HASIL DAN PEMBAHASAN
Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a) semen adalah sekresi kelamin pejantan yang secara normal diejakulasikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat ditampung untuk keperluan IB. Pemeriksaan semen dapat memberikan informasi tentang kesuburan pejantan dan indikatornya adalah meningkatnya angka konsepsi dari betina yang dikawinkan atau diinseminasikan dengan semen pejantan, sehingga bertambahnya jumlah populasi ternak.
Evaluasi Semen Segar
Semen segar sapi yang telah ditampung harus dilakukan evaluasi. Tujuan evaluasi semen adalah untuk mengetahui kelayakan semen untuk diproses lebih lanjut, menentukan volume pengencer yang harus ditambahkan dan untuk mengetahui jumlah straw yang dapat dihasilkan dalam proses pembekuan semen (Feradis, 2010a). Pemeriksaan semen segar meliputi makroskopis dan mikroskopis.
Hasil evaluasi semen secara makroskopis meliputi warna, volume (ml), konsistensi dan pH, sedangkan mikroskopis adalah gerakan massa, motilitas (%) dan konsentrasi (jt/ml). Data nilai motilitas semen segar yang diperoleh selama penelitian dari sapi Limousin, Simmental dan FH disajikan pada Tabel 1.
Menurut Ax et al., (2000) ejakulat normal semen sapi berwarna krem susu sampai putih susu, semen dengan konsentrasi yang rendah akan terlihat bening dan tembus cahaya. Semen sapi bisa saja berwarna kuning disebabkan banyaknya pigmen riboflavin dan pigmen ini tidak mempengaruhi kesuburan. Pengamatan warna semen yang diperoleh dari sapi Limousin, Simmental dan FH yaitu putih susu.
Volume semen merupakan jumlah semen setiap ejakulasi. Hasil penelitian
menunjukkan kualitas semen secara makroskopis cukup bagus dengan volume semen
berkisar antara 6-8 ml hasil volume semen yang didapatkan masih dalam kisaran
normal karena hasil yang diperoleh sesuai dengan pendapat Garner dan Hafez (2000)
volume semen sapi setiap satu kali ejakulasi berkisar antara 5-8 ml. Volume rendah
tidak merugikan tetapi apabila disertai konsentrasi yang rendah akan membatasi
jumlah spermatozoa yang tersedia. Peningkatan frekuensi ejakulasi selain
menurunkan jumlah volume semen juga akan menurunkan jumlah spermatozoa (Ball dan Peters, 2004).
Tabel 1. Rataan Karakteristik Semen Sapi Limousin, Simmental dan Fries Holstein
Karakteristik
Bangsa Sapi
Limmousin Simmental Fries Holstein
MakroskopisWarna Putih susu Putih susu Putih susu
Volume (ml) 7,1±2,4 6,8±1,1 8,8±2,3
Konsistensi Sedang Sedang Sedang
pH 6,50±0,2 6,51±0,2 6,9±0,1
Mikroskopis
Gerakan massa ++ ++ ++
Motilitas (%) 75,3±6,4 80,16±7,8 73,2±5,01
Konsentrasi (jt/ml) 1721,20±332,60 1899,3±254,8 1561,8±312,5
Keterangan : (-) = Buruk (+) = Sedang (++) = Baik (+++) = Sangat BaikKonsistensi atau derajat kekentalan semen sapi dari ketiga bangsa adalah konsistensi sedang, semen sapi yang normal memiliki konsistensi dari sedang sampai kental. Konsistensi semen mempunyai korelasi dengan warna, misalnya semen yang berwarna krem biasanya konsistensinya pekat atau kental, sedangkan yang warnanya jernih atau terang biasanya konsistensinya encer (Feradis, 2010a).
Rata-rata pH (derajat keasaman) semen ketiga bangsa sapi yang diperoleh selama penelitian adalah (6,49-6,54). Nilai ini termasuk normal karena kisaran pH semen sapi adalah 6,4-7,8 (Garner dan Hafez, 2000). Derajat keasaman memegang peran yang sangat penting karena mempengaruhi viabilitas spermatozoa.
Ketiga bangsa sapi menunjukkan gerakkan masa spermatozoa yang normal
yaitu positif 2 dengan skala 0-3, sesuai dengan pernyataan (Feradis, 2010b). Nilai ini
termasuk cukup baik mengingat pada semen sapi kisaran normal gerakan massa
adalah ++ sampai dengan +++ (Campbel et al., 2003a). Spermatozoa dalam suatu
kelompok mempunyai kecenderungan untuk bergerak bersama-sama ke satu arah
yang menyerupai gelombang-gelombang yang tebal dan tipis, bergerak cepat atau
lamban tergantung dari konsentrasi spermatozoa yang hidup di dalamnya. Gerakan
massa semen yang memiliki kualitas baik (++), bila terlihat gelombang-gelombang
kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban, sedangkan kualitas yang sangat
baik (+++), bila terlihat gelombang-gelombang besar, banyak, gelap, tebal dan aktif (Feradis, 2010b).
Nilai motilitas spermatozoa semen segar sapi Simmental adalah 80,16±7,80%, nilai ini lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan Limousin dan FH masing-masing hanya 75,3±6,4 dan 73,2±5,01%. Nilai motilitas spermatozoa dari ketiga breed tersebut termasuk normal, karena menurut Bearden et al. (2004) nilai motilitas semen sapi antara 70 sampai 80%. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai motilitas spermatozoa seperti perbedaan antar bangsa, umur, kematangan spermatozoa dan plasma semen (Garner dan Hafez, 2000).
Konsentrasi adalah jumlah sel spermatozoa per milliliter semen. Hasil pengamatan menunjukkan konsentrasi spermatozoa semen segar yang diperoleh dari ketiga bangsa sapi tersebut adalah 1561,87 sampai dengan 1899,3 juta/ml.
Konsentrasi spermatozoa ketiga sapi tersebut sangat tinggi, mengingat bahwa konsentrasi spermatozoa pada sapi jantan dewasa berkisar antara 800-1200 juta/ml semen (Campbel et al., 2003b). Hal ini disebabkan karena sapi-sapi yang digunakan pada penelitian ini adalah milik Balai IB yang merupakan hasil seleksi yang sudah teruji kualitasnya dan dipelihara dengan manajemen yang baik. Jumlah spermatozoa per unit volume penting untuk mengetahui jumlah bahan pengencer yang ditambahkan dan berapa jumlah betina yang dapat diinseminasikan (Campbel et al., 2003b). Tingginya konsentrasi spermatozoa tampak pada warna semen tersebut, semakin pekat warna semen maka semakin tinggi pula konsentrasinya dan begitu pula sebaliknya (Feradis, 2010a).
Gordon (2004) menyatakan bahwa warna, jumlah volume, konsentrasi,
konsistensi, gerakan massa, pH dan motilitas spermatozoa semen segar dari seekor
pejantan sangat bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kondisi
masing-masing individu, seperti kualitas organ reproduksi, umur ternak, kondisi
manajemen peternakan, jenis pakan yang diberikan dan bangsa sapi. Hasil
pemeriksaan menunjukan bahwa semen yang diperoleh selama penelitian dari sapi
Limousin, Simmental dan FH berada pada kisaran normal dan dapat dikategorikan
semen yang berkualitas baik sehingga dapat diproses lebih lanjut menjadi semen
beku.
Motilitas Spermatozoa Semen Segar, Before Freezing, Post Thawing Motility, Longivitas dan Recovery Rate
Pemeriksaan motilitas spermatozoa semen segar dilakukan untuk dapat diproses lebih lanjut yang digunakan sebagai produksi semen beku. Equilibrasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh spermatozoa untuk menyesuaikan diri sebelun dilakukan pembekuan dilakukan dengan cara menempatkan straw pada temperatur 5
o
C selama empat jam. Berdasarkan hasil penelitian, nilai motilitas spermatozoa setelah before freezing pada Tabel 2 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa sapi Simmental lebih tinggi yaitu 65,16±5,53% dibandingkan sapi Limmousin dan FH dengan nilai motilitas spermatozoa masing-masing adalah 63,44±3,22 dan 63,12±3,53%.
Post thawing motility (PTM) yaitu pengujian motilitas spermatozoa setelah dibekukan dengan cara melakukan thawing semen beku pada air hangat dengan temperatur 37 °C selama 30 detik. Motilitas spermatozoa PTM pada ketiga bangsa sapi tersebut ternyata tidak menunjukkan perbedaan (P>0,05) dengan nilai PTM masing-masing adalah Limousin 44,06±3,46; Simmental 44,69±2,98 dan FH 42,97±2,80%.
Tabel 2. Nilai Motilitas Spermatozoa pada Berbagai Tahapan Pembekuan
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan nyata (P<0,05)
Recovery rate (RR) adalah kemampuan pemulihan spermatozoa setelah pembekuan dengan membandingkan motilitas spermatozoa semen segar dengan motilitas spermatozoa setelah thawing (Hafez, 2000). Hasil penelitian ini juga tidak menunjukkan perbedaan (P>0,05) dengan nilai RR untuk masing-masing sapi Limousin, Simmental dan FH yaitu 58,87±6,37; 56,27±7,08 dan 58,87±5,31%.
Perlakuan
Peubah
Limousin Simmental Fries Holstein ---%--- Semen segar 75,31±6,47
b80,16±7,80
a73,29±5,01
b Before Freezing63,44±3,22
b65,16±5,53
a63,12±3,53
b Post Thawing Motility44,06±3,46 44,69±2,98 42,97±2,80
Recovery Rate58,87±6,37 56,27±7,08 58,87±5,31
Longivitas 13,91±5,34 13,91±4,35 14,06±5,60
Longivitas adalah kemampuan spermatozoa bertahan hidup pada temperatur tertentu (Hafez, 2000). Pengujian longivitas di BIB Lembang menggunakan teknik water incubator test. Hasil penelitian juga tidak menunjukan perbedaan longivitas (P>0,05) antara spermatozoa sapi Limousin, Simmental dan FH dengan nilai masing- masing 13,91±5,34; 13,91±4,35 dan 14,06±5,60%.
Agar penggunaan pejantan yang bebas penyakit dan bermutu genetik tinggi secara maksimal dapat tercapai dalam program IB, maka daya fertilisasi optimum spermatozoa harus diawetkan untuk beberapa lama setelah penampungan. Untuk itu harus dicampur dengan larutan pengencer yang menjamin kebutuhan fisik dan kimiawinya dan disimpan pada suhu dan kondisi tertentu yang mempertahankan kehidupan spermatozoa selama waktu yang diinginkan untuk dipakai sesuai dengan kebutuhan.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan sel selama proses pembekuan dan thawing seperti pengaruh peroksidasi lipid pada spermatozoa sehingga dapat menurunkan daya hidup (Bearden et al., 2004). Hafez (2000) menyebutkan untuk menghasilkan semen beku yang berkualitas tinggi, baik dan terjamin kualitasnya untuk semen yang akan diinseminasikan maka dibutuhkan bahan pengencer semen yang mampu mempertahankan kualitas spermatozoa selama proses pembekuan maupun pada saat pengenceran, karena itu bahan pengencer semen beku harus mengandung sumber nutrisi, buffer, bahan anti cold shock, antibiotik dan krioprotektan yang dapat melindungi spermatozoa selama proses pembekuan dan thawing. Beberapa karbohidrat yang sederhana seperti glukosa, dapat dipakai sebagai sumber energi bagi spermatozoa. Kuning telur dan air susu yang mengandung lipoprotein dan lesitin berfungsi melindungi spermatozoa dari cold shock. Berbagai bahan penyanggah dapat dipakai untuk mempertahankan pH semen, yaitu sitrat, phosfat dan tris. Penisilin dan streptomisin ditambahkan dalam pengencer semen untuk penghambat pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan untuk proses pembekuan perlu ditambahkan gliserol untuk melindungi spermatozoa terhadap efek letal pembekuan (Feradis, 2010a).
Hasil dari analisis statistik sapi Simmental memiliki nilai motilitas
spermatozoa semen segar dan before freezing nyata lebih tinggi daripada sapi
Limousin dan FH. Hal ini menunjukan bahwa bangsa yang berbeda akan
mempengaruhi kualitas semen yang dihasilkan, hasil yang didapat sesuai dengan pernyataan Garner dan Hafez (2000) perbedaan antar bangsa juga mempengaruhi kualitas semen yang dihasilkan dan Srianto et al. (2009) menyebutkan bahwa jumlah volume, konsentrasi dan motilitas spermatozoa yang dihasilkan oleh tiap-tiap sapi pejantan yang digunakan untuk proses produksi semen beku berbeda. Perbedaan ini bisa saja disebabkan oleh genetik bangsa sapi Simmental yang lebih baik.
Motilitas spermatozoa setelah thawing, recovery rate dan longivitas pada ketiga bangsa sapi tersebut tidak menunjukan perbedaan (P>0,05) diduga karena jenis pengencer yang digunakan dan pemberian pakan yang diberikan sama untuk ketiga jenis tersebut sama, hasil yang didapat dari penelitian ini berbeda dari hasil penelitian Arifiantini et al. (2005) motilitas spermatozoa setelah thawing pada sapi FH dengan menggunakan pengencer tris, asam sitrat, laktosa dan raffinosa yaitu 52,09±7,07%, sedangkan pada penelitian ini menggunakan susu skim dan glukosa, seperti yang dinyatakan Paulenz et al. (2002) bahwa jenis pengencer semen sangat bervariasi dan masing-masing memiliki keistimewaan. Kemungkinan lain juga dapat dikarenakan pengujian lama waktu longivitas yang sama yaitu 4 jam pada suhu 37
o