• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU PROSOSIAL DAN BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL………...11

A. Konsep Perilaku Prososial... 11

B. Konsep Dasar Bimbingan Pribadi-Sosial ... 25

C. Konsep Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa ... 33

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 36

E. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38

B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian ... 39

C. Definisi Operasional Variabel ... 40

D. Instrumen Penelitian... 41

E. Uji Coba Alat Pengumpul Data ... 45

F. Prosedur Penelitian... 49

(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

C. Rumusan Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa ... 85

D. Keterbatasan Penelitian ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Tingkatan Penalaran Moral Prososial……….. 29

3.1 Kisi-kisi Instrumen Sebelum Uji Coba………... 42

3.2 Kisi-kisi Instrumen Setelah Uji Coba……….. 44

3.3 Hasil Validitas Item Perilaku Prososial………... 47

3.4 Hasil Validitas Item Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Prososial………... 47

3.5 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen………... 48

3.6 Tingkat Reliabilitas Instrumen Perilaku Prososial……….. 49

3.7 Tingkat Reliabilitas Instrumen Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Prososial………... 49

3.8 Pola Skor Opsi Alternatif Respons Skala Penilaian……… 51

3.9 Rumus Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa……… 52

4.1 Rekapitulasi Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa……… 54

4.2 Tingkat Persentase Ketercapaian Skor Perilaku Prososial Siswa... 55

4.3 Interpretasi Skor Perilaku Prososial Siswa... 55

4.4 Gambaran Umum Tingkat Persentase Ketercapaian Skor Perilaku Prososial Siswa Berdasarkan Aspek... 57

4.5 Rekapitulasi Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa Pada Aspek Suka Menolong... 58

4.6 Rekapitulasi Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa Pada Aspek Kedermawanan... 58

4.7 Rekapitulasi Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa Pada Aspek Empati... 59

4.8 Rekapitulasi Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa Pada Aspek Memahami Orang Lain... 59

4.9 Rekapitulasi Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa Pada Aspek Penanganan Konflik... 60

4.10 Rekapitulasi Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa Pada Aspek Kejujuran... 60

4.11 Rekapitulasi Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa Pada Aspek Aspek Inisiatif Sosial... 61

4.12 Gambaran Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Perilaku Prososial Pada Aspek Suka Menolong... 61

4.13 Gambaran Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Perilaku Prososial Pada Aspek Kedermawanan... 62

4.14 Gambaran Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Perilaku Prososial Pada Aspek Empati... 63

4.15 Gambaran Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Perilaku Prososial Pada Aspek Memahami orang lain... 63

4.16 Gambaran Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Perilaku Prososial Pada Aspek Penangangan Konflik... 64

(4)

Tabel Hal

4.18 Gambaran Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Perilaku Prososial Pada

Aspek Inisiatif Sosial... 65 4.19 Gambaran Umum Tingkat Persentase Ketercapaian Skor

Perilaku Prososial Siswa Berdasarkan Indikator... 66 4.20 Rekapitulasi Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa... 67 4.21 Interpretasi Skor Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Prososial

Siswa... 68 4.22 Gambaran Umum Tingkat Persentase Ketercapaian Skor

Perilaku Prososial Siswa Berdasarkan Karakteristik... 69 4.23 Gambaran Rekapitulasi Kategorisasi Faktor yang memengaruhi Perilaku

Prososial Siswa Pada Karakteristik Situasional... 70 4.24 Gambaran Rekapitulasi Kategorisasi Faktor yang memengaruhi Perilaku

Prososial Siswa Pada Karakteristik Penolong... 71 4.25 Gambaran Rekapitulasi Kategorisasi Faktor yang memengaruhi Perilaku

Prososial Siswa Pada Karakteristik Orang yang Membutuhkan

Pertolongan... 71 4.26 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Karakteristik Situasional... 72 4.27 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Karakteristik Penolong... 73 4.28 Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Karakteristik Orang yang

Membutuhkan Pertolongan... 73 4.29 Gambaran Umum Persentase Ketercapaian Faktor-faktor yang

Memengaruhi Perilaku Prososial Siswa... 74 4.30 Gambaran Umum Persentase Ketercapaian Perilaku Prososial Siswa... 90 4.31 Dukungan Sistem Pelaksanaan Bimbingan Pribadi-Sosial untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa... 94 4.32 Rancangan Operasional Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa... 96 4.33 Pengembangan Tema Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa... 101 4.34 Instrumen Evaluasi Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa... 106 4.35 Instrumen Evaluasi Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk

(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan Hal

2.1 Ragam Bimbingan ditinjau dari Masalah Siswa……… 18

2.2 Empat Tahapan Proses Pengambilan Keputusan untuk Menolong... 33 2.3 Proses Pengambilan Keputusan Prososial………. 34

2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian 37

3.1 Alur Penelitian dan Pengembangan Program Bimbingan Pribadi

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1.1 Administrasi Penelitian 1.2 Instrumen Penelitian 1.3 Validitas Instrumen 1.4 Reliabilitas Instrumen 1.5 Data Hasil Penelitian

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Melalui pendidikan individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan diri berdasarkan kemampuan dan kesempatan yang ada. Tujuan pendidikan yaitu meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dengan kata lain pendidikan merupakan peran sentral dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia.

Pendidikan di Indonesia dikembangkan berdasarkan pada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN No. 20 Th. 2003), yang mempunyai tujuan sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN No. 20 Th. 2003 Bab II Pasal 3).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.

(8)

remaja berada pada posisi yang resah. Mereka sedang dalam usaha pencarian jati diri. Dengan kata lain, di dalam kelompoknya, remaja berusaha menemukan dirinya.

Remaja yang kebanyakan berada di tingkat sekolah menengah merupakan individu yang sedang berada dalam proses berkembang ke arah kematangan. Namun dalam menjalani proses perkembangan ini, tidak semua remaja dapat mencapainya secara mulus. Diantara mereka ada masih banyak yang mengalami masalah, menampilkan sikap dan perilaku menyimpang, tidak wajar, dan bahkan amoral, seperti membolos dari sekolah, tawuran, tindak kriminal, mengkonsumsi minuman keras, menjadi pecandu NAPZA, dan juga free sex (Yusuf, 2009: 28).

Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Sebagai makhluk sosial, sudah seharusnya setiap individu memiliki perilaku prososial dalam dirinya, karena perilaku prososial ini memiliki tujuan untuk menyejahterakan orang lain dan mengurangi penderitaan dalam kesulitan. Perilaku prososial tersebut diharapkan mampu menciptakan kehidupan yang lebih selaras, saling membantu, dan saling menghargai sehingga terbentuk hubungan yang harmonis antar setiap individu.

Perilaku prososial berkembang sejak anak-anak hingga dewasa. Semakin bertambah usia, semakin berkembang kematangan sosial dan tanggung jawab sosial. Pada usia remaja, diharapkan seseorang mampu mengembangkan pribadinya sesuai nilai etika dan moral dalam bentuk perilaku prososial.

(9)

besar, remaja menampakkan sikap materialistik, acuh pada lingkungan sekitar dan cenderung mengabaikan norma-norma yang tertanam sejak dulu (Isnandar, 2010: 4).

Fenomena yang muncul akhir-akhir ini menunjukkan indikasi perilaku remaja yang tampaknya jauh dari kesan bahwa remaja merupakan individu yang mulai mendewasakan diri dan memiliki minat sosial. Hal ini terlihat dari kenyataan di lapangan bahwa remaja saat ini seringkali terlibat aksi-aksi kriminal yang membahayakan dan meresahkan masyarakat. Dengan kata lain perilaku remaja yang tampak akhir-akhir ini terlihat bertolak belakang dengan perilaku prososial.

Remaja saat ini sibuk dengan aktivitas yang tidak bertujuan dan cenderung menimbulkan keresahan di lingkungan. Maraknya aktivitas geng motor yang beranggotakan remaja sangat meresahkan warga akhir-akhir ini merupakan salah satu aktivitas remaja yang sarat dengan tindakan kriminal lain, seperti pengeroyokan, perampokan, bahkan tindakan penganiayaan. Sebagai contoh, geng motor di Cirebon yang berhasil ditangkap aparat polisi karena terbukti membawa senjata tajam dan membuat keributan sehingga meresahkan warga. Mayoritas anggota geng motor tersebut adalah remaja berusia 15-20 tahun, dan masih duduk di bangku SMP dan SMA, bahkan beberapa diantaranya adalah remaja perempuan (THT, 2010). Sementara itu, selain mengganggu ketertiban umum, aktivitas remaja anggota geng motor pun mengarah pada tindakan kriminal seperti penganiayaan dan perampokan (Tn, 2010).

(10)

bersenjata tajam (Joewono, 2010). Di Cipayung, Jakarta Timur, seorang remaja SMP 14 tahun tewas setelah dibacok oleh remaja dari sekolah lain (Kusumah, 2010).

Dalam penelitiannya, Tinne (2012) mengatakan pada kenyataannya masih banyak perilaku negatif yang muncul dalam keseharian siswa di sekolah seperti mengejek kekurangan teman, memukul, menendang, dan bentuk perilaku agresif lainnya.

Siswa adalah seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis, maupun sosial. Sifat inheren lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup dan perkembangan warga masyarakat. Apabila perubahan tersebut sulit diprediksi, di luar jangkauan kemampuan, atau kurang siap dalam menghadapinya maka menghasilkan diskontinuitas perkembangan perilaku siswa, seperti terjadinya stagnansi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi, atau penyimpangan perilaku dan masalah-masalah-masalah-masalah sosial. Karena itulah siswa membutuhkan bantuan dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul pada penyelesaian tugas-tugas perkembangannya tersebut.

Bantuan yang dimaksudkan dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling adalah layanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995).

(11)

yang menyatakan: “Konselor adalah sebagai salah satu kualifikasi pendidik yang berpartisipasi menyelenggarakan pendidikan”.

Berdasarkan visi dan misi bimbingan, kebutuhan siswa, serta tujuan bimbingan, maka bidang isi bimbingan dirumuskan ke dalam empat jenis bimbingan yaitu: (a) bimbingan pribadi, (b) bimbingan sosial, (c) bimbingan belajar, (d) bimbingan karir.

Bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosialnya. Bimbingan pribadi-sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan pribadi-sosial merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu.

Eisenberg (Saripah, 2006: 56) menyatakan perkembangan perilaku prososial remaja yang berada dalam fase pubertas berada pada tingkat emphatic of transitional atau strongly internalized. Pada tahap emphatic of transitional remaja mulai menunjukkan respon simpatik, merasa bersalah atas kegagalan memberi respon, merasa nyaman bila telah melakukan sesuatu yang benar, mulai mengambil rujukan-rujukan mengenai prinsip-prinsip kewajiban dan nilai-nilai yang abstrak walaupun masih rancu. Pada tahap strongly internalized remaja memiliki justifikasi untuk membantu didasarkan pada nilai-nilai, norma, pengaruh dan tanggung jawab yang diinternalisasikan secara kuat; pelanggaran terhadap prinsip-prinsip seseorang yang terinternalisasikan akan merusak rasa hormat terhadap diri sendiri.

(12)

atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.

Fenomena yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil observasi awal, diketahui bahwa di sekolah remaja cenderung memiliki perilaku prososial yang rendah. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang sering membuat keributan di kelas, menggangu teman yang sedang belajar, kurangnya sikap empati kepada teman, berperilaku kurang sopan santun ketika berbicara dengan guru, seringnya melanggar aturan sekolah, kurang menghargai teman, seperti: mengolok-olok kekurangan teman, mengganggu teman, mengamcam teman, dan menunjukkan sikap permusuhan pada teman yang akhirnya berujung pada perkelahian. Sementara teman yang lainnya bersikap kurang peduli dengan teman yang menjadi korban dari perilaku teman-teman lainnya.

Idealnya sebuah program bimbingan yang baik disusun secara sistematis, terarah, dan terpadu agar memfasilitasi seluruh kebutuhan siswa. Di SMP Negeri 15 Bandung juga telah memiliki program bimbingan dan konseling yang memfasilitasi perkembangan siswa-siswanya. Kendati demikian, di SMP Negeri 15 Bandung belum terdapat layanan yang khusus untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

(13)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Perilaku prososial pada dasarnya ada pada setiap manusia, hal ini terjadi karena naluri alamiah manusia sebagai makhluk yang saling membutuhkan tidak akan dapat dihilangkan pada diri manusia. Papalia (2002) menyatakan rasa ketergantungan seperti kebutuhan untuk dibantu ketika terkena musibah muncul secara spontan, sedangkan rasa iba bagi orang lain yang melihat juga akan muncul secara spontan tanpa dapat dibendung. Hanya saja presentase perilaku munculnya prososial sangat kecil karena sangat terkait dengan faktor- faktor serta aspek-aspek yang berperan dalam terciptanya perilaku prososial (Isnandar, 2010: 5).

Eisenberg and Mussen (Sari, 2009: 13) mengungkapkan bahwa perilaku prososial sebagai:

"voluntary actions that are intended to help or benefit another individual or group of individuals". This definition refers to consequences of a doer's actions rather than the motivations behind those actions. These behaviors include a broad range of activities: sharing, comforting, rescuing, and helping (learning to)

Uraian tersebut menunjukkan perilaku prososial merujuk pada tindakan sukarela yang ditujukan untuk menolong atau menguntungkan individu atau sekelompok individu lain. Definisi ini lebih merujuk pada konsekuensi tindakan pelaku daripada motivasi di balik tindakan tersebut.

Rydell, dkk., (1997: 829) menyatakan bahwa aspek prososial terdiri dari: suka menolong (helpfulness), kedermawanan (generosity), empati (empathy), memahami orang lain (understanding of others), penangangan konflik (handling of conflict), kejujuran (honesty) serta sosial inisiatif (social initiative).

(14)

(understanding of others), penangangan konflik (handling of conflict), kejujuran (honesty) dan sosial inisiatif (social initiative).

Program bimbingan pribadi-sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan layanan bimbingan yang disusun secara sistematik dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu meningkatkan prilaku prososial siswa kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.

Upaya pemberian layanan bimbingan oleh guru BK kepada siswa harus dilaksanakan secara sistematis. Artinya pelaksanaan layanan tersebut merupakan usaha sadar dan terencana sehingga potensi siswa dapat berkembang sebaik-baiknya (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut.

a. Seperti apa gambaran umum perilaku prososial siswa Kelas VII SMPN 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

b. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi perilaku prososial siswa Kelas VII SMPN 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

c. Bagaimana rumusan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan perilaku prososial siswa Kelas VII SMPN 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang layak menurut pakar dan praktisi?

C. Tujuan Penelitian

(15)

Tujuan khusus penelitian yaitu memperoleh:

1. gambaran umum perilaku prososial siswa Kelas VII SMPN 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013;

2. gambaran faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial siswa Kelas VII SMPN 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013; dan

3. rumusan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan perilaku prososial siswa Kelas VII SMPN 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang layak menurut pakar dan praktisi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu psikologi remaja dan ilmu bimbingan dan konseling, khususnya berkaitan dengan kajian teoretik-konseptual tentang perilaku prososial pada remaja dan pengembangan intervensi perilaku melalui program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMP.

2. Manfaat praktis

a. Konselor (guru bimbingan dan konseling) diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian dalam penyusunan program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan perilaku prososial siswa di SMP. b. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat

(16)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I berisikan Pendahuluan yang terdiri atas: latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur penulisan.

Bab II Kajian Pustaka. Kajian pustaka mencakup konsep dasar perilaku prososial, konsep dasar bimbingan dan konseling, dan posisi bimbingan pribadi-sosial dalam bimbingan dan konseling serta langkah-langkah penyusunan program bimbingan pribadi-sosial.

Bab III merupakan Metode Penelitian. Bab III ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk komponen berikut: lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, defenisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabelnya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya serta analisis data.

Bab IV adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal utama, yakni: (a) pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan penelitian; (b) pembahasan dan analisis hasil temuan.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena peneliti melihat fenomena yang terjadi di sekolah remaja cenderung memiliki perilaku prososial yang rendah. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang sering membuat keributan di kelas, menggangu teman yang sedang belajar, kurangnya sikap empati kepada teman, berperilaku kurang sopan santun ketika berbicara dengan guru, kurang menghargai teman, dan lain sebagainya. Selain itu di SMP Negeri 15 Bandung belum tersedia layanan bimbingan dan konseling yang secara khusus difokuskan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel jenuh, yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada pertimbangan berikut.

1. Siswa Kelas VII secara umum berada pada rentang usia 11-13 tahun. Hal ini sejalan dengan tingkat perkembangan prososial yakni mulai menunjukkan respon simpatik, merasa bersalah atas kegagalan memberi respon, dan merasa nyaman bila telah melakukan sesuatu yang benar; mulai mengambil rujukan-rujukan mengenai prinsip-prinsip kewajiban dan nilai-nilai yang abstrak walaupun masih rancu.

2. Siswa Kelas VII memasuki lingkungan sekolah baru dan teman-teman baru, sehingga dianggap penting untuk membentuk perilaku prososialnya sejak awal.

(18)

B. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan meneliti populasi atau sampel tertentu untuk mendapatkan angka-angka secara numerikal yang digunakan untuk mengetahui gambaran perilaku prososial yang terjadi pada siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Metode ini dipilih karena bermaksud mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu generalisasi mengenai perilaku prososial pada siswa. Selanjutnya dari hasil temuan tersebut dijadikan dasar untuk mengembangkan rumusan program bimbingan pribadi sosial yang dianggap layak oleh para ahli dan praktisi untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka dibuat desain penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana digambarkan pada Bagan 3.1.

Bagan 3.1

Alur Penelitian dan Pengembangan Program Bimbingan Pribadi Sosial

Tahap I Studi pendahuluan, dilakukan kajian literatur mengenai konsep perilaku prososial. Selanjutnya dilakukan studi empiris dengan menyebarkan instrumen pengungkap perilaku prososial siswa yang telah diuji secara rasional dan empiris oleh pakar bimbingan dan konseling. Tahap II desain rumusan

Tahap I : Studi Pendahuluan a. Studi literatur b. Studi empiris

Tahap II: Desain Rumusan Program Bimbingan Pribadi Sosial

Tahap IV: Revisi dan Penyusunan Rumusan Program Bimbingan Pribadi Sosial

Tahap III: Penelaahan dan

(19)

pribadi sosial untuk meningkatkan perilaku prososial berdasarkan hasil judgement dari pakar bimbingan dan konseling. Tahap III penelaahan dan judgement program, yaitu pengujian program bimbingan pribadi sosial secara rasional oleh dua orang pakar bimbingan dan konseling serta satu orang praktisi bimbingan dan konseling yaitu guru BK SMP Negeri 15 Bandung. Tahap IV revisi dan penyusunan layanan, mencakup kegiatan perbaikan dan menyusun kembali rumusan program bimbingan pribadi sosial berdasarkan hasil uji rasional dari pakar dan praktisi bimbingan dan konseling.

C. Definisi Operasional

Penelitian program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan perilaku prososial siswa terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah program bimbingan pribadi sosial, sedangkan variabel terikat adalah perilaku prososial siswa.

1. Program Bimbingan Pribadi Sosial

Program bimbingan pribadi sosial yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu rangkaian kegiatan layanan bimbingan yang disusun secara sistematik dan terkoordinasi oleh peneliti untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu meningkatkan perilaku prososial siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.

Struktur program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan perilaku prososial siswa terdiri atas: (a) rasional, (b) deskripsi kebutuhan, (c) kompetensi yang dikembangkan, (d) tujuan, (e) sasaran, (f) komponen, (g) rencana operasional, (h) pengembangan tema/topik, (i) pengembangan satuan layanan, dan (j) evaluasi dalam upaya membantu meningkatkan perilaku prososial siswa.

2. Perilaku Prososial

Perilaku prososial dibatasi pada segala bentuk tindakan membantu yang dilakukan oleh siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung secara sukarela untuk memberikan keuntungan bagi orang lain yang membutuhkan tanpa mengharapkan reward eksternal, ditandai dengan tindakan suka menolong, kedermawanan,

(20)

sosial. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial, meliputi: karakteristik situasional, karakteristik penolong, dan karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data penelitian, menggunakan data primer yang diambil dari alat ukur berupa angket atau kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap tingkat perilaku prososial siswa dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Item-item pernyataan instrumen pengungkap perilaku prososial dikembangkan dari komponen atau variabel perilaku prososial yang telah ada, lalu dijabarkan melalui sub komponen yang akhirnya berbentuk indikator-indikator.

1. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup (angket berstruktur), yang merupakan alat pengumpul data sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran angket kepada seluruh siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung yang menjadi sampel dalam penelitian. Angket yang digunakan menggunakan format rating scale (skala bertingkat) dengan empat alternatif jawaban yaitu: Sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (KS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan skor berkisar antara 1 sampai dengan 4.

2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

(21)

others); (5) penangangan konflik (handling of conflict); (6) kejujuran (honesty);

serta (7) inisiatif sosial (social initiative). Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial yaitu : (1) karakteristik situasional; (2) karakteristik penolong; dan (3) karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan.

Penyebaran alat ukur atau kuesioner menggunakan teknik built-in artinya

kuesioner disebarkan secara bersama terhadap sampel penelitian untuk uji coba sekaligus dengan pengumpulan data penelitian. Kisi-kisi instrumen perilaku prososial dan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial sebelum uji coba

disajikan dalam Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Prososial Siswa (Sebelum Uji Coba)

Variabel Aspek Indikator Pernyataan

(22)

konflik

(23)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Prososial Siswa (Setelah Uji Coba)

Variabel Aspek Indikator Pernyataan

(24)

b. Menyatakan

E. Uji Coba Alat Pengumpul Data

Angket sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut.

1. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen melalui penimbangan (judgement) dalam pengembangan alat pengumpul data bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari aspek kesesuaian dengan landasan teoritis, kesesuaian dengan format dilihat dari sudut ilmu pengukuran serta ketepatan bahasa yang digunakan, dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan respon. Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yakni dosen dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian oleh dosen ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut.

(25)

a. Dilihat dari sisi konstruk, instrumen penelitian sudah sesuai dengan dasar teori yang digunakan.

b. Dilihat dari sisi konten, instrumen penelitian sudah sesuai dengan variabel yang akan diungkap.

c. Dilihat dari sisi bahasa, terdapat beberapa pernyataan yang dirasa rancu sehingga harus diperbaiki lagi redaksi kata-katanya menjadi pernyataan yang lebih operasional sehingga mudah untuk dipahami oleh siswa di sekolah.

2. Uji Keterbacaan

Langkah selanjutnya setelah uji kelayakan instrumen, maka dilakukan uji keterbacaan terhadap siswa-siswi SMP Negeri 15 Bandung. Setelah uji keterbacaan, pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami di revisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung. Hasilnya, seluruh item pernyataan yang diberikan dapat dimengerti oleh siswa baik dari segi bahasa maupun makna yang terkandung dalam pernyataan. Setelah itu kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas dan Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan/

kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) alat ukur yang telah disusun dan

akan digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Uji validitas dan reliabilitas

dilakukan secara built–in. Angket disebarkan secara bersama terhadap siswa yang

menjadi sampel penelitian. Kemudian dilakukan analisis validitas dan reliabilitas data

hasil uji coba untuk menentukan keterandalan instrumenpenelitian.

a. Uji Validitas Butir Item

Pengujian validitas alat pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap perilaku prososial siswa serta faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial siswa.

(26)

Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 15.0. Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya pembeda menggunakan prosedur pengujian Spearman’s rho. Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 70 butir item pernyataan angket perilaku prososial dan 18 item pernyataan dari angket faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial siswa, hanya terdapat 68 dan 16 butir item pernyataan valid pada masing-masing variabel. Item yang dinyatakan valid memiliki daya pembeda yang signifikan pada p > 0.01 dan p < 0.05. ini artinya terdapat 68 dan 16 butir item pernyataan yang dapat digunakan dalam penelitian di lapangan. (Hasil perhitungan validitas terlampir). Berikut disajikan item-item pernyataan setelah validasi.

Tabel 3.3

Hasil Validitas Item Perilaku Prososial

Signifikansi No. Item Jumlah

Valid 1,2,3,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,20,21,22,23, 24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41, 42,43,44,45,46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56,57,58,59, 60,61,62,63,64,65,66,67,68,69,70

68

Tidak Valid 4 dan 19 2

Tabel 3.4

Hasil Validasi Item Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Prososial

Signifikansi No. Item Jumlah

Valid 71,72,73,74,75,76,77,78,79,81,82,83,85,86,87,188 16

Tidak Valid 80 dan 84 2

b. Uji Reliabilitas

(27)

dengan ajeg memberikan data sesuai dengan kenyataan. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi perolehan subjek. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan memanfaatkan program SPSS for windows versi 15.0. Pengujian reliabilitas alat pengumpul data menggunakan rumus Koefisien Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut.

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

Selanjutnya untuk mengetahui interpretasi dari realibilitas yang diperoleh menggunakan Tabel interpretasi sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Antara 0.800 sampai dengan 1.00 Derajat keterandalan tinggi Antara 0.600 sampai dengan 0.800 Derajat keterandalan cukup Antara 0.400 sampai dengan 0.600 Derajat keterandalan agak rendah Antara 0.200 sampai dengan 0.400 Derajat keterandalan rendah

Antara 0.000 sampai dengan 0.200 Derajat keterandalan sangat rendah (tidak berkorelasi)

(Arikunto, 2010: 319)

(28)

Tabel 3.6

Tingkat Reliabilitas Instrumen Perilaku Prososial Cronbach's

Alpha N of Items

.934 68

Tabel 3.7

Tingkat Reliabilitas Instrumen

Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Prososial Cronbach's

Alpha N of Items

.663 16

Berdasarkan pengolahan data, hasil perhitungan memperlihatkan bahwa dari ke-68 butir item, menunjukkan koefisien reliabilitas instrumen perilaku prososial siswa sebesar 0.934, sedangkan tingkat reliabilitas 16 item faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial adalah sebesar 0.663 yang artinya semua data yang dianalisis dengan metode Alpha adalah reliable. Tingkat korelasi dan derajat keterandalan berada pada kategori tinggi untuk instrumen perilaku prososial dan berada pada kategori cuku untuk instrumen faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial, yang menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat tidak perlu direvisi (Hasil penghitungan reliabilitas terlampir).

F. Prosedur Penelitian

1. Penyusunan Proposal Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu disusun proposal penelitian. Proses penyusunan proposal dimulai dari pengajuan tema bahasan penelitian kepada dewan skripsi. Setelah tema disetujui oleh dewan skripsi, selanjutnya proposal diseminarkan untuk mendapatkan berbagai masukan dari Dewan Skripsi dan dari teman-teman mahasiswa lainnya sebagai peserta seminar. Setelah tema disetujui oleh Dewan Skripsi, maka dirumuskan judul penelitian dalam bentuk proposal. Berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh ketika seminar, proposal kemudian direvisi dan hasil revisi diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan dosen pembimbing skripsi.

2. Perizinan Penelitian

(29)

mengajukan permohonan izin penelitian kepada Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), dan dapat langsung diserahkan kepada sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian, yaitu SMP Negeri 15 Bandung.

3. Penyusunan dan Pengembangan Alat Pengumpul Data

Penyusunan alat pengumpul data dimulai dengan membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan aspek yang diukur, yaitu perilaku prososial dan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial siswa. Butir-butir pernyataan dibuat berdasarkan indikator pada setiap aspeknya. Kemudian instrumen dinilai kelayakan oleh dosen yang berkompeten di bidangnya. Setelah melalui uji kelayakan instrumen, kemudian disempurnakan dan disusun menjadi instrumen yang siap digunakan untuk alat pengumpulan data.

4. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket kepada responden yaitu siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen b. Mengecek kesiapan siswa yang menjadi populasi penelitian

c. Membacakan petunjuk dan mempersilahkan siswa untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan sebelumnya

d. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi serta mengecek kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban siswa

e. Penutup

G. Teknik Analisis Data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data memiliki tujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan sebagai berikut. a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul

(30)

c. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari siswa dengan melakukan penyekoran sesuai dnegan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

2. Penyekoran

Data yang ditetapkan untuk diolah kemudian diberi skor sesuai dengan yang ditetapkan. Instrumen pengumpul data menggunakan skala bertingkat yang menyediakan empat alternatif jawaban. Secara sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Pola Skor Opsi Alternatif Respons Ratings Scale

Pernyataan Skor Alternatif Respon

SS S KS TS

Positif (+) 4 3 2 1

Negatif (-) 1 2 3 4

Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1 - 4 dengan bobot tertentu, sebagai berikut.

a. Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.

b. Untuk pilihan jawaban kurang sesuai (KS) memiliki skor 2 pada pernyataan positif atau 3 pada pernyataan negatif.

c. Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan positif atau skor 2 pada pernyataan negatif.

d. Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada pernyataan positif atau skor 1 pada pernyataan negatif.

3. Pengolahan Data

(31)

a. Menjumlahkan skor semua siswa

b. Mencari nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (standar deviasi) Rata-rata dicari dengan rumus berikut :

Ket:

μ = skor mean (rata-rata) populasi

Mencari standar deviasi dengan rumus sebagai berikut:

Ket:

σ = standar deviasi xi = skor sampel

c. Menentukan batas-batas kelompok

Dalam pengelompokan data responden ke dalam tiga kategori akan di tentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Tabel 3.9

Rumus Kategorisasi Perilaku Prososial Siswa

No Kategorisasi Distribusi

1 Tinggi (μ+1,0σ) X

2 Sedang (μ-1,0σ) X < (μ+1,0σ) 3 Rendah X< (μ-1,0σ)

Keterangan:

1. kelompok perilaku prososial tinggi: semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu standar deviasi ke atas

2. kelompok perilaku prososial sedang: semua siswa yang mempunyai skor antara -1 standar deviasi +1 standar deviasi;

(32)

Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian, dimana masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut.

a. Pertanyaan penelitian mengenai gambaran umum perilaku prososial siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 diperoleh dengan menggunakan persentase dari jawaban siswa tentang perilaku prososial yang dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban setiap siswa kemudian memberikan kategori perilaku prososial siswa dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah.

b. Pertanyaan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 diperoleh dengan menggunakan persentase dari jawaban siswa tentang faktor-faktor yang memengaruhi siswa untuk melakukan perilaku prososial yang dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban setiap siswa kemudian memberikan kategori perilaku prososial siswa dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah.

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bagian terdahulu maka ada beberapa hal yang patut ditelaah sebagai bahan

kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Secara umum, perilaku prososial siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berada pada kategori sedang. Artinya siswa cukup mampu atau dianggap kadang-kadang sudah mampu menampilkan tindakan prososial dalam kehidupan sehari-harinya. Aspek yang paling tinggi dalam perilaku prososial adalah aspek kejujuran, dan aspek yang paling rendah adalah aspek kedermawanan. Sementara, gambaran indikator yang paling tinggi pada perilaku prososial siswa adalah mengatakan sesuatu tanpa rekayasa, dan indikator yang paling rendah yaitu memberi bantuan dalam bentuk barang.

2. Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berada pada kategori tinggi. Artinya, siswa sangat memperhatikan hal-hal lain baik di dalam maupun di luar dirinya sebelum melakukan tindakan prososial dalam kehidupan sehari-harinya. Karakteristik yang paling tinggi dalam faktor-faktor yang memengaruhi perilaku prososial siswa adalah karakteristik penolong, dan yang paling rendah adalah karakteristik karakteristik situasional. Sementara indikator yang paling tinggi adalah rasa bersalah, dan indikator yang paling rendah adalah kondisi lingkungan.

(34)

B. Saran

Berpijak dari hasil penelitian dan kesimpulan, diajukan beberapa rekomendasi bagi pihak-pihak berikut.

1. Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)

Kepada guru BK diajukan rumusan program sebagai bahan dalam mengembangkan layanan BK di SMP Negeri 15 Bandung. Rumusan program bimbingan pribadi sosial yang dihasilkan dalam penelitian ini, dapat dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling sesuai dengan program yang ada di sekolah, karena telah dinyatakan layak oleh para ahli dan praktisi bimbingan dan konseling. Guru BK dapat melaksanakan program yang telah dibuat ini untuk mengetahui keefektifan program ini, sehingga dapat diketahui aspek-aspek yang perlu diperbaiki.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan program bimbingan pribadi-sosial ini sebagai berikut.

a. Langkah pertama,”To Make Something Beautiful”. Tujuan Langkah ini agar siswa mengetahui pentingnya memberikan bantuan kepada orang lain dan siswa mampu memberikan bantuan kepada orang yang baru dikenal dan tidak mengharapkan imbalan dari perbuatannya.

b. Langkah kedua, “Asiknya Berbagi”. Tujuan langkah ini agar siswa memiliki kesadaran dalam membantu teman yang membutuhkan dan siswa memiliki inisiatif sendiri untuk memberikan bantuan dalam bentuk barang kepada teman yang membutuhkan

c. Langkah ketiga, “Jika Aku Menjadi Kamu”. Tujuan langkah ini agar siswa mampu memahami perasaan teman dan siswa mampu menujukkan kepedulian kepada teman.

(35)

e. Langkah kelima, “Masalah? Siapa Takut!!”. Tujuan langkah ini agar siswa memiliki kemampuan untuk menangani sebuah pertentangan dengan orang lain sehingga menemukan jalan keluar terhadap suatu masalah.

f. Langkah keenam, “Selamat Kawan!!”. Tujuan Langkah ini agar siswa mampu untuk menghargai dan menghormati keberhasilan teman-temannya dan memberikan apresiasi terhadap kesuksesan teman.

g. Langkah ketujuh, “Gaul Ok, Gaul Asik!!”. Tujuan Langkah ini agar siswa memiliki kemampuan untuk memulai interaksi secara positif dengan orang lain.

2. Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan keterbatasan penelitian sebelumnya, apabila peneliti selanjutnya ingin melakukan penelitian yang serupa maka disarankan untuk: a. mengadakan penelitian mengenai perilaku prososial pada subjek dengan fokus

yang berbeda seperti perilaku prososial berdasarkan jenis kelamin, perbedaan pola asuh orang tua, perilaku prososial anak jalanan dan perilaku prososial pada sekolah dengan kategori ekonomi siswa menengah kebawah;

b. menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam. Dengan digunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam dapat

menambah referensi mengenai perilaku prososial siswa;

c. melakukan penyempurnaan instrumen penelitian perilaku prososial siswa berdasaran aspek indikator khususnya dalam item-item pernyataan sehingga menghasilkan instrumen yang lebih valid dan reliabel; serta

(36)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asia, N. (2008). Hubungan antara Harga Diri dan Asertivitas dengan Perilaku Prososial Remaja. Skripsi Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Baron, Robert A., Donn Byrne. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi Kesepuluh (Alih Bahasa: Ratna Djuwita, dkk). Jakarta: Erlangga.

Dayakisni., T dan Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Desmita. (2007). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

________(2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fattakhy, M.U. (2011). Contoh Landasan Teori Skripsi Prososial. [Online] Tersedia:http://fattakhy.blogspot.com/2011/01/contoh-landasan-teori-skripsi-prososial.html [November 2011].

Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

(37)

Isnandar, T. W.(2010). Hubungan antara Konsep Diri dengan Perilaku Prososial pada Siswa SMA 1 Purwodadi. Skripsi Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Joewono, Benny N. (2010, 15 Juli). Pelajar Tawuran, Satu Tewas Dibacok. Kompas [Online], halaman 1. Tersedia: http://www.kompas.com. [Maret 2012].

Kusumah, Wijaya. (2010, 28 Oktober). Tawuran Pelajar Kenapa Ini Sampai Terjadi?. Kompasiana [Online]. Hal.1. Tersedia: http://www.kompas.com. [Maret 2012].

Muro, James J. & Kotman, Terry. (1995). Guidance and Counseling In The Elementary and Middle School: A Practical approach. USA: Wm. C. Brown Communication, Inc.

Najib, A. (2010). Hubungan Antara Perilaku Prososial Dengan Kebermaknaan

Hidup Pada Remaja. [Online] Tersedia:

http://www.terbaca.com/2010/06/hubungan-perilaku-prososial-dengan.html [November 2011].

Nurihsan, J. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT. Refika Aditama.

__________dan Yusuf, S. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Papalia, Diane E., Sally Wendkos Old., Ruth Duskin Feldman. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian V s/d IX (Alih Bahasa: A.K.Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(38)

Putra Giri. (2011). Efektivitas Bimbingan Kelompok melalui Teknik Permainan untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Tesis Magister Pendidikan pada SPS Bimbingan dan Konseling UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Rydell.A.M., dkk. (1997). “Measurement of Two Social Competence Aspect In Middle Childhood”. Journal of Development Psychology. 33, (05), 824-833.

Sari, D.R. (2009). Pengaruh Sosialisasi Keluarga terhadap Perilaku Prososial Anak Usia Remaja Awal (Studi Pada Murid-Murid SLTP Negeri X di Jakarta). Skripsi Sosiologi FISIP UI. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/44927910/skripsi [November 2011].

Saripah, I. (2006). Progam Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Anak. Tesis Magister Pendidikan pada SPS Bimbingan dan Konseling UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Sears,dkk. (1985). Psikologi Sosial. Edisi Kelima (Alih Bahasa:Michael Adryanto). Jakarta: Erlangga

Setiadi, T. (2010). Dinamika Perilaku Prososial pada Pendonor Darah. Skripsi Psikologi FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Soebijoto, Hertanto (2010, 30 September). Dalam 9 Bulan Ada 20 Tawuran. Kompas [Online], halaman 1. Tersedia: http://www.kompas.com. [Maret 2012].

Soegiyoharto, R. (2006). Perilaku Prososial di Tengah Bencana. [Online] Tersedia: http://www.mirifica.net/printPage.php?aid=2992 [November 2011].

Syaodih, N.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(39)

Tinne. R.D (2012). Perilaku Prososial Ditelaah Berdasarkan Gender. Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Tn. (2010, 23 Juni). Geng Motor dan Polisi. Pikiran Rakyat [Online], halaman 1. Tersedia: http://www.pikiran-rakyat.com. [Maret 2012].

UU Republik Indonesia.2003. Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003. Bandung : Fokus Media.

Yanti, D. (2005). Keterampilan Sosial Pada Anak Menengah Akhir yang Mengalami Gangguan Perilaku. Skripsi Psikologi Fakultas Kedokteran USU. [Online]. Tersedia: http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-desvi/yanti.pdf[November 2011].

Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel  Hal 2.1 Tingkatan Penalaran Moral Prososial…………………………………….. 29
Tabel 4.18 Gambaran Rekapitulasi Kategorisasi Indikator Perilaku Prososial Pada
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial dan Faktor-faktor yang Memengaruhi
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Prososial dan Faktor-faktor yang Memengaruhi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Program Bimbingan dan Konseling pribadi- sosial untuk mengembangkan perilaku seksual sehat remaja merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka membantu siswa agar dapat

Pengembangan Tema Layanan Bimbingan Pribadi untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.. Satuan Kegiatan

Program Bimbingan Pribadi Sosial melalui Permainan untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal Siswa.. Hasil Penelitian Terdahulu

Untuk memperoleh bangun dan substansi program yang teruji secara rasional konseptual, program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kedisiplinan siswa mendapat

Dengan pemahaman yang dimiliki oleh guru kelas mengenai materi layanan bimbingan pribadi sosial secara umum diharapkan bimbingan untuk siswa terisolir dapat

Implementasi layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial yang sukses merupakan upaya dan kerja keras seorang guru dalam mengambil peran terhadap proses

Bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan penyesuian diri siswa diperlukan, karena pada umumnya siswa masih mengalami kesulitan melakukan penyesuaian diri baik dalam

Bimbingan pribadi sosial ini dapat lebih diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan siswa dalam menangani masalah-masalah dirinya yang