diri siswa, peran guru pembimbing dalam penerapan

program layanan bimbingan pribadi-sosial menggunakan latihan assertive

(15)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

pendukung dalam mengembangkan disiplin diri siswa. Secara khusus penelitian

ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang:

1. Disiplin diri siswa kelas XI SMA N 6 Bandung Tahun Pelajaran

2011/2012.

2. Rumusan program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive

training secara hipotetik untuk meningkatkan disiplin diri siswa kelas XI

SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012.

3. Efektivitas program bimbingan konseling menggunakan assertive training

untuk meningkatkan disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung

Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan

variabel bebas. (a) disiplin diri sebagai variabel terikat, dan (b) assertive training

dan program bimbingan pribadi sosial sebagai variabel bebas.

2. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah penelitian,

maka istilah-istilah dalam penelitian ini dijelaskan secara operasional dalam

uraian berikut:

a. Disiplin Diri

Perkins (2003: 4) menyatakan bahwa disiplin diri merupakan upaya sadar

dan bertanggungjawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan dan

mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar seluruh keberadaannya tidak

(16)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Disiplin diri memiliki kecenderungan disiplin yang positif, yaitu disiplin

yang didasarkan pada kontrol dalam diri sendiri dan disiplin diri sebagai kekuatan

kontrol dari luar. Stevepavlina (2005: 5) mendefinisikan disiplin diri sebagai

kemampuan untuk mengumpulkan tekad untuk mencapai tujuan dan menjunjung

tingggi pribadi dari apa yang diinginkan. Disiplin diri siswa, khususnya dalam

mentaati peraturan/tata tertib sekolah merupakan bentuk disiplin yang

dilaksanakan oleh seorang siswa yang memiliki disiplin yang baik akan

memperhatikan perilaku yang sesuai dengan aturan yang ada dengan penuh

tanggung jawab.

Secara operasional disiplin diri diartikan sebagai norma dan tanggung

jawab individu dalam memenuhi norma-norma aturan-aturan yang berlaku. Secara

lebih spesifik disiplin diri adalah kemampuan kontrol diri siswa kelas XI SMA

Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam mengendalikan, mengatur

tingkah laku secara bertanggung jawab menaati tata tertib sekolah dan atau

peraturan lain yang ada di sekolah, sehingga siswa mampu berprilaku disiplin.

Aspek –aspek dalam disiplin diri terbagi dalam dua yakni dimensi internal dan

dimensi eksternal. Yang termasuk dalam dimensi internal diantaranya

penerimaan, kemauan, kerja keras, kerajinan, dan ketekunan, sedangkan yang

termasuk dalam dimensi eksternal adalah peraturan, hukuman, penghargaan dan

konsistensi Sekolah merupakan faktor yang berarti bagi siswa, baik dalam cara

berfikir, bersikap maupun berprilaku.

b. Assertive Training

Assertive training merupakan suatu bentuk pelatihan kepada siswa kelas

(17)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

membantu orang-orang berdiri untuk dirinya sendiri dan memperkuat dirinya

sendiri. Menurut (Jakubowski, 1977) prosedur pelatihan yang efektif sebagai

model pembelajaran yang terdiri dari petunjuk, pemodelan, latihan perilaku dan

pembinaan. Tujuan dari assertive training adalah untuk mengajarkan siswa

mengenai strategi yang tepat untuk mengidentifikasi dalam bertindak terhadap

kebutuhan, hasrat, dan pendapat sendiri sementara tetap menghargai orang lain.

Assertive training digunakan sebagai ketegasan dan disiplin siswa dalam

mengambil keputusan berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional

dan tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Aspek-aspek perilaku asertif

yaitu.

a) Kemampuan untuk mau menerima disiplin dengan kerja keras yang ada di

dalam diri siswa, meliputi indikator: menunjukkan sikap disiplin terhadap tata

tertib, memiliki batasan-batasan disiplin, merasa mampu melaksanakan

disiplin; memiliki kemauan melaksanakan tata tertib, memiliki sikap disiplin

dalam mengerjakan tugas, memiliki kemauan diri dalam meraih cita-cita;

memiliki kesanggupan melaksankan tata tertib, dan memiliki kesanggupan

sadar disiplin;

b) Kemampuan mempertahankan kerajinan dan ketekunan dalam disiplin,

meliputi indikator: mampu mengelola waktu, mampu menunjukkan

penampilan yang sesuai dengan disiplin, menunjukkan pengaruh disiplin yang

menghambat, dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang ada di sekolah;

c) Kemampuan untuk konsistensi disiplin, meliputi indikator: memiliki

tanggung jawab terhadap peraturan sekolah, memiliki komitmen dalam

(18)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

d) Kemampuan untuk menaati peraturan, meliputi indikator: menjalankan aturan

sesuai dengan kemampuan, memiliki keesungguhan terhadap peraturan di

sekolah, menunjukkan disiplin terhadap tata tertib yang di buat di sekolah;

e) Kemampuan untuk menerima penghargaan dan hukuman, meliputi indi kator:

menerima pujian sebagai siswa yang berdisiplin diri, menerima hadiah dalam

kelompok maupun pribadi, menerima sanksi yang ada di sekolah, menerima

hukuman sesuai dengan pelanggaran, dan memiliki perasaan bersalah saat

melakukan pelanggaran.

c. Program Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi sosial adalah suatu jenis bimbingan dalam rangka

mengembangkan kemampuan dalam berhubungan sosial yang baik dengan

lingkungannya.

Tujuan dari program bimbingan pribadi sosial ialah agar siswa dapat

mengembangkan prilaku disiplin sesuai dengan tata tertib sekolah. Dalam

penelitian ini, program bimbingan yang dimaksud merupakan upaya peneliti dan

guru bimbingan dan konseling untuk mengarahkan pribadi siswa kelas XI SMA

Negeri 6 Bandung tahun pelajaran 2011/2012 secara bertanggung jawab dalam

mengembangkan disiplin siswa yang lebih baik melalui serangkaian kegiatan

yaitu perencanaan, perancangan, penerapan dan evaluasi, yaitu berupa layanan

klasikal dan strategi yang tepat.

Program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk

meningkatkan disiplin diri siswa digunakan untuk membantu mengintegrasikan

siswa dan menentukan pedoman bagi siswa dalam mengekspresikan diri dengan

(19)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri serta untuk mengetahui kekuatan

kita sendiri dan keterbatasan secara bertanggungjawab sesuai dengan tujuan

pribadi yang diinginkan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan teori maupun praktik di Sekolah Menengah Atas, dan khususnya

meningkatkan disiplin diri siswa. Secara teoretis, manfaat penelitian ini

menambah khazanah keilmuan mengenai program bimbingan pribadi sosial

menggunakan assertive training untuk meningkatkan disiplin diri siswa.

Adapun manfaat secara praktis yang dapat diperoleh adalah sebagai

berikut.

1. Bagi Guru BK, hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan disiplin diri

siswa di Sekolah Menengah Atas dan diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan peran,

tugas serta tanggung jawabnya terhadap peserta didik.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji berbagai isu dan teknik

penelitian tentang disiplin diri.

F. Asumsi Penelitian

Penelitian ini berdasarkan pada asumsi-asumsi dasar sebagai berikut.

a. Disiplin diri; perilaku yang dikehendaki masyarakat beradab. Secara moral

(20)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

menunjuk pada perilaku yang memiliki ciri tertib, tertentu ajeg dan

normatif;

b. Mendefinisikan disiplin dengan berfokus sebagai pengembangan

pengendalian diri melalui pengajaran keterampilan pemecahan masalah

dan belajar lebih produktif untuk mengekspresikan perasaan (Dupper,

2010:15).

c. Assertive training pada dasarnya merupakan penerapan latihan bagi

perkembangan individu untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Pada

perilaku asertif tingkat sensitivitas yang dimiliki cukup tinggi sehingga

dapat membaca situasi yang terjadi disekelilingnya, yang memudahkannya

untuk menempatkan diri dan melakukannya secara strategis, terarah dan

terkendali dengan mantap (Corey, 2012:248).

d. Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang

dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat

memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat

bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta

masyarakat (Rochman Natawidjaya dalam Winkel, 1997:67)

e. Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu

para individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi sosial

(Juntika Nurihsan, 2003:21).

f. Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan yang membantu para

siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial pribadi

seperti masalah pergaulan, penyelesaian konflik, penyesuaian diri dan

(21)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab tiga ini diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan

penelitian, metode penelitian, desain penelitian, langkah-langkah penelitian,

populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, penyusunan kisi-kisi

instrument, uji coba instrument dan pengumpulan data, prosedur pengolahan data,

dan teknik analisis data.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan

penelitian yang dirancang untuk menjawab pertanyaan penelitian secara spesifik

dengan penggunaan analisis statistik. Metode penelitian yang digunakan adalah

quasi experiment. Melalui pendekatan ini dapat diharapkan memperoleh data

mengenai gambaran secara empirik disiplin diri siswa sebelum dan setelah

pemberian layanan.

Penelitian eksperimen merupakan penelitian percobaan, yakni penelitian

yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok diberi

perlakuan tertentu dan satu kelompok (kelompok kontrol) lagi dikendalikan pada

suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Selisih tanggap

antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol menjadi ukuran pengaruh

perlakuan yang diberikan kepada kelompok perlakuan itu (Margono, 2007:110).

Pendekatan penelitian eksperimen menurut John W. Creswall (2008:299)

menyebutkan “in an experiment, you test an idea (or practice or procedure) to

determine whether it influences an outcome or dependent variable.” Artinya

(22)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

prosedur) untuk melihat apakah memiliki pengaruh terhadap hasil atau variabel

dependen. Maka, langkah pertama dalam penelitian ekperimen ini ialah

menentukan ide (praktek atau prosedur) yang akan dieksperimenkan, selanjutnya

membantu suatu individu atau kelompok mengalami pengalaman (praktek atau

prosedur) tersebut dan selanjutnya melihat dan menentukan apakah ide (praktek

atau prosedur) yang dialami oleh individu atau kelompok tersebut menunjukan

hasil yang lebih baik dari pada individu atau kelompok yang tidak diberi

perlakuan (praktek atau prosedur) tersebut.

Penelitian ekperimen ini dilakukan ketika peneliti ingin melihat

kemungkinan sebab dan akibat antara variabel independent dengan variabel

dependen. Oleh karena itu peneliti perlu berusaha mengontrol semua variabel

yang mempengaruhi hasil kecuali pada variabel independent. Selanjutnya ketika

variabel independen mempengaruhi variabel dependen, dapatlah dikatakan

variabel independen menyebabkan variabel dependen.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen, dengan desain

non-equivalent pretest-postest control group design (Sugiyono 2012:79). Dalam

desain penelitian quasi eksperimen, terdapat penggontrolan terhdap kelompok

pengontrol atau pembanding, adanya pemberian tes awal sebelum diberi

perlakuan dan tes akhir setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen.

Ada dua kelompok yang dipilih secara tidak acak (random) yaitu

kelompok perlakuan (eksperimen) dan kelompok kontrol. Keduanya memperoleh

(23)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

eksperiment dan kelompok kontrol dapat menunjukan efektif atau tidaknya

perlakuan (layanan dasar) yang diberikan kepada kelompok eksperimen.

C. Desain Penelitian

Dalam quasi eksperimen terdapat kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Kelompok eksperimen yakni kelompok diamana yang mendapat

perlakuan atau pengamatan tentang disiplin diri siswa. Sedangkan kelompok

kontrol merupakan kelompok pembanding atau kelompok yang tidak mendapat

perlakuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan atau teratment

berpengaruh terhadap peningkatan disiplin diri siswa. Berikut ini desain penelitian

non-equivalent pretest-postest control group design (Sugiyono, 2012:79).

E O1 X O2

K O3 O4

Keterangan:

O1 dan O3 : Pengukuran sebelum treatment (pengukuran awal), pengukuran

tentang disiplin diri sebelum mendapatkan program bimbingan

pribadi sosial

O2 : Pengukuran sesudah treatment (pengukuran dilakukan kembali),

pengukuran tentang disiplin diri sesudah mendapatkan program

bimbingan pribadi sosial

O : Pengukuran tidak diberikan treatment (pengukuran dilakukan

kembali), pengukuran tentang disiplin diri tidak menggunakan

treatment

X : Treatment (perlakuan), pemberian program bimbingan pribadi

(24)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

D. Langkah-langkah Penelitian

Berikut ini langkah-langkah penelitian yang di lakukan, diantaranya.

a. Studi literatur, kegiatan yang di lakukan yaitu studi literatur berdasarkan

teori-teori yang berkaitan dengan disiplin diri, gambaran disiplin diri siswa di

sekolah, fakta-fakta di lapangan tentang disiplin diri serta pelaksanaan

program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training di SMA

Negeri 6 Bandung;

b. Penyusunan instrument untuk mengungkap disiplin diri siswa. Validasi

instrument di lakukan oleh pakar.

c. Penyusunan rencana program bimbingan pribadi sosial menggunakan

assertive training;

d. Validasi program untuk mengetahui kelayakan program hipotetik. Validasi ini

di lakukan oleh pakar dan praktisi BK;

e. Revisi program, yang dilakukan atas dasar validasi oleh pakar dan praktisi

BK sehingga diperoleh program akhir;

f. Melaksanakan eksperimen, pelaksanaan ekperimen meliputi tahapan prosedur

yang tepat dengan pemilihan desain, terdiri dari:

1) Test awal (pre test)

2) Memberikan perlakuan eksperimen untuk kelompok yang di treatment

3) Tes akhir (post test)

g. Pengolahan data, analisis data dan menuliskan hasil eksperimen

h. Pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan

(25)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 117) populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian untuk di tarik

kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang melainkan benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari,

tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek /obyek itu.

Dalam penelitian ini lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah SMA N

6 Bandung di Jl. Pasir Kaliki No. 51 Bandung. Populasi dalam penelitian ini

berjumlah 324 siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran

2011/2012.

Menurut Sugiyono (2011 : 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel salam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau pengambilan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011 : 124). Pengambilan sampel

dengan menggunakan pendapat Surakhmad (Riduwan, 2006: 65) menyatakan

apabila populasi kurang dari 100, maka pengambilan sampel

sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi 100 sampai

dengan 1000, maka dipergunakan sampel sebesar 15%-50%.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami masalah penelitian,

maka istilah-istilah dalam penelitian ini dijelaskan secara operasional dalam

(26)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

a. Disiplin Diri

Perkins (2003: 4) menyatakan bahwa disiplin diri merupakan upaya sadar

dan bertanggungjawab dari seseorang untuk mengatur, mengendalikan dan

mengontrol tingkah laku dan sikap hidupnya agar seluruh keberadaannya tidak

merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

Disiplin diri memiliki kecenderungan disiplin yang positif, yaitu disiplin

yang didasarkan pada kontrol dalam diri sendiri dan disiplin diri sebagai kekuatan

kontrol dari luar. Stevepavlina (2005: 5) mendefinisikan disiplin diri sebagai

kemampuan untuk mengumpulkan tekad untuk mencapai tujuan dan menjunjung

tingggi pribadi dari apa yang diinginkan. Disiplin diri siswa, khususnya dalam

mentaati peraturan/tata tertib sekolah merupakan bentuk disiplin yang

dilaksanakan oleh seorang siswa yang memiliki disiplin yang baik akan

memperhatikan perilaku yang sesuai dengan aturan yang ada dengan penuh

tanggung jawab.

Secara operasional disiplin diri diartikan sebagai norma dan tanggung

jawab individu dalam memenuhi norma-norma aturan-aturan yang berlaku. Secara

lebih spesifik disiplin diri adalah kemampuan kontrol diri siswa kelas XI SMA

Negeri 6 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam mengendalikan, mengatur

tingkah laku secara bertanggung jawab menaati tata tertib sekolah dan atau

peraturan lain yang ada di sekolah, sehingga siswa mampu berprilaku disiplin.

Aspek –aspek dalam disiplin diri terbagi dalam dua yakni dimensi internal dan

dimensi eksternal. Yang termasuk dalam dimensi internal diantaranya

penerimaan, kemauan, kerja keras, kerajinan, dan ketekunan, sedangkan yang

(27)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

konsistensi Sekolah merupakan faktor yang berarti bagi siswa, baik dalam cara

berfikir, bersikap maupun berprilaku.

b. Assertive Training

Assertive training merupakan suatu bentuk pelatihan kepada siswa kelas

XI SMA Negeri 6 Bandung tahun pelajaran 2011/2012 dengan tujuan untuk

membantu orang-orang berdiri untuk dirinya sendiri dan memperkuat dirinya

sendiri. Menurut (Jakubowski, 1977) prosedur pelatihan yang efektif sebagai

model pembelajaran yang terdiri dari petunjuk, pemodelan, latihan perilaku dan

pembinaan. Tujuan dari assertive training adalah untuk mengajarkan siswa

mengenai strategi yang tepat untuk mengidentifikasi dalam bertindak terhadap

kebutuhan, hasrat, dan pendapat sendiri sementara tetap menghargai orang lain.

Assertive training digunakan sebagai ketegasan dan disiplin siswa dalam

mengambil keputusan berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional

dan tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Aspek-aspek perilaku asertif

yaitu.

a) Kemampuan untuk mau menerima disiplin dengan kerja keras yang ada di

dalam diri siswa, meliputi indikator: menunjukkan sikap disiplin terhadap tata

tertib, memiliki batasan-batasan disiplin, merasa mampu melaksanakan

disiplin; memiliki kemauan melaksanakan tata tertib, memiliki sikap disiplin

dalam mengerjakan tugas, memiliki kemauan diri dalam meraih cita-cita;

memiliki kesanggupan melaksankan tata tertib, dan memiliki kesanggupan

sadar disiplin;

b) Kemampuan mempertahankan kerajinan dan ketekunan dalam disiplin,

(28)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

penampilan yang sesuai dengan disiplin, menunjukkan pengaruh disiplin yang

menghambat, dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang ada di sekolah;

c) Kemampuan untuk konsistensi disiplin, meliputi indikator: memiliki

tanggung jawab terhadap peraturan sekolah, memiliki komitmen dalam

menjaga nama baik sekolah;

d) Kemampuan untuk menaati peraturan, meliputi indikator: menjalankan aturan

sesuai dengan kemampuan, memiliki keesungguhan terhadap peraturan di

sekolah, menunjukkan disiplin terhadap tata tertib yang di buat di sekolah;

e) Kemampuan untuk menerima penghargaan dan hukuman, meliputi indikator:

menerima pujian sebagai siswa yang berdisiplin diri, menerima hadiah dalam

kelompok maupun pribadi, menerima sanksi yang ada di sekolah, menerima

hukuman sesuai dengan pelanggaran, dan memiliki perasaan bersalah saat

melakukan pelanggaran.

c. Program Bimbingan Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi sosial adalah suatu jenis bimbingan dalam rangka

mengembangkan kemampuan dalam berhubungan sosial yang baik dengan

lingkungannya.

Tujuan dari program bimbingan pribadi sosial ialah agar siswa dapat

mengembangkan prilaku disiplin sesuai dengan tata tertib sekolah. Dalam

penelitian ini, program bimbingan yang dimaksud upaya peneliti dan guru

bimbingan dan konseling untuk mengarahkan pribadi siswa kelas XI SMA Negeri

6 Bandung tahun pelajaran 2011/2012 secara bertanggung jawab dalam

(29)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

yaitu perencanaan, perancangan, penerapan dan evaluasi, yaitu berupa layanan

klasikal dan strategi yang tepat.

Program bimbingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk

meningkatkan disiplin diri siswa digunakan untuk membantu mengintegrasikan

siswa dan menentukan pedoman bagi siswa dalam mengekspresikan diri dengan

jelas, langsung dan tepat, untuk menghargai apa dipikirkan dan dirasakan, untuk

memiliki harga diri dan menghormati diri sendiri serta untuk mengetahui kekuatan

kita sendiri dan keterbatasan secara bertanggungjawab sesuai dengan tujuan

pribadi yang diinginkan.

G. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen

Rumusan instrumen penelitian dikembangkan berdasarkan pada definisi

operasional disiplin diri yang terdiri dari dua dimensi dengan, sembilan aspek

dengan duapuluh dua indikator. Kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam

penelitian dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian disilpin diri

siswa.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Disiplin Diri Siswa (sebelum uji coba)

Variabel Dimensi Aspek Indikator No.Item Jumlah Soal

+ -

Disiplin diri (Self-discipline)

1. Internal 1.1 Penerimaan 1.1.1 Menunjukkan sikap disiplin

terhadap tata tertib

1.2 Kemauan 1.2.1 Memiliki kemauan untuk

(30)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

1.3 Kerja Keras 1.3.1 Memiliki kesanggupan

melaksanakan tata tertib

1.4 Kerajinan 1.4.1 Mampu mengelola waktu

1.4.2 Mampu menunjukkan

1.5 Ketekunan 1.5.1 Menunjukkan pengaruh disiplin yang menghambat

2. Eksternal 2.1 Peraturan 2.1.1 Menjalankan aturan sesuai dengan kemampuan

2.2 Hukuman 2.2.1 Menerima sanksi yang ada di sekolah

2.3 Penghargaan 2.3.1 Menerima pujian sebagai siswa yang berdisiplin diri

2.4 Konsistensi 2.4.1 Memiliki tanggung jawab terhadap peraturan sekolah

2.4.2 Memiliki komitmen dalam

menjaga nama baik sekolah 50

H. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data

1. Uji Kelayakan Instrumen

Sebelum instrumen penelitian digunakan pada sampel yang telah di

tetapkan, terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan terhadap instrument tersebut

dengan cara ditimbang oleh tiga orang ahli (expert judgement). Validasi

instrument dilakukan untuk melihat konstruk dan validitas isi atau pengembangan

(31)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat

kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian.

Uji validitas diuji cobakan pada kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun

Pelajaran 2011/2012.

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap

konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Suatu instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur tersebut dapat

digunakan untuk mengukur yang sebenarnya harus diukur.

Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan program

SPSS 16.0 for windows. Kegiatan uji validitas butir item dilakukan untuk

mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan

untuk mengukur apa yang akan diukur (Sugiyono, 2007: 267). Semakin tinggi

nilai validitas soal menunjukkan semakin valid instrumen tersebut digunakan di

lapangan.

Dari 53 item pernyataan disiplin diri, diperoleh 2 item pernyataan yang

tidak valid, sehingga total item pernyataan valid berjumlah 51. Berikut ini

merupakan hasil uji coba validasi instrument disiplin diri siswa.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas

Keterangan Item ∑

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53

51

(32)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Dari hasil pengujian dengan bantuan computer program SPSS for windows

versi 16.0, dengan analisis korelasi dapat diketahui subyek sebanyak 133 siswa,

dan 57 item pernyataan dapat diperoleh 51 item pernyataan yang di nyatakan

valid, sedangkan 2 item pernyataan dinyatakan tidak valid, yaitu diantaranya

nomor 10 dan 39. Maka 51 pernyataan yang valid bisa langsung dipakai dan 2

pernyataan langsung dibuang. Oleh karena itu, item alat pengungkap data disiplin

diri siswa yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah 51 pernyataan. Hasil

perhitungan validits dapat dilihat pada lampiran.

b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menunjukkan derajat keajegan (konsistensi) skor

yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi

yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor

perolehan subjek. Skor perolehan terdiri dari skor-skor murni dan skor kekeliruan

galat pengukuran. Reliabilitas instrumen secara operasional dinyatakan sebagai

koefisien korelasi (r).

Perolehan skor tingkat reliabilitas instrumen diperoleh dengan

memanfaatkan program komputer Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for

window yaitu dengan teknik atau model skala alpha.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik belah dua daro Spearman Brown (Split half), dengan rumus sebagai

berikut.

b b i

r r r

 

(33)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

Secara keseluruhan perhitungan ini dibantu dengan menggunakan program

komputer SPSS for Windows veri 16. Kriteria untuk mengetahui reliabilitas,

menggunakan klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Riduwan (2006:138)

yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 3.3

Kriteria Reliabilitas Instrumen

0.80 – 1.000 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0.60 – 0.799 Derajat reliabilitas tinggi 0.40 – 0.599 Derajat reliabilitas sedang 0.20 – 0.399 Derajat reliabilitas rendah

0.00 – 0.199 Derajat reliabilitas sangat rendah

Uji reliabilitas instrument disiplin diri siswa hanya dilakukan pada butir

item pernyataan yang telah memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila r hitung

> r tabel, maka butir item pernyataan reliable, sebaliknya apabila r hitung < r

tabel, maka butir item pernyataan tidak reliable. Berikut ini hasil uji reliabilitas

menggunakan Spss for windows versi 16.0.

Table 3.4 Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

(34)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Berdasarkan hasil reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai

reliabilitas instrument disiplin diri sebesar 0,740 berada pada kategori tinggi,

artinya instrument ini mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan

konsisten.

I. Prosedur Pengolahan Data

1. Penyeleksian Data

Penyeleksian data bertujuan untuk memilih data yang memadai untuk

diolah berdasarkan kelngkapan jawaban, baik identitas maupun jawaban. Jumlah

angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebar.

2. Penyekoran

Penyekoran instrumen dalam penelitian disusun dalam bentuk skala

ordinal. Skala ordinal yaitu skala yang menunjukkan perbedaan tingkatan subjek

secara kuantitatif (Furqon, 1997:7). Skala ordinal didasarkan pada peringkat yang

diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terrendah atau sebaliknya.

Jenis instrumen disiplin diri ini menggunakan model rating-scale yang

digunakan yaitu summated ratings (Likert) dengan alternatif respons pernyataan

subjek skala 4 (empat). Keempat alternatif respon bersifat kontinum, artinya,

semakin tinggi respon yang dipilih oleh siswa, maka semakin tinggi tinggi disipiln

diri siswa. Begipun sebaliknya, semakin rendah respon yang dipilih oleh siswa,

maka semakin rendah pula disipilin diri siswa. Berikut ini kategori pemberian

(35)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

Tabel 3.5

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Pemberian Skor

Positif Negatif

Selanjutnya menetapkan standarisasi penafsiran skor yang ditujukan untuk

mengetahui makna skor yang dicapai siswa dalam pendistribusian respon terhadap

instrumen, serta untuk menentukan pengelempokkan tingkat disiplin diri siswa.

Kategori pada skor disusun berdasarkan skor total pada instrumen yang kemudian

dikonversikan menjadi tiga kategori yang mengacu pada landasan teori disiplin

diri siswa. Pembagian tiga kategori disiplin diri siswa dari hasil pengungkapan

awal dilakukan mengacu pada perhitungan skor z data responden pada proses

pengungkapan awal. Berikut ini kriteria skor disiplin siswa yang telah dirumuskan

berdasarkan perhitungan skor z.

Tabel 3.6

Kategori Disiplin Diri Siswa SMA Kategori Disiplin

Diri Siswa SMA Kriteria

Siswa Kelas XI

Kategori tersebut diperoleh dari hasil pengungkapan awal terhadap 133

siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. Deskripsi untuk masing-masing kategori

(36)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

menunjukkan tingkat disiplin diri untuk setiap siswa. Berikut ini setiap kategori

interval mengandung pengertian sebagai berikut.

Tabel 3.7

Deskripsi Kategori Disiplin Diri Siswa SMA

Kategori Kriteria Deskripsi

Tinggi

X

Siswa yang masuk dalam kategori tinggi telah menunjukkan disiplin diri yang

ditandai dengan a) siswa mampu

menunjukkan sikap disiplin terhadap tatatertib, sehingga siswa mampu melaksanakan disiplin dengan tegas, b) siswa mampu memiliki sikap disiplin dalam mengerjakan tugas dan memiliki kemauan dan ketegasan untuk mematuhi tatatertib, c) siswa memiliki tanggung jawab terhadap peraturan sekolah dan siswa mamdpu memiliki komitmen dalam menjaga nama

baik sekolah, d) siswa mampu

melaksanakan kewajiban-kewajiban yang sudah ada di sekolah dengan baik, sehingga siswa dapat mempertahankan disiplin diri.

Sedang 146 166

Siswa yang masuk dalam kategori sedang sudah mulai menunjukkan disiplin diri yang baik, namun belum konsisten dengan sikap dan perilaku yang ditunjukkan dalam keseharian siswa. Siswa yang telah menunjukkan ke dalam kategori sedang ditandai dengan a) siswa sudah mampu menjalankan aturan sesuai dengan kemampuan, sehingga siswa dapat memiliki kemampuan tegas dalam disiplin b) siswa memiliki rasa bersalah apabila melakukan pelanggaran, sehingga siswa langsung tidak mengulangi lagi apa yang telah di langgar.

Rendah X 145

(37)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

3. Pengelompokkan Skor

Penentuan pengelompokkan skor digunakan sebagai standardisasi dalam

menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai

siswa dalam pendistribusian respon terhadap instrumen. Pengelompokkan skor

disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek

maupun skor total instrumen. Untuk mengetahui disiplin diri dilakukan

pembuatan kategori dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menghitung skor total masing-masing responden

b. Menentukan nilai tertinggi dan terendah

c. Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah

d. Selisih yang diperoleh kemudian dibagi dua

e. Hasil selisih yang diperoleh adalah besar rentang dari kedua kategori

f. Menentukan kategori disiplin diri

Disiplin diri dalam penelitian ini diklasifikasikan ke dalam dua dimensi

yaitu disiplin diri dari dalan (internal) dan disiplin diri dari luar (eksternal).

J. Teknik Analisis Data

Penelitian ini mengumpulkan data kuantitatif mengenai profil disiplin diri

siswa kelas XI SMA Negeri 6 Bandung dan data uji efektivitas program

bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training. Dalam menganalisis

data yang di peroleh, digunakan analisis statistik Data kuantitaif dianalisis

menggunakan perhitungan statistik melalui uji perbedaan rata-rata dengan uji-t

(t-test).

Dalam upaya mengetahui efektifitas program bimbingan pribadi sosial

(38)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu 2

SMA Negeri 6 Bandung dilakukan dengan teknik uji dua data sampel independen

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Untuk melihat gambaran disiplin diri siswa SMA secara keseluruhan

maupun gambaran pada setiap aspek, dipergunakan teknik menghitung secara

persentase. Rumus persentase yang digunakan adalah sebagai berikut.

Persentase aspek = Σ skor responden per aspek x 100%

Tujuan uji-t adalah untuk membandingkan data sebelum treatment dan

setelah treatment sama atau berbeda. Uji ini menggunakan rumus Furqon

Sgab= simpangan baku gabungan kedua sampel

(39)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dari penelitian

program bimingan pribadi sosial menggunakan assertive training untuk

meningkatkan disiplin diri siswa selanjutnya diperoleh simpulan dan

rekomendasi.

A. Simpulan

Kesimpulan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pembahasan dapat

disimpulkan hal-hal berikut ini.

1. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas

XI SMA Negeri 6 Bandung berada pada kategori disiplin diri yang sedang.

Pada aspek dan indikator tertentu siswa memiliki tingkat pencapaian yang

rendah.

2. Rancangan bimbingan yang dirancang dan diterapkan efektif dalam

meningkatkan disiplin diri siswa, hal ini dapat dilihat dari persentase

pretest dan posttest disiplin diri siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka diberikan rekomendasi kepada

pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut.

1. Guru bimbingan dan konseling, program bimbingan pribadi-sosial

menggunakan assertive training terbukti efektif dalam meningkatkan

(40)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

bimbingan pribadi-sosial menggunakan assertive training ini lebih lanjut

kepada seluruh siswa SMA pada kegiatan klasikal, bimbingan kelompok.

2. Peneliti selanjutnya, dapat mengaplikasikan teknik dan strategi yang ada

dalam program bimbingan pribadi-sosial menjadi acuan berbagai implikasi

(41)

Yohana Oktariana, 2012

Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia|repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ardias, Puspita. 2011. Disiplin Diri Siswa Ditelaah berdasarkan Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya pada Layanan Bimbingan dan Konseling. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ausubel, D.P. 1971. A New Look at Clasroom Discipline. Dalam J. Raths, J.R. Pancella, & J.S. Van Ness (Eds.), Study Teaching (hal.384-385). Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.

Bear, George. 2005. Discipline:Effective School Practies. NASP: Helping Childern at Home and School III.

Berkowitz, Schwartz dan Walter Doyle. 2006. How Can We Improve School Discipline. Educational Reasearcher: AERA.

Cavanagh, Michael E. 1982. The Counseling Experience, A Theoretical and Practical Approach. Monterey, California: Brooks/Cole Publishing Company.

Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Alih bahasa (2010) E. Koswara. Bandung: Refika Aditama.

Creswell, Jhon. W. 2008. Education Research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research. America:Person Prentice Hall.

Depdikbud. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaran Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung.

Dupper, David R. 2010. A New Model Of School Discipline (Engaging Student and Preventing Behavior Problems). New York: Oxford University Pers.

Furqon. 1997. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Gambar

Tabel
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Disiplin Diri Siswa (sebelum uji coba)
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas
tabel, maka butir item pernyataan tidak reliable. Berikut ini hasil uji reliabilitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum profil penyesuaian diri santri kelas VII Pondok Pesantren Putri Assa’ adah berada pada kategori sedang, menuju pada penguasaan keterampilan penyesuaian

Program bimbingan pribadi sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu rangkaian kegiatan layanan bimbingan yang disusun secara sistematik dan terkoordinasi

Kemampuan penyesuaian diri terhadap keragaman budaya ditandai dengan: (1) kesadaran dan pemahaman yang kuat tentang budayanya sendiri dan budaya orang lain, (2)

Tingkat kompetensi intrapersonal dalam kategori sedang tersebut, sebaiknya masih perlu ditingkatkan, sehingga apabila peserta didik memiliki pengetahuan diri yang

Bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuian diri siswa diperlukan, karena pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan melakukan penyesuaian diri baik dalam

Dari grafik 1 dapat dijelaskan bahwa tingkat kompetensi interpersonal siswa kelas X SMA Negeri 2 Kandangan rata-rata berada dalam kategori sedang. Dimana 18 orang siswa

sama dengan aspek memiliki emosi yang stabil dan aspek berpikir positif, meskipun peningkatan nilai rata-rata dalam aspek ini terlihat tidak jauh berbeda, namun hasil uji

Hasil penelitian menunjukan meskipun secara keseluruhan perilaku prososial siswa XI IPS berada dalam katagori sedang, namun masih adanya item- item yang memiliki nilai