• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 2B: 1. ENDANG FITRIANI (312010121) 2. MIFTHAHUL JANNAH (312010107) 3. PUTRIANA (312010131)

DOSEN PEMBIMBING : HADI PRAYITNO, S.pd., M.pd.

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BAHASA INDDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2010

(2)

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar orang berbicara, entah berpidato kadang-kadang terdengar suara menaik dan menurun, kadang-kadang terdengar hentian sejenak atau hentian agak lama, kadang-kadang terdengar tekanan keras atau lembut, dan kadang-kadang terdengar pula suara memanjang dan suara biasa. Runtutan bunyi bahasa ini dapat dianalisis atau disekmentasikan berdasarkan tingkatan-tingkatan kesatuanya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jedah yang terdapat dalam runtutan bunyi itu. Misalnya runtutan bunyi dalam bahasa indonesia berikut untuk sementara memudakan pengertian tidak digunakan transkripsi fonetik penilaian transkripsi ortografis dengan mengabaikan unsur-unsurnya.

Silabel merupakan satuan runtutan bunyi yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring.punjak kenyaringan itu biasanya ditandai dengan sebuah bunyi vocal. Karena itu, ada yang mengatakan, untuk menentukan ada berapa silabel pada sebuah kesatuan runtutan bunyi kita lihat saja ada beberapa buah vocal yang terdapat didalamnya. Misalnya, pada runtutan satuan bunyi[meninggalkan] kita lihat ada terdapat empat buah vokal, yaitu [ e,I,a,a], maka pada satuan runtutan bunyi itu ada empat buah silabel.

Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya,fonologi dibedakan menjadi fonetin dan fonemik. Secara umum fonetik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembedah makna.

(3)

1.1 Masalah

Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone „bunyi‟ dan „logos‟ tatanan, kata, atau ilmu‟ dlsebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian. Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.

Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Untuk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :

1. Udara,

2. Artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan

3. Titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh 3ancer3ator.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui macam-macam fonetik dan pengertianya. 2. Membahasa tentang klasifikasi bunyi.

3. Mengetahui unsur-unsur suprasegmental. 4. Memahami fonemik dan pembedaan bunyinya.

2

(4)

2. Pembahasan

2.1 Teori

1. Definisi fonologi yang menonjolkan dari segi, Alat ucap, Proses fonasi, Tulisan fonetik. Dan Klasifikasi bunyi.

2. Fonologi adalah sistem bunyi yang mengkaji ilmu-ilmu tata bahasa.

3. Definisi fonologi yang menonjol dari segi unsure suprasegmental, Tekanan atau Stres, Nada atau Picth, dan Jeda atau Persendian.

2.2 Pembahasan Masalah

2.2.1 Fonetik dan Pengetiannya

Seperti sudah di sebutkan di muka, Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan menjadi tiga macam fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.

1. Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagai mana bunyi-bunyi itu diklasipikasikan.. 2. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena

alam.bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya.

3. Fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.

(5)

2.2.1.1 Alat Ucap

Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang harus dibicarakan adalah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai pungsi utama lain yang bersifat biologis. Misalnya, paru-paru untuk bernapas,lidah untuk menguecap,dan gigi untuk mengunya. Namun, secara kabetulan alat-alat itu digunakan juga untuk berbicara.Bunyi-bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama sesuai dengan nama alat ucap itu. Namun, tidak biasa disebut “bunyi gigi” atau “bunyi bibir”, melainkan bunyi dental dan bunyi labial, yakni istilah berupa bentuk ajektif dari bahasa latinya. Selanjutnya sesuai dengan bunyi bahasa itu di hasilkan, maka harus kita gabungkan istilah dari dua nama alat ucap itu. Misalnya, bunyi apikodental yaitu gabungan antara ujung lidah dengan gigi atas; labiodental yaitu gabungan antara bibir bawah dengan gigi atas; dan laminopalatal yaitu gabungan antara daun lidah

dengan langit-langit keras.

2.2.1.2 Proses Fonasi

Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok, yang didalamnya terdapat pita suara. Kalau udara yang dari paru-paru itu keluar tanpa memdapat hambatan apa-apa, maka kita tidak akan mendengar bunyi apa-apa, selain barangkali bunyi napas. Hambatan terhadap udara atau arus udara yang keluar dari paru-paru itu dapat terjadi mulai dari tempat yang paling dalam, yaitu pita suara, sampai pada tempat yang paling luar, yaitu bibir atas dan bawah. Dalam proses artikulasi ini, biasanya, telibat dua macam artikulator, yaitu artikulator aktif dan artikulator pasif. Yang dimaksud dengan artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak atau digerakan, misalnnya, bibir bawah, ujung lidah, dan daun lidah. Sedangkan yang dimaksud artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak dapat bergerak , atau yang didekati oleh artikulator aktif, misalnya, bibir atas, gigi atas, dan langit-langit keras. 4

(6)

Keadaan, cara, atau posisi bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif disebut striktur. Bunyi-bunyi yang dibicarakan diatas adalah bunyi tunggal sebagai hasil suatu proses artikulasi.

2.2.1.3 Tulisan Fonetik

Tulisan fonetik yang dibuat untuk keperluan studi fonetik . sesungguhnya dibuat Berdasarkan huruf- huruf dari aksara lain, yang ditambah dengan sejumlah modifikasi Terhadap huruf Latin itu. karena abjad latin itu hanya mempunyai 26 buah huruf atau grafem, sedangkan bunyi bahasa itu melebihi jumlah huruf yang ada itu. Misalnya saja, abjad Latin hanya mempunyai 5 buah huruf untuk melambangkan bunyi vocal, yaitu a,I,e,o,dan u, padahal bahasa indonesia saja mempunyai 6 buah fonem

vokal dengan sekian banyak alofonya . begitu pun bahasa inggris dan bahasa prancis memiliki lebih dari 10 buah vokal. dalam tulisan fonetik setiap huruf atau lambang hanya digunakan untuk melambangkan satu bunyi. bandingkan dengan sistem ejaan bahasa indonesia yang berlaku sekarang, misalnya, huruf e digunakan untuk melambangkan lebih dari satu bunyi. bunyi huruf e psd kata kera, monyet,dan sate? Samakan juga bunyi huruf u pada kata-kata inggris but, put, dan hurt? Namun dalam studi linguistik dikenal adanya tulisan fonetik dari International Phoneti Alphabet

(disingkat IPA), yang mulai diperkenalkan pada tahun 1886. Kalau dalam tulisan fonetik, setiap bunyi, baik yang segmental maupun yang

suprasegmental, dilambangkan secara akurat, artinya, setiap bunyi mempunyai lambang – lambangnya sendiri, meskipun perbedaanya hanya sedikit, tetapi dalam tulisan fonemik hanya perbedaan bunyi yang distingtif saja, yakni yang membedakan makna, yang diperbedakan lambangnya. Selain tulisan fonetik dan tulisan fonemik, ada lagi tulisan lain, yaitu tulisan ortografi.

2.3.1 Klasifikasi Bunyi

Bunyi bahasa pertama-tama dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vocal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru.

Bunyi konsonan terjadi, setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi terte ntu.terjadinya bunyi vokal dan kosonan Adalah arus udara dalam pembentukan bunyi vokal ,setelah melewaati pita suara,

(7)

Tidak mendapatkan hambatan apa –apa ;sedangkan dalam pembentukan bunyi kosonan arus udara itu masih mendapatkan hambatan atau ngangauan .bunyi konsonan ada yang bersuara ada yang tidak ;bunyi vokal ,semuanya adalah bersuara ,sebab dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit

 Klasifikasi Vokal

Biasanya diklasifikasi dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut.posisi lidah bisa bersifat vertical bisaa bersifat horizontal .secara vertical Dibedakan adanya adanya vokal tinggi,misalnya bunyi[i] dan [u];vokal tenggah misalnya ,bunyi [i] dan[u]; vokal tengah, misalnya, bunyi [e] ; dan vokal rendah, misalnya, bunyi [a]. Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan, misalnya, bunyi [u] dan [o]. Kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan vokal tak bundar. Disebutvokal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucap vokal itu, misalnya, vokal [o] dan vokal [u]. Disebut vokal tak bundar karena bentuk mulut tidak bundar, melainkan melebar, pada waktu mengucapkan vokal tersebut, misalnya, vokal [i] dan vokal [e].

5

 Klasifikasi Konsonan

Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga patokan atau 7ancer7a, yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.Dengan ketiga 7ancer7a itu juga orang member nama akan konsonan itu. Bunyi suara terjadi apabilah pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Berdasarkan tempat artikulasinya kita mengenal, antara lain, konsonan;

1. Bilabial, yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan bilabial ini adalah bunyi [b], [p], dan [m]. Dalam hal ini perluh diperhatikan, bunyi [p] dan [b] adalah bunyi oral, yaitu yang dikeluarkan melalui rongga mulut, sedangkan [m] adalah bunyi nasal, yakni bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung.

2. Labiodental, yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas; gigi bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodentals adalah bunyi [f] dan [v].

(8)

3. Laminoalveolar, yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; dalam hal ini, daun lidah menempel pada gusi. Yang termasuk konsona laminoalveolar adalah bunyi [t] dan [d].

4. Dorsoveral, yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-lagit lunak. Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah bunyi [k] dan Berdasarkan cara artikulasinya, Artinya bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukun terhadap arus udara itu, Dapatlah kita bedakan adanya konsonan:

1. Hambat (letupan, plosive, stop). Disini articulator menutup sepenunya aliran udara, Sehingga udara mampat dibelakang tempat penutup itu.

2. Geseran atau frikatif. Di sini articulator aktif mendekati articulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat mendapat gangguan di celah itu.

6

3. Paduan atau frikatif. Di sini 8ancer8ator aktif menghambat sepenunya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan articulator pasif. Cara ini. Merupakan gabungan antara hambatan dan frikatif. Yang termasuk konsonan paduan, antara lain, bunyi [c], dan [j].

4. Sengauan atau nasal. Di sini articulator aktif menghambat sepununya aliran udara melalui mulut, tetapi membiarkannya keluar melalui rongga hidung dengan bebas. Contoh konsonan nasal adalah bunyi [m] , [n], dan [n].

5. Getaran atau trill. Disini 8ancer8ator aktif melakukan kontak beruntundengan articulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contohnya adalah konsonan [r].

6. Sampingan atau lateral. Di sini 8ancer8ator aktif menghambat alliran udara pada bagian tengah mulut; lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contohnya adalah kosonan [l].

7. Hampiran atau aproksiman. Disini 8 ancer 8 ator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi

(9)

tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran.Oleh karna itu bunyi yang di hasilkan sering juga disebut semi vokal. Disini hanya ada dua bunyi, yaitu [w] dan [y].

B. Unsur – Unsur Suprasegmenntal

Arus ujaran merupakan suatu runtunan bunyi yang smbung-bersambung terus-menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau jeda agak singkat, disertsi degan keras lembut bunyi, tinggi rendah bunyi, pajang pendek bunyi, dan sebagainya. Dalam studi mengenai bunyi atau unsure suprasegmental itu biasanya dibedakan pula atas :

1. Tekanan atau Stres

Suatu bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga meyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Tekanan ini mungki terjadi secara sporadic, mungkin juga telah berpola; mungkin juga bersifat distingtif, dapat membedakan makna,

mungkin juga tidak distingtif.

7 2. Nada Atau Picth

Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan disertai juga degan nada rendah.

3. Jeda Atau Persendian

Jeda atau persendian berkenaan dengan hentiaan bunyi dalam arus ujaran. Disebut jeda karena adanya hentian itu, dan disebut persendiaan karena di tempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara segmenyang satu dengan segmen lain. Jeda ini dapat bersifat penuh dan dapat juga bersifat sementara.

 Silabel

Pada awal bab ini sudah disebutkan bahwa runtunan bunyi bahasa itu, sebagai wujud dari pertuturan, dapat disegmentasikan berdasarkan jeda-jeda dan

(10)

tekanan yang ada dalam runtunan bunyi itu, menjadi satuan-satuan bunyi tertentu. Silabel atau suku kata itu adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtunan bunyi ujaran. Silabel sebagai satuan ritmis mempunyai puncak kenyaringan atau sonoritas yang biasanya jatuh pada sebuah vokal.Silabel terjadi karena adanya ruang resonasi berupa mulut, rongga hidung, atau rongga-rongga lain, didalam kepala dan dada.

C. Fonologi Mencakup Studi Fonemik

Sudah disebutkan di muka bahwa objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa pada umumnya tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak. Kalau dalam fonetik,misalnya, kita meneliti bunyi-bunyi [a] yang berbeda pada kata-kata seperti 10ancer, laba, dan lain; atau meneliti perbedaan bunyi [i] seperti yang terdapat pada kata-kata ini, intan, dan pahit; maka dalam fonemik kita menelitih apakah perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. 8

1. Identifikasi Fonem

Apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa,biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandingkanya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Ternyata perbedaanya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan [r]. maka dengan demikian dapat dismpulkan bahwa bunyi [l] dan bunyi [r] adalah dua buah fonem yang berbeda didalam bahasa Indonesia, yaitu fonem [l] dan fonem [r]. Fonem dari bahasa ada yang mempunyai beban fungsional yang tinggi, tetapi ada pula yang rendah.

2. Alofon

Alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis. Artinya, banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Aatau kalau kita melihatnya dalam peta fonem, letaknya masih berdekatan atau saling berdekatan. Tentang distribusinya, mungkin bersifat komplementer, mungkin juga bersifat bebas. Yang

(11)

dimaksud dengan distribusi komplementer, atau biasa juga disebut distribusi saling melengkap, adalah yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan, meskipun dipertukarkan juga tidak akan menimbulkan perbedaan makna. Distribusi komplementer ini bersifat tetap pada lingkungan tertentu. Yang dimaksud dengan distribusi bebas adalah bahwa alofon-alofon itu boleh digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Kalau diperhatikan bahwa alofon adalah realisasi dari fonem, maka dapat dikatakan bahwa alofon bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah abstraksi dari alofon atau alofon-alofon itu.

3. Klasifikasi Fonem

Fonem vocal dan fonem konsonan, bedanya kalau bunyi-bunyi vokal dan konsonan itu banyak sekali, maka fonem vokal dan fonem konsonan ini agak terbatas, sebab hanya bunyi-bunyi yang dapat membedakan makna saja yang dapat menjadi fonem.

9

4. Khanzanah Fonem

Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satyu bahasa. Menurut catatan para pakar, yang tersedikit jumlah fonemnya adalah bahasa penduduk asli di pulau Hawaii, yaitu hanya 13 buah; dan jumlah fonemnya terbanyak, yaitu 75 buah, adalah sebuah bahasa di kaukasus utara. Bahasa arab hanya mempunyai 3 buah fonem vokal; sedangkan bahasa Indonesia mempunyai 6 buah fonem vokal; bahasa inggris dan bahasa prancis mempunyai lebih dari 10 buah fonem vokal.

5. Perubahan Fonem

Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungnya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya. Kasus lain, dalam bahasa-bahasa tertentu ada dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain. Berikut ini akan dibicarakan beberapa kasus perubahan fonem itu.

(12)

 Asimilasi dan Disimilasi

Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkunganya, sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai cirri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.Kalau perubahan itu mennyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem, maka perubahan itu disebut asimilasi fonemis.Kalau perubahan dalam proses asimilasi menyebabkan dua bunyi yang berbeda menjadi sama, baik seluruhnyav maupun sebagian dari cirinya, maka dalam proses disimilasi perubahan itu menyebabkan dua buah fonem yang sama menjadi berbeda atau berlainan.

10

 Netralisasi dan Arkifonem

Sudah dibicarakan di muka bahwa fonem mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata. Disini tampaknya fungsi pembeda makna itu menjadi batal. Secara tradisional dalam bahasa studi bahasa Indonesia kasus ini sering dijelaskan dengan keterangan yang benar adalah bentuk [sabtu] karena berasal dari bahasa arab. Begitu pula, yang betul adalah bentuk lembap karena berasal dari bahasa melayu asli.

 Umlaut, Ablaut, dan Harmoni Vokal

Kata umlaut berasal dari bahasa jerman. Dalam fonologi kata ini mempunyai pengertian: perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang tinggi. Ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa indo jerman untuk

(13)

menandai pelbagai fungsi gramatikal. Kalau umlaut terbatas pada peninggian vokal akibat pengaruh bunyi berikutnya, maka ablaut bukan akibat pengaruh bunyi berikutnya, dan bukan pula terbatas pada peninggian bunyi; bisa juga pada pemanjangan, pemendekan, atau penghilangan vokal. Perubahan bunyi yang disebut harmoni vokal atau keselarasan vokal terdapat dalam bahasa Turki. Dalam bahasa Turki harmoni vokal itu berlangsung dari kiri ke kanan, atau dari silabel yang mendahului kea rah silabel yang menyusul.  Kontraksi

Dalam percakapan yang cepat atau dalam situasi yang informal seringkali penuturan menyingkat atau memperpendek ujaranya. Dalam pemendekan seperti ini, yang dapat berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih, ada yang berupa kontraksi. Dalam kontraksi, pemendekan itu menjadi satu segmen dengan

pelafalannya sendiri-sendiri.

11  Metatesis dan Epentensis

Proses metatesis bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Dalam proses epentesis sebuah fonem tertentu, biasanya yang homorgan dengan lingkungannya, disisipkan dalam sebuah kata. Perubahan bunyi atau fonem yang dibicarakan di atas hanya terjadi pada bahasa-bahasa tertentu, yang tidak harus terjadi pada bahasa lain.

6. Fonem dan Grafem

Dari uraian terdahulu dapat di simpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata. Fonem dianggap sebagai konsep abstrak, yang didalam pertuturan di realisasikan oleh

(14)

alofon, atau alofon-alofon, yang sesuai dengan lingkungan tempat hadirnya fonem tersebut. Dalam studi fonologi, alofon-alofon yang merealisasikan sebuah fonem itu, dapat dilambangkan secara akurat dalam wujud tulisan atau transkripsi fonetik.

SIMPULAN

Dari penjelasan diatas maka dapat di simpulkan bahwa fonologi adalah bagian ilmu tata bahasa yang mempelajari bunyi ujaran yang di hasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa juga berfungsi sebagai alat komunikasi yang bersifat sistematis dan juga sistemis. Objek fonologi tidak hanya membahas tentang bahasa. Akan tetapi, juga mengkaji ilmu-ilmu yang lain. Fonetik juga memiliki macam-macam fonetik, antara lain:

1. Fonetik Artikulasi; 2. Fonetik Akustik; 3. Fonetik Auditoris; 12 DAFTAR PUSTAKA

(15)

13

Referensi

Dokumen terkait

Knowledge base dikumpulkan dari pakar melalui wawancara dan observasi serta studi pustaka, aplikasi ini menghimpun knowledge base tentang jenis kerusakan yang terjadi pada

Perhitungan nilai stock loan menggunakan hasil diskritisasi dari metode Crank-Nicolson kemudian memasukkan nilai parameter-parameter yang telah diberikan dengan memperhatikan

1 Meskipun pemilu tahun 2004 selanjutnya telah memberikan peluang untuk meningkatkan partisipasi maupun representasi perempuan dalam aktifitas politik, hal ini setidaknya

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program SPSS dengan analisis regresi ganda dengan kriteria yang digunakan adalah apabila nilai

Pada lingkungan tercekam kekeringan Tabel 5, terdapat lima karakter yang memberikan pengaruh langsung genetik lebih tinggi daripada koefisien korelasi genetiknya, yaitu

Mengoptimalkan sum- berdaya manusia merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan, yaitu de- ngan sering mengadakan pelatihan serta penyuluhan tentang pola penerapan Pro-

Hal-hal inilah yang menjadi latar belakang penulis untuk mengangkat judul Analisis Musikal dan Makna Tekstual Hoho Dalam Tari Faluaya Pada Masyarakat Nias Di

Goleman (2005) mendefinisikan kecerdasan emosional dengan kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan