ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara compulsive buying terhadap brand equity: dengan gender perempuan sebagai variabel moderasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara compulsive buying dengan elemen – elemen brand equity (brand awarenes , brand loyalty, brand attachment, perceived brand quality).
sampel yang akan diambil untuk penelitian ini adalah mahasiswi Universitas Kristen Maranatha yang pernah berbelanja di Stradivarius sebagai sampel dari penelitian. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel Non-Probability Sampling dengan teknik purposive sampling.
Dari penelitian ini, didapat bahwa Terdapat pengaruh antara Compulsive Buying terhadap Brand Equity (Brand Awareness, Brand Loyalty, Brand Attachment, dan Perceived Brand Quality) pada para mahasiswa dengan gender wanita di Universitas Kristen Maranatha Bandung
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine and analyze the influence between compulsive buying of brand equity: the female gender as a moderating variable. The purpose of this study was to find the relationship between
compulsive buying with elements - elements of brand equity (brand awarenes, brand loyalty, brand attachment, perceived brand quality).
samples will be taken for this study is the Maranatha Christian University student who shopped on Stradivarius as samples of the study. The sampling method in this study is the sample Non-Probability Sampling with purposive sampling technique.
From this research, found that the influences of the Compulsive Buying the Brand Equity (Brand Awareness, Brand Loyalty, Brand Attachment and Brand Perceived Quality) to students with female gender at Maranatha Christian University Bandung
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN...iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv
KATA PENGANTAR... v
BAB II LANDASAN TEORI... 9
2.1 Kajian Pustaka... 9
BAB III METODE PENELITIAN... 32
3.1 Jenis Penelitian... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43
4.1.3.1 Uji Normalitas... 49
4.1.3.2 Uji Heterokedastisitas... 50
4.1.3.3 Uji Multikolinearitas... 51
4.1.4 Pengujian Hipotesis... 52
4.1.4.1 Pengaruh compulsive buying terhadap brand awareness... 52
4.1.4.2 Pengaruh compulsive buying terhadap brand loyalty... 54
4.1.4.3 Pengaruh compulsive buying terhadap brand attachment... 55
4.1.4.4 Pengaruh compulsive buying terhadap perceived brand quality. 57 4.1.4.5 Pengaruh compulsive buying terhadap brand equity... 59
4.2 Pembahasan... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 65
5.1 Kesimpulan... 65
5.2 Keterbatasan Penelitian... 66
5.3 Saran... 67
DAFTAR PUSTAKA... 68
LAMPIRAN... 70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Piramida Kesadaran Merek... 15
Gambar 2.2 RerangkaTeoritis... 20
Gambar 2.3 Rerangka Pemikiran... 21
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu... 28
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Variabel (DOV)... 34
Tabel 4.1 Tabel Profil Responden Berdasarkan Jurusan...44
Tabel 4.2 Tabel Profil Responden Berdasarkan Usia... 45
Tabel 4.3 Tabel Profil Responden Berdasarkan Pengeluaran... 45
Tabel 4.4 Tabel Profil Responden Berdasarkan Pengalaman Berbelanja... 46
Tabel 4.5 Tabel Profil Responden Berdasarkan Frekuensi Belanja... 46
Tabel 4.6 Tabel Hasil Uji Validitas... 47
Tabel 4.7 Tabel Hasil Uji Reliabilitas... 48
Tabel 4.8 Tabel Hasil Uji Normalitas... 49
Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas... 51
Tabel 4.10 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas... 52
Tabel 4.11 Tabel Coefficients H1... 53
Tabel 4.12 Tabel Model Summary H1... 53
Tabel 4.13 Tabel Coefficients H2... 54
Tabel 4.14 Tabel Model Summary H2... 55
Tabel 4.15 Tabel Coefficients H3... 56
Tabel 4.16 Tabel Model Summary H3... 56
Tabel 4.17 Tabel Coefficients H4... 58
Tabel 4.18 Tabel Model Summary H4... 58
Tabel 4.19 Tabel Coefficients H5... 60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Kuesioner Penelitian... 70
Lampiran B Data Responden... 75
Lampiran C Uji Validitas... 77
Lampiran D Uji Reliabilitas... 78
Lampiran E Uji Asumsi Klasik... 79
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Berbelanja adalah sesuatu yang umum yang dilakukan oleh masyarakat.
Meningkatnya kualitas hidup masyarakat membuat pola pikir dan kebiasaan
masyarakat menjadi berubah. Terlebih dengan meningkatnya pendapatan
perkapita masyarakat, maka hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi
masyarakat. Sikap masyarakat terhadap pola hidup yang konsumtif menjadi
sesuatu yang biasa dan lumrah terjadi sebagai bentuk telah berkembangnya
pembangunan ekonomi. Konsumsi atau belanja bukanlah lagi dianggap sebagai
suatu tindakan dengan mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan barang
tetapi juga melibatkan unsur rekreasi sebagai pemenuhan kebutuhan secara
psikologis (Nafisah, 2001). Saat ini berbelanja sudah menjadi gaya hidup
masyarakat moderen. Hal ini dibuktikan dengan besarnya waktu dan tenaga yang
dikerahkan konsumen untuk melakukan aktivitas berbelanja ini. Kegiatan
berbelanja saat ini bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan saja atau hanya
untuk mendapatkan produk yang diinginkan tetapi lebih dari itu kegiatan
berbelanja sudah menjadi suatu aktivitas untuk memuaskan motif-motif sosial dan
personal (Bloch et al.1994; Guiry et al.,2006)
Untuk sebagian orang, berbelanja mungkin menjadi sesuatu kegiatan yang
normal dan lumrah dilakukan sehari-hari. Namun bagi individu yang memiliki
kecenderungan menjadi pembeli yang kompulsif (compulsive buyer),
individu tersebut untuk melakukan apa saja asalkan hasrat mereka terpenuhi.
Dapat dikatakan kecenderungan seseorang untuk melakukan pembelian berulang
sebagai akibat dari adanya peristiwa yang tidak menyenangkan ataupun perasaan
negatif disebut sebagai compulsive buying (Faber and O’Guinn 1989).
Kecenderungan berbelanja yang berlebihan atau pembelian yang kompulsif ini
lebih disebabkan oleh fakor psikologis dari dalam diri mereka. Seperti yang
dikutip oleh (Ditmarr 2005) bahwa mengkonseptualisasikan compulsive buying sebagai suatu manifestasi ekstrim dari individu-individu yang mencari perbaikan
suasana hati dan peningkatan rasa percaya diri dengan membeli produk-produk
yang dapat meningkatkan identitas diri individu tersebut. Hal yang menarik
adalah perilaku compulsive buying ini terjadi pada produk-produk yang bersifat
consumer goods, seperti pakaian dan produk lainnya yang dapat menunjang penampilan seseorang. Oleh karena itu, compulsive buying pada dasarnya
cenderung terjadi pada konsumen perempuan (Dittmar 2005). Walaupun tidak
dipungkiri bahwa compulsive buying juga dapat terjadi pada kaum pria namun penelitian yang dilakukan oleh (Hanley & Wilhelm, 1992; Black et al. 1998;
Scherhorn et al. 1990) mengatakan bahwa rata-rata 90% konsumen perempuan
memiliki perilaku pembelian yang kompulsif. Berdasarkan penelitian sebelumnya
juga ditemukan bukti yang menyatakan bahwa dimensi berbelanja yang terkait
dengan masalah emosional dan identitas lebih didominasi oleh konsumen
perempuan daripada konsumen pria (Dittmar 2005).
Besarnya tingkat pembelian yang rata-rata dilakukan oleh kaum perempuan
terhadap suatu merek dapat diakibatkan oleh adanya suatu perilaku yang
dalam membentuk perilaku, dimana respon terhadap merek sering mempengaruhi
apakah konsumen akan membeli atau tidak. Respon sendiri dapat dibedakan
menjadi 2 respon yang berbeda. Respon mental yang ditunjukkan konsumen dapat
berupa afeksi (affect) yang mengacu pada hal yang mereka rasakan mengenai
stimulus dan kejadian misalnya apakah mereka menyukai / tidak menyukai
produk. Sedangkan kognisi (cognition) mengacu kepada hal yang mereka pikirkan
seperti kepercayaan terhadap suatu produk/merek (J.Paul Petter & Jerry C Olson,
2014). Respon sendiri dapat memberikan dampak terhadap suatu merek. Respon
konsumen yang positif memungkinkan konsumen untuk membeli suatu produk
dari suatu merek tertentu, dan sebaliknya respon yang negatif dapat menahan
seorang konsumen untuk melakukan pembelian. Menurut Swastha dan Handoko
(1997): “Respon adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang dapat memulai
atau membimbing tingkah laku orang tersebut”. Sedangkan menurut Engel, Balckwell, Minniard (1994) mendefinisikan respon sebagai “suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang bertindak dengan cara yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan
obyek yang diberikan.”
Merek sendiri sangat bergantung terhadap respon yang diberikan oleh
konsumen. Apa yang menjadi persepsi konsumen terhadap merek membuat cara
pandang dan keputusan konsumen terhadap merek itu berbeda-beda. Persepsi
konsumen yang berbeda inilah yang membentuk adanya ekuitas merek. Ekuitas
merek sendiri adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan
diberikan oleh sebuah produk atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan
perusahaan (David Aaker, 1997). Ekuitas merek ini juga menentukkan keputusan
konsumen di masa yang akan datang. Keller menyatakan bahwa ekuitas merek
adalah keinginan seseorang untuk melanjutkan menggunakan suatu brand atau tidak. Ekuitas merek juga dapat dikelompokkan ke dalam beberapa elemen
menurut Aaker (1997), elemen-elemen tersebut adalah:
Brand loyalty (loyalitas merek) merupakan rasa setia konsumen terhadap merek produk. Dalam brand loyalty akan dilihat seberapa besar keinginan konsumen
untuk menukar suatu merek produk dengan produk lain.
Brand awareness (kesadaran merek) adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu
kategori produk tertentu.
Perceived quality (persepsi/kesan akan kualitas) dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk
atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan.
Brand attachment (ketertarikan merek) dapat dikatakan lebih memfokuskan pada
persepsi orang terhadap merek tersebut dibandingkan dengan nilai dari produk itu
sendiri
Elemen – elemen inilah yang menjadi pemicu adanya suatu ekuitas merek.
Dunia fashion saat ini dapat dikatakan sebagai salah satu industri yang semakin berkembang di dunia. Banyaknya item fashion seperti baju , tas, sepatu,
dan aksesoris yang semakin bervariasi membuat orang semakin tertarik terhadap
industri fashion terutama kaum perempuan. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah
terhadap industri fashion. Salah satu merek dari industri fashion terkenal yang
cukup banyak diminati oleh kaum perempuan adalah Stradivarius. Stradivarius
menjadi salah-satu merek yang dianggap berkelas oleh kaum perempuan. Merek
yang seperti inilah yang dicari oleh perempuan yang mempunyai perilaku yang
konsumtif. Mereka tidak lagi membeli berdasarkan kebutuhan tetapi berdasarkan
motif-motif personal yang dapat meningkatkan identitas diri dan keinginan
pribadi (Bloch et al.1994 ; Guiry et al.,2006). Perilaku konsumtif inilah yang
membawa kaum perempuan mempunyai kecenderungan sebagai seorang
compulsive buyer. Kaum perempuan membeli barang bukan karena faktor membutuhkan tetapi lebih kepada faktor-faktor pribadi yang lebih dipicu oleh
perasaan, pemikiran, feeling, dan lain-lain. Tentunya perilaku compulsive buying
ini membawa dampak yang dapat memicu respon konsumen terhadap merek.
Respon ini dapat membangkitkan persepsi konsumen yang mungkin tidak ada
menjadi ada ataupun yang sudah ada menjadi semakin berkembang terhadap suatu
merek. Sesuai dengan brand equity yang dibahas , respon ini mengacu kepada kesadaran konsumen terhadap merek Stradivarius, kesetiaan konsumen terhadap
merek Stradivarius, ketertarikan konsumen terhadap merek Stradivarius, dan
kualitas merek Stradivarius di hadapan konsumen.
Maka berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh perilaku kompulsif ini dalam menanggapi respon sebuah
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, fenomena atau gejala-gejala
yang terjadi adalah:
Adanya perilaku konsumtif di masyarakat dimana perilaku ini merupakan
perilaku yang melakukan pembelian berulang dikarenakan adanya faktor
psikologis maupun motif-motif pribadi. Perilaku kompulsif ini umumnya terjadi
kepada kaum perempuan karena kaum perempuan cenderung melakukan
pembelian yang melibatkan perasaan dan bukan berdasarkan kebutuhan.
Pembelian suatu produk atau merek yang mendominasi kaum perempuan juga
lebih didominasi oleh barang-barang atau merek-merek yang bersifat consumer goods seperti pakaian, tas, sepatu, aksesoris, dll. Dalam hal ini , perilaku
konsumen yang cenderung mempunyai perilaku pembelian kompulsif pada
akhirnya akan menunjukkan respon atas produk atau merek yang mereka beli.
Respon ini dapat dilihat dari perilaku selanjutnya yang ditunjukkan konsumen.
Apakah respon ini membuat konsumen semakin sadar terhadap brand
Stradivarius, atau semakin loyal terhadap brand Stradivarius, atau ketertarikannya
semakin meningkat, bahkan persepsi konsumen terhadap kualitas brand Stradivarius semakin meningkat.
Berdasarkan fenomena yang ada, makan rumusan masalahnya adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh antara compulsive buying terhadap brand awareness: dengan gender perempuan sebagai variabel moderasi?
3. Apakah terdapat pengaruh antara compulsive buying terhadap brand
attachment: dengan gender perempuan sebagai variabel moderasi? 4. Apakah terdapat pengaruh antara compulsive buying terhadap
percieved brand quality: dengan gender perempuan sebagai variabel moderasi?
5. Apakah terdapat pengaruh antara compulsive buying terhadap brand
awareness , brand loyalty , brand attachment , dan perceived brand quality: dengan gender perempuan sebagai variabel moderasi?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara compulsive buying terhadap brand awareness: dengan gender perempuan sebagai variabel
moderasi.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara compulsive buying
terhadap brand loyalty: dengan gender perempuan sebagai variabel moderasi.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara compulsive buying
terhadap brand attachment: dengan gender perempuan sebagai variabel
moderasi.
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara compulsive buying terhadap percieved brand quality: dengan gender perempuan sebagai variabel moderasi.
perceived brand quality: dengan gender perempuan sebagai varibel
moderasi.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat bagi:
1. Akademisi
Agar dapat membantu para akademisi untuk memperluas dan
mengembangkan penelitian yang telah ada sebelumnya. Sehingga penelitian yang
dilakukan dapat menambah wawasan dan membantu akademisi untuk memperluas
pengetahuan di bidangnya. Dengan adanya materi mengenai compulsive buying ini, bidang akademisi terkait dapat mengkaji ilmu – ilmu yang berdasarkan penelitian terdahulu. Diharapkan materi mengenai compulsive buying ini tidak
hanya dapat digunakan oleh bidang studi terkait (pemasaran) tetapi kiranya materi
ini juga dapat dapat bermanfaat bagi jurusan lain.
2. Perusahaan
Agar dapat membantu perusahaan untuk memperluas pengetahuan nya di
bidang pemasaran dan juga dalam memahami perilaku konsumen di lapangan.
Dan juga diharapkan dari penelitian yang dilakukan, perusahaan dapat
mempergunakan setiap ilmu yang ada untuk dapat dijadikan pedoman atau
dasar-dasar di dalam melaksanakan setiap kegiatan perusahaan yang berhubungan
dengan kegiatan pemasaran. Karena kita tahu bahwa dalam setiap penelitian yang
dilakukan, perusahaan sangat membutuhkan informasi-informasi terbaru
mengenai ilmu pemasaran yang dapat membangun perusahaan secara stabil
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis ada atau tidaknya
pengaruh compulsive buying berdasarkan gender terhadap brand equity.
Berdasarkan tujuan penelitian maka jenis penelitian ini adalah Causal Explanatory. Disebut causal explanatory karena penelitian ini ingin menjelaskan mengenai hubungan antara variabel dan pengujian hipotesis yang telah
dirumuskan sebelumnya dan bertujuan untuk menjelaskan berbagai kejadian dan
fenomena penelitian. Jenis penelitian ini sangat bermanfaat dengan penelitian
yang sedang dilakukan.
Penelitian ini juga merupakan penelitian eksplanatori (explanatory
research) karena di dalam penelitian ini dijelaskan hubungan atau pengaruh yang terjadi antara variabel (X) dengan variabel (Y). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mencari hubungan antara compulsive buying dengan elemen – elemen brand equity (brand awarenes , brand loyalty, brand attachment, perceived brand quality).
3.2 Populasi dan Sampel
Sukardi (2003:53) mengatakan bahwa, “Populasi pada prinsipnya adalah
semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal
pada suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari suatu hasil
wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik kesimpulannya.” Untuk mendukung penelitian yang sedang dilakukan
maka peneliti akan melakukan penelitian terhadap konsumen Stradivarius yang
dapat dikatakan sering berbelanja di toko Stradivarius sebagai populasi yang
dituju. Tetapi dikarenakan adanya keterbatasan waktu , tenaga , dan dana , dari
penelitian ini maka peneliti hanya mengambil sebagian dari populasi yang disebut
sampel.
Sugiyono mengatakan (2012) , “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Jadi dengan menggunakan
sampel data yang diambil dari sebagian populasi sama dengan data yang diambil
jika menggunakan keseluruhan anggota populasi. Berdasarkan hal tersebut maka
sampel yang akan diambil untuk penelitian ini adalah mahasiswi Universitas
Kristen Maranatha yang pernah berbelanja di Stradivarius sebagai sampel dari
penelitian.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel
Non-Probability Sampling dengan teknik purposive sampling. Peneliti memilih pengambilan sampel Non-Probability Sampling agar dapat memperoleh informasi
yang maksimal dan agar dalam pengambilan sampel ini tiap anggota populasi
tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel (Suliyanto, 2006).
Sedangkan teknik purposive sampling digunakan karena sampel yang diambil merupakan sampel yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan pertimbangan
peneliti. Seperti yang dikutip oleh Margono (2004) pemilihan sekelompok subjek
mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan
kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan peelitian. Malhotra
(1993) memberikan panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan
dengan cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah variabel.
Dengan demikian jika jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka sampel
minimalnya adalah 5 x 20 = 100. Maka berdasarkan teori tersebut , peneliti akan
mengambil sampel sebanyak 5 x 27 = 135 sampel.
3.3 Definisi Operasional Variabel (DOV)
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala Keterangan
5. Saat saya
Interval Fepria (2009) dan Ulinnuha
3.4Metode pengumpulan data
Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data
yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama
(Suliyanto, 2006). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
angket (kuesioner), dimana menurut (Suliyanto,2006) teknik ini merupakan
metode pengumpulan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada
responden agar mendapatkan jawaban. Kuesioner yang diberikan berupa
kuesioner tertutup dimana jawaban sudah disediakan oleh peneliti sehingga
jawaban yang didapat akan sesuai dengan kebutuhan riset (Suliyanto,2006)
3.5Metode analisis data
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan yaitu
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data
dan menggunakan metode statistik yang sudah tersedia (Sugiyono. 2012).
Secara umum, analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel
independen (bebas), dengan tujuan untuk peramalan (Ghozali. 2007).
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masin
independen (X). Koefisien ini diperoleh dengan cara mempredisiksi nilai variabel
dependen (Y) dengan suatu persamaan yang dinamakan persamaan regresi, yaitu
suatu formula yang mencari nilai variabel dependen dari nilai variabel independen
yang diketahui. Koefisien regresi merupakan nilai yang mengukur besarnya
Persamaan regresi akan menunjukan hubungan linier antara dua variabel.
Linier disini dapat diartikan hubungannya bersifat positif atau negatif. Adapun
persamaan regresi adalah sebagai berikut :
y = a + b1x1+b2x2+b3x3
Dimana :
x : Variabel tidak terikat (independen variabel) yaitu resilience at work,
stress kerja, dan turnover intention
y : Variabel terikat (dependen variabel) yaitu Kinerja
a : Koefisien intercept (merupakan nilai Y bila X = 0)
b : Koefisien regresi atau slope (kemiringan dari garis regresi: kenaikan
atau penurunan Y untuk setiap perubahan satuan X).
Koefisien determinasi adalah suatu pengujian yang digunakan untuk menguji
pengaruh besarnya kontribusi antara variabel independen (variabel bebas) yaitu
perilaku konsumen terhadap variabel dependen (variabel terikat) yaitu keputusan
pembelian biasanya dinyatakan dalam presentase (Sekaran. 2003).
Rumus yang digunakan menurut Sekaran (2003) adalah :
Koefisien determinasi = R² x 100%
Dimana:
Menurut Ghozali (2005) dalam Fadillah (2012), koefisien determinasi (R2)
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen
menjelaskan variabel dependen. Pada output SPSS koefisien determinasi terletak
pada tabel Model Summary dan tertulis Adjusted R Square. Nilai R2 sebesar 1,
berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel
independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel
dependen
3.5.1. Uji Hipotesis Parsial (t-test)
Menurut Nugroho (2005) dalam Fadillah (2012), Uji t dilakukan untuk
mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat
dilihat pada tabel Coefficients. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig.
Masing-masing variabel independen dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar.
0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.
3.5.2.Uji Hipotesis Simultan (F-test)
Menurut Nugroho (2005) dalam Fadillah (2012), uji F dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara simultan
(bersama-sama) terhadap variabel dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat
simultan mempengaruhi variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan
p-value pada kolom Sig. Dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika p-value lebih besardari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.
3.6Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam menganalisis data diperlukan uji validitas dan reliabilitas disamping
metode analisis data yang akan digunakan oleh peneliti. Validitas adalah suatu
alat uji untuk menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang
seharusnya diukur. Seperti yang dikutip oleh (Ghiselli et al.,1981) validitas
menunjukkan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur
apa yang seharurnya diukur. Azwar (2000) mengartikan validitas sebagai sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Uji validitas juga menunjukkan tingkat dari kemampuan tes untuk mencapai
sasarannya (Isaac and Michael , 1981)
Selain uji validitas , peneliti juga perlu melakukan uji reliabilitas. Reliabilitas
ini menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukuranya. Reliabilitas suatu
pegukur menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen yang
mengukur suatu konsep dan berguna untuk mengakses “kebaikan” dari suatu
pengukur (Sekaran, 2003) reliabilitas juga didefinisikan sebagai suatu pengukur
seberapa besar variasi tidak sistematik dari penjelasan kuantitatif dari karakteristik
– karakteristik satu individu jika individu yang sama diukur beberapa kali
(Ghiselli et al., 1981). Reliabilitas berhubungan dengan akurasi dari pengukurnya.
dikatakan reliabel (dapat diandalkan) jika dapat dipercaya. Supaya dapat
dipercaya maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten. Seperti
didefinisikan oleh Isaac dan Michael (1981) mendefinisikan reliabilitas sebagai
konsistensi antar pengukuran-pengukuran secara berurutan.
3.7Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau variabel residual memiliki distribusi normal atau tidak
(Ghozali, 2009). Salah satu cara untuk mendeteksi apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak adalah dengan cara menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan hipotesis pengujian :
Ho: Data residual berdistribusi normal
H₁: Data residual tidak berdistribusi normal
Kriteria penerimaan/penolakan:
Asymp sig > 0.05 H0 diterima
Asymp sig ≤ 0.05 H0 ditolak
3.8Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
Ghozali (2009). Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
melalui melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah
di-studentized. Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik – titik menyebar secara
acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi layak untuk dipakai Ghozali (2009).
3.9Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk
mengidentifikasi suatu model regresi dapat dikatakan baik atau tidak.
Multikolinearitas adalah situasi dimana terdapat dua variabel yang saling
berkorelasi.Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada ketertarikan
antara hubungan yang sempurna dengan variabel – variabel independen (Ghozali,
2011). Jika dalam pengujian ternyata didapatkan sebuah kesimpulan bahwa antara
variabel independen itu saling terikat, maka pengujian tidak dapat dilanjutkan ke
tahap yang selanjutnya yang disebabkan oleh tidak dapat ditentukannya koefisien
regresi variabel tersebut dan juga nilai standard error nya menjadi tidak terhingga.
Untuk mengetahui hasil uji dari uji multikolinearitas dapat dilihat dengan melihat
nilai tolerance atau nilai VIF (Variance Inflation Factor).
Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance :
- Mempunyai nilai VIF +/- 1
- Mempunyai angka Tolerance +/- 1
- Nilai cutoff yang umumnya dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai VIF >5 dipastikan terjadi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang sudah dicantumkan peneliti pada
bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara Compulsive Buying terhadap Brand
Awareness pada para mahasiswa dengan gender wanita di Universitas
Kristen Maranatha Bandung
2. Terdapat pengaruh antara Compulsive Buying terhadap Brand Loyalty
pada para mahasiswa dengan gender wanita di Universitas Kristen
Maranatha Bandung
3. Terdapat pengaruh antara Compulsive Buying terhadap Brand
Attachment pada para mahasiswa dengan gender wanita di Universitas
Kristen Maranatha Bandung
4. Terdapat pengaruh antara Compulsive Buying terhadap Perceived
Brand Quality pada para mahasiswa dengan gender wanita di
Universitas Kristen Maranatha Bandung
5. Terdapat pengaruh antara Compulsive Buying terhadap Brand Equity
(Brand Awareness, Brand Loyalty, Brand Attachment, dan Perceived
Brand Quality) pada para mahasiswa dengan gender wanita di
5.2.Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan peneliti dalam penelitian kali ini adalah sampel yang digunakan
oleh peneliti hanya dibatasi pada mahasiswa Universitas Kristen Maranatha yang
menjadi konsumen Stradivarius. Selain itu, keterbatasan peneliti yang lainnya
adalah penelitian ini hanya mengambil jumlah responden yang tidak terlalu
banyak yaitu hanya 135 responden yang diambil oleh peneliti.
5.3. Saran
Untuk itu, peneliti dapat membuat saran/rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi Stradivarius, peneliti menyarankan kepada Stradivarius sebagai
sebuah perusahaan untuk dapat terus menjaga suasana toko, dengan
tujuan untuk dapat meningkatkan terjadinya Compulsive Buying, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan Brand Equity dan aspek-aspeknya
(brand awareness, brand loyalty, brand attachment, dan perceived brand
quality)
2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan peneliti dapat menggunakan
objek yang lain yang lebih luas seperti konsumen Zara, H&M, Bershka,
TopShop, dan lain-lain.
3. Diharapkan juga dalam penelitian yang selanjutnya dapat menggunakan
sampel yang lebih luas lagi. Tidak hanya seputar mahasiswa, tetapi
sampel lebih diperluas kearah yang lebih global. Baik dari segi usia,
profesi, status, dan lain-lain.
4. Diharapkan juga pada penelitian yang selanjutnya peneliti dapat
berdasarkan gender saja tetapi juga dapat melakukan penelitian
berdasarkan usia, tingkat pendapatan, lingkungan, gaya hidup , dan
lain-lain. Dan juga diharapkan pada penelitian yang selanjutnya , metode yang
dilakukan untuk menguji hipotesis ini menggunakan metode yang lebih
akurat.
5. Diharapkan juga pada penelitian selanjutnya, jumlah responden yang
digunakan lebih banyak sehingga hasil akhir penelitian akan lebih akurat
ATTACHMENT, PERCEIVED BRAND QUALITY:
DENGAN GENDER PEREMPUAN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI.
(Studi Pada Konsumen Stradivarius)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh
Sidang Sarjana Strata 1 (S-1)
Oleh
ELVINA HANNA CHRISTIANTY
1352269
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
AWARENESS, BRAND LOYALTY, BRAND
ATTACHMENT, AND PERCEIVED BRAND
QUALITY: THE FEMALE GENDER AS A
MODERATING VARIABEL.
(Studies On Consumer Stradivarius)
A THESIS
In Partial Fulfillment of the Requirements for The Degree of
Bachelor of Science in Management
By
ELVINA HANNA CHRISTIANTY
1352269
MANAGEMENT DEPARTMENT
FACULTY OF ECONOMICS
MARANATHA CHRISTIAN UNIVERSITY
BANDUNG
2016
Penelitian yang berjudul “Pengaruh compulsive buying terhadap brand awareness,
brand loyalty, brand attachment, dan perceived brand quality: dengan gender
perempuan sebagai variabel moderasi”, memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh emosional konsumen yang memiliki kecenderungan compulsive
buying terhadap aspek-aspek brand equity pada toko Stradivarius. Selanjutnya,
peneliti juga meneliti apakah compulsive buying ini mempunyai pengaruh
terhadap keseluruhan brand equity.
Peneliti menyadari banyaknya kekurangan dari penyusunan tugas akhir
ini. Penelitian yang dilakukan hanya berfokus kepada mahasiswi Universitas
Kristen Maranatha yang pernah berbelanja di Stradivarius dan juga jumlah
sampel yang diambil oleh peneliti hanya sebanyak 135 responden.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis
ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah mendukung dan membantu hingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Besarnya rasa terimakasih saya berikan kepada:
1. Chandra Kuswoyo,S.E.,M.T. selaku dosen dan pembimbing skripsi yang telah
membimbing dan membantu penulis menyelesaikan skripsi dengan baik.
2.Dr. Drs. Mathius Tandiontong, M.M., Ak.. selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
3.Dr. Dra. Ratna Widiastuti, M.T. dan Peter, S.E., M.T. selaku Wakil Dekan
5. Rully Arlan Tjahyadi., S.E., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Manajemen.
6. Dr. Dra. Jacinta Winarto, M.T.selaku Dosen Wali yang telah membimbing
penulis semasa kuliah dan membantu penulis dalam setiap rencana studi semasa
kuliah.
7. Seluruh Dosen Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan ilmu
pada penulis selama masa kuliah dan memberikan masukkan di bidang akademik
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Kepada Orang Tua yang telah memberikan dorongan moril dan materiil yang
tak ternilai selama masa kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Evan Ayub dan Elvira Ribka selaku saudara yang juga telah memberikan
dukungan moril selama penyusunan skripsi ini berlangsung
10. Ivana Perlita, Viona Veronica, Aura Natasha, Glenys, Cecillia Augustine,
Jennifer Theresia, Jerremia Kurniawan, dan Dominicus Calvin yang juga telah
membantu terlebih memberikan dukungan moril kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
11. Yuliani Kurniawan, Yemima Korompis dan Yoganata Fransjaya selaku kakak
mentor yang senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan moril selama
penyusunan skripsi.
12. Kepada seluruh sahabat yang telah membantu dan mendukung sehingga
telah memberikan pelayanan dengan baik.
14. Semua pihak yang turut membantu hingga selesainya penelitian ini.
Adanya keterbatasan yang dimiliki oleh penulis membuat penulis dengan
senang hati menerima segala kritik dan saran yang membangun sebagai bahan
perbaikan dan untuk menambah wawasan penulis di masa yang akan dating.
Akhir kata, semoga Tuhan selalu melimpahkan kasih dan berkatNya kepada
semua pihak atas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan. Semoga
skripsi ini dapat berguna dan memberi nilai tambah serta wacana baru bagi semua
pihak yang membacanya. Tuhan Yesus memberkati.
Bandung, November 2016
DAFTAR PUSTAKA
Ahuvia, Aaron C & Carrol, Barbara A. 2006. Some Antecedents and Outcomes of Brand Love. Market Lett, 17 : 79-89
Allen, Andrea & Hollander, Eric. 2006. Is Compulsive Buying A Real Disorder, And Is It Really Compulsive?. Am J Psychiatry 163 : 10.
Ardhanari, Margaretha. 2008. Customer Satisfaction Pengaruhnya Terhadap Brand Preference and Repurchase Intention Private Brand. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol 8, No 2.
Adinata, Julianto. 2016. Pengaruh Iklan Terhadap Minat Beli PT.Tokopedia. Jurnal Manajemen
Baraba, Ridwan & Anggreini, Indah Dwi. Pengaruh Brand Equity Sepeda Motor Terhadap Kepuasan Konsumen.Jurnal Manajemen.
Basu Swastha, Hani Handoko. 2011. Manajemen Pemasaran-Analisis Perilaku. Konsumen. Yogyakarta : BPFE.
Buchari Alma. 2007, Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa. Bandung: CV. Alfabeta.
Cardinale, Sylvia&Nguyen, Bang&Melewar, T.C. 2015. Place-Based Brand
Experience: Place Attachment adn Loyalty. Marketing
Intelligence&Planning, Vol 34, No 3, pp 301-317.
Chi, Hsin Kuang, Yeh, Huery Yen & Yang, Ya Ting. 2009. The Impact of Brand Awareness on Customer Purchase Intention: The Mediating Effect of Perceived Quality and Brand Loyalty.The Journal of International Management Studies, Vol 4, No 1.
Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl Mcdaniel. 2001. Pemasaran. Edisi. Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Dharmayanti, Diah. 2006. Analisa Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ekstentifikasi Merek (Brand Extension) Pada Margarin Merek Filma Di Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol 1, No 2, hal 65-73.
Ekowati, Titin. Compulsive Buying: Tinjauan Pemasar dan Psikolog. Jurnal Manajemen.
Edwards, Elizabeth A.1993. Development of A New Scale for Measuring
Compulsive Buying Behavior. Financial Counseling and Planning, Vol 4.
Ghozali. 2011. Analisis Statistik Multivariate. Jakarta: Eleks Media Computindo
Hartini, Sri. 2012. Perilaku Pembelian Smarthphone: Analisis Brand Equity dan Brand Attachment. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol 3, No 1, Hal 75- 86.
Hurriyati, Ratih, 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Alfabeta,.
Olson, Jerry C & Petter, J Paul. Consumer Behavior and Marketing Strategy. Penerbit Salemba Empat.
Kotler, Philip., Keller, Kevin L. 2013. Manajemen Pemasaran.
Kotler Philip. 2005, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo.
Lee, Seung Hee & Workman, Jane E. 2015. Compulsive Buying and Branding Phenomena. Journal Of Open Innovation: Technology, Market, Complexity, 1:3.
Lassar, Walfried, Mittal, Banwari & Sharma, Arun. 1995. Measuring Customer Based-Brand Equity. Journal of Consumer Marketing, Vol 12, No 4, pp 11-19.
Nawangsari, Sri&Budiman. 2008. Kepuasan Konsumen dan Kesetiaan Terhadap Merek. Jurnal Psikologi, Vol 1, No 2.
Raab, Gerhard & Elger, Christian E & Neuner, Michael. 2011. A Neurological Study of Compulsive Buying Behavior. Journal Consum Policy 34: 401 Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Industri Telepon Seluler. National Conference on Management Research
Rizan, Mohammad, Saidani, Basrah & Sari, Yusiyana. 2012. Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Brand Loyalty Teh Botol Sosro. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, Vol , No 1.
Sheikh, Alireza & Lim, Ming. 2015. The Making of Brand Attachment and Brand Meanings: The Case of a UK Engineering Services Firm. Journal of Marketing Intelligence & Planning, Vol 33, No 6, Hal 887-907.
Shoham, Aviv & Makovec, Maja. 2003. Compulsive Buying Behavior. Journal of Consumer Marketing, Vol 20, No 2, pp. 127-138.
Simmons, Geoff, Thomas, Brychan & Truong, Yan. 2008. Managing I-branding to Create Brand Equity. European Journal of Marketing, Vol 44, No 9, pp 1260-1285.
Suciningtyas, Wulan. 2012. Pengaruh Brand Awareness, Brand Image, dan Media Communication Terhadap Keputusan Pembelian. Management Analysis Journal, Vol 1
Suliyanto, 2005, Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran, Bogor : Ghalia.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketiga Penerbit: Alfabeta, Bandung
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2006. Metode penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung, Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung, Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Penerbit Alfabeta
Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Tjahyadi, Rully Arlan. 2006. Brand Trust Dalam Konteks Loyalitas Merek: Peran Karakterisik Merek, Karakteristik Perusahaan, dan Karakteristik
Hubungan Pelanggan-Merek. Jurnal Manajemen, Vol 6, No 1.
Tjiptono, Fandi. 2005. Pemasaran Jasa. Malang : Bayumedia
Ujang Suwarman, 2004, “ Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran, Penerbit: PT Ghalia Indonesia, Bogor.