PERANAN HUMAS DALAM MEWUJUDKAN CITRA
POSITIF DI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA
NASIONAL (LAPAN)
Oleh: Shita Pramika Sari
D 1606104
Konsentrasi : Pulic Relations(Humas)
DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN DIHADAPAN PANITIA PENGUJI TUGAS AKHIR PROGRAM DIPLOMA III KOMUNIKASI
TERAPAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PERSETUJUAN
Tugas Akhir Berjudul :
PERANAN HUMAS DALAM MEWUJUDKAN CITRA
POSITIF DI LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA
NASIONAL (LAPAN)
Karya :
Shita Pramika Sari D 1606104
Konsentrasi : Pulic Relations(Humas)
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan panitia penguji Tugas Akhir Program Diploma III Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Surakarta, Juni 2009 Menyetujui
Dosen Pembimbing,
PENGESAHAN
Tugas Akhir ini telah diujikan dan disahkan oleh panitia Ujian Akhir Program D
III Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari : Tanggal :
Panitia Ujian Akhir :
1. Ketua
Drs. H. Sudihardjo, SH NIP. 19440505 198203 1 001
2. Anggota
Nora Nailul Amal, S.Sos, MLMed, Hons
NIP. 19810429 200501 2 002
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dekan
HALAMAN MOTTO
M aka tanyalah para ahli ilmu pengetahuan apabila kamu semua tidak
mengert i.
(Surat N ahl ayat : 43)
HALAMAN PERSEMBAHAN
L aporan Tugas Akhir ini kupersembahkan unt uk Allah SWT besert a Rosul-N ya
U nt uk keluargaku t ercint a ; at as cint a doa, kepercayaan dan dukungan
yang t iada hent i-hent inya
Seseorang yang selalu memberikan dorongan unt uk menjadi yang lebih baik
Semua sahabat t erbaikku
Almamat er PR- ku t ercint a
D an juga
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “Peranan Humas Dalam Mewujudkan Citra Positif di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Public
Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan Laporan Tugas akhir ini penulis mengucapkan terima
kasih atas bantuan moral maupun materi kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas Akhir ini. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT Yang telah memberikan segala rahmat, dan hidayah-Nya,
kesempatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan
Tugas Ahkir ini.
2. Drs. H. Supriyadi SN SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Eko Setyanto selaku Ketua Jurusan Program Diploma III Ilmu
membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga terselesaikannya
Tugas Akhir ini.
4. Bapak Drs. Hamid Arifin M.Si selaku Pembimbing Akademik Program
Diploma III Public Relations tahun angkatan 2006.
5. Ibu Nora Nailul Amal, S.Sos, MLMed, Hons yang dengan sabar membimbing
Tugas Akhirku agar cepat selesai.
6. Ibu Elly Koentjahyowati, Bpk Triyadi, Bpk Firmanullah yang dengan sabar
membimbing saat proses KKM di Biro Humas magan LAPAN.
7. Segenap dosen dan pengajar Program Diploma III Komunikasi Terapan
FISIP-UNS yang telah memberikan bimbingan dalam mengajar dan curahan
ilmunya.
8. Segenap staf Humas Antar Lembaga Lapan yang sudah memberikan banyak
ilmu tentang kehumasan.
9. Keluargaku tersayang yang senantiasa selalu memberikan dukungan untuk
terus maju.
10.MAHAFISIPPA yang telah memberikan pelajaran banyak untuk hidup yang
tidak sekedarnya dan untuk teman-teman Diksar 21 terimakasih untuk
semuanya .
11.Seseorang yang dari awal kuliah hingga akhir selalu memberikan
dukungannya baik moril maupun materiil, hingga sampai terselesaikannya TA
ini.
12.Mba Andrew yang dengan rela memberikan tumpangan selama proses KKM
13.Sahabat-sahabat rumahku le restu, le novi, isma dan riana, terimakasih untuk
doa dan dukungannya, dan tetaplah menjadi sahabat yang terbaikku.
14.Teman-teman kost asrama putri sari, takkan pernah kulupakan semua cerita
yang pernah terjadi dikost kita, dan terimakasih selalu menanyakan Tugas
Akhirku dan inilah jawabannya teman, silahkan kalau mau membaca.
15.Seluruh teman-teman tersayang Program Diploma III Public Relations
FISIP-UNS angkatan tahun 2006.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini jauh dari sempurna baik dari segi
materi maupun penyampaiannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang sanagat
penulis harapkan sebagai saran perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya
semoga Laporan Tugas Ahkir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya
penulis.
Surakarta, Juni 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
MOTTO... iii
D. Tempat & Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Media... ... 05
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Humas... 06
B. Peran Humas Pada Instansi Pemerintah... 09
C. Pembentukan Citra... 17
D. Opini Publik... 19
E. Kegiatan Humas... 23
BAB III DESKRIPSI LAPAN A. Sejarah Berdirinya Lapan... 32
B. Tugas Pokok dan Fungsi Lapan... 33
C. Visi dan Misi Lapan... 36
E. Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Kedirgantaraan
Lapan... 47
F. Fasilitas-Fasilitas Lapan... 54
G. Struktur Organisasi... 60
BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA (KKM) A. Tempat dan Bidang Pelaksanaan Magang... 61
B. Penanggung Jawab Magang... 62
C. Tugas-Tugas yang Telah di Lakukan Selama KKM... 63
D. Kesulitan atau Kendala yang di Hadapi... 71
E. Cara yang di Lakukan Untuk Mengatasi Kesulitan... 72
F. Kemajuan Yang Telah di Capai... 73
G. Peran Humas Lapan... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 76
B. Saran... 80
DAFTAR PUSTAKA... 83
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN MOTTO
PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... 01
B. Rumusan Masalah... 03
C. Tujuan Kuliah Kerja Media... 04
D. Tempat & Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Media... ... 05
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Humas... 06
B. Peran Humas Pada Instansi Pemerintah... 09
C. Pembentukan Citra... 17
D. Opini Publik... 19
E. Kegiatan Humas... 23
BAB III DESKRIPSI LAPAN A. Sejarah Berdirinya Lapan... 32
B. Tugas Pokok dan Fungsi Lapan... 33
E. Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Kedirgantaraan
Lapan... 47
F. Fasilitas-Fasilitas Lapan... 54
G. Struktur Organisasi... 60
BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA (KKM) A. Tempat dan Bidang Pelaksanaan Magang... 61
B. Penanggung Jawab Magang... 62
C. Tugas-Tugas yang Telah di Lakukan Selama KKM... 63
D. Kesulitan atau Kendala yang di Hadapi... 71
E. Cara yang di Lakukan Untuk Mengatasi Kesulitan... 72
F. Kemajuan Yang Telah di Capai... 73
G. Peran Humas Lapan... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 76
B. Saran... 80
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman, persaingan diberbagai aspek
kehidupan semakin ketat, khususnya persaingan didunia kerja. Saat ini, tenaga
kerja yang menguasai bidangnya akan sangat dibutuhkan sehingga calon tenaga
kerja harus mampu dan meningkatkan kemampuan dan profesionalitasnya yang
tidak akan didapat dengan sendirinya tetapi harus dipelajari, dipahami dan
dipraktekan baik secara teori maupun praktek kerjanya. Untuk itu perguruan
tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan harus mampu mencetak tenaga kerja
yang siap pakai. Salah satu usaha tersebut adalah dengan mewajibkan setiap
mahasiswanya untuk melakukan praktek kerja diberbagai lembaga maupun
instansi atau perusahaan baik negeri maupun swasta. Dan langkah nyata tersebut
adalah dengan penyelenggaraan Kuliah Kerja Media 2009 oleh Program
Diploma-III di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kuliah Kerja Media adalah salah satu usaha nyata dalam meningkatkan
penguasaan ilmu bagi mahasiswa “Public Relations”, karena dengan mengikuti
Kuliah Kerja Media (KKM), mahasiswa secara langsung dapat menerapkan dan
mempraktekan ilmu yang sudah diperolehnya di bangku kuliah. Kegiatan ini
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan
praktis sebanyak-banyaknya yang tidak diperoleh di bangku kuliah.
untuk mendapatkan informasi. Saat ini masyarakat menjadi lebih kritis terhadap
transparansi informasi, apalagi dukungan perangkatnya yaitu berupa
undang-undang kebebasan memperoleh informasi telah tersedia. Ini semua secara tidak
langsung juga membawa dampak yang signifikan terhadap peran kehumasan pada
semua unit organisasi.
Hubungan masyarakat (Humas) yang dulu kegiatannya diidentikan sebagai
tukang kliping, tukang foto, membuat press release, sibuk dengan wartawan dan
sebagainya, maka saat ini Humas telah menjadi pilar utama yang keberadaan dan
perannya menjadi sangat vital. Hal ini karena pada setiap organisasi, lembaga,
baik yang bersifat ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal).
Humas di lembaga pemerintah merupakan suatu kegiatan untuk
menanamkan dan memperoleh pengertian, niat baik, kepercayaan, penghargaan
dari dan kepada masyarakat luas dengan jalan komunikasi. Lembaga Penerbangan
dan Antariksa Nasional (Lapan) sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang bergerak dibidang penelitian dan pengembangan (litbang) kedirgantaraan
memiliki peran serta agar hasilnya bermanfaat bagi kepentingan masyarakat.
Lapan melalui Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Kedirgantaraan
(Humasmagan) memiliki kapasitas untuk mengungkapkan informasi secara
langsung. Kehadiran situs resmi, media massa internal, serta jurnal-jurnal ilmiah
maupun popular, menunjukan kemampuan Lapan dalam menyediakan informasi
yang dibutuhkan masyarakat. Biro yang dikenal dengan istilah kehumasan Lapan
Membangun hubungan yang baik dengan pers adalah cara yang harus dilakukan
pihak Humas dalam usaha mencapai tujuan. Pers dirasa sangat memiliki peran
yang cukup besar dalam kegiatan Humas Lapan dalam mencapai tujuan. Pers
merupakan teman sekerja Humas sebagai pelayan informasi, tanpa pers informasi
yang disampaikan pihak Lapan melalui Humas Lapan tidak akan sampai ketangan
masyarakat. Cara-cara yang tepat dalam membina hubungan yang baik dengan
pers akan menimbulkan simpati publik, yang mana pencitraan positif Lapan akan
didapat dari sini.
Semakin tinggi peran kehumasan dimasyarakat, tentu saja berdampak pada
meningkatnya kompleksitas dan sorotan masyarakat. Dari itu, kegiatan
kehumasan yang dilakukan juga harus mampu menjaga dan mengontrol informasi
yang diberikan ke masyarakat, agar tercipta suatu informasi yang berimbang,
bermanfaat dan bertanggungjawab. Fungsi jembatan komunikasi ini yang diemban
kehumasan Lapan dalam mengejawantahkan produk-produk litbang hasil dari unit
teknis yang ada di Lapan, baik secara internal maupun eksternal. Menyoroti
mengenai peran kehumasan dalam mewujudkan citra positif tentu saja sangat
menarik untuk dipelajari dan dijadikan praktek kerja.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari pelaksanaan Kuliah Kerja Media ini yaitu penulis
informasi tentang IPTEK Dirgantara kepada masyarakat serta membentuk citra
positif Lapan kepada masyarakat.
C. Tujuan Kuliah Kerja Media
Adapun dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Media (KKM) 2009, penulis
mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu sebagai berikut :
Tujuan Umum :
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah syarat kelulusan untuk
mendapatkan gelar Ahli Madya (Amd) dengan peraturan yang berlaku Diploma
III Komunikasi Terapan sesuai dengan peraturan akademik yang berlaku di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Public Relations Universitas
Sebelas Maret. Dari pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Media (KKM) ini adalah
untuk mengaplikasikan ilmu yang selama ini didapatkan dibangku kuliah kepada
publik secara umum.
Tujuan Khusus :
Dari pelaksanaan Kuliah Kerja Media penulis mempunyai tujuan khusus
yaitu mengaplikasikan ilmu yang selama ini telah dipelajari di bangku kuliah serta
untuk memperoleh pengalaman menjalani profesi Public Relations/Humas. Serta
untuk mengetahui proses kerja Humas di Lembaga Penerbangan dan Antariksa
banyaknya mengenai IPTEK dirgantara dan LAPAN kepada publik, guna
menciptakan simpati dan citra yang baik melalui komunikasi yang sehat.
D. Tempat & Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Media
Penulis melakukan praktek kerja di Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (Lapan) sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bergerak
dibidang penelitian dan pengembangan (litbang) kedirgantaraan. Penulis
ditempatkan di Sekretariat Utama Lapan khususnya di Biro Humasmagan bagian
Humas Antar Kelembagaan ( Hutarla ).
Sekretariat Utama Lapan terletak di jalan Pemuda Persil No. 1 Rawa
Mangun, Jakata Timur. Penulis melakukan praktek Kuliah Kerja Media yaitu dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN HUMAS
Hubungan masyarakat ( Humas ) atau Public Relations timbul karena
adanya tuntutan kebutuhan. Hal ini dengan tidak disadari telah menjadi profesi
yang baru atau disiplin yang baru. Dalam organisasi, Humas mempunyai tujuan
untuk memberikan kepuasaan terhadap semua pihak yang berkepentingan baik itu
masyarakat umum, karyawan, pers atau pimpinan organisasi itu sendiri bahkan
dengan instansi yang lain.
Kegiatan pencitraan suatu institusi di era globalisasi ini, tidak terlepas dari
peran bidang kehumasan, karena pada dasarnya Hubungan masyarakat ( Humas )
berfungsi untuk meraih goodwiil, kepercayaan, pengertian, serta citra baik
institusi dari publik. Betapa pentingnya kegiatan Humas bagi setiap institusi,
Gatot Irawan dan Thomas Jan Bernadues dalam sebuah media mengatakan:
“Keberadaan Humas bagi setiap institusi sangat vital karena setiap institusi
menginginkan citra yang baik dimasyarakat atau publik. Citra yang baik antara
institusi dengan publik akan tercipta dengan adanya komunikasi yang baik antara
institusi dengan publik. Humas akan saling tercipta pengertian antara institusi
dengan public. Karena itu, bidang komunikasi dengan Humas kini menjadi salah
Begitu pula professor Dr. Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa “
Humas berperan penting dalam mendukung tercapainya tujuan suatu organisasi,
yang dikejar dan dilaksanakan oleh seluruh insan dalam organisasi yang
bersangkutan, mulai dari pimpinan tertinggi sampai bawahan terendah “ (Effendy,
1993 : 56 ).
Ilmu Public Relations sebenarnya sudah lama muncul, banyak para ahli
yang berpendapat mengenai pengertian Humas/ Public Relations walaupun
berbeda-beda. Meskipun begitu pada dasarnya mempunyai inti yang sama. Seperti
misalnya yang diutarakan oleh Cutlip, Center dan Broom yang dikutip oleh
Onong Uchjana Effendy, sebagai berikut :
Public Relations sebagai fungsi manajemen yang menilai sikap public, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi untuk kepentingan public, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan public. (Effendy, 1993 : 22 ).
Selain pendapat diatas, masih banyak lagi para ahli yang mengutarakan
definisi mereka tentang Public Relations. Masih tidak kurang ada 2000 lebih lagi
pendapat yang dikemukakan para ahli Amerika Serikat. Namun dari seluruh
pendapat yang ada, setelah diseleksi oleh panitia yang terdiri dari para ahli Public
Relations, terdapat tiga definisi yang dianggap terbaik, sebagaimana dikutip oleh
Bambang Siswanto, yakni :
1. Definisi J.C Seidel, berbunyi : Public Relations adalah proses yang
kontinue dari para usaha-usaha management untuk memperoleh
goodwill dan pengertian dari para langganannya, pegawainya dan
perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan mengadakan
pernyataan-pernyataan.
2. Definisi W. Emerson Reck, berbunyi : Public Relations adalah
kelanjutan dari proses penetapan kebijaksanaan penentuan
pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan
orang-orang atau golongan agar orang-orang atau lembaga itu memperoleh
kepercayaan dan goodwill dari mereka. Pelaksanaan kebijaksanaan,
pelayaanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya pengertian dan
penghargaan yang sebaik-baiknya.
3. Definisi Howard Bonham, Public Relations berbunyi : Public Relations
adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik
yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau
sesuatu organisasi atau badan.
( Siswanto, 1985 : 6 ).
Seiring dengan semakin majunya pemikiran manusia tentang Public
Relations, definisinyapun semakin beragam, seperti yang ditulis oleh Dr. rex
Harlow dalam bukunya “A Model for Public Relations Educations for
Professesional Practices” yang dikeluarkan oleh International Public Relations
Associations (IPRA), mengemukakan definisi PR paling lengkap dan akomodatif
terhadap perkembangan dan dinamika PR. International Public Relations
konsekuensi mereka, menasehati pimpinan-pimpinan organisasi, dan
melaksanakan program-program kegiatan yang telah direncanakan yang
menguntungkan baik bagi organisasi maupun khalayak.” Definisi ini didukung
oleh 34 organisasi nasional Public Relations dan juga oleh asosiasi-asosiasi
kehumasan diseluruh dunia.
Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung
pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya,
menyangkut aktivitas komunikasi, melibatkan manajemen dalam permasalahan,
membantu manajemen dalam menanggapi opini publik, bertindak sebagai system
peringatan diri dan pengantisipasian, kecenderungan menggunakan penelitian
secara tehnik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama. (Ruslan,
1998: 17 ).
B. PERAN HUMAS PADA INSTANSI PEMERINTAH
Humas dalam lembaga pemerintahan merupakan suatu keharusan
fungsional dalam rangka tugas penyebaran informasi tentang kebijakan, program
dan kegiatan-kegiatan – lembaga pemerintahan kepada masyarakat. Humas
pemerintah bertugas memberikan informasi dan penjelasan kepada
khalayak/publik mengenai kebijakan dan langkah-langkah yang diambil oleh
pemerintah serta mengusahakan tumbuhnya hubungan yang harmonis antara
tentang apa yang dikerjakan oleh instansi pemerintah dimana humas itu berada
dan berfungsi.
Humas pemerintah merupakan tangan kanan, mata dan telinga pemerintah,
dimana mempunyai kewajiban untuk turut serta memantapkan program-program
dari pemerintah sehingga menunjang terwujudnya tujuan yang diharapkan dan
mengusahakan agar masyarakat mau menerima dan mengakui pertanggungan
jawab yang diberikan.
Humas pemerintah juga memiliki peranan untuk menyelenggarakan dan
mengkoordinasikan lalu lintas arus komunikasi kedalam dan keluar, ia juga
berfungsi sebagai penyaring ( filter ) dari komunikasi timbal balik. Model
komunikasi yang diciptakan humas pemerintah dalam menciptakan iklim saling
pengertian menurut Kincaid & Schramm yang dikutip oleh Bambang Siswanto
adalah sebagai berikut :
( Siswanto, 1985: 40-41 )
• Model Komunikasi Dengan Umpan Balik
Sumber Pesan saluran Penerima
Umpan balik
• Model Timbal Balik Dalam Komunikasi
Pesan 1
Menguraikan sandi
A Menguraikan Sandi Pesan 2 Menyusun sandi
Menyusun Sandi Pesan 3
Tugas Humas Pemerintah :
1. Membina pengertian khalayak umum atas kebijakan pemerintah
2. Menyelenggarakan dokumentasi mengenai kegiatan yang dilakukan
pemerintah
3. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat umum masyarakat
4. Mengumpulkan data dan informasi tentang kegiatan pemerintah,
mengkoordinasikan lalu lintas informasi didalam lingkungan pemerintah
5. Mengatur penyelenggaraan kegiatan dengan media pers.
( Moore, 1988 : 46).
Produk yang dihasilkan oleh Humas Pemerintah dapat berupa : majalah,
buletin untuk khalayak, press release, artikel, sponsor untuk media, desain
program siaran radio; tv dan film, poster, folder, pamflet, selebaran, spanduk .
Disamping itu tugas humas ditetapkan dan dilaksanakan atas dasar :
Profesionalisme yang bermoral, dimana tugas dan kegiatan Humas
Pertanggungjawaban yang profesional dengan sosial. Ini berarti semua
kegiatan Humas hanya dilaksanakan untuk membuktikan kemanfaatannya
bagi lembaga dan masyarakat dengan lebih menitikberatkan kepada
kepentingan masyarakat.
Itulah sebabnya mengapa tugas Humas dianggap paling utama adalah
menyesuaikan kebijakan dan tindakan lembaga sesuai dengan harapan dan
tuntutan masyarakat. ( Ali, 1985 : 23)
Peran Humas pada instansi pemerintah diharapkan tidak hanya berfungsi
sebagai unit kerja yang sekedar meneruskan informasi dari pimpinan, atau
menanggapi berita-berita sumir dan sinis, yang bersifat sensasi dari media. Namun
peran Humas perlu dikembangkan agar lebih pro-aktif mampu mengemas
informasi maupun berita miring yang berkembang pada masyarakat, dan
meluruskannya sesuai dengan fakta yang benar dan berimbang, sehingga dapat
membentuk opini publik yang proporsional.
Rosady Ruslan, seorang akademisi menguraikan fungsi pokok Humas
instansi pemerintah, yaitu :
Mengamankan kebijakan pemerintah
Memberikan pelayanan, dan menyebarluaskan pesan atau informasi
mengenai kebijaksanaan dan hingga program-program kerja kepada
masyarakat.
Menjadi komunikator dan sekaligus mediator yang proaktif dalam
menampung aspirasi serta memperhatikan keinginan-keinginan publiknya
di lain pihak.
Berperan serta dalam menciptakan iklim yang kondusif dan dinamis demi
mengamankan stabilitas dan keamanan politik pembangunan nasional.
Dengan fungsi Humas tersebut, Rosady Ruslan berpendapat bahwa peran
Humas pemerintah menjadi ganda, yaitu keluar berupa memberi informasi atau
pesan-pesan sesuai dengan tujuan dan kebijaksanaan lembaga/instansi pemerintah
pada masyarakat sebagaikhalayak sasaran, sedangkan ke dalam wajib menyerap
reaksi, aspirasi atau opini khalayak tersebut diserasikan demi kepentingan
instansinya atau tujuan bersama.
Selanjutnya tugas pokok Humas instansi pemerintah adalah :
Mengamati dan mempelajari keinginan-keinginan dan aspirasi masyarakat.
Memberikan nasihat/sumbang saran untuk menanggapi apa yang
sebaiknya dilakukan instansi/lembaga pemerintah seperti yang
dikehendaki publiknya.
Kemampuan untuk mengusahakan terjadinya hubungan publik dengan
aparat pemerintah.
Memberikan penerangan dan informasi tentang apa yang telah diupayakan
oleh suatu lembaga atau instansi pemerintah.
Melihat tugas Humas yang dikemukakan Rosady Ruslan tersebut, dapat
ketidaksesuaian antara konsep/teori dengan praktek yang harus dilakukan oleh
Humas di instansi pemerintah. Ketidaksesuain tersebut antara lain :
Kecenderungan menempatkan Humas dalam perspektif komunikasi satu
arah, padahal seharusnya dua arah.
Kecenderungan menempatkan Humas dalam peran teknikal (pelaksana,
eksekusi), bukan sebagai perancang, pengambi keputusan (peran
manajerial)
Dozier & Broom, membagi peranan Humas dalam suatu perusahaan
menjadi empat kategori yaitu :
Expert Perscriber. Sebagai praktisi PR yang berpengalaman dan memiliki
kemampuan yang sangat tinggi dapat membantu untuk mencari solusi
dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya ( public
relationship ). Hubungan disini seperti hubungan dokter dengan pasiennya,
sehingga pihak perusahaan akan menerima atau memepercayai apa yang
telah disarankan atau usulan dari praktisi public relations yang memiliki
pengalaman dan keterampilan tinggi dalam memecahkan masalah serta
mengatasi persoalan yang dihadapi oleh perusahaan.
Communication fasilitator. Dalam hal ini praktisi public relations
bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu perusahaan
dalam hal mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya
Problem Solving Process Fasilitator. Peranan praktisi public relations
dalam hal proses pemecahan suatu masalah, merupakan bagian tim yang
membantu pimpinan perusahaan baik sebagai penasehat ( advisor ) hingga
pengambilan keputusan dalam mengatasi persoalan atau krisis yang
terjadi, maka dibentuk suatu tim yang dikoordinir oleh praktisi PR dengan
melibatkan berbagai unit atau departemen untuk membantu perusahaan
yang tengah menghadapi krisis.
Communication Technician. Berbeda dengan ketiga peranan praktisi
public relations diatas, peranan communication technician ini adalah
sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis
komunikasi (methode of communication in organisation). Sistem
komunikasi dalam suatu perusahaan tergantung dari masing-masing bagian
atau tingkatan (level). Arus komunikasi yang digunakan dari tingkat
pimpinan dengan bawahan akan berbeda dengan dari bawahan ke
pimpinan. ( Triyadi, 2006 : 28)
Dari penjelasan keempat kategori diatas, diharapkan para praktisi public
relations di suatu perusahaan dapat menjadi mata, telinga serta tangan kanan bagi
pimpinan perusahaan.
Pada umumnya Humas dianggap sebagai ”juru bicara” bagi seluruh
organisasi Humas. Humas mewakili pimpinan mengeluarkan
pernyataan-pernyataan yang dianggap perlu. Tetapi fungsi humas sebagai juru bicara saja
masyarakat tetapi juga menampung informasi dari masyarakat yang ditujukan
kepada lembaga.
Pada umumnya fungsi Humas adalah sebagai berikut :
Menjalin hubungan yang harmonis antara lembaga dengan masyarakat
Menciptakan kondisi saling pengertian (mutual understanding antara
lembaga dengan masyarakat)
Membentuk pendapat umum yang menguntungkan bagi lembaga.
( Ali, 1985 : 2 )
Apapun sebutannya serta tingkat eselonisasinya, bahwa dalam
menjalankan peran, tugas dan fungsi keberhasilan Humas sangat tergantung
kepada tingkat profesionalisme aparat Humas. Sedangkan kompetensi dan
persyaratan untuk menentukan tingkat profesionalisme seorang aparat Humas
antara lain :
Mampu berkomunikasi, mampu menyampaikan informasi secara jelas dan
dapat dimengerti,mampu menulis dan berkomunikasi dengan publik.
Mampu bernegoisasi, yaitu mampu membuat planning, melaksanakan,
memonitor, dan mengevaluasi pekerjaannya.
Mampu bergaul, petugas Humas harus mampu berkomunikasi dengan
berbagai tingkatan dan semua kalangan.
Mempunyai kepribadian yang menarik.
Mampu berimajinasi, kaya dengan ide, dan memanfaatkan imajinasinya
Memiliki kewenangan untuk belajar, keingintahuan dan selalu ingin tahu
akan menambah wawasan pengetahuan serta akan membantu dalam
melaksanakan pekerjaannya. ( Triyadi, 2006 : 27-28).
C. PEMBENTUKAN CITRA
Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi
yang hendak dicapai bagi dunia Humas. Pengertian citra itu sendiri abstrak
(intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa
dirasakan dari hasil penilaian baik / buruk. Seperti misalnya penerimaan dan
tanggapan baik positif maupun negatif yang datang dari publik dan masyarakat
terhadap lembaga atau perusahaan. Menurut Rosady Ruslan penilaian atau
tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat
(respek), kesan yang baik dan menguntungkan terhadap suatu citra lembaga
organisasi yang mana tugas inilah diwakili oleh pihak Humas. Biasanya citra
terbentuk karena berakar pada " nilai-nilai kepercayaan " yang diberikan secara
individual dan merupakan persepsi yang diberikan individu tersebut kepada
lembaga dalam hal ini masyarakat. ( Ruslan, 1998 : 70 )
Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations, citra perusahaan
ialah citra perusahaan ( coorporate image) adalah citra dari suatu organisasi secara
keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya. Citra ini terbentuk
oleh banyak hal. Hal-hal yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara
bidang keuangan yang pernah diraih, keberhasilan ekspor, hubungan yang baik
dengan stakeholdernya, reputasi yang baik dan masih banyak lagi.
( Jefkins, 1992 : 81)
Menurut Katz dalam Abdurrahman (2001) mengatakan bahwa Citra adalah
bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan , seseorang, suatu komite,
atau suatu aktifitas. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang
memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dar pelanggan perusahaan,
pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok,
asosiasi dagang dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai
pandangan terhadap perusahaan.
Menurut Bill Canton dalam Abdurrahman (2001) mengatakan bahwa citra
adalah ”image: the impression, the feeling, the conception which the public has of
a company, a concioussly created, created impression of an object, person or
organization “ (Citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap
perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau
organisasi ).
Public Relations adalah salah satu metode komunikasi untuk menciptakan
citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama,
kesan pertama dalam definisi ini yaitu :
1) Komunikasi adalah ilmu. Public Relations adalah bagian dari ilmu
komunikasi, ilmu yang sedang tumbuh dan mulai di gandrungi. Public
2) Citra adalah suatu istilah baru yang menarik. Banyak diperbincangkan
saat ini oleh masyarakat. Kita perlu memanfaatkan momentum ini,
sekaligus memasyarakatkan pengertian dari perlunya PR.
3) Mitra adalah juga istilah baru yang menarik. Memberi kesan saling
memperhatikan. Inilah model masyarakat masa depan, sehingga PR
sungguh berwawasan, sangat mendukung dalam mendukung suasana
nasional yang membangun. Sangat cocok dengan pancasila.
4). Kepentingan bersama (mutual interest) adalah esensi dan kegiatan PR
jelas dan menggambarkan dua pihak (two way communication). Saat ini
menjadi topik internasional. Masalah lingkungan (sosial dan fisik) yang
perlu diperhatikan untuk keharmonisan umat manusia.
(Abdurahhman, 2001 : 112)
D. OPINI PUBLIK
Menurut Leonard W. Doob, dalam Abdurrahman, 2001, pengertian opini
publik adalah sikap orang-orang mengenai sesuatu soal, dimana mereka
merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama. Definisi ini menyebutkan
bahwa opini publik itu berhubungan erat dengan sikap manusia yaitu sikap secara
pribadi maupun sebagai anggota suatu kelompok. Doob lebih jauh
mengemukakan bahwa yang membentuk opini publik adalah sikap pribadi
pengalamannya, yaitu pengalaman dari dan dalam kelompok itu pula.
(Abdurahhman, 2001 : 104)
Marian D. Irish dan James W. Prothro, dalam Abdurrahman, 2001,
menyebutkan bahwa opini publik adalah ekspresi sikap mengenai persoalan
masyarakat.
Definisi Irish dan Prothro itu mencakup tiga aspek :
1). Ekspresi, sikap yang tidak diekspresikan bukanlah opini publik. Sebab
sikap adalah predisposisi internal yang tidak bisa diobservasi secara
langsung. Untuk menjadi aspek dari opini publik, sikap harus
dikomunikasikan kepada orang lain. Sementara ahli lain menyebut
sikap sebagai opini publik yang tersembunyi.
2). Persoalan (issue), yang dimaksud dengan issue atau persoalan disini
ialah yang mengandung pro dan kontra, setuju atau tidak setuju.
Karena ciri pro dan kontra itulah, suatu opini selalu mengenai objek
yang dapat menimbulkan tanggapan yang menyenangkan atau yang
tidak menyenangkan.
3). Kemasyarakatan, opini publik lebih banyak bersangkutan dengan
kemasyarakatan. Opini publik menunjukan opini perseorangan secara
terpadu. Leonard W. Doob mengatakan opini publik merujuk pada
sikap orang-orang mengenai persoalan masyarakat apabila mereka dari
kelompok sosial yang sama. Emory S. Bogardus mengatakan opini
ekspresi yang diperluas dari opini kelompok. Bernard Berelson
menyebutkan opini publik adalah beberapa jenis persoalan masyarakat,
yang ditampilkan untuk menarik perhatian beberapa jenis orang dalam
beberapa jenis kondisi, menimbulkan beberapa jenis efek.
(Abdurahhman, 2001 : 106)
Menurut Effendy, dalam Abdurrahman , 2001, untuk memperoleh
kejelasan mengenai opini publik, perlu dikemukakan tentang jenis-jenis opini
lainnya yang berkaitan dengan opini publik, dan penting untuk diketaui public
Relations Officer (Pejabat Humas) :
1. Opini individu, pendapat seseorang secara perorangan mengenai
sesuatu yang terjadi dimasyarakat. Pendapat itu bisa setuju atau tidak
setuju. Baru diketahuinya bahwa orang-orang lain ada yang sependapat
dan ada yang tidak sependapat dengan dia, setelah ia
memperbincangkannya dengan orang lain. Maka sesuatu yang terjadi
itu menjadi obyek opini publik. Jadi, opini itu merupakan perpaduan
dari opini-opini individu.
2. Opini pribadi, pendapat asli seseorang mengenai suatu masalah sosial.
Pendapat seseorang belum tentu merupakan opininya pribadi, mungkin
ia ambil alih opini oran lain disebabkan ia menyetujuinya, lalu dalam
suatu pengunjingan dikomunikasikannya kepada orang lain sebagai
3. Opini kelompok, pendapat kelompok mengenai masalah sosial yang
menyangkut kepentingan banyak orang, termasuk sekelompok orang
tadi.
4. Opini mayoritas, pendapat orang-orang terbanyak dari mereka yang
berkaitan dengan suatu masalah yang pro, mungkin yang kontra,
mungkin yang mempunyai penilaian lain. Biasanya munculnya opini
mayoritas itu dibawa kesuatu forum terbuka dalam bentuk lembaga,
misalnya parlemen, sehingga bisa dihitung berapa jumlah yang pro,
berapa yang kontra, dan berapa pula yang tidak termasuk pro dan
kontra.
5. Opini minoritas, kebalikan dari opini mayoritas. Opini minoritas
adalah pendapat orang-orang yang relatif sedikit dari dibandingkan
jumlah mereka yang berkaitan dengan suatu masalah sosial.
6. Opini massa (mass opinion), merupakan tahap lanjutan dari opini
publik. Opini yang bersifat massa ini bisa beralih bentuk menjadi
tindakan fisik, sering tindakan yang bersifat destruktif.
7. Opini umum, pendapat yang sama dari semua orang dalam suatu
masyarakat mengenai masalah yang menyangkut kepentingan umum.
Dari definisi tersebut terdapat persamaan dari opini massa, yaitu
bahwa keduanya mempunyai pendapat yang sama. Perbedaannya ialah,
jika pada opini massa pendapat yang sama itu merupakan hasil
suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum, semua orang pro
atau ssemua orang kontra. Adakalanya, apabila sesuatu disetujui oleh
seluruh masyarakat, lama kelamaan bisa menjadi kebiasaan, adat
istiadat atau kebudayaan, yang kemudian berlangsung secara turun
temurun dan menjadi tradisi, bahkan menjadi pandangan hidupnya
(waf of life). (Abdurahhman, 2001 : 107-108)
E. KEGIATAN HUMAS
Pada dasarnya tujuan umum dari kegiatan Humas adalah upaya untuk
menciptakan hubungan antara organisasi dengan publiknya yang pada akhir
tujuannya diharapkan akan tercipta citra yang positif (good image), kemauan yang
baik (good will); saling menghargai (mutual appreciation), saling timbul
pengertian (mutual understanding), toleransi (tolerunce) antara kedua belah pihak
yang terkait.
Dalam kerjanya Humas akan melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut
:
1. Proses Rencana Program Kerja Humas
Aktivitas humas di lapangan yaitu sejauh mana kemampuannya untuk
berperan sebagai pendengar (listener), penasehat (counselor), komunikator
(communicator) dan penilai (evaluator) yang handal. Karena itu sebelum
melakukan tugasnya terlebih dahulu membuat program kerja. Menurut Scott M.
atau langkah-langkah pokok, sebagaimana yang dikutip Rosady Ruslan yakni
sebagai berikut :
1. Research-Listening ( Penelitian dan mendengarkan )
Humas harus dapat mengenal sistem dan penyebabnya, maka dalam tahap ini
praktisi Humas perlu melibatkan diri dalam penelitian dan pengumpulan fakta.
Selain itu, praktisi humas perlu memantau dan membaca dan mendengar terus
pengertian, opini, sikap, dan perilaku mereka yang berkepentingan dan
terpengaruh oleh sikap dan tindakan lembaga/instansi.
2. Planning- Decision ( Perencanaan dan mengambil keputusan )
Pada tahap ini Humas sudah menemukan penyebab timbulnya per-masalahan
dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan/pencegahan.
Langkah-langkah itu dirumuskan dalam bentuk rencana dan program termasuk
anggarannya.
3. Communication- Action ( Mengkomunikasikan dan pelaksanaan )
Pada tahap ini Humas melakukan aksi dan komunikasi berdasarkan asumsi
pribadi. Aksi dan komunikasi harus dikaitkan dengan objective dan gouls yang
spesifik. Tahap ini menjawab pertanyaan, “How do we do it and say it”
4. Evaluation ( Mengevaluasi ).
atau belum, Humas perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah
diambil. Seperti biasa, selesainya suatu permasalahan selalu diikuti dengan
perrnasalahan baru. Maka, tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil
tindakan dimasa lalu. Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama,
atau setelah suatu berakhir.
Pengukuran ini menjawab pertanyaan : "How did we do ? "
( Ruslan, 1998: 143-144)
1. Membina Hubungan Pers ( Press Relations)
Membina hubungan pers ( Press Relations ) merupakan bagian dari fungsi
humas, khususmya sebagai alat pendukung atau media kerjasama untuk
kepentingan proses publikasi tentang berbagai kegiatan program kerja demi
kelancaran aktivitas komunikasi Humas dengan pihak publik sebagai sasarannva.
Karena peranan hubungan press dalam kehumasan tersebut dapat sebagai media
saluran ( channel ).
Aktivitas humas yang korelasinya dengan Press Relations yaitu dalam hal
teknik pembuatan produk-produk publikasi, informasi dan berita dalam bentuk
seperti : press release, photo press, news letter, news, feauturis, video release,
advertising, PR Writing, company profile dan annual report publication.
Jadi Press Relations tersebut menurut Rosady Ruslan, yaitu Press
Relations merupakan suatu kegiatan khusus dari pihak Humas untuk melakukan
kelembagaan, perusahaan, institusi, produk dan hingga kegiatan individu lainnya
yang perlu dipublikasikan melalui kerja sama dengan pihak pers atau media.
( Ruslan, 1998: 162)
Disamping itu kemampuannya dalam penciptaan publikasi yang cukup
tinggi melalui kerjasama dengan pihak pers maka dampak pemberitaannnya, baik
yang bersifat stimultaneity effect (efek keserempakan), maupun efek
mendramatisir, atau efek publisitas yang luar biasa besar pengaruhnya
(influencing spheres) terhadap pembentukan opini publik ( public opinion ) dalam
jangka waktu yang relatif singkat, dan bersamaan dengan jangkauan jumlah
pembaca atau audiensinya lebih luas yang tersebar diberbagai ternpat atau
kawasan.
Maka dengan membina hubungan yang baik dengan pihak pers inilah akan
tercipta kerjasama yang akan diharapkan tcrcipta suatu opini publik yang positip,
dan sekaligus memperoleh " citra yang baik " pula dari pihak publik sebagai
khalayak sasarannya ( target audience ) dan masyarakat luas lainnya.
Bentuk-Bentuk Kegiatan Press Relations
Dalam aktivitas Humas, menurut Rosady Ruslan Humas akan melakukan
kegiatan yang bersentuhan dengan pers, antara lain:
a. Kontak Resmi / Secara Formal Dengan Pihak Pers
Hubungan dengan pers yang direncanakan, dilaksanakan pihak Humas
¾ Press Conference ( Konferensi Pers )
Suatu pertemuan (kontak) khusus dengan pihak pers yang bcrsifat resmi
untuk memberikan informasi penting secara stimulan/bersama-sama oleh seorang,
pejabat pemerintahan dengan sekelompok wartawan, sehingga dari sini akan
timbul pengertian dan penghargaan yang baik dari masyarakat. Atau juga untuk
meluruskan, untuk membantah tentang suatu berita negatif yang telah tersiar
dalam media massa.
¾ Press Tour ( Wisata Pers)
Kunjungan ke suatu event khusus daerah, peninjauan keluar kota yang
dilakukan oleh suatu lembaga bersama-sama dengan pers untuk meliput acara
tertentu.
¾ Press Brefing ( Taklimat pers )
Menyampaikan informasi mengenai kegiatan yang baru saja terjadi kepada
pers yang diselenggarakan secara reguler oleh Humas.
¾ Press Reception dan Press Gathering
Jamuan pers/wartawan yang bersifat sosial, menghadiri acara resepsi/
seremonial tertentu baik formal maupun informal dengan tujuan untuk mengikat
hubungan tali silahturahmi kedua belah pihak.
b. Kontak Pers Tidak Resmi / Informal
Keterangan kepada pers yang bisa dilakukan kapan saja, dimana
saja oleh nara sumber tanpa ada undangan resmi.
• Press Interview
Wawancara dengan nara sumber yang bersifat pribadi
• Special event
Kegiatan khusus Humas yang biasanya mengundang pers untuk
meliputnya. ( Ruslan, 1998 : 184-191 )
Press Release
Press Release adalah segala bentuk informasi yang hendak disebarkan
kepada pers/wartawan, baik media cetak ataupun elektronik.
Press Release biasanya akan dikirim ke media massa dengan harapan
dapat disebarluaskan sebagai berita yang mana lebih dulu Press Release yang
sudah dibuat oleh pihak Humas akan diolah lagi sehingga layak untuk diberitakan.
Namun editor media massa mempunyai kriteria yang berbeda untuk menerima /
menolak suatu Press Release, karena itu perlu dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
• Judul yang diangkat
Judul yang diangkat oleh Humas dalam press release tentu tidak harus
menjadi judul surat kabar, tetapi prinsip pemberian judul keduanya adalah sama.
Judul harus menarik perhatian dan mewakili isi bcrita.
Kalimat pembuka dalam tubuh press release sebaiknya memuat informasi
tentang 5 W + 1 H, yakni :
Who ( siapa )
What ( apa )
When ( kapan)
Where ( dimana )
Why ( mengapa )
How ( bagaimana )
• Akurasi
Editor umumnya tidak akan mudah percaya begitu saja pada isi
berita yang disebarkan. Berita tersebut apakah benar-benar
memberi data yang dapat dipercaya.
• Bahasa
Menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
• Eklusivitas
• Relevansi
Relevan atau tidak dengan media dan kepentingan pembaca.
(Kasali; 1994: 170)
Selain itu menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, press release harus juga
memenuhi syarat sebagai ber-ikut :
• Faktanya termasa ( timely )
• Waktu terjadinya peristiwa yang relatif baru (terukur 24 jam )
• Disusun secara piramida terbalik (inverted Pyramid)
Dalam susunan kisah didahulukan yang segi terpenting atau klimaks, yang
disusul berturut-turut oleh bagian yang berkadar semakin rendah penting. Agak
penting kurang penting dan tidak penting. (Effendy, 1993 : 210-212 )
Press Conferency
Yakni suatu pertemuan khusus dengan pihak pers yang bersifat resmi atau
sengaja diselenggarakan oleh Pejabat Humas, yang bertindak sebagai nara sumber
dalam upaya menjelaskan suatu rencana atau permasalahan tertentu yang tengah
dihadapinya dalam bentuk acara jumpa pers yang telah ditetapkan waktu, tempat,
tema dengan sekelompok wartawan dengan maksud memberikan informasi,
berita, publikasi dan promosi dan aktivitas Humas, sehingga dari sini masyarakat
nantinya dapat mengetahui maka timbul saling pengertian dan penghargaan yang
lebih baik.
Tolak ukur dalam mengadakan jumpa pers oleh Humas adalah sebagai
berikut :
• What : apa yang menjadi tujuan, topik atau temanya dan isu yang ingin
ditampilkan
• Who : Siapa yang ditunjuk sebagai narasumbernya ( jubir ), pembicara,
staff Ahli sebagai pendamping, siapa dan berapa jumlah wartawannya
• Where & When : harus jelas perencanaan dan rinci mengenai dimana
tempatnya, kapan tanggal dan waktu perencanaan jumpa pers tersebut
berlangsung.
• Why : mengapa, dan ada atau tidaknya relevansi kepentingan tertentu
pihak Humas ingin mengadakan jumpa pers tersebut.
• How : mengenai bagaimana tentang persiapan dan hasil jumpa pers,
meliputi : Persiapan, pelaksanaan, evaluasi
Hubungan yang baik dengan pers dibangun melalui suatu kejujuran, serta
mau membantu untuk pelayanan pemberian sumber berita/ informasi yang
diperlukan dalam suasana saling menghormati dan adanya keterusterangan.
Hubungan yang baik tersebut dapat dicapai dalam praktiknya yaitu antara lain ada
beberapa prinsip-prinsip, sebagai berikut :
¾ Mutlak adanya kejujuran dan keterusterangan
¾ Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pers/media
¾ Tidak meminta-minta /mengemis kepada pers/wartawan
¾ Tidak mencoba minta untuk menutup saluran informasi
¾ 'Tidak terlalu membanjiri publisitas di media massa yang tidak
BAB III
DESKRIPSI LEMBAGA
PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ( LAPAN )
A. Sejarah Berdirinya Lapan
Kronologi Pembentukan Lapan
Pada tanggal 31 Mei 1962, dibentuk Panitia Astronautika oleh Menteri
Pertama RI, Ir. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J.
Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI).
Tanggal 22 September 1962, terbentuknya Proyek Roket Ilmiah dan
Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan ITB. Berhasil membuat dan
meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya.
Tanggal 27 November 1963, Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 236
Tahun 1963 tentang LAPAN.
•Keppres Nomor 33 Tahun 1988 jo Keppres Nomor 24 Tahun 1994,
•Keppres Nomor 132 Tahun 1998,
•Keppres Nomor 166 Tahun 2000 sebagaimana diubah beberapa kali
yang terakhir dengan Keppres Nomor 62 Tahun 2001,
•Keppres Nomor 178 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah beberapa
kali yang terakhir dengan Keppres 60 Tahun 2001,
•Keppres Nomor 103 Tahun 2001.
•Keppres Nomor 9 Tahun 2004.
Lingkup Kegiatan
•Pengembangan teknologi dan pemanfaatan penginderaan jauh.
•Pemanfaatan sains atmosfer, iklim dan antariksa.
•Pengembangan teknologi dirgantara.
•Pengembangan kebijakan kedirgantaraan nasional.
B.Tugas Pokok dan Fungsi Lapan
Kedudukan
Lapan adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia. Dalam
pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh menteri yang bertanggung-jawab di
Tugas Pokok
• Melaksanakan tugas pemerintah di bidang penelitian dan pengembangan
kedirgantaraan dan pemanfaatannya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
• Melaksanakan tugas Sekretariat Dewan Penerbangan dan Antariksa
Nasional Republik Indonesia (DEPANRI), sesuai Keppres No. 99 Tahun
1993 tentang DEPANRI sebagaimana telah diubah dengan Keppres No.
132 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Keppres No.99 Tahun 1993.
DEPANRI adalah suatu badan nasional yang mengkoordinasikan
program-program kedirgantaraan antar instansi dan mengarahkan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan masalah-masalah kedirgantaraan.
Fungsi
Dalam mengemban tugas pokok di atas Lapan menyelenggarakan
fungsi-fungsi :
• Pengkajian dan penyusunan kebijaksanaan nasional di bidang penelitian
dan Pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya.
• Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan
instansi pemerintah di bidang kedirgantaraan dan pemanfaatannya.
• Kerjasama dengan instansi terkait di tingkat nasional dan internasional.
• Penelitian, pengembangan dan pemanfaatan bidang penginderaan jauh,
serta pengembangan bank data penginderaan jauh nasional dan
pelayanannya.
• Penelitian, pengembangan dan pemanfaatan sain atmosfer, iklim antariksa
dan lingkungan antariksa, pengkajian perkembangan kedirgantaraan,
pengembangan informasi kedirgantaraan serta pelayanannya.
• Penelitian, pengembangan teknologi dirgantara terapan, elektronika
dirgantara, wahana dirgantara serta pemanfaatan dan pelayanannya.
• Pemasyarakatan dan pemasaran dalam bidang kedirgantaraan.
• Pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur di
lingkungan Lapan.
• Penyelenggaraan, pembinaan pelayanan administrasi umum.
Kewenangan
• Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
• Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro;
• Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu : Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di
bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya.
Penginderaan/pemotretan jarak jauh dan pemberian rekomendasi perizinan
orbit satelit.
C. Visi dan Misi Lapan
V I S I
“Meningkatkan Peran Iptek Kedirgantaraan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan
Berkelanjutan“
M I S I
1. Meningkatkan Penguasaan Teknologi Wahana Dirgantara dan Sistem
Antariksa untuk Mencapai Kemandirian dalam Rangka Mendukung
Kesinambungan Pemanfaatan dan Pendayagunaannya, serta Menjaga
Keutuhan NKRI
2. Meningkatkan Partisipasi dalam Pembangunan Ekonomi melalui Upaya
Pemanfaatan Teknologi Dirgantara dalam Mendukung Pembangunan
Nasional Berkelanjutan
untuk Pemanfaatannya di Indonesia dan Kontribusinya pada
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
4. Meningkatkan Pengkajian Kebijakan dan Perundang-Undangan dalam
Bidang Kedirgantaraan untuk Keperluan Pembangunan Kedirgantaraan
Nasional dan Perlindungan Kepentingan Indonesia dalam Pendayagaunaan
Dirgantara, serta Komunikasi Informasi Kedirgantaraan
5. Meningkatkan Manajemen, Sumber Daya, dan Kinerja Pelaksanaan
Program Lapan
6. Meningkatkan Kerjasama Penelitian, Hubungan antar Lembaga, Promosi
Hasillitbang Lapan serta Kerjasama Internasional
D. PROGRAM
I. Pemanfaatan dan Pelayanan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dirgantara
1. Produksi dan pelayanan data penginderaan jauh;
2. Pemanfaatan satelit penginderaan jauh untuk pengembangan ekonomi
nasional dan mitigasi bencana;
3. Rancang bangun teknologi dirgantara terapan (spin-off) dalam teknologi
konversi energi angin, teknologi telemetri dan komunikasi, teknologi
monitoring posisi wahana, teknologi polimer, teknologi material komposit
dan teknologi perlindungan wilayah;
4. Pemanfaatan space science untuk peringatan dini perubahan iklim,
gangguan komunikasi radio, penentuan posisi berbasis satelit dan
II. Penelitian, Pengembangan dan Rekayasa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dirgantara
1. Penelitian, pengembangan, pemanfaatan penginderaan jauh satelit;
2. Penelitian, pengembangan dan rancang bangun teknologi penginderaan
jauh satelit;
3. Rancang bangun teknologi satelit mikro (ruas antariksa dan ruas bumi);
4. Rancang bangun teknologi system wahana peluncur satelit mikro;
5. Penelitian variabilitas dan perubahan iklim serta dampaknya;
6. Penelitian polusi udara, gas rumah kaca dan ozon di Indonesia;
7. Penelitian hubungan antara matahari dan bumi;
8. Penelitian ionosfer untuk telekomunikasi radio, navigasi dan penentuan
posisi berbasis satelit.
III. Pembinaan Kebijakan Kedirgantaraan Nasional
1. Politik dan hokum kedirgantaraan nasional;
2. Kelembagaan kedirgantaraan nasional.
IV. Program Diseminasi Informasi Kedirgantaraan
1. Pengembangan bisnis dirgantara;
2. Pengembangan sistem informasi kedirgantaraan;
1. Pengembangan sumber daya manusia;
2. Peningkatan perencanaan dan ketatalaksanaan;
3. Pengembangan prasarana fisik dan sarana penelitian.
CONTOH HASIL PROGRAM ANTARA LAIN :
1). Teknologi dan pemanfaatan penginderaan jauh.
Bank data dan distribusi data penginderaan jauh
Deteksi sumber daya laut zona potensi penangkapan ikan ( ZPPI )
Pemantauan tata ruang kota
Pemantauan sumber daya lahan padi
Pemantauan lingkungan
Penanggulangan bencana tsunami : informasi 3 D daerah tergenang
Informasi bencana gunung Merapi dan Lumpur Sidoarjo
Monitoring kebakaran lahan dan hutan
Prediksi curah hujan di Indonesia
Pemantauan iklim
2). Sains Atmosfer, iklim dan Antariksa
Prakiraan iklim regional
Pemantauan Atmosfer dan Ionosfer
3). Teknologi Dirgantara.
Penelitian dan pengkajian sistem satelit
Pembangunan satelit mikro
Spesifikasi satelit mikro LAPAN-TUBSAT
Pengembangan stasiun bumi telemetri dan pengendali satelit.
Peluncuran satelit mikro LAPAN-TUBSAT
Pengembangan roket sonda eksperimental
Upaya pengembangan motor roket.
Uji statistic dan uji terbang motor roket
Misi dan muatan roket sonda eksperimental
Pengembangan system kendali roket
Fasilitas uji terbang Pemeungpeuk, Jawa Barat
Spesifikasi roket
Pengembangan kapal udara Airship untuk Video Monitoring.
Pengembangan system konversi energi angina (SKEA)
Teknologi system konversi energi angin untuk peningkatan taraf hidup
masyarakat.
Uji coba pemanfaatan SKEA
4). Analisis, Kebijakan, dan informasi kedirgantaraan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa,khususnya yang terkait masalah-masalah
antariksa (UNCOPUOS, RESAP,COSPAR, SCOSA, dan lain-lain)
Ratifikasi berbagai perjanjian internasional tentang antariksa :
a. Liability Convention 1972, melalui Keppres 20 tahun 1996.
b. Registration Convention 1975, melalui Keppres 5 tahun 1997.
c. Rescue Agreement 1968, melalui Keppres 4 tahun 1999.
d. Agreement for the Established of the Center for Space Science and
Education in Asia and Pacific (CSSTEAP) 1995, melalui Keppres 70 tahun
1999.
e. Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration
and Use of Outer Space, including the Moon and other Celestial Bodies (Outer
Space Treaty) 1967, melalui UU 16 tahun 2002.
Kongres dan sidang paripurna Dewan Penerbangan dan Antariksa
Nasional RI ( DEPANRI):
a. Sidang Paripurna pertama DEPANRI di Jakarta, 28 Mei 1994, menetapkan
kebijakan serta program jangka panjang menengah dan pendek bagi
pembangunan kedirgantaraan nasional.
b. Kongres Kedirgantaraan Nasional Pertama DEPANRI di Jakarta, 3-4
- konsep kedirgantaraan Nasional
- posisi Indonesia tentang orbit Geostasioner
- kebijakan jangka panjang dan jangka pendek bagi pembangunan
kedirgantaraan nasional.
c. Sidang paripurna kedua DEPANRI di Jakarta, 10 Desember 1998
mensyahkan keputusan kongres kedirgantaraan nasional pertama
DEPANRI.
d. Kongres kedirgantaraan nasional kedua DEPANRI di Jakarta, 22-24
Desember 2003 (bertepatan dengan peringatan 100 tahun penerbangan
internasional ) menetapkan kebijakan bagi 10 masalah utama dan
mendesak tentang pembangunan kedirgantaraan nasional beserta
langkah-langkah penyelesaiannya.
5) Terbitan ilmiah.
Jurnal penginderaan jauh dan pengolahan data citra digital
Jurnal teknologi dirgantara
Jurnal sains dirgantara
Jurnal analisis dan informasi kedirgantaraan
Majalah sains dan teknologi dirgantara
Buku ilmiah
6).Kerjasama nasional
Keanggotaan antara lain :
Bakornas penaggulangan bencana dan pengungsi
Dewan dan badan bimas ketahanan pangan
Badan koordinasi tata ruang nasional
Panitia teknik energi
Evaluasi implementasi pembangkit listrik dari sumber energi baru dan
terbarukan.
Penyusunan dokumen panduan pembangkit listrik skala kecil.
Panitia teknik penyusunan rancangan standar nasional Indonesia
bidang energi baru.
Forum komunikasi litbang pertahanan.
Panitia pengembangan satelit nasional-KRT.
Panitia pengembangan peroketan nasional-KRT.
Kerja sama dengan instansi pusat, antara lain :
Dep. ESDM, PPKTI, LH, Han,kehutanan, agama, pertanian, kelautan
dan perikanan, dagri, perhubungan.
TNI dan POLRI
Propinsi : NAD, Sumbar, DKI, Jabar, Bengkulu, Sulsel, Gorontalo.
Kabupaten : Bantul, Wonogiri, Agam, Nunukan, Tanah Datar,
Parepare, Jaya pura, Ketapang, Sambas, Aceh besar, Situbondo,
Kerawang, Indramayu, Bangkalan, Biak, Sibolga, Pekalongan, Ciamis,
Garut.
Kerjasama dengan perguuan tinggi, antara lain:
ITB, IPB, UI, UGM, ITS, UNDIP, Univ. Sam Ratulangi, Udayana,
Nusa Cendana-Kupang.
7) Kerjasama internasional.
Lapan membangun dan menjalin hubungan kerjasama internasional
dengan organisasi mitradi bidang penelitian dan pengembangan serta
kebijakan kedirgantaraan dalam rangka:
a. Melindungi kepentingan Indonesia dalam pendayagunaan
kedirgantaraan
b. Memperoleh alih teknologi dirgantara
c. Memperoleh manfaat kemajuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dirgantara yang saling menguntungkan.
d. Menjalin jaringan hubungan Indonesia di kalangan organisasi
Technical University Berlin (TU Berlin)
German Aerospace Center (DLR)
Indian Space Research Organization (ISRO)
Russian Space Agency (Rosaviakosmos)
Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA)
National Institute of Communication Technology (NICT), Japan.
Nagoya University, Japan.
Energy Research Foundation (ECN), Holland
Teamwork Technology BV, Holland.
International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC),
Holland.
National Oceanographic and Atmospheric Administration (NOAA).
European Space Agency (EU)
Astronautic Technology, Sdn.Bhd., Malaysia
Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization
(CSIRO), Australia.
China Precision Mechanic Import and Export Corp. (CPMIEC), China.
China National Space Agency (CSA)
Dan mitra kerja bilateral lainnya.
Partisipasi pada Organsasi International :
United Nations Committee on Peaceful Uses of Outer Space
United Nations Regional Space Application Program (RESAP)
Center for Space Science and Technology Education in Asia and the
Pacific, Affiliated to the United Nations (CSSTEAP).
ASEAN COST-Sub Committee on Space Technology and Application
(SCOSA)
International Austronautical Federation (IAF)
Committee on Space Research (COSPAR)
Science Committee on Solar Terrestrial Physics (SCOSTEP)
International Geosphere/Biosphere program (IGBP)
Industrial Science and Technology Working Group (ISTWG/APEC)
Asia Pacific Network on Global Change (APN)
Asia Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF)
E. Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Kedirgantaraan Lapan.
Berdasarkan keputusan kepala Lapan, No:KEP/116/IX/2002. Mengenai
uraian tugas di lingkungan Lapan. Tiap-tiap bagian dan Sub mempunyai tugas dan
fungsi di Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Kedirgantaraan Lapan yaitu
sebagai berikut :
Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Kedirgantaraan
Biro Hubungan masyarakat dan kerjasama kedirgantaraan mempunyai
tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan penyebaran informasi, pembinaan
hubungan antar lembaga dan masyarakat serta kerjasama di bidang
kedirgantaraan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 41, Biro
Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Kedirgantaraan menyelenggarakan fungsi :
1. pemberian informasi dan hubungan antar lembaga.
2. Pemberian informasi dan hubungan media massa.
3. Pengelolaan publikasi, pameran dan informasi kepada masyarakat.
4. Administrasi kerjasama teknis bilateral dan multilateral dengan
instansi dalam dan luar negeri.
5. Pelaksanaan pameran program, kegiatan dan hasil-hasil Lapan.
6. Pelaksanaan pemberian dan penyebarluasan informasi kepada
Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Kedirgantaraan membawahkan
1. Bagian Hubungan Masyarakat.
2. Bagian Kerjasama.
3. Bagian Publikasi dan Promosi
a) Bagian Hubungan Masyarakat
Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas memberikan
informasi dan hubungan antar lembaga dan media massa serta melakukan
pengelolaan perpustakaan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 44,
Bagian Hubungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi :
Pelaksanaan hubungan antar lembaga tertinggi dan tinggi Negara,
lembaga pemerintah dan organisasi kemasyarakatan.
Pemberian informasi kepada media massa dan tanggapan pendapat
umum.
Pelayanan informasi kepada masyarakat mengenai program
kebijaksanaan kegiatan dan hasil-hasil Lapan.
Pemantauan dan evaluasi kegiatan kehumasan dan perpustakaan.
Bagian Humas membawahkan :
I. Subbagian Hubungan Antar Kelembagaan.
Subbagian Hubungan Antar Kelembagaan mempunyai
tugas menyiapkan bahan informasi dalam rangka hubungan dengan
lembaga tertinggi dan tinggi Negara, lembaga pemerintah dan
organisasi kemasyarakatan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 47, Subbagian Hubungan Antar Kelembagaan
menyelenggarakan fungsi :
Penyiapan bahan hubungan antar lembaga tertinggi dan tinggi
Negara, lembaga pemerintah dan organisasi kemasyarakatan.
Penyiapan bahan informasi kepada media massa dan
tanggapan pendapat umum.
Penyiapan sarana dan prasarana pelayanan informasi kepada
masyarakat mengenai program kebijaksanaan kegiatan dan
hasil-hasil Lapan.
Pemantauan dan evaluasi kegiatan kehumasan.
1. Subbagian Antar Kelembagaan terdiri dari :
Kelompok lembaga pemerintah mempunyai tugas
menyiapkan bahan informasi dalam rangka hubungan dengan
lembaga tertinggi dan tinggi Negara serta lembaga
pemerintah serta pendokumentasian kegiatan-kegiatan Lapan
dengan lembaga tertinggi dan tinggi Negara.
Kelompok organisasi kemasyarakatan.
Kelompok organisasi kemasyarakatan mempunyai
tugas menyiapkan bahan informasi dalam rangka hubungan
dengan organisasi kemasyarakatan,media massa dan lembaga
pendidikan serta melakukan pendokumentasian
kegiatan-kegiatan Lapan dengan organisasi kemasyarakatan, media
massa dan lembaga pendidikan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam pasal 52, Kelompok Organisasi Kemasyarakatan
melakukan :
a) Pengumpulan bahan hubungan dengan organisasi
kemasyarakatan, media massa, lembaga pendidikan dan
seluruh pegawai Lapan.
b) Pengumpulan bahan sarana dan prasarana informasi
c) Pendokumentasian kegiatan-kegiatan Lapan dengan
organisasi kemasyarakatan dan media massa, lembaga
pendidikan serta kegiatan-kegiatan internal Lapan.
d) Pengumpulan bahan pemantauan dan pelaporan hubungan
dengan organisasi kemasyarakatan, media massa dan
lembaga pendidikan.
2. Masing-masing kelompok terdiri dari sejumlah tenaga
fungsional atau non struktural umum sesuai kebutuhan.
3. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang tenaga
fungsional ataunon structural umum senior yang ditunjuk oleh
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama
Kedirgantaraan.
4. Jumlah tenaga fungsional dan non structural umum ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
5. Jenis dan jenjang jabatan fungsional dan structural umum diatur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Kelompok dalam melaksanakan tugasnya menggunakan sarana
II. Subbagian Perpustakaan.
Subbagian Perpustakaan mempunyai tugas menyiapkan
bahan kepustakaan, dan mengelola perpustakaan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalampasal 54, Subbagian Perpustakaan menyelenggarakan fungsi
:
a. Pengembangan bahan pustaka.
b. Pengolahan bahan pustaka.
c. Pelayanan bahan pustaka dan informasi.
d. Pengelolaan dan pemeliharaan bahan pustaka dan ruang
perpustakaan.
e. Koordinasi pengelolaan dan pemeliharaan bahan pustaka unit
teknis.
f. Pemantauan dan pelaporan kegiatan perpustakaan di Lapan.
1. Subbagian Perpustakaan terdiri dari :
a. Kelompok Pengembangan.
b. Kelompok Pengolahan
kelompok pengolahan mempunyai tugas melakukan
katalogisasi dan klasifikasi bahan pustaka.
c. Kelompok pelayanan.
Kelompok pelayanan mempunyai tugas melakukan
pelayanan bahan pustaka kepada pengguna :
Penyebaran informasi bahan pustaka baru ke Deputi,
Kepala pusat dan Unit Perpustakaan.
Pendistribusian bahan pustaka kepada Unit
Perpustakaan.
Pertukaran informasi bahan pustaka.
Kerjasama antar perpustakaan.
2. Masing- masing kelompok dikerjakan oleh sejumlah tenaga
fungsional dan non structural .
3. Masing- masing kelompok dikerjakan oleh sejumlah tenaga
fungsional dan non structural umum senior yang ditunjuk oleh
kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama
Kedirgantaraan.
4.Jumlah tenaga fungsional dan non structural umum tersebut pada