• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Metode demontrasi

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun ke dalam bentuk kegiatan nyata atau praktis. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang digunakan untuk mengimplemetasikan strategi pembelajaran salah satunya adalah metode demontrasi. (Sanjaya, 2012:1)

Demontrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau menunjukkan kepada siswa suatu proses, benda, cara kerja atau suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan cara menunjukkan benda yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan (Sanjaya, 2006: 2)

Demontrasi dapat juga diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan atau menyajikan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik dalam bentuk sebenarnya maupun tiruan yang dipertunjukkan oleh guru maupun sumber belajar lain yang sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. (Sumantri, 1999:2)

2.1.2. Langkah-langkah metode demontrasi.

Langkah-langkah metode demontrasi adalah sebagai berikut:

1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2 Guru menyampaikan gambaran sekilas tentang materi pelajaran.

3 Guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

4 Guru mendemontrasikan media yang ada.

5 Seluruh siswa memperhatikan dan menganalisa.

6 Tiap siswa atau kelompok siswa menyampaikan hasil analisanya.

7 Guru bersama siswa mengambil kesimpulan. (Sanjaya, 2012:2)

(2)

2.1.3. Kelebihan metode demontrasi

Metode demontrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kekurangannya adalah sebagai berikut:

1. Siswa akan lebih mudah mempelajari materi pelajaran yang didemontrasikan.

2. Proses pembelajaran akan lebih baik, karena siswa tidak hanya mendengar tetapi melihat langsung benda yang didemontrasikan.

3. Siswa akan tertarik dan cenderung untuk mencoba.

4. Perhatian siswa lebih dapat dipusatkan.

5. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang dipelajari.

6. Pengalaman dan kesan pelajaran akan lebih melekat pada ingatan siswa. (Sanjaya, 2012: 3)

2.1.2. Media Benda Nyata

Media (merupakan jamak dari kata medium) adalah suatu saluran untuk komunikasi. Diturunkan dari bahasa ;latin yang berarti “antara” istilah ini merujuk kepada sesuatu yang membawa informasi dari pengirim informasi ke penerima informasi. Masuk di dalamnya antara lain : film, televisi, diagram materi cetakan, computer dan instruktur. Yang demikian ini dipandang sebagai media ketika mereka membawa pesan dengan suatu maksud pembelajaran. (Dian Mahsunah, 2012: 453)

Apabila kita cermati dewasa ini banyak media yang tidak sengaja dirancang.

Media tersebut banyak terdapat di lingkungan sekitar kita, tiadk perlu dibeli dan sudah ada dengan sendirinya. Misalnya guru ingin menjelaskan tentang karakteristik binatang buas kita mengguynakan metode karya wisata (fieldstrip) siswa bias di bawa ke kebun binatang.

Jika guru ingin menjelaskan tentang jenis-jenis batuan maupun fosil kita tinggal membawanya ke museum Geologi (bagi yang dekat dengan Museum Geologi). Untuk hal tersebut guru dan sekolah perlu mengidentifikasi berbagai potensi di lingkungannya masing-masing yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran.

Media yang digunakan dalam pembelajaran hendaklah media yang familiar dengan dunia anak. Media yang berasal dari lingkungan sekitar merupakan salah satu media yang mempermudah pemahaman siswa. Hal ini dikarenakan mereka setiap hari melihat benda tersebut. Selain itu siswa tidak hanya melihat gambar namun melihat benda asli berbentuk tiga dimensi.

(3)

2.1.3. Penerapan Metode Demontrasi Menggunakan Media Benda Nyata Pada Pembelajaran IPA di SD

Guru menerapkan metode demontrasi menggunakan media benda nyata.

Dalam penelitian ini guru menggunakan media berupa contoh berbagai bentuk tulang daun untuk kompetensi dasar 2.2. Menjelaskan hubungan antara struktur daun tumbuhan dengan fungsinya. Sedangkan untuk Kompetensi Dasar 2.3. Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya guru menunjukkan bentuk-bentuk dan struktur batang tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah.

Untuk media daun siswa ditunjukkan dengan demontrasi melalui media daun- daunan dengan berbagai bentuk tulang daun. Untuk melihat macam-macam dan struktur batang siswa ditunjukkan dengan cara mendemontrasikan macam-macam bentuk batang melalui benda nyata.

Pada saat menganalisa hasil demontrasi siswa mengerjakan Lembar Kerja siswa berupa tabel kosong yang harus diisi oleh siswa. Jawaban dari tabel tersebut berhubungan dengan materi yang sedang didemontrasikan.

Observasi dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi.

Pengamatan dilakukan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Isi dari pengamatan adalah terlaksana atau tidaknya hal-hal yang telah tertuang dalam perencanaan dan diberikan komentar bila perlu untuk perbaikan pada pertemuan atau siklus berikutnya.

2.1.4. Pengertian Hasil Belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

(4)

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, dalam juprimalino (2009:1) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut :

1. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian

2. Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi

Menurut Howard Kingsley dalam Juprimalino (2009:1) hasil belajar dibagi menjadi 3 macam :

a. Keterampilan dan kebiasaan.

b. Pengetahuan dan pengertian.

c. Sikap dan cita-cita.

Sedangkan menurut penulis hasil belajar adalah tingkat pemahaman atau ketrampilan siswa yang diperoleh dari proses belajar. Tingkat pemahaman atau ketrampilan siswa dapat diukur dari perolehan nilai. Dengan demikian hasil belajar siswa adalah tingkat pemahaman siswa atau tingkat ketrampilan siswa yang diukur dengan pemberian skor atau nilai. Skor atau nilai diukur dari kemampuan siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan pada tes formatif pada pertemuan ketiga masing-masing siklus yang berhubungan dengan materi pelajaran.

2.1.4. Hakikat Mata Pelajaran IPA

Salah satu pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA sekolah adalah model pembelajaran yang didasarkan pada konstruktivistik karena dianggap paling sesuai. Menurut pendapat Bell (1993:16) dalam Nono sutarno (2008) agar pengetahuan IPA yang diperoleh dari luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal dalam sasaran pembelajaran, karena sangat

(5)

mungkin terjadi miskonsepsi. Sebaliknya apabila guru tidak memperhatikan konsepsi atau pengetahuan awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang terjadi akan semakin kompleks.

Pembentukan pengetahuan mewarnai pembentukan system konseptual IPA bagi yang mempelajarinya. Metode pembelajaran IPA dipilih sesuai dengan sifat IPA sebagai pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Komponen-komponen pembentuk model pembelajaran yang disusun terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut.

Materi atau subjek yang dibahas harus dikaitkan dengan konsep IPA yang telah dimiliki siswa. Konsep yang dimiliki siswa adalah siswa adalah apresiasinya terhadap konsep yang disepakati para IPA-wan. Konsep tersebut dipelajari dengan menggunakan analogi terhadap konsep-konsep yang berhubungan dan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Yang merupakan pemahaman terhadap konsep-konsep IPA.

2.2. Penelitian yang Relevan

Ahmadi (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan metode Demonstrasi dalam meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Al azhar 2 Bandar Lampung semester 1 tahun pelajaran 2010-2011” sebelum Siklus prestasi belajar siswa hanya 30 %, pada siklus I prestasi belajar siswa meningkat menjadi 70,5 % dan pada akhir siklus II prestasi belajar siswa menjadi 85 %.

Anita (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan ketrampilan siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang melibatkan hitung campuran melalui metode demontrasi di kelas II semester II SDN Tempur 03 Jepara tahun 2009/2010. Setelah dilaksanakan penelitian ketrampilan siswa dalam berhitung campuran meningkat dengan ketuntasan belajar pada siklus I adalah 60 % dan pada siklus II menjadi 90 %.

Azizah Zulkarnaen (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa tentang perpindahan energi panas melalui Penggunaan metode demonstrasi dalam Model Pembelajaran Aktif.” Setelah dilakukan penelitian hasilnya adalah pada siklus I hasil belajar siswa meningkat mencapai ketuntasan 54 % dan siklus II meningkat menjadi 89 %.

Sedangkan Fery Fanany (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Optimalisasi Penggunaan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Kelas V

(6)

Pada Pembelajaran Gaya Magnet di Kelas V SDN No. 200115 Padang sidempuan Utara”

hasilnya adalah ketrampilan proses yang dimiliki siswa meningkat menjadi 65 % pada siklus I dan meningkat menjadi 90 % pada siklus II.

Beberapa penelitian terdahulu penerapan metode demontrasi menemui keberhasilan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan pertimbangan tersebut menjadi dasar bagi peneliti untuk memilih metode pembelajaran demontrasi untuk memperbaiki hasil belajar siswa.

2.3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teoritis di atas maka peneliti merumuskan kerangka pemikiran. Penerapan metode demontrasi menggunakan media benda nyata siswa akan memahami materi pelajaran karena melihat langsung objek berupa benda nyata. Benda nyata yang didemontrasikan berasal dari lingkungan sekitar siswa. Dari demontrasi dengan objek benda nyata yang ditampilkan oleh guru diharapkan akan menambah pemahaman tentang materi pelajaran.

Perhatian siswa akan terfokus pada benda yang di demontrasikan, Karena siswa tertarik dengan objek yang didemontrasikan. Dari perhatian tersebut diharapkan pemahaman tentang materi struktur daun dan struktur batang serta fungsinya akan meningkat.

Suasana juga akan berbeda daripada pembelajaran biasanya dengan metode ceramah yang dominan dan cenderung verbalistis. Dengan suasana baru tersebut siswa tidak jenuh, sehingga materi pelajaran akan lebih mudah tersampaikan dan dipahami oleh siswa.

Sesuai dengan perkembangan taraf belajar anak SD metode demontrasi sangat cocok, karena anak akan cenderung lebih mengenal benda yang didemontrasikan dengan melihat langsung benda tersebut. Anak tidak hanya membayangkan atau melihat dari gambar.

Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan.

(7)

2.4. Hipotesis Tindakan

Diduga metode demontrasi menggunakan media benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang menjelaskan struktur tumbuhan dan fungsinya serta menjelaskan hubungan antara struktur batang dan fungsinya bagi siswa kelas IV SDN Pundenrejo Kecamatan Tayu Kabupaten Pati semester I tahun pelajaran 2012/2013.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menandakan bahwa minyak masih mengandung pengotor (tembaga). Untuk menghilangkan pengotor tersebut dilakukan penambahan heksan dan larutan Na-EDTA yang

Aku berlindung kepada ALLAH Yang Maha Pemurah dan berpegang teguh pada kalimat- kalimatNya yang sempurna yang tidak dapat dipengaruhi oleh sesiapapun juga, baik yang taat

Dialog dengan tiga tokoh agama tersebut adalah sasaran utama study excursie tahun ini, dimana saya belajar banyak tentang budaya toleransi yang ada di Desa

Secara teoritis, peneliti-peneliti yang memberi perhatian terhadap perkembangan sistem keuangan Islam, menunjukan bahwa konsep bagi hasil lebih baik daripada instrumen suku

Data Primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang langsung dikumpulkan pada waktu penelitian yaitu berupa data pengukuran intensitas kebisingan dengan menggunakan

Membuat algoritma untuk menterjemahkan informasi model produk berbasis feature yang tersedia dalam software CaSTPro ke dalam bahasa kode-G (G-Code) untuk feature

Tiga variabel yang mengalami penurunan indeks pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015 adalah variabel kebebasan berkumpul dan berserikat turun sebesar 43,75 poin,

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zulkifli (2003) menyimpulkan bahwa kandungan hara (fosfat, amonium dan nitrat nitrit) dalam air poros (air pori sedimen) di