Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar DAFTAR ISI
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KETERAMPILAN BELAJAR DAN LAYANAN DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING ... 10
A. Definisi Belajar ... 10
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 10
C. Teori-Teori Belajar ... . D. Keterampilan Belajar ... . E. Bimbingan dan Konseling Komprehensif ... 14 21 48 BAB III METODE PENELITIAN ... 61
A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 61
B. Pendekatan Penelitian ... 61
C. Metode Penelitian ... 62
D. Definisi Operasional Variabel (DOV) ... 63
E. Instrumen Penelitian ... 65
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 65
G. Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 76
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 105
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
B. Rekomendasi ... 106
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan profesi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.
UU No 23 tahun 2006 BAB II Pasal 3 berbunyi bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat.
Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan
mencatat banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, dan fasilitas yang
dimiliki. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan
cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan
suatu proses yang melibatkan berbagai faktor dalam upaya mencapai kehidupan
yang bermakna, baik bagi individu sendiri maupun masyarakat pada umumnya
(Yusuf: 2005: 2-3).
Aktivitas belajar merupakan aktivitas utama yang menjadi fokus dari proses
pendidikan. Istilah pendidikan sendiri didefinisikan secara berbeda-beda oleh
berbagai kalangan dan telah banyak dipengaruhi pandangan dunianya
(weltanschauung) masing-masing. Pada dasarnya, semua pandangan yang berbeda
tentang belajar dalam proses pendidikan tersebut bertemu dalam semacam
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
melalui pembelajaran untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan
hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
Pendidikan dilihat sebagai sebuah proses yang lebih daripada sekedar
pengajaran dimana dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer pengetahuan
belaka, bukan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala
aspek yang dicakupnya.
Pendidikan dilihat sebagai sebuah proses yang lebih dari sekedar
pengajaran, maka pengembangan keterampilan belajar dari setiap siswa
sebenarnya menjadi salah satu alternatif solusi, namun sistem pendidikan,
kompetensi guru, ataupun kebijakan lembaga yang hanya menitikberatkan pada
“penguatan” basic skill kurang. Pada akhirnya murid-murid tersebut menjadi
kurang adaptif dan kreatif ketika berhadapan dengan berbagai dimensi lain di luar
materi yang dipelajarinya di lembaga pendidikan formal.
Kurangnya penguasaan terhadap keterampilan akan menghasilkan dampak
yang kurang baik dalam pengembangan intelektualitas, prestasi belajar,
kemampuan analisis ataupun kemampuan mengelola waktu ketika
individu-individu tersebut ke luar dari dunia perkuliahan dan memasuki lapangan kerja.
Keterampilan belajar yang dimaksudkan dalam konsepsi learning how to
learn mencakup penguasaan dan pelatihan dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik sekaligus.
Keterampilan belajar dalam hal ini merupakan hal yang paling esensial
untuk dikembangkan dalam setiap tahap pendidikan. Hal ini sendiri didasari oleh
beberapa alasan penting lainnya, antara lain: (tersedia di http://et-eefacebook.com/topik.php?uid=740625738427topic=18492).
Pertama, belajar merupakan sebuah aktivitas yang terus menerus dilakukan
oleh setiap individu baik dari semenjak lahir ataupun menjelang akhir
kehidupannya. Pada konteks belajar merupakan sebuah kegiatan terus-menerus
tanpa henti untuk mendapatkan hasil dan berbagai keahlian.
Kedua, belajar dilihat sebagai suatu proses latihan yang berkesinambungan
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
Ketiga, konsepsi long life education merupakan salah satu rujukan dan
panduan utama dalam konsep learning how to learn, dimana setiap individu
diarahkan agar mampu menjadi seorang autonomous learner (pembelajar mandiri)
yang dapat mengarahkan dirinya (self directed learning) dalam mempelajari
berbagai keahlian dan keterampilan yang diperlukan baik untuk keperluan belajar
di jalur pendidikan formal (institutional learning), dalam kelompok (collaborative
learning) atau untuk dirinya sendiri di berbagai aspek kehidupan.
Keempat, proses pelatihan keterampilan belajar dalam konsep learning how
to learn tidak hanya terfokus pada pengembangan aspek kognitif saja, akan tetapi
juga menyangkut pelatihan aspek afektif (menghadapi kecemasan dan
kegelisahan) dan juga psikomotorik (koordinasi mata dengan tangan, telinga
dengan tangan dan lainnya). Belajar dalam konteks learning how to learn
mempunyai sisi intuitif dimana ilmu dan pengetahuan bisa didapatkan dari dalam
diri kita sendiri, baik dalam bentuk insight, proses kreatif ataupun intuisi
Kelima, belajar melibatkan proses perubahan dimana sesuatu didapatkan
dan sesuatu yang lainnya dihilangkan dalam konteks learning how to learn ini
yang menjadi fokus utama adalah reorientasi belajar terutama dalam konteks nilai
dan persepsi diri.
Keterampilan belajar merupakan keahlian yang didapatkan (acquired skills)
oleh seorang individu melalui proses latihan yang kontinyu dan mencakup aspek
optimalisasi cara-cara belajar baik dalam domain kognitif, afektif ataupun
psikomotorik.
Keterampilan belajar harus dimiliki oleh setiap siswa agar siswa tersebut
dapat mencapai suatu keberhasilan. Keterampilan belajar yang telah dimiliki
dikembangkan agar dapat berkembang secara optimal.
Juntika (2005:28) mengemukakan salah satu tugas perkembangan peserta
didik yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau
mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan masyarakat. Adapun salah
satu isi dari layanan dasar bimbingan bidang belajar yaitu : motivasi, sikap,
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
tepat, menyiapkan tugas, karya tulis, ulangan/ujian, belajar mandiri dan
kelompok, menggunakan alat bantu dan sumber belajar (termasuk buku, kamus,
ensiklopedi, jurnal, komputer untuk semua mata pelajaran); sikap, kebiasaan, dan
keterampilan belajar secara optimal untuk menguasai program di SMP; praktik
pengembangan sikap, kebiasaan, dan keterampilan belajar secara optimal; sikap,
kebiasaan, dan keterampilan belajar secara optimal untuk menguasai bekal
program pelajaran lebih lanjut (Juntika, 2005:31-32).
Mathewson (dalam Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan 2005:53)
mengemukakan bahwa pendekatan pengembangan mengidentifikasi dan
menekankan layanannya kepada bidang vokasional, pendidikan, dan pribadi.
Layanan dasar tersebut dapat diberikan melalui layanan klasikal atau
kelompok. Sekolah sebagai lembaga pendidikan menyediakan layanan bimbingan
yang berkesinambungan (bukan layanan yang terputus-putus atau
melompat-lompat seperti yang dipraktikan di sekolah-sekolah selama ini). Berdasarkan
wawancara dengan staff BK dan Mahasiswa PPL di SMP dan SMA perner prodi
BK tahun 2006 dan 2007 ditemukan bahwa di sekolah-sekolah tersebut Layanan
Bimbingan Kelompok Klasikal tidak diberikan kepada seluruh siswa di semua
tingkat kelas. Siswa kelas III dan SMA pada umumnya tidak mendapatkan
layanan Bimbingan Kelompok/Klasikal dengan alasan perhatian dan waktu
mereka diarahkan (hanya) pada persiapan UAN.
(http://www.scrbid.com/doc/13171959/Ia-Konsep-BK-an).
Berdasarkan uraian tersebut, dipandang penting untuk memberikan layanan
dasar bimbingan untuk mengembangkan keterampilan siswanya. Dengan
demikian skripsi diberi judul “Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar ”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifiksi Masalah
a. Keterampilan belajar
Menurut Muhibbin (2009 : 121) keterampilan ialah kegiatan yang
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
lazimnya tampak dalam kegiatan-kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik,
olahraga, dan sebagainya. Sedangkan menurut Rebber (Muhibbin 2009 : 121)
keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai keadaan untuk mencapai hasil
tertentu.
Keterampilan belajar merupakan salah satu potensi dan tugas asasi manusia
yang kuantitas dan kualitasnya dipengaruhi faktor eksternal. Keterampilan
memungkinkan siswa menjadi pebelajar yang mampu mengatur, mengelola dan
memotivasi diri.
Keterampilan belajar dalam penelitian keahlian yang didapatkan oleh
seorang siswa melalui proses latihan yang kontinyu mencakup aspek:
a. Keterampilan membaca
Membaca dalam konteks belajar merupakan suatu kegiatan untuk
memperoleh informasi dari sesuatu yang tertulis. Membaca merupakan salah satu
cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan efektifitas diri kita. Caranya
adalah dengan menguasai cara membaca yang efektif.
b. Keterampilan menulis
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.
c. Keterampilan mendengarkan
Mendengarkan dengan efektif membutuhkan konsentrasi, pengalaman, dan
keterampilan. Manfaat dari menjadi pendengar yang baik di antaranya adalah
lawan berbicara kita akan lebih mudah dalam menyampaikan informasi dan
hubungan antar individu akan semakin baik.
d. Keterampilan menghafal/mengingat
Mengingat atau mengkontruksi ulang informasi yang telah melekat
sebelumnya dapat menajadi kekuatan luar biasa jika terlatih secara teratur dan
penguatannya dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu.
e. Keterampilan berbicara
Berbicara merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan,
mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya.
f. Keterampilan menghadapi ujian
Menghadapi ujian harus disiapkan segala sesuatunya agar lancar dalam
menghadapi ujian
g. Keterampilan berpikir kritis
Berpikir kritis ialah berpikir dengan konsep yang matang dan
mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat dengan cara yang baik.
Berlatih berpikir kritis artinya juga berperilaku hati-hati dan tidak terburu-buru
dalam menyikapi permasalahan
h. Keterampilan mengelola waktu
Manajemen waktu yaitu melakukan hal yang tepat di saat yang tepat dengan
segera.
i. Keterampilan konsentrasi
Kunci utama yang dibutuhkan oleh kita untuk bisa berhasil pada suatu hal
yang kita kerjakan adalah pada faktor konsentrasi. Konsentrasi adalah fokus atau
pemusatan fikiran kita terhdap suatu hal yang kita kerjakan dengan
mengenyampingkan hal yang lain.
j. Keterampilan membuat laporan
Melaporkan adalah proses membagi dan menjelaskan informasi baru
kepada atau dengan yang lain. Laporan yang diambil bisa dalam beberapa bentuk.
Menurut Devine (dalam Gede Sedyanasa 2003:112) bentuk tersebut bisa dalam
laporan tertulis dan laporan lisan
Hasil riset Walgito (dalam Acep 2009) terhadap beberapa SMA di
Yogyakarta menunjukan kesukaran tentang bagaimana cara belajar yang baik
ternyata menduduki tempat paling atas. Fenomena tentang bagaimana cara belajar
yang baik memberikan gambaran bahwa guru pembimbing atau konselor maupun
guru mata pelajaran perlu membimbing siswa bagaimana cara belajar yang baik.
Hasil penelitian Sedanayasa (2003) menunjukkan penguasaan keterampilan
belajar pada siswa SMA rata-rata baru mencapai 65,66 %. Dari sepuluh jenis
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
mencatat, menggaris bawahi, membuat outline, mengorganisasi bahan, membuat
kesimpulan, mengingat, membuat laporan serta keterampilan mengerjakan test)
yang diteliti terdapat salah satu keterampilan belajar yang tingkat penguasaannya
mencapai 41,66 %.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pembimbing di SMA Yayasan
Atikan Sunda (YAS) Bandung bahwa di SMA Yayasan Atikan Sunda belum
terdapat program khusus untuk mengembangkan keterampilan belajar.
Berangkat dari fenomena, dapat dilihat keterampilan belajar ternyata masih
rendah. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka akan menghasilkan dampak yang
kurang baik dalam pengembangan intelektualitas, prestasi belajar, kemampuan
analisis ataupun kemampuan mengelola waktu ketika individu-individu tersebut
ke luar dari dunia perkuliahan dan memasuki lapangan kerja.
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana rumusan layanan dasar
bimbingan dan konseling untuk mengembangkan keterampilan belajar?
Rumusan tersebut secara operasional dituangkan ke dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Seperti apa profil keterampilan belajar yang dikuasai siswa SMA Yayasan
Atikan Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran 2011/2012?
2. Bagaimana rumusan Layanan Dasar Bimbingan dan konseling yang layak
menurut pakar dan praktisi untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa
SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran 2011/2012?
3. Bagaimana gambaran keefektifan Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling
untuk mengembangkan keteramplan belajar siswa SMA Yayasan Atikan
Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian adalah menghasilkan layanan dasar
bimbingan dan konseling belajar yang dapat mengembangkan keterampilan
belajar siswa SMA. Adapun tujuan khusus daripada penelitian ini yaitu
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
1. Profil keterampilan belajar yang dikuasai siswa Yayasan Atikan Sunda (YAS)
Bandung tahun ajaran 2011/2012.
2. Rumusan Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling yang layak menurut
pakar dan praktisi untuk mengembangkan keterampilan belajar pada siswa
kelas X SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung.
3. Gambaran keefektifan layanan dasar bimbingan dan konseling dalam
mengembangkan keterampilan belajar siswa SMA Yayasan Atikan Sunda
(YAS) Badung tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
terkait. Beberapa manfaat adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Penelitian diharapkan dapat mengembangkan keterampilan belajar siswa SMA
Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Rujukan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai keterampilan
belajar siswa.
3. Bagi guru BK
Diharapkan dapat menjadi masukan dalam melaksanakan layanan bimbingan
dan konseling terhadap siswa, khususnya dalam upaya mengembangkan
ketermpilan belajar siswa SMA.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi pada skrpsi ini yaitu: Bab I pada skripsi ini mengungkap
latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi. Bab II berisi tentang konsep teoritis
yang relevan yang dijadikan landasan operasional penelitian. Bab III berisi lokasi
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
operasional variabel (DOV), instrumen penelitian, proses pengembangan
instrumen, teknik analisis data dan pengolahan data. Bab IV berisi deskripsi hasil
penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi kesimpulan dan
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Atikan
Sunda (YAS) Bandung yang beralamatkan di Jl. P. H. H. Mustopa no 115
Telp/fax (022) 7102200 Bandung 40125. Populasi penelitian adalah seluruh siswa
kelas X SMA yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa SMA
Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran 2011/2012.
Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2010:124) teknik purposive sampling adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”, dalam penelitian ini yakni anggota sampel ditentukan berdasarkan tingkat keterampilan belajar yang
dimilikinya. Sampel penelitian berjumlah 48 0rang.
Adapun banyaknya populasi dalam penelitian ini berjumlah 154 siswa
terbagi kedalam 4 kelas, yakni dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
No Kelas Jumlah
1 X 1 39
2 X 2 37
3 X 3 40
4 X 4 38
Jumlah 154
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dikembangkan dalam penelitian tentang layanan dasar
bimbingan dan konseling untuk mengembangkan keterampilan belajar adalah
pendekatan kuantitatif. Menurut Riduan (2005:5) pendekatan kuantitatif adalah:
angka-Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
angka, sehingga memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan perhitungan statistik.
Berdasarkan pengertian di atas, pendekatan kuantitatif bertujuan untuk
menganalisis dan menafsirkan data yang diperoleh yang kemudian penafsirannya
digunakan untuk menyusun layanan dasar bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan keterampilan belajar pada siswa kelas X SMA Yayasan Atikan
Sunda (YAS) Bandung.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pra eksperimen. Menurut
Sugiyono (2010:109) menyatakan:
Metode pra eksperimen adalah suatu metode penelitian yang belum merupakan eksperimen sungguh sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adaknya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.
Metode pra-eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
metode yang mengujicobakan layanan dasar bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan keterapilan belajar pada siswa kelas X SMA Yayasan Atikan
Sunda (YAS) Bandung tanpa adanya kelompok kontrol.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain satu kelompok
(one –group pretest-postest design). Menurut Sugiyono (2010:110) desain one –
group pretest-postest design adalah terdapatnya pretest sebelum diberi perlakuan,
dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
O1 = Pre-test dilakukan dengan menggunakan instrumen keterampilan belajar
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
X = Treatment dilakukan dengan menggunakan layanan dasar bimbingan dan konseling untuk mengembangkan keterampilan belajar
O2 = Post-test dilakukan dengan menggunakan instrumen keterampilan
belajar
D. Definisi Operasional Variabel (DOV) 1. Keterampilan Belajar
Menurut Muhibbin (2009 : 121) keterampilan ialah kegiatan yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang
lazimnya tampak dalam kegiatan-kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik,
olahraga, dan sebagainya. Sedangkan menurut Rebber (Muhibbin 2009 : 121)
keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang
kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai keadaan untuk mencapai
hasil tertentu.
Keterampilan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keahlian
yang diperoleh siswa melalui proses latihan yang kontinyu mencakup aspek:
a. Keterampilan membaca
Membaca dalam konteks belajar merupakan suatu kegiatan untuk
memperoleh informasi dari sesuatu yang tertulis. Membaca merupakan salah satu
cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan efektifitas diri kita. Caranya
adalah dengan menguasai cara membaca yang efektif.
b. Keterampilan menulis
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.
c. Keterampilan mendengarkan
Mendengarkan dengan efektif membutuhkan konsentrasi, pengalaman, dan
keterampilan. Manfaat dari menjadi pendengar yang baik di antaranya adalah
lawan berbicara kita akan lebih mudah dalam menyampaikan informasi dan
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
d. Keterampilan menghafal/mengingat
Mengingat atau mengkontruksi ulang informasi yang telah melekat
sebelumnya dapat menajadi kekuatan luar biasa jika terlatih secara teratur dan
penguatannya dilakukan berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu.
e. Keterampilan berbicara
Berbicara merupakan suatu aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat
penting, karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama
manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan,
mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya.
f. Keterampilan menghadapi ujian
Menghadapi ujian harus disiapkan segala sesuatunya agar lancar dalam
menghadapi ujian
g. Keterampilan berpikir kritis
Berpikir kritis ialah berpikir dengan konsep yang matang dan
mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat dengan cara yang baik.
Berlatih berpikir kritis artinya juga berperilaku hati-hati dan tidak terburu-buru
dalam menyikapi permasalahan
h. Keterampilan konsentrasi
Kunci utama yang dibutuhkan oleh kita untuk bisa berhasil pada suatu hal
yang kita kerjakan adalah pada faktor konsentrasi. Konsentrasi adalah fokus atau
pemusatan fikiran kita terhdap suatu hal yang kita kerjakan dengan
mengenyampingkan hal yang lain.
i. Keterampilan mengelola waktu
Manajemen waktu yaitu melakukan hal yang tepat di saat yang tepat dengan
segera.
j. Keterampilan membuat laporan
Melaporkan adalah proses membagi dan menjelaskan informasi baru kepada
atau dengan yang lain. Laporan yang diambil bisa dalam beberapa bentuk.
Menurut Devine (dalam Gede Sedyanasa 2003:112) bentuk tersebut bisa dalam
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar 2. Konsep Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling
Secara operasional, layanan dasar bimbingan dan konseling yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah program layanan bantuan yang disusun berdasarkan
hasil analisis kebutuhan keterampilan belajar siswa kelas X SMA Yayasan Atikan
Sunda (YAS) Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 . Layanan dasar ini dituangkan
ke dalam satuan layanan kegiatan bimbingan dan konseling.
Program layanan dasar ini disusun untuk mengembangkan keterampilan
belajar siswa yang mencakup aspek: keterampilan menulis, keterampilan
mendengarkan, keterampilan menghafal/mengingat, keterampilan berbicara,
keterampilan menghadapi ujian, keterampilan berpikir kritis, keterampilan
konsentrasi, keterampilan mengelola waktu, keterampilan membuat laporan.
Struktur program yang dibuat dalam penelitian ini memuat unsur-unsur:
Dasar Pemikiran, Deskripsi Kebutuhan, Tujuan, Standar Kompetensi, Sasaran
Intervensi, Pengembangan Tema, Langkah-Langkah Kegiatan (12 Sesi), Media
dan Alat Pendukung, Evaluasi dan Indikator Keberhasilan.
E. Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner yang digunakan sebagai
alat pengumpul data dan alat ukur untuk mencapai tujuan. Menurut Sugiyono (2010:199) “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Kuesioner dibentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memberikan checklist pada alternatif pilihan jawaban
yang sesuai dengan karakteristik dan keadaan dirinya.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bentuk skala
Guttman, yang diaplikasiakn dalam Instrumen Keterampilan belajar dengan respon pernyataan tegas yaitu “ya” atau “tidak”.
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar Tabel 3.2
Pola Skor Kuesioner Keterampilan Belajar
Pilihan Jawaban Ya Tidak
Pernyataan Positif 1 0
Pernyataan Negatif 0 1
F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Penyusunan Kisi-Kisi
Instrumen yang dikembangkan bertujuan untuk mengukur keterampilan
belajar siswa SMA dan layanan dasar bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan keterampilan belajar. Kisi-kisi instrumen keterampilan belajar
dapat disajikan pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Keterampilan Belajar pada Siswa Kelas X SMA
Area
Keterampilan Indikator Sub Indikator
No Item Jumlah Item (+) Item (-) Keterampilan Membaca
Siswa dapat membaca efektif
a. Siswa dapat mengembangk an kecepatan membaca
2, 3 1
3
b. Siswa dapat memahami isi bacaan 4, 5, 6, 7 - 4 Keterampilan Menulis/ mencatat
Siswa dapat membuat
catatan dan dapat menulis dengan
menggunakan teknik tertentu
a. Siswa dapat membuat sebuah catatan tentang materi pelajaran secara mudah 8, 9, 10, 11, 12,13 - 6
b. Siswa dapat menulis dengan menggunakan teknik ringkasan belajar
14, 15 -
2
c. Siswa dapat mengorganisas
16, 17 -
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
i informasi dengan tabel atau bagan d. Siswa dapat
menulis untuk mengekspresik an pikirannya
18, 19 -
2
Keterampilan Mendengarkan
Siswa dapat mendengarkan secara aktif dan efektif
a. Siswa dapat mendengarkan secara aktif 20, 21, 22 - 3
b. Siswa dapat mendengarkan secara efektif 23, 24, 25, 26, 27 - 5 Keterampilan menghafal/ Mengingat Siswa mengetahui teknik-teknik untuk mengingat/meng
hafal dan
mengungkapkan hasil belajarnya a. Siswa mengetahui teknik-teknik untuk mengingat/me nghafal 28, 29, 30, 31, 32, 33 - 6
b. Siswa dapat menyebutkan/ mengungkapk an hasil yang belajar yang ia dapat 34, 35, 36 - 3 Keterampilan Berbicara
Siswa dapat menyampaikan pendapatnya dan bertanya.
a. Siswa dapat menyampaika n pendapatnya. 37, 38, 39 - 3
b. Siswa dapat menyampaika n pertanyaannya . 40, 41, 42 - 3 Keterampilan Ujian Siswa mengetahui teknik dalam menghadapi ujian dan teknik pada saat ujian
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
ujian Keterampilan
berpikir kritis
Siswa dapat memecahkan masalah secara logis dan kreatif
a. Siswa dapat memecahkan masalah dalam belajar secara logis
50, 51 -
2
b. Siswa dapat memecahkan masalah dalam belajar secara kreatif 52, 53, 54 - 3 Keterampilan konsentrasi
Siswa dapat memfokuskan pikirannya pada saat belajar
a. Siswa dapat berkonsentrasi
pada saat
belajar dengan teknik-teknik tertentu
56, 59 55, 57, 58, 5 Keterampilan mengelola waktu
Siswa dapat mengelola waktu dalam kegiatan harian
a. Siswa dapat mengelola waktunya dalam kegiatan harian 60, 61, 62, 63,64, 65 - 6
b. Siswa dapat memanfaatkan waktu
senggang
66, 67 -
2
Keterampilan membuat laporan
Siswa dapat membuat
laporan tertulis
a. Siswa dapat membuat laporan tertulis dengan kemampuan dia sendiri 68, 69, 70, 71, 72 - 5
2. Uji Coba Instrumen
Instrumen sebagai alat pengumpul data telah melalui beberapa tahap
pengujian, yaitu sebagai berikut:
a. Uji Kelayakan Instrumen
Instrumen yang telah disusun sebelum diujicobakan terlebih dahulu
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Uji kelayakan instrumen ini ertujuan untuk mengetahui kesesuaiian
butir-butir pernyataan baik dari segi bahasa, isi, dan konstruk. Instumen yang ditimbang
oleh para ahli diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu memadai (M) dan tidak
memadai (TM). Pernyataan yang berkualifikasi (M) dapat langsung digunakan
untuk penelitian, sedangkan pernyataan (TM) mengandung dua kemngkinan,
yaitu: (a) pernyataan tersebut harus direvisi sehingga dapat terkelompokan
kedalam kualifikasi (M); atau (b) pernyataan tersebut harus dibuang.
Dari 72 butir instrumen yang telah disusun, setelah ditimbang oleh pakar
ada beberapa butir instrumen yang harus diperbaiki dari segi redaksionalnya, dan
ada 4 butir yang harus dibuang dan butir yang harus ditambahkan. Jadi jumlah
keseluruhan item yang akan dibagkan kepada siswa adalah
Tabel 3.4
Hasil Judgement Instrumen Keterampilan Belajar
Kategori Nomor Item Jumlah
Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9,11, 12, 13, 16, 17, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 31, 32, 33, 37, 38, 40, 41, 42, 45, 49, 50, 51, 53, 54, 60, 62, 68, 69, 70, 71, 72
+ 40
Revisi 6, 10, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 24,
29, 30, 34, 35, 39, 43, 44, 46, 47, 48, 55, 56, 57, 58, 59, 63, 65, 66, 67,
+ 28
Buang 36, 52, 61, 64, -4
Tambahan 10, 34, 52, 64 +4
Total item terpakai 72
b. Uji Keterbacaan Instrumen
Uji keterbacaan dilakukan kepada enam siswa SMA yaitu tiga orang siswa
laki-laki dan tiga orang siswa perempuan dengan tujuan untuk mengukur sejauh
mana instrumen tersebut dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Hasilnya
adalah sebagai berikut.
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
2) Pernyataan pada setiap item mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kepada enam siswa kelas XI tingkat SMA
secara umum tidak mendapatkan kesulitan yang berarti, dalam arti para siswa
memahami setiap pernyataan yang ada dalam instrumen. Selanjutnya hasil uji
keterbacaan tersebut diujicobakan pada subjek penelitian sesungguhnya dan
dihitung secara statistik untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Item
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada siswa kelas X SMA Yyasn
Atikan Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran 2011/2012 pada tanggal 22-24
November 2011, proses pengumpulan data ini dianggap juga sebagai pelaksanaan
pre-test. Setelah data terkumpul selanjutnya adalah menguji validitas dan reliabilitas instrumen. Sugiyono mengatakan “valid berarti instrmen tersebut dapat dugunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur” (Sugiyono 2010:173). Langkah-langkah pengolahan data untuk menentukan validitas instrumen
dlakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0. perangkat instrumen
pengungkap keterampilan belajar siswa diujicobaka kepada 154 responden. Uji
coba ini dilakukan untuk menguji validitas setiap butir pernyataan dan
mneghitung koefisien reliabilitas instrumen
Tabel 3.5
Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Belajar (Sebelum Validasi)
No Area Indikator No Pernyataan ∑
(+) (-)
1 Keterampilan membaca
Siswa dapat membaca efektif
2,3,4,5 6,7
1 7
2 Keterampilan menulis
Siswa dapat membuat catatan dan dapat menulis
dengan menggunakan
teknik tertentu
8,9,10,11, 12,13,14, 15,16,17, 18,
11
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
mendengarkan mendengarkan secara aktif dan efektif
22,23,24, 25,26 4 Keterampilan
menghafal/me ngingat
Siswa mengetahui
teknik-teknik untuk
mengingat/menghafal dan mengungkapkan hasil belajarnya
27,29,29, 30,31,32, 33,34,35
9
5 Keterampilan berbicara
Siswa dapat
menyampaikan
pendapatnya dan bertanya.
36,37,38, 39,40,41, 42
7
6 Keterampilan menghadapi ujian
Siswa mengetahui teknik dalam menghadapi ujian dan teknik pada saat ujian
43,44,45, 46,47,48, 49
7
7 Keterampilan berpikir kritis
Siswa dapat berfikir kritis dalam belajarnya
50,51,52, 53
4
8 Keterampilan konsentrasi
Siswa dapat berkonsentrasi pada saat belajar
58 54,55,56,
57,
5
9 Keterampilan mengelola waktu
Siswa dapat mengelola waktunya
59,60,61, 62,63,64
6
10 Keterampilan membuat laporan
Siswa dapat membuat laporan
65,66,67, 68,69,70, 71,72
8
Hasil perhitungan terhadap 72 item instrumen keterampilan belajar siswa
kels X SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung, diperoleh sebanyak 19 item
tidak valid yaitu item 3, 9, 10, 13, 14, 21, 23, 24, 28, 30, 38, 42, 47, 48, 53, 54, 55,
56, 61.
Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Belajar (Setelah Validasi)
No Area Indikator No Pernyataan ∑
(+) (-)
1 Keterampilan membaca
Siswa dapat membaca efektif
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
2 Keterampilan menulis
Siswa dapat
membuat catatan dan dapat menulis dengan menggunakan teknik tertentu 8,11,12,15, 16,17,18, 7
3 Keterampilan mendengarkan
Siswa dapat
mendengarkan secara aktif dan efektif
19,20,22, 25,26
5
4 Keterampilan menghafal/menging at
Siswa mengetahui teknik-teknik untuk mengingat/menghaf
al dan
mengungkapkan hasil belajarnya 27,29,31, 32,33,34, 35 7
5 Keterampilan berbicara
Siswa dapat
menyampaikan pendapatnya dan bertanya.
36,37,39, 40,41,
5
6 Keterampilan menghadapi ujian
Siswa mengetahui
teknik dalam
menghadapi ujian dan teknik pada saat ujian
43,44,45, 46,49
5
7 Keterampilan berpikir kritis
Siswa dapat
berfikir kritis dalam belajarnya
50,51,52, 3
8 Keterampilan konsentrasi
Siswa dapat
berkonsentrasi pada saat belajar
58 57 2
9 Keterampilan mengelola waktu
Siswa dapat
mengelola waktunya
59,60,62, 63,64
5
10 Keterampilan membuat laporan
Siswa dapat
membuat laporan
65,66,67, 68,69,70, 71,72
8
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten”. Perhitungan
koefisien reliabilitas instrumen menggunkana program SPSS 15.0 dengan model
Alpha.
Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi sebagai
berikut:
Tabel 3.7
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
0.91 – 1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0.71 – 0.90 Derajat keterandalan tinggi 0.41 – 0.70 Derajat keterandalan sedang 0.21 – 0.40 Derajat keterandalan rendah
< 20 Derajat keterandalan sangat rendah
Sumber: Suharismi Arikunto (2004:247)
Berdasarkan hasil perhiyungan statistik untuk mnegetahui tingkat reliabilitas
keterampilan belajar siswa diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,788, sesuai
dengan kriteria maka reliabilitas instrumen ini berada pada kategori dengan
derajat keterandalan tinggi, artinya instrumen memiliki tingkat keterandalan tinggi
untuk dijadikan sebagai alat pengungkap data.
Tabel 3.8
Tingkat Reliabilitas Instrumen Keterampilan Belajar
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0,788 53
G. Teknik Analisis Data dan Pengolahan Data
Data yang diungkap melalui instrumen yang telah disebar merupakan data
tentang gambaran keterampilan belajar siswa. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh untuk mengolah data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Verifikasi data
Verifikasi data memiliki tujuan untuk menyeleksi data yang dianggap
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang terkumpul.
b. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari siswa
dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah
ditetapkan.
Dari 154 responden yang mengsi instrumen keterampilan belajar, semuanya
dinyatakan layak untuk dilakukan tabulasi data dan penyekoran karena semua
responden mengisi instrumen keterampilan belajar dengan baik tanpa ada
pernyataan yang terlewat.
2. Penyekoran Data Hasil Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan 51 pernyataan positif dan 2
pernyataan negatif untuk mengetahui terampil tidaknya siswa dalam
mengoptimalkan keterampilan belajar, terkecuali pernyataan item nomor, 1 dan 57
menggunakan pernyataan negatif. Alternatif jawaban kuesioner menggunakan dua
pilihan jawaban yaitu YA dan TIDAK. Alternatif jawaban menggunakan
penyekoran sebagai berikut.
Tabel 3.9
Pemberian Skor pada Kuesioner Keterampilan Belajar
Pilihan Jawaban Ya Tidak
Pernyataan Positif 1 0
Pernyataan Negatif 0 1
3. Analisis Data
Langkah selanjutnya yaitu setelah semua data terkumpul dan diolah yakni
menganalisis data sebagai bahan acuan dalam menyusun layanan dasar untuk
mengembangkan keterampilan belajar siswa SMA. Data-data yang diperoleh dari
hasil penyebaran instrumen kemudian diolah dengan menetapkan tingkatan
keterampilan belajar, apakah berada pada tingkat terampil atau tidak?
Mengacu pada pertanyaan penelitian mengenai gambaran keterampilan
belajar siswa SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran
2011/2012 dijawab melalui distribusi skor responden berdasarkan konversi yang
telah ditentukan. Penentuan skor dilakukan untuk menentukan kategori
keterampilan belajar siswa berdasarkan 2 kategori yaitu terampil (skor 31 – 49),
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
Pertanyaan selanjutnya mengenai gambaran keefektifan layanan dasar
bimbingan dan konseling untuk mengembangkan keterampilan belajar. Gambaran
keefektifan layanan dasar bimingan dan konseling dihitung dengan cara
membandingkan hasil skor pretest dengan posttest, dan dengan melakukan uji
t-Test: Paired Two Sample for Means.
Tabel 3.10
Deskripsi Tiap Kategori Keterampilan Belajar
Kategori Deskripsi
Terampil Siswa telah memiliki keterampilan belajar pada tiap aspeknya
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Penelitan tentang layanan dasar bimbingan dan konseling untuk
mengembangkan keterampilan belajar pada siswa kelas X SMA Yayasan Atikan
Sunda (YAS) Bandung tahun ajaran 2011/2012 menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Profil keterampilan belajar pada siswa kelas X SMA Yayasan Atikan Sunda
(YAS) Bandung tahun ajaran 2011/2012 secara umum berada pada kategori
terampil yaitu dengan persentase 69%. Artinya sebagian besar siswa telah
memiliki keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan
mendengarkan, keterampilan menghafal/mengingat, keterampilan berbicara,
keterampilan menghadapi ujian, keterampilan berpikir kritis, keterampilan
mengelola waktu, keterampilan konsentrasi, keterampilan membuat laporan.
2. Layanan dasar bimbingan dan konseling untuk mengembangkan keterampilan
belajar dinyatakan layak setelah melalui judgement oleh dua orang pakar dan
satu orang praktisi. Layanan dasar tersebut secara umum bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan belajar, yang dirumuskan berdasarkan hasil
analisis keterampilan belajar siswa SMA yayasan Atikan Sunda (YAS)
Bandung.
3. Layanan dasar bimbingan dan konseling untuk mengembangkan keterampilan
belajar memuat struktur-struktur: Dasar Pemikiran, Deskripsi Kebutuhan,
Tujuan, Standar Kompetensi, Sasaran Intervensi, Pengembangan Tema,
Langkah-Langkah Kegiatan (12 Sesi), Media dan Alat Pendukung, Sistem
Sosial, Evaluasi dan Indikator Keberhasilan
4. Layanan dasar bimbingan dan konseling untuk mengembangkan keterampilan
belajar efektif untuk mengembangkan keterampilan belajar siswa. Hal ini
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar B. Rekomendasi
1. Bagi Guru Pembimbing
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat keterampilan belajar siswa
secara umum termasuk ke dalam kategori terampil. Namun dalam setiap aspek
terdapat tingkat pencapaian yang berbeda.
Bagi guru BK SMA Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung gambaran
pencapaian keterampilan belajar tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam optimalisasi layanan bimbingan konseling khusunya
dalam bidang belajar.
Pada penelitian ini disampaikan beberapa saran kepada pihak BK SMA
Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung terkait dengan pengembangan
keterampilan belajar siswa, diantaranya:
a. Melakukan analisis kebutuhan mengenai keterampilan belajar siswa pada
tiap-tiap angkatan sebagai dasar untuk mengembangkan program layanan
dasar bimbingan konseling untuk mengembangkan keterampilan belajar.
b. Mempergunakan program layanan dasar ini untuk mengembangkan
keterampilan belajar siswa berdasarkan pada hasl analisis kebutuhan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Tidak dapat dipungkiri dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
keterbatasan proses dan hasil peneitian dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh
karena itu, kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk:
a. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra ekperimen tanpa
adanya kelompok kontrol. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode
ekperimen dengan melibatkan kelompok kontrol sehingga dapat dihasilkan
layanan dasabr bimbingan dan konseling untuk mengembangkan
keterampilan belajar yang lebih terandalkan.
b. Melakukan upaya pengembangan keterampilan belajar siswa SMA dengan
menggunakan teknik yang lebih beragam.
c. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X, peneliti selanjutnya dapat
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
berbeda. Diantaranya melakukan penelitian pada populasi siswa SMK dan
MA, ataupun pada siswa SMA dengan populasi yang berbeda yaitu kelas XI
atau XII, sehingga dapat dihasilkan profil keterampilan belajar pada setiap
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar DAFTAR PUSTAKA
Agung, Arman. Keterampilan Berbicara Rhetorika dan Berbicara Efektif.
[Onlline], tersedia:
www.student.eepis-its.edu/~yakfiy/berbicara%20efektif/ket_bicara.doc [26 September 2011]
Amalia, Rosemila. (2006). Bimbingan Belajar bagi Siswa Kelas Unggulan.
Skripsi PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Arianto, Erwin. (2008). Tips Konsentrasi. [Online], tersedia:
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=10204 [26 September 2011]
Arianto, Erwin. (2010). Tips Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar Untuk Dapat Nilai Bagus/Tinggi. [Online], tersedia http://organisasi.org/tips-cara-meningkatkan-konsentrasi-belajar-untuk-dapat-nilai-bagus-tinggi [26 September 2011]
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Bumi Aksara
Budiardjo, Lily. (2008). Keterampilan Belajar. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Djamal, Nani Nuranisah. (2006). Program Bimbingan Keterampilan Belajar bagi Siswa Berbakat. Tesis SPs UPI bandung: tidak dterbitkan.
Djamal, Arief Yuldan. (2009). Keterampilan Belajar...Sebuah Pemikiran.
[Online], tersedia:
http://et-ee.facebook.com/topic.php?uid=74062573842&topic=18492 [18 Nopember 2009]
De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. (2006). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Mizan Media Utama.
Furqon. (2002). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Julian. (2008). BK Belajar. [Online], tersedia:
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
Label, Caray. (2008). Konsep Dasar Bimbingan Belajar. [Online], tersedia:
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/konsep-dasar-bimbingan-belajar.html [18 Nopember 2009]
Munir, Baderel. (2001) Dinamika Kelompok Penerapannya dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Palembang: tidak dterbitkan
Nurihsan, A. Juntika. (2009). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Nurihsan, A. Juntika, & Akur Sudianto. (2005). Manajemen Bimbingan & konseling di SMA Kurikulum 2004. Jakarta: PT Grasindo.
Rahardjo, Mudjia. (2008). Melatih Berpikir Kritis. [Online], tersedia
http://www.mudjiarahardjo.com/artikel/169-melatih-berpikir-kritis.html [26 September 2011]
Rakhmat, Cece & M. Solehudin. (2006). Pengukuran dan Penlaian Hasil Belajar.
Bandung: Andira
Riduan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rose, Collin. (2007). Super Accelerated Learning: Revolusi Belajar cepat abad 21 berdasarkan riset terbaru para ilmuwan. Bandung: Penerbit Jabal
Sedyanasa, Gede. (2003). Model Kolaborasi Pembimbing dan Guru dalam Peningkatan Keterampilan Belajar Siswa dengan Pendekatan Multimodal.
Disertasi SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunaryo, K. Dkk. (2002). Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: CV Maulana.
Syah, Muhibbin. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Syaiful, Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tim Redaksi. (2011). Manajemen Waktu Bagi Pemula. [Online], tersedia:
Rai Dwi Hastarita, 2013
Layanan Dasar Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Keterampilan Belajar
Wilis, Ratna D. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zakaria, Acep Fitria. (2009). Efektivitas Quantum Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.
http://gurupembaharu.com/home/?p=9530