• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN ACEH BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN ACEH BARAT"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DI KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH :

AFRIZAL ANNIZAMI NIM : 09C20101072

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT

2014

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi yang sarat informasi saat ini, secara tidak disadari dunia terus mengalami perubahan kepada hal-hal yang sebelumnya sulit untuk dipercaya oleh sebagian besar manusia baik masa kini maupun masa yang akan datang.

Bermacam-macam pola dan beragam perilaku manusia didalam bermasyarakat dalam mengkonsumsi barang atau benda kebutuhan sehari-hari terhadap barang- barang yang dapat memberikan kepuasan baik jasmani maupun rohani.

Makanan (pangan) merupakan kebutuhan pokok manusia, agar kelangsungan hidupnya dapat terjamin. Salah satu makanan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk indonesia adalah beras.

Beras merupakan bahan makanan pokok bangsa Indonesia. Namun produksi beras dalam negeri sampai sekarang belum memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pemerintah harus masih mengimpor beras dari luar negeri.

Tanaman pangan ini memiliki nilai yang sangat penting, peran ini tidak dapat digantikan oleh subsektor pertanian lainnya, ketahanan pangan merupakan ketahanan politik dan ketahanan ekonomi, apalagi dihubungkan dengan perekonomian global maupun nasional yang tidak stabil. Ketahanan pangan yang paling efisien dapat dicapai melalui pencapaian swasembada pangan dimana langkah yang paling tepat adalah dengan meningkatkan produksi nasional.

Dengan adanya perkembangan subsektor tanaman pangan maka diharapkan mampu meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani yang dicapai melalui peningkatan pendapatan, produksi dan produktivitas usaha tani. Namun di

(3)

Indonesia usaha tani masih memiliki kelemahan di bidang pengelolaan (manajemen), dalam usaha tani aspek pengelolaan sering diabaikan, jarang ditemukan usaha tani berskala kecil menggunakan pembukuan yang baik, berorientasi pasar dan mengatur pola tanam yang tepat sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar dengan tepat.

Indonesia setiap tahunnya terjadi pertambahan penduduk. Bedasarkan hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk selama 25 tahun mendatang terus terjadi peningkatan yaitu dari 205,1 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta jiwa pada tahun 2025. Dalam Dekade 2000-2025 kecepatan pertumbuhan penduduk berkisar antara 0,92-1,39 persen (www.datastatistik- indonesia.com.akses 21 maret 2014).

Akibat terjadinya peningkatan jumlah penduduk maka permintaan terhadap barang dan jasa semakin meningkat termasuk jumlah permintaan makanan pokok yang harus terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan jumlah penduduk yang harus diimbangi dengan jumlah produksi agar konsumsi terpenuhi membuat permintaan akan jumlah konsumsi meningkat termasuk beras.

Kabupaten Aceh Barat sendiri mempunyai sektor pertanian yang cukup luas, dan hampir sebagian penduduk Aceh Barat berprofesi sebagai petani, akan tetapi Aceh Barat sampai saat ini masih memasok beras dari daerah-daerah sekitar seperti Nagan Raya dan Pidie.

Pemerintah Kabupaten Nagan Raya mensuplai beras sebanyak 11.000 ton setiap tahunnya ke kabupaten tetangga, diantaranya Aceh Barat, Aceh Barat Daya, dan Aceh Jaya, Nagan Raya memiliki sektor pertanian yang bagus, sehingga sangat membantu suplai beras ke daerah lain

(4)

(http://diliputnews.com/read/12256/pemkab-nagan-raya-suplai-beras-ke-beberapa- daerah.html.Akses 15 mei 2014).

Gambaran di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Kabupaten Aceh Barat”.

.

1.2. Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoris 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.

2. Lingkungan Akademik

Hasil peneilitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan bacaan bagi mahasiswa Universitas Teuku Umar khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, serta sebagai gambaran tentang keadaan sosial ekonomi

(5)

masyarakat yang sebenarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan juga dapat menambah pengetahuan tentang tingkah laku konsumen.

3. Bagi Pihak Lain

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, wawasan dan pengetahuan.

1.4.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kebijakan dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang berkaitan dengan permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

2. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman bagaimana kondisi permintaan beras sampai saat ini di Kabupaten Aceh Barat.

1.5. Sitematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan yang terdiri dari :

Bagian I terdiri dari pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah penyebab, rumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian dan sekaligus sistematika pembahasan.

Bagian II tinjauan pustaka yang berisi pengertian antar variabel dalam judul tersebut, perumusan hipotesis, pengertian permintaan, fungsi permintaan, kurva permintaan, elastisitas permintaan, pengertian beras dan perumusan hipotesis.

(6)

Bagian III metode penelitian berisi tentang ruang lingkup penelitian, data penelitian yang didalamnya berisi tentang jenis dan sumber data serta pengumpulan data, model analisis data, definisi operasional variabel dan pengujian hipotesis.

Bagian IV hasil dan pembahasan yang berisi tentang produksi beras, harga beras, jumlah penduduk, permintaan beras hasil pengujian hipotesis, uji t, uji F dan pembahasan hasil.

Bagian V simpulan dan saran yang berisi tentang kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran.

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Permintaan (Demand)

Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut atau juga disebut hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang yang diminta akan meningkat.

Hukum permintaan (law of demand) jika semua hal dibiarkan sama, ketika suatu barang meningkat, maka jumlah permintaan akan menurun, dan ketika harga turun maka permintaan akan naik (Mankiw 2006, h. 80). Permintaan timbul dari keinginan, hal itu menunjukkan bahwa keinginan dan permintaan itu merupakan dua hal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Permintaan bukanlah keinginan, sebagaimana keinginan bukan permintaan. Sekalipun berbeda, tidak dapat diingkari bahwa keduanya itu berhubungan erat (Rosyidi 2009, h. 291).

Uraian tersebut maka disimpulkan bahwa keinginan dan permintaan mempunyai kaitan hubungan yang erat, dimana lahirnya keinginan disebabkan oleh permintaan dan lahirnya permintaan disebabkan oleh keinginan itu sendiri.

Pada saat harga barang meningkat keinginan membeli barang tersebut berkurang sehingga permintaan terhadap barang tersebut menurun dan sebaliknya.

2.1.1. Pengertian Permintaan

Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi 2009, h. 239).

(8)

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Rahardja 2004, h. 22).

Asumsi di atas dapat disimpulkan bahwa keinginan konsumen untuk membeli suatu produk barang dalam berbagai tingkat harga dan dengan harga yang mampu dijangkau oleh masyarakat selama periode atau dalam jangka waktu tertentu.

Keinginan konsumen yang disertai dengan daya beli atau kemampuan beli sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat, karena dengan tingginya pendapatan masyarakat maka akan meningkat permintaan masyarakat. Selain pendapatan kemampuan masyarakat untuk membeli suatu produk juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga produk atau barang tersebut.

Dalam hukum permintaan dihipotesiskan semakin rendah harga suatu komoditas semakin banyak jumlah komoditas tersebut yang diminta, sebaliknya semakin tinggi harga suatu komoditas semakin sedikit komoditas tersebut yang diminta (ceteris paribus) (sugiarto et.al, 2002, h. 38).

Jika suatu barang terjadi penurunan harga maka permintaan masyarakat terhadap barang tersebut akan meningkat. Masyarakat yang dulunya membeli barang lain akan beralih kepada barang atau produk yang terjadi penurunan harga, dan masyarakat yang dulunya membeli barang yang terjadi penurunan harga akan menambah daya belinya sehingga permintaan akan barang tersebut terjadi peningkatan. Sebaliknya, jika harga barang atau suatu produk terjadi kenaikan harga maka permintaan barang tersebut akan terjadi penurunan, itu disebabkan kemampuan beli masyarakat yang rendah sehingga harga barang tersebut tidak mampu dijangkau oleh masyarakat, selain itu masyarakat lebih memilih kepada

(9)

penghematan pengeluaran sehingga masyarakat akan mencari produk lain atau barang pengganti (subsitusi) yang harganya lebih rendah.

Setiap orang boleh saja menginginkan pada apa yang diinginkanya, tetapi jika keinginan itu tidak ditunjang dengan kesediaan membeli serta kemampuan atau pendapatan yang cukup untuk membeli maka keinginan itupun hanya akan tinggal keinginan saja, kemampuan atau daya beli tidak ada.

Menurut Carla et.al (2002, h. 99) dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikan bahwa kuantitas suatu barang yang dibeli pada suatu waktu tertentu tergantung pada harganya, makin tinggi harga barang, makin sedikit jumlah barang yang dibeli makin rendah harganya makin besar jumlah barang yang diminta. Singkatnya permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode waktu tertentu.

2.1.2. Fungsi Permintaan

Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan fungsi permintaan maka kita dapat mengetahui hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable) dan variabel-variabel bebas (independent variable) (Rahardja 2004, h. 23).

Dari asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi permintaan adalah fungsi yang menunjukkan atau menggambarkan hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Dengan adanya fungsi permintaan maka kita dapat mengetahui atau melihat berapa besar hubungan variabel bebas dengan variabel tidak bebas.

(10)

Penjelasan dimuka dapat dituliskan dalam bentuk persamaan matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (Rahardja 2004, h. 24).

- +/- + + + + + + Dx = f (Px, Py, Y/cap, sel, pen, Pp, Ydist, prom) Dimana: Dx = Permintaan akan barang X

Px = Harga X

Py = Harga Y (barang substitusi atau komplementer) Y/cap = Pendapatan perkapita

Sel = Selera atau kebiasaan Pen = Jumlah penduduk

Pp = Perkiraan harga barang X periode mendatang Ydist = Distribusi pendapatan

Prom = Upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi)

2.1.3. Kurva Permintaan

Menurut Sugiarto et.al (2002, h. 39) data yang diperoleh dari daftar permintaan tersebut dapat digunakan pula untuk menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu komoditas dengan jumlah komoditas tersebut yang diminta dalam suatu kurva permintaan.

Kurva permintaan adalah gambaran dari sebuah data yang diinput dari daftar permintaan masyarakat terhadap suatu produk dalam periode waktu tertentu dan dihubungkan antara jumlah permintaan suatu produk dengan harga produk tersebut. Kurva permintaan juga membandingkan tinggi rendahnya permintaan suatu produk dalam waktu tertentu dan pada harga tertentu.

(11)

Kurva permintaan erat hubungannya antara harga dengan permintaan pada gilirannya akan menunjukkan hubungan yang erat antara harga dengan jumlah barang yang diminta (Rosyidi 2002, h. 239).

Kurva permintaan sangat erat hubungannya antara harga suatu produk dengan permintaan barang tersebut yang menunjukkan atau mengkaitkan hubungan antara harga produk yang diminta dengan jumlah produk yang diminta sehingga terbentuklah kurva permintaan.

Berikut adalah contoh kurva permintaan akan padi menurut Rosyidi (2002, h. 240)

Tabel 1

Permintaan akan padi di pasar X

Harga Perunit Jumlah yang Diminta

A 10 1

B 9 2

C 8 3

D 7 4

E 6 5

F 5 6

G 4 7

Sumber: Rosyidi 2002, h. 240.

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat perbedaan jumlah permintaan pada berbagai tingkatan harga. Pada saat harga barang 10 jumlah permintaan 1, dan pada saat harga barang 4 jumlah permintaan meningkat menjadi 7. Dari tabel tersebut maka dapat digambarkan kurva permintaan sebagai berikut :

(12)

Kurva 1

Gambar 1 kurva permintaan

Kurva permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah barang (output) yang diminta dengan harga barang perunit (atau harga barang per satuan). Kecuali dalam kasus khusus, kurva permintaan selalu berbentuk garis yang condong ke kanan bawah (Rosyidi 2002, h. 240).

Kurva permintaan tersebut dapat dilihat garis permintaan terus bergerak dari kiri atas ke kanan bawah, maka oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa pada saat harga barang naik atau harga barang 10 pemintaan 1, pada saat harga barang 9 permintaan 2, pada saat harga barang 8 permintaan 3, pada saat harga barang 7 permintaan 4, pada saat harga barang 6 permintaan 5, pada saat harga barang 5 permintaan 6, dan pada saat harga barang 4 permintaan 7. Pada saat harga barang tinggi jumlah barang yang diminta sedikit dan pada saat harga barang mengalami penurunan maka jumlah permintaan terus meningkat. Setiap barang mengalami penurunan harga permintaan terus mengalami peningkatan, sebaliknya jika harga barang naik maka permintaan akan mengalami penurunan sehingga terbentuklah garis permintaan yang berbentuk miring, yang bergerak dari kiri atas ke kanan bawah.

(13)

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Dalam suatu permintaan ada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya permintaan, berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menurut Rahardja (2004, h. 22)

a. Harga barang itu sendiri b. Harga barang lain yang terkait c. Tingkat pendapatan perkapita d. Selera atau kebiasaan

e. Jumlah penduduk

f. Perkiraan harga dimasa mendatang g. Distribusi pendapatan

h. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan

A. Harga barang itu sendiri

Dalam teori ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu komoditas terutama dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri dengan asumsi faktor- faktor lain tidak terjadi perubahan atau ceteris paribus (Sugiarto et.al, 2002, h.

38). Menurut Rahardja (2004, h. 22) jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah, begitu juga sebaliknya.

Seperti halnya hukum permintaan, jika harga barang tinggi maka permintaan menurun dan sebaliknya, artinya salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya jumlah permintaan akan barang tersebut adalah harga barang itu sendiri, jika harga barang itu sendiri harganya tinggi atau jauh dari titik keseimbangan (equilibrium) maka permintaan akan menurun. Sebaliknya jika

(14)

harga barang tersebut turun maka permintaan akan meningkat. Hal itu disebabkan karena kemampuan dan keinginan masyarakat sesuai seperti yang diharapkan.

B. Harga barang lain yang terkait

Menurut Rahardja (2004, h. 22) harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tetapi kedua jenis barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan barang dapat berupa subsitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap).

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permintaan akan barang tidak hanya tergantung pada harganya saja, tetapi juga pada harga barang lain, artinya suatu barang berpengaruh apabila terdapat dua barang yang saling terkait, keterkaitannya dapat bersifat subtitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap). Pada kedua barang tersebut terjadi perbedaan harga, produk A harga barang lebih rendah dari pada barang produk B maka jumlah permintaan terhadap barang A lebih banyak dibandingkan dengan permintaan produk B. Masyarakat yang biasanya membeli barang B kemungkinan besar akan beralih membeli barang A. Dengan adanya barang lain atau barang penganti maka konsumen tidak hanya bertumpu atau tergantung pada satu barang saja, jika sewaktu-waktu barang terjadi pengurangan produksi atau meningkatnya harga maka konsumen dapat beralih ke barang substitusi tersebut. Oleh sebab itu permintaan suatu barang juga dipengaruhi oleh barang lain.

Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, hubungan antara suatu jenis barang dengan jenis lainya dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu: barang penganti (subsitusi), barang penggenap atau

(15)

pelengkap (komplementer), dan barang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (netral).

1. Barang Pengganti (subsitusi)

Suatu barang yang dinamakan barang pengganti apabila menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh. Apabila harga barang pengganti murah maka permintaan terhadap barang yang digantikannya akan turun.

2. Barang pelengkap (komplementer)

Suatu barang dikatakan barang pelengkap apabila barang tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang yang lain. Contohnya gula sebagai pelengkap dari minuman kopi atau teh. Apabila harga barang pelengkap tinggi maka permintaan terhadap suatu komoditas akan turun.

3. Barang netral

Suatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak mempunyai kaitan yang erat dengan barang lain. Contohnya permintaan akan beras tidak berkaitan dengan permintaan akan buku.

C. Tingkat pendapatan perkapita

Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat (Rahardja 2004, h. 23). Dapat disimpulkan bahwa, tingkat pendapatan perkapita sangat menentukan besar kecilnya daya beli seseorang. Apabila pendapatan meningkat maka daya beli juga meningkat, sebaliknya, apabila pendapatan menurun maka daya beli juga menurun. Oleh sebab itulah tingkat

(16)

pendapatan perkapita juga sangat menentukan besar kecilnya permintaan terhadap suatu barang.

D. Selera atau kebiasaan

Tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh selera atau kebiasaan konsumen dari pola hidup suatu masyarakat. Menurut Rahardja (2004, h. 23) selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang. Beras misalnya, walaupun harganya sama, permintaan beras pertahun di Provinsi Maluku lebih rendah di bandingkan dengan Sumatera Utara.

Selain kedua faktor permintaan di atas selera konsumen juga mempengaruhi permintaan, setiap orang mempunyai selera yang sangat berbeda- beda tergantung pada kualitas dan cita rasa suatu barang, sedangkan kebiasaan adalah suatu barang yang dikonsumsi setiap hari seperti makanan pokok.

E. Jumlah penduduk

Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar pula permintaan terhadap barang tersebut. Menurut Rahardja (2004, h. 23) sebagai makanan pokok rakyat Indonesia, maka permitaan beras berhubungan positif dengan jumlah penduduk. Makin banyak jumlah penduduk, permintaan beras makin banyak.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, permintaan suatu barang di Indonesia sangat berhubungan dengan jumlah penduduk, semakin tinggi jumlah penduduk maka jumlah konsumsi akan semakin meningkat sehingga mempengaruhi permintaan suatu barang tersebut. Jumlah penduduk sangat menentukan tinggi rendahnya permintaan suatu barang, karena semakin tinggi

(17)

jumlah penduduk semakin tinggi konsumen untuk mengkonsumsi suatu barang dan produksi barang tersebut akan meningkat dikarenakan permintaan yang tinggi.

Jumlah penduduk sangatlah berpengaruh terhadap permintaan, karena penduduklah yang menjadi konsumen dan yang mengkonsumsi barang tersebut.

Semakin banyak konsumen maka semakin banyak barang tersebut yang dikonsumsi dan makin banyak permintaan barang tersebut untuk diproduksikan.

Sebaliknya semakin sedikit konsumen maka semakin sedikit pula jumlah konsumsi sehingga permintaan hanya setara dengan jumlah penduduk atau permintaan rendah.

F. Perkiraan harga dimasa mendatang

Menurut Rahardja (2004, h. 23) bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang itu sekarang, sehingga mendorong orang membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa yang akan datang.

Bila kita memperkirakan tentang harga suatu barang akan naik, maka akan lebih baik membeli barang tersebut sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa depan.

Sebelum barang mengalami kenaikan harga dan adanya isu kenaikan harga suatu barang maka permintaan terhadap barang yang akan mengalami kenaikan terjadi peningkatan sebelum kenaikan harga terjadi karena masyarakat akan membelinya dan menyimpan sebagai stok cadangan barang tersebut untuk konsumsi kedepannya guna lebih menghemat atau mengurangi pengeluaran. Oleh

(18)

sebab itu perkiraan harga dimasa yang akan datang juga dapat mempengaruhi permintaan akan suatu barang.

G. Distribusi pendapatan

Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.

Menurut Rahardja (2004, h. 23) jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun. Distribisi pendapatan masyarakat juga sangat menentukan tinggi rendahnya suatu barang, pendapatan masyarakat yang tinggi mampu mendorong masyarakat memenuhi keinginanya, dengan pendapatan yang tinggi maka mampu memenuhi keinginan masyarakat untuk membeli barang tersebut sehingga permintaan terhadap barang tersebut meningkat karena daya beli dan pendapatan masyarakat meningkat. Sebaliknya, jika pendapatan masyarakat buruk atau rendah maka permintaan terhadap barang tersebut ikut rendah dikarenakan daya beli atau kemampuan untuk membeli barang tersebut tidak ada.

Keinginan tanpa diiringi dengan pendapatan yang cukup maka hanya tinggal keinginan saja, keinginan yang diiringi dengan pendapatan yang cukup maka keinginan tersebut akan terpenuhi. Keinginan yang diiringi dengan pendapatan yang cukup mampu mendorong seseorang untuk membeli suatu barang, semakin tinggi pendapatan penduduk maka semakin tinggi kemungkinan penduduk membeli barang tersebut. Dengan banyaknya penduduk membeli barang tersebut otomatis permintaan terhadap barang tersebut terjadi peningkatan.

(19)

H. Usaha-usaha produsen untuk meningkatkan penjualan

Menurut Rahardja (2004, h. 23) dalam perekonomian yang modern, bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha-usaha promosi kepada pembeli sering mendorong orang untuk membeli banyak dari pada biasanya. Peranannya dalam mempengaruhi masyarakat untuk membeli barang tersebut. Dengan meningkatnya usaha-usaha lain maka akan terjadi persaingan, persaingan inilah yang membuat permintaan antara salah satu barang tersebut akan meningkat penjualannya karena permintaan dari masyarakat bertambah.

Usaha-usaha lain yang memproduksi barang yang fungsinya sama adalah sebuah ancaman bagi barang tersebut dimana akan terjadi persaingan antara produsen untuk menarik konsumen membeli barang tersebut yang nantinya berpengaruh terhadap permintaan.

Hal ini menjadi ancaman serius dikarenakan konsumen akan beralih membeli barang yang dijual oleh usaha-usaha yang sedang meningkat penjualannya.

2.1.5. Elastisitas Permintaan

Konsumen biasanya membeli barang lebih dari satu pada saat harga barang turun, pendapatan meningkat, harga barang subsitusi naik, atau ketika barang komplemen turun. Untuk mengukur perubahan-perubahan atau berapa besar konsumen merespon perubahan dalam variabel-variabel tersebut, para ekonom menggunakan konsep elastisitas (elasticity).

Menurut Mankiw (2003, h. 108) elastisitas harga permintaan (price elasticity of demand) mengukur berapa besar jumlah permintaan berubah seiring

(20)

perubahan harga. Permintaan suatu barang dikatakan elastis apabila jumlah permintaan berubah banyak karena harga berubah, sedangkan permintaan dikatakan inelastis apabila jumlah permintaan mengalami sedikit perubahan ketika harga berubah.

Menurut Sugiarto et.al (2002, h. 102) secara umum elastisitas permintaan dapat dibagi menjadi:

a. Elastisitas permintaan terhadap harga b. Elastisitas permintaan silang

c. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan

A. Elastisitas permintaan terhadap harga

Elastisitas permintaan terhadap harga (

η

p, catatan huruf η dibaca eta), mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah. Jadi elastisitas permintaan adalah ukuran kepekaan terhadap perubahan jumlah komoditas tersebut dengan yang diminta terhadap perubahan- perubahan komoditas tersebut dengan asumsi citeris paribus. (Sugiarto et.al, 2000, h. 103).

Elastisitas permintaan terhadap harga (Ep) mengukur berapa persen perubahan permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen (Rahardja, 2004, h. 49).

Atau

(21)

Angka elastisitas permintaan terhadap harga bernilai negatif. Ep = -2 mempunyai arti bila harga barang naik 1 persen, permintaan terhadap barang itu turun 2 persen. Begitu juga sebaliknya. Semakin besar nilai negatifnya, semakin elastis permintaannya, sebab perubahan permintaan jauh lebih besar dibanding perubahan harga. Angka Ep dapat disebut dalam nilai absolut. Ep = 2, artinya sama dengan Ep = -2.

B. Elastisitas permintaan silang

(

cross price elasticity of demand = (Ec)

)

Koefesien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu komoditas apabila terjadi perubahan harga komoditas lain dinamakan elastisitas permintaan silang. Koefesien elastisitas permintaan silang sering digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan komplemen atau subsitusi diantara berbagai komoditas (Sugiarto et.al 2000, h. 124)

Rumus permintaan silang antara komoditas X dengan Komoditas Y adalah:

(

Q

DX1 -

Q

DX0)

η

C =

P

Y0

(22)

Tanda dari elastisitas permintaan silang akan tergantung kepada apakah komoditas yang terkait merupakan komoditas pelengkap atau komoditas pengganti dari suatu komoditas yang sedang menjadi topik pembicaraan. Untuk komoditas pelengkap (complement), elastisitas silang bernilai negatif (contoh mobil dengan bahan bakarnya). Dalam hal ini, jumlah komoditas X yang diminta berubah kearah yang bertentangan dengan perubahan harga komoditas Y.

Sedangkan untuk komoditas pengganti (subsitusi), elastisitas silangnya adalah positif, dalam hal ini permintaan atas suatu komoditas berubah kearah yang sama dengan perubahan harga komoditas penggantinya (contohnya mobil BMW dan Mercedes).

C. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand

=

η

1)

Elastisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan (income). Nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk membedakan komoditas apakah termasuk dalam kategori komoditas mewah, normal, atau inferior (Sugiarto et.al, 2000, h. 129).

Rumus elastisitas terhadap pendapatan adalah sebagai berikut:

(Q

DX1

Q

DX0

)

η

I =

I0

(23)

Acuan umum pengelompokan kategori suatu komoditas adalah sebagai berikut:

η

I : - komoditas inferior (komoditas bermutu rendah)

η

I :+ komoditas normal

η

I : > komoditas mewah

η

I : < komoditas kebutuhan pokok

Komoditas normal dan komoditas mewah memiliki elastisitas permintaan pendapatan positif, karena antara perubahan pendapatan dan perubahan permintaan bergerak searah. Sedangkan komoditas inferior memiliki elastisitas permintaan terhadap pendapatan negatif karena perubahan pendapatan dan perubahan jumlah komoditas yang dibeli bergerak ke arah yang berbalikan.

2.2. Beras

Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam sendi kehidupan sosial ekonomi di Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir sebagian besar penduduk Indonesia membutuhkan beras sebagai makanan utamanya di samping merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Pengenalan komoditi beras kepada masyarakat bukan pengkonsumsi nasi telah mengakibatkan permintaan beras mengalami peningkatan sepanjang tahun.

(24)

2.2.1. Pengertian Beras

Beras merupakan butiran buah padi yang berwarna putih yang telah dipisahkan dari kulitnya (sekam). Beras merupakan salah satu makanan pokok yang wajib terpenuhi dalam kebutuhan sehari-hari.

Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luar (kulit gabah) terlepas dari isinya.

Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras (id.m.wikipedia.org/wiki/beras.akses 5 maret 2014).

Selain untuk dimasak menjadi nasi, beras juga dapat diolah menjadi berbagai makanan lainnya, contohnya seperti tepung yang banyak digunakan dalam pembuatan kue dan sebagainya. Beras adalah makanan pokok yang berpati yang banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Hampir 50 persen jumlah kalori dan hampir 50 persen jumlah kosumsi protein berasal dari beras.

Beras adalah makanan pokok rakyat Indonesia. Dari beras kemudian akan diolah menjadi nasi yang merupakan makanan utama hampir sebagian besar penduduk. Selain karbohidrat, beras juga mengandung protein, vitamin dan mineral. Vitamin yang dikandung oleh beras yaitu vitamin b-1 ( tiamin ) banyak terdapat pada bagian kulit arinya (http://dombabunting.blogspot.com/2009/07/

manfaat-beras.html.akses. 5 maret 2014).

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beras adalah bahan makanan yang memenuhi nutrisi dalam tubuh. Beras banyak mengandung vitamin, mineral dan protein yang diperlukan oleh tubuh.

Secara umum beras dibagi menjadi dua jenis yaitu:

(25)

1. Beras putih

Beras putih merupakan jenis beras yang ditanak menjadi nasi untuk dikonsumsi secara rutin.

2. Beras ketan

Ketan adalah jenis beras yang tidak dikonsumsi secara rutin, beras ketan biasa dijadikan sebagai bahan pembuatan kue.

Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam penganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk dijadikan tapai (http://safrilhanafi.blogspot.com.pengertian padi.akses 21 maret 2014).

Dari uraian tersebut jelas bahwa beras ketan dan beras putih sama-sama memiliki banyak manfaat bagi tubuh, selain mengenyangkan kandungan kabohidrat dan protein yang tinggi yang terkandung dalam beras mampu memenuhi karbohidrat dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Maka tidak heran hampir seluruh penduduk Indonesia bahkan dunia menjadikan beras sebagai makanan sehari-hari atau makanan pokoknya. Adapun sebagian kecil yang tidak mengkonsumsi beras mungkin mempunyai faktor-faktor lain seperti kelangkaan beras, daerah-daerah yang tidak ditumbuhi tanaman padi dan sebagainya.

Dibawah ini dapat dilihat perbandingan kandungan karbohidrat, lemak, dan protein dari setiap 100 gram bahan makanan:

(26)

Tabel 2

Kandungan karbohidrat, lemak dan protein Nama Bahan

Makanan

Karbohidrat (kalori)

Lemak (kalori)

Protein (kalori)

1 Beras Tumbuk 76 1,9 7,5

2 Beras Giling 79 0,7 7

3 Jagung Putih 74 4 9

4 Jagung Kuning 74 4 9

5 Ketela Pohon 32 0,3 0,8

6 Kentang 19 0,1 2

7 Sagu 85 0,2 0,7

Sumber: Derekorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Sugeng HR 2001, h. 2.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa beras tumbuk karbohidratnya 76 lemak 1,9 dan protein 7,5. Beras giling karbohidratnya 79, lemak 1,7 dan protein 7. Itu artinya beras kaya akan kandungan karbohidrat dan proteinnya. Dari ketujuh bahan makan tersebut sagu yang paling tinggi mengandung karbohidrat, akan tetapi protein yang dikandung sagu rendah. Sedangkan beras protein yang dikandungnya hampir setara tinggi dengan karbohidrat.

2.3. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan Latar Belakang dan Tinjauan Teoritis yang telah dipaparkan, maka dapat dikemukakan hipotesis berikut: “Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat adalah Jumlah Produksi Beras, Harga Beras, dan Jumlah Penduduk”.

(27)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitis deskriptif. Salah satu bentuk analisis adalah kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Mengelompokkan, atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, juga merupakan salah satu bentuk analisis untuk menjadikan data mudah dikelola (Kuncuro 2009, h. 192).

Data yang digunakan adalah data time series selama 10 tahun dari tahun 2004 sampai tahun 2013 meliputi data permintaan beras, jumlah produksi beras, dan jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat.

Lokasi penelitian secara sengaja atau purposive. Lokasi yang dipilih adalah Kabupaten Aceh Barat bahwa peneliti dekat dengan sumber penelitian karena peneliti bertempat tinggal di Kabupaten Aceh Barat. Selain itu peneliti memilih Kabupaten Aceh Barat sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa penduduk Kabupaten Aceh Barat bertambah setiap tahunnya.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat maka dengan otomatis permintaan akan beras juga akan bertambah setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan pokok, dikarenakan seluruh penduduk Kabupaten Aceh Barat mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya.

(28)

3.2. Data Penelitian

3.2.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Urusan Logistik (BULOG) Kabupaten Aceh Barat dan Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Barat. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dari tahun 2004 sampai tahun 2013 meliputi data permintaan beras, harga beras, dan jumlah penduduk serta data pendukung lainnya.

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data

Secara singkat dapat dikatakan bahwa data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Peneliti dapat mencari data ini melalui data sekunder (Kuncoro, 2009, h.148).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik kuantitatif dengan mendatangani instansi-instansi yang relevan yaitu BPS, Dinas Pertanian, BULOG, Perpustakaan Daerah Kabupaten Aceh Barat untuk memperoleh data dalam penelitian ini.

3.3. Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Hubungan permintaan beras dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dianalisis dengan model regresi linier beganda (Sugiono, 2012, h.276).

Secara matematis model yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

(29)

Dimana: Y ` = permintaan beras (Kg) a = konstanta

b = koefesien regresi

X1 = produksi beras tahun t (Kg) X2 = harga beras tahun t (Rp/Kg) X3 = jumlah penduduk (jiwa)

Untuk menguji hasil perhitungan agar tidak menghasilkan persamaan yang bias, maka dilakukan uji statistik yaitu uji t dan uji F.

3.4. Definisi Operasional Variabel

Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari 4 variabel independen yakni X1 produksi beras, X2 harga beras, X3 jumlah penduduk.

Masing-masing variabel tersebut didefinisikan dan dioperasionalkan sebagai berikut:

1. Permintaan beras (Y) adalah mencakup keseluruhan permintaan beras dari tahun 2004 sampai tahun 2013, yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).

2. Produksi beras, pernyataan tentang jumlah produksi beras diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan BULOG Kabupaten Aceh Barat, yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).

3. Harga beras, yaitu pernyataan tentang harga beras dari Badan Urusan Logistik (BULOG) Kabupaten Aceh Barat, yang dihitung dalam satuan rupiah perkilogram (Rp/Kg).

4. Jumlah penduduk, yaitu jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat yang diperoleh dari BPS Kabupaten Aceh Barat yang dihitung dalam satuan jiwa.

(30)

3.5. Pengujian Hipotesis

a. Uji Signifikansi Individual (uji Statistik t)

Uji signifikan parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel bebas (Produksi Beras, Harga Beras, dan Jumlah Penduduk) terhadap variabel terikat (Permintaan Beras) secara individual (Hasan 2002, h. 241).

b. Uji F

Uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefesien regresi yang didapat signifikan atau tidak. Uji F ini diperuntukkan guna melakukan uji hipotesis koefesien regresi secara bersamaan yaitu antara X1, X2, dan X3 terhadap Y (Nachrowi dan Usman, 2006, h.16-17)

Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. H₀ ; β = 0, produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk yang diteliti secara bersama-sama tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

b. Hı ; β ≠ 0, produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

Kriteria hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Apabila

t

hitung

> t

tabel, maka H₀ ditolak dan Hı diterima, artinya terdapat pengaruh yang nyata antara produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

(31)

b. Apabila

t

hitung

< t

tabel, maka H₀ diterima dan Hı ditolak artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata antara produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

Kriteria uji F, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Apabila Fhitung

>

Ftabel maka H₀ ditolak dan Hı diterima, artinya secara bersamaan terdapat pengaruh yang nyata antara produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

b. Apabila Fhitung

<

Ftabel maka H₀ diterima dan Hı ditolak, artinya secara bersamaan tidak terdapat pengaruh yang nyata antara produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

(32)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1. Produksi Beras

Produksi padi di Kabupaten Aceh Barat terus terjadi penurunan dari tahun ke tahun hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi yang mengakibatkan produksi padi terus menurun dapat dilihat dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 3

Produksi Padi di Kabupaten Aceh Barat tahun 2003-2012

No Tahun Jumlah produksi padi (Kg)

1 2003 116.042

2 2004 116.169

3 2005 58.358

4 2006 25.253

5 2007 71.370

6 2008 44.199

7 2009 42.217

8 2010 63.909

9 2011 56.569

10 2012 49.847

Sumber: Dinas Pertanian dan Perternakan Kabupaten Aceh Barat (Data diolah 2014)

Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat kita lihat bahwa produksi padi di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2003 sebasar 116.042 kilo gram. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2004 produksi meningkat sebesar 116.169 kilo gram dan pada tahun 2005 jumlah produksi padi di Kabupaten Aceh Barat menurun menjadi 58.358 kilo gram yang disebabkan oleh becana gempa dan tsunami yang melanda Aceh. Selanjutnya tahun 2006 jumlah produksi padi terus menurun yaitu sebesar

(33)

25.253 kilo gram. Tahun 2007 jumlah produksi padi meningkata sebesar 71.370 kilo gram. Penurunan produksi padi pada tahun 2008 kembali terjaadi yaitu sebesar 44.199 kilo gram. Pada tahun 2009 jumlah produksi padi di Kabupaten Aceh Barat juga menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 42.217 kilo gram dan pada tahun 2010 jumlah produksi padi di Kabupaten Aceh Barat meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 63.909 kilo gram. Tahun 2011 kembali menurun menjadi 56.569 kilo gram dan pada tahun 2012 jumlah produksi padi terus menurun yaitu sebesar 49.847 kilo gram.

Hasil wawancara dengan Kepala Badan Urusan Logistik (BULOG) Meulaboh untuk mengetahui jumlah produksi beras di Kabupaten Aceh Barat dihitung dengan cara jumlah produksi gabah atau padi pertahun dikalikan dengan 63 persen, karena rata-rata perkilo gram padi mengahasilkan 63 persen beras.

Berikut ini merupakan tabel produksi beras di Kabupaten Aceh Barat:

Tabel 4

Produksi beras di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2012

No Tahun Produksi beras (Kg)

1 2003 73.106

2 2004 73.186

3 2005 36.766

4 2006 15.909

5 2007 44.963

6 2008 27.845

7 2009 26.597

8 2010 40.263

9 2011 35.638

10 2012 31.404

Sumber: BULOG Meulaboh (Data diolah 2014)

(34)

Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat kita lihat jumlah produksi beras pada tahun 2003 adalah 73.106 kilo gram dan pada tahun 2004 jumlah produksi beras di Kabupaten Aceh Barat adalah sebesar 73.186 kilo gram. Pada tahun 2005 produksi beras di Kabupaten Aceh Barat menurun menjadi 36.772 kilo gram yang disebabkan oleh bencana gempa dan tsunami melanda Aceh pada akhir tahun 2004 sehingga menghambat transportasi pengangkutan barang-barang dan lain- lain yang dibutuhkan oleh petani. Tahun 2006 jumlah produksi beras semakin menurun dari tahun sebelumnya menjadi 15.909 kilo gram, hal tersebut karena banyak beras bantuan jatah hidup (jadup) yang dibagikan kepada korban gempa dan tsunami di Kabupaten Aceh Barat sehingga petani hanya menunggu beras bantuan tersebut. Pada tahun 2007 jumlah produksi beras mengalami sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 44.196 kilo gram, dan pada tahun 2008 jumlah produksi beras di Kabupaten Aceh Barat kembali mengalami penurunan produksi menjadi 27.844 kilo gram. Pada tahun 2009 produksi beras di Kabupaten Aceh Barat juga mengalami penurunan menjadi 26.597 kilo gram.

Pada tahun 2010 produksi beras mengalami peningkatan produksi dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 40.263 kilo gram, tetapi tahun 2011 produksi beras kembali menurun dari tahun sebelumnya yang hanya berproduksi sebanyak 35.638 kilo gram, dan pada tahun 2012 produksi beras di Kabupaten Aceh Barat juga mengalami penurunan yaitu menjadi 31.404 kilo gram.

Erosi banjir sepanjang tebing sungai krueng (sungai) meureubo dan krueng woyla yang merusak perkebunan warga mengakibatkan produksi beras di

Kabupaten Aceh Barat menurun, daerah-daerah yang rawan banjir di kabupaten Aceh Barat adalah Kecamatan Pante Ceureumen, Panton Reue, Woyla Barat,

(35)

Woyla Timur, Arongan Lambalek, Johan Pahlawan, Meureubo dan Kaway XVI.

Selain itu jumlah penduduk yang terus bertambah dari tahun ketahun

mengakibatkan beberapa lahan pertanian dirubah fungsi mendirikan bangunan atau rumah sehingga lahan pertanian semakin menyempit atau berkurang.

4.1.2. Harga Beras

Harga beras di Kabupaten Aceh Barat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal tersebut dapat dilihat dalam tebel 5 berikut ini :

Tabel 5

Harga beras di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2012

No Tahun Harga beras (Rp/Kg)

1 2003 4.400

2 2004 4.400

3 2005 4.600

4 2006 5.200

5 2007 6.500

6 2008 7.500

7 2009 8.500

8 2010 10.000

9 2011 11.500

10 2012 12.500

Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat (data diolah 20014)

Bedasarkan tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa harga beras pada tahun 2003 senilai Rp 4.400 per kilo gram, pada tahun 2004 harga beras di Kabupaten Aceh Barat tidak mengalami peningkatan yaitu masih senilai Rp 4.400 per kilo gram. Pada tahun 2005 harga beras di Kabupaten Aceh Barat mengalami

peningkatan yaitu senilai Rp 4.600 perkilo gram dan pada tahun 2006 harga beras di Kabupaten Aceh Barat terus meningkat yaitu senilai Rp 5.200 perkilo gram.

Pada tahun 2007 harga beras di Kabupaten Aceh Barat juga mengalami

peningkatan yaitu senilai Rp 6.500 perkilo gram dan pada tahun 2008 harga beras

(36)

juga mengalami peningkatan menjadi Rp 6.500 perkilo gram. Pada tahun 2009 harga beras di Kabupaten Aceh Barat terus mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp 8.500 perkilo gram dan pada tahun 2010 harga beras menjadi Rp.10.000

perkilo gram. Pada tahun 2011 harga beras di Kabupaten Aceh Barat meningkat lagi menjadi Rp 11.500 perkilo gram dan pada tahun 2012 harga beras di Kabupaten Aceh Barat adalah sebesar Rp 12.500 perkilo gram.

Harga beras di Kabupaten Aceh Barat terus terjadi peningkatan dari tahun ke tahun hal tersebut di sebabkan oleh beberapa faktor. Hasil wawancara dengan kepala BULOG Meulaboh faktor pertama yang mempengaruhi kenaikan harga yaitu pengaruh piskologis kenaikan harga pembelian pemerintah tahun 2010 sebesar 10 persen sesuai dengan inpres No.7 Tahun 2009 tentang kebijakan perberasan. Kedua mundurnya masa tanam karena Aceh barat sendiri menanam padi masih bergantung pada alam (curah hujan) yang mengakibatkan mundurnya panen, sehingga masa penceklik menjadi lebih panjang. Ketiga beras bersubsidi yang belum berjalan optimal. Keempat isu pedagang dengan gencarnya tentang keinaikan harga beras dunia. Kelima spekulasi keniakan harga pupuk yang diberlakukan mulai april 2010. Keenam stok petani, pengilingan dan pedagang relative menipis.

4.1.3. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat memiliki tingkat pertumbuhan yang pesat dari tahun ketahun, hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

(37)

Tabel 6

Jumlah Penduduk di Kabupaten Aceh BaratTahun 2003 – 2012

No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

1 2003 176.586

2 2004 160.545

3 2005 150.450

4 2006 151.552

5 2007 152.557

6 2008 153.398

7 2009 169.111

8 2010 173.558

9 2011 177.532

10 2012 182.364

Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat (Data diolah 2014)

Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat tahun 2003 jumlah penduduk sebanyak 176.586 jiwa, pada tahun 2004 jumlah penduduk menurun yaitu menjadi 160.545 jiwa dan pada tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat juga menurun yatu menjadi

150.450 jiwa. Penurunan jumlah penduduk ini disebabkan banyaknya jumlah kematian akibat gempa dan tsunami yang melanda Kabupaten Aceh Barat dan daerah sekitar pada tanggal 26 Desember 2004. Selanjutnya pada tahun 2006 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 151.552 jiwa. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat juga meningkat yaitu menjadi 152.557 jiwa. Pada tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat juga terus meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 153.398 jiwa dan pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat berjumlah sebanyak 169.111 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat 173.558 jiwa. Pada tahun 2011 menjadi 177.532 jiwa dan pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat adalah sebanyak 182.364 jiwa.

(38)

4.1.4. Permintaan Beras

Hasil wawancara dengan kepala Badan Urusan Logistik (BULOG) Meulaboh jumlah konsumsi beras rata-rata penduduk di Kabupaten Aceh Barat perhari 0,4 Kilo gram perorang. Untuk mengetahui jumlah permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat maka 0,4 kilo gram dikalikan dengan jumlah penduduk dikali 365 hari (pertahun). Berikut merupakan tabel permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat:

Tabel 7

Jumlah Permintaan Beras di Kabupaten Aceh Barat tahun 2003-2012

No Tahun Permintaan beras (kg)

1 2003 24.782

2 2004 23.440

3 2005 21.966

4 2006 22.127

5 2007 22.273

6 2008 22.396

7 2009 24.690

8 2010 25.339

9 2011 25.920

10 2012 26.625

Sumber: BULOG Meulaboh (Data diolah 2014)

Dari tebel 7 dapat dijelaskan bahwa permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat tahun 2003 adalah sebesar 24.872 kilo gram, tahun 2004 jumlah permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat meningkat menjadi 23.440 kilo gram. Pada tahun 2005 jumlah permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat menurun 21.966 kilo gram dikarenakan banyak orang meninggal dunia yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami pada akhir tahun 2004. Pada tahun 2006 permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat mengalami peningkatan yaitu sebesar 22.127 kilo gram dan tahun 2007 juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 22.273 kilo gram. Pada

(39)

tahun 2008 permintaan beras terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 22.396.

Tahun 2009 menjadi 24.690 kilo gram dan tahun 2010 sebaesar 25.339 kilo gram.

Pada tahun 2011 permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat terus meningkat menjadi 25.920 kilo gram, dan pada tahun 2012 sebesar 26.625 kilo gram.

4.1.5. Selisih Produksi Beras Dengan Permintaan Beras

Permintaan dan produksi beras di kabupaten aceh barat di kabupaten aceh barat mempunyai selisih. Berikut merupakan tabel selisih permintaan beras dengan produksi beras:

Tabel 8

Jumlah Selisih Produksi Beras dengan Permintaan Beras No Tahun Produksi Beras

(Kg)

Permintaan Beras (Kg)

Selisih (Kg)

1 2003 73.106 24.782 48.324

2 2004 73.186 23.440 49.746

3 2005 36.766 21.966 14.8

4 2006 15.909 22.127 -6.218

5 2007 44.963 22.273 22.69

6 2008 27.845 22.396 3.155

7 2009 26.597 24.690 1.907

8 2010 40.263 25.339 14.927

9 2011 35.638 25.920 9.718

10 2012 31.404 26.625 4.779

Sumer: Dinas Pertanian dan Perternakan, BULOG Meulaboh (Data di olah 2014) Berdasarkan tabel 8 tersebut dapat kita lihat bahwa pada tahun 2003 selisih produksi beras dengan permintaan beras di Kabupaten aceh barat adalah sebesar 48.324 kilo gram maka produksi beras lebih besar dari pada permintaan beras, selisih tersebut merupakan selisih terbesar dalam kurun waktu 2003-20012. Tahun selanjutnya yaitu tahun 2004 selisih produksi beras dengan permintaan menurun adalah sebesar 49.746 kilo gram artinya produksi juga lebih besar dari pada

(40)

permintaan beras. Tahun 2005 selisih permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat juga menurun sebesar 14.8 kilo gram menunjukkan masih besar produksi dari pada permintaan beras . Selisih permintaan beras pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2006 adalah -6.218 kilo gram hal itu terjadi karena produksi padi menurun akibat benjana gempa dan tsunami pada akhir 2014 melanda aceh, artinya

produksi beras lebih kecil dari pada permintaan. Tahun 2007 selisihnya meningkat dari tahun sebelumnya adalah sebesar 22.69 kilo gram hal tersebut menunjukan bahwa produksi lebih besar dari pada permintaan beras. Tahun 2008 juga meningkat 3.155 kilo gram juga lebih besar produksi di banding permintaan.

Tahun 2009 selisih produksi dan permintaan beras kembali menurun dari tahun sebelumnya yaitu 1.907 kilo gram namun masih besar jumlah produksi di bandingkan dengan permintaan beras. Pada tahun 2010 selisih produksi beras dengan permintaan beras adalah sebesar 14.927 koli gram juga besar masih besar jumlah produksi beras. Tahun 2011 selisihnya sebesar 9.718 kilo gram besar produksi di banding permintaan dan pada tahun 2012 selisih produksi beras dengan permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat menurun yaitu 4.779 kilo gram juga besar produksi di bandingkan permintaan beras.

4.2. Hasil Pengujian Hipotesis

Bagian ini penulis akan membahas tentang analisis faktor-faktor yang pengaruh permintaaan beras di Kabupaten Aceh Barat yang akan dianalisis menggunakan model analisis regresi linier berganda yang diolah dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhir sebagai berikut:

(41)

Tabel 9

Standar Deviasi Rata-rata dan Observasi

Variabel Mean Std. Deviation N

Permintaan Beras 23955.80 1730.519 10

Produksi Beras 40567.70 18944.167 10

Harga Beras 7460.00 2932.651 10

Jumlah penduduk 164765.30 12401.687 10

Sumber: Hasil Regresi (Data diolah 2014)

Berdasarkan Tabel 8 di atas peneliti dapat menjelaskan bahwa rata-rata Permintaan Beras (Y) di Aceh Barat selama kurun waktu 2003-2012 adalah 23.955,80 kilo gram dengan standar deviasi 11.730,519. Sedangkan rata-rata produksi beras (Xı) sebesar 40.567,70 kilo gram dengan standar deviasi 18.944,167. Variabel harga beras (X2) sebesar Rp 7.460,00 dengan standar deviasi 29.32,651 dan untuk rata- rata variabel jumlah penduduk (X3)sebesar 16.4765 jiwa dengan standar deviasi 12.401,687.

4.2.1. Uji Rgresi Linier Berganda

Hasil perhitungan analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(42)

Tebel 10

Hasil Regresi Linier Berganda

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3709.694 1264.771 2.933 .026

Produksi Beras .002 .006 .027 .440 .675

Harga Beras .129 .047 .219 2.749 .033

Jumlah penduduk

.116 .010 .834 11.350 .000

Sumber: Hasil Regresi ( Data Diolah 2014)

Regresi linear berganda di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Konstanta

Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa nilai konstanta (a) sebesar 3.709,694. Nilai konstanta ini menyatakan apabila produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk sama dengan nol maka permintaan beras adalah sebesar 3.709,694 kilo gram.

b. Koefesien regresi Variabel Produksi Beras (X1)

Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa nilai produksi beras (X1) sebesar 0,002. Hal ini menyatakan bahwa setiap terjadi kenaikan jumlah produksi beras sebesar 1 kilo gram, maka permintaan beras mengalami peningkatan sebesar 0,002 kilo gram.

c. Koefisien Regresi Variabel Harga Beras ( X2 )

Bedasarkan persamaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai harga beras (X2) sebesar 0,129. Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan harga beras sebesar

(43)

1 rupiah mengakibatkan permintaan beras akan bertambah sebesar 0,129 kilo gram.

d. Koefisien Regresi Variabel Jumlah Penduduk( X3 )

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai jumlah penduduk (X3) sebesar 0,116. Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan jumlah penduduk sebesar 1 jiwa, maka permintaan beras mengalami peningkatan sebesar 0,116 kilo gram.

4.2.2. Uji t (Uji persial/individual)

Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel bebas produksi beras (X1), harga beras (X2), dan jumlah penduduk (X3) terhadap variabel terikat permintaan beras (Y) secara individual dengan tingkat kepercayaan (level of confidence 95 persen) pada taraf nyata alfa = 0,05 yaitu:

Tabel 11

Hasil Perhitungan Nilai t-hitung

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95.0% Confidence

Interval for B Correlations

B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

Zero-

order Partial Part

1 (Constant) 3709.694 1264.771 2.933 .026 614.911 6804.478

Produksi Beras

.002 .006 .027 .440 .675 -.011 .016 .103 .177 .017

Harga Beras .129 .047 .219 2.749 .033 .014 .244 .761 .747 .105

Jumlah penduduk

.116 .010 .834 11.350 .000 .091 .142 .985 .977 .432

Sumber: Hasil regresi (Data diolah 2014)

Berdasarkan tabel 10 nilai thitung dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Produksi Beras (X1)

(44)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk variabel produksi beras nilai thitung sebesar 0,440 lebih kecil dari ttabel sebesar 2,447dengan nilai probalitasnya (0,675 > 0,05) maka secara individual produksi beras tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat sehingga H0 diterima H1 ditolak.

b. Harga Beras (X2)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk variabel harga beras dengan t-hitung sebesar 2,749 lebih besar dari ttabel sebesar2,447dengan nilai probalitasnya (0,033 < 0,05) maka secara individual harga beras berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat sehingga H0

ditolak H1 diterima.

c. Jumlah Penduduk (X3)

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk variabel jumlah penduduk nilai thitung sebesar 11,350 lebih besar dari ttabel sebesar 2,447 dengan nilai probabilitas (0,000 < 0,05) maka secara individual variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat sehingga H0 ditolak H1 diterima.

4.2.3. Uji F (Uji Silmutan)

Uji F digunakan untuk menguji semua variabel bebas yaitu produksi beras (X1), harga beras (X2), dan jumlah penduduk (X3) secara bersama-sama terhadap variabel terikat yaitu permintaan beras (Y). Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

(45)

Tabel 12 Hasil Regresi Uji F

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.672E7 3 8905959.347 227.982 .000a

Residual 234385.559 6 39064.260

Total 2.695E7 9

Sumber: Hasil Regresi (Data diolah 2014)

Berdasarkan tabel 11 di atas terlihat nilai Fhitung sebesar 227,982 lebih besar dari Ftabel sebesar 3,28876 dengan nilai probabilitasnya (0,000 < 0,05) maka variabel produksi beras, harga beras dan jumlah penduduk secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat sehingga H0 ditolak H1 diterima.

e isien relasi an e isien iter inasi A ste ²) Analisis koefisien korelasi dan koefisien determinasi adjusted digunakan untuk mengukur keeratan antar variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 13

Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Diterminasi Ad usted ( ²)

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Chage Statistics

Durbin- Wastson R Square

Change F Chage df1 df2 Sig. F Change

1 .996a .991 .987 197.647 .991 227.982 3 6 .000 2.198

Sumber: Hasil regresi (Data diolah 2014)

Berdasarkan tabel 11 di atas terlihat bahwa koefisien korelasi variabel bebas (produksi beras, harga beras dan jumlah penduduk) diperoleh R = 0,996 secara positif menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara produksi

(46)

beras (X1), harga beras (X2) dan jumlah penduduk (X3) terhadap permintaan beras (Y) dengan keeratan hubungan 99,6 persen.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien determinasi adjusted ( ²) sebesar 0,987. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas produksi beras, harga beras dan jumlah penduduk memberi pengaruh sebesar 98,7 persen terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel yang terdapat diluar model regresi penelitian ini.

4.3. Pembahasan Hasil

Berdasarkan hasil penelitian ternyata produksi beras tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di kabupaten Aceh Barat, sedangkan harga beras, dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat. Artinya, harga beras dan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun ketahun, hal ini menunjukkan bahwa harga beras dan jumlah penduduk memberikan kontribusi yang nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat. Namun untuk uji t hanya variabel harga beras dan jumlah penduduk yang mempunyai pengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat, sedangkan variabel produksi beras tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

Produksi beras berpengaruh positif terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat sehingga apabila produksi beras meningkat maka permintaan juga akan meningkat, meskipun tidak signifikan, karena produksi beras untuk di konsumsi oleh penduduk di Kabupaten Aceh Barat tidak hanya

(47)

tergantung pada produksi beras lokal saja tetapi bisa didatangkan dari daerah- daerah sekitar Kabupaten Aceh Barat.

Selanjutya untuk uji F ketiga variabel produksi beras (X1), harga beras (X2), dan jumlah penduduk (X3) secara bersama-sama mempengaruhi variabel permintaan beras (Y) pada alfa (0,05).

(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Penelitian yang telah dilakukan tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Kabupaten Aceh Barat dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

a. Jumlah rata-rata permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat dalam kurun waktu 2003-2012 sebesar 23.955,80 kilo gram, untuk rata- rata produksi beras dalan kurun waktu 10 (sepuluh) tahun adalah sebesar 40.567,70 kilo gram, harga beras dalam kurun waktu yang sama adalah sebesar Rp 7.460,00, dan rata-rata jumlah penduduk adalah sebesar 164.765 jiwa.

b. Hasil yang diperoleh untuk variabel produksi beras (X1) nilai thitung sebesar 0,440 lebih kecil dari ttabel sebesar 2,447 dengan nilai probalitasnya (0,675 > 0,05) maka secara individual produksi beras tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

Harga beras (X2) dengan t-hitung sebesar 2,749 lebih besar dari ttabel sebesar2,447 dengan nilai probalitasnya (0,033 < 0,05) maka secara individual harga beras berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

Jumlah penduduk (X3) nilai thitung sebesar 11,350 lebih besar dari ttabel sebesar 2,447dengan nilai probabilitas (0,000 < 0,05) maka secara individual variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

c. Dari hasil penelitian hipotesis ini maka diperoleh nilai Fhitung sebesar 227,982

lebih besar dari Ftabel sebesar 3,28876 dengan nilai probabilitasnya (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak H1 diterima, sehingga variabel produksi beras,

(49)

harga beras, dan jumlah penduduk secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

5.2. Saran-Saran

Berdasarkan hasil analisis data, adapun beberapa saran untuk pihak-pihak terkait yaitu:

a. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat agar dapat mengupayakan pemenuhan permintaan beras salah satunya produksi beras lebih mengutamakan pengembangan infrastruktur sektor pertanian dengan tidak mengabaikan sektor dan sub sektor lain demi dapat memenuhi permintaan beras dengan produksi beras lokal tanpa harus mengimpor beras dari daerah-daerah sekitar.

b. Pemerintah dalam hal ini BULOG Meulaboh harus memperlengkap dan melakukan validasi data-data yang dimiliki, khususnya data-data tentang produksi beras.

c. Penelitian ini masih terbatas pada tahapan melihat analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat, kepada peneliti lainnya disarankan untuk dapat melanjutkan penelitian ini tentang tiga sektor yaitu produksi beras (X1), harga beras (X2), dan jumlah penduduk (X3).

Gambar

Gambar 1 kurva permintaan
Tabel 12  Hasil Regresi Uji F

Referensi

Dokumen terkait

4) Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Pada saat sepeda motor berjalan, dari posisi gigi tertinggi dapat langsung netral dengan menginjak satu kali pedal depan b.. Pada saat sepeda motor

LAPORAN YANG DISUSUN OLEH PERUSAHAAN (KOPERASI) UNTUK SATU PERIODE (TAHUN) TERTENTU. • Umumnya terdiri

Histopatologi biopsi renal sangat berguna untuk menentukan penyakit glomerular yang mendasari (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008). Bukti

Dalam hasil penelitian telah diperoleh, terdapat butir pernyataan pada variabel citra merek dengan nilai rata- rata tertinggi yang berisi responden mudah mengenali game